Anda di halaman 1dari 14

1.1.

Didalah Latar belakang


Di dalam hidup berbangsa dan bernegara terkadang masyarakat merasa
bingung dimana yang lebih penting antara bangsa dan negara dan terkadang
malah menyepelekan keduanya.
Negara merupakan organisasi kekuasaan dari persekutuan hidup manusia,
sedangkan bangsa lebih menunjuk pada persekutuan hidup manusia. Suatu
negara pasti mempunyai identitas nasionalsendiri-sendiri yang berbeda antara
negara satu dengan negara yang lainnya karean, identitasnasional suatu bangsa
menunjukan kepribadian bangsa tersebut.
Pancasila adalah jati diri bangsa indonesia, sebagai falsafah, ideologi, dan alat
pemersatu bangsa indonesia. Pancasila merupakan pandangan hidup, dasar
negara, dan pemersatu bangsa insdonesia yang majemuk. Begitu besar
pengaruh pancasila terhadap bangsa dan negara indonesia, kondisi ini dapat
terjadi karena perjalanan sejarah dan kompleksitas keberadaan bangsa
indonesia seperti keberagaman suku, agama, bahsa daerah, adat istiadat,
kebiasaan budaya, serta warna kulit jauh berbeda satu sama linnya tetapi
mutlak harus di persatukan.
Begitu banyak permasalahan yang sedang bangsa kita hadapi, mulai dari
permasalahan yang sepele hingga permasalahan yang vatal. Sebenarnya semua
persoalan bisa diselesaikan apabila rakyat indonesia sudah menjiwai
pancasila. Tetapi negara hanya meninggalkan keilmuan, ilmu pengetahhuan
tidak adanya pendalaman pancasila ataupu penerapan pancasila.
SEJARAH PERGERAKAN INDONESIA, MENGAWALI LAHIRNYA
PANCASIAL SEBAGAI DASAR NEGARA.
Sebelum negara indonesia terbentuk pada 17 agustus 1945, bentuk
pemerintahan adalah kerajaan -kerajaan, baik besar maup kecil yang tersebar di
nusantara. Dalam sejarah indoesia selalu disebutkan bahwa ada dua kerajaan besar
yang melambangkan kemegahan dan kejayaan masa lalu yaitu Seriwijaya dan
Majapahit. Seriwijaya berdasar beberapa bukti sejarah (muara takus ke-7), berada
di palembang. Palembang sendiri dalam sejarah dikenal sebagai pusat ziarah
agama Budha, di daerah telaga batu terdapat batu yang bertuliskan siddhayatra,
yang artinya mungkin perjalanan suci yang berhasil (sartono kartodirdjo, dkk.
1997:53).
Pada abad ke-13 sriwijaya masih menguasai sebagian besar sumatera, dan
semenanjung malaka serta sebagian barat pulau jawa atau sinda. Pada permulaan
abad ke-15 muncul berbagai kerajaan islam di bagian utara pulau sumatera, dan
ini berarti berakhir beberapa kerajaan hindu dan buhda di sumatera.
Majapahit merupakan kerajaan terbesar kedua yang wilayanhnya meliputi
hampir seluruh nusantara, yaitu di daerah-daerah sumatera bagian barat sampi ke
daerah-daerah maluku dan irian di bagian timur (sekarang papua). Pengembangan
kerajaan majapahit hingga ke negara-negara tetangga di asia tenggara dalam
bentuk persahabatan. Gajah mada sebagai patih masa hayam wuruk telah
menjadika kerajaan majapahit sebagai kerajaan besar dan berkuasa. Dengan
sumpah palapalnya, gajah mada membuktikan pengabdiannya pada majapahit.
Meniggalnya gajah mada (1364) dapat dianggap merupakan detik-detik
awal keruntuhan majapahit dan semakin mundur dengan wafatnya hayam wuruk
(1389). Kapan keruntuhan majapahit juga banyak versi yang berbeda, tetapi berita
dari portugis dan italia mengatakan bahwa pada permulaan abad ke-16 kerajaan
majapahit masih berdiri, yang disebut sebagai kerajaan hindu (sartono, dkk.
1977:272). Akan tetapi berdasarkan berita lain menyatakan pda tahun 1518-1521
menguasaan atas majapahit beralih ketangan adipura unus dari demak, sejak
berkembangnya kerajaan demak, itu majapahit beralih dari kerajaan hindu
menjadi kerajaan islam.
Awal abad ke-16 bangsa eropa mulai masuk ke nusantara dan terjadilah
perubahan politik kerajaan yang berkaitan dengan perebutan hegemoni. Belanda
telah meletakan dasar-dasar militernya pada tahun 1630-an guna mendapatkan
hegemoni perdagangan atas perniagaan laut di indonesia mendirikan markas
besarnya di batavia dan mulai menguasai wilayah-wilayah perdagangan di
nusantara.
Pada pertengahan abad XVII belada tidak puas hanya dengan perjanjian
perdamaian, pembangunan benteng-benteng dan pertahanan angkatan laut untuk
memperkokoh kekuasaan belanda. Voc masih menganggap terdapat kekacawan
baik besar maupun kecil dari penguasa-penguasa kerajaan di nusantara yang
