Anda di halaman 1dari 21

MATEMATIKA DASAR II

BILANGAN KOMPLEKS;CONVEYOR MAPPING;ALJABAR VEKTOR


DAN SISTEM KOORDINASI
Dosen Pengampu : Dessy Agustina Sari, ST., MT

Kode MK : TEL61607

Disusun Oleh :

Helmi Dwi Prasetya

1710631160009

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG

2018
DAFTAR ISI

BAB I
Bilangan Kompleks 2
BAB II
Vektor 4
BAB III
Sistem Koordinat 6
BAB IV
Model Matematika Sistem Conveyor 21
Daftar Pustaka

1
BAB I
BILANGAN KOMPLEKS

Sistem bilangan real ℝ tidak dapat menyelesaikan persamaan x2 +1=0. Untuk


menyelesaikan persamaan tersebut dibutuhkan bilangan jenis baru. Bilangan jenis baru ini
dinamakan bilangan imajiner atau bilangan kompleks.
A. BILANGAN KOMPLEKS DAN OPERASINYA
Bilangan kompleks adalah bilangan yang memiliki bentuk:

𝑎 + 𝑏𝑖 atau 𝑎 + 𝑖𝑏, 𝑎 dan 𝑏 bilangan real dan 𝑖2 = –1.

Bilangan kompleks dinyatakan dengan huruf z, sedang huruf x dan y menyatakan bilangan real.
Jika 𝑧 = 𝑥 + 𝑖𝑦 menyatakan sembarang bilangan kompleks, maka x dinamakan bagian real dan y
bagian imajiner dari z. Bagian real dan bagian imaginer dari bilangan kompleks z biasanya
dinyatakan dengan Re(z) dan Im(z). Timbulnya bilangan kompleks dapat diikuti dari proses
matematika yang sederhana, yaitu dari persamaan kuadrat 𝑎𝑥 2 + 𝑏𝑥 + 𝑐 = 0 Dimana cara
penyelesaiannya dengan menggunakan rumus abc, yang menghasilkan dua akar sekaligus

B. OPERASI HITUNG PADA BILANGAN KOMPLEKS


Bilangan kompleks 𝑧1 = 𝑥1 + 𝑖𝑦1 dan bilangan kompleks 𝑧2 = 𝑥2 + 𝑖𝑦2 dinyatakan sama,
𝑧1 = 𝑧2, jika dan hanya jika 𝑥1 = 𝑥2 dan 𝑦1 = 𝑦2.
Untuk bilangan kompleks 𝑧1 = 𝑥1 + 𝑖𝑦1 dan 𝑧2 = 𝑥2 + 𝑖𝑦2 jumlah dan hasil kalinya berturut-
turut didefinisikan sbb:

𝑧1 + 𝑧2 = (𝑥1 + 𝑥2) + 𝑖(𝑦1 + 𝑦2) 𝑧1 • 𝑧2 = (𝑥1𝑥2 – 𝑦1𝑦2) + 𝑖(𝑥1𝑦2 + 𝑥2𝑦1)


4
Himpunan semua bilangan kompleks diberi notasi ℂ Jadi ℂ = { z | z = x + iy, x∈ℝ, y∈ℝ }. Jika
Im(z)=0 maka bilangan kompleks z menjadi bilangan real x, sehingga bilangan real adalah
keadaan khusus dari bilangan kompleks, sehingga ℝ⊂ℂ . Jika Re(z)=0 dan Im(z)≠0, maka z
menjadi iy dan dinamakan bilangan imajiner murni. Bilangan imajiner murni dengan y=0, yakni
bilangan i, dinamakan satuan imajiner.

Jika 𝑧 = 𝑥 + 𝑖𝑦 = (𝑥, 𝑦) bilangan kompleks, maka modulus dari z, ditulis z = 𝑥 + 𝑖𝑦 = Arti
geometri dari modulus z adalah merupakan jarak dari titik O(0,0) ke z = (x,y).

