JurnalKeperawatan
KeperawatanJiwa, Volume
Volume 5 No52,No 2, 107
Hal Ha7- 107
114,-November
114, November
2017 2017 ISSN 2338-2090 (Cetak)
FIKKes Universitas Muhammadiyah Semarang bekerjasama dengan PPNI Jawa Tengah
FIKKes Universitas Muhammadiyah Semarang bekerjasama dengan PPNI Jawa Tengah
ABSTRAK
Kualitas hidup merupakan keadaan dimana seseorang mendapatkan kepuasan atau kenikmatan dalam
kehidupan sehari-hari. Indikator dari kualitas hidup diantaranya yaitu, dimensi kesehatan fisik,
dimensi kesejahteran pisikologis, dimensi hubungan sosial, dan dimensi kesehatan lingkungan. Tujuan
penelitian untuk mengetahui gambaran kualitas hidup pada pasien gagal ginjal kronis yang menjalani
terapi hemodialisa di RSUD Ambarawa. Metode penelitian menggunakan metode deskriptif dengan
populasi81 respondendan jumlah sampel 41 responden diambil menggunakan metode accidental
sampling. Alat pengambilan data menggunakan skala kualitas hidup dari WHOQOL-BREF. Analisa
data menggunakan analisis univariat. Hasil penelitian didapatkan gambaran kualitas hidup pasien
gagal ginjal kronik dilihat dari dimensi kesehatan fisik memiliki kualitas hidup buruk, yaitu sebanyak
23 orang (56,1%). Dimensi kesehatan psikologi memiliki kualitas hidup buruk, yaitu sebanyak 24
orang (58,5%). Dimensi hubungan sosial memiliki kualitas hidup baik, yaitu sebanyak 21 orang (51,
2%). Dimensi lingkungan memiliki kualitas hidup baik, yaitu sebanyak 22 orang (53,7. Gambaran
kualitas hidup pasien gagal ginjal yang menjalani hemodialisa memiliki kualitas hidup buruk sebanyak
25 orang (61,0%), sedangkan 16 orang responden (39, 0%) memiliki kualitas hidupbaik. Keluarga
lebih mengetahui pentingnya dukungan dan motivasi keluarga maupun kerabat selama terapi
hemodialisa sehingga dapat meningkatkan harapan dan kualitas hidup pasien yang lebih tinggi.
ABSTRACT
Quality of life is a codition where a person gainssatisfaction or enjoyment in everyday life. The
indicators of the quality of life, are dimension of physical health, dimension of psychological, social
dimension, dimension of environmental health. The aim of the study to knowthe description of life
quality of the patients suffering from chronic renal failure who went underhemodialysis inAmbarawa
General Hospital. Method of the study used a descriptive method with population 81 respondent and
41 respondents as the samples taken by using accidental sampling method. The data collecting tool
used the life quality scale of WHOQOL-BREF. Data analysis used SPSS version 23. 0. Finding of the
study the description of the quality of life of patients with chronic renal failure seen from the physical
health dimension had a poor quality of life, as many as 23 people (56.1%). Thedimension of
psychology health had a poor quality of life, namely as many as 24 people (58.5%). The dimensions of
social relations have a good quality of life, as many at 21 people (51.2%). The environmental
dimension has a good quality of life, as many at 22 people (53.7%). The description of the quality of
life of patients suffering from chronic renal failure undergoing hemodialysis have a poor quality of life
of 25 people (61.0%). It is hoped that the family will be more aware about the importance of family
support and motivation during hemodialyisistherapy so that it can improve the quality of life for the
patients.