dapat mengacaukan rencana mereka. Kebijakan militer voc menjadi semakin
agresif dengan ikut campur tangan dalam urusan kerajaan-kerajaan. Dengan
demikian milailah kekuasaan belanda terhadap kerajaan-kerajaan di nusantara.
Kekuasaan belanda dimulai memang dari indonesia bagian timur sebagai
pusat rempah-rempah yaitu di maluku, kemudian ke sulawesi, nusa tenggara
sampai jawa. Dengan demikian kekuasaan raja-raja di nusantara harus
menghadapai belanda. Sebelumnya jika terjadi persaingan antara keluarga
kerajaan atau antar kerajaan, maka belanda akan mendukung salah satunya. Jika
berhasil maka belanda akan mendapat imbalan yang menguntungkan secara
ekonomis maupun politis. Kekuasaan voc berakhir pada 31 desember 1799,
kemudian aset-asetnya diambil oleh pemerintah belanda. Karenanya sejak abad
XIX belanda menguasai nusantara dalam seluruh aspek kehidupan. Kekuasaan itu
terus berlangsung hingga jepang merebutnya pada tahun 1942.
Kontak dengan bangsa eropa telah membawa perubahan-perubahan dalam
pandangan masyarakat yaitu dengan masuknya paham-paham baru, seperti
liberalisme, demokrasi, nasionalisme,. Paham-paham tersebut sebenarnya telah
muncup pada abad XVIII di eropa, tetapi masuk dan berkembang di indonesia
baru abad XX awal, kecuali materialisme.
Pada tahun 1870 belanda telah membuat kebijakan untuk daerah
kolonialnya yang disebut hindia belanda ini dengan liberalisme. Ide-ide liberal
yang berkembang di nederland telah memberi pengaruh kuat terutama dalam
bidang ekonomi. Ajarannya di bidang ekonoi yakni menghendaki
dilaksanakannya usaha-usaha bebas dan pembebasan kegiatan ekonomi dari
campur tangan negara atau pemerintah (G. Mudjano: 1989: 19). Diantara
golongan liberal terdapat gologan humanis, dan merekalah yang menghendaki
untuk dihapusnya cultuualeisel atau tanam paksa. Suatu usaha yang dilakukan
voc maupun pemerintah belanda yang memberi keuntungan besar pada mereka
tetapi tidak bagi rakyat pribumi.
Berkat perjuangan golongan liberal dan humanis maka cultuurstelsel
sedikit demi sedikit mulai dihapuskan. Pada tahun 1870 dianggap sebagai batas
akhir berlakunya cultuurstelsel dan dikeluarkan undang-undang Agraria yang
mengatur bagaimana pengusaha swasta memperoleh tanah untuk usahanya dan
undang-undang pula yang mengatur pemindahan perusahaan-perusahaan pula
ketangan swasta.
Kaum liberal pada dasarnya kurang memperhatikan kesejahteraan rakyat
sehingga banyak mendapat keritik, diantaranya dari C,Th. Van Deventer yang
menulis di majalah de Gids 1899 berjudul fen fereschuld atau Debt of Honour
atau balas budi. Dikatakan oleh Van D eventer bahwa kemakmuran belanda
diperoleh dari kerja dan jasa orang indonesia. Oleh karena itu belanda berhutang
budi pada rakyat hindia belanda dan harus membayarnya dengan
menyelenggarakan trias poitika: irigasi, emigrasi (transmigrasi) dan edukasi.
Berkaitan dengan pengajaran, yang dilaksanakan hanyalah pengajaran tingkat
rendah, tujuannya memenuhi kebutuhan akan pegawai rendah, mandor-mandor
atau pelayan-pelayan yang bisa membaca dan upah mereka lebih rendah dari
pelayan kulit putih.
Beberapa sekolah menengah juga sekolah tinggi juga dibuka, tetapi bagi
rakyat jelata tidak ada kemungkinan menyekolahkan anaknya karena biaya mahal.
Sekolah-sekolah tersebut untuk kepentingan pemerintah bukan untuk kemajuan
pribumi. Dapat dipahami bagaimana kondisi itelektual masyarakat yang tidak
mengenal pendidikan (barat). Menjadi sangat wajar jika paham-paham eropa itu
baru muncul dan dikenal abad XX setelah adanya pendidikan nasionalisme
sebagai nation state atau negara bangsa, sampai abad XX belum ada negara
indonesia.
Sampai abad ke XIX perlawanan terhadap belanda masih bersifat lokal
(kedaerahan). Perlawanan masih bersifat negatif seperti mengundurkan diri ke
daerah yang belum terjangkau kekuasaan kolonial atau pun mencari perlindungan
pada kekuatan gaib. Model perlawanan seperti itu selalu diandalkan pemimpin
yang kharismatik yang dianggap pengikutnya punya kesaktian. Perlawanan seperti
itu akan berakhir jika pemimpinnya ditahan atau dibunuh.
Sesudah tahun 1900 sifat perlawanan mengalami perubahan yaitu,
perlawanan bersifat nasional, perlawanan berisifat positif dengan senjata, taktik
moderen, diplomasi (model barat). Perlawanan juga diorganisir lebih baik, juga
