Case Sulit
Case Sulit
Kasus Endophthalmitis
II. ANAMNESIS
Autoanamnesa dilakukan pada tanggal 8 April 2015
Keluhan utama :
Mata kanan terasa gatal, mengganjal, dan sakit
Riwayat Penyakit Sekarang :
Os datang dengan keluhan mata kanan terasa berdebu, gatal, mengganjal, sakit, dan
panas sejak 1 minggu yang lalu setelah bersih – bersih dan mata kemasukan banyak
debu, tampak gambaran seperti kaca mobil yang tidak dibersihkan dan seperti ada
bayang – bayang yang melayang – layang pada mata kanan tersebut. Pasien pernah
terkena katarak dan sudah menjalani operasi katarak pada kedua mata kira – kira 8
bulan yang lalu. Karena pandangannya makin kabur, sakit dan rasa mengganjal
makin mengganggu, maka Os berobat ke dokter mata setempat, yang kemudian
langsung dirujuk ke spesialis mata di RS. Mata Dr.Yap. Pusing (-), mual (-),
muntah (-). BAB/BAK tidak ada keluhan. Pasien mengakui punya penyakit tekanan
darah tinggi.
Riwayat Penyakit Terdahulu :
1) Umum
Hipertensi : Ada
DM : Tidak ada
Asma : Tidak ada
Gastritis : Tidak ada
Alergi : Tidak ada
Rematik : Tidak ada
2) Mata
Riwayat pemakaian kacamata : Tidak ada
Riwayat operasi mata : Ada
Riwayat miopia tinggi : Tidak ada
Riwayat katarak : Ada
Riwayat glaukoma : Tidak ada
Riwayat keluarga keluihan sama : Tidak ada
Riwayat Penyakit Keluarga :
3) Umum
Hipertensi : Ada
DM : Tidak ada
Asma : Tidak ada
Lain lain : Tidak Ada
4) Mata
Riwayat pemakaian kacamata : Tidak ada
Riwayat operasi mata : Tidak ada
Riwayat miopia tinggi : Tidak ada
Riwayat katarak : Tidak ada
Riwayat glaukoma : Tidak ada
Riwayat keluarga keluhan sama : Tidak ada
STATUS OFTALMOLOGIKUS
KETERANGAN OKULO DEXTRA (OD) OKULO SINISTRA (OS)
1. VISUS
Tajam Penglihatan 6/24 6/18
Axis Visus Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Koreksi Tidak ada Tidak ada
Addisi Tidak ada Tidak ada
Kacamata Lama Tidak ada Tidak ada
3. SUPERSILIA
Warna Abu-abu,distribusi Abu-abu,distribusi normal,
normal, sikatrik (-) sikatrik (-)
Simetris Simetris Simetris
5. KONJUNGTIVA BULBI
Sekret Epifora Tidak ada
Injeksi Konjungtiva Ada Tidak ada
Injeksi Silier Tidak ada Tidak ada
Injeksi Perdarahan Tidak ada
Subkonjungtiva subkonjungtiva
Pterigium Tidak ada Tidak ada
Pinguekulum Tidak ada Tidak ada
Nevus pigmentosa Tidak ada Tidak ada
Kista Dermoid Tidak ada Tidak ada
6. SISTEM LAKRIMALIS
Punctum Lakrimalis Normal Normal
Tes Anel Tidak dilakukan Tidak dilakukan
7. SKLERA
Warna Sulit dinilai Putih
Ikterik Tidak ada Tidak ada
Nyeri tekan Tidak ada Tidak ada
8. KORNEA
Kejernihan Keruh Jernih
Permukaaan Licin Licin
Ukuran 12 mm 12 mm
Sensibilitas Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Infiltrat Tidak ada Tidak ada
Keratik presipitat Tidak dapat dinilai Tidak dapat dinilai
Sikatrik Tidak ada Tidak ada
Ulkus Tidak ada Tidak ada
Perforasi Tidak ada Tidak ada
Arkus Senilis Tidak ada Tidak ada
Edema Tidak dapat dinilai Tidak dapat dinilai
