Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri

atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan

meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta

memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat. Sesuai

dengan batasan seperti di atas, bahwa bentuk dan jenis pelayanan kesehatan yang

ditemukan banyak macamnya (Depkes RI, 2009).

Salah satu pelayanan yang diberikan oleh rumah sakit merupakan

pelayanan IBS (instalasi bedah sentral), dimana hal tersebut diperuntukkan bagi

pasien yang memerlukan tindakan pembedahan. Pelayanan tindakan medis

operasi dilakukan secara tim meliputi dokter operator, anastesi dan keperawatan.

Pengelolaan pasien dinyatakan oleh dokter bahwa pasien harus operasi, sampai

dengan pasien masuk kamar operasi. Dokter bedah dibantu dokter anastesi dan

para perawat, petugas instrumen, penata anastesi, dan petugas kamar operasi

lainya merupakan suatu team work yang mempunyai tujuan bersama dalam

memberikan pelayanan yang bermutu dan aman bagi pasien yang akan menjalani

pembedahan. Team work bukan hanya a team of experts, melainkan juga experts

team. Mereka secara individu diharapkan memiliki keterampilan teknis dan non

teknis. Memiliki ketrampilan klinis berarti setiap anggota tim berkompeten dalam

bidangnya masing-masing. Memiliki ketrampilan non teknis berarti setiap

anggota tim dapat bekerja sama dalam tim. Setiap anggota tim dapat saling
mendengarkan, saling mengingatkan, bertanya bila tidak jelas, menghormati dan

menghargai, saling menolong, saling berbagi rasa dan pengalaman (Cahyono,

2008).

Tindakan bedah secara umum bertujuan untuk menyelamatkan nyawa,

mencegah kecacatan dan komplikasi. Hal wajib yang harus diperhatikan dalam

tidakan pembedahan adalah keselamatan pasien, kesiapan pasien, dan prosedur

yang akan dilakukan, karena resiko terjadinya kecelakaan sangat tinggi, jika

dalam pelaksanaannya tidak mengikuti standar prosedur operasional yang sudah

ditetapkan. Pada tindakan bedah mayor mempunyai resiko yang tinggi terhadap

berbagai ancaman seperti, banyaknya kehilangan darah, melibatkan bagian tubuh

yang luas, resiko tertinggalnya instrument di dalam tubuh pasien, dan kesalahan

dalam pemberian rencana tindak lanjut perawatan yang diberikan (Brunner dan

Sudarth, 2006). Tim kamar bedah tentu tidak bermaksud menyebabkan cedera

pasien, tetapi fakta menyebutkan bahwa ada pasien yang mengalami kejadian

tidak di harapkan, kejadian nyaris cedera, ataupun kejadian sentinel yaitu kejadian

yang tidak diinginkan yang menyebabkan kematian atau cedera serius saat

dilakukan tindakan pembedahan (Depkes, 2008). Program yang perlu

diperhatiakan untuk memperbaiki proses pelayanan di kamar bedah yaitu perlu

diterapkannya surgical patient safety (Irmawati & Anggorowati, 2017).

Surgical patient safety adalah pasien bebas dari cedera yang tidak

seharusnya terjadi atau bebas atas cedera potensial yang mungkin terjadi terkait

dengan pelayanan kesehatan (KKP-RS, 2008). Menurut Depkes, 2009 patient

safety merupakan suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih

2
aman. Hal ini termasuk : assessment resiko, identifikasi dan pengolahan hal yang

berhubungan dengan resiko pasien, pelaporan dan analisis insiden. Surgical

patient safety merupakan penjabaran dari sepuluh hal penting pada saat dilakukan

prosedur pembedahan yang diterjemahkan dalam bentuk formulir yang diisi

dengan melakukan ceklist. Ceklist tersebut sudah baku dari WHO yang

merupakan alat komunikasi yang praktis dan sederhana dalam memastikan

keselamatan pasien pada tahap preoperative, intraoperatif dan pasca operatif,

dilakukan tepat waktu dan menunjukan manfaat yang lebih baik bagi keselamatan

pasien (WHO 2008).