mulai memikirkan masa depan bangsa. Apa sebenarnya yang dapat mendukung
pertumbuhan nasionalisme di indonesia. Perkembangan pendidikan barat
menggeser pendidikan tradisionl di pondok, pesantren, wihara-wihara telah
menimbulkan masalah tersendiri.
Pancasila sebagai dasar negara, dasar yang dimaksud adalah dasar filsafat
negara yang merupakan kedudukan pokok dan utama daripada pancasila.
Kedudukan pancasila sebagai dasar (filsafat) negara terjadi setelah PPKI pada
tanggal 18 A gustus 1945 menetapakan pembukaan dan UUD Negara Republik
Indonesia bagian pembukaan menerut 4 alinea, diamana pancasila terdapat di
alinea IV. Dengan disahkannya pembukaan tersebut maka pancasila ikut pula
terangkat posisinya atau mengalami penuangan konstitusional sebagai dasar
negara.
Kedudukan pancasila sebagai dasar (filsafat) negara ini memiliki 3 (tiga)
implikasi, yakni implikasi politis, etis, dan yuridis sebagai kehidupan bernegara.
Implikasi politis adalah menjadikan pancasila sebagai ideologi nasional, implikasi
etis adalah menjadikan pancasila sebagai sumber norma etik bernegara, implikasi
yuridis adalah menjadikan pancasila sebagai sumber hukum negara. Pancasila
merupakan unsur pokok dari pembukaan UUD 1945, yaitu selanjutnya unsur
pokok tersebut terjabarkan dalam pasal-pasal UUD 1945 sebagai norma hukum
dasar negara. UUD 1945 sebagai norma hukum dasar negara selanjutnya
dijabarkan lagi dalam undang-undang dan seterusnya pada peraturan perundangan
di bawahnya secara hierarkis.
MAKNA PANCASILA DASAR NEGARA
Sebagaimana yang telah dikemukakan diatas, kedudukan pokok dan utama dari
pancasila adalah sebagai dasar negara seperti termuat dalam pembukaan UUD
1945 alinea IV. Dengan masuknya rumusan pancasila dalam pembukaan UUD
1945 yang disahkan oleh PPKI ini, para ahli sependapat bahwa pancasila
berkedudukan sebagai dasar negara. Meskipun dalam pembukaan UUD 1945
tidak secara eksplisit disebutkan kata pancasila, namun terdapat sesuatu communis
opinion bahwa dasar negara yang lima itu adalah pancasila bahwa pancasila itu
adalah ideologi nasional (pranarka, 1985). Bahwa negara kita adalah negara yang
mempunyai dasar pancasila adalah suatu kenyataan yang diketahui oleh setiap
warga negara (jimly asshiddiqie, 2009). Astim riyanto (2006) menyatakan bahwa
menurut tinjauan atau penafsiran historis, rumusan dalam alinea IV bagian
terakhir pembukaan UUD 1945 yang disahkan PPKI pada tanggal 18 Agustus
1945 yang berisi lima sila itu dinamakan pancasila sebagai dasar negara.
Sekarang ini, kedudukan pancasila sebagai dasar negara diperkuat lagi.
Yakni dengan keluarnya ketetapan MPRRI No. XVIII/MPR/1998 tentang
pencabutan Tap MPR RI No. II/MPR/1978 tentang P4 (Ekaprasetia Pancakarsa)
dan penetapan tentang pancasila sebagai dasar negara menyatakan sebagai
berikut.
“pancasila sebagaimana dimaksud dalam pembukaan undang-undang
dasar 1945 adalah dasar negara dari Negara Kesatuan Republik
Indonesia harus dilaksanakan konsisten dalam berkehidupan bernegara”
Pancasila sebagai dasar negara memiliki makna sebagai dasar falsafahnya
negara atau menurut Ir. Soekarano sebagai “philosophische grondslag” dari
negara yang hendak didirikan atau suatu “Weltanschauung”, di atas mana kita
mendirikan negara Indonesia itu. philosophische grondslag itu dasar, filsafat,
pikiran, jiwa, hasrat yang sedalam-dalamnya untuk di atasnya didirikan gedung
Indonesia merdeka yang kekal dan abadi. Jadi, jika kita berbicara pancasila
sebagai daasar negara yang dimaksudkan adalah dasar dalam arti filosofis atau
oleh prof. Notonagoro disebut sebagai filsafat hidup Negara Indonesia Merdeka
yang akan didirikan.
1. Makna pancasila sebagai dasar negara
Notonagoro dalam (Mubyarto, 2004) berpendapat bahwa apabila orang
memikirkan tentang pancasila maka yang dimaksudkan ialah pancasila yang
sungguh-sungguh merupakan dasar negara Indonesia, sebagaimana terdapat
dalam pembukaan UUD 1945. Pancasila merupakan asas kerohanian negara
yang mempunyai kedudukan istimewa di antara unsur-unsur pokok kaidah
fundamental negara. Dikatakan, “maka dari itu sungguh tepat oleh pembentuk
negara, pancasila dijadikan unsur pokok kaidah fundamental negara republik
indonesia, yang selama negara republik indonesia ada, merupakan norma
dasar hukum objektif, yang dengan jalan hukum tidak dapat diubah.”

