Perlindungan Hak Konsumen Atas Tindakan Ihtikar Pelaku Usaha Dalam Penjualan Gas LPG 3 KG Ditinjau Dari Undang

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 13

PERLINDUNGAN HAK KONSUMEN ATAS TINDAKAN IHTIKAR

PELAKU USAHA DALAM PENJUALAN LPG 3 KG DITINJAU DARI


UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG
PERLINDUNGAN KONSUMEN

Afifuddin dan Baihaqi

Fakultas Syariah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Zawiyah Cot Kala Langsa
Jl. Meurandeh – Kota Langsa – Provinsi Aceh

Abstrak
Laporan ini membahas mengenai perlindungan hak bagi masyarakat yang
kesulitan dalam kasus kelangkaan gas LPG 3 kg yang dimanfaat pedagang untuk
melakukan praktek ihtikar dan menaikkan harga gas LPG 3 kg diatas harga pasar.
Pembahan ini merupakan hal yang penting karena LPG merupakan barang pokok
yang penting bagi masyarakat. Hasil dari penelitian ini masyarakat berhak untuk
mendapatkan harga yang wajar atas pembelian gas LPG 3 kg.

Pendahuluan

Sebagaimana kita ketahui bahwa pada tahun 2007 Pemerintah Indonesia


membuat suatu Program Nasional yaitu Konversi Minyak Tanah ke Liquefied
Petrolium Gas (LPG) dengan tujuan untuk menjamin penyediaan dan pengadaan
bahan bakar dalam negeri. Program ini bermaksud untuk mengurangi subsidi
Bahan Bakar Minyak (BBM) guna untuk mengurangi beban negara. Mengingat
bahwa minyak dan gas bumi merupakan sumber daya alam yang ada di Indonesia,
maka negara harus mengelola sumber daya tersebut agar dapat dengan maksimal
memenuhi kebutuhan industri, pemenuhan kebutuhan energi dalam negeri dan
dapat dimanfaat untuk menjamin kemakmuran serta kesejahteraan rakyat. 1

Sebagai bahan pokok yang penting dalam pemenuhan energi dalam negeri,
maka bahan bakar minyak disubsidi oleh pemerintah. Subsidi atas bahan bahan
1
lib.ui.ac.id/naskahringkas/2017.../S57854-Theresia%20Rimta%20Wahyuni%20Saragih
(Diakses : 2 Desember 2017)

1
bakar minyak diberikan pada jenis premium, minyak tanah dan solar. Minyak
tanah merupakan bahan bakar dengan subsidi paling paling besar, yaitu 50 % dari
subsidi minyak. Dari tahun ke tahun anggaran untuk subsidi minyak semakin
meningkat disebabkan oleh semakin meningkatnya harga minyak dunia.

Untuk mengurangi subsidi minyak tanah yang memberatkan keuangan


negara, pada tahun 2007 pemerintah melakukan konversi minyak tanah ke
Liquefied Petrolium Gas (LPG). Setelah dihitung-hitung, program pengalihan
minyak tanah ke LPG dari tahun 2007-2014 berhasil menghemat anggaran Negara
sebesar 115,5 Triliun.

LPG yang dikeluarkan oleh pemerintan ada yang 12 kg dan 3 kg. LPG 12
kg ditargetkan untuk masyarakat menengah keatas. Sedangkan LPG 3 kg
ditargetkan untuk masyarakat menengah kebawah. Namun pada kenyataannya
banyak LPG 3 kg yang malah dimanfaatkan oleh masyarakat menengah keatas.
Hal ini membuat pemerintah membuat program untuk mengurangi pasokan gas
LPG 3 kg kesetiap daerah. 2

Program tersebut kemudian malah berdampak buruk bagi perekonomian


masyarakat. Hal ini dimanfaatkan oleh sebagian besar pedagang gas eceran untuk
melakukakan praktek ihtikar yaitu dengan membeli LPG dari pangkalan, dimana
sebagian dijual langsung dan sebagian lagi disimpan untuk dijual kembali dengan
harga tinggi saat LPG langka dipasar. Praktek yang dilakukan oleh sebagian
pedagang ini kemudian menyebabkan masyarakat kesulitan karena mau tidak mau
harus membeli gas LPG yang merupakan kebutuhan penting bagi masyarakat.3

Tujuan penelitian ini yaitu : 1) untuk mengetahui apakah praktek ihtikar


gas LPG 3 kg melanggar hak konsumen. 2) untuk mengetahui apa yang mendasari
harga LPG 3 kg melonjak naik. 3) untuk mengetahui bagaimana solusi untuk
mengurangi praktek ihtikar gas LPG 3 kg.

