Anda di halaman 1dari 12

PEMILIHAN STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI DAN STRATEGI MANAJEMEN

PENGETAHUAN PADA KLASTER INDUSTRI BARANG CELUP LATEKS

SELECTION OF INDUSTRY CLUSTER DEVELOPMENT STRATEGY AND KNOWLEDGE


MANAGEMENT STRATEGY AT LATEX DIPPED GOODS INDUSTRIAL CLUSTER

Dedy Sugiarto1)*, M Syamsul Ma’arif2), Illah Sailah2), Sukardi2), Suharto Honggokusumo3)

1
Program Studi Teknik Industri Universitas Trisakti
Jl. Kyai Tapa No. 1 Grogol Jakarta Barat 11440
Email : dedy@trisakti.ac.id
2
Program Studi Teknologi Industri Pertanian Institut Pertanian Bogor
3
Gabungan Perusahaan Karet Indonesia

ABSTRACT

One of the problems encountered in developing industrial cluster is how to manage the collaboration
especially knowledge sharing among cluster members (industry, governments and supporting institution). On the
other side, knowledge management activities in cluster should be tightly related to objectives and strategy of the
cluster itself. This article presents a model for selecting industrial cluster development strategy and selecting
knowledge management strategy by taking a case study at small and medium enterprises (SME) latex dipped
goods cluster in West Java and Banten provinces. Fuzzy analytical hierarchy process was used in this research.
The results shows that innovation and technology strategic initiative was the most important initiative for
developing latex dipped cluster where supporting institutions acts as main actor. Combination of codification
and personalization strategy was the most important knowledge management strategy to support innovation and
technology strategic initiative.

Keywords: industry cluster, strategy, knowledge management, fuzzy analytical hierarchy process, latex dipped
goods

ABSTRAK

Salah satu permasalahan dalam pengembangan klaster industri adalah bagaimana mengelola kerjasama
terutama dalam berbagi pengetahuan di antara anggota klaster (industri, pemerintah dan lembaga pendukung).
Pada sisi lain, aktivitas manajemen pengetahuan dalam suatu klaster haruslah berkaitan erat dengan tujuan dan
strategi pengembangan klaster itu sendiri. Tulisan ini menyajikan model pemilihan strategi pengembangan
klaster dan pemilihan strategi manajemen pengetahuan dengan studi kasus pada klaster agroindustri barang celup
lateks skala kecil dan menengah di Propinsi Jawa Barat dan Banten. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini
adalah fuzzy analytical hierarchy process. Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi inovasi dan teknologi
adalah strategi terpenting untuk mengembangkan klaster dengan aktor utama adalah lembaga pendukung.
Strategi manajemen pengetahuan yang paling penting untuk mendukung strategi inovasi dan teknologi adalah
strategi kombinasi antara kodifikasi dan personalisasi.

Kata kunci: klaster industri, strategi, manajemen pengetahuan, fuzzy analytical hierarchy process, barang celup
lateks

PENDAHULUAN ditandai dengan kemunculan teori mengenai


manajemen pengetahuan serta berbagai
Teori strategi terakhir ini menunjukkan penerapannya di berbagai perusahaan atau
bahwa sumberdaya yang tak terlihat (intangible organisasi. Tiwana (2000) mendefinisikan
resources) seperti pengetahuan, keahlian, motivasi, manajemen pengetahuan sebagai pengelolaan dari
budaya, teknologi, kompetensi dan kemitraan pengetahuan organisasi untuk menciptakan nilai
(relationship) adalah pendorong yang paling penting bisnis dan membangkitkan keunggulan bersaing.
untuk mencapai keunggulan bersaing yang Manajemen pengetahuan memungkinkan terjadinya
berkelanjutan dibandingkan sumberdaya yang kreasi, komunikasi dan aplikasi pengetahuan dari
terlihat (tangible resources) seperti bahan baku, berbagai bentuk untuk mencapai tujuan-tujuan
mesin, tanah, modal dan pabrik (Marti, 2004). bisnis. Clarke dan Turner (2004) menekankan
Pengetahuan sebagai salah satu sumberdaya tak perlunya model strategi manajemen pengetahuan
terlihat semakin menunjukkan posisi strategiknya yang lebih komprehensif dengan melibatkan

*Penulis untuk korespondensi


Pemilihan Strategi Pengembangan Klaster Indutri ………………..