Pengertian Pancasila Sebagai Dasar Negara


Menurut Ketut Rijin (2010), pancasila sebagai dasar negara indonesia memiliki
tiga pengertian sekaligus tiga tingkatan, yakni
 Sebagai dasar negara yang bersifat abstrak-universal seperti tercantum
pada pembukaan UUD 1945;
1. Sumber Historis Pancasila Nilai-nilai Pancasila sudah ada dalam adat
istiadat, kebudayaan, dan agama yang berkembang dalam kehidupan
bangsa Indonesia sejak zaman kerajaan dahulu. Misalnya, sila Ketuhanan
sudah ada pada zaman dahulu, meskipun dalam praktik pemujaan yang
beranekaragam, tetapi pengakuan tentang adanya Tuhan sudah diakui.
Dalam Encyclopedia of Philosophy disebutkan beberapa unsur yang ada
dalam agama, seperti kepercayaan kepada kekuatan supranatural,
perbedaan antara yang sakral dan yang profan, tindakan ritual pada objek
sakral, sembahyang atau doa sebagai bentuk komunikasi kepada Tuhan,
takjub sebagai perasaan khas keagamaan, tuntunan moral diyakini dari
Tuhan, konsep hidup di dunia dihubungkan dengan Tuhan, kelompok
sosial seagama dan seiman.
2. Sumber Sosiologis Pancasila Nilai-nilai Pancasila (ketuhanan,
kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, keadilan) secara sosiologis telah ada
dalam masyarakat Indonesia sejak dahulu hingga sekarang. Salah satu nilai
yang dapat ditemukan dalam masyarakat Indonesia sejak zaman dahulu
hingga sekarang adalah nilai gotong royong. Misalnya dapat dilihat,
bahwa kebiasaan bergotongroyong, baik berupa saling membantu antar
tetangga maupun bekerjasama untuk keperluan umum di desa-desa.
Kegiatan gotong royong itu dilakukan dengan semangat kekeluargaan
sebagai cerminan dari sila Keadilan Sosial. Gotong royong juga tercermin
pada sistem perpajakan di Indonesia. Hal ini disebabkan karena
masyarakat secara bersama-sama mengumpulkan iuran melalui
pembayaran pajak yang dimaksudkan untuk pelaksanaan pembangunan.
3. Sumber Politis Pancasila Sebagaimana diketahui bahwa nilai-nilai dasar
yang terkandung dalam Pancasila bersumber dan digali dari local wisdom,
budaya, dan pengalaman bangsa Indonesia, termasuk pengalaman dalam
berhubungan dengan bangsa-bangsa lain. Nilai-nilai Pancasila, misalnya
nilai kerakyatan dapat ditemukan dalam suasana kehidupan pedesaan yang
pola kehidupan bersama yang bersatu dan demokratis yang dijiwai oleh
semangat kekeluargaan sebagaimana tercermin dalam sila keempat
Kerakyatan Yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan. Semangat seperti ini diperlukan dalam
mengambil keputusan yang mencerminkan musyawarah.

Argumen tentang Dinamika Pancasila dalam Sejarah Bangsa Dinamika


Pancasila dalam sejarah bangsa Indonesia memperlihatkan adanya pasang
surut dalam pemahaman dan pelaksanaan nilai-nilai Pancasila. Misalnya pada
masa pemerintahan presiden Soekarno, terutama pada 1960an NASAKOM
lebih populer daripada Pancasila. Pada zaman pemerintahan presiden
Soeharto, Pancasila dijadikan pembenar kekuasaan melalui penataran P-4
sehingga pasca turunnya Soeharto ada kalangan yang mengidentikkan
Pancasila dengan P-4. Pada masa pemerintahan era reformasi, ada
kecenderungan para penguasa tidak respek terhadap Pancasila, seolah-olah
Pancasila ditinggalkan.
Argumen tentang Tantangan terhadap Pancasila dalam Kehidupan Berbangsa
dan Bernegara Salah satu tantangan terhadap Pancasila dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara adalah meletakkan nilai-nilai Pancasila tidak dalam
posisi sebenarnya sehingga nilai-nilai Pancasila menyimpang dari kenyataan
hidup berbangsa dan bernegara. Salah satu contohnya, pengangkatan presiden
seumur hidup oleh MPRS dalam TAP No.III/MPRS/1960 Tentang
Pengangkatan Soekarno sebagai Presiden Seumur Hidup. Hal tersebut
bertentangan dengan pasal 7 Undang-Undang Dasar 1945 yang menyatakan
bahwa, ”Presiden dan wakil presiden memangku jabatan selama lima (5)
tahun, sesudahnya dapat dipilih kembali”. Pasal ini menunjukkan bahwa
pengangkatan presiden seharusnya dilakukan secara periodik dan ada batas
waktu lima tahun.
Essensi Pancasila dalam Kajian Sejarah Bangsa Pancasila pada hakikatnya
merupakan Philosofische Grondslag dan Weltanschauung. Pancasila dikatakan
sebagai dasar filsafat negara (Philosofische Grondslag) karena mengandung
unsur-unsur sebagai berikut: alasan filosofis berdirinya suatu negara; setiap
produk hukum di Indonesia harus berdasarkan nilai Pancasila. Pancasila
sebagai pandangan hidup bangsa (Weltanschauung) mengandung unsur-unsur
sebagai berikut: nilai-nilai agama, budaya, dan adat istiadat.
Urgensi Pancasila dalam Kajian Sejarah Bangsa Hasil Survei yang dilakukan
KOMPAS yang dirilis pada 1 Juni 2008 menunjukkan bahwa pengetahuan
masyarakat tentang Pancasila merosot secara tajam, yaitu 48,4% responden
berusia 17 sampai 29 tahun tidak mampu menyebutkan silai-sila Pancasila
secara benar dan lengkap. 42,7% salah menyebut sila-sila Pancasila, lebih
parah lagi, 60% responden berusia 46 tahun ke atas salah menyebutkan sila-
sila Pancasila. Fenomena tersebut sangat memprihatinkan karena
menunjukkan bahwa pengetahuan tentang Pancasila yang ada dalam
masyarakat tidak sebanding dengan semangat penerimaan masyarakat
terhadap Pancasila (Ali, 2009: 2). Selain data tersebut, pentingnya Pancasila
dalam sejarah bangsa Indonesia dikarenakan hal-hal berikut: pengidentikan
Pancasila dengan ideologi lain, penyalahgunaan Pancasila sebagai alat
justifikasi kekuasaan rezim tertentu, melemahnya pemahaman dan
pelaksanaan nilai Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Pengertian Pancasila dalam sejarah bangsa Indonesia menunjukkan hal-hal


