Anda di halaman 1dari 8

Jurnal

JurnalKeperawatan
KeperawatanJiwa, Volume
Volume 5 No52,No 2, 107
Hal Ha7- 107
114,-November
114, November
2017 2017 ISSN 2338-2090 (Cetak)
FIKKes Universitas Muhammadiyah Semarang bekerjasama dengan PPNI Jawa Tengah
FIKKes Universitas Muhammadiyah Semarang bekerjasama dengan PPNI Jawa Tengah

GAMBARAN KUALITAS HIDUP PASIEN GAGAL GINJAL KRONIS YANG


MENJALANI TERAPI HEMODIALISA
Suwanti1, Taufikurrahman1, Mohamad Imron Rosyidi1, Abdul Wakhid1
1
Fakultas Keperawatan Universitas Ngudi Waluyo
abdul. wakhid2010@gmail. com

ABSTRAK
Kualitas hidup merupakan keadaan dimana seseorang mendapatkan kepuasan atau kenikmatan dalam
kehidupan sehari-hari. Indikator dari kualitas hidup diantaranya yaitu, dimensi kesehatan fisik,
dimensi kesejahteran pisikologis, dimensi hubungan sosial, dan dimensi kesehatan lingkungan. Tujuan
penelitian untuk mengetahui gambaran kualitas hidup pada pasien gagal ginjal kronis yang menjalani
terapi hemodialisa di RSUD Ambarawa. Metode penelitian menggunakan metode deskriptif dengan
populasi81 respondendan jumlah sampel 41 responden diambil menggunakan metode accidental
sampling. Alat pengambilan data menggunakan skala kualitas hidup dari WHOQOL-BREF. Analisa
data menggunakan analisis univariat. Hasil penelitian didapatkan gambaran kualitas hidup pasien
gagal ginjal kronik dilihat dari dimensi kesehatan fisik memiliki kualitas hidup buruk, yaitu sebanyak
23 orang (56,1%). Dimensi kesehatan psikologi memiliki kualitas hidup buruk, yaitu sebanyak 24
orang (58,5%). Dimensi hubungan sosial memiliki kualitas hidup baik, yaitu sebanyak 21 orang (51,
2%). Dimensi lingkungan memiliki kualitas hidup baik, yaitu sebanyak 22 orang (53,7. Gambaran
kualitas hidup pasien gagal ginjal yang menjalani hemodialisa memiliki kualitas hidup buruk sebanyak
25 orang (61,0%), sedangkan 16 orang responden (39, 0%) memiliki kualitas hidupbaik. Keluarga
lebih mengetahui pentingnya dukungan dan motivasi keluarga maupun kerabat selama terapi
hemodialisa sehingga dapat meningkatkan harapan dan kualitas hidup pasien yang lebih tinggi.

Kata kunci: kualitas hidup, gagal ginjal kronik, hemodialisa

DESCRIPTION OF LIFE QUALITY OF THE PATIENTS SUFFERING FROM


CHRONIC RENAL FAILURE WHO WENT UNDERHEMODIALYSIS

ABSTRACT
Quality of life is a codition where a person gainssatisfaction or enjoyment in everyday life. The
indicators of the quality of life, are dimension of physical health, dimension of psychological, social
dimension, dimension of environmental health. The aim of the study to knowthe description of life
quality of the patients suffering from chronic renal failure who went underhemodialysis inAmbarawa
General Hospital. Method of the study used a descriptive method with population 81 respondent and
41 respondents as the samples taken by using accidental sampling method. The data collecting tool
used the life quality scale of WHOQOL-BREF. Data analysis used SPSS version 23. 0. Finding of the
study the description of the quality of life of patients with chronic renal failure seen from the physical
health dimension had a poor quality of life, as many as 23 people (56.1%). Thedimension of
psychology health had a poor quality of life, namely as many as 24 people (58.5%). The dimensions of
social relations have a good quality of life, as many at 21 people (51.2%). The environmental
dimension has a good quality of life, as many at 22 people (53.7%). The description of the quality of
life of patients suffering from chronic renal failure undergoing hemodialysis have a poor quality of life
of 25 people (61.0%). It is hoped that the family will be more aware about the importance of family
support and motivation during hemodialyisistherapy so that it can improve the quality of life for the
patients.