107
Jurnal Keperawatan Jiwa, Volume 5 No 2, Hal 107 - 114, November 2017
FIKKes Universitas Muhammadiyah Semarang bekerjasama dengan PPNI Jawa Tengah
fisik, nyeri pada tubuh dan persepsi tentang 55-74 tahun (0, 5%), tertinggi pada kelompok
kesehatan. Kesehatan mental itu sendiri dapat umur ≥75 tahun (0, 6%). Prevalensi pada laki-
dinilai dari fungsi sosial, dan keterbatasan laki (0, 3%) lebih tinggi dari perempuan (0,
peran emosional (WHO, 2012). Selain itu 2%), prevalensilebih tinggi pada masyarakat
indikator dari kualitas hidup diantaranya yaitu, perdesaan (0, 3%), tidak bersekolah (0, 4%),
Dimensi kesehatan fisik, Dimensi kesejahteran pekerjaan wiraswasta, petani/nelayan/buruh 0,
pisikologis, Dimensi hubungan social, dan 3%. (Riskesdas, 2013)
Dimensi hubungan dan lingkungan.
Di Jawa Tengah pasien yang menderita
Pasien gagal ginjal kronik dalam memperbaiki penyakit Gagal Ginjal Kronik dan menjalani
kualitas hidup sendiri dipengaruhi oleh hemodialisa juga terus meningkat. Di Kota
beberapa faktor antara lain: usia, jenis kelamin, Semarang menunjukkan bahwa bulan Maret
tingakat stadium GGK, frekuensi terapi 2010 sampai Maret tahun 2011 telah dilakukan
hemodialisa, dukungan sosial. Faktor tersebut 5621 tindakan hemodialisa, dengan rata-rata 18
diharapkan pasien agar dapat beradaptasi dan pasien/ hari. Urutan penyebab gagal ginjal
mengatasi perubahan terhadap lingkungan pasien hemodialisa dari tahun 2014 masih
sehingga menjadi sebuah kemampuan koping sama dengan tahun sebelumnya. Penyakit
(Pratiknya, 2010). Kualitas hidup pasien gagal ginjal hipertensi meningkat menjadi 37%
ginjal kronik yang menjalani terapi diikutu oleh nefropati diabetika sebanyak 27%
hemodialisa masih merupakan masalah yang glomerulofati primer memberi proporsi yang
menarik perhatian para profesional kesehatan. cukup tinggi sampai10% dan nefropati
Hasil penelitian Ibrahim (2009) menunjukkan obsktruktif pun masih memberi angka 7%
bahwa 57. 2% pasien yang menjalani angka ini cukup tinggi hal ini bisa
hemodialisa mempersepsikan kualitas diminimalkann dengan menambah jenis etiolgi
hidupnya pada tingkat rendah dengan kondisi pada IRR. Penyebab kematia terbanyak pada
fisik merasa kelelahan, kesakitan dan sering pasien hemodialisa adalah kardiovaskuler (K1)
gelisah, pada kondisi psikologis pasien tidak sebanyak 59% masih cukup banyak penyebab
memiliki motifasi untuk sembuh, secara kematian diindonesia diketahui (17%) karena
hubungan sosial dan lingkungan pasien pasien meninggal diluar rumah sakit (Renal
menarik diri dari aktifitas di masyarakat dan Registry, 2014).
42, 9% pada tingkat tinggi. Hasil penelitian
tersebut menunjukkan bahwa kualitas hidup Berdasarkan data yang didapatdari rekam
penderita GGK dalam tingkat rendah akan medik RSUD Ambarawa bahwa pasien yang
tetapi ada hampir dari setengah dari penderita menjalani hemodialisa pada tahun 2014
yang tetap mempunyai kulitas hidup dalam berjumlah 1.539 orang, pada tahun 2015
kategori tinggi walaupun sedang menjalani berjumlah 1.792 orang, dan pada tahun 2016
terapi hemodialisa. berjumlah 2.104 orang. Hal ini membuktikan
bahwa yang menjalani hemodialisa di RSUD
Prevalensi gagal ginjal kronik menurut United ambarawa mengalami peningkatan setiap
State Renal Data System(USRDDS) pada tahunnya. Studi pendahuluan yang dilakukan
tahun 2013 adalah sekitar 10-13 % didunia. pada tanggal 14 November 2017. Dari
Berdasarkan data dari Riskesdas pada tahun wawancara yang dilakukan kepada 3 pasien
2013, prevalensi gagal ginjal kronis 0,2% dari yang menjalani hemodialisa didapatkan data
penduduk Indonesia. Hanya 60% dari pasien mengenaidimensi fisik, dimensi psikologis,
gagal ginjal kronis tersebut yang menjalani dimensi lingkungan, dan dimensi sosial.
