Anda di halaman 1dari 21

Case sulit

Kasus Endophthalmitis

Pengampu : dr. Rinanto Prabowo Sp.M, M.Kes

Oleh : Timotius Henry Laksmana


NIM : 41100077

Kepaniteraan Klinik Rumah Sakit Mata dr.Yap


Universitas Kristen Duta Wacana
Yogyakarta
2015
I. IDENTITAS
Nama : Bpk. H
Umur : 52 th
Agama : Islam
Alamat : Naloran, Temanggung
Tanggal Pemeriksaan : 8/4/2015
Tanggal masuk RS : 7/4/2015

II. ANAMNESIS
Autoanamnesa dilakukan pada tanggal 8 April 2015

Keluhan utama :
Mata kanan terasa gatal, mengganjal, dan sakit
Riwayat Penyakit Sekarang :
Os datang dengan keluhan mata kanan terasa berdebu, gatal, mengganjal, sakit, dan
panas sejak 1 minggu yang lalu setelah bersih – bersih dan mata kemasukan banyak
debu, tampak gambaran seperti kaca mobil yang tidak dibersihkan dan seperti ada
bayang – bayang yang melayang – layang pada mata kanan tersebut. Pasien pernah
terkena katarak dan sudah menjalani operasi katarak pada kedua mata kira – kira 8
bulan yang lalu. Karena pandangannya makin kabur, sakit dan rasa mengganjal
makin mengganggu, maka Os berobat ke dokter mata setempat, yang kemudian
langsung dirujuk ke spesialis mata di RS. Mata Dr.Yap. Pusing (-), mual (-),
muntah (-). BAB/BAK tidak ada keluhan. Pasien mengakui punya penyakit tekanan
darah tinggi.
Riwayat Penyakit Terdahulu :
1) Umum
 Hipertensi : Ada
 DM : Tidak ada
 Asma : Tidak ada
 Gastritis : Tidak ada
 Alergi : Tidak ada
 Rematik : Tidak ada
2) Mata
 Riwayat pemakaian kacamata : Tidak ada
 Riwayat operasi mata : Ada
 Riwayat miopia tinggi : Tidak ada
 Riwayat katarak : Ada
 Riwayat glaukoma : Tidak ada
 Riwayat keluarga keluihan sama : Tidak ada
Riwayat Penyakit Keluarga :
3) Umum
 Hipertensi : Ada
 DM : Tidak ada
 Asma : Tidak ada
 Lain lain : Tidak Ada
4) Mata
 Riwayat pemakaian kacamata : Tidak ada
 Riwayat operasi mata : Tidak ada
 Riwayat miopia tinggi : Tidak ada
 Riwayat katarak : Tidak ada
 Riwayat glaukoma : Tidak ada
 Riwayat keluarga keluhan sama : Tidak ada

III. PEMERIKSAAN FISIK


STATUS GENERALIS
Keadaan Umum : Pasien tampak sakit ringan,
Kesadaran : Compos mentis
Tanda Vital : TD 170/100 mmHg, N 92x/mnt, RR 20x/mnt, S
36,3 C
Kepala : Normochepali, Benjolan (-), sikatrik (-)
Ekstremitas : Akral hangat, tidak ada sianosis atau edema
KGB : Tidak teraba pembesaran.

STATUS OFTALMOLOGIKUS
KETERANGAN OKULO DEXTRA (OD) OKULO SINISTRA (OS)
1. VISUS
Tajam Penglihatan 6/24 6/18
Axis Visus Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Koreksi Tidak ada Tidak ada
Addisi Tidak ada Tidak ada
Kacamata Lama Tidak ada Tidak ada

2. KEDUDUKAN BOLA MATA


Eksoftalmus Tidak ada Tidak ada
Enoftalmus Tidak ada Tidak ada
Deviasi Bola mata tepat ditengah Bola mata tepat ditengah
Gerakan bola mata Baik kesemua arah Baik kesemua arah

3. SUPERSILIA
Warna Abu-abu,distribusi Abu-abu,distribusi normal,
normal, sikatrik (-) sikatrik (-)
Simetris Simetris Simetris