sebagai berikut: 1. Pancasila merupakan produk otentik pendiri negara Indonesia
(The Founding fathers). 2. Nilai-nilai Pancasila bersumber dan digali dari nilai
agama, kebudayaan, dan adat istiadat. 3. Pancasila merupakan pandangan hidup
bangsa dan dasar filsafat kenegaraan. Pentingnya Pancasila dalam sejarah bangsa
Indonesia menunjukkan hal-hal berikut: 1. Betapapun lemahnya pemerintahan
suatu rezim, tetapi Pancasila tetap bertahan dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara. 2. Betapapun ada upaya untuk mengganti Pancasila sebagai ideologi
bangsa, tetapi terbukti Pancasila merupakan pilihan yang terbaik bagi bangsa
Indonesia. 3. Pancasila merupakan pilihan terbaik bagi bangsa Indonesia karena
bersumber dan digali dari nilai-nilai agama, kebudayaan, dan adat istiadat yang
hidup dan berkembang di bumi Indonesia. 4. Kemukakan argumen Anda tentang
Pancasila sebagai pilihan terbaik bangsa Indonesia.
1. Periode Pengusulan Pancasila Jauh sebelum periode pengusulan Pancasila,
cikal bakal munculnya ideologi bangsa itu diawali dengan lahirnya rasa
nasionalisme yang menjadi pembuka ke pintu gerbang kemerdekaan
bangsa Indonesia. Ahli sejarah, Sartono Kartodirdjo, sebagaimana yang
dikutip oleh Mochtar Pabottinggi dalam artikelnya yang berjudul Pancasila
sebagai Modal Rasionalitas Politik, menengarai bahwa benih nasionalisme
sudah mulai tertanam kuat dalam gerakan Perhimpoenan Indonesia yang
sangat menekankan solidaritas dan kesatuan bangsa. Perhimpoenan
Indonesia menghimbau agar segenap suku bangsa bersatu teguh
menghadapi penjajahan dan keterjajahan. Kemudian, disusul lahirnya
Soempah Pemoeda 28 Oktober 1928 merupakan momenmomen
perumusan diri bagi bangsa Indonesia. Kesemuanya itu merupakan modal
politik awal yang sudah dimiliki tokoh-tokoh pergerakan sehingga sidang-
sidang maraton BPUPKI yang difasilitasi Laksamana Maeda, tidak
sedikitpun ada intervensi dari pihak penjajah Jepang. Para peserta sidang
BPUPKI ditunjuk secara adil, bukan hanya atas dasar konstituensi,
melainkan juga atas dasar integritas dan rekam jejak di dalam konstituensi
masingmasing. Oleh karena itu, Pabottinggi menegaskan bahwa diktum
John Stuart Mill atas Cass R. Sunstein tentang keniscayaan
mengumpulkan the best minds atau the best character yang dimiliki suatu
bangsa, terutama di saat bangsa tersebut hendak membicarakan masalah-
masalah kenegaraan tertinggi, sudah terpenuhi. Dengan demikian,
Pancasila tidaklah sakti dalam pengertian mitologis, melainkan sakti
dalam pengertian berhasil memenuhi keabsahan prosedural dan keabsahan
esensial sekaligus. (Pabottinggi, 2006: 158-159). Selanjutnya, sidang-
sidang BPUPKI berlangsung secara bertahap dan penuh dengan semangat
musyawarah untuk melengkapi goresan sejarah bangsa Indonesia hingga
sampai kepada masa sekarang ini. Masih ingatkah Anda sejarah
perumusan Pancasila yang telah dipelajari sejak di SMA/SMK/MA?
Untuk membantu mengingatkan Anda, berikut ini dikemukakan beberapa
peristiwa penting tentang perumusan Pancasila. Perlu Anda ketahui bahwa
perumusan Pancasila itu pada awalnya dilakukan dalam sidang BPUPKI
pertama yang dilaksanakan pada 29 Mei sampai dengan 1 Juni 1945.
BPUPKI dibentuk oleh Pemerintah Pendudukan Jepang pada 29 April
1945 dengan jumlah anggota 60 orang. Badan ini diketuai oleh dr.
Rajiman Wedyodiningrat yang didampingi oleh dua orang Ketua Muda
(Wakil Ketua), yaitu Raden Panji Suroso dan Ichibangase (orang Jepang).
BPUPKI dilantik oleh Letjen Kumakichi Harada, panglima tentara ke-16
Jepang di Jakarta, pada 28 Mei 1945. Sehari setelah dilantik, 29 Mei 1945,
dimulailah sidang yang pertama dengan materi pokok pembicaraan calon
dasar negara.
Siapa sajakah tokoh-tokoh yang berbicara dalam sidang BPUPKI tersebut?
Menurut catatan sejarah, diketahui bahwa sidang tersebut menampilkan
beberapa pembicara, yaitu Mr. Muh Yamin, Ir. Soekarno, Ki Bagus
Hadikusumo, Mr. Soepomo. Keempat tokoh tersebut menyampaikan
usulan tentang dasar negara menurut pandangannya masing-masing.
Meskipun demikian perbedaan pendapat di antara mereka tidak
mengurangi semangat persatuan dan kesatuan demi mewujudkan
Indonesia merdeka. Sikap toleransi yang berkembang di kalangan para
pendiri negara seperti inilah yang seharusnya perlu diwariskan kepada
generasi berikut, termasuk kita.
Sebagaimana Anda ketahui bahwa salah seorang pengusul calon dasar
negara dalam sidang BPUPKI adalah Ir. Soekarno yang berpidato pada 1
Juni 1945. Pada hari itu, Ir. Soekarno menyampaikan lima butir gagasan
tentang dasar negara sebagai berikut: a. Nasionalisme atau Kebangsaan
Indonesia, b. Internasionalisme atau Peri Kemanusiaan, c. Mufakat atau
Demokrasi, d. Kesejahteraan Sosial, e. Ketuhanan yang berkebudayaan.
Berdasarkan catatan sejarah, kelima butir gagasan itu oleh Soekarno diberi
nama Pancasila. Selanjutnya, Soekarno juga mengusulkan jika seandainya
peserta sidang tidak menyukai angka 5, maka ia menawarkan angka 3,
yaitu Trisila yang terdiri atas (1) Sosio-Nasionalisme, (2) Sosio-
Demokrasi, dan (3) Ketuhanan Yang Maha Esa. Soekarno akhirnya juga
menawarkan angka 1, yaitu Ekasila yang berisi asas Gotong-Royong.
Sejarah mencatat bahwa pidato lisan Soekarno inilah yang di kemudian
hari diterbitkan oleh Kementerian Penerangan Republik Indonesia dalam
bentuk buku yang berjudul Lahirnya Pancasila (1947). Perlu Anda ketahui
bahwa dari judul buku tersebut menimbulkan kontroversi seputar lahirnya
Pancasila. Di satu pihak, ketika Soekarno masih berkuasa, terjadi semacam
pengultusan terhadap Soekarno sehingga 1 Juni selalu dirayakan sebagai
hari lahirnya Pancasila. Di lain pihak, ketika pemerintahan Soekarno jatuh,
muncul upayaupaya “de-Soekarnoisasi” oleh penguasa Orde Baru
sehingga dikesankan seolah-olah Soekarno tidak besar jasanya dalam
penggalian dan perumusan Pancasila. Setelah pidato Soekarno, sidang
menerima usulan nama Pancasila bagi dasar filsafat negara (Philosofische
grondslag) yang diusulkan oleh Soekarno, dan kemudian dibentuk panitia
kecil 8 orang (Ki Bagus Hadi Kusumo, K.H. Wahid Hasyim, Muh. Yamin,
Sutarjo, A.A. Maramis, Otto Iskandar Dinata, dan Moh. Hatta) yang
bertugas menampung usul-usul seputar calon dasar negara. Kemudian,
sidang pertama BPUPKI (29 Mei - 1 Juni 1945) ini berhenti untuk
sementara.