terapi dialisis) (Riskesdas, 2013). Berdasakan
survei dari Perhimpunan Nefrologi Indonesia Kualitas hidup pada pasien GGK akan
(PERNEFRI) pada tahun 2014 menyebutkan mengalami kualitas hidup yang kurang
bahwa Indonesia merupakan negara dengan dikarenakan kurangnya kemauan kualitas
prevalensi penyakit gagal ginjal kronik yang hidup yang sudah mulai pasrah dengan
cukup tinggi, yaitu sekitar 30, 7 juta penduduk. keadaan penyakitnya. Pada pasien gagal ginjal
Prevalensi gagal ginjal kronik berdasarkan data kronik dalam memperbaiki kualitas hidup
dari Riskesdas pada tahun 2013 jawa tengah sendiri dipengaruhi oleh beberapa faktor antara
menduduki peringkat ke-4 dengan presentase lain: usia, jenis kelamin, tingakat stadium
0,3%. Gagal ginjal kronik, meningkat tajam GGK, frekuensi terapi hemodialisa, dukungan
pada kelompokumur 35-44 tahun (0, 3%), sosial. Faktor tersebut diharapkan pasien agar
diikuti umur 45-54 tahun (0, 4%), dan umur dapat beradaptasi dan mengatasi perubahan
108
Jurnal Keperawatan Jiwa, Volume 5 No 2, Ha7 107 - 114, November 2017
FIKKes Universitas Muhammadiyah Semarang bekerjasama dengan PPNI Jawa Tengah
terhadap lingkungan sehingga menjadi sebuah Kualitas hidup pada pasien gagal ginjal kronis
kemampuan koping. Tujuan umum penelitian yang menjalani terapi hemodialisa di RSUD
ini adalah untuk mengetahuikualitas hidup Ambarawa. Untuk mengukur kualitas hidup
pada pasien gagal ginjal kronis yang menjalani menggunakan alat ukur (instrumen) kuisioner
terapi hemodialisa WHOQoL. Pada penelitian ini, peneliti
menggunakan alat ukur terjemahan dari
METODE WHOQOL-BREF (2008). Kuesioner tersebut
Penelitian ini merupakan penelitian Jenis terdiri dari 26 item, yang sudah terbagi dalam
penelitian yang dilakukan adalah penelitian 5 aspek yaitu kesehatan fisik, psikologis,
deskriptif. Penelitian ini dilakukan di RSUD hubungan sosial, lingkungan, kualitas hidup.
AmbarawaKabupaten Semarang pada tanggal Sebagai alat untuk mengumpulkan data dalam
27-29Juni 2018. Jumlah populasi pasien gagal penelitian ini sudah dilakukan uji validitas dan
ginjal kronik yang menjalani hemodialisa di reliabilitas. Kuesioner kualitas hidup
Rumah Sakit Ambarawa pada bulan WHOQOL-BREF, yaitu kuisioner untuk
September- November 2017 sejumlah 81 menilai kualitas hidup yang sudah teruji
orang. Teknik pengumpulan data dalam validitas danreabilitasnya olehSalim, dkk
penelitian ini menggunakan teknik sampling (2007).
yang digunakan adalah accidental sampling.