4. PALPEBRA SUPERIOR DA INFERIOR


Edema Tidak ada Tidak ada
Nyeri tekan Tidak ada Tidak ada
Ektropion Tidak ada Tidak ada
Entropion Tidak ada Tidak ada
Blefarospasm Ada Ada
Trikiasis Tidak ada Tidak ada
Sikatriks Tidak ada Tidak ada
Fissura palpebra Tidak ada Tidak ada
Ptosis Tidak ada Tidak ada
Hordeolum Tidak ada Tidak ada
Kalazion Tidak ada Tidak ada

5. KONJUNGTIVA BULBI
Sekret Epifora Tidak ada
Injeksi Konjungtiva Ada Tidak ada
Injeksi Silier Tidak ada Tidak ada
Injeksi Perdarahan Tidak ada
Subkonjungtiva subkonjungtiva
Pterigium Tidak ada Tidak ada
Pinguekulum Tidak ada Tidak ada
Nevus pigmentosa Tidak ada Tidak ada
Kista Dermoid Tidak ada Tidak ada

6. SISTEM LAKRIMALIS
Punctum Lakrimalis Normal Normal
Tes Anel Tidak dilakukan Tidak dilakukan

7. SKLERA
Warna Sulit dinilai Putih
Ikterik Tidak ada Tidak ada
Nyeri tekan Tidak ada Tidak ada

8. KORNEA
Kejernihan Keruh Jernih
Permukaaan Licin Licin
Ukuran 12 mm 12 mm
Sensibilitas Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Infiltrat Tidak ada Tidak ada
Keratik presipitat Tidak dapat dinilai Tidak dapat dinilai
Sikatrik Tidak ada Tidak ada
Ulkus Tidak ada Tidak ada
Perforasi Tidak ada Tidak ada
Arkus Senilis Tidak ada Tidak ada
Edema Tidak dapat dinilai Tidak dapat dinilai
Tes Placido Tidak dilakukan Tidak dilakukan

9. COA
Kedalaman Sulit dinilai Dalam
Kejernihan Keruh Jernih
Hifema Tidak ada Tidak ada
Hipopion 1mm Tidak ada
Efek tyndall Sulit dinilai Tidak ada

10. IRIS
Warna Coklat Coklat
Kripte Sulit dinilai Ada
Sinekia Sulit dinilai Tidak ada

11. PUPIL
Letak Ditengah Ditengah
Bentuk Bulat, reguler Bulat, reguler
Ukuran 3 mm 3 mm
Refleks cahaya Positif Positif
langsung
Refleks cahaya tidak Positif Positif
langsung

12. LENSA
Kejernihan Sulit dinilai Jernih
Letak Sulit dinilai Sentral
Tes shadow Tidak dilakukan Tidak dilakukan

13. BADAN KACA


Kejernihan Tidak dilakukan Tidak dilakukan

14. FUNDUS OKULI


Batas Sulit dinilai Sulit dinilai
Warna Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Ekstravasio Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Rasio Arteri: Vena Tidak dilakukan Tidak dilakukan
C/D Ratio Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Makula Lutea Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Retina Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Eksudat Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Perdarahan Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Sikatrik Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Ablasio Tidak dilakukan Tidak dilakukan

15. PALPASI
Nyeri tekan Tidak ada Tidak ada
Massa tumor Tidak ada Tidak ada
Tonometri Schiotz Tidak dilakukan Tidak dilakukan
16. KAMPUS VISI
Tes konfrontasi Tidak dilakukan Tidak dilakukan

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG


1) Tonometri : OD: 15mmHg , OS : 13 mmHg

V. RESUME
Tn. H berusia 52 tahun datang ke RS. MATA Dr. Yap dengan keluhan mata kanan
terasa berdebu, gatal, mengganjal, sakit, dan panas sejak 1 minggu yang lalu,
tampak gambaran seperti kaca mobil yang tidak dibersihkan dan seperti ada bayang
– bayang yang melayang – layang pada mata kanan tersebut. Pasien pernah terkena
katarak dan sudah menjalani operasi katarak pada kedua mata kira – kira 8 bulan
yang lalu. Pasien mengakui punya penyakit tekanan darah tinggi.