2. Periode Perumusan Pancasila Hal terpenting yang mengemuka dalam


sidang BPUPKI kedua pada 10 - 16 Juli 1945 adalah disetujuinya naskah
awal “Pembukaan Hukum Dasar” yang kemudian dikenal dengan nama
Piagam Jakarta. Piagam Jakarta itu merupakan naskah awal pernyataan
kemerdekaan Indonesia. Pada alinea keempat Piagam Jakarta itulah
terdapat rumusan Pancasila sebagai berikut. 1. Ketuhanan, dengan
kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemelukpemeluknya. 2.
Kemanusiaan yang adil dan beradab. 3. Persatuan Indonesia 4. Kerakyatan
yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan. 5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Naskah awal
“Pembukaan Hukum Dasar” yang dijuluki “Piagam Jakarta” ini di
kemudian hari dijadikan “Pembukaan” UUD 1945, dengan sejumlah
perubahan di sana-sini. Ketika para pemimpin Indonesia sedang sibuk
mempersiapkan kemerdekaan menurut skenario Jepang, secara tiba-tiba
terjadi perubahan peta politik dunia. Salah satu penyebab terjadinya
perubahan peta politik dunia itu ialah takluknya Jepang terhadap Sekutu.
Peristiwa itu ditandai dengan jatuhnya bom atom di kota Hiroshima pada 6
Agustus 1945. Sehari setelah peristiwa itu, 7 Agustus 1945, Pemerintah
Pendudukan Jepang di Jakarta mengeluarkan maklumat yang berisi: (1)
pertengahan Agustus 1945 akan dibentuk Panitia Persiapan Kemerdekaan
bagi Indonesia (PPKI), (2) panitia itu rencananya akan dilantik 18
Agustus 1945 dan mulai bersidang 19 Agustus 1945, dan (3)
direncanakan 24 Agustus 1945 Indonesia dimerdekakan. Esok paginya, 8
Agustus 1945, Sukarno, Hatta, dan Rajiman dipanggil Jenderal Terauchi
(Penguasa Militer Jepang di Kawasan Asia Tenggara) yang berkedudukan
di Saigon, Vietnam (sekarang kota itu bernama Ho Chi Minh). Ketiga
tokoh tersebut diberi kewenangan oleh Terauchi untuk segera membentuk
suatu Panitia Persiapan Kemerdekaan bagi Indonesia sesuai dengan
maklumat Pemerintah Jepang 7 Agustus 1945 tadi. Sepulang dari Saigon,
ketiga tokoh tadi membentuk PPKI dengan total anggota 21 orang, yaitu:
Soekarno, Moh. Hatta, Radjiman, Ki Bagus Hadikusumo, Otto Iskandar
Dinata, Purboyo, Suryohamijoyo, Sutarjo, Supomo, Abdul Kadir, Yap
Cwan Bing, Muh. Amir, Abdul Abbas, Ratulangi, Andi Pangerang,
Latuharhary, I Gde Puja, Hamidan, Panji Suroso, Wahid Hasyim, T. Moh.
Hasan (Sartono Kartodirdjo, dkk., 1975: 16--17). Jatuhnya Bom di
Hiroshima belum membuat Jepang takluk, Amerika dan sekutu akhirnya
menjatuhkan bom lagi di Nagasaki pada 9 Agustus 1945 yang
meluluhlantakkan kota tersebut sehingga menjadikan kekuatan Jepang
semakin lemah. Kekuatan yang semakin melemah, memaksa Jepang
akhirnya menyerah tanpa syarat kepada sekutu pada 14 Agustus 1945.
Konsekuensi dari menyerahnya Jepang kepada sekutu, menjadikan daerah
bekas pendudukan Jepang beralih kepada wilayah perwalian sekutu,
termasuk Indonesia. Sebelum tentara sekutu dapat menjangkau wilayah-
wilayah itu, untuk sementara bala tentara Jepang masih ditugasi sebagai
sekadar penjaga kekosongan kekuasaan. Kekosongan kekuasaan ini tidak
disia-siakan oleh para tokoh nasional. PPKI yang semula dibentuk Jepang
karena Jepang sudah kalah dan tidak berkuasa lagi, maka para pemimpin
nasional pada waktu itu segera mengambil keputusan politis yang penting.
Keputusan politis penting itu berupa melepaskan diri dari bayang-bayang
kekuasaan Jepang dan mempercepat rencana kemerdekaan bangsa
Indonesia.
3. Periode Pengesahan Pancasila Peristiwa penting lainnya terjadi pada 12
Agustus 1945, ketika itu Soekarno, Hatta, dan Rajiman Wedyodiningrat
dipanggil oleh penguasa militer Jepang di Asia Selatan ke Saigon untuk
membahas tentang hari kemerdekaan Indonesia sebagaimana yang pernah
dijanjikan. Namun, di luar dugaan ternyata pada 14 Agustus 1945 Jepang
menyerah kepada Sekutu tanpa syarat. Pada 15 Agustus 1945 Soekarno,
Hatta, dan Rajiman kembali ke Indonesia. Kedatangan mereka disambut
oleh para pemuda yang mendesak agar kemerdekaan bangsa Indonesia
diproklamasikan secepatnya karena mereka tanggap terhadap perubahan
situasi politik dunia pada masa itu. Para pemuda sudah mengetahui bahwa
Jepang menyerah kepada sekutu sehingga Jepang tidak memiliki
kekuasaan secara politis di wilayah pendudukan, termasuk Indonesia.
Perubahan situasi yang cepat itu menimbulkan kesalahpahaman antara
kelompok pemuda dengan Soekarno dan kawan-kawan sehingga terjadilah
penculikan atas diri Soekarno dan M. Hatta ke Rengas Dengklok (dalam
istilah pemuda pada waktu itu “mengamankan”), tindakan pemuda itu
berdasarkan keputusan rapat yang diadakan pada pukul 24.00 WIB
menjelang 16 Agustus 1945 di Cikini no. 71 Jakarta (Kartodirdjo, dkk.,
1975: 26). Melalui jalan berliku, akhirnya dicetuskanlah Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945. Teks kemerdekaan itu
didiktekan oleh Moh. Hatta dan ditulis oleh Soekarno pada dini hari.
Dengan demikian, naskah bersejarah teks proklamasi Kemerdekaan
Indonesia ini digagas dan ditulis oleh dua tokoh proklamator tersebut
sehingga wajar jika mereka dinamakan Dwitunggal. Selanjutnya, naskah
tersebut diketik oleh Sayuti Melik. Rancangan pernyataan kemerdekaan
yang telah dipersiapkan oleh BPUPKI yang diberi nama Piagam Jakarta,
akhirnya tidak dibacakan pada 17 Agustus 1945 karena situasi politik yang
berubah (Lihat Pemahaman Sejarah Indonesia: Sebelum dan Sesudah
Revolusi, William Frederick dan Soeri Soeroto, 2002: hal. 308-311)

