I. Judul Penelitian
I. Judul Penelitian
JUDUL PENELITIAN
II. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dinyatakan bahwa, “Standar
Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) IPA di SD/MI
merupakan standar minimum yang secara nasional harus dicapai oleh peserta didik dan
menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum di setiap satuan pendidikan”
(Depdiknas, 2006:47). Pencapaian SK dan KD tersebut pada pembelajaran IPA
didasarkan pada pemberdayaan peserta didik untuk membangun kemampuan, bekerja
ilmiah, dan pengetahuan sendiri yang difasilitasi oleh guru dengan berorientasi
kepada tujuan kurikuler Mata Pelajaran IPA. Salah satu tujuan kurikuler pendidikan IPA di
Sekolah Dasar adalah
“Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan
masalah dan membuat keputusan;” (Depdiknas, 2006: 48).
Untuk mencapai tujuan pembelajaran IPA, guru sebagai pengelola langsung pada proses
pembelajaran harus memahami karakteristik (hakikat) dari pendidikan IPA sebagaimana
dikatakan (Depdiknas, 2006:47), bahwa:
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam se
cara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang
berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu
proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan
dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekit
ar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di
dalam kehidupan sehari-
hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung unt
uk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara i
lmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membant
u peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam
sekitar.
Karakteristik pendidikan IPA yang digariskan oleh Departemen Pendi-dikan Nasional sejalan
dengan pandangan para pakar pendidikan IPA di tingkat Internasional. Menurut Trowbridge
& Bybee (1990:48) IPA merupakan perwujudan dari suatu hubungan dinamis yang
mencakup tiga faktor utama, yaitu: IPA sebagai suatu proses dan metode (methods and
processes); IPA sebagai produk-produk pengetahuan (body of scientific knowledge), dan IPA
sebagai nilai-nilai (values). IPA sebagai proses/metode penyelidikan (inquiry methods)
meliputi cara berpikir, sikap, dan langkah- langkah kegiatan saintis untuk memperoleh
produk-produk IPA atau ilmu pengetahuan ilmiah, misalnya observasi, pengukuran,
merumuskan dan menguji hipotesis, mengumpulkan data, bereksperimen, dan prediksi.
Dalam wacana sepert itu maka IPA bukan sekadar cara bekerja, melihat, dan cara berpikir,
melainkan ‘science as a way of knowing’. Artinya, IPA sebagai proses juga dapat meliputi
kecenderungan sikap/tindakan, keingintahuan, kebiasaan berpikir, dan seperangkat prosedur.
Sementara nilai- nilai (values) IPA berhubungan dengan tanggung jawab moral, nilai- nilai
sosial, manfaat IPA untuk IPA dan kehidupan nanusia, serta sikap dan tindakan (misalnya,
keingintahuan, kejujuran, ketelitian, ketekunan, hati- hati, toleran, hemat, dan pengambilan
keputusan).
Karakteristik dan pengertian IPA sebagaimana diuraikan di atas secara singkat terangkum
dalam pengertian IPA menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) untuk Mata
Pelajaran IPA, bahwa IPA adalah “cara mencari tahu secara sistematis tentang alam
semesta”. Dalam proses mencari tahu ini pembelajaran IPA dirancang untuk
mengembangkan Kerja Ilmiah dan Sikap Ilmiah siswa. Pengertian tersebut mengandung
makna bahwa proses pembelajaran IPA di Sekolah Dasar menuntut guru mampu
menyediakan mengelola pembelajaran IPA dengan suatu metode dan teknik penunjang yang
memungkinkan siswa dapat mengalami seluruh tahapan pembelajaran yang bermuatan
keterampilan proses, sikap ilmiah, dan penguasaan konsep.
Sementara kenyataan di lapangan, pada mayoritas SD, tuntutan karak-teristik pendidikan IPA
sebagaimana diamanatkan oleh KTSP masih jauh dari yang dimaksudkan. Implementasi
KTSP lebih terfokus pada pembenahan jenis-jenis administrasi pembelajaran. Sedangkan
dalam pelaksanaan KBM belum menunjukkan perubahan yang sangat berarti. Hal ini
disebabkan antara lain, pemberlakukan KTSP belum disertai dengan pelatihan bagi guru- guru
bagaimana mengelola pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan kurikulum. Selain itu,
fasilitas pembelajaran IPA seperti media dan alat peraga, kualitas dan kuantitasnya tidak
banyak berubah, yaitu jauh dari memadai.