Tes Placido Tidak dilakukan Tidak dilakukan
9. COA
Kedalaman Sulit dinilai Dalam
Kejernihan Keruh Jernih
Hifema Tidak ada Tidak ada
Hipopion 1mm Tidak ada
Efek tyndall Sulit dinilai Tidak ada
10. IRIS
Warna Coklat Coklat
Kripte Sulit dinilai Ada
Sinekia Sulit dinilai Tidak ada
11. PUPIL
Letak Ditengah Ditengah
Bentuk Bulat, reguler Bulat, reguler
Ukuran 3 mm 3 mm
Refleks cahaya Positif Positif
langsung
Refleks cahaya tidak Positif Positif
langsung
12. LENSA
Kejernihan Sulit dinilai Jernih
Letak Sulit dinilai Sentral
Tes shadow Tidak dilakukan Tidak dilakukan
15. PALPASI
Nyeri tekan Tidak ada Tidak ada
Massa tumor Tidak ada Tidak ada
Tonometri Schiotz Tidak dilakukan Tidak dilakukan
16. KAMPUS VISI
Tes konfrontasi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
V. RESUME
Tn. H berusia 52 tahun datang ke RS. MATA Dr. Yap dengan keluhan mata kanan
terasa berdebu, gatal, mengganjal, sakit, dan panas sejak 1 minggu yang lalu,
tampak gambaran seperti kaca mobil yang tidak dibersihkan dan seperti ada bayang
– bayang yang melayang – layang pada mata kanan tersebut. Pasien pernah terkena
katarak dan sudah menjalani operasi katarak pada kedua mata kira – kira 8 bulan
yang lalu. Pasien mengakui punya penyakit tekanan darah tinggi.
Edukasi
1) Pemakaian obat teratur sesuai anjuran dokter
2) Kontrol teratur dan langsung datang ke UGD apabila terdapat rasa nyeri
pada mata dan kepala yang disertai mual muntah
3) Kontrol hipertensinya teratur
X. PROGNOSIS
OKULO DEXTRA (OD) OKULO SINISTRA (OS)
Ad Vitam : dubia ad bonam dubia ada bonam
Ad Fungsionam : malam bonam
Ad Sanationam : malam bonam
Tinjauan Pustaka
1. Anatomi dan Fisiologi Vitreous Humour
Vitreous humour atau badan kaca menempati daerah belakang lensa.Struktur ini
merupakan gel transparan yang terdiri atas air (lebih kurang 99%), sedikit kolagen, dan
molekul asam hialuronat yang sangat terhidrasi.Badan vitreous mengandung sangat
sedikit sel yang menyintesis kolagen dan asam hialuronat.Berfungsi mengisi ruang untuk
meneruskan sinar dari lensa. Kebeningan badan vitreous disebabkan tidak terdapatnya
pembuluh darah dan sel. Pada pemeriksaan tidak terdapatnya kekeruhan badan
vitreous akan memudahkan melihat bagian retina pada pemeriksaan oftamoskopi.
2. Endoftalmitis
B. Epidemiologi Endoftalmitis
Endophthalmitis endogen jarang terjadi, hanya terjadi pada 2-15% dari semua
kasus endophthalmitis. Kejadian rata-rata tahunan adalah sekitar 5 per 10.000
pasien yang dirawat. Dalam beberapa kasus, mata kanan dua kali lebih mungkin
terinfeksi sebagai mata kiri, mungkin karena lokasinya yang lebih proksimal untuk
mengarahkan aliran darah ke arteri karotid kanan.Sejak tahun 1980, infeksi Candida
dilaporkan pada pengguna narkoba suntik telah meningkat.Jumlah orang yang beresiko
mungkin meningkat karena penyebaran AIDS, sering menggunakan obat imunosupresif,
dan lebih banyak prosedur invasif (misalnya, transplantasi sumsum tulang).