B. sejarah perumusan pancasila


Secara material, nila-nila yang terkandung dalam pancasila merupakan
kebudaayaan bangsa.
1. Zaman prarevolusi kemerdekaan
Sebelum tahun 1900, pancasila merupakan warisan budaya secara implisit
yang berakar dan bersumber dalam kebudayaan masyarakat sebagai nilai-
nilai yang tersebar dikepuluan nusantara dan terdapat dalam kebudayaan-
kebudayaan daerah.
Sedangkan semenjak tahun 1900, nilai-nilai pancasila mulai
terumus secara eksplisit sebagai nilai-nilai mendasar dalam zaman
pergerakan nasional.
Selain itu ada peristiwa-peristiwa dimana nilai-nilai pancasila
muncul secara fragmentasi yang terbagi dalam tiga tahapan sebagai
berikut:
Pertama: bangkitnya kesadaran kebangsaan, lewat peristiwa dan tokoh:
 R.A. kartini dalam tulisan dan perilaku yang memperjuangkan
emansipasi dan pendidikan bagi kaum wanita. Nilai dasar yang
terkandung olehnya adalah mengangkat martabat dan perkembangan
manusia. Perjuangan beiau ini mencerminkan sila ke 2
 Berdirinya boedi oetomo pada tahun 1908, yang memperjuangkan
kemandirian, martabat bangsa, dan kesadaran nasional dengan tumpah
dan kekuatan kebudayaan. Perjuangan ini mencerminkan sila ke 2 dn ke
3.
 Berdirinya sarekat dagang islam/sarekat islam pada tahun 1911, yang
memperjuangkan persamaan derajat, kemandirian, solidaritas, dan
perkembangan sosial-ekonomi masyarakat dengan tumpuan kekuatan
dan 4.
Kedua: bangkitnya kesadaran politis, yang terwujud dalam gerakan-
gerakan politik, seperti:
 Berdirinya indische partij dengan pimpinan douwes dakker pada tahun
1912, yang ingin mencapai kemerdekaan dan membangun patriotisme
semua “kaum hindia”, menegakan persamaan-persamaan derajat,
solidaritas, dan keadilan sosial. Gerakan ini mencerminkan sila 3 dan 4.
 Berdirinya jong java, jong sumatra, jong ambon, dan lain-lain, yang
ingin menanmkan nilai kepribadian, kemandirian, dan solidaritas serta
mewujudkan cita-cita persatuan dengan dasar nasionalisme menuju
terwujudanya indonesia raya. Gerakan ini mencerminkan sila 3.
 Berdirinya PNI dan partai lain yang ingin
memperjuangkankemerdekaan bangsa indonesia dengan semangat
nasionalisme dan patriotisme. Gerakan ini mencerminkan sila 3 dan 4.
Ketiga: bangkitnya kesadaran ideologis, yang ditandai oleh gerakan dan
peristiwa, seperti:
 Kongres pemuda indonesia pada tahun 1928 yang terwujud dalam
aumpah pemuda: kesatuan tanah air, bangsa, dan bahasa indonesia,
yang memperjuangkan persamaan derajat dan kemerdekaan. Peristiwa
ini mencerminkan sila 2, 3, dan 4.
 Pembuangan/penyingkiran tokoh perjuangan kemerdekaan.
2. Zaman revolusi yang berlangsung dari tahun 1945-1950
Dalam zaman ini pun rumusan pancasila sudah mengalami banyak
perubahan.
Pidato “lahirnya pancasila” oleh bung karno pada tanggal 1 juni 1945
sebagai rumusan bulat dari peroses kesadaran nlai-nilai mendasar selama zaman
pergerakan nasional. Dengan demikian, rumusan pancasila merupakan hasil
proses sosial-budaya. Masing-msing tokoh dan peristiwa mempunyai jasa dan
peranannya. Dibawah ini merupakan rumusan soekarno dibandingkan dengan
rumusan UUD 1945.
Rumusan soekarno Rumusan UUD 1945
1. Kebangsaan 1. Ketuhanan yang maha esa
2. Internasionalisme, atau 2. Kemanusian yang adil dan
perikemanusiaan beradan
3. Mufakat atau demokrasi 3. Persatuan indonesia
4. Kesejahteraan sosial 4. Kerakyatan yang di pimpin
5. Ketuhanan yang maha esa oleh hikmat kebijaksanan
dalam permusyawaratan
perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh
rakyat indonesia.