Keywords: Quality of life, chronic renal failure, hemodialysis

PENDAHULUAN fisik dan kesehatan mental yang berarti jika


Kualitas hidup merupakan keadaan dimana seseorang sehat secara fisik dan mental maka
seseorang mendapatkan kepuasan atau orang tersebut akan mencapai suatu kepusan
kenikmatan dalam kehidupan sehari-hari. dalam hidupnya. Kesehatan fisik itu dapat
Kualitas hidup tersebut menyangkut kesehatan dinilai dari fungsi fisik, keterbatasan peran

107
Jurnal Keperawatan Jiwa, Volume 5 No 2, Hal 107 - 114, November 2017
FIKKes Universitas Muhammadiyah Semarang bekerjasama dengan PPNI Jawa Tengah

fisik, nyeri pada tubuh dan persepsi tentang 55-74 tahun (0, 5%), tertinggi pada kelompok
kesehatan. Kesehatan mental itu sendiri dapat umur ≥75 tahun (0, 6%). Prevalensi pada laki-
dinilai dari fungsi sosial, dan keterbatasan laki (0, 3%) lebih tinggi dari perempuan (0,
peran emosional (WHO, 2012). Selain itu 2%), prevalensilebih tinggi pada masyarakat
indikator dari kualitas hidup diantaranya yaitu, perdesaan (0, 3%), tidak bersekolah (0, 4%),
Dimensi kesehatan fisik, Dimensi kesejahteran pekerjaan wiraswasta, petani/nelayan/buruh 0,
pisikologis, Dimensi hubungan social, dan 3%. (Riskesdas, 2013)
Dimensi hubungan dan lingkungan.
Di Jawa Tengah pasien yang menderita
Pasien gagal ginjal kronik dalam memperbaiki penyakit Gagal Ginjal Kronik dan menjalani
kualitas hidup sendiri dipengaruhi oleh hemodialisa juga terus meningkat. Di Kota
beberapa faktor antara lain: usia, jenis kelamin, Semarang menunjukkan bahwa bulan Maret
tingakat stadium GGK, frekuensi terapi 2010 sampai Maret tahun 2011 telah dilakukan
hemodialisa, dukungan sosial. Faktor tersebut 5621 tindakan hemodialisa, dengan rata-rata 18
diharapkan pasien agar dapat beradaptasi dan pasien/ hari. Urutan penyebab gagal ginjal
mengatasi perubahan terhadap lingkungan pasien hemodialisa dari tahun 2014 masih
sehingga menjadi sebuah kemampuan koping sama dengan tahun sebelumnya. Penyakit
(Pratiknya, 2010). Kualitas hidup pasien gagal ginjal hipertensi meningkat menjadi 37%
ginjal kronik yang menjalani terapi diikutu oleh nefropati diabetika sebanyak 27%
hemodialisa masih merupakan masalah yang glomerulofati primer memberi proporsi yang
menarik perhatian para profesional kesehatan. cukup tinggi sampai10% dan nefropati
Hasil penelitian Ibrahim (2009) menunjukkan obsktruktif pun masih memberi angka 7%
bahwa 57. 2% pasien yang menjalani angka ini cukup tinggi hal ini bisa
hemodialisa mempersepsikan kualitas diminimalkann dengan menambah jenis etiolgi
hidupnya pada tingkat rendah dengan kondisi pada IRR. Penyebab kematia terbanyak pada
fisik merasa kelelahan, kesakitan dan sering pasien hemodialisa adalah kardiovaskuler (K1)
gelisah, pada kondisi psikologis pasien tidak sebanyak 59% masih cukup banyak penyebab
memiliki motifasi untuk sembuh, secara kematian diindonesia diketahui (17%) karena
hubungan sosial dan lingkungan pasien pasien meninggal diluar rumah sakit (Renal
menarik diri dari aktifitas di masyarakat dan Registry, 2014).
42, 9% pada tingkat tinggi. Hasil penelitian
tersebut menunjukkan bahwa kualitas hidup Berdasarkan data yang didapatdari rekam
penderita GGK dalam tingkat rendah akan medik RSUD Ambarawa bahwa pasien yang
tetapi ada hampir dari setengah dari penderita menjalani hemodialisa pada tahun 2014
yang tetap mempunyai kulitas hidup dalam berjumlah 1.539 orang, pada tahun 2015
kategori tinggi walaupun sedang menjalani berjumlah 1.792 orang, dan pada tahun 2016
terapi hemodialisa. berjumlah 2.104 orang. Hal ini membuktikan
bahwa yang menjalani hemodialisa di RSUD
Prevalensi gagal ginjal kronik menurut United ambarawa mengalami peningkatan setiap
State Renal Data System(USRDDS) pada tahunnya. Studi pendahuluan yang dilakukan
tahun 2013 adalah sekitar 10-13 % didunia. pada tanggal 14 November 2017. Dari
Berdasarkan data dari Riskesdas pada tahun wawancara yang dilakukan kepada 3 pasien
2013, prevalensi gagal ginjal kronis 0,2% dari yang menjalani hemodialisa didapatkan data
penduduk Indonesia. Hanya 60% dari pasien mengenaidimensi fisik, dimensi psikologis,
gagal ginjal kronis tersebut yang menjalani dimensi lingkungan, dan dimensi sosial.
terapi dialisis) (Riskesdas, 2013). Berdasakan
survei dari Perhimpunan Nefrologi Indonesia Kualitas hidup pada pasien GGK akan
(PERNEFRI) pada tahun 2014 menyebutkan mengalami kualitas hidup yang kurang
bahwa Indonesia merupakan negara dengan dikarenakan kurangnya kemauan kualitas
prevalensi penyakit gagal ginjal kronik yang hidup yang sudah mulai pasrah dengan
cukup tinggi, yaitu sekitar 30, 7 juta penduduk. keadaan penyakitnya. Pada pasien gagal ginjal
Prevalensi gagal ginjal kronik berdasarkan data kronik dalam memperbaiki kualitas hidup
dari Riskesdas pada tahun 2013 jawa tengah sendiri dipengaruhi oleh beberapa faktor antara
menduduki peringkat ke-4 dengan presentase lain: usia, jenis kelamin, tingakat stadium
0,3%. Gagal ginjal kronik, meningkat tajam GGK, frekuensi terapi hemodialisa, dukungan
pada kelompokumur 35-44 tahun (0, 3%), sosial. Faktor tersebut diharapkan pasien agar
diikuti umur 45-54 tahun (0, 4%), dan umur dapat beradaptasi dan mengatasi perubahan
108
Jurnal Keperawatan Jiwa, Volume 5 No 2, Ha7 107 - 114, November 2017
FIKKes Universitas Muhammadiyah Semarang bekerjasama dengan PPNI Jawa Tengah