pandangan relasional antara lain dengan pendekatan 117,44%, Malaysia 54,35%, dan Indonesia 15,93%.
aliansi strategik dan klaster industri. Hal ini menunjukkan masih lemahnya industri hilir
Salah satu faktor kritikal dalam kesuksesan atau barang jadi karet di Indonesia dalam menyerap
pengembangan klaster industri adalah adanya aliran produksi karet alam dalam negeri bila dibandingkan
formal dan informal dari pengetahuan yang dengan India dan Malaysia.
didapatkan dari hubungan antar anggota klaster Peningkatan konsumsi karet alam, antara lain
(DTI, 2005). Oleh karena itu salah satu dapat dilakukan dengan mengembangkan industri
permasalahan dalam pengembangan klaster industri berbasis lateks, karena komoditi ini memiliki
adalah bagaimana membangun dan mempertahankan kandungan karet yang paling tinggi (Nancy et al.,
kerjasama terutama dalam berbagi pengetahuan 2001; Suparto dan Syamsu, 2008). Dari segi skala
antar anggota klaster. Beberapa penelitian tentang usaha, industri barang celup lateks dapat melibatkan
manajemen pengetahuan dalam suatu industri atau banyak industri skala kecil dan menengah seperti
klaster industri telah dilakukan Van Horne et al. yang tersebar di wilayah Jawa Barat dan Banten.
(2005), Sureephong (2007), serta Chen and Usaha skala besar, terutama sarung tangan
Xiangzhen (2010). terkonsentrasi di wilayah Sumatera Utara. Beberapa
Penelitian Van Horne et al. (2005) masalah yang dihadapi industri barang celup lateks
menghasilkan suatu model manajemen pengetahuan skala kecil dan menengah di Jawa Barat dan Banten
untuk mengelola pengetahuan pada industri adalah kurangnya pengetahuan dan keahlian dalam
kehutanan di Kanada dengan perguruan tinggi dan teknologi, peralatan dan jejaring pemasaran.
pusat penelitian bertindak sebagai aktor utama. Tujuan penelitian ini membangun model
Penelitian Sureephong (2007) menghasilkan suatu pemilihan strategi pengembangan klaster industri
model sistem manajemen pengetahuan untuk dan model pemilihan strategi manajemen
mengelola pengetahuan pemasaran ekspor pada pengetahuan untuk mendukung strategi
klaster industri keramik skala kecil dan menengah di pengembangkan klaster terpilih. Ruang lingkup
Thailand dengan aktor utama adalah asosiasi industri agroindustri yang dicakup dalam penelitian ini
keramik. Penelitian Chen dan Xiangzhen (2010) adalah agroindustri barang celup lateks alam skala
menghasilkan suatu model sistem manajemen kecil dan menengah.
pengetahuan untuk memajukan kompetensi inti pada
klaster industri. Namun demikian model manajemen METODE PENELITIAN
pengetahuan pada beberapa penelitian terdahulu
tersebut belum terkait dengan pemilihan inisiatif Kerangka Pemikiran Penelitian
strategi pengembangan klaster serta strategi Pengetahuan yang dikelola dalam suatu
manajemen pengetahuan untuk mendukung strategi klaster industri haruslah pengetahuan yang paling
pengembangan klaster. terkait dengan tujuan strategik pengembangan
Pentingnya keterkaitan antara inisiatif klaster industri itu sendiri. Oleh karena itu bagian
manajemen pengetahuan dengan tujuan dan strategi awal dalam penelitian ini adalah membangun model
suatu organisasi antara lain dikemukakan oleh pemilihan strategi pengembangan klaster sekaligus
Davenport dan Prusak (1998), Zack (1999), Nicolas menentukan area pengetahuan kunci yang terkait.
(2004), Cerdan et al. (2007), serta Greiner et al. Setelah strategi dan area pengetahuan kunci tersebut
(2007). Penelitian ini juga memadukan perspektif diketahui kemudian dilanjutkan dengan model
pengembangan klaster dan tujuan strategik yang strategi manajemen pengetahuan. Strategi
telah dikembangkan oleh Carpinetti et al. (2008). manajemen pengetahuan ini bertujuan untuk
Berdasarkan hal-hal yang telah dikemukakan, maka memandu dan mendefinisikan proses dan
dilakukan studi kasus pada klaster agroindustri infrastuktur untuk mengelola area pengetahuan
barang celup lateks alam skala kecil dan menengah kunci. Turban (2005) menjelaskan, terdapat dua
Jawa Barat dan Banten. Komoditi ini merupakan pendekatan atau strategi dalam manajemen
salah satu bentuk produk turunan dari karet alam pengetahuan yaitu pendekatan proses (kodifikasi)
yang dapat diolah menjadi berbagai barang jadi dan pendekatan praktek (personalisasi). Pendekatan
seperti sarung tangan lateks (bedah, periksa dan proses berusaha melakukan kodifikasi pengetahuan
industri), balon, kondom, kateter, komponen organisasional melalui kendali formal dan teknologi
spygmomanometer, dan sebagainya. seperti intranet, data warehousing, repositori
Berdasarkan data tahun 2010 yang pengetahuan, piranti pendukung keputusan dan
dipublikasikan oleh International Rubber Study groupware.
Group (IRSG) produksi karet alam terbesar Pendekatan ini disebut strategi manajemen
dihasilkan oleh Thailand dengan jumlah produksi pengetahuan teknologikal (Nicolas, 2004).
3,22 juta ton karet alam, diikuti oleh Indonesia 2,70 Davenport dan Prusak (1998) menyatakan bahwa
juta ton, Malaysia 0,92 juta ton, India 0,86 juta ton, kodifikasi adalah proses membuat pengetahuan
Vietnam 0,75 juta ton dan Srilanka 0,14 juta ton. organisasi menjadi suatu bentuk yang mudah diakses
Tingkat konsumsi karet alam di antara beberapa orang lain yang membutuhkan. Pendekatan praktek
negara produsen tersebut berturut-turut adalah India atau personalisasi berasumsi bahwa banyak

90 J. Tek. Ind. Pert. Vol. 20 (2), 89-100


Dedy Sugiarto, M Syamsul Ma’arif, Illah Sailah, Sukardi, Suharto Honggokusumo

pengetahuan organisasional bersifat tersembunyi dan dengan menggabungkan, menggolongkan, dan