2
Akibatnya, jarak antara dua bilangan kompleks 𝑧1 = 𝑥1 + 𝑖𝑦1 dan 𝑧2 = 𝑥2 + 𝑖𝑦2 adalah
√(𝑥1 − 𝑥2 )2 + (𝑦1 − 𝑦2 )2

Sifat-sifat bilangan kompleks


Himpunan semua bilangan kompleks bersama operasi penjumlahan dan perkalian (ℂ ,+,•)
membentuk bidang (field) kompleks. Adapun sifat-sifat yang berlaku pada bidang bilangan
kompleks z1, z2 dan z3 adalah sebagai berikut:
1. 𝑧1 + 𝑧2 ∈ ℂ dan 𝑧1 • 𝑧2 ∈ ℂ . (sifat tertutup)
2. 𝑧1 + 𝑧2 = 𝑧2 + 𝑧1 dan 𝑧1 • 𝑧2 = 𝑧2 • 𝑧1 (sifat komutatif)
3. (𝑧1 + 𝑧2) + 𝑧3 = 𝑧1 + (𝑧2 + 𝑧3) dan (𝑧1 • 𝑧2) • 𝑧3 = 𝑧1 • (𝑧2 • 𝑧3)
(sifat asosiatif)
4. 𝑧1 • (𝑧2 + 𝑧3) = (𝑧1 • 𝑧2) + (𝑧1 • 𝑧3) (sifat distributif)
5. Ada 0=0+i0 ∈ℂ , sehingga z+0 = z (0 elemen netral
penjumlahan)

6. Ada 1=1+i0 ∈ ℂ , sehingga z•1 = z (1 elemen netral perkalian)


7. Untuk setiap z = x+iyℂ, ada –z = –x–iy sehingga z+(–z) = 0
8. Untuk setiap z = x+iyℂ, ada z-1 = 1/z, sehingga z•z-1 = 1.

C. KOMPLEKS SEKAWAN (KONJUGAT)


Jika z = x + iy bilangan kompleks, maka bilangan kompleks sekawan dari z ditulis , didefinisikan
sebagai = (x,–y) = x – iy.

D. INTERPRETASI GEOMETRIS BILANGAN KOMPLEKS


Karena 𝑧 = 𝑥 + 𝑖𝑦 dapat dinyatakan sebagai 𝑧 = (𝑥, 𝑦), merupakan pasangan terurut bilangan
real, maka z dapat digambarkan secara geometri dalam koordinat Kartesius sebagai sebuah titik
(x,y). Pemberian nama untuk sumbu x diubah menjadi sumbu Real dan sumbu y diubah menjadi
sumbu Imajiner. Bidang kompleks tersebut di beri nama bidang Argand atau bidang z. Jika kita
hubungkan titik asal (0,0) dengan titik (x,y), maka terbentuk vektor; sehingga bilangan kompleks
z = x+iy = (x,y) dapat dipandang sebagai vektor z.

3
BAB II

VEKTOR

Pengertian Besaran Vektor dan Besaran Skalar


Besaran dibagi menjadi 2 yaitu besaran skalar dan besaran vektor.
Skalar adalah besaran yang dicirikan sepenuhnya oleh besarnya (magnitude)
Contoh : masssa, panjang, waktu, suhu, intensitas cahaya, energi, muatan listri dsb.
Vektor adalah besaran yang dicirikan oleh besar (magnitude) dan arah
Contoh : berat, gaya, kecepatan, medan listrik, medan magnet, kuat medan listrik, percepatan
gravitasi, dsb.

Notasi dan Aljabar Vektor


Besaran vektor dinotasikan dengan memakai simbol huruf tebal/huruf besar/huruf besar atau
kecil yang di garis atasnya, sedangkan untuk vektor satuan (vektor dengan harga
absolut/magnitude) dinyatakan dengan huruf kecil yang di tebalkan.

v Simbol vektor : A atau A atau A atau a

v Simbol vektor satuan : aA atau a atau ax

*permisalan vektor A

Secara grafis vector digambarkan dengan segmen garis berarah (anak panah). Panjang segmen
garis (pada skala yang sesuai) menyatakan besar vector dan anak panah menunjukkan arah
vector. Berikut ini merupakan contoh penggambaran vector A danB. Hasil penjumlahan Vektor
A dan B atau A + B ditunjukkan dengan hukum jajaran genjang.

4
Penggambaran vector secara grafis

Vektor satuan dalam arah vektor A dapat ditentukan dengan membagi A dengan nilai absolutnya
:

aA =A

|A|

dimana |A| = A = √Ax∙Ay

Pada Aljabar vektor, ada beberapa peraturan baik itu pada penjumlahan, pengurangann maupun
perkalian. Aturan operasi vektor direpresentasikan dalam hukum mataematis sebagai berikut :

 Hukum komutatif A+B=B+A


 Hukum asosiatif A + (B+C) = (A+B) + C
 Hukum asosiatif distributif ( perkalian vektor dengan skalar):

(r + s)(A+B) = r(A+B) + s(A+B) = rA + rB + sA + Sb

Secara Geometri
Setiap vektor dinyatakan sebagai segmen garis berarah pada bidang atau ruang, denga notasi
garis berpanah Ekor panah garis tersebut merupakan titik awal vektor, sedangkan ujung panah
sebagai titik akhir (ujung) vector tersebut.
Vektor-vektor yang mempunyai panjang dan arah yang sama dinamakan ekivalen.