terhadap lingkungan sehingga menjadi sebuah Kualitas hidup pada pasien gagal ginjal kronis
kemampuan koping. Tujuan umum penelitian yang menjalani terapi hemodialisa di RSUD
ini adalah untuk mengetahuikualitas hidup Ambarawa. Untuk mengukur kualitas hidup
pada pasien gagal ginjal kronis yang menjalani menggunakan alat ukur (instrumen) kuisioner
terapi hemodialisa WHOQoL. Pada penelitian ini, peneliti
menggunakan alat ukur terjemahan dari
METODE WHOQOL-BREF (2008). Kuesioner tersebut
Penelitian ini merupakan penelitian Jenis terdiri dari 26 item, yang sudah terbagi dalam
penelitian yang dilakukan adalah penelitian 5 aspek yaitu kesehatan fisik, psikologis,
deskriptif. Penelitian ini dilakukan di RSUD hubungan sosial, lingkungan, kualitas hidup.
AmbarawaKabupaten Semarang pada tanggal Sebagai alat untuk mengumpulkan data dalam
27-29Juni 2018. Jumlah populasi pasien gagal penelitian ini sudah dilakukan uji validitas dan
ginjal kronik yang menjalani hemodialisa di reliabilitas. Kuesioner kualitas hidup
Rumah Sakit Ambarawa pada bulan WHOQOL-BREF, yaitu kuisioner untuk
September- November 2017 sejumlah 81 menilai kualitas hidup yang sudah teruji
orang. Teknik pengumpulan data dalam validitas danreabilitasnya olehSalim, dkk
penelitian ini menggunakan teknik sampling (2007).
yang digunakan adalah accidental sampling.
Besar sampel yang digunakan sejumlah 41 Variabel kualitas hidup akan diukur dengan
sampel.Kriteria inklusi dalam penelitian ini menggunakan skala kualitas hidup dari
adalah pasien gagal ginjal kronik yang WHOQOL-BREF (Lopez & Snyder, 2008).
menjalani hemodialisa di RS Ambarawa, Skala tersebut terdiri dari 26 item, yang sudah
pasien yang bersedia menjadi responden, terbagi dalam 4 dimensi yaitu kesehatan fisik,
pasien yang bisa membaca dan menulis, pasien psikologis, hubungan sosial, lingkungan, dan
sudah menikah. Sedangkan kriteria eksklusi kesehatan umum. Pada penelitian ini, peneliti
dari penelitian ini adalah pasien GGK dengan menggunakan alat ukur terjemahan dari
komplikasi penyakit lain, pasien yang menolak WHOQOL-BREF.
jadi responden, pasien dengan penurunan
kesadaran secara mendadak. HASIL
Hasil penelitia disajikan sebagai berikut :
Alat pengumpulan data dalam penelitian ini
yaitu kuisioner untuk melihat gambaran