VI. DIAGNOSIS KERJA


OD : Endophthalmitis post operasi katarak

VII. DIAGNOSIS BANDING


OD : Ulkus Kornea, Endophthalmitis endogen, Uveitis Anterior, TASS

VIII. PEMERIKSAAN ANJURAN


1) Kultur sekret okuler
2) Pemeriksaan darah lengkap
3) EKG
4) Pemeriksaan slitlamp
5) USG Biometri
IX. PENATALAKSANAAN
Medikamentosa
1) Injeksi Vancomycin & Ceftazidime Intravitreous
2) Vigamax tetes mata OD 6x/hr
3) Sulfas Atropine tetes mata OD 6x/hr
Non medikamentosa
1) Usulan Vitrektomi

Edukasi
1) Pemakaian obat teratur sesuai anjuran dokter
2) Kontrol teratur dan langsung datang ke UGD apabila terdapat rasa nyeri
pada mata dan kepala yang disertai mual muntah
3) Kontrol hipertensinya teratur

X. PROGNOSIS
OKULO DEXTRA (OD) OKULO SINISTRA (OS)
Ad Vitam : dubia ad bonam dubia ada bonam
Ad Fungsionam : malam bonam
Ad Sanationam : malam bonam
Tinjauan Pustaka
1. Anatomi dan Fisiologi Vitreous Humour

Vitreous humour atau badan kaca menempati daerah belakang lensa.Struktur ini
merupakan gel transparan yang terdiri atas air (lebih kurang 99%), sedikit kolagen, dan
molekul asam hialuronat yang sangat terhidrasi.Badan vitreous mengandung sangat
sedikit sel yang menyintesis kolagen dan asam hialuronat.Berfungsi mengisi ruang untuk
meneruskan sinar dari lensa. Kebeningan badan vitreous disebabkan tidak terdapatnya
pembuluh darah dan sel. Pada pemeriksaan tidak terdapatnya kekeruhan badan
vitreous akan memudahkan melihat bagian retina pada pemeriksaan oftamoskopi.
2. Endoftalmitis

Endoftalmitis merupakan radang purulen pada seluruh jaringan intraokuler,


disertai dengan terbentuknya abses di dalam badan kaca. Bila terjadi peradangan
lanjut yang mengenai ketiga dinding bola mata, maka keadaan ini disebut panoftalmitis.
Pasien terlihat sakit disertai dengan demam, dan pada mata timbul gejala
berupa mata sakit, merah, kelopak bengkak, edema kornea, keratik presipitat,
disertai hipopion, refleks fundus hilang akibat adanya nanah di dalam badan kaca.
Tajam penglihatan sangat menurun. Tekanan bola mata sangat merendah dan kadang-
kadang meninggi akibat massa supuratif yang tertumpuk di dalam bola mata.
A. Etiologi Endoftalmitis

Penyebab peradangan ini adalah :


 Endogen akibat sepsis, selulitis orbita, dan penyakit sistemik lainnya.
 Eksogen, yang sering terjadi akibat trauma tembus, tukak perforasi, dan
penyulit infeksi pada pembedahan.

Kuman penyebab biasanya disebabkan oleh Staphylococcus albus,


Staphylococcus aureus, proteus dan pseudomonas dengan masa inkubasi 24-72 jam. Bila
endoftalmitis terjadi dalam 2 minggu setelah trauma, maka keadaan ini mungkin
disebabkan karena infeksi bakteri, sedangkan bila gejala terlambat mungkin infeksi
disebabkan oleh jamur.