2
Ibid.,
3
Hasil Observasi

2
Pengertian (Konsumen, Pelaku Usaha dan Ihtikar)

1. Konsumen

Konsumen sebagaimana disebutkan dalam pasal 1 ayat 2 Undang-


undang Nomor 8 Tahun 1999, yaitu :

Setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam


masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain,
maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.

2. Pelaku Usaha

Pelaku usaha sebagaimana disebutkan dalam pasal 1 ayat 3 Undang-


undang Nomor 8 Tahun 1999, yaitu :

Setiap orang perseorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk


badan hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan
berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum negara
Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui
perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai bidang
ekonomi. 4

3. Ihtikar

Secara etimologi ihtikar adalah menimbun atau mengumpulkan.


Secara termonologi ihtikar adalah penimbunan secara spekulatif dalam bentuk
membeli barang pada waktu harga masih stabil, kemudian menimbunnya pada
suatu tempat sehingga terjadinya kelangkaan dan kemudian dijual dengan
harga yang lebih tinggi.5

Selain itu, ada beberapa ahli yang mengemukakan defenisi tentang


ihtikar, diantaranya yaitu :

4
Elsi kartika Sari Dan Advendi Simanunsong, Hukum Dalam Ekonomi Edisi Kedua,
(Jakarta : PT Grasindo, 2008) h. 159
5
Amir Syarifuddin, Garis-Garis Besar Fiqh, (Jakarta : Kencana, 2003) h. 188

3
a. Menurut iman Al Ghazali ihtikar yaitu penimbunan barang
dagangan oleh penjual makanan untuk menunggu melonjaknya
harga dan menjualnya saat harga melonjak.
b. Menurut ulama mazhab malikiyah ihtikar yaitu penimbunan barang
oleh produsen, baik makanan, pakaian dan segala barang yang
mengakibatkan rusaknya pasar.
c. Menurut As Sayyid Sabiq dlam Fiqh As Sunnah ihtikar yaitu
membeli barang dan menyimpannya agar barang tersebut berkurang
dimasyarakat sehingga harganya meningkat dan manusia akan
kesulitan akibat kelangkaan dan mahalnya harga barang tersebut.
d. Menurut Fathi Ad Dhuraini ( Guru besar fiqh di Universitas
Damaskus Suriah) ihtikar yaitu tindakan menyimpan harta, manfaat
atau jasa dan enggan menjual atau memberikannya kepada orang
lain yang mengakibatkan melonjaknya harga pasa secara drastis
yang disebabkan oleh terbatasnya persediaan barang atau stok
barang hilang dipasaran, sementara masyarakat, negara atau
binatang ternak sangan membutuhkan barang, manfaat atau jasa
tersebut.6

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa ihtikar


adalah pembelian barang yang merupakan kebutuhan masyarakat pada waktu
harga barang dipasar sedang stabil kemudian menimbun barang tersebut
dengan tujuan agar terjadinya kelangkaan dan melonjaknya harga pasar dan
dijual kembali dengan harga yang lebih tinggi.

Hak dan Kewajiban

Hak konsumen sebagaimana disebutkan dalam pasal 4 Undang-undang


Nomor 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen yaitu :

1. Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam


mengkonsumsi barang dan/atau jasa;

6
etheses.uin-malang.ac.id/1307/6/08220008_Bab_2.pdf. (Diakses : 16 Desember 2017)

4
2. Hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang
dan/atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta
jaminan yang dijanjikan;
3. Hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan
jaminan barang dan/atau jasa;
4. Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa
yang digunakan;
5. Hak untuk mendapat advokasi, perlindungan, dan upaya penyelesaian
sengketa perlindungan konsumen secara patut;
6. Hak untuk mendapatkan pembinaan dan pendidikan konsumen;
7. Hak untuk diperlalukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak
diskriminatif;
8. Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian,
apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan
perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya;
9. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan
lainnya.7

Kewajiban konsumen sebagaimana disebutkan dalam pasal 5 Undang-


undang Nomor 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen yaitu :

1. Membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian


atau pemanfaatan barang dan/atau jasa, demi keamanan dan
keselamatan;
2. Beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang dan/atau
jasa;
3. Membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati;
4. Mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan
konsumen secara patut.8

7
Elsi kartika Sari Dan Advendi Simanunsong, Hukum Dalam..., h. 161
8
Ibid., h. 162

5
Tinjauan Fiqih Tentang Ihtikar

Menurut hukum Islam, setiap barang yang dibolehkan oleh Allah SWT
untuk memilikinya, maka barang tersebut boleh juga dijadikan sebagai objek
dalam jual beli. Begitu juga sebaliknya, setiap barang yang diharamkan oleh Allah
SWT untuk memilikinya, maka barang tersebut juga haram dijadikan sebagai
objek jual beli. Namun dalam Islam juga dikenal satu ketentuan bahwa setiap
barang yang pada dasarnya merupakan suatu yang dibolehkan, dapat menjadi
barang yang diharamkan, karena sikap dan perbuatan pelaku usaha yang
bertentangan dengan syariat.

Salah satu perbuatan yang bertentangan dengan syariat yang dilakukan


oleh seorang pelaku usaha yang mengakibatkan barang yang pada dasarnya halal
baginya menjadi haram yaitu praktek ihtikar dengan tujuan untuk mendapat
keuntungan yang besar dari lonjakan harga yang akan terjadi dikemudian hari.9

Berbicara tentang ihtikar, Rasulullah SAW bersabda dalam sebuah hadis,


yang berbunyi :

َُ‫سوَلَُهللاَصلَّىَهللا‬
ُ ‫َقالَر‬:َ‫َ(احدَبنيَعديَبنَكَعب)َقال‬،َ‫عَنََمَعَمَرََبَنََأَبَىَمَعَمَر‬
َ :َ‫عليهَوسلَّم‬

ٌ ‫َلَيحتك ُرَا ََّلَخاط‬


َ َ.‫ئ‬
“Dari Ma’mar bin Abu Ma’mar (salah satu anaknya Adi bin Hatim)
berkata : Rasulullah SAW bersabda : tidaklah melakukan ihtikar, kecuali
orang yang melakukan kesalahan.”10

Islam secara umum melarang praktek ihtikar (penimbunan barang)


sebagaimana disebutkan dalam hadis diatas. Larangan atas praktek ihtikar
disebabkan karena akan terganggunya mekanisme pasar, dimana pelaku usaha
dikemudian hari akan menjual barang yang ditimbun tersebut dengan harga yang
lebih tinggi dari harga pasar. Dalam hal ini pelaku usaha akan memperoleh
9
etheses.uin-malang.ac.id/1307/6/08220008_Bab_2.pdf.
10
Muhammad Nasruddin Al Albani, Shahih Sunan Abu Daud Jilid 2, Terj. Abd. Mufid
Ihsan dan M. Soban Rohman, (Jakarta Selatan : Pustaka Azam, 2006) h. 580

6
keuntungan yang besar, sedangkan masyarakat sebagai konsumen akan menderita
kerugian.11 Namun apabila kita berbicara tentang bentuk ihtikar yang diharamkan,
para ulama mengemukakan pendapat yang berbeda-beda mengenai hal tersebut,
diantaranya yaitu :

1. Menurut Imam Tirmidzi dilarang menimbun bahan makanan, namun


tidak dilarang menimbun selain bahan makanan, seperti kapas dan
sakhtiyah (kulit kambing yang telah disamak);
2. Menurut Imam Malik dan Ats Tsauri ihtikar dilarang pada segala jenis
barang, bukan hanya bahan makanan;
3. Menurut Imam Nawawi (ulama mazhab Syafi’i) ihtikar dilarang pada
bahan pokok yang merupakan kebutuhan manusia.12

Hikmah mengapa Islam melarang praktek ihtikar (penimbunan barang)


yaitu untuk mencegah timbulnya perkara-perkara yang nantinya akan
mengakibatkan kerugian bagi masyarakat luas. Sebagaimana para ulama telah
sepakat bahwa apabila seseorang mempunyai bahan makanan, sedangkan dilain
sisi masyarakat luas sangat membutuhkan bahan makanan dan tidak
memperdapatkan bahan makanan selain pada orang tersebut. Maka orang itu
boleh dipaksa untuk menjual bahan makanan tersebut untuk mencegah timbulnya
kemudharatan bagi masyarakat luas.13