Tabel 1.
Karakteristik responden (n=41)
Variabel f %
Jenis Kelamin
Laki-laki 28 68,3
Perempuan 13 31,7
Usia
Dewasa Akhir (36-45 th) 7 17,1
Lansia Awal (46-55 th) 13 31,7
Lansia Akhir (56-65 th) 13 31,7
Manula (> 65 th) 8 19,5
Lama Menderita GGK
< 1 tahun 22 53,7
1-2 Tahun 9 22
>2 tahun 10 24,4

109
Jurnal Keperawatan Jiwa, Volume 5 No 2, Hal 107 - 114, November 2017
FIKKes Universitas Muhammadiyah Semarang bekerjasama dengan PPNI Jawa Tengah

Tabel 2.
Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronik Dilihat dari berbagai dimensi (n=41)
Variabel Frekuensi Persentase (%)
Dimensi kesehatan fisik
Buruk 23 56, 1
Baik 18 43,9
Dimensi kesehatan psikologis
Buruk 24 58,5
Baik 17 41,5
Dimensi hubungan sosial
Buruk 20 48,8
Baik 21 51,2
Dimensi Hubungan Sosial
Buruk 19 46,3
Baik 22 53,7
Kualitas hidup
Buruk 25 61
Baik 16 39

PEMBAHASAN diatasperlunya terapi medisuntuk dapat


Berdasarkan hasil pengumpulan data penelitian berfungsi dalam kehidupan sehari-hari dan
yang sudah disajikan sebelumnya diatas maka untuk mencegah rasa sakit fisik, seperti yang
dapat dibahas berdasarkan hasil penelitian. disebutkan oleh (Anggraini, 2016). Hasil
1. Kualitashidup pasien gagal ginjal kronik penelitian diidapatkan 10 reponden masih
dilihat dari dimensi kesehatan fisik kurang memiliki vitalitas yang cukup untuk
Berdasarkan table tersebut dilihat dari dimensi aktivitas sehari-hari, sebanyak 13 responden
kesehatan fisik sebagian besar pasien memiliki biasa saja dalam bergaul, kepuasan dalam tidur
kualitas hidup buruk, yaitu sejumlah 23 orang biasa saja. Kepuasan dengan kemampuan
(56, 1%). Hal ini sesuai dengan teori kualitas untuk menampilkan aktivasnya sejumlah 18
hidup Menurut WHOQoL(The World Health responden, kempauan responden untuk bekerja
Organization Quality of Life) (2010), Aktivitas sejumlah 18 respondenbiasa saja.
sehari-hari menggambarkan kesulitan dan
kemudahan yang dirasakan individu ketika Kualitas hidup merupakan satu komponen
melakukan kegiatan sehari-hari. utama yang bersifat subyektif
Ketergantungan pada obat-obatan dan bantuan untukkesejahteraan hidup manusia. Komponen
medis menggambarkan seberapa besar dari kualitas hidup salah satunya adalah
kecenderungan individu dalam menggunakan kepuasan hidup. Kepuasan hidup selalu
obat-obatan atau bantuan medis lainnya dalam mengorientasikan diri pada proses pengalaman
melakukan aktivitas sehari- hari. Energi dan masa lalu dan masa kini. Kualitas hidup
kelelahan menggambarkan tingkat kemampuan digunakan secara luas sebagai indeks
yang dimiliki oleh individu dalam menjalankan kesejahteraan fisik pada orang-orang lanjut
aktivitasnya sehari-hari. Sakit dan usia(56-65), ada banyak hal yang dapat
ketidaknyamanan: menggambarkan sejauh menciptakan munculnya kepuasan akan hidup
mana perasaan keresahan yang dirasakan pada lansia salah satunya apabila lansia
individu terhadap hal-hal yang menyebabkan mampu menyelesaikan tugas-tugas
individu merasa sakit. Tidur dan Istirahat perkembangan. Adapun tugas-tugas
menggambarkan kualitas tidur dan istirahat perkembangan lansia adalah menyesuaikan diri
yang dimiliki oleh individu. Kapasitas kerja dengan kematian pasangan hidup, membentuk
menggambarkan kemampuan yang dimiliki hubungan dengan orang lain yang seusia dan
individu untuk menyelesaikan tugas-tugasnya. menyesuaikan diri dengan peran sosial (Vicky
Tresnia, 2012). Sedangkan kesehatan fisik
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa dalam kategori baik sebanyak 18 orang,
semua responden dapat melakukan berbagai kondisi ini dapat disimpulkan bahwa masih
aktivitas seperti yang disebutkan banyak responden yang mengalami gangguan

