Anda di halaman 1dari 7

BAB V

ANALISIS DAN KONSEP DASAR PERANCANGAN

A. Konsep Revitalisasi Bantaran Sungai Jeneberang, Kelurahan Mangasa,


Kecamatan Tamalate Kota Makassar

Perencanaan awal pada revitalisasi Sungai Jeneberang adalah perbaikan


lahan di bantaran sungai dengan melakukan normalisasi sungai. Akan tetapi
dalam melakukan normalisasi sungi tentu harus komprehensif dengan hal lain
seperti relokasi penghuni, perbaikan lingkungan secara keseluruhan dan
pemanfaatan ruang sisi sungai. Berikut ini merupakan upaya yang dilakukan
pada revitalisasi Sungai Jeneberang:

1. Normalisasi Sungai

Dalam UU RI No 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan


Permukiman Pasal 140 menjelaskan Bahwa Setiap orang dilarang
membangun, perumahan, dan/atau permukiman di tempat yang berpotensi
dapat menimbulkan bahaya bagi barang ataupun orang. Pada pasal penjelas
diterangkan bahwa Yang dimaksud dengan “tempat yang berpotensi dapat
menimbulkan bahaya” antara lain, sempadan rel kereta api, bawah
jembatan, daerah Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET), Daerah
Sempadan Sungai (DSS), daerah rawan bencana, dan daerah kawasan
khusus seperti kawasan militer.
Permukiman bantaran Sungai Jeneberang pada umumnya
merupakan permukiman marjinal, karena menempati lahan yang
semestinya tidak untuk bangunan. Hal ini menyebabkan daerah bantaran
Sungai Jeneberang di kelurahan Mangasa mengalami degradasi lingkungan
akibat dari polusi dari permukiman yang tidak tertata.
Adapun dampak lain yang bisa terjadi yaitu pendangkalan dan atau
penyempitan lebar sungai. Pendangkalan sungai terjadi karena sedimentasi,
yang meskipun alami, diperkuat intensitasnya oleh hilangnya land covering
di hulu. Adapun penyempitan lebar sungai, selain karena sedimentasi, kini

61
semakin sering terjadi akibat penggunaan bantaran sungai untuk
permukiman.
Solusi mengenai permasalan diatas adalah dengan melakukan
normalisasi sungai atau mengembalikan bentuk sungai sesuai dengan
peruntukan serta bentuk awalnya. Normalisasi sungai dapat dilakukan
dengan menciptakan kondisi sungai dengan lebar dan kedalaman tertentu
sehingga sungai mampu mengalirkan air sehingga tidak terjadi luapan dari
sungai tersebut. Kegiatan ini berupa membersihkan sungai dari endapan
lumpur dan memperdalamnya agar kapasitas sungai dalam menampung air
dapat meningkat.

2. Pembangunan Kampung Vertikal

Keadaan permukiman di bantaran Sungai Jeneberang pada daerah studi


merupakan daerah yang padat penduduk.Lokasi studi merupakan bagian
dari kelurahan Mangasa. Terkait dengan perbaikan Sungai Jeneberang,
maka dibutuhkan pembebasan lahan di sepanjang bantaran sungai
Jeneberang Kelurahan Mangasa. Pembebasan lahan ini tentu
mengakibatkan tersingkirnya permukiman-permukiman yang ada di
sepanjang bantaran sungai. Relokasi perumahan ini diperlukan karena
daerah awal hunian mereka di tepi sungai merupakan daerah yang rawan
banjir dan bahaya longsor serta merupakan permukiman ilegal.
Alternatif yang ditawarkan adalah pembangunan kampung vertikal
sebagai solusi perumahan dengan kepadatan tinggi. Kampung vertikal
dipilih karena mampu mengakomodasi perilaku warga, serta dapat
mendorong kemajuan ekonomi para penghuninya.
Pembangunan kampung vertikal ini dilakukan secara bertahap mulai
dari daerah barat permukiman. Tahap pertama adalah pembebasan lahan
untuk kampung vertikal. Pada lokasi studi, lokasi pertama yang coba
ditawarkan adalah lahan kosong yang berada di daerah barat permukiman
kemudian pembebasan lahan di sekitar lahan kosong untuk keperluan
membangun kampung vertikal masyarakat yang rumahnya direlokasi.
Tahap selanjutnya adalah pembangunan kampung vertikal. Kemudian

62
dilakukan relokasi masyarakat yang tinggal di sepanjang bantaran sungai ke
kampung vertikal paralel dengan penghijauan dan penataan saluran.
Pembangunan ini dilakukan setahap demi setahap hingga seluruh
permukiman di bantaran sungai dapat dibenahi sesuai dengan lahan yang
dibebaskan.