Dari hasil studi pendahuluan di Sekolah Dasar, khususnya di Sekolah Dasar Negeri No.
200115 Padangsidimpuan Utara, para guru menyadari bahwa pelaksanaan pembelajaran IPA
selama ini masih memiliki banyak kelemahan antara lain pembelajaran IPA masih kurang
melibatkan siswa pada aktivitas keterampilan proses atau kerja ilmiah IPA. Kegiatan
pembelajaran jarang dalam bentuk kegiatan praktikum, karena alat-alat yang diperlukan
sangat terbatas. Guru kelas sudah berusaha menyediakan alat-alat sederhana sejauh
kemampuan. Tetapi karena sangat terbatasnya keterampilan dan waktu yang dimiliki guru
(beberapa guru bertindak sebagai guru kelas rangkap), sangat terbatas juga alat yang dapat
disediakan. Untuk menghindarai agar pembelajaran IPA tidak terlalu verbalistik, maka
metode pembelajaran yang paling memungkinkan digunakan guru dalam pembelajaran IPA
adalah metode demonstrasi.
Metode demonstrasi yang digunakan guru dalam pembelajaran IPA di SDN No. 200115
Padangsidimpuan Utara semula dimaksudkan agar siswa dapat terlibat lebih baik dala m
kegiatan pembelajaran. Tetapi kenyataannya, pada setiap pembelajaran IPA –khususnya di
Kelas V – belum menghasilkan pembelajaran IPA yang efektif. Pada saat pembelajaran
masih banyak siswa yang kurang penuh memperhatikan demonstrasi guru. Bahkan tidak
sedikit siswa yang masih sempat melakukan kegiatan lain yang tidak ada hubungannya
dengan kegiatan pembelajaran, misalnya mengobrol dengan teman, memain- mainkan
sesuatu, mengganggu teman, atau menulis dan membuat coretan gambar sesuai dengan
keinginannya sendiri.
Selain aktivitas siswa pada saat pembelajaran IPA dengan metode demonstrasi tidak efektif,
hasil belajar yang dicapai siswa pun pada umumnya belum optimal. Nilai yang diperoleh
siswa dari setiap ulangan siswa rata-rata berkisar antara 5,0 sampai dengan 6,5. Lebih- lebih
pada saat ujian akhir semester, nilai ulangan mereka rata-rata kurang dari 6,0. Selain itu, pada
saat Ujian Sekolah untuk mata uji praktikum IPA, aktifitas dan hasil ujian siswa sangat jauh
dari yang diharapkan. Ini menunjukkan bahwa penggunaan metode pada pembelajaran IPA di
Kelas V SDN No. 200115 Padangsidimpuan Utara selain belum efektif dalam hal
penggunaan waktu dan aktivitas siswa, juga belum efektif untuk mencapai tujuan
pembelajaran jenis penguasaan konsep.
B. Identifikasi dan Rumusan Masalah
Sehubungan dengan latar belakang masalah tersebut, maka para guru di SDN No. 200115
Padangsidimpuan Utara khususnya guru Kelas V berhadapan dengan masalah bahwa metode
demonstrasi yang sering digunakan oleh guru belum mampu mengha-silkan pembelajaran
IPA yang efektif. Hal itu ditunjukkan oleh kenyataan bahwa waktu belajar siswa dalam kelas
masih banyak yang terbuang, kegiatan siswa yang berhubungan dengan keterampilan proses
atau kerja ilmiah masih sangat rendah, dan hasil belajar penguasaan konsep pun masih belum
mencapai standar keberhasilan yang ditetapkan.