110
Jurnal Keperawatan Jiwa, Volume 5 No 2, Ha7 107 - 114, November 2017
FIKKes Universitas Muhammadiyah Semarang bekerjasama dengan PPNI Jawa Tengah

fisik. Kesehatan fisik terganggu dapat responden mampu berkonsentrasi sedang


disebabkan oleh beberapa faktor sesuai dengan (41,4%).
teori WHOQOL diantaranya adalah aktivitas
sehari-hari, energi kelelahan, mobilitas, sulit Pasien yang sudah lama menjalani
dan ketidaknyamanan, istirahat tidur, kapsitas hemodialisis cenderung memersepsikan
pekerjaan. kualitas hidupnya semakin menurun. Kualitas
hidup yang menurun ini juga dapat di kaitkan
2. Kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik dengan perubahan kehidupan ekonomi
dilihat dari dimensi kesehatan psikologi dikarenakan tingginya biaya yang harus
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, dikeluarkan untuk satu kali proses
mayoritas responden memiliki kualitas hidup hemodialisis. Hal inilah yang sering kali
buruk, yaitu sebanyak 24 orang (58,5%), dirasakan dapat membebani penderita dan
didapatkan hasil penelitian didapatkan keluarganya, ketergantungan pada mesin
responden sebagian besar tidak banyak hemodialisis, juga membuat aktivitas penderita
menikmati hidup dari pertanyaan no 5 yakni menjadi terbatas serta penurunan kodisi
respondden mempunyai kualitas hidup dalam kesehatan fisik dan psikososial dari waktu
kategori buruk yakni sebnyak 13 responden. kewaktu.
Kuesioner no 6 sebanyak 14 responden sedikit
merasa hidupnya berarti, kuisioner no 7 3. Kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik
sebanyak 13 responden kurang mampu dilihat dari dimensi hubungan sosial
berkonsentrasi, kuisioner no 11 sebnyak 8 Berdasarkan hasil penelitian, mayoritas
responden sedikit menerima penampilan responden memiliki kualitas hidup baik dari
tubuhnya, kuisioner no 19 senbanyak 14 dimensi hubungan sosialnya, yaitu sebanyak
responden tidak puas terhadap dirinya, 20 orang (48,8%). Keadaan ini juga
kuisioner no 26 sebanyak 11 responden sering berhubungan dengan masalah ketidakpuasan
memiliki perasaan negative (feeling blue). dalam kehidupan seksual, terutama responden
laki-laki yang dalam penelitian ini lebih
Menilai kualitas hidup yang termasuk dalam banyak (68,3%) dari wanita (31,7%).
kategori buruk yaitu dimensi psikologis Kuisioner no 20 responden ssebnayak 10
dimana sebagian besar responden menjawab menyatakan tidak puas dengan hubungan
pertanyaan kuesioner yang diberikan oleh sosialnya, kuisioner no 21 responden sebanyak
peneliti kepada responden dengan hasil 21 responden sebanyak 9 menyatakan
jawaban responden didapatkan data bahwa kepuasan dengan kehidupan seksual biasa saja.
sebagian besar responden mampu Kualitas hidup pada dimensi social sebelum
berkonsentrasi sedang (41,4%), responden menjalani hemodialisa tergantung dari
tidak menerima penampilan tubuh (12,1%), dukungan social yang diterima oelh responden.
responden puas terhadap diri sedang (46,3%). Baik dukungan emosiaonal dari keluarga dan
Hasil penelitan ini Inshan Marta (2017) kelompok social dilingkungan responden, juga
menyatakan bahwa mereka merasakan bahwa dukungan instrumental dan informasional
kepuasan hidup biasa saja (39,7 %), responden
tidak menikmati hidup (27,6%), merasa Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat
hidupnya kurang berarti (58,6%), responden Hudak & Gallo (2010) yang mengatakan
juga tidak mampu berkonsentrasi maksimal bahwa pasien yang menjalani HD akan terjadi
(34,5%), responden tidak punya cukup uang penurunan fungsi seksual (libido) pada laki-
untuk memenuhi kebutuhan (46,6%), laki: sering terjadi impotensi, mungkin karena
responden merasa kesepian, putus asa, cemas, penyakitnya atau efek samping dari obat-obat
dan depresi (36,2%) dan responden merasa anti hipertensi. Pada wanita selama proses
tidak puas dengan kehidupan seksual (74,1%). hemodialisis tidak mengalami proses
Sedangkan kesehatan psikologi dalam kategori menstruasi karena pengaruh obat
baik sejumlah 17 orang (41,5%). Menilai imunosupresi. Hasil penelitian ini sesuai hasil
kualitas hidup baik yang termasuk dalam penelitian Martono (2006) bahwa keluarga
kategori baik yaitu dimensi psikologi dimana memiliki tuntutan lebih kuat dibandingkan
sebagian besar responden menjawab tenaga medis karena hubungan
pertanyaan kuisioner yang diberikan oleh kekerabatannya. Walau pun tenaga medis
peneliti kepada responden dengan hasil merasa bahwa pasien membutuhkan dukungan
jawaban responden didapatkan data bahwa sosial yang banyak, akan tetapi tenaga medis
sebagian besar responden menyatakan bahwa mempunyai keterbatasan. Keterbatasan ini
111
Jurnal Keperawatan Jiwa, Volume 5 No 2, Hal 107 - 114, November 2017
FIKKes Universitas Muhammadiyah Semarang bekerjasama dengan PPNI Jawa Tengah