B. Epidemiologi Endoftalmitis

Endophthalmitis endogen jarang terjadi, hanya terjadi pada 2-15% dari semua
kasus endophthalmitis. Kejadian rata-rata tahunan adalah sekitar 5 per 10.000
pasien yang dirawat. Dalam beberapa kasus, mata kanan dua kali lebih mungkin
terinfeksi sebagai mata kiri, mungkin karena lokasinya yang lebih proksimal untuk
mengarahkan aliran darah ke arteri karotid kanan.Sejak tahun 1980, infeksi Candida
dilaporkan pada pengguna narkoba suntik telah meningkat.Jumlah orang yang beresiko
mungkin meningkat karena penyebaran AIDS, sering menggunakan obat imunosupresif,
dan lebih banyak prosedur invasif (misalnya, transplantasi sumsum tulang).
Sebagian besar kasus endophthalmitis eksogen (sekitar 60%) terjadi setelah operasi
intraokular. Ketika operasi merupakan penyebab timbulnya infeksi, endophthalmitis
biasanya dimulai dalam waktu 1 minggu setelah operasi. Di Amerika Serikat,
endophthalmitis post cataract merupakan bentuk yang paling umum, dengan sekitar 0,1-
0,3% dari operasi menimbulkan komplikasi ini, yang telah meningkat selama beberapa
tahun terakhir. Walaupun ini adalah persentase kecil, sejumlah besar operasi
katarak yang dilakukan setiap tahun memungkinkan untuk terjadinya infeksi ini lebih
tinggi.
Post traumatic Endophthalmitis terjadi pada 4-13% dari semua cedera penetrasi
okular. Insiden endophthalmitis dengan cedera yang menyebabkan perforasi pada bola
mata di pedesaan lebih tinggi bila dibandingkan dengan daerah perkotaan. Keterlambatan
dalam perbaikan luka tembus pada bola mata berkorelasi dengan peningkatan resiko
berkembangnya endophthalmitis. Kejadian endophthalmitis yang disebabkan oleh benda
asing intraokular adalah 7-31%.
C. Patofisiologi Endoftalmitis

Dalam keadaan normal, sawar darah-mata (blood-ocular barrier) memberikan


ketahanan alami terhadap serangan dari mikroorganisme. Dalam endophthalmitis
endogen, mikroorganisme yang melalui darah menembus sawar darah-mata baik oleh
invasi langsung (misalnya, emboli septik) atau oleh perubahan dalam endotelium
vaskular yang disebabkan oleh substrat yang dilepaskan selama infeksi. Kerusakan
jaringan intraokular dapat juga disebabkan oleh invasi langsung oleh mikroorganisme dan
atau dari mediator inflamasi dari respon kekebalan.
Endophthalmitis dapat terlihat nodul putih yang halus pada kapsul lensa, iris, retina,
atau koroid. Hal ini juga dapat timbul pada peradangan semua jaringan okular,
mengarah kepada eksudat purulen yang memenuhi bola mata. Selain itu,
peradangan dapat menyebar ke jaringan lunak orbital. Setiap prosedur operasi yang
mengganggu integritas bola mata dapat menyebabkan endophthalmitis eksogen.
D. Gejala dan Tanda Endoftalmitis

Gejala
 Severe ocular pain
 Mata merah
 Lakrimasi
 Penurunan visus
 Fotofobia

Tanda
 Kelopak mata bengkak dan eritema
 Konjungtiva tampak chemosis
 Kornea edema, keruh, tampak infiltrate
 Hypopion (lapisan sel-sel inflamasi dan eksudat di ruang anterior)
 Iris odem dan keruh
 Pupil tampak yellow reflex
 Eksudat pada vitreus
 TIO meningkat atau menurun
E. Jenis-Jenis Endoftalmitis
1. Endoftalmitis Akut Pasca Bedah Katarak

Merupakan bentuk yang paling sering dari endoftalmitis, dan hampir selalu
disebabkan olehinfeksi bakteri. Tanda-tanda infeksi dapat muncul dalam waktu satu
sampai dengan enamminggu dari operasi. Namun, dalam 75-80% kasus muncul di
minggu pertama pasca operasi. Sekitar 56-90% dari bakteri yang menyebabkan
endoftalmitis akut adalah gram positif, dimana yang paling sering adalah Staphylococcus
epidermis, Staphylococcus aureus dan Streptococcus. Pada pasien dengan endoftalmitis
akut pasca operasi biasa ditemui Injeksi silier, hilangnya reflek fundus, hipopion,
pembengkakan kelopak mata, fotofobia, penurunan visus dan kekeruhan vitreus.
2. Endoftalmitis Pseudofaki Kronik