Praktek ihtikar (penimbunan barang) juga dilarang dalam hukum positif


indonesia, hal tersebut dapat dilihat dengan dibentuknya Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 1948 Tentang Pemberantasan Penimbunan
Barang Penting, yang kemudian dicabut oleh Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 1 Tahun 1953 Tentang Penetapan Undang-Undang Darurat Tentang
Penimbunan Barang-Barang ( Undang-Undang Darurat Nomor 17 Tahun 1951)
Sebagai Undang-Undang. Dalam pasal 1 poin d Undang-undang Nomor 1 Tahun
1953 menyebutkan bahwa :

11
Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam, Ekonomi Islam, (Jakarta :
Rajawali Pers, 2009) h. 333
12
Ahmad Ifham Sholihin, Buku Pintar Ekonomi Syariah, (Jakarta : PT Gramedia Pustaka
Utama, 2010) h. 331-332
13
Ibid., h. 333

7
Mempujai Simpanan : Menyimpan atau menguasai langsung atau tidak
langsung baik untuk sendiri, maupun orang lain
atau bersama-sama dengan orang lain.

Selanjutnya dalam pasal 2 ayat 2 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1953


menyebutkan bahwa :

Dilarang mempujai persedian barang dalam pengawasan dengan tiada


surat izin oleh Menteri atau instansi yang ditunjuk olehnya sejumlah jang
lebih besar daripada jumlan jang ditetapkan pada waktu penunjukan
barang itu sebagai barang dalam pengawasan.14

Keluar dari praktek ihtikar (penimbunan barang) yang diharamkan


sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya, ada juga praktek penimbunan
barang yang dibolehkan, misalnya yaitu :

1. Penimbunan barang yang dilakukan pada saat barang dipasar sedang


melimpah, dan segera menjualnya ketika pasar dan masyarakat
membutuhkan barang tersebut;15
2. Menurut Sayyidin Umar Bin Khattab, Al Hasan dan al Auza’i
seseorang yang mengimpor bahan dari luar, kemudian menimbun
barang tersebut hingga harga melonjak naik, orang tersebut tidak
termasuk yang melakukan praktek ihtikar (penimbunan barang) yang
dilarang dalam Islam.
3. Sebagaimana disebutkan sebelumnya bahwa dalam mazhab Imam
Syafi’i hanya melarang ihtikar (penimbunan barang) atas bahan pokok
yang merupakan kebutuhan masyarakat, seperti bahan makanan. Maka
dalam mazhab Imam Syafi’i membolehkan ihtikar (penimbunan
barang) atas barang selain bahan pokok kebutuhan manusia, sekalipun
dilakukan saat kondisi barang tersebut langka dipasar.16

14
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1953 Tentang Penetapan
Undang-Undang Darurat Tentang Penimbunan Barang-Barang ( Undang-Undang Darurat Nomor
17 Tahun 1951) Sebagai Undang-Undang.
15
Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam, Ekonomi Islam., h. 333
16
Ahmad Ifham Sholihin, Buku Pintar..., h. 332

8
Dampak Ihtikar LPG 3 Kg
Sebagaimana kita ketahui bahwa pada tahun 2007 Pemerintah Indonesia
membuat suatu Program Nasional yaitu Konversi Minyak Tanah ke Liquefied
Petrolium Gas (LPG) dengan tujuan untuk menjamin penyediaan dan pengadaan
bahan bakar dalam negeri. Program ini bermaksud untuk mengurangi subsidi
Bahan Bakar Minyak (BBM) guna untuk mengurangi beban negara.17 Minyak
tanah merupakan salah satu bahan pokok yang penting dan merupakan barang
yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Hal ini sesuai dengan yang maksudkan
dalam pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 1948
Tentang Pemberantasan Penimbunan Barang Penting, yang berbunyi :

(1) Yang dimaksud dengan barang penting dalam peraturan ini adalah :
beras, gabah, padi, menir, tepung beras, jagung, geplek, tepung
geplek, tapioca, garam, kopi, teh, gula dan minyak tanah.18

Dengan demikian, LPG 3 kg yang merupakan konversi atau pengganti


minyak tanah sebagai bahan bakar dalam negeri juga merupakan barang pokok
yang penting bagi masyarakat. Oleh karena itu penimbunan atas LPG 3 juga
merupakan praktek ihtikar yang dilarang dalam Islam maupun hukum positif
Indonesia.