dapat berupa etika profesi yang tidak banyak dan responden wanita lebih sering
memungkinkan tenaga medis terlibat jauh berkonsultasi kepada tenaga medis. Ini sesuai
dalam urusan pribadi pasiennya kecuali yang yang dijelaskan Safarino dalam Martono
berhubungan dengan penyakitnya. (2010) bahwa untuk mengatasi masalah yang
Keterbatasan lain karena banyaknya pasien dirasakannya, maka laki-laki cenderung
yang harus ditangani sehingga tenaga medis mencari informasi lebih banyak agar ia lebih
mengandalkan partisipasi aktif dari keluarga. dapat mengenali dan kemudian mencari jalan
jalani terapi hemodialysis secara tidak keluar dari masalah.
langsung dapat memotivasi pasien untuk
menjadi lebih baik. Dari hasil pengamatan 5. Kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik
peneliti selamaa melakukan penelitian tampak yang menjalani hemodialisa
adanya hubungan baik anatara pasien dengan Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa
teman pasien. Beberapa responden mengatakan paling banyak responden dengan kualitas
dukungan yang diberikan teman membuat hidup dalam kategori buruk yaitu sebanyak 25
pasien menjadi lebih semnagat untuk responden (61,0%). Pada kuesioner no 8
menjalani hemodialysis dan termotivasi untuk didapatkan 11 responden menyatakan sedikit
bisa sembuh dari penyakitnya. merasa nyaman terhadap kehidupan sehari-
hari, kuesioner no 9 didapatkan 10 responden
Hal tersebut menunjukkan masih kurangnya menyatakan lingkungan tempat tinggalnya
perhatian dan dukungan teman terhadap setiap lumayan sehat, kuesioner no 12 didapatkan 8
kegiatan yang pasien gagal ginjal kronis ikuti responden menyatakan memiliki cukup uang
dengan memberikan arahan dan informasi dalam jumlah sedang, kuesioner no 13
yang benar terhadap kegiatan-kegiatan didapatkan 10respoonden menyatakan
tersebut. Hal tersebut menjadikan pasien sedikitnya ketersediaan informasi yang
belum mendapatkan apa yang dibutuhkan oleh didapatkan, kuesioner no 14 didapatkan 8
mereka sehingga mereka kurang merasa responden menyatakan sedikit mendapatkan
berharga dalam menjalani kehidupan mereka. kesempatn untuk rekeasi dengan keluarga,
Informasi-informasi yang diberikan orang lain kuesioner no 23 didapatkan 13 responden
akan mempengaruhi seseorang untuk menyatakan puas dengan kondisi tempat
menambah pengetahuan, kemampuan, dan tinggalnya, kuesioner no 24 didapatkan 10
keterampilan sehingga akan membuat responden menyatakan puas dengan akses
keyakinan untuk melakukan sesuatu menjadi pelayanan kesehatan, kuesioner no 25
besar (Sarafino, 2014). didapatkan 10 responden puas dengan
ketersediaan transportasi yang digunakan.
4. Kualitas hidup kesehatan umum pasien
gagal ginjal kronik dilihat dari dimensi Hal tersebut dapat dilihat dari hasil jawaban
lingkungan kuesioner yang diberikan peneliti kepada
Berdasarkan hasil penelitian, mayoritas responden tentang kualitas hidup responden
responden memiliki kualitas hidup baik dari yang terbagi menjadi beberapa kriteria yaitu
dimensi lingkungan, yaitu sebanyak 22 orang kualitas hidup dilihat dari segi kesehatan fisik,
(53,7%), sedangkan 19 orang responden kesehatan psikologis, dan pengaruh dimensi
(46,3%) memiliki kualitas hidup yang buruk lingkungan terhadap kualitas hidup responden.
dari dimensi lingkuungan. Responden merasa Kualitas hidup pasien GGK yang menjalani
bahwa keberadaannya di tempat mereka hemodialisa dipengaruhi oleh faktor-faktor
tinggal dan bekerja sudah kurang dibutuhkan, yaitu karakteristik pasien, terapi hemodialisa
responden tidak bekerja. Responden dianggap yang dijalani, status kesehatan pasien seperti
tidak mempunyai kemampuan untuk kondisi ada tidaknya anemia, juga ada tidaknya
beraktifitas juga dalam hal berpendapat. depresi, dan faktor terakhir yaitu dukungan
Responden jarang dimintai pendapat dan keluarga (Septiwi, 2010).
jarang dilibatkan dalam pembuatan keputusan.
Peneliti menilai ini ada hubungannya dengan Menilai kualitas hidup yang termasuk dalam
jumlah responden laki-laki yang lebih banyak, kategori baik yaitu dimensi lingkungan dimana
karena dalam kehidupan rumah tangga mereka sebagian besar responden menjawab
menjadi kepala keluarga yang seharusnya lebih pertanyaan kuesioner yang diberikan oleh
banyak terlibat dalam membuat keputusan. Hal peneliti kepada responden dengan hasil
ini terjadi juga karena karakteristik responden jawaban responden didapatkan data bahwa
laki-laki yang membutuhkan informasi lebih sebagian besar responden menyatakan bahwa
112
Jurnal Keperawatan Jiwa, Volume 5 No 2, Ha7 107 - 114, November 2017
FIKKes Universitas Muhammadiyah Semarang bekerjasama dengan PPNI Jawa Tengah

