Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN


PADA KASUS DEFISIT PERAWATAN DIRI

Makalah ini Diajukan Sebagai Persyaratan Mengikuti Bimbingan Pada Mata Kuliah
Keperawatan Jiwa I
Dosen Pembimbing : Ibu Sri Agustiana, S. Kep., Ners., M. Kes., M. Kep.

Di Susun Oleh :

ADITYA SUKMA HADI


NIM : A2R17002

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN TINGKAT II-A


STIKES HUTAMA ABDI HUSADA TULUNGAGUNG
TAHUN AKADEMIK 2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan rahmat, taufik
dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini yang
berjudul Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan pada Defisit Perawatan Diri.
Makalah ini diajukan sebagai persyaratan mengikuti bimbingan pada mata kuliah
Keperawatan Jiwa I. Pembuatan makalah ini tidak terlepas bantuan dari berbagai pihak.
Untuk itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih yang sedalam-dalamnya
kepada yang terhormat :
1. Bapak H. Sukanto, S.Pd, S.Kep.Ners, M.Kes, sebagai Ketua STIKes Hutama Abdi
Husada Tulungagung.
2. Ibu Sri Agustiana, S. Kep., Ners., M. Kes., M. Kep.sebagai dosen pengajarpada mata
kuliah Keperawatan Jiwa I, dan sekaligus sebagai dosen pembimbing tugas kelompok
dengan judul Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan pada Defisit Perawatan
Diri.
3. Pihak perpustakaan yang telah menyediakan buku penugasan Keperawatan Jiwa I.
4. Teman-teman yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu yang telah membantu dalam
penyelesaian makalah ini.
Makalah yang penulis buat ini masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
penulis miliki kurang. Oleh karena itu, penulis harapkan kepada para pembaca untuk
memberikan kritik atau pun masukan-masukan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini. Besar harapan penulis, mudah-mudahan makalah ini bermanfaat
bagi para pembaca pada umumnya, dan kelompok pada khususnya.

Tulungagung, 2 Agustus 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................................... i


KATA PENGANTAR ............................................................................................................ ii

DAFTAR ISI.......................................................................................................................... iii

BAB I ....................................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN .................................................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................... 2
1.3 Tujuan ............................................................................................................ 2
1. Tujuan Umum .......................................................................................................... 2
2. Tujuan Khusus ......................................................................................................... 2
BAB II ..................................................................................................................................... 3

TINJAUAN TEORI ............................................................................................................... 3

2.1 Definisi ......................................................................................................3


2.2 Etiologi ......................................................................................................3
2.3 Tanda dan Gejala ....................................................................................... 4
2.4 Jenis – Jenis ............................................................................................... 5
2.5 Proses Terjadinya Masalah ........................................................................6
2.6 Penatalaksanaan ......................................................................................... 7
2.7 Akibat ........................................................................................................8
2.8 Masalah Keperawatan yang Mungkin Muncul .......................................... 8
BAB III.................................................................................................................................... 9

ASUHAN KEPERAWATAN ................................................................................................ 9

3.1 Pengkajian..................................................................................................9
3.2 Diagnosa Keperawatan ............................................................................ 11
1.3 Rencana Tindakan Keperawatan ............................................................. 12
3.4 Implementasi Keperawatan .....................................................................15
3.5 Evaluasi....................................................................................................17
BAB IV .................................................................................................................................. 18

PENUTUP ............................................................................................................................. 18

iii
4.1 Kesimpulan .............................................................................................. 18
4.2 Saran ........................................................................................................ 18
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................... 19