kontrol formal, proses dan teknologi tidak cocok menyatukan pengetahuan eksplisit yang sudah ada
untuk mentransmisi jenis pemahaman ini. (misal analisis statistik terhadap data pasar).
Pendekatan ini dilakukan kebanyakan melalui Internalisasi mengacu pada penciptaan pengetahuan
kontak pribadi ke pribadi atau dengan cara tersembunyi baru dari pengetahuan eksplisit (misal,
membangun suatu komunitas keahlian atau mendapatkan pemahaman awal dengan membaca
Communities of Practice (CoP). suatu dokumen).
Nicolas (2004) menambahkan, satu Secara utuh kerangka pemikiran penelitian
pendekatan atau strategi manajemen pengetahuan, dapat dilihat pada Gambar 1.
yaitu sosialisasi atau kombinasi. Strategi ini
menggabungkan kedua strategi sebelumnya, yaitu Pendekatan Sistem
teknologikal dan personalisasi. Sosialisasi didisain Penelitian ini menggunakan pendekatan
agar pengetahuan dapat saling dipertukarkan melalui sistem. Pendekatan ini merupakan cara penyelesaian
interaksi satu sama lain dalam suatu komunitas masalah yang dimulai dengan dilakukannya
pengetahuan atau kelompok orang yang bergerak identifikasi terhadap adanya sejumlah kebutuhan-
dalam pengetahuan yang sama serta juga melakukan kebutuhan, sehingga dapat menghasilkan suatu
kodifikasi pengetahuan. Hasil penelitian Nicolas operasi dari sistem yang dianggap efektif (Marimin,
(2004) menunjukkan bahwa strategi sosialisasi 2005). Pelaku sistem dapat dikelompokkan dalam
semakin banyak digunakan. tiga bagian seperti dapat dilihat pada Gambar 2.
Bagian terakhir menyajikan proses konversi Beberapa perusahaan skala besar dalam
pengetahuan yang terjadi dalam klaster berdasarkan lingkup industri inti barang celup lateks di wilayah
pilihan strategi yang telah didapatkan mengacu pada Jawa Barat dan Banten antara lain produsen sarung
model SECI (Socialization, Externalization, tangan yaitu PT Arista Latindo di Bogor Jawa Barat
Combination, Internalization) dari Nonaka dan dan PT Tata Rubber serta PT Saptindo Surgica di
Takeuchi (1995). Pengetahuan agar bisa lebih hidup Serang Banten. Produsen kondom yaitu PT Rajawali
dan dapat lebih bermanfaat harus melewati fase Banjaran di Bandung dan PT Vonix di Tangerang
pengubahan atau konversi yang dikenal sebagai Banten. Produsen spygmomanometer antara lain PT
model antara pengetahuan tersembunyi dan Dharma Medipro di Serang Banten, PT Sugih
pengetahuan eksplisit. Turban (2005) menjelaskan Instrumendo di Bandung dan PT Sankeindo di
sosialisasi mengacu pada konversi pengetahuan Parung Bogor. Perusahaan skala kecil menengah
tersembunyi kepada pengetahuan tersembunyi yang antara lain PT Laxindo Utama (sarung tangan) di
baru melalui interaksi sosial dan pengalaman Cikande Serang Banten, CV. Tunggal Jaya
bersama antar anggota organisasi (misal penasehat). Teknindo (komponen peralatan medis dan
Eksternalisasi mengacu pada mengubah elektronika) di Cikande Serang Banten, serta
pengetahuan tersembunyi kepada pengetahuan beberapa produsen sarung tangan skala kecil dan
eksplisit baru (misal memproduksi suatu dokumen menengah yang terkonsentrasi di Bogor.
tertulis yang menggambarkan prosedur yang
digunakan untuk masalah tertentu). Kombinasi
mengacu pada penciptaan pengetahuan eksplisit baru

Strategi Pengembangan Klaster


dan Area Pengetahuan Kunci
(Fuzzy AHP)

Strategi Manajemen Pengetahuan


(Fuzzy AHP)

Implikasi Strategi terhadap


Proses Konversi Pengetahuan
(Model SECI)

Gambar 1. Kerangka pemikiran penelitian

J. Tek. Ind. Pert. Vol. 20 (2), 89-100 91


Pemilihan Strategi Pengembangan Klaster Indutri ………………..

Gambar 2. Pemetaan klaster agroindustri barang jadi lateks skala kecil dan menengah di Jawa Barat
dan Banten

Berdasarkan analisis kebutuhan pelaku usaha Pengumpulan Data


dalam klaster agroindustri barang celup lateks dapat Pengumpulan data penelitian didasarkan pada
diformulasikan beberapa permasalahan antara lain kebutuhan sistem yang dilakukan melalui studi
industri pendukung yang memasok lateks pekat pustaka dan survey lapang. Survey lapang lebih
menghadapi kendala pasokan bahan baku dari kebun difokuskan pada pendapat pakar (expert survey)
yang sangat terbatas. Bahan baku lateks pekat dengan wawancara yang mendalam (in-depth
disyaratkan memiliki kontaminasi mikroba yang interview), pengisian kuesioner dan observasi
rendah dan kestabilan tinggi. Pada tingkat industri lapang. Data dikumpulkan secara sengaja (purposive
barang jadi skala kecil menengah ditemui masalah sampling) dari beberapa pelaku sistem antara lain
dalam persyaratan mutu, tingginya biaya produksi staf Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jawa
akibat persentase cacat produk yang tinggi dan Barat, staf peneliti pada Badan Penelitian dan
semakin ketatnya persyaratan pasar. Persoalan pasar Teknologi Karet (BPTK) Bogor, serta praktisi
tidak terlepas dari adanya persyaratan yang ketat industri terkait. Jenis data yang digunakan dalam
menurut standar internasional ASTM (American penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.
Society for Testing and Materials) dan FDA (Food Data primer berupa pendapat pakar mengenai
and Drug Administration) yang harus dipenuhi oleh pemilihan strategi pengembangan klaster dan
pihak produsen antara lain terkait dengan kadar pemilihan strategi manajemen pengetahuan.
nitrosamine, kadar protein allergen, serta bahan-
bahan yang bersifat karsinogenik dan mencemarkan Pengolahan dan Analisis Data
lingkungan. Pengolahan data menggunakan teknik Fuzzy
Berdasarkan hasil studi pendekatan sistem Analytical Hierarchy Process (FAHP). Prinsip kerja
dapat ditampilkan sistem yang dikaji dalam bentuk AHP adalah penyederhanaan suatu persoalan
diagram seperti dapat dilihat pada Gambar 3. kompleks yang tidak terstruktur, strategik dan
dinamik menjadi bagian-bagiannya serta menata
Tahapan Penelitian dalam suatu hirarki (Marimin, 2004). AHP
Tahapan penelitian diawali dengan pemetaan memungkinkan pengguna untuk memberikan nilai
klaster untuk mengidentifikasi para pelaku yang bobot relatif dari suatu kriteria majemuk atau
dikelompokkan menjadi industri inti, industri alternatif secara intuitif yaitu dengan melakukan
pendukung, lembaga pendukung dan industri terkait perbandingan berpasangan (pairwise comparison).
yang dilanjutkan dengan analisis kebutuhan, Tabel 1 menyajikan fuzzifikasi dari skala
formulasi permasalahan dan identifikasi sistem AHP ke dalam bentuk peubah linguistik yang
dengan diagram input-output. Tahapan ini juga di digunakan dalam penelitian ini yaitu sama penting
dukung oleh kajian pustaka yang relevan. Secara atau equally (E), sedikit lebih penting atau weakly
utuh tahapan penelitian dapat dilihat pada Gambar 4. preferred (W), jelas lebih penting atau strongly (S),
sangat jelas lebih penting atau very strongly (VS)