responden mengatakan lingkungan di sekitar 5. Gambaran kualitas hidup pasien gagal


tempat tinggal kesehatan dalam jumlah sedang ginjal kronik yang menjalani hemodialisa
(41,4%), masih sedikit ketersediaan informasi memiliki kualitas hidup buruk sebanyak 25
bagi kehidupan sehari-hari (26,9%), responden orang (61,0%), sedangkan 16 orang
kondisi tempat tinggalnya biasa saja (29,2%), responden (39,0%) memiliki kualitas
selain itu responden tidak merasa puas dengan hidup yang baik.
akses layanan kesehatan (48,3%). Beberapa
indikator tersebut menunjukkan bahwa Saran
sebagian besar responden dalam penelitian ini 1. Bagi Pendidikan Keperawatan
mempunyai kualitas hidup dalam kategori Diharapkan agar bisa menambahkan materi
kurang. dan SOP pendidikan kesehatan kualitas
hidup pasien gagal ginjal kronik kedalam
Hasil penelitian sejalan dengan hasil penelitian materi perkuliahan. Dan memberikan
Ibrahim (2009), menunjukan bahwa 57,1% informasi tambahan bagi pendidikan
pasien yang menjalani hemodialisis
keperawatan khususnya keperawatan
mempersepsikan kualitas hidupnya pada
tingkat rendah dengan kondisi fisik merasa keluarga dalam hal meningkatkan kualitas
kelelahan, kesakitan dan sering gelisah. Pada hidup gagal ginjal kronik yang menjalani
kondisi psikologis pasien tidak memiliki terapi hemodialisa.
motivasi untuk sembuh, secara hubungansosial
dan lingkungan pasien menarik diri dari 2. Bagi Penelitian Selanjutnya
aktifitas dimasyarakat sementara pasien yang Peneliti selanjutnya diharapkan dapat
menjalani hemodialisis mempersepsikan meneliti dan mengendalikan faktor yang
kualitas hidupnyapada tingkat tinggi dengan mempengaruhi kualitas hidup pasien gagal
kondisi dapat tidur dan istirahat dengan ginjal kronis seperti faktor usia, jenis
nyaman tidak merasa gelisah dan tidak mudah kelamin, nutrisi, dan faktor lama menjalani
kelelahan. hemodialisa.
SIMPULAN DAN SARAN 3. Bagi praktik keperawatan
Simpulan
Praktek keperawatan agar dapat
1. Gambaran kualitashidup pasien gagal
ginjal kronik dilihat dari dimensi
meningkatkan pelayanan yang lebih
kesehatan fisik memiliki kualitas hidup maksimal dan hendaknya perawat
buruk, yaitu sebanyak 26 orang (63,4%), menyusun SOP tentang pendidikan
sedangkan 15 orang responden (36,6%) kesehatan perawatan keluarga dan
memiliki kualitas hidup yang baik. mengaplikasikan family suportpada pasien
2. Gambaran kualitas hidup pasien gagal gagal ginjal kronik dalam meningkatkan
ginjal kronik dilihat dari dimensi kualitas hidup.
kesehatan psikologi memiliki kualitas
hidup buruk, yaitu sebanyak 24 orang DAFTAR PUSTAKA
(58,5%), sedangkan 17 orang responden Anggraini, Y. D. (2016), Kualitas Hidup
(41,5%) memiliki kualitas hidup yang Pasien Gagal Ginjal Kronis
baik. yangMenjalani Hemodialisis Di RSUD
3. Gambaran kualitas hidup pasien gagal Blambangan Banyuwangi. Universitas
ginjal kronik dilihat dari dimensi Jember.
hubungan social memiliki kualitas hidup
baik, yaitu sebanyak 21 orang (51,2%), Desita. (2010). Pengaruh Dukungan Keluarga
sedangkan 20 orang responden (48,8%) Terhadap Peningkatan KualitasHidup
memiliki kualitas hidup yang buruk. Pasien Gagal Ginjal Kronik yang
4. Gambaran kualitas hidup pasien gagal Menjalani Hemodialisa di RSUPHAM
ginjal kronik dilihat dari dimensi Medan. USU repository.
lingkungan memiliki kualitas hidup baik,
yaitu sebanyak 22 orang (53,7%), ESRD. (2012), End Stage Renal Disease
sedangkan 19 orang responden (46,3%) (ESRD) Patients in 2012 A Global
memiliki kualitas hidup yang buruk. Perspective. Germany: Fresenius
Medical Care.