Endoftalmitis pseudofaki kronik biasanya berkembang empat minggu hingga


enam minggu. Biasanya, keluhan pasien ringan dengan tanda-tanda mata merah,
penurunan ketajaman visus dan adanya fotofobia. Sedangkan tanda-tanda yang dapat
ditemui yaitu adanya eksudat serosa dan fibrinous dari berbagai derajat dapat
diamati, dihubungkan dengan adanya hipopion dan tanda-tanda moderat dari kekeruhan
dan opacity dalam vitreous body .
Salah satu yang khas dari endoftalmitis pseudofaki kronik adalah adanya plak kapsul
putih dan secara proporsional tingkat kekeruhan badan vitreous yang lebih rendah
dibandingkan dengan endophthalmitis akut. Hal ini dianggap bahwa penyebab
endoftalmitis pseudofaki kronik adalah adanya beberapa bakteri yang memiliki virulensi
rendah, dengan tanda-tanda peradangan yang berjalan lambat.
3. Endoftalmitis Pasca Trabekulektomi

Diantara semua kasus endoftalmitis pasca operasi, komplikasi ini terjadi pasca
trabekulektomi yang terjadi sebanyak 10% dari kasus. Dari total jumlah kasus dengan
operasi trabekulektomi, endoftalmitis terjadi dalam persentase yang sama seperti di
Katarak (0,1%). Trabeculectomy dan trepanotrabeculectomy, sebagai metode yang
tersering, membentuk filtrasi fistula yang mengarahkan cairan ke ruang bawah
konjungtiva. Akumulasi cairan ini memungkinkan menjadi tempat peradangan yang
dapat disebabkan oleh inokulasi bakteri selama operasi, atau bisa terjadi selama periode
pasca operasi. Tanda-tanda endoftalmitis muncul empat minggu setelah operasi pada 19%
pasien, atau bahkan kemudian dalam sebagian besar kasus. Infeksi juga dapat
terjadi satu tahun berikutnya setelah operasi. Manfestasi klinis yang terjadi sangat
mirip dengan salah satu endoftalmitis akut dengan tanda-tanda kumpulan pus di tempat
akumulasi cairan dan kerusakan nekrotik dari sclera sebagai konsekuensi dari efek
toksik. Bakteri penyebab paling umum adalah jenis Streptococcus dan
Staphylococcus aureus, disamping itu Haemophilus influenza juga menjadi salah satu
penyebabnya.
4. Endoftalmitis Pasca Trauma

Setelah terjadinya cedera mata, endoftalmitis terjadi dalam persentase tinggi


(20%), terutama jika cedera ini terkait dengan adanya benda asing intraokular. Fakor
resiko terjadinya endoftalmitis ini adalah adanya benda asing intraoculer, ruptur lensa,
trauma dengan objek terkontaminasi, penyembuhan luka bola mata yang lambat, vitreous
proplase, dan luka bola mata yang besar. Dengan temuan klinis berupa luka perforasi,
infeksi berkembang sangat cepat. Tanda-tanda infeksi biasanya berkembang segera
setelah cedera, tapi biasanya diikuti oleh reaksi post-traumatic jaringan mata yang
rusak. Informasi yang sangat penting dalam anamnesis adalah apakah pasien berasal dari
lingkungan pedesaan atau perkotaan, cedera di lingkungan pedesaan lebih sering diikuti
oleh endoftalmitis (30%) dibandingkan dengan pasien dari lingkungan perkotaan.
(11%).Secara klinis, Endoftalmitis pasca-trauma ditandai dengan rasa sakit, hiperemi
ciliary, gambaran hipopion dan kekeruhan pada vitreous body. Dalam kasus endoftalmitis
pasca-trauma, agen causative paling umum adalah bakteri dari kelompok Bacillus dan
Staphylococcus. Dalam Endoftalmitis posttraumatik, khususnya dengan masuknya
benda asing, sangat penting untuk dilakukan vitrekomi sesegera mungkin, dengan
membuang benda asing intraokular dan aplikasi terapi antibiotik yang tepat.
5. Endoftalmitis Endogen