92 J. Tek. Ind. Pert. Vol. 20 (2), 89-100


Dedy Sugiarto, M Syamsul Ma’arif, Illah Sailah, Sukardi, Suharto Honggokusumo

dan mutlak lebih penting atau absolutely preferred akar ke-n dari hasil perkalian tersebut, di mana
(A). n adalah banyaknya kriteria/alternatif.
Proses perhitungan dalam FAHP (Murtaza, Melakukan normalisasi terhadap tingkat
2003) adalah : kepentingan (weights), dengan aturan :
1. Melakukan perbandingan berpasangan untuk
setiap kriteria / alternatif dengan menggunakan Nilai bawah dibagi dengan jumlah dari nilai atas.
skala lingustik E, W, S, VS atau A. Hasil Nilai atas dibagi dengan jumlah dari nilai bawah.
perbandingan berpasangan tersebut kemudian Nilai tengah dibagi dengan jumlah dari nilai tengah
diubah ke dalam skala fuzzy menggunakan semua kriteria/alternatif.
Trianggular Fuzzy Number (TFN).
Bila semua hirarki menggunakan TFN fuzzy
2. Menentukan tingkat kepentingan setiap
AHP, maka proses tersebut diterapkan pada semua
faktor/kriteria dengan mengalikan tiap-tiap nilai
hirarki.
dalam TFN (batas bawah, nilai tengah, dan
batas atas) pada suatu baris, kemudian diambil

Tabel 1. Penyajian fuzzy pada skala AHP

Lambang Keangotaan Fuzzy Lambang Keangotaan Fuzzy


Bawah Tengah Atas Bawah Tengah Atas
E 1 1 3 1/E 1 1 3
W 1 3 5 1/W 1/5 1/3 1
S 3 5 7 1/S 1/7 1/5 1/3
VS 5 7 9 1/VS 1/9 1/7 1/5
A 7 9 9 1/A 1/9 1/9 1/7

Input Lingkungan :
1. Peraturan Pemerintah
2. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat
3. Globalisasi/Regionalisasi Pasar

OUTPUT DIKEHENDAKI :
1. Peningkatkan pendapatan unit usaha
2. Peningkatan produktivitas dan mutu
INPUT TIDAK TERKENDALI : 3. Perluasan kesempatan kerja
1. Harga bahan baku lateks pekat 4. Peningkatan kemampuan inovasi
2. Ketersediaan dan mutu lateks pekat 5. Peningkatan ketersediaan tenaga kerja terspesialisasi
3. Modal sosial 6. Peningkatan kerjasama dan jumlah anggota klaster
7. Peningkatan konsumsi karet alam

MODEL MANAJEMEN
PENGETAHUAN PADA KLASTER
AGROINDUSTRI
BARANG CELUP LATEKS

INPUT TERKENDALI : OUTPUT TIDAK DIKEHENDAKI :


1. Teknologi yang digunakan 1. Pencemaran lingkungan
2. Program kemitraan 2. Biaya produksi tinggi
3. SDM dan organisasi 3. Harga jual rendah

MANAJEMEN PENGENDALIAN

Gambar 3. Diagram Input-Output

J. Tek. Ind. Pert. Vol. 20 (2), 89-100 93


Pemilihan Strategi Pengembangan Klaster Indutri ………………..