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan di dalam kebudayaan masyarakat banyak membawa perubahan


yang tidak kecil di dalam segi kehidupan manusia. Perubahan situasi individu baik yang
positif maupun negatif dapat mempengaruhi keseimbangan fisik, mental dan sosial.
Individu yang sehat jiwa ini meliputi menyadari kemampuan dirinya secara penuh.
Mampu menghadapi problem maupun situasi yang berat dan mampu berada dengan orang
lain (Keliat,dkk.2007).
Data statistik yang dikemukakan oleh (WHO) (2012) menyebutkan bahwa sekitar
450 juta orang di dunia mengalami masalah gangguan kesehatan jiwa. Sepertiga
diantaranya terjadi di Negara berkembang. Data yang ditemukan oleh peneliti di Harvard
University dan University College London, mengatakan penyakit kejiwaan pada tahun
2016 meliputi 32% dari semua jenis kecacatan di seluruh dunia. Angka tersebut meningkat
dari tahun sebelumnya (VOA Indonesia, 2016).
Menurut WHO (2016), terdapat sekitar 35 juta orang terkena depresi, 60 juta
orang terkena bipolar, 21 juta orang terkena skizofrenia, serta 47,5 juta terkena dimensia.
Jumlah penderita gangguan jiwa di Indonesia saat ini adalah 236 juta orang, dengan
kategori gangguan jiwa ringan 6% dari populasi dan 0,17% menderita gangguan jiwa
berat, 14,3% diantaranya mengalami pasung. Tercatat sebanyak 6% penduduk berusia 15-
24 tahun mengalami gangguan jiwa, dari 34 provinsi di Indonesia, Sumatera Barat
merupakan peringkat ke 9 dengan jumlah gangguan jiwa sebanyak 50.608 jiwa dan
prevalensi masalah skizofrenia pada urutan ke-2 sebanyak 1,9 permil. Peningkatan
gangguan jiwa yang terjadi saat ini akan menimbulkan masalah baru yang disebabkan
ketidakmampuan dan gejala-gejala yang ditimbulkan oleh penderita (Riskesdas 2013).
Dalam pasien dengan gangguan jiwa kurangnya keperawatan diri akibat adanya
perubahan proses pikir sehingga dalam kemampuan melakukan aktifitas perawatan diri
menurun. Pemeliharaan hygiene perorangan diperlukan untuk kenyamanan individu,
keamanan, dan kesehatan. Seperti pada orang sehat dapat memenuhi kebutuhan personal
hygienenya sendiri. Cara perawatan diri menjadi rumit dikarenakan kondisi fisik atau
keadaan emosional klien. Selain itu,beragam faktor pribadi dan sosial budaya
mempengaruhi praktik hygiene klien.

1
Karena perawatan hygiene seringkali memerlukan kontak yang dekat dengan
klien maka perawat menggunakan ketrampilan komunikasi untuk meningkatkan hubungan
terapeutik dan belajar tentang kebutuhan emosional klien. Oleh karena itu penulis
membahas makalah ini untuk mempelajari tentang defisit perawatan diri dan mengkaji
pasien dengan gangguan perawatan diri.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana Konsep Asuhan Keperawatan Defisit Perawatan diri ?

1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Konsep Asuhan Keperawatan Defisit Perawatan Diri.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui Definisi Defisit Perawatan Diri.
b. Untuk mengetahui Etiologi Defisit Perawatan Diri.
c. Untuk mengetahui Tanda dan Gejala Defisit Perawatan Diri.
d. Untuk mengetahui Jenis Defisit Perawatan Diri.
e. Untuk mengetahui Rentang Respon Defisit Perawatan Diri.
f. Untuk mengetahui Proses Terjadiya Masalah Defisit Perawatan Diri.
g. Untuk mengetahui Pohon Masalah Defisit Perawatan Diri.
h. Untuk mengetahui Mekanisme Koping Defisit Perawatan Diri.
i. Untuk mengetahui Penatalaksanaan Defisit Perawatan Diri.
j. Untuk mengetahui Akibat Defisit Perawatan Diri.
k. Untuk mengetahui Masalah Keperawatan yang Mungkin Muncul.
l. Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan pada Klien Defisit Perawatan Diri.
m. Untuk mengetahui Evaluasi dari Defisit Perawatan Diri.