Pada bentuk endoftalmitis ini tidak ada riwayat operasi mata ataupun trauma mata.
Biasanya ada beberapa penyakit sistemik yang mempengaruhi, baik melalui penurunan
mekanisme pertahanan host atau adanya fokus sebagai tempat potensial terjadinya
infeksi. Dalam kelompok ini penyebab tersering adalah; adanya septicaemia, pasien
dengan imunitas lemah, penggunaan kateter dan Kanula intravena lama. Agen bakteri
yang biasanya menyebabkan endoftalmitis endogen adalah Staphylococcus aureus,
Escherichia coli dan spesies Streptococcus. Namun, agen yang paling sering
menyebabkan Endoftalmitis endogen adalah jamur (62%), gram positive bakteri (33%),
dan gram negatif bakteri dalam 5% dari kasus.
6. Fungal Endoftalmitis

Fungal endoftalmitis dapat berkembang melalui mekanisme endogen setelah


beberapa traumaatau prosedur bedah dengan inokulasi langsung ke ruang anterior
atau vitreous body, atautransmisi secara hematogen dalam bentuk candidemia. Tidak
seperti fungal chorioretinitis yang disebabkan oleh kandidiasis, yang disertai dengan
tanda peradangan minimal pada vitreous body, fungal endoftalmitis merupakan penyakit
serius dengan karakteristik tanda-tanda endoftalmitis akut.
Diagnosa Banding
Endophthalmitis yang disebabkan oleh bakteri dan jamur seringkali sulit
untuk dibedakandengan peradangan intraocular lainnya. Peradangan berlebihan tanpa
endopthalmitis seringditemui pasca operasi yang rumit, uveitis yang sudah ada
sebelumnya dan keratitis, diabetes, terapi glaukoma, dan bedah sebelumnya.
Toxic anterior segment syndrome (TASS) juga termasuk dalam diagnosis
diferensial endoftalmitis. TASS disebabkan oleh pengenalan substansi zat beracun
selama operasi yang umumnya disebabkan oleh instrumen, cairan, atau lensa
intraokular. Keratitis dan infeksi pasca operasi sering disertai dengan hipopion tanpa
infeksi intraokular. lt ini penting untuk menghindari memperkenalkan infeksi eksternal
(seperti dalam kasus keratitis bakteri) ke mata dengan melakukan paracentesis yang tidak
perlu. Sel tumor dari limfoma mungkin menumpuk di vitreous, atau sel retinoblastoma
dapat terakumulasi di ruang depan, simulasi peradangan intraocular. Pada
retinoblastoma intraokular biopsi merupakan kontraindikasi. karakteristik yang paling
membantu untuk membedakan endophthalmitis yang benar adalah bahwa vitritis ini
progresif dan keluar dari proporsi lain temuan segmen anterior. Jika ragu, dokter harus
menangani kondisi ini sebagai suatu proses infeksi.
Tanda dan Gejala TASS Endoftalmitis
Onset 12 -24 jam 2 – 7 hari
Nyeri Tidak nyeri, kadang – Biasanya nyeri parah
kadang ada nyeri ringan
Edema Kornea Sepanjang limbus Area trauma
TIO Peningkatan mendadak Tidak ada peningkatan
Radang bilik mata depan Peradangan cukup parah, Peradangan cukup parah,
dapat terdapat hipopion sering terdapat hipopion
Vitritis Sangat jarang Selalu terdapat
Pupil Tidak reaktif dan midriasis Reaktif
Edema palpebra Tidak ada Sering terjadi
Visus Turun Turun
Respon terhadap steroid Perbaikan nyata Tidak signifikan berefek

Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
 Endoftalmitis eksogen: sampel vitreous (vitreous tap) diambil untuk diteliti
mikroorganisme penyebab dari endoftalmitis.
 Endoftalmitis endogen: darah lengkap dan kimia darah mengetahui sumber
infeksi