Secara Aljabar
 Misalkan u vektor di R2  u =(u1, u2), dimana u1, 𝑢2 𝜀 𝑅
 Misalkan v vektor di R3  v =(v1, v2, v3), dimana v1, v2, v3 ε R
 u1, u2 disebut komponen u, sedangkan v1, v2, v3 disebut komponen v
 Dua vektor dikatakan ekivalen jika dan hanya jika besar dan arahna sama atau dengan kata
lain komponen ang bersesuaian sama.
Misal: Diketahui u =(u1, u2) dan w =(w1, w2)
u=wu
1= w1 dan u2 = w2

5
BAB III

SISTEM KOORDINAT

Vektor adalah besaran yang ditentukan oleh besar dan arahnya. Dalam aplikasinya vector selalu
menempati ruang. Untuk menjelaskan fenomena vector di dalam ruang dapat digunakan bantuan
system koordinat untuk menjelaskan besar dan arah vector. Ada 3 koordinat yang akan dibahas.

Koordinat Cartesian

Koordinat kartesian digunakan untuk menyatakan suatu benda yang memiliki bentuk siku seperti
garis lurus, bidang datar siku dan ruang siku-siku. Bentuk-bentuk siku akan mudah digambarkan
dalam koordinat kartesius baik 2 dimensi maupun 3 dimensi. Dalam koordinat kartesius 2
dimensi terdiri dari 2 sumbu yaitu sumbu horizontal (mendatar) yaitu sumbu x dan sumbu tegak
(vertical) yaitu sumbu y. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Koordinat kartesius 2 dimensi digunakan untuk menggambarkan objek 1 dimensi dan 2 dimensi.
Contoh objek satu dimensi yaitu garis baik garis lurus maupun garis lengkung. Sedangkan
contoh objek 2 dimensi yaitu bidang datar. Objek 1 dimensi dan 2 dimensi dapat digambarkan
pada koordinat 3 dimensi dengan baik, sedangkan untuk objek 3 dimensi harus digambarkan
pada koordinat 3 dimensi, Dalam sistem koordinat Cartesian, menggunakan tiga sumbu
koordinat yang saling tegak lurus, yakni sumbu x, y, dan z.

6
Koordinat kartesius 3 dimensi digunakan untuk menggambarkan suatu objek baik 1 dimensi, 2
dimensi maupun 3 dimensi. Koordinat kartesius 3 dimensi mempunyai 3 sumbu koordinat yaitu
sumbu x, y, dan z. Untuk lebih jelasnya silahkan perhatikan gambar berikut :

Sudut yang dibentuk antar sumbu koordinat adalah 90º atau dengan kata lain sumbu x tegak lurus
dengan sumbu y dan sumbu z. Ambil tiga garis koordinat yang saling tegak lurus, misalnya
sumbu X , Y dan Z dengan titik Nol berada pada suatu titik O yang sama.disebut titik asal.
Sistem koordinat dimensi tiga dapat digambarkan seperti Gambar :

Ketiga sumbu tersebut menentukan tiga bidang, yaitu bidang yz , bidang xz dan bidang xy yang
membagi ruang menjadi delapan oktan, Jika titik P dalam ruang, maka koordinat kartesiusnya
dituliskan berupa bilangan ganda tiga yaitu P(x, y,z) Dalam sistem koordinat dimensi tiga terbagi
atas tiga bidang, yaitu :
1. bidang yz yaitu bidang yang tegak lurus sumbu-x
2. bidang xz yaitu bidang yang tegak lurus sumbu-y
3. bidang xy yaitu bidang yang tegak lurus sumbu-z

7
Ketiga bidang tersebut dapat digambarkan seperti Gambar berikut

Jarak Dua Titik

Misalnya ada dua titik yaitu 𝑃1 (𝑥1 , 𝑦1 , 𝑧1 dan 𝑃2 (𝑥2 + 𝑦2 + 𝑧2 ) dalam ruang dimensi tiga dimana
𝑥1 dan merupakan titik sudut yang berlawanan didalam
suatu balok seperti pada Gambar berikut