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi

Defisit perawatan diri adalah kurangnya perawatan diri pada pasien dengan
gangguan jiwa terjadi akibat adanya perubahan proses pikir sehingga kemampuan untuk
melakukan aktivitas perawatan diri menurun. Kurang perawatan diri terlihat dari
ketidakmampuan merawat kebersihan diri antaranya mandi, makan minum secara mandiri,
berhias secara mandiri, toileting (BAK/BAB) (Damaiyanti, 2012).
Defisit perawatan diri adalah kemampuan dasar yang dimiliki manusia dalam
melengkapi kebutuhannya dalam kelangsungan hidupnya sesuai kondisi kesehatannya.
(Damaiyanti dan Iskandar, 2012).
Defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan melakukan aktifitas
perawatan diri (mandi, berhias, makan serta toileting) kegiatan itu harus bisa dilakukan
secara mandiri ( Herman, 2011).

2.2 Etiologi

Menurut Tarwoto dan Wartonah (2000), penyebab kurang perawatan diri adalah
kelelahan fisik dan penurunan kesadaran. Menurut Depkes (2000), penyebab kurang
perawatan diri adalah:
1. Faktor predisposisi
a) Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga perkembangan inisiatif
terganggu.
b) Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan perawatan diri.
c) Kemampuan
realitas turun Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang
menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri.
d) Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya. Situasi
lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan diri.
2. Faktor presipitasi

3
Faktor presivitasi defisit perawatan diri adalah kurang penurunan motivasi, kerusakan
kognisi atau perceptual, cemas, lelah/lemah yang dialami individu sehingga
menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan diri.
Menurut Depkes (2000: 59) Faktor – faktor yang mempengaruhi personal hygiene
adalah:
a) Body Image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri misalnya
dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli dengan kebersihan
dirinya.
b) Praktik Sosial
Pada anak – anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan akan
terjadi perubahan pola personal hygiene.
c) Status Sosial Ekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi,
shampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya.
d) Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik dapat
meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita diabetes mellitus ia harus
menjaga kebersihan kakinya.
e) Budaya
Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh dimandikan.
f) Kebiasaan seseorang
Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan diri
seperti penggunaan sabun, sampo dan lain – lain.
g) Kondisi fisik atau psikis
Pada keadaan tertentu / sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang dan perlu
bantuan untuk melakukannya.

2.3 Tanda dan Gejala

Menurut Depkes (2000) tanda dan gejala klien dengan defisit perawatan diri
adalah:
1. Fisik
a) Badan bau, pakaian kotor.

4
b) Rambut dan kulit kotor.
c) Kuku panjang dan kotor.
d) Gigi kotor disertai mulut bau.
e) Penampilan tidak rapi.
2. Psikologis
a) Malas, tidak ada inisiatif.
b) Menarik diri, isolasi diri.
c) Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina.
3. Social
a) Interaksi kurang.
b) Kegiatan kurang.
c) Tidak mampu berperilaku sesuai norma.
d) Cara makan tidak teratur.
e) BAK dan BAB di sembarang tempat, gosok gigi dan mandi tidak mampu mandiri.

2.4 Jenis – Jenis

Menurut (Damaiyanti, 2012) jenis perawatan diri terdiri dari :


1. Defisit perawatan diri : mandi
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan mandi/beraktivitas
perawatan diri sendiri.
2. Defisit perawatan diri : berpakaian
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas berpakaian dan
berhias untuk diri sendiri.
3. Defisit perawatan diri : makan
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas sendiri.
4. Defisit perawatan diri : eliminasi
Hambatn kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas eliminasi sendiri.