Imaging
 B-scan (USG): tentukan apakah ada keterlibatan peradangan vitreous. Hal ini
juga penting untuk mengetahui dari ablasi retina dan Choroidal, yang nantinya
penting dalam pengelolaan dan prognosis.
 Chest x-ray - Mengevaluasi untuk sumber infeksi
 USG Jantung - Mengevaluasi untuk endokarditis sebagai sumber infeksi
Prosedur Diagnosa (evaluasi ophtalmologi)
 Periksa visus
 Slit lamp
 Tekanan intraokular
 Melebar funduscopy
 ultrasonografi

Terapi
Pengobatan tergantung pada penyebab yang mendasari endophthalmitis. Hasil
akhir ini sangat tergantung pada penegakan diagnosis dan pengobatan tepat waktu.
Tujuan dari terapi endophthalmitis adalah untuk mensterilkan mata, mengurangi
kerusakan jaringan dari produk bakteri dan peradangan, dan mempertahankan
penglihatan. Dalam kebanyakan kasus terapi yang diberikan adalah antimikroba
intravitreal, periokular, dan topikal.sedangkan dalam kasus yang parah, dilakukan
vitrectomy. antibiotik di endophthalmitis.
Non Farmakologi
a. Menjelaskan bahwa penyakit yang diderita memiliki prognosa yang buruk
yang mengancam bola mata dan nyawa apabila tidak tertangani.
b. Menjelaskan bahwa penyakit tersebut dapat mengenai mata satunya,
sehingga perlu dilakukan pengawasan yang ketat tentang adanya tanda-tanda
inflamasi pada mata seperti mata merah, bengkak, turunnya tajam
penglihatan, kotoran pada mata untuk segera untuk diperiksakan ke dokter
mata.
c. Menjelaskan bahwa penderita menderita diabetes yang memerlukan pengontrolan
yang ketat baik secara diet maupun medikamentosa. Hal ini disebabkan oleh
karena kondisi hiperglikemia akan meningkatkan resiko terjadinya bakteriemi
yang dapat menyerang mata satunya, atau bahkan dapat berakibat fatal jika
menyebar ke otak.
d. Perlunya menjaga kebersihan gigi mulut, sistem saluran kencing yang
memungkinkan menjadi fokal infeksi dari endoftalmitis endogen.
Farmakologi
a. Antibiotik
Terapi antimikroba empiris harus komprehensif dan harus mencakup semua
kemungkinan patogen dalam konteks pengaturan klinis.
Intravitreal antibiotik
 Pilihan pertama : Vancomicin 1 mg dalam 0.1 ml + ceftazidine 2.25 mg
dalam 0.1ml
 Pilihan kedua : Vancomicin 1 mg dalam 0.1ml + amikacin 0.4 mg dalam
0.1 ml
 Pilihan ketiga : Vancomicin 1 mg dalam 0.1ml + gentamicin 0.2 mg
dalam 0.1 ml

Antibiotik topical
 Vancomicin (50 mg/ml) atau cefazolin (50 mg/ml)
 Amikacin (20 mg/ml) atau tobramycin (15mg%)

Antibiotik sistemik
 Ciprofloxacin intravena 200 mg BD selama 2-3hari, diikuti 500 mg oral
BD selama 6-7 hari, atau
 Vancomicin 1gr IV BD dan ceftazidim 2gr IV setiap 8 jam
b. Terapi steroid
 Dexamethasone intravitreal 0.4 mg dalam 0.1 ml
 Dexamethasone 4 mg (1 ml) OD selama 5 – 7 hari
 Steroid sistemik. Terapi harian dengan prednisolone 60 mg diikuti
dengan 50 mg, 40mg, 30 mg, 20 mg, dan 10 mg selama 2 hari.