Sebagian besar kasus endophthalmitis eksogen (sekitar 60%) terjadi setelah operasi
intraokular. Ketika operasi merupakan penyebab timbulnya infeksi, endophthalmitis
biasanya dimulai dalam waktu 1 minggu setelah operasi. Di Amerika Serikat,
endophthalmitis post cataract merupakan bentuk yang paling umum, dengan sekitar 0,1-
0,3% dari operasi menimbulkan komplikasi ini, yang telah meningkat selama beberapa
tahun terakhir. Walaupun ini adalah persentase kecil, sejumlah besar operasi
katarak yang dilakukan setiap tahun memungkinkan untuk terjadinya infeksi ini lebih
tinggi.
Post traumatic Endophthalmitis terjadi pada 4-13% dari semua cedera penetrasi
okular. Insiden endophthalmitis dengan cedera yang menyebabkan perforasi pada bola
mata di pedesaan lebih tinggi bila dibandingkan dengan daerah perkotaan. Keterlambatan
dalam perbaikan luka tembus pada bola mata berkorelasi dengan peningkatan resiko
berkembangnya endophthalmitis. Kejadian endophthalmitis yang disebabkan oleh benda
asing intraokular adalah 7-31%.
C. Patofisiologi Endoftalmitis
Gejala
Severe ocular pain
Mata merah
Lakrimasi
Penurunan visus
Fotofobia
Tanda
Kelopak mata bengkak dan eritema
Konjungtiva tampak chemosis
Kornea edema, keruh, tampak infiltrate
Hypopion (lapisan sel-sel inflamasi dan eksudat di ruang anterior)
Iris odem dan keruh
Pupil tampak yellow reflex
Eksudat pada vitreus
TIO meningkat atau menurun
E. Jenis-Jenis Endoftalmitis
1. Endoftalmitis Akut Pasca Bedah Katarak
Merupakan bentuk yang paling sering dari endoftalmitis, dan hampir selalu
disebabkan olehinfeksi bakteri. Tanda-tanda infeksi dapat muncul dalam waktu satu
sampai dengan enamminggu dari operasi. Namun, dalam 75-80% kasus muncul di
minggu pertama pasca operasi. Sekitar 56-90% dari bakteri yang menyebabkan
endoftalmitis akut adalah gram positif, dimana yang paling sering adalah Staphylococcus
epidermis, Staphylococcus aureus dan Streptococcus. Pada pasien dengan endoftalmitis
akut pasca operasi biasa ditemui Injeksi silier, hilangnya reflek fundus, hipopion,
pembengkakan kelopak mata, fotofobia, penurunan visus dan kekeruhan vitreus.
2. Endoftalmitis Pseudofaki Kronik
Diantara semua kasus endoftalmitis pasca operasi, komplikasi ini terjadi pasca
trabekulektomi yang terjadi sebanyak 10% dari kasus. Dari total jumlah kasus dengan
operasi trabekulektomi, endoftalmitis terjadi dalam persentase yang sama seperti di
Katarak (0,1%). Trabeculectomy dan trepanotrabeculectomy, sebagai metode yang
tersering, membentuk filtrasi fistula yang mengarahkan cairan ke ruang bawah
konjungtiva. Akumulasi cairan ini memungkinkan menjadi tempat peradangan yang
dapat disebabkan oleh inokulasi bakteri selama operasi, atau bisa terjadi selama periode
pasca operasi. Tanda-tanda endoftalmitis muncul empat minggu setelah operasi pada 19%
pasien, atau bahkan kemudian dalam sebagian besar kasus. Infeksi juga dapat
terjadi satu tahun berikutnya setelah operasi. Manfestasi klinis yang terjadi sangat
mirip dengan salah satu endoftalmitis akut dengan tanda-tanda kumpulan pus di tempat
akumulasi cairan dan kerusakan nekrotik dari sclera sebagai konsekuensi dari efek
toksik. Bakteri penyebab paling umum adalah jenis Streptococcus dan
Staphylococcus aureus, disamping itu Haemophilus influenza juga menjadi salah satu
penyebabnya.