113
Jurnal Keperawatan Jiwa, Volume 5 No 2, Hal 107 - 114, November 2017
FIKKes Universitas Muhammadiyah Semarang bekerjasama dengan PPNI Jawa Tengah

Farida, A. 2010. Pengalaman Klien Sarafino, E. P. (2008). Health Psychology:


Hemodialisis Terhadap Kualitas Hidup Biopsychosocial Interaction. (2nd Ed).
dalam Konteks Asuhan Keperawatan di New York: John Willey & Sons Inc.
RSUP Fatmawati Jakarta. Tidak
Dipublikasikan. Smeltzer dan Bare. 2001. Buku Ajar
Keperawatan Medikal Bedah Vol 2
Ibrahim, K, 2005. Kualitas Hidup pada Pasien Edisi 8. Jakarta: EGC: 1398-1401.
Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani
Hemodialisis. http://www. mkb. online Sudoyo, A, Setiyohadi, B. , Alwi, I. ,
Simadibrata, M. , dan Setiati, S. 2009.
Indonesian Renal Registry. 2012. 5th Annual Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi
Report of Indonesia. http://www. Kelima Jilid II. Jakarta: Iterna
pernefriinasn. Publising: 1036.
org/Laporan/5th%20Annual%20Report
%20Of%20IRR%202012. pdf. [3 Surjono, A. 2005. Vade-Mecum Pediatri.
Desember 2015]. Jakarta: EGC: 83 United States Renal
Data System. 2014. USRDS Annual
Jumaih, 2011. A Study of Quality of Life and Data Report Volume 2: End Stage
its Determinants among Hemodialysis Renal Disease.
Patients Using the KDQOL-SF
Instrument in One Center in Saudi Tallis, K. (2005), How to improve the quality
Arabia. [serial online] of life in patients living with end stage
renal failure. Renal Nursing Society of
Mardyaningsih, D. 2014. Kualitas Hidup Pada Australian Journal. Vol. 1, No. 1.
Penderita Gagal Ginjal Kronik yang
Menjalani Terapi Hemodialisis di RSUD Yuliaw. 2009. Hubungan Karakteristik
dr. Soediran Mangun Sumarso Individu dengan Kualitas Hidup
Kabupaten Wonogiri. [serial online]. Dimensi Fisik pasien Gagal Ginjal
Kronis di RS Dr. Kariadi Semarang.
Nurchayati, S. 2010. Analisis Faktor-Faktor [serial online]
yang Berhubungan dengan Kualitas
Hidup Pasien Penyakit Ginjal Kronik WHO, 2008. How Can We Achieve Global
yang Menjalani Hemodilalisis di Equity in Provision of Renal
Rumah Sakit Islam Fatimah Cilacap dan Replacement Therapy. Bull. WHO. 86:
Rumah Sakit Umum Daerah Banyumas. 161-240
Tesis. Depok: Universitas Indonesia.
WHOQL-100, WHOQL-BREF and CA-
NKF-KDOQI, 2013. Clinical Practice WHOQL INSTRUMENTS; user manual
Guidelines on Hypertension and and interpretasion guide. Juli 15, 2016
Antihypertensive Agents in Chronic
Kidney Disease, Guideline 12.

Patricia et. al. (2011). Keperawatan Kritis:


Pendekatan Asuhan Holistik (Edisi 8),
Volume dua. Jakarta: EGC.

Price dan Wilson. 2005. Patofisiologi Konsep


Klinis Proses –Proses Penyakit. Jakarta:
EGC: 912 –980. Rohmawati, E. 2011.
Perbedaan Kualitas Hidup Antara Lansia
yang Aktif dan yang Tidak Aktif
Melakukan Kunjungan ke Posyandu.
Tidak Dipublikasikan. Skripsi.
Jember: Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Jember.

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 20013.


Jakarta: Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Departemen.
114

Anda mungkin juga menyukai