Dalam pengawasan pasien berdasarkan surgical patient safety yang

dikeluarkan oleh WHO menyatakan bahwa ada tiga pembagian fase dalam

menentukan checklist surgical patient safety yaitu: Sign in, Time out, dan Sign

out. Fase Sign Out adalah fase tim bedah akan meninjau operasi yang telah

dilakukan, yaitu pengecekan kelengkapan spons, penghitungan instrumen,

pemberian label pada spesimen, kerusakan alat atau masalah lain yang perlu

ditangani. Langkah akhir yang dilakukan tim bedah adalah rencana kunci dan

memusatkan perhat ian pada manajemen post operasi serta pemulihan sebelum

memindahkan pasien dari kamar operasi. Sign Out adalah suatu langkah –

langkah kegiatan menilai kelengkapan tindakan operasi sebelum pasien

meninggalkan kamar operasi (Before patient leaves operating room). Ceklist

pasien Sign Out meliputi Sign Out dilakukan oleh perawat sirkuler dan dihadiri

seluruh orang yang terlibat dalam tindakan operasi sebelum pasien meninggalkan

kamar operasi. Dilakukan konfirmasi verbal: nama prosedur tindakan kepada

3
dokter operator dan lakukan pencatatan, tanyakan kepada perawat kamar operasi

bilamana jumlah instrumen, sponge, dan jarum telah dihitung dengan benar,

tulislah dalam kolom yang sesuai, tanyakan kepada perawat kamar operasi apakah

spesimen telah diberi label (minimal dengan nama, alamat, nomer RM pasien dan

asal jaringan spesimen), tanyakan kepada seluruh orang yang terlibat dalam

tindakan operasi adakah masalah dengan peralatan selama operasi, tanyakan dan

tulis pesan khusus dari dokter operator, dokter anestesi dan perawat untuk

perawatan di ruang pemulihan, dokter operator, dokter anestesi, perawat sirkuler

dan perwakilan perawat yang ada di kamar operasi memberikan tanda tangan dan

nama terang pada kolom yang tersedia apabila seluruh rangkaian sign in, time out

dan sign out telah selesai dilakukan dan disepakati bersama. Simpan lembar

verifikasi dan penandaan lokasi prosedur pasien operasi dan checklist sign in,

time out dan sign out dalam rekam medis pasien (Surgery & Lives, 2008).

Perawat instrumen memiliki tanggung jawab terhadap manajemen

instrumen operasi pada setiap jenis pembedahan. Secara spesifik peran dan

tanngung jawab dari perawat instrumen adalah sebagai berikut: perawat instrumen

menjaga kelengkapan alat instrumen steril yang sesuai dengan jenis operasi,

perawat instrumen harus selalu mengawasi teknik aseptik dan memberikan

instrumen kepada ahli bedah sesuai kebutuhan dan menerimanya kembali,

perawat instrumen harus terbiasa dengan anatomi dasar dan teknik-teknik bedah

yang sedang dikerjakan, perawat instrumen harus secara terus menerus

mengawasi prosedur untuk mengantisipasi segala kejadian, melakukan

manajemen sirkulasi dan suplai alat instrumen operasi. Mengatur alat-alat yang

4
akan dan telah digunakan. Pada kondisi ini perawat instrumen harus benar-benar

mengetahui dan mengenal alat-alat yang akan dan telah digunakan beserta nama

ilmiah dan mana biasanya, dan mengetahui penggunaan instrumen pada prosedur

spesifik, perawat instrumen harus mempertahankan integritas lapangan steril

selama pembedahan, dalam menangani instrument. Perawat instrumen harus

mengawasi semua aturan keamanan yang terkait benda-benda tajam, terutama

skapel, harus diletakkan dimeja belakang untuk menghindari kecelakaan, perawat

instrumen harus memelihara peralatan dan menghindari kesalahan pemakaian,

perawat instrumen harus bertanggung jawab untuk mengkomunikasikan kepada

tim bedah mengenai setiap pelanggaran teknik aseptik atau kontaminasi yang

terjadi selama pembedahan, menghitung kasa, jarum, dan instrumen, perhitungan

dilakukan sebelum pembedahan dimulai dan sebelum ahli bedah menutup luka

operasi (Surgery & Lives, 2008).