5
2.5 Proses Terjadinya Masalah

Defisit perawatan diri terjadi diawali dengan proses terjadinya gangguan jiwa
yang dialami oleh klien sehingga menyebabkan munculnya gangguan defisit perawatan
diri pada klien. Pada klien skizofrenia dapat mengalami defisit perawatan diri yang
signifikan. Tidak memerhatikan kebutuhan higiene dan berhias biasa terjadi terutama
selama episode psikotik. Klien dapat menjadi sangat preokupasi dengan ide-ide waham
atau halusinasi sehingga ia gagal melaksanakan aktivitas dalam kehidupan sehari-hari
(Stuart&Laraia, 2005).
Faktor biologis terkait dengan adanya neuropatologi dan ketidakseimbangan dari
neurotransmiternya. Dampak yang dapat dinilai sebagai manifestasi adanya gangguan
adalah pada perilaku maladaptif pasien (Townsend, 2005). Secara biologi riset
neurobiologikal mempunyai fokus pada tiga area otak yang dipercaya dapat melibatkan
perilaku agresi yaitu sistem limbik, lobus frontalis dan hypothalamus.
Sistem Limbik merupakan cicin kortek yang berlokasi dipermukaan medial
masing-masing hemisfer dan mengelilingi pusat kutup serebrum. Fungsinya adalah
mengatur persyarafan otonom dan emosi (Suliswati,et al, 2002: Struat & Laraia, 2005).
Menyimpan dan menyatukan informasi berhubungan dengan emosi, tempat penyimpanan
memori dan pengolahan informasi. Disfungsi pada sistem ini akan menghadirkan beberapa
gejala klinik seperti hambatan emosi dan perubahan kebribadian (Kaplan, Saddock &
Grebb, 2002).
Lobus Frontal berperan penting menjadi media yang sangat berarti dalam perilaku
dan berpikir rasional, yang saling berhubungan dengan sistem limbik (Suliswati,et al,
2002: Struat & Laraia, 2005). Lobus frontal terlibat dalam dua fungsi serebral utama yaitu
kontrol motorik gerakan voluntir termasuk fungsi bicara, fungsi fikir dan kontrol berbagai
ekspresi emosi. Kerusakan pada daerah lobus frontal dapat meyebabkan gangguan
berfikir, dan gagguan dalam bicara/disorganisasi pembicaraan serta tidak mampu
mengontrol emosi sehingga berperilaku maladaptif seperti tidak mau merawat diri : mandi,
berpakaian/berhias, makan, toileting. Kondisi ini menunjukkan gejala defisit perawatan
diri (Townsend 2005).
Hypotalamus adalah bagian dari diensefalon yaitu bagian dalam dari serebrum
yang menghubungkan otak tengah dengan hemisfer serebrum. Fungsi utamanya adalah
sebagai respon tingkah laku terhadap emosi dan juga mengatur mood dan motivasi.
Kerusakan hipotalamus membuat seseorang kehilangan mood dan motivasi sehingga

6
kurang aktivitas dan dan malas melakukan sesuatu. Kondisi seperti ini sering kita temui
pada klien dengan defisit perawatan diri , dimana klien butuh lebih banyak motivasi dan
dukungan untuk dapat merawat dirinya (Suliswati, 2002; Stuart & Laraia, 2005).
Ganguan defisit perawatan diri juga dapat terjadi karena ketidakseimbangan dari
beberapa neurotransmitter. misalnya : Dopamine fungsinya mencakup regulasi gerak dan
koordinasi, emosi, kemampuan pemecahan masalah secara volunter (Boyd & Nihart,1998
; Suliswati, 2002). Transmisi dopamin berimplikasi pada penyebab gangguan emosi
tertentu. Pada klien skizoprenia dopamin dapat mempengaruhi fungsi kognitif (alam
pikir), afektif (alam perasaan) dan psikomotor (perilaku) kondisi ini pada klien dengan
defisit perawatan diri memiliki perilaku yang menyimpang seperti tidak berkeinginan
untuk melakukan perawatan diri (Hawari, 2001).