:Lokasi Kampung vertikal Tahap 1 berada pada lahan kosong

:Lokasi Kampung vertikal Tahap 2


:Pembebasan Lahan Tahap 1
:Pembebasan Lahan Tahap 2

3. Pembangunan Ruang Terbuka

Pembangunan ruang terbuka sebagai upaya mencegah kembali


terjadinya degradasi lingkungan serta meningkatkan kualitas lingkungan.
Penataan ruang terbuka terbagi atas ruang terbuka hijau dan non hijau yang
berada pada lokasi perumahan eksisting dan serta kawasan kampung
vertikal. Pada kawasan ruang terbuka hijau direncanakan direncanakan
penanaman pohon, penggunaan teknik biopori untuk penyimpanan air

63
tanah, pengolahan sampah dan pencegahan banjir serta penarapan rain
water garden.
Perencanan Ruang Terbuka Hijau di bantaran Sungai Jeneberang
ditujukan agar tidak terjadi penurunan kuantitas dan kualitas air bersih,
polusi udara, dan mencegah suhu udara yang cenderung memanas akibat
kurangnya pepohonan dan resapan air sebagai dampak tingginya
pertumbuhan penduduk. Dalam perencanaannya ruang terbuka hijau ini
ditempatkan di lokasi eksisting, serta dilakukan pada daerah permukiman
eksisting dan pada kampung vertikal.
Program yang dilakukan meliputi:
a. Penataan vegetasi bantaran sungai jeneberang ditata sedemikian rupa
sehingga mampu berfungsi sebagai pembentuk ruang, pengendalian
suhu udara, memperbaiki kondisi tanah dan sebagainya. Fungsi
tanaman dalam pembentuk dan pengisi ruang meliputi:
1) Tanaman penutup lantai
Tanaman penutup lantai adalah tanaman yang membentuk kesan
lantai. Tanaman kelompok ini termasuk tanaman penutup tanah
seperti rerumputan dan lumut. Tanaman ini setinggi tinggi sekitar
mata kaki.
2) Tanaman pembentuk dinding, pembatas dan pengarah
Tanaman pendinding adalah tanaman yang membentuk kesan
dinding, dibagi menjadi :
a) Tanaman yang membentuk dinding rendah, yaitu tanaman
setinggi mata kaki sampai setinggi lutut seperti semak yang
masih pendek dan tanaman border (pembatas);
b) Tanaman yang membentuk dinding sedang, yaitu tanaman yang
setinggi lutut sampai setinggi badan seperti semak yang sudah
besar dan perdu;
c) Tanaman yang membentuk dinding tinggi, yaitu tanaman yang
setinggi badan sampai beberapa meter seperti tanaman perdu dan
beberapa jenis cemara dan bambu.

64
Tanaman pembatas, pengarah dan pembentuk pandangan adalah
jenis tanaman berbentuk pohon atau perdu yang berfungsi sebagai
pembatas pemandangan yang kurang baik, pengarah gerakan bagi
pemakai jalan pada jalan yang berbelok atau menuju ke suatu tujuan
tertentu, juga karena letak dapat memberikan kesan yang berbeda
sehingga dapat menghilangkan kejenuhan bagi pemakai jalan.

Gambar 5.11 Tanaman Membentuk Dinding


(Sumber: google pictures)
3) Tanaman pembentuk dinding, pembatas dan pengarah
Tanaman peneduh atau pengatap adalah jenis tanaman berbentuk
pohon dengan percabangan yang tingginya Iebih dari 2 meter,
mempunyai percabangan melebar ke samping seperti pohon yang
rindang dan dapat memberikan keteduhan dan menahan silau cahaya
matahari, terutama bagi pejalan kaki.

Gambar 5.12 Pohon Ketapang Gambar 5.13 Pohon Tanjung


(Sumber: google pictures) (Sumber: google pictures)

65
Gambar 5.14 Pohon Trembesi
(Sumber: google pictures)

Pohon peneduh untuk pejalan kaki atau parkiran dapat


menggunakan pohon ketapang, pohon trembesi, dan pohon tanjung.
Sedangkan bentuk pengatapan dapat menggunakan tanaman pergola
seperti bougenvile dan stefanot.

Pada lokasi eksisting permukiman juga akan dibangun ruang


terbuka non hijau berupa perbaikan fasilitas penyeberangan, amphiteater,
taman bermain anak, sarana olah raga dan fasilitas perdagangan yang
diharapkan membantu meningkatkan nilai ekonomi masyarakat serta
sebagai sarana rekreasi.

B. Konsep Dasar Perancangan Makro


1. Konsep Analisis Tapak
a. Dimensi Tapak

66
Keterangan:
Lokasi Tapak Terpilih Penghunian Kembali
Lokasi Permukiman Eksisting

Gambar 23. Dimensi Tapak


Sumber: Google Earth
Luas tapak terpilih adalah 1,76 Ha dengan ukuran sisi terpanjang yaitu 260 m dan
lebar 90 m. Tapak terpilih dimaksudkan sebagai lokasi penghunian kembali permukiman
yang berada di bantaran sungai. Sedangkan untuk daerah bantaran sungai luas 6,5 Ha
dengan sisi terpanjangnya yaitu 930 m dan lebar 130 m. Lokasi bantaran sungai nantinya
akan dikembangkan sebagai ruang terbuka.

67

Anda mungkin juga menyukai