Besar sampel yang digunakan sejumlah 41 Variabel kualitas hidup akan diukur dengan
sampel.Kriteria inklusi dalam penelitian ini menggunakan skala kualitas hidup dari
adalah pasien gagal ginjal kronik yang WHOQOL-BREF (Lopez & Snyder, 2008).
menjalani hemodialisa di RS Ambarawa, Skala tersebut terdiri dari 26 item, yang sudah
pasien yang bersedia menjadi responden, terbagi dalam 4 dimensi yaitu kesehatan fisik,
pasien yang bisa membaca dan menulis, pasien psikologis, hubungan sosial, lingkungan, dan
sudah menikah. Sedangkan kriteria eksklusi kesehatan umum. Pada penelitian ini, peneliti
dari penelitian ini adalah pasien GGK dengan menggunakan alat ukur terjemahan dari
komplikasi penyakit lain, pasien yang menolak WHOQOL-BREF.
jadi responden, pasien dengan penurunan
kesadaran secara mendadak. HASIL
Hasil penelitia disajikan sebagai berikut :
Alat pengumpulan data dalam penelitian ini
yaitu kuisioner untuk melihat gambaran
Tabel 1.
Karakteristik responden (n=41)
Variabel f %
Jenis Kelamin
Laki-laki 28 68,3
Perempuan 13 31,7
Usia
Dewasa Akhir (36-45 th) 7 17,1
Lansia Awal (46-55 th) 13 31,7
Lansia Akhir (56-65 th) 13 31,7
Manula (> 65 th) 8 19,5
Lama Menderita GGK
< 1 tahun 22 53,7
1-2 Tahun 9 22
>2 tahun 10 24,4
109
Jurnal Keperawatan Jiwa, Volume 5 No 2, Hal 107 - 114, November 2017
FIKKes Universitas Muhammadiyah Semarang bekerjasama dengan PPNI Jawa Tengah
Tabel 2.
Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronik Dilihat dari berbagai dimensi (n=41)
Variabel Frekuensi Persentase (%)
Dimensi kesehatan fisik
Buruk 23 56, 1
Baik 18 43,9
Dimensi kesehatan psikologis
Buruk 24 58,5
Baik 17 41,5
Dimensi hubungan sosial
Buruk 20 48,8
Baik 21 51,2
Dimensi Hubungan Sosial
Buruk 19 46,3
Baik 22 53,7
Kualitas hidup
Buruk 25 61
Baik 16 39
110
Jurnal Keperawatan Jiwa, Volume 5 No 2, Ha7 107 - 114, November 2017
FIKKes Universitas Muhammadiyah Semarang bekerjasama dengan PPNI Jawa Tengah
dapat berupa etika profesi yang tidak banyak dan responden wanita lebih sering
memungkinkan tenaga medis terlibat jauh berkonsultasi kepada tenaga medis. Ini sesuai
dalam urusan pribadi pasiennya kecuali yang yang dijelaskan Safarino dalam Martono
berhubungan dengan penyakitnya. (2010) bahwa untuk mengatasi masalah yang
Keterbatasan lain karena banyaknya pasien dirasakannya, maka laki-laki cenderung
yang harus ditangani sehingga tenaga medis mencari informasi lebih banyak agar ia lebih
mengandalkan partisipasi aktif dari keluarga. dapat mengenali dan kemudian mencari jalan
jalani terapi hemodialysis secara tidak keluar dari masalah.