Jika kita letakan sebuah titik Q dan titik R ternyata masing-masing titik mempunyai koordinat
dan titik R mempunyai koordinat , karena segitiga siku-
siku di Q dan segitiga siku-siku di R , maka akan diperoleh panjang garis dan
panjang garis menurut rumus Pytagoras yaitu

8
secara umum diketahui dan maka panjang atau jarak antara titik
dan dirumuskan sebagai berikut :

contoh :
Diketahui titik P(3,4-2) dan Q(-4,-2,5) tentukan jarak titik P ke Q atau
penyelesaian:
Diketahui P(3,4-2) dan Q(-4,-2,5), maka jarak kedua titik itu
adalah :

Vektor dalam ruang dimensi tiga

Vektor basis di R3 adalah maka vektor u dapat


dinyatakan

dan panjang u dinyatakan dengan

Penjumlahan, pengurangan dan perkalian vektor dengan scalar di R3 sama seperti penjumlahan,
pengurangan dan perkalian vektor dengan scalar di R2. Begitu pula hukum-hukum aljabar yang
diterapkan akan sesuai dengan kaidah yang telah dipelajari sebelumnya.

9
Hasil Kali Titik (dot product)
jika dan maka.

Dan mempunyai interpretasi geometri sebagai berikut

Dengan sudut antara u dan v


Dua buah vektor akan saling tegak lurus jika dan hanya jika hasil kali titiknya nol.

Sudut dan kosinus arah

misalkan adalah vektor posisi titik A dengan A berimpit


dengan O, sudut-sudut antara vektor dengan vektor satuan maka sudut-sudut arah vektor
Sudut-sudut

maka

10
Hasil kali silang dua vektor

dan
= sudut yang dibentuk oleh dan dengan

Dengan u = vektor satuan, maka

Apabila sejajar dengan yaitu = 0, maka

Hasil kali silang dua vektor-vektor bersifat distributif terhadap penjumlahan vektor yaitu:

Untuk vektor i,j dan k :

11
Dengan cara yang sama kita peroleh:

Selanjutnya dapat diturunkan teknik perhitungan dengan menggunakan determinan:

Vektor r dalam koordinat Cartesian dinyatakan :

r=x+y+z x, y, dan z komponen vektor r

Vektor satuan adalah vektor dengan besar satu satuan dan arahnya sejajar dengan arah sumbu
koordinat pada arah bertambahnya harga koordinat.

12
•Jika vektor y besarnya dua satuan dan arahnya searah dengan bertambahnya harga y, dinyatakan :

y = 2 ay

•Sebuah vektor rp arahnya ditentukan oleh penghubung antara titik asal dengan titik P(1, 2, 3)

rp = ax + 2 ay + 3 az

•Sebuah vektor rQ arahnya ditentukan oleh penghubung antara titik asal dengan titik (2, -2, 1)

rQ = 2 ax 2 ay + az

•Maka vektor RPQ sebagai vektor yang menghubungkan antara rP dan rQ dinyatakan :

RPQ = rQ  rP = (2-1) ax + (-2 2) ay + (1  3)az

= ax  4 ay  2 az

13
•Sehingga sebuah vektor Gaya F dapat dinyatakan sebagai :

F = Fx ax + Fy ay + Fz az
Fx , Fy , dan Fz komponen skalar

Fx ax, Fy ay, dan Fz az komponen vektor

•Jadi secara umum sebuah vektor B dapat dinyatakan sebagai :

B = Bx ax + By ay + Bz az

Besar vektor B, dapat dituliskan sebagai B atau B dan dapat dinyatakan :

vektor satuan dalam arah B menjadi :

Koordinat silindris

Tidak semua benda mempunyai bentuk siku-siku seperti balok, kubus, bujur sangkar, dan
bentuk-bentuk siku lainnya. Benda-benda seperti tabung, botol, pipa, tampat sampah, kerucut
memiliki bentuk lingkaran dengan simetri yang khas. Bentuk-bentuk seperti ini akan susah untuk
digambarkan pada koordinat kartesius karena simetri lingkaran sulit untuk digambarkan.Atas
dasar inilah muncullah ide untuk mengembangkan system koordinat untuk benda-benda seperti
ini yaitu dengan membuat koordinat silinder. Koordinat silinder terdiri dari 3 sumbu koordinat
yaitu koordinat r, f, dan z.