4. Endoftalmitis Pasca Trauma
Pada bentuk endoftalmitis ini tidak ada riwayat operasi mata ataupun trauma mata.
Biasanya ada beberapa penyakit sistemik yang mempengaruhi, baik melalui penurunan
mekanisme pertahanan host atau adanya fokus sebagai tempat potensial terjadinya
infeksi. Dalam kelompok ini penyebab tersering adalah; adanya septicaemia, pasien
dengan imunitas lemah, penggunaan kateter dan Kanula intravena lama. Agen bakteri
yang biasanya menyebabkan endoftalmitis endogen adalah Staphylococcus aureus,
Escherichia coli dan spesies Streptococcus. Namun, agen yang paling sering
menyebabkan Endoftalmitis endogen adalah jamur (62%), gram positive bakteri (33%),
dan gram negatif bakteri dalam 5% dari kasus.
6. Fungal Endoftalmitis
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
Endoftalmitis eksogen: sampel vitreous (vitreous tap) diambil untuk diteliti
mikroorganisme penyebab dari endoftalmitis.
Endoftalmitis endogen: darah lengkap dan kimia darah mengetahui sumber
infeksi
Imaging
B-scan (USG): tentukan apakah ada keterlibatan peradangan vitreous. Hal ini
juga penting untuk mengetahui dari ablasi retina dan Choroidal, yang nantinya
penting dalam pengelolaan dan prognosis.
Chest x-ray - Mengevaluasi untuk sumber infeksi
USG Jantung - Mengevaluasi untuk endokarditis sebagai sumber infeksi
Prosedur Diagnosa (evaluasi ophtalmologi)
Periksa visus
Slit lamp
Tekanan intraokular
Melebar funduscopy
ultrasonografi
Terapi
Pengobatan tergantung pada penyebab yang mendasari endophthalmitis. Hasil
akhir ini sangat tergantung pada penegakan diagnosis dan pengobatan tepat waktu.
Tujuan dari terapi endophthalmitis adalah untuk mensterilkan mata, mengurangi
kerusakan jaringan dari produk bakteri dan peradangan, dan mempertahankan
penglihatan. Dalam kebanyakan kasus terapi yang diberikan adalah antimikroba
intravitreal, periokular, dan topikal.sedangkan dalam kasus yang parah, dilakukan
vitrectomy. antibiotik di endophthalmitis.
Non Farmakologi
a. Menjelaskan bahwa penyakit yang diderita memiliki prognosa yang buruk
yang mengancam bola mata dan nyawa apabila tidak tertangani.
b. Menjelaskan bahwa penyakit tersebut dapat mengenai mata satunya,
sehingga perlu dilakukan pengawasan yang ketat tentang adanya tanda-tanda
inflamasi pada mata seperti mata merah, bengkak, turunnya tajam
penglihatan, kotoran pada mata untuk segera untuk diperiksakan ke dokter
mata.
c. Menjelaskan bahwa penderita menderita diabetes yang memerlukan pengontrolan
yang ketat baik secara diet maupun medikamentosa. Hal ini disebabkan oleh
karena kondisi hiperglikemia akan meningkatkan resiko terjadinya bakteriemi
yang dapat menyerang mata satunya, atau bahkan dapat berakibat fatal jika
menyebar ke otak.
d. Perlunya menjaga kebersihan gigi mulut, sistem saluran kencing yang
memungkinkan menjadi fokal infeksi dari endoftalmitis endogen.
Farmakologi
a. Antibiotik
Terapi antimikroba empiris harus komprehensif dan harus mencakup semua
kemungkinan patogen dalam konteks pengaturan klinis.