Pada kurun waktu oktober sampai november 2017, dibeberapa Kecamatan


di Aceh Tamiang termasuk Kecamatan Manyak Payed dan Kecamatan Karang
Baru terjadi lonjakan harga eceran LPG 3 kg yang mencapai harga Rp.
30.000/tabung. Harga tersebut jauh melebihi harga pada biasanya Rp. 18.000 –
Rp. 23.000/tabung. Lonjakan harga atas gas LPG 3 kg yang terjadi dibeberapa
Kecamatan di Aceh Tamiang disebabkan oleh langkanya gas LPG 3 kg yang
beredar dipasar yang kemudian dimanfaatkan oleh sebagian pedagang gas LPG 3
kg.

17
lib.ui.ac.id/naskahringkas/2017.../S57854-Theresia%20Rimta%20Wahyuni%20Saragih
18
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 1948 Tentang Pemberantasan
Penimbunan Barang Penting

9
Kelangkaan gas LPG 3 kg yang terjadi di Aceh Tamiang dan sebagain
besar wilayah di Indonesia disebabkan oleh adanya pengurangan kuota gas LPG 3
kg untuk setiap pangkalan. Menurut seorang pemilik pangkalan gas LPG,
pengurangan kuota gas bersubsidi ( LPG 3 kg) karena tidak dinilai tidak tepat
sasaran. Konsumen yang menggunakan gas LPG 3 kg kebanyakan adalah orang
kaya yang pada dasarnya tidak berhak untuk menggunakan gas bersubsidi
tersebut.19

Kelangkaan gas LPG 3 kg ini kemudian dimanfaat oleh sebagian oknum


pedagang eceran yang mempunyai persediaan stok gas LPG 3 kg untuk
mengambil keuntungan besar dengan menaikkan harga dengan sesuka hati.
Namun yang menimbulkan tanda tanya besar yaitu mengapa sebagian pedagang
eceran memiliki persediaan stok gas LPG 3 kg? Persediaan gas LPG 3 kg yang
dimiliki oleh sebagian pedagang gas eceran adalah karena mereka membeli gas
dalam jumlah banyak di pangkalan LPG saat PT Pertamina mengirim pasokan gas
ke masing-masing pangkalan dengan harga Rp. 18.000/tabung sesuai dengan
harga yang ditetapkan oleh pemerintah. Namun mereka yang tidak langsung
memasarkan semua gas LPG 3 kg, dengan kata lain ada sebagian stok gas LPG 3
kg yang ditimbun. Sehingga ketika gas LPG 3 kg langka dipasar, maka mereka
menjual stok tersebut dengan harga yang lebih tinggi dari biasanya. Praktek yang
dilakukan oleh sebagian oknum pedagang eceran tersebut bisa dikategorikan
kepada ihtikar, karena sebagaimana dijelaskan sebelumnya bahwa gas LPG
merupakan bahan pokok yang sangat dibutuhkan oleh masayarakat.

Akibat ulah oknum pedagang yang dengan sesukan hati menaikkan harga
gas LPG 3 kg hingga kisaran Rp. 30.000/tabung membuat masayarakat resah,
karena LPG merupakan barang yang dibutuhkan oleh masyarakat, jadi mau tidak
mau mereka harus membeli walaupun dengan harga yang sangat tinggi.20

Bila meninjau kepada Hukum Perlindungan Konsumen apa yang


dilakukan oleh pedagang gas LPG yang menaikkan harga sesuka hati mereka

19
https://aceh.antaranews.com/berita/37890/elpiji-3-kg-di-aceh-tamiang-langka (Diakses:
17 Desember 2017)
20
Hasil observasi

10
telah melanggar hak konsumen untuk mendapatkan barang dengan harga yang
sesuai. Hal tersebut sebagaimana dimaksudkan dalam pasal 4 ayat 2 Undang-
Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Pelindungan Konsumen, yang berbunyi :

Hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang


dan/atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta
jaminan yang dijanjikan;21