2.6 Penatalaksanaan

1. Farmakologi
a. Obat anti psikosis : Penotizin.
b. Obat anti depresi : Amitripilin.
c. Obat antu ansietas : Diasepam, bromozepam, clobozam.
d. Obat anti insomia : phnebarbital.
2. Terapi
a. Terapi Keluarga
Berfokus pada keluarga dimana keluarga membantu mengatasi masalah klien
dengan memberikan perhatian :
1) Jangan memancing emosi klien.
2) Libatkan klien dalam kegiatan yang berhubungan dengan keluarga.
3) Berikan kesempatan klien mengemukakan pendapat.
4) Dengarkan, bantu, dan anjurkan pasien untuk mengemukakan masalah yang
dialaminya.
b. Terapi Aktivitas Kelompok
Berfokus pada dukungan dan perkembangan, keterampilan sosial, atau aktivitas
lainnya, dengan berdiskusi serta bermain untuk mengembalikan keadaan klien
karena maslah sebagian orang merupakan perasaan dan tingkah laku pada orang
lain. Ada 5 sesi yang harus dilakukan :
1) Manfaat perawatan diri.

7
2) Menjaga kebersihan diri.
3) Tata cara makan dan minum.
4) Tata cara eliminasi.
5) Tata cara berhias.
c. Terapi Musik
Dengan musik klien bisa terhibur, rileks, dan bermain untuk mengembalikan
kesadaran pasien.
Penatalaksanaan manurut herman (Ade, 2011) adalah sebagai berikut.
1. Meningkatkan kesadaran dan kepercayaan diri.
2. Membimbing dan menolong klien merawat diri.
3. Ciptakan lingkungan yang mendukung.

2.7 Akibat

Akibat dari Defisit Perawatan Diri Menurut Damiyanti, 2012 sebagai berikut.
a. Dampak fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak tidak terpeliharanya
kebersihan perorangandengan baik, gangguan 12 fisik yang seering terjadi adalah:
gangguan integritas kulit, gangguan membrane mukosa mulut, infeksi pada mata dan
telinga dan gangguan fisik pada kuku.
b. Dampak psikososial Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygine adalah
gangguan kebutuhan aman nyaman , kebutuhan cinta mencintai, kebutuhan harga diri,
aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial.

2.8 Masalah Keperawatan yang Mungkin Muncul

1. Defisit perawatan diri


2. Isolasi sosial
3. Harga diri rendah

8
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian

Defisit perawatan diri pada pasien gangguan jiwa terjadi akibat adanya perubahan
proses pikir sehingga kemampuan untuk melakukan aktivitas perawatan diri menurun.
Defisit perawatan diri tampak dari ketidakmampuan merawat kebersihan diri, makan,
berhias diri, dan eliminasi ( buang air besar dan buang air kecil) secara mandiri.
Berikut petunjuk teknis pengisian format pengkajian keperawatan kesehatan jiwa.
1. Identitas
a. Perawat yang merawat klien melakukan perkenalan dan kontrak dengan klien
tentang nama perawat, nama klien, panggilan perawat, panggilan klien, tujuan,
waktu, tempat pertemuan dan topik yang akan dibicarakan. Kemudian usia dan No
RM.
b. Mahasiswa menuliskan sumber data yang didapat.
2. Alasan masuk
Tanyakan kepada klien dan keluarga
a. Apa yang menyebabkan klien/keluarga datang ke rumah sakit saat ini ?
b. Apa yang sudah dilakukan oleh keluarga untuk mengatasi masalah ?
c. Bagaimana hasilnya ?
3. Faktor predisposisi
a. Tanyakan kepada klien/keluarga apakah klien pernah mengalami gangguan jiwa
dimasa lalu.
b. Tanyakan pada klien apakah klien pernah melakukan dan atau mengalami atau
menyaksikan penganiayaan fisik, seksual, penolakan dari lingkungan, kekerasan
dalam keluarga dan tindakan kriminal.
c. Tanyakan kepada klien atau keluarga apakah ada anggota keluarga lainnya yang
mengalami gangguan jiwa.
d. Tanyakan kepada klien/keluarga tentang pengalaman yang tidak menyenangkan
(kegagalan, kehilangan, perpisahan, kematian, trauma selama tumbuh kembang)
yang pernah dialami klien pada masa lalu.
4. Fisik
Pengkajian fisik difokuskan pada sistem dan fungsi organ :