14
Tiga Unit vektor satuan sumbu r,ɸ,dan z adalah sebagai berikut :

 Ar = r aɸ = ɸ az = z
 |ar|= 1 |aɸ| = 1 |az|= 1

Dengan operasi sebagai berikut :

 ar x aɸ = az aɸ x ar = -az
 aɸ x az = ar az x az = -ar

 az x ar = aɸ ar x az = -aɸ

Konversi dari koordinat silinder ke koordinat kartesius adalah sebagai berikut :


x = r cos ɸ, y = r sin ɸ, z = z Konversi dari koordinat kartesius ke silinder adalah sebagai berikut
: r = √x2 + y2

Z=Z
Contoh visualisi penggambaran objek dalam koordinat silinder untuk kasus, r konstan, Dari
gambar ini dapat dibayangkan kirakira suatu objek yang menempati koordinat silinder akan
seperti pada gambar di bawah ini

15
Koordinat bola

Koordinat bola digunakan untuk menyatakan suatu objek yang mempunyai bentuk simetri bola.
Sebagai contoh adalah bumi yang kita tempati. Posisi atau kedudukan objek-objek yang berada
dibumi akan sulit dijelaskan dengan koordinat kartesius maupun tabung karena bentuk bumi
yang bundar. Oleh karena itu digunakan system koordinat bola agar mudah dibayangkan. Untuk
menyatakan besaran vektor, koordinat bola menggunakan 3 sumbu koordinat yaitu r,θ , dan f.

Vektor satuan dalam arah r, θ, ɸ :

 aR = R aθ = θ aɸ = ɸ
 |aR|= 1 |aθ|= 1 |aɸ|= 1

Dengan opersi sebagai berikut :

 AR x aθ = aɸ aθ x aR = -aZ
 aθ x aɸ = aR aɸ x aθ = -aR
 aɸ x aR = aθ aR x aɸ = -aθ

 Vektor pada koordinat bola dapat dinyatakan dengan

A = aR AR + aθAθ +aɸAɸ

 Konversi koordinat bola ke koordinat kartesian:

X = R sin θ cos ɸ

16
Y = R sin θ sin ɸ

Z = R cos θ

17
BAB IV

MODEL MATEMATIKA SISTEM CONVEYOR

Conveyor adalah suatu sistem mekanik yang mempunyai fungsi memindahkan barang dari satu
tempat ke tempat yang lain. Conveyor banyak dipakai di industri untuk transportasi barang yang
jumlahnya sangat banyak dan berkelanjutan. Keseluruhan Setelah dilakukan perhitungan,
diperoleh fungsi alih loop terbuka plant weight feeder, dengan besaran keluaran adalah berat
kumulatif material yang dikeluarkan, dan variabel masukan adalah setting berat yang
direpresentasikan dalam bentuk tegangan motor dapat diwakili dengan fungsi alih berikut :

Gambar 8. Rangkaian simulasi fungsi alih loop terbuka

Gambar 3 merupakan rangkaian simulasi fungsi alih loop terbuka dari plant weight feeder dalam
simulink. Setelah dilakukan pemodelan terhadap plant (weight feeder), maka langkah selanjutnya
adalah simulasi sistem. Sistem diberi input dengan sinyal uji step, kemudian diamati responnya.
Respon yang dimaksud adalah tanggapan transient dan tanggapan pada kondisi steady state.

18
Gambar 9. Respon loop terbuka pada weight feeder

Gambar 4 menunjukan hasil simulasi respon sistem. Dari gambar terlihat bahwa respon loop
terbuka plant meningkat bersamaan dengan waktu. Hal tersebut terjadi karena pada plant
mempunyai lokasi pole di titik asal, sehingga plant bersifat sebagai integrator. Secara praktik hal
tersebut ditandai dengan meningkatnya jumlah berat (material) kumulatif yang keluar dari
weight feeder tiap saat selama motor berputar.

19
Daftar Pustaka

 https://zenosoft.wordpress.com/2014/05/01/vektor-dan-sistem-koordinat-cartesian/
 http://adydaryanto.staff.gunadarma.ac.i/1.+Vektor+dan+Operasi+Aljabar
 https://media.neliti.com/media/publications/133194-ID-pengaturan-berat-total-material-yang-
kel.pdf
 http://elektrouniba13.blogspot.co.id/2014/09/skalar-vektor-aljabar-vektor-sistem.html
 http://adismunandar4.blogspot.co.id/2017/06/koordinat-kartesius-vektor-dan.html
 https://www.pinterpandai.com/bilangan-kompleks/

20

Anda mungkin juga menyukai