Solusi Atas Ihtikar LPG 3 Kg

Solusi yang bisa dilakukan pemerintah untuk mengurangi praktek ihtikar


gas LPG 3 kg yang berdampak pada tingginya harga yaitu dengan menetapkan
harga eceran tertinggi atas gas LPG 3 kg. Sebelumnya pemerintah telah
menetapkan harga Rp. 18.000/tabung, namun harga ini hanya berlaku apabila
konsumen langsung membeli di pangkalan gas LPG. Tetapi pada kenyataannya
para agen gas eceran telah memesan gas dari pangkalan jauh sebelum gas tersebut
dikirim oleh PT pertamina ke setiap pangkalan gas LPG. Sehingga begitu gas
sampai ke pangkalan, banyak masyarakat yang tidak mendapat bagian untuk
langsung membeli dari pangkalan. Dengan meninjau pada kasus yang seperti ini,
pemerintah diharapkan agar dapat menetapkan harga eceran tertinggi supaya tidak
ada enetapan harga dengan sesuka hati pedagang.22

Solusi lain untuk mengurangi praktek ihtikar gas LPG 3 kg sebagaimana


dikatakan oleh pemilik PT Mona Cahaya Bunda23 yaitu dengan membatasi jumlah
gas LPG yang boleh dibeli oleh konsumen. Bagi konsumen yang membeli untuk
diri sendiri (masyarakat) hanya dibolehkan membeli 1 tabung/hari, sedangkan
bagi konsumen yang bertujuan untuk dijual kembali (pedagang eceran) hanya
dibolehkan membeli 5 tabung/hari.24

21
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen
22
Hasil Observasi
23
PT Mona Cahaya Bunda adalah pangkalan gas LPG yang ada di Kampung Tualang Cut
Kecamatan Manyak Payed Kabupaten Aceh TAmiang
24
Hasil Observasi

11
Kesimpulan

Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia
dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain,
maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.

Pelaku adalah setiap orang perseorangan atau badan usaha, baik yang
berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan
berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum negara Republik
Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian
menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi.

Secara etimologi ihtikar adalah menimbun atau mengumpulkan. Secara


termonologi ihtikar adalah penimbunan secara spekulatif dalam bentuk membeli
barang pada waktu harga masih stabil, kemudian menimbunnya pada suatu tempat
sehingga terjadinya kelangkaan dan kemudian dijual dengan harga yang lebih
tinggi.

Kelangkaan gas LPG 3 kg yang terjadi dibeberapa Kecamatan di Aceh


Tamiang yang dimanfaat oleh pedagang eceran untuk menaikkan harga dengan
sesuka hati membuat masyarakat kesulitan, karena gas LPG 3 kg merupakan
kebutuhan pokok sehari-hari yang harus dipenuhi sehingga mau tidak mau
masyarakat harus membeli walaupun dengan harga yang tinggi. Praktek tersebut
telah melanggak hak konsemen untuk mendapat barang dengan harga yang sesuai.

Solusi atas masalah ini ada dua, yaitu pemerintah harus menetapkan harga
eceran tertinggi untuk gas LPG 3 kg sehingga pedagang tidak dapat menetapkan
harga yang menyulitkan konsumen dan dengan membatasi pembelian gas LPG 3
kg bagi setiap konsumen sehingga mengurangi kemungkinan timbulnya praktek
ihtikar.

12
Daftar Pustaka

Buku :

Al Albani, Muhammad Nasruddin, 2006. Shahih Sunan Abu Daud Jilid 2, Terj.
Abd. Mufid Ihsan dan M. Soban Rohman. Jakarta Selatan : Pustaka Azam.
Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam, 2009. Ekonomi Islam.
Jakarta : Rajawali Pers.
Sari, Elsi kartika Dan Advendi Simanunsong, 2008. Hukum Dalam Ekonomi Edisi
Kedua. Jakarta : PT Grasindo.
Sholihin, Ahmad Ifham, 2010. Buku Pintar Ekonomi Syariah. Jakarta : PT
Gramedia Pustaka Utama.
Syarifuddin, Amir, 2003. Garis-Garis Besar Fiqh. Jakarta : Kencana.

Website :

etheses.uin-malang.ac.id/1307/6/08220008_Bab_2.pdf
https://aceh.antaranews.com/berita/37890/elpiji-3-kg-di-aceh-tamiang-langka
lib.ui.ac.id/naskahringkas/2017.../S57854-Theresia%20Rimta%20Wahyuni%20
Saragih.

Undang-Undang :

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.


Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1953 Tentang Penetapan
Undang-Undang Darurat Tentang Penimbunan Barang-Barang ( Undang-
Undang Darurat Nomor 17 Tahun 1951) Sebagai Undang-Undang.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 1948 Tentang
Pemberantasan Penimbunan Barang Penting.

13

Anda mungkin juga menyukai