Data tentang kejadian tidak diinginkan dan kejadian nyaris cedera di

Indonesia masih langka, namun dilain pihak terjadi peningkatan tuduhan

malpraktek yang belum tentu sesuai dengan pembuktian akhir. Insidensi

pelanggaran patient safety 28,3% dilakukan oleh perawat. Perawat harus

menyadari perannya sebagai ‘penjaga gawang’ sehingga harus dapat berpartisipasi

aktif dalam mewujudkan patient safety, kerja keras perawat tidak dapat optimal

jika tidak didukung dengan sarana prasarana, manajemen rumah sakit dan tenaga

kesehatan lainnya ( Adib, 2009).

Laporan insiden keselamatan pasien berbagai provinsi pada tahun 2007

ditemukan Provinsi DKI Jakarta menempati urutan tertinggi yaitu 37.9%,

5
kemudian Jawa Tengah 15.9%, Yogyakarta 13.8%, Jawa Timur 11%, Aceh 10.7%,

Sumatra Selatan 6.9%, Jawa Barat 2.8%, Bali 1.4%, dan Sulawesi Selatan 0.7%.

Bidang spesialisasi unit kerja ditemukan paling banyak pada unit penyakit dalam,

bedah dan anak yaitu sebesar 56.7% dibandingkan unit kerja lain, sedangkan

untuk pelaporan kejadian nyaris cedera lebih banyak dilaporkan sebesar 47.6%

dibandingkan dengan kejadian tidak diingingkan sebesar 46.2% (KKP-RS, 2008).

Hasil studi pendahuluan yang peneliti lakukan di ruang operasi RSUD

Wangaya Denpasar pada tanggal 25 Juli 2018 didapatkan jumlah pasien yang

menjalani operasi tahun 2016 sebanyak 2.929 pembedahan, tahun 2017 sebanyak

2.901 pembedahan dan tahun 2018 pada bulan April, Mei, Juni terdapat sebanyak

701 pembedahan. Bila dibandingkan dengan rumah sakit lain diwilayah kota

Denpasar seperti RS Manuaba (tahun 2016 sebanyak 737 pembedahan, tahun

2017 sebanyak 365 pembedahan), RS Bhakti Rahayu (tahun 2016 sebanyak 2.100

pembedaan, tahun 2017 sebanyak 2.500 pembedahan), RS Trijata (tahun 2016

sebanyak 375 pembedahan, tahun 2017 sebanyak 300 pembedahan), RS Puri

Raharja ( tahun 2016 sebanyak 2.093 pembedahan, tahun 2017 sebanyak 2.250

pembedahan dan rumah sakit lainnya, jumlah tindakan operasi terbanyak ada di

RSUD Wangaya. Hasil Data peneliti mengenai insiden keselamatan pasien di

ruang operasi RSUD Wangaya, didapatkan data pada tahun 2016 ditemukan

0,034% kasus Kejadian Tidak Diharapkan dan 0,30% kasus Kejadian Nyaris

Cedera sedangkan pada tahun 2017 ditemukan 0,034% kasus Kejadian Tidak

Diharapkan dan 0,37% kasus Kejadian Nyaris Cedera. Insiden keselamatan pasien

6
tersebut dapat dikurangi dengan diterapkannya surgery patient safety pada fase

sign out pada saat dilakukannya pembedahan oleh perawat bedah.

Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “Gambaran Penerapan Surgery Patient Safety Fase Sign

Out Di Instalasi Bedah Central RSUD Wangaya Denpasar”.

1.2 Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas dapat dirumuskan

masalah penelitian sebagai berikut: “Bagaimanakah gambaran penerapan surgery

patient safety fase sign out di instalasi bedah sentral RSUD Wangaya Denpasar?”.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui gambaran penerapan surgery patient safety fase sign out di

instalasi bedah sentral RSUD Wangaya Denpasar.