9
a. Ukur dan observasi TTV.
b. Ukur tinggi badan dan berat badan klien.
c. Tanyakan kepada klien/keluarga, apakah ada keluhan fisik yang dirasakn oleh klien.
d. Kaji lebih lanjut sistem dn fungsi organ serta jelaskan dengan keluhan yang ada.
e. Masalah keperawatan ditulis sesuai dengan data yang ada.
5. Psikososial
a. Genogram
b. Konsep diri
c. Hubungan sosial
d. spiritual
6. Status mental
a. Penampilan
b. Pembicaraan
c. Aktivitas motorik
d. Alam perasaan
e. Afek
f. Interaksi selama wawancara
g. Persepsi
h. Proses pikir
i. Isi pikir
j. Tingkat kesadaran
k. Memori
l. Tingkat konsentrasi dan berhitung
m. Kemampuan penilaian
n. Daya tilik diri
7. Kebutuhan persiapan pulang
a. Makan
b. BAB/BAK
c. Mandi
d. Berpakaian
e. Istirahat dan tidur
f. Penggunaan obat
g. Pemeliharaan kesehatan
h. Kegiatan didalam rumah
10
i. Kegiatan di luar rumah
8. Mekanisme koping
Data dapat melalui wawancara pada klien atau keluarganya.
9. Masalah psikososial dan lingkungan
Data dapat melalui wawancara pada klien atau keluarganya. Pada tiap masalah yang
dimilki klien, beri uraian spesifik, singkat dan jelas.
10. Pengetahuan
Data dapat melalui wawancara pada klien atau keluarganya. Pada tiap item yang
dimiliki oleh klien simpulkan dalam masalah.
11. Aspek medik
Tuliskan diagnisa medik klien yang telah dirumuskan oleh dokter yang merawat.
Tuliskan obat-obatan klien saat ini, baik obat fisik, psikofarmako, dan terapi lainnya.

3.2 Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan data yang didapat, masalah keperawatannya adalah defisit perawatn diri :
higiene diri, berhias, makan dan eliminasi.

11
1.3 Rencana Tindakan Keperawatan
Diagnosa Rencana Keperawatan
No. Intervensi
Keperawatan TUM TUK
1. Defisit perawatan diri Pasien tidak 1. Klien dapat mebina hubungan Bina hubungan saling percaya dgn menggunakan
: kebersihan diri, mengalami defisit saling percaya. prinsip komunikasi terapeutik :
berdandan, makan, perawatan diri. Kriteria Evaluasi : 1. Sapa pasien dengan ramah, baik verbal maupun
BAB/BAK. Dalam berinteraksi klien non verbal.
menunjukan tanda-tanda percaya 2. Perkenalkan diri dengan sopan.
pada perawat: 3. Tanyakan nama lengkap dan nama panggilan
a. Wajah cerah, tersenyum. yang di sukai pasien.
b. Mau berkenalan. 4. Jelaskan tujuan pertemuan. Jujur dan menepati
c. Ada kontak mata. janji.
d. Menerima kehadiran perawat. 5. Tunjukkan sikap empati dan menerima pasien
e. Bersedia menceritakan apa adanya.
perasaannya. 6. Beri perhatian dan perhatikan kebutuhan dasar
pasien.

2. Klien mampu melakukan Melatih pasien cara-cara perawatan kebersihan


kebersihan diri secara mandiri. diri :
1. Menjelasan pentingnya menjaga kebersihan
diri.

12
2. Menjelaskan alat-alat untuk menjaga
kebersihan diri.
3. Menjelaskan cara-cara melakukan kebersihan
diri.
4. Melatih pasien mempraktekkan cara menjaga
kebersihan diri

3. Klien mampu melakukan Melatih pasien berdandan/berhias :


berhias/berdandan secara baik. 1. Untuk pasien laki-laki latihan meliputi :
a. Berpakaian
b. Menyisir rambut
c. Bercukur
2. Untuk pasien wanita, latihannya meliputi :
a. Berpakaian
b. Menyisir rambut
c. Berhias

4. Pasien mampu melakukan makan Melatih pasien makan secara mandiri :


dengan baik. 1. Menjelaskan cara mempersiapkan makan.
2. Menjelaskan cara makan yang tertib.