c. Terapi suportif
 Siklopegik. Disarankan tetes mata atropin 1% atau bisa juga hematropine
2% 2 – 3 hari sekali.
 Obat-obat antiglaucoma disarankan untuk pasien dengan peningkatan
tekanan intraokular.
 Acetazolamide (3 x 250 mg) atau Timolol (0.5 %) 2 kali sehari
Operatif
Vitrectomy adalah tindakan bedah dalam terapi endophthalmitis. Bedah
debridemen rongga vitreous terinfeksi menghilangkan bakteri, sel-sel inflamasi, dan
zat beracun lainnya untuk memfasilitasi difusi vitreal, untuk menghapus membran
vitreous yang dapat menyebabkan ablasio retina, dan membantu pemulihan penglihatan.
Endophthalmitis vitrectomy Study (EVS) menunjukkan bahwa di mata dengan akut
endophthalmitis operasi post katarak dan lebih baik dari visi persepsi cahaya. Vitrectomy
juga memainkan peran penting dalam pengelolaan endoftalmitis yang tidak responsif
terhadap terapi medikamentosa
Pencegahan
 Identifikasi keadaan pasien yang memiliki faktor resiko sebelum operasi
(blepharitis, kelainan drainase lakrimal, adanya infeksi yg aktif).
 Persiapan operasi, termasuk :
 Pov. Iodine 5-10%
 Sarung tangan steril
 Profilaksis topikal / perikoular antibiotik
 Profilaksis intravitreal (pada kasus – kasus trauma)

Prognosis
Prognosis dari endoftalmitis sendiri bergantung Durasi dari endoftalmitis, jangka
waktu infeksi sampai penatalaksanaan, Virulensi bakteri dan Keparahan dari trauma.
Diagnosa yang tepat dalam waktu cepat dengan tatalaksana yang tepat mampu
meningkatkan angka kesembuhan endoftalmitis
Pembahasan

 Diagnosis endophthalmitis ditegakkan karena ditemukan adanya :


o Nyeri pada mata, kemerahan, penurunan visus, floaters disertai hipopion
 Dibedakan dari DD nya yang adalah TASS karena pada kasus ini :
o Terlihat ada kekeruhan intravitreal dimana ditemukan adanya floaters yang
lebih sering terjadi pada endophthalmitis dan sangat jarang terjadi pada TASS
o Tidak ada peningkatan tekanan intraokuler, dimana pada kasus TASS akan
terjadi peningkatan tekanan intraokuler tiba – tiba
o Adanya nyeri pada mata yang biasanya tidak terdapat pada TASS
o Pupil yang masih reaktif. Biasanya pada TASS, pupil tidak reaktif
 Pada kasus ini lebih diarahkan pada postoperative endophtalmitis karena :
o Pada kasus ini trauma yang ditimbulkan hanya berupa mata yang terkena
debu dan tidak ada trauma perforasi bola mata sehingga kecil kemungkinan
sumber infeksi tersebut berasal dari trauma yang ditimbulkan oleh debu
o Jika diagnosis lebih diarahkan pada endophthalmitis post operative, maka
termasuk dalam endophthalmitis post operative kronis karena onsetnya lebih
dari 6 minggu post operasi katarak
Daftar Pustaka

Benz MS, Scott IU, Flunn HW. Endophtalmits isolates and antibiotic sensitivites:
A 6 years review of culture proven cases. Am J Ophtalmol 2004; 137:1:38-42.

Callegan MC, Elenbert M, Parke DW. Bacterial endophthalmitis: Epidemiology,


therapeutics, and bacterialhost interactions. Clin Microbiol Rev 2002;15:1:111-24.

Cooper Ba, Holekamp Nm, Bohigian G, Thompson PA. Case- control study of
endophthalmitis after cataract surgery comparing scleral and corneal wounds. Am J
Ophtalmol 2003; 136: 300-5.

SU Suhardjo, Revana E. Ilmu Kesehatan Mata : Uveitis dan Radang Intra Okular. Ed ke-
2. Yogyakarta : Bagian Ilmu Kesehatan Mata, FK UGM.2012.h.58-64.

Gan IM, Ugahary LC, van Dissel JT, Feron E, Peperkampe, Veckeneer M et al.
Intravitreal dexamethasone as adjuvant in the treatment of postoperative
endophthalmitis:a prospective randomized trial. Graefes Arch Clin Exp
Ophthalmol.2005;243(12):1200-5.

Ilyas S, et al. Ilmu Penyakit Mata.h.169-71.

Vaughan, Asbury. Oftamologi Umum. Ed ke-17. Penerbit Buku Kedokteran.


Jakarta : EGC. 2007.h.181-3

Anda mungkin juga menyukai