Gambar 4. Diagram alir tahapan penelitian

Penyusunan Hirarki Keputusan area pengetahuan kunci yang dianalisis dengan


Model pemilihan strategi ini dikemas dalam teknik FAHP seperti disajikan pada Gambar 5.
bentuk hirarki keputusan yang disusun berdasarkan Perspektif pengembangan klaster dan tujuan
analisis kebutuhan dan diagram input-output serta strategik dibangun dengan cara memodifikasi model
kajian pustaka yang relevan. Pemilihan strategi yang telah dikembangkan oleh Carpinetti et al.
pengembangan klaster diawali dengan pemilihan (2008). Model yang dikembangkan dari model
aktor yang paling berperan untuk pengembangan Balanced Scorecard (Kaplan dan Norton, 2004)
klaster, perspektif pengembangan klaster, tujuan tersebut berdasarkan empat perspektif untuk
strategik pengembangan klaster, inisiatif strategi dan mengukur kinerja suatu klaster industri yaitu Kinerja

94 J. Tek. Ind. Pert. Vol. 20 (2), 89-100


Dedy Sugiarto, M Syamsul Ma’arif, Illah Sailah, Sukardi, Suharto Honggokusumo

Perusahaan, Hasil Sosial/Ekonomi, Efisiensi manajemen pengetahuan menggunakan teknik yang


Kolektif dan Modal Sosial. Tujuan-tujuan strategik sama yaitu FAHP dengan alternatif strategi seperti
dalam kinerja perusahaan adalah peningkatan pasar strategi kodifikasi, strategi personalisasi dan strategi
serta peningkatan produktivitas dan mutu. Tujuan- kombinasi. Pilihan alternatif tersebut didapatkan dari
tujuan strategik dalam perspektif hasil Nicolas (2004) dan Wu (2007). Strategi kodifikasi
sosial/ekonomi adalah peningkatan lapangan menekankan pada aspek teknologi untuk akuisisi,
pekerjaan, dan peningkatan ketersediaan tenaga penyimpanan dan penyebaran pengetahuan dari
kerja terspesialisasi, peningkatan kemampuan pakar. Kodifikasi pengetahuan berarti mengubah
inovasi dan peningkatan konsumsi karet alam. pengetahuan menjadi kode agar sedapat mungkin
Tujuan strategik dalam efesiensi kolektif adalah mudah untuk diatur, eksplisit, mudah dipindahkan,
penurunan biaya dan peningkatan kerjasama. Tujuan dimengerti dan diakses oleh orang lain. Strategi
strategik dalam perspektif modal sosial adalah personalisasi menekankan pada peningkatan
peningkatan jumlah anggota klaster yang terlibat pertemuan atau komunikasi antar pengguna
dalam kerjasama. Inisiatif strategi klaster ditetapkan pengetahuan atau antar penguna pengetahuan
ada 3 (tiga), yaitu inovasi dan teknologi dengan pakar baik secara langsung, email atau
(peningkatan kemampuan produksi, difusi teknologi melalui web portal. Kriteria pemilihan strategi
terkait bisnis dan standar teknik), kerjasama manajemen pengetahuan ditetapkan 6 (enam)
komersial (pemasaran ekspor dan pengadaan bahan kriteria yaitu dukungan pemerintah, komunikasi,
baku), serta pengembangan bisnis. budaya dan orang, waktu serta biaya (Gambar 6).
Perancangan model keputusan kemudian
dilanjutkan dengan model pemilihan strategi

Pengembangan Klaster Industri Barang Celup Lateks Skala Kecil dan Menengah

Aktor
Penggerak Lembaga
Inisiatif Industri Pemerintah
Pendukung

Perspektif
Kinerja Hasil Sosial/
Perusahaan Efisiensi Kolektif Modal Sosial
Ekonomi
Tujuan
Strategik
Peningkatan
Peningkatan Pasar Peningkatan Jumlah Anggota
Lapangan Penurunan Biaya Klaster Aktif
Pekerjaan
Peningkatan Peningkatan
Produktivitas dan Tenaga Kerja
Mutu Terspesialisasi Peningkatan
Kerjasama
Peningkatan
kemampuan
inovasi

Peningkatan
konsumsi karet
alam

Gambar 5. Model pemilihan area pengetahuan kunci

J. Tek. Ind. Pert. Vol. 20 (2), 89-100 95


Pemilihan Strategi Pengembangan Klaster Indutri ………………..

Gambar 6. Model keputusan pemilihan strategi manajemen pengetahuan

Model konseptual yang telah terbentuk di dibagi antar anggota klaster, tetapi juga sumberdaya
atas dilanjutkan dengan pembuatan model komputer dan kekuatan negosiasi seperti permintaan bahan
dengan bantuan program Microsoft Visual Basic dan baku yang digabung untuk menurunkan biaya,
Microsoft Excel. infrastruktur dan sebagainya.

HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Prioritas Tujuan Strategik dan Strategi