1.3.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui:

1.3.2.1 Gambaran Penerapan Validasi Ulang Tindakan Pembedahan Dengan Tim

Medis Pada Surgery Patient Safety Fase Sign Out Di Instalasi Bedah

Sentral Rsud Wangaya Denpasar

1.3.2.2 Gambaran Penerapan Perhitungan Instrument Surgery Patient Safety Fase

Sign Out Di Instalasi Bedah Sentral RSUD Wangaya Denpasar

7
1.3.2.3 Gambaran Penerapan Labelisasi Spesimen Pada Surgery Patient Safety

Fase Sign Out Di Instalasi Bedah Sentral RSUD Wangaya Denpasar

1.3.2.4 Gambaran Penerapan Pengecekan Peralatan Dan Pendokumentasian Alat

Pada Surgery Patient Safety Fase Sign Out Di Instalasi Bedah Sentral

RSUD Wangaya Denpasar

1.3.2.5 Gambaran Penerapan Rencana Pemulihan Dan Pengelolaan Pasien Post

Operasi Surgery Patient Safety Fase Sign Out Di Instalasi Bedah Sentral

RSUD Wangaya Denpasar.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk mengembangkan ilmu

pengetahuan umum di bidang manajemen proses keperawatan khususnya pada

masalah surgery patient safety.

1.4.2 Praktis

1.4.2.1 Kepada Petugas Kesehatan di RSUD Wangaya Denpasar


Hasil penelitian ini dapat menjadi acuan dalam mengevaluasi

pelaksanaan surgery patient safety dan juga dapat menjadi panduan dalam

pemberian asuhan keperawatan serta dapat menjadi panduan pelaksanaan

surgery patient safety untuk menghindari adanya kesalahan atau untuk

menghindari adanya tuntukan hukum bila terjadi masalah pada pasien terutama

di RSUD Wangaya Denpasar.

1.4.2.2 Kepada peneliti selanjutnya

8
Hasil penelitian ini memberikan informasi atau data dasar bagi peneliti

selanjutnya untuk mengembangkan penelitian ini.

1.5 Keaslian Penelitian


Hasil penelitian yang terkait dengan penelitian ini antara lain :

1.5.1 Hermawan (2014) melakukan penelitian tentang gambaran penerapan

surgery patient safety fase sign out pada pasien bedah mayor di ruang

instalasi bedah sentral RSUD kebumen. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui gambaran penerapan surgical patient safety fase sign out pada

pasien bedah mayor di ruang instalasi bedah sentral RSUD Dr. Soedirman

kebumen. Penelitian ini dilakukan pada bulan April-Juni 2014. Desain

penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan observasi.

Alat ukur yang digunakan dibuat bedasarkan standar Surgical Pasien

Safety post operasi yang dikeluarkan oleh WHO. Pengambilan sampel

ditentukan dengan prinsip metode Quota menggunakan pendekatan 15%

dari populasi yang ada dengan Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah

336 pasien yang menjalani operasi bedah mayor . Dalam penelitian ini

peneliti menggunakan variable tunggal, Pengujian data menggunakan

analisa univariat dengan menampilkan distribusi frekuensi dari data yang

didapatkan. Hasil penelitian gambaran Penerapan Surgery Patient Safety

Fase Sign Out Pada Pasien Post Operasi Bedah Mayor di Instalasi Bedah

Sentral RSUD Dr. Soedirman Kebumen dengan kriteria baik sebanyak 336

tindakan (100.0%). Kesamaan antara penulis membahas tentang patient

safety di kamar operasi, perbedaannya hermawan meneliti tentang

gambaran kepatuhan perawat sedangkan peneliti akan meneliti tentang

9
Gambaran Penerapan Surgery Patient Safety Fase Sign Out Pada Di

Instalasi Bedah Sentral RSUD Wangaya Denpasar dikaitkan dengan

pelaksanaan pemberian kuesioner surgery patient safety fase sign out.

Peneliti menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan rancangan metode

survey.