Menghadapi kenyataan ini, peneliti sebagai Kepala Sekolah mengajak guru kelas V untuk
merefleksi dan mengevaluasi aspek-aspek pengalaman dirinya mengelola pembelajaran IPA
di kelasV, khususnya saat menggunakan metode demonstrasi. Dari hasil kegiatan refleksi
tersebut peneliti dan guru kelas V menyadari bahwa pelaksanaan metode demonstrasi selama
ini kurang ditunjang oleh wawasan, persiapan, dan alat penunjang yang memadai. Misalnya
guru belum pernah menggunakan teknik bertanya yang sangat diperlukan untuk metode
demonstrasi. Guru juga belum pernah merancang alat pendukung yang cocok untuk kegiatan
siswa pada saat mengikuti demonstrasi guru, misalnya LKS.
Dari hasil identifikasi tersebut peneliti terdorong untuk bermitra dengan guru kelas V
melakukan kaji tindak tentang penggunaan metode demonstrasi yang ditunjang oleh
penggunaan teknik mengajar dan fasilitas pendukung yang kondusif untuk meningkatkan
keterampilan proses siswa. Kegiatan kaji tindak ini akan dilakukan dalam bentuk Penelitian
Tindakan Kelas (PTK).
2. Perumusan Masalah
Bertolak dari latar belakang masalah tersebut di atas, serta hasil refleksi awal peneliti untuk
menjembatani antara tuntutan kurikulum dengan kondisi objektif di lapangan saat ini, maka
peneliti memandang bahwa yang menjadi masalah prioritas adalah perlunya mengelola
pembelajaran dengan menggunakan metode demonstrasi untuk mengefektifkan pembelajaran
IPA di Kelas V SDN No. 200115 Padangsidimpuan Utara. Dengan itu pembelajaran IPA di
Kelas V SDN No. 200115 Padangsidimpuan Utara dapat memenuhi standar yang ditetapkan
KTSP, yaitu mampu mengoptimalkan kadar waktu belajar efektif, mengembangkan kerja
ilmiah (keterampilan proses), sikap ilmiah, dan pencapaian hasil belajar siswa. Berdasarkan
hal itu maka masalah yang menjadi prioritas adalah sebagaimana dinyatakan dalam rumusan
umum pertanyaan penelitian: Bagaimanakah menggunakan metode demonstrasi untuk
meningkatkan efektifitas pembelajaran IPA di Kelas V SDN No. 200115 Padangsidimpuan
Utara?
Lebih khusus rumusan masalah penelitian dirinci sebagai berikut.
E. Manfaat Penelitian
Dilaksanakannya kegiatan Penelitian Tindakan Kelas ini diharapkan dapat memberikan
manfaat atau kontribusi sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Melalui kegiatan penelitian ini diperoleh alat dan teknik penunjang yang lebih realistis dan
aplikatif untuk keperluan optimalisasi penggunaan metode demonstrasi pada pembelajaran
IPA di Sekolah Dasar. Aturan dan model tersebut dapat dijadikan perbandingan dan
pertimbangan bagi guru- guru lainnya yang akan menggunakan metode demonstrasi pada
kelas dan mata pelajaran yang berbeda.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini memberikan pengalaman langsung kepada guru kelas untuk memecahkan
permasalahan secara terencana dan sistematis yang terkait dengan pembelajaran IPA di
Sekolah Dasar khususnya di Kelas V SDN No. 200115 Padangsid impuan Utara.
3. Manfaat Kelembagaan
Secara kelembagaan adalah mengembangkan fungsi lembaga pendidikan dalam mewujudkan
pengelolaan kurikulum berbasis sekolah. Antara lain merintis pelaksanaan pembelajaran yang
benar-benr merujuk kepada kondisi dan kompetensi realistic sekolah yang bersangkutan.
F. Anggapan Dasar
Penelitian ini dilaksanakan dengan berlandastumpu pada asumsi (anggapan) dasar
sebagai berikut.
1. Pembelajaran IPA akan efektif apabila dibantu dengan objek (benda), gejala alam, atau alat
peraga yang relevan.
2. Metode demonstrasi salahsatu metode pembelajaran yang cocok dengan karak-teristik
pembelajaran IPA.
3. Lembar Kerja Siswa dan Keterampilan/Teknik Bertanya merupakan alat untuk membantu
dan mengarahkan siswa dalam pembelajaran.
G. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori yang relevan dan sejumlah asumsi dasar sebagai- mana
dikemukakan, maka hipotesis tindakan penelitian ini adalah:
Serangkaian tindan pembelajaran bersiklus yang berorientasi kepada upaya optimalisasi
penggunaan metode demonstrasi dapat meningkatkan Keterampilan Proses Siswa pada
pembelajaran IPA topik Gaya Magnet di Kelas V Sekolah Dasar Negeri No. 200115
Padangsidimpuan Utara
Metode yang digunakan dalam kegiatan penelitian ini adalah metode Penelitian Tindakan
Kelas (PTK), sedangkan model PTK yang digunakan dalam penelitian ini adalah model
Kemmis & MC Taggart dengan pertimbangan model penelitian ini adalah model yang mudah
dipahami dan sesuai dengan rencana kegiatan yang akan dilakukan peneliti yaitu satu siklus
tindakan identik dengan satu kali pembelajaran (Depdikbud, 1999:7). Adapun alur tahapan
atau fase pada setiap siklus sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 1., meliputi 4 hal sebagai
berikut:
(1) Perencanaan (Planning),
(2) Pelaksanaan (Acting),
(3) Observasi (Observing),
(4) Refleksi (Reflecting).
Gambar 1: Alur Dasar Penelitian Tindakan Kelas
B. Subjek Penelitian
Kegiatan Penelitian Tindakan Kelas ini akan dilakukan dalam Pembelajaran IPA di Kelas V
Sekolah Dasar Negeri No. 200115 Padangsidimpuan Utara; semester Genap tahun 2008 pada
topik Gaya Magnet. Jumlah siswa yang menjadi subjek penelitian sebanyak 42 orang t erdiri
dari 24 orang siswa laki- laki dan 18 orang siswa perempuan.
Tabel 2
Jadwal Kegiatan Penelitian Tindakan Kelas
Waktu: Bulan ke . . . .
No. Kegiatan
1 2 3 4 5 6
Studi Pendahuluan: orientasi,
1. identifikasi masalah, dan anali- Ö
sis masalah, proposal penelitian.
Pembuatan Instrumen penelitian
2. Ö
dan pendalaman literatur.
Persiapan dan pelaksanaan siklus
3. Ö Ö
tindakan pembelajaran
Penyusunan Draft Laporan Pene-
4. Ö Ö
litian (Bahan Skripsi)
5. Penulisan Final Skripsi Ö
Penyerahan skripsi untuk ujian
6. Ö
sidang
VIII. DAFTAR PUSTAKA
BPTP Disdik Jabar, (2004) Pengantar Praktik Penilaian Pembelajaran Sains. Bandung:
Balai Pengembangan Teknologi Pendidikan Disdik Jabar.
BPTP Disdik Jabar, (2004) Penilaian Sikap dan Kerja Siswa. Bandung: Balai Pengembangan
Teknologi Pendidikan Disdik Jabar.
Depdiknas, (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan: Kerangka Dasar. Jakarta: Pusat
Kurikulum.
Depdiknas, (2006). KTSP: Standar Kompetensi Mata Pelajaran IPA Sekolah Dasar dan
Madrasah Ibtidaiyah. Jakarta: Pusat Kurikulum.
Depdiknas, (2003). Pelayanan Profesional Kurikulum 2004: Kegiatan Belajar Mengajar
Yang Efektif. Jakarta: Pusat Kurikulum.
Depdiknas, (2004) Pelayanan Profesional Kurikulum 2004: Penilaian Kelas. Jakarta: Pusat
Kurikulum.
Depdikbud, (1999). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Dasar
dan Menengah.
Edi Hendri M, (2006). Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Bandung Naskah Buku Ajar
untuk UPI Press.
Kasbolah, K. (1999). Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Jakarta: Depdikbud Dirjen Dikti.
Tim Dosen Pendidikan IPA PGSD UPP3 FIP (2001). Teori Pembelajaran IPA untuk Sekolah
Dasar. UPI. Tasikmalaya.
Wardani, I.G.A.K dkk (2007) Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Pusat Penerbitan
Universitas Terbuka