Pengembangan Klaster
Analisis Prioritas Aktor dan Perspektif Tabel 3 menyajikan bobot lokal tujuan
Pengembangan Klaster strategik pengembangan klaster untuk masing-
Berdasarkan hasil verifikasi model strategi masing perspektif. Peningkatan produktivitas dan
pengembangan klaster dengan melibatkan 3 (tiga) mutu, peningkatan kemampuan inovasi, dan
orang pakar, yaitu Kepala Balai Penelitian peningkatan kerjasama memiliki bobot tertinggi
Teknologi Karet Bogor, Ketua Program Klaster dari masing-masing pada perspektif kinerja perusahaan,
Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jawa Barat perspektif hasil sosial/ekonomi dan perspektif
dan salah seorang pelaku usaha kecil menengah efisiensi kolektif.
(UKM) barang celup lateks dapat diketahui bahwa Tabel 4 menyajikan bobot global tujuan
aktor yang memiliki prioritas tertinggi dalam strategik pengembangan klaster dan bobot masing-
pengembangan klaster adalah lembaga pendukung masing alternatif strategi. Secara berurutan bobot
dengan bobot sebesar 0,44 diikuti oleh Pemerintah tujuan strategik dari yang terbesar adalah
(0,28) dan industri (0,26) seperti dapat dilihat pada peningkatan kerjasama (0,26), peningkatan
Tabel 2. produktivitas dan mutu (0,18), perluasan pasar
Prioritas tertinggi perspektif pengembangan (0,11), peningkatan kemampuan inovasi (0,09),
klaster berturut-turut adalah perspektif efisiensi peningkatan jumlah anggota klaster aktif (0,09),
kolektif dengan bobot 0,34, hasil sosial/ekonomi peningkatan lapangan pekerjaan (0,08), penurunan
dengan bobot 0,29, kinerja perusahaan dengan bobot biaya (0,08), peningkatan tenaga kerja terspesialisasi
0,29 dan perspektif modal sosial dengan bobot 0,09 (0,07) dan peningkatan konsumsi karet alam (0,03).
(Tabel 2). Terlihat di sini bahwa bobot perspektif Sejalan dengan perspektif efisiensi kolektif yang
modal sosial yang dapat diartikan sebagai memiliki bobot terbesar, maka peningkatan
seperangkat hubungan horizontal antar orang kerjasama yang merupakan salah satu tujuan
(Putnam, 1993) masih merupakan bobot terkecil strategik dalam perspektif efiensi kolektif juga
yang dipertimbangkan dalam memilih strategi memiliki bobot terbesar.
pengembangan klaster. Pertalian interpersonal antar Inisiatif strategi pengembangan klaster yang
pengusaha UKM, pemasok bahan serta peneliti dari memiliki bobot terbesar adalah inovasi dan
perguruan tinggi atau balai penelitian yang teknologi dengan bobot 0,53 diikuti oleh
membentuk modal sosial dipercaya akan pengembangan bisnis (0,24) dan kerjasama
memfasilitasi terjadinya kerjasama dan berbagi komersial (0,22). Dengan terpilihnya inovasi dan
informasi atau pengetahuan (Kusbiantono et al., teknologi sebagai strategi terpilih, hal ini
2005). Pertimbangan para responden pakar lebih menunjukkan bahwa pengetahuan yang menunjang
memandang perspektif efisiensi kolektif sebagai proses inovasi dan teknologi merupakan
perspektif prioritas, karena merupakan proses bisnis pengetahuan kunci atau kritikal dalam
yang terjadi secara nyata dalam klaster. Sureephong pengembangan klaster.
(2007) menyatakan bahwa dalam efisiensi kolektif,
tidak hanya informasi dan pengetahuan yang dapat

96 J. Tek. Ind. Pert. Vol. 20 (2), 89-100


Dedy Sugiarto, M Syamsul Ma’arif, Illah Sailah, Sukardi, Suharto Honggokusumo

Tabel 2. Prioritas aktor utama dan perspektif pengembangan klaster


Aktor Bobot Kinerja Hasil Sosial/ Efisiensi Modal
Utama Aktor Perusahaan Ekonomi Kolektif Sosial
Industri 0,27 0,58 0,12 0,23 0,07
Pemerintah 0,29 0,15 0,51 0,25 0,09
Lembaga
Pendukung 0,44 0,19 0,24 0,47 0,10
Bobot
Perspektif 0,28 0,29 0,34 0,09

Tabel 3. Bobot tujuan strategik pengembangan klaster


Perspektif Tujuan Strategik Bobot
Kinerja Perusahaan Perluasan Pasar 0,373
Peningkatan Produktivitas & Mutu 0,627
Hasil Sosial/Ekonomi Peningkatan Lapangan Pekerjaan 0,290
Peningkatan Tenaga Kerja Terspesialisasi 0,290
Peningkatan Kemampuan Inovasi 0,310
Peningkatan Konsumsi Karet Alam 0,120
Efisiensi Kolektif Penurunan Biaya 0,242
Peningkatan Kerja Sama 0,758
Modal Sosial Peningkatan jumlah anggota klaster aktif 1,000

Tabel 4. Prioritas tujuan strategik dan strategi pengembangan klaster


Pengembangan Kerjasama Inovasi dan Model
Tujuan Strategik
Bisnis Komersial Teknologi Weights*
Perluasan Pasar 0,23 0,34 0,43 0,11
Peningkatan Produktivitas &
Mutu 0,13 0,17 0,70 0,18
Peningkatan Lapangan
Pekerjaan 0,54 0,13 0,33 0,08
Peningkatan Tenaga Kerja
Terspesialisasi 0,17 0,13 0,70 0,07
Peningkatan Kemampuan
Inovasi 0,22 0,28 0,50 0,09
Peningkatan Konsumsi Karet
Alam 0,20 0,13 0,68 0,03
Penurunan Biaya 0,29 0,61 0,10 0,08
Peningkatan Kerja Sama 0,22 0,14 0,64 0,26
Peningkatan jumlah anggota
klaster aktif 0,32 0,20 0,47 0,09
Bobot Alternatif Strategi 0,24 0,22 0,53 1,00
*) Bobot perspektif (Tabel 2) x Bobot tujuan strategik (Tabel 3)

Analisis Prioritas Kriteria dan Strategi Nicolas (2004) yang menunjukkan bahwa strategi
Manajemen Pengetahuan kombinasi atau sosialisasi semakin banyak
Berdasarkan verifikasi model strategi digunakan (53%).
manajemen pengetahuan dapat diketahui bahwa Bobot kriteria yang paling dipentingkan
strategi yang paling sesuai untuk mendukung untuk menjalankan strategi tersebut berturut-turut
strategi inovasi dan teknologi dengan pengetahuan berdasarkan tingkat kepentingannya adalah budaya
proses produksi sebagai area pengetahuan kuncinya dan orang (0,48), dukungan pemerintah (0,25),
adalah strategi kombinasi (0,54) dibandingkan komunikasi (0,15), biaya (0,08) dan waktu (0,05).
dengan strategi personalisasi (0,26) dan kodifikasi Kriteria budaya dan orang yang memiliki bobot
(0,20). Hal ini sejalan dengan hasil penelitian dari tertinggi, serta lebih besarnya bobot strategi