1.5.2 Tirtabayu (2012) melakukan penelitian tentang praktik keselamatan pasien

bedah di ruang operasi RSUD sumbawa. Penelitian ini bertujuan untuk

mendeskripsikan praktik keselamatan pasien menggunakan SSCL

(surgical safety checklist) di ruang operasi RSUD Sumbawa, penelitian ini

dilakukan pada bulan Mei 2012. Jenis penelitian ini adalah cross-sectional

survey, Subjek adalah semua pasien (93) yang menjalan pembedahan

mayor pada periode Mei-Juli 2012, terdiri dari 44 pasien bedah elektif dan

49 pasien bedah emergensi. Observasi dilakukan menggunakan SSCL dan

dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian ini adalah pelaksanaan SSCL

secara konsisten (100%) ditemukan (fase sign in), dan review sterilitas

peralatan pembedahan (fase time out). Tidak satupun jenis ceklist pada

fase sign out yang diterapkan pada seluruh kasus pembedahan mayor.

Kesamaan antara penulis membahas tentang patient safety di kamar

operasi, sedangkan perbedaannya pada penelitian Tirtabayu meneliti

tentang praktik keselamatan bedah di ruang operasi, sedangkan penelitian

yang akan dilakukan peneliti meneliti tentang Gambaran Penerapan

Surgery Patient Safety Fase Sign Out Pada Di Instalasi Bedah Sentral

RSUD Wangaya Denpasar dikaitkan dengan pelaksanaan pemberian

10
kuesioner surgery patient safety fase sign out. Peneliti menggunakan jenis

penelitian deskriptif dengan rancangan metode survey.

1.5.3 Eriawan (2013) melakukan penelitian tentang hubungan tingkat

pengetahuan dengan tindakan keperawatan pada pasien pasca operasi

dengan “general aenesthesia” di ruang pemulihan IBS RSD dr. Soebandi

jember. Penelitian ini dilakukan selama tiga bulan pada bulan September -

November 2012, tujuan penelitian ini untuk menganalisis hubungan

tingkat pengetahuan perawat dengan tindakan keperawatan pada pasien

pasca-operasi dengan general aenesthesia di ruang pemulihan IBS RSD dr.

Soebandi Jember. Penelitian ini menggunakan desain studi korelasi,

dengan jenis penelitian analitik observasional dengan menggunakan

metode pendekatan cross-sectional. Teknik sampel dalam penelitian ini

adalah total sampling dengan responden 20 perawat yang dinas di ruang

pemulihan. Alat pengumpul data pada penelitian ini terdiri dari lembar

kuesioner dan lembar observasi. Hasil penelitian terhadap tingkat

pengetahuan perawat didapatkan dari 20 responden yang telah diteliti

diketahui bahwa pengetahuan dengan kategori baik adalah 18 responden

(90%), tingkat pengetahuan dengan kategori cukup adalah 2 responden

(10%) dan tidak ada perawat yang mempunyai tingkat pengetahuan

dengan kategori kurang. Sedangkan tindakan keperawatan diperoleh hasil

dari 20 perawat yang di observasi diketahui bahwa tindakan keperawatan

dengan kategori baik adalah 18 responden (90%), tindakan keperawatan

dengan kategori cukup adalah 2 responden (10%) dan tidak ada perawat

11
yang melakukan tindakan keperawatan dengan kategori kurang. Kesamaan

antara penulis membahas tentang pengetahuan tenaga kesehatan di kamar

operasi, sedangkan perbedaannya pada penelitian Eriawan meneliti tentang

tindakan keperawatan pada pasien pasca operasi dengan general

aenesthesia, sedangkan penelitian yang akan dilakukan peneliti meneliti

tentang Gambaran Penerapan Surgery Patient Safety Fase Sign Out Pada

Di Instalasi Bedah Sentral RSUD Wangaya Denpasar dikaitkan dengan

pelaksanaan pemberian kuesioner surgery patient safety fase sign out.

Peneliti menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan rancangan metode

survey.

12

Anda mungkin juga menyukai