Dari perbandingan itu terlihat adanya perubahan yang prinsipil baik dalam tata
urutan sila-sila maupun dalam bentuk rumusan atau pembahasannya.
Piagam jakarta, yang memberikan kewajiban menjalankan kewajiban syareat
islam bagi para pemeluknya, dikeluarkan pada tanggal 22 juni 1945. Berikut ini
rumusan piagam jakarta dibandingkan dengan rumusan UUD 1945:
Rumusan piagam jakarta Rumusan UUD 1945
1. Ketuhanan dengan kewajiban 1. Ketuahanan yang maha esa
menjalankan syareat islam bagi 2. Kemanusian yang adil dan
pemeluk-pemeluknya beradab
2. Kemanusian yang beradab 3. Persatuan indonesia
3. Persatuan indonesia 4. Kerakyatanyang dipimpin oleh
4. Kerakyatan yang dipimpin hikamt kebijaksanaan dalam
oleh hikmah kebijaksanaan permusyawaratan perwakilan
dalam 5. Keadilan sosial bagi seluruh
permusyawaratan/perwakilan rakyat indonesia
5. Keadilan sosial bagi seluruh
rakyat indonesia

Dari perbandingan di atas terlihatlah adanya perbedaan yang prinsipil dan berarti
dalam rumusan sila 1.
Sebagai puncak keberhasilan perjuangan bangsa, pancasila secara formal
dijadikan dasar negara RI sejak 18 agustus 1945. Pancasila merupakan etika
sosial, yaitu seperangkat nilai yang secara terpadu harus diwujudkan dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara.
Dalam perjalanan berikutnya sempat muncul negara republik indonesia serikat
RIS, yang dalam konstitusinya merumuskan pancasila secara berbeda. Kemudian
juga muncul rumusan pancasila dalam UUDS.
Rumusan konstitusi RIS Rumusan UUDS
1. Ketuhanan yang maha esa 1. Ketuhanan yang maha esa
2. Pri kemanusiaan 2. Pri kemanusian
3. Kebangsaan 3. Kebangsaan
4. Kerakyatan 4. Kerakyatan
5. Keadilan sosial 5. Keadilan sosial

Kendati ada perbedaan kecil dari rumusan UUD 1945, baik rumusan konstitusi
RIS maupun UUDS tidak menunjukan perbedaan prinsipil secara ideologis.
Pancasila sebagai dasar negara yang kokoh terlihat dalam kemenangan RI
terhadap pemberontakan madiun yang terjadi pada tahun 1948 yang berlandaskan
materialisme-dialektis (marxisme-leninisme) dan terhadap pemberontakan DI/TII
yang bercita-citakan negara islam yang teokratis.
3. Zaman pascarevolusi (1950- )
Dalam zaman ini pancasila dilanda badai dan gejilak yang besar baik yang
bersifat terang-terangan ataupun terselubung.
Pemikiran bung karno secara beruntun ialah: pemaduan “islamisme,
maxsisme, dan nasionalisme”-marheanisme-internasionalisme-manipol
usdek-nasakom.
Pada tahun 1966, pancasila disepakati sebagai satu-satunya asas dalam
kehidupan sosial politik. Disusul kemidian oleh UU No.3 tahun 1985
tentang parpol dan no. 8 tahun 1985 tentang ormas.
Demikianlah perjalanan pancasila dimasa lampau. Perjalanannya di
masa depan tergantung di tangan bangsa ini sendiri, yang harus
menghadapi banyak tantangan dan masalah dalam pembangunan nasional.

Anda mungkin juga menyukai