J. Tek. Ind. Pert. Vol. 20 (2), 89-100 97


Pemilihan Strategi Pengembangan Klaster Indutri ………………..

personalisasi dibandingkan bobot strategi kodifikasi, CoP berorientasi pada pertukaran


dikarenakan strategi ini memang dirancang untuk pengalaman atau praktek-praktek terbaik (best
mendukung strategi inovasi dan teknologi untuk practices) yang telah dilakukan oleh para peneliti
pengembangan klaster. Hal ini dikarenakan barang celup lateks yang tersebar pada beberapa
pendekatan teknologi atau kodifikasi tidak dapat institusi seperti BPTK Bogor, BATAN (Badan
secara cukup mendukung inovasi karena Tenaga Nuklir Nasional), Badan Pengkajian dan
ketidakmampuannya untuk mengeksploitasi Penerapan Teknologi (BPPT), perguruan tinggi dan
pengetahuan tacit. Pengetahuan tacit (implisit) industri pemasok bahan kimia. Pembentukan CoP ini
dipercaya sebagai pendorong utama dari proses juga diharapkan dapat mengatasi masalah dalam
inovasi (Tuomi, 2002). faktor budaya dan orang. Seperti diketahui
sebelumnya faktor inilah yang paling menentukan
Implikasi Strategi terhadap Proses Konversi untuk implementasi strategi manajemen
Pengetahuan pengetahuan.
Seperti telah dijelaskan di atas, bahwa Eksternalisasi mengacu pada mengubah
strategi inovasi dan teknologi merupakan strategi pengetahuan tersembunyi kepada pengetahuan
prioritas pengembangan klaster barang celup lateks eksplisit baru (misal, memproduksi suatu dokumen
skala kecil dan menengah dan strategi kombinasi tertulis yang menggambarkan prosedur yang
merupakan strategi prioritas untuk manajemen digunakan untuk masalah tertentu untuk kemudian
pengetahuan. Implikasi pemilihan strategi ini akan dibagi dan diletakkan dalam portal pengetahuan.
dikaitkan dengan model kreasi pengetahuan atau Konsep eksternalisasi ini merupakan implikasi dari
model SECI yang dikemukakan oleh Nonaka dan strategi kodifikasi.
Takeuchi (1995). Kombinasi mengacu penciptaan pengetahu-
Walaupun strategi yang terpilih adalah an eksplisit baru dengan menggabung-kan,
strategi kombinasi, namun telah dijelaskan menggolongkan, dan menyatukan pengetahu-an
sebelumnya bahwa strategi personalisasi memiliki eksplisit yang sudah ada yang dapat dilakukan oleh
bobot lebih tinggi dibandingkan strategi kodifikasi. knowledge officer yang mengelola portal.
Implementasi strategi personalisasi ini sangat erat Internalisasi mengacu pada penciptaan pengetahuan
kaitannya dengan tahap sosialisasi (Pei, 2008) pada tersembunyi baru dari pengetahuan eksplisit (misal
model SECI. Dalam konteks klaster, strategi mendapatkan pemahaman awal dengan membaca
personalisasi ini diusulkan dilakukan dengan suatu dokumen). Van Horne et al. (2005) juga
pembentukan komunitas keahlian atau yang dikenal menyatakan bahwa proses internalisasi dapat
dengan nama CoP. Kelompok ini adalah sekelompok diwujudkan dalam bentuk pelatihan dari para ahli
orang yang berbagi suatu perhatian atau minat serta proses learning by doing yang dilakukan oleh
untuk sesuatu yang mereka ketahui bagaimana para praktisi di industri. Proses konversi
melakukannya, serta saling berinteraksi secara pengetahuan dalam klaster serta keterkaitannya
teratur dengan tujuan untuk belajar bagaimana cara dengan model SECI yang dikembangkan dari model
melakukan sesuatu itu secara lebih baik (Wenger, Van Horne et al. (2005) tersajikan pada Gambar 9.
2004).

Gambar 9. Model konseptual konversi pengetahuan dalam klaster industri barang celup lateks