langsung dapat memotivasi pasien untuk
menjadi lebih baik. Dari hasil pengamatan 5. Kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik
peneliti selamaa melakukan penelitian tampak yang menjalani hemodialisa
adanya hubungan baik anatara pasien dengan Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa
teman pasien. Beberapa responden mengatakan paling banyak responden dengan kualitas
dukungan yang diberikan teman membuat hidup dalam kategori buruk yaitu sebanyak 25
pasien menjadi lebih semnagat untuk responden (61,0%). Pada kuesioner no 8
menjalani hemodialysis dan termotivasi untuk didapatkan 11 responden menyatakan sedikit
bisa sembuh dari penyakitnya. merasa nyaman terhadap kehidupan sehari-
hari, kuesioner no 9 didapatkan 10 responden
Hal tersebut menunjukkan masih kurangnya menyatakan lingkungan tempat tinggalnya
perhatian dan dukungan teman terhadap setiap lumayan sehat, kuesioner no 12 didapatkan 8
kegiatan yang pasien gagal ginjal kronis ikuti responden menyatakan memiliki cukup uang
dengan memberikan arahan dan informasi dalam jumlah sedang, kuesioner no 13
yang benar terhadap kegiatan-kegiatan didapatkan 10respoonden menyatakan
tersebut. Hal tersebut menjadikan pasien sedikitnya ketersediaan informasi yang
belum mendapatkan apa yang dibutuhkan oleh didapatkan, kuesioner no 14 didapatkan 8
mereka sehingga mereka kurang merasa responden menyatakan sedikit mendapatkan
berharga dalam menjalani kehidupan mereka. kesempatn untuk rekeasi dengan keluarga,
Informasi-informasi yang diberikan orang lain kuesioner no 23 didapatkan 13 responden
akan mempengaruhi seseorang untuk menyatakan puas dengan kondisi tempat
menambah pengetahuan, kemampuan, dan tinggalnya, kuesioner no 24 didapatkan 10
keterampilan sehingga akan membuat responden menyatakan puas dengan akses
keyakinan untuk melakukan sesuatu menjadi pelayanan kesehatan, kuesioner no 25
besar (Sarafino, 2014). didapatkan 10 responden puas dengan
ketersediaan transportasi yang digunakan.
4. Kualitas hidup kesehatan umum pasien
gagal ginjal kronik dilihat dari dimensi Hal tersebut dapat dilihat dari hasil jawaban
lingkungan kuesioner yang diberikan peneliti kepada
Berdasarkan hasil penelitian, mayoritas responden tentang kualitas hidup responden
responden memiliki kualitas hidup baik dari yang terbagi menjadi beberapa kriteria yaitu
dimensi lingkungan, yaitu sebanyak 22 orang kualitas hidup dilihat dari segi kesehatan fisik,
(53,7%), sedangkan 19 orang responden kesehatan psikologis, dan pengaruh dimensi
(46,3%) memiliki kualitas hidup yang buruk lingkungan terhadap kualitas hidup responden.
dari dimensi lingkuungan. Responden merasa Kualitas hidup pasien GGK yang menjalani
bahwa keberadaannya di tempat mereka hemodialisa dipengaruhi oleh faktor-faktor
tinggal dan bekerja sudah kurang dibutuhkan, yaitu karakteristik pasien, terapi hemodialisa
responden tidak bekerja. Responden dianggap yang dijalani, status kesehatan pasien seperti
tidak mempunyai kemampuan untuk kondisi ada tidaknya anemia, juga ada tidaknya
beraktifitas juga dalam hal berpendapat. depresi, dan faktor terakhir yaitu dukungan
Responden jarang dimintai pendapat dan keluarga (Septiwi, 2010).
jarang dilibatkan dalam pembuatan keputusan.
Peneliti menilai ini ada hubungannya dengan Menilai kualitas hidup yang termasuk dalam
jumlah responden laki-laki yang lebih banyak, kategori baik yaitu dimensi lingkungan dimana
karena dalam kehidupan rumah tangga mereka sebagian besar responden menjawab
menjadi kepala keluarga yang seharusnya lebih pertanyaan kuesioner yang diberikan oleh
banyak terlibat dalam membuat keputusan. Hal peneliti kepada responden dengan hasil
ini terjadi juga karena karakteristik responden jawaban responden didapatkan data bahwa
laki-laki yang membutuhkan informasi lebih sebagian besar responden menyatakan bahwa
112
Jurnal Keperawatan Jiwa, Volume 5 No 2, Ha7 107 - 114, November 2017
FIKKes Universitas Muhammadiyah Semarang bekerjasama dengan PPNI Jawa Tengah
113
Jurnal Keperawatan Jiwa, Volume 5 No 2, Hal 107 - 114, November 2017
FIKKes Universitas Muhammadiyah Semarang bekerjasama dengan PPNI Jawa Tengah