Intravitreal antibiotik
Pilihan pertama : Vancomicin 1 mg dalam 0.1 ml + ceftazidine 2.25 mg
dalam 0.1ml
Pilihan kedua : Vancomicin 1 mg dalam 0.1ml + amikacin 0.4 mg dalam
0.1 ml
Pilihan ketiga : Vancomicin 1 mg dalam 0.1ml + gentamicin 0.2 mg
dalam 0.1 ml
Antibiotik topical
Vancomicin (50 mg/ml) atau cefazolin (50 mg/ml)
Amikacin (20 mg/ml) atau tobramycin (15mg%)
Antibiotik sistemik
Ciprofloxacin intravena 200 mg BD selama 2-3hari, diikuti 500 mg oral
BD selama 6-7 hari, atau
Vancomicin 1gr IV BD dan ceftazidim 2gr IV setiap 8 jam
b. Terapi steroid
Dexamethasone intravitreal 0.4 mg dalam 0.1 ml
Dexamethasone 4 mg (1 ml) OD selama 5 – 7 hari
Steroid sistemik. Terapi harian dengan prednisolone 60 mg diikuti
dengan 50 mg, 40mg, 30 mg, 20 mg, dan 10 mg selama 2 hari.
c. Terapi suportif
Siklopegik. Disarankan tetes mata atropin 1% atau bisa juga hematropine
2% 2 – 3 hari sekali.
Obat-obat antiglaucoma disarankan untuk pasien dengan peningkatan
tekanan intraokular.
Acetazolamide (3 x 250 mg) atau Timolol (0.5 %) 2 kali sehari
Operatif
Vitrectomy adalah tindakan bedah dalam terapi endophthalmitis. Bedah
debridemen rongga vitreous terinfeksi menghilangkan bakteri, sel-sel inflamasi, dan
zat beracun lainnya untuk memfasilitasi difusi vitreal, untuk menghapus membran
vitreous yang dapat menyebabkan ablasio retina, dan membantu pemulihan penglihatan.
Endophthalmitis vitrectomy Study (EVS) menunjukkan bahwa di mata dengan akut
endophthalmitis operasi post katarak dan lebih baik dari visi persepsi cahaya. Vitrectomy
juga memainkan peran penting dalam pengelolaan endoftalmitis yang tidak responsif
terhadap terapi medikamentosa
Pencegahan
Identifikasi keadaan pasien yang memiliki faktor resiko sebelum operasi
(blepharitis, kelainan drainase lakrimal, adanya infeksi yg aktif).
Persiapan operasi, termasuk :
Pov. Iodine 5-10%
Sarung tangan steril
Profilaksis topikal / perikoular antibiotik
Profilaksis intravitreal (pada kasus – kasus trauma)
Prognosis
Prognosis dari endoftalmitis sendiri bergantung Durasi dari endoftalmitis, jangka
waktu infeksi sampai penatalaksanaan, Virulensi bakteri dan Keparahan dari trauma.
Diagnosa yang tepat dalam waktu cepat dengan tatalaksana yang tepat mampu
meningkatkan angka kesembuhan endoftalmitis
Pembahasan
Benz MS, Scott IU, Flunn HW. Endophtalmits isolates and antibiotic sensitivites:
A 6 years review of culture proven cases. Am J Ophtalmol 2004; 137:1:38-42.
Cooper Ba, Holekamp Nm, Bohigian G, Thompson PA. Case- control study of
endophthalmitis after cataract surgery comparing scleral and corneal wounds. Am J
Ophtalmol 2003; 136: 300-5.
SU Suhardjo, Revana E. Ilmu Kesehatan Mata : Uveitis dan Radang Intra Okular. Ed ke-
2. Yogyakarta : Bagian Ilmu Kesehatan Mata, FK UGM.2012.h.58-64.
Gan IM, Ugahary LC, van Dissel JT, Feron E, Peperkampe, Veckeneer M et al.
Intravitreal dexamethasone as adjuvant in the treatment of postoperative
endophthalmitis:a prospective randomized trial. Graefes Arch Clin Exp
Ophthalmol.2005;243(12):1200-5.