13
3. Menjelaskan cara merapihkan peralatan makan
setelah makan.
4. Praktek makan sesuai dengan tahapan makan
yang baik.

5. Pasien mampu melakukan Mengajarkan pasien melakukan BAB/BAK secara


BAB/BAK secara mandiri. mandiri :
1. Menjelaskan tempat BAB/BAK yang sesuai.
2. Menjelaskan cara membersihkan diri setelah
BAB dan BAK.
3. Menjelaskan cara membersihkan tempat BAB
dan BAK

14
3.4 Implementasi Keperawatan

1. Tindakan Keperawatan pada Pasien


a) Tujuan Keperawatan
1) Pasien mampu melakukan kebersihan diri secara mandiri.
2) Pasien mampu melakukan berhias secara baik
3) Pasien mampu melakukan melakukan makan dengan baik.
4) Pasien mampu melakukan eliminasi secara mandiri.
b) Tindakan Keperawatan
1) Melatih pasien cara perawatan kebersihan diri dengan cara :
(a) Menjelaskan pentingnya menjaga kebersihan diri.
(b) Menjelaskan alat-alat untuk menjaga kebersihan diri.
(c) Menjelaskan cara-cara melakukan kebersihan diri.
(d) Melatih pasien mempraktikan cara menjaga kebersihan diri.
2) Membantu pasien latihan berhias
Latihan berhias pada pria harus dibedakan dengan wanita. Pada pasien laki-laki,
latihan meliputi latihan berpakaian, menyisir rambut, dan bercukur, sedangkan
pada pasien perempuan, latihan meliputi latihan berpakaian, menyisir rambut,
dan berhias/berdandan.
3) Melatih pasien makan secara mandiri dengan cara :
(a) Menjelaskan cara mempersiapkan makanan.
(b) Menjelaskan cara makan yang tertib.
(c) Menjelaskan cara merapikan peralatan makam setelah makan.
(d) Mempraktikan cara makan yang baik.
4) Mengajarkan pasien melakukan BAB/BAK secara mandiri dengan cara :
(a) Menjelaskan tempat BAB?BAK yang sesuai.
(b) Menjelaskan cara membersihkan diri setelah BAB dan BAK.
(c) Menjelaskan cara membersihkan tempat BAB dan BAK.
SP 1 pasien : mendiskusikan pentingnya kebersihan diri, cara-cara merawat diri dan
melatih pasien tentang cara-cara perawatan kebersihan diri.
SP 2 pasien : melatih pasien berhias (laki-laki : berpakaian, menyisir rambut, dan
bercukur. Perempuan : berpakaian, menyisir rambut, dan berhias).

15
SP 3 pasien : mengajarkan pasien melakukan BAB/BAK secara mandiri (menjeaskan
tempat BAB/BAK yang sesuai, menjeaskan cara membersihkan diri setelah BAB dan
BAK, menjelaskan cara membersihkan tempat BAB dan BAK).
SP 4 pasien : melatih pasien makan secara mandiri (menjelaskan cara mempersiapkan
makan, menjelaskan cara makan yang tertib, menjeaskan cara merapikan peralatan makan
setelah makan, praktik makan sesuai dengan tahapan makan yang baik).