98 J. Tek. Ind. Pert. Vol. 20 (2), 89-100


Dedy Sugiarto, M Syamsul Ma’arif, Illah Sailah, Sukardi, Suharto Honggokusumo

KESIMPULAN DAN SARAN Davenport TH dan Prusak L. 1998. Working


Knowledge : How Organizations Manage
What They Know. Boston: Harvard Business
Kesimpulan
School Press.
Hasil verifikasi terhadap model strategi
DTI. 2005. A Practical Guide To Cluster
pengembangan klaster industri dengan studi kasus
Development. Report To Department Of
pada klaster barang celup lateks di Jawa Barat dan
Trade and Industry and The English RDAs by
Banten menunjukkan bahwa aktor yang paling
Ecotec Research & Consulting. London.
berperan dalam pengembangan klaster adalah
Greiner ME, Bohmann T dan Krcmar H. 2007. A
Lembaga Pendukung diikuti oleh Pemerintah dan
Strategy For Knowledge Management.
Industri. Strategi pengembangan klaster yang paling
Journal of Knowledge Management 11(6): 3-
penting dilakukan untuk mencapai tujuan strategik
15.
pengembangan klaster adalah inisiatif inovasi dan
Kaplan RS dan Norton DP. 2004. Strategy Map :
teknologi dengan area pengetahuan kunci yang
Converting Intangible Assets Into Tangible
terkait adalah pengetahuan perancangan dan
Outcomes. Boston: Harvard Business School
pengendalian proses.
Press.
Faktor yang paling penting dalam rangka
Kusbiantono, Ariana L, Agus S, Amir A. 2005. Tacit
implementasi strategi manajemen pengetahuan
Knowledge, Formal Knowledge dan Learning
untuk mendukung strategi inovasi dan teknologi
(Pembelajaran) Organization pada Usaha
adalah faktor budaya dan orang, dikuti oleh
Kecil dan Menengah : Studi Eksplorasi dari
dukungan pemerintah, komunikasi, biaya dan waktu.
Pengusaha UKM Sukses. Lembaga Ilmu
Strategi manajemen pengetahuan yang harus
Pengetahuan Indonesia, Jakarta.
dilakukan adalah strategi kombinasi antara
Kwong CK dan Bai H. 2002. A Fuzzy AHP
kodifikasi dan personalisasi dengan penekanan lebih
Approach to The Determination of
pada personalisasi. Aspek budaya dan orang sebagai
Importance Weights of Customer
aspek utama dalam implementasi manajemen
Requirements in Quality Function
pengetahuan dikelola dengan pembentukan CoP
Deployment. Journal of Intelligent
kelompok ini yang berfungsi sebagai media saling
Manufacturing 13 (5): 367-377.
berbagi pengetahuan antar pelaku atau peneliti
Marimin. 2004. Teknik dan Aplikasi Pengambilan
dalam lembaga pendukung sebagai aktor yang
Keputusan Kriteria Majemuk. Jakarta: PT
paling berperan dalam pengembangan klaster.
Grasindo.
Marimin. 2005. Teori dan Aplikasi Sistem Pakar
Saran
dalam Teknologi Manajerial. Bogor : IPB
Penguatan kelembagaan dalam manajemen
Press.
pengetahuan untuk suatu klaster industri perlu terus
Marti J. 2004. Strategic Knowledge Benchmarking
dijaga melalui peningkatan kolaborasi antar pelaku
System (SKBS): A Knowledge-Based
klaster.
Strategic Management Information System
For Firms. Journal of Knowledge
DAFTAR PUSTAKA
Management 8 (6): 31-49.
Carpinetti LCV, Edwin, Gerolamo C. 2008. A Murtaza M. 2003. Fuzzy-AHP Apllication to
Measurement System for Managing Country Risk Assestment. American Business
Performance of Industrial Clusters. Review 21 (2): 109-116.
International Journal of Productivity and Nancy C, Suwardin D, Supriadi M. 2001. Kajian
Performance Management 57 (5): 405-419. Mengenai Pemasaran Lateks : Profil Petani,
Cerdan AL, Carolina LN, Ramon SS. 2007. Industri Lateks Pekat dan Industri Barang Jadi
Knowledge Management Strategy Diagnosis Lateks. Jurnal Penelitian Karet 19 (1): 54-76.
From KM Instruments Use. Journal of Nicolas R. 2004. Knowledge Management Impact
knowledge management 11 (2): 60-72. on Decision Making Process. Journal of
Chen Z dan Xiangzhen X. 2010. Study on Knowledge Management 8 (1): 20-31.
Construction of Knowledge Management Nonaka I dan Takeuchi H. 1995. The Knowledge
System Based on Enhancing Core Creating Company. New York: Oxford
Competence of Industrial Clusters. University Press Inc.
International Journal of Business and Pei NS. 2008. Enhancing Knowledge Creation In
Management 5 (3). Organizations. Communications of the IBIMA
Clarke J dan Turner P. 2004. Global Competition 3 (2): 1-6.
and the Australian Biotechnology Industry : Putnam R. 1993. The Prosperous Community –
Developing a Model of SMEs Knowledge Social Capital and Public Life. American
Management Strategies. Knowledge and Prospect 4 (13): 35-42.
Process Management 11 (1): 38-46. Suparto D dan Syamsu Y. 2008. Pengembangan
Teknologi Tepat Guna Pembuatan Barang

J. Tek. Ind. Pert. Vol. 20 (2), 89-100 99


Pemilihan Strategi Pengembangan Klaster Indutri ………………..

Karet Berbasis Lateks Pravulkanisasi. Badan Van Horne C, Frayret JM dan Poulin D. 2005.
Penelitian Teknologi Karet, Bogor. Knowledge Management In The Forest
Sureephong P. 2007. Knowledge Management Products Industry : The Role Of Centres Of
System Architecture for the Industry Cluster. Expertise. Computers and electronics in
Proceeding The International Conference on agriculture 47 (3): 167-185.
Industrial Engineering and Engineering Wenger E. 2004. Knowledge Management As A
Management (IEEM 2007). Singapore. Doughnut: Shaping Your Knowledge Strategy
Tiwana A. 2000. The Knowledge Management Tool Through Communities Of Practice. Ivey
Kit – Practical Techniques for Building a Business Journal Online 1 : 1-8
Knowledge Management System. New Wu W dan Lee YT. 2007. Selecting Knowledge
Jersey: Prentice Hall. Management Strategies By Using The
Tuomi I. 2002. The Future of Knowledge Analytic Network Process. Expert Systems
Management. Lifelong Learning in Europe with Applications 32 (3): 841-847.
(LLinE) VII : 69-79. Zack MH. 1999. Developing a Knowledge Strategy.
Turban E dan Aronson JE. 2001. Decision Support California Management Review 41 (3): 125-
Systems and Intellegent Systems. New Jersey: 145.
Prentice Hall.

100 J. Tek. Ind. Pert. Vol. 20 (2), 89-100

Anda mungkin juga menyukai