2. Tindakan Keperawatan pada Keluarga


a) Tujuan Keperawatan
Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang mengalami masalah defisit
perawatan diri.
b) Tindakan Keperawatan
Untuk memantau kemampuan pasien dalam melakukan cara perawatan diri yang
baik, perawat harus melakukan tindakan agar keluarga dapat meneruskan melatih
dan mendukung pasien sehingga kemampuan pasien dalam perawatan diri
meningkat. Tindakan yang dapat perawat lakukan adalah sebagai berikut.
1) Diskusikan dengan keluarga tentang masalah yang dihadapi keluarga dalam
merawat pasien.
2) Jelaskan pentingnya perawatan diri untuk mengurangi stigma.
3) Diskusikan dengan keluarga tentang fasilitas kebersihan diri yang dibutuhkan
oleh pasien untuk menjaga perawatan diri pasien.
4) Anjurkan keluarga untuk terlibat dalam merawat diri pasien dan membantu
mengingatkan pasien dalam merawat diri (sesuai jadwal yang telah disepakati).
5) Anjrkan keluarga untuk memberikan pujian ats keberhasilan pasien dalam
merawat diri.
6) Bantu keluarga melatih cara merawat pasien defisit perawatan diri.
SP 1 Keluarga memberikan pendidikan kesehatan pada keluarga tentang masalah
perawatan diri dan cara merawat anggota keluarga yang mengalami masalah defisit
perawatan diri.
SP 2 Keluarga : melatih keluarga cara merawat pasien.
SP 3 Keluarga : membuat perencanaan pulang bersama keluarga.

16
3.5 Evaluasi

Hasil yang diharapkan dari pemberian asuhan keperawatan pada klien dengan
deficit perawatan diri antara lain :
1. Pasien mampu melakukan kebersihan diri secara mandiri.
2. Pasien mampu melakukan berhias secara baik
3. Pasien mampu melakukan melakukan makan dengan baik.
4. Pasien mampu melakukan eliminasi secara mandiri.
5. Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang mengalami masalah defisit
perawatan diri.

17
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Klien dengan gangguan jiwa yaitu defisit perawatan diri hendaknya di berikan
perhatian yang lebih dalam perawatan diri sehinngga peningkatan kebersihan klien dapat
lebih meningkat lebih baik. Klien yang sering menyendiri merupakan resiko menjadi
isolasi sosial maka komunikasi terapeutik yang di gunakan sebagai landasan untuk
membina saling percaya sehingga dapat mengggali semua permasalahan.
Klien dengan gangguan jiwa yaitu defisit perawatan diri harus selalu di libatkan
dalam kegiatan dan di temani setiap tindakan yang lebih. Identifikasi diri mengenai
penyebab awal terjadinya gangguan tersebut menjadi focus perhatian pemberian pelayanan
kesehatan. Klien dengan gangguan jiwa yaitu defisit perawatan diri membutuhkan
dukungan dari keluarganya sehingga dapat mempercepat proses penyembuhan klien.

4.2 Saran

Berdasarkan asuhan keperawatan dengan kasus defisit perawatan diri maka


disarankan :
1. Mahasiswa Keperawatan
Mahasiswa sebelum praktik di rumah sakit jiwa hendaklah memahami tentang konsep
dan asuhan keperawatan pada kasus deficit perawatan diri, agar nantinya mahasiswa
mampu mengaplikasikan askep defisit perawatan diri ke lahan nyata rumah sakit jiwa.
2. Perawat
Perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada kasus defisit perawatan diri
dapat membantu klien dalam melakukan hal seperti kebersihan diri secara mandiri
agar klien mampu merawat dirinya secara mandiri.
3. Institusi Pendidikan
Institusi pendidikan hendaklah, menyediakan buku-buku yang ada kaitannya dengan
tugas mahasiswa sehingga tugas mahasiswa bisa terealisasi dengan baik.

18
DAFTAR PUSTAKA

Damaiyanti Mukhripah, dkk. (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa.Bandung: PT Refika.

Tarwoto & Wartonah. (2006). Kebutuhan Dasar Manusia Dan Proses Keperawatan. Edisi
Ke-3. Jakarta: Salemba Medika.

Stuart & Laraia. (2005). Buku Saku Keperwatan Jiwa. Jakarta: EGC.

Kaplan, H.I., Sadock, B.J., Grebb, J.A. (1998). Ilmu Kedokteran Jiwa Darurat. Jakarta:
Widya Medika.

19

Anda mungkin juga menyukai