Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH OCEANOGRAPHY

SEDIMEN/SEDIMENTASI

MUH.RYAN ALFADLY D.
1615440001
PENDIDIKAN GEOGRAFI ICP

JURUSAN GEOGRAFI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
TAHUN 2019

1
KATA PENGANTAR

Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena masih diberikan limpahan
rahmat dan berkah sehingga penulis mampu menyelesaikan tugas makalah ini dengan tepat
waktu. Makalah ini berjudul ”SEDIMEN/SEDIMENTASI”, dan berisikan informasi berupa
sedimentasi. .
Akhirnya, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyelesaian makalah ini, dan meminta maaf atas semua kekurangan yang terdapat dalam
penulisan laporan ini.
Wassalamu Alaikum warahmatullahi Wabarakatuh.

Makassar, Agustus 2019

Penulis

2
DAFTAR ISI

Sampul …………………………………………………………………………………….. 1
Kata Pengantar …………………………………………………………………………….. 2
Daftar Isi …………………………………………………………………………………... 3
Bab I (Pendahuluan) ………………………………………………………………………. 4
A. Latar Belakang………………………………………………………………………….. 4
B. Rumusan Masalah ……………………………………………………………………… 5
C. Tujuan ………………………………………………………………………………….. 5
Bab II (kajian Pustaka) ……………………………………………………………………. 6
A. Pengertian Sedimen ……………………………………………………………………. 6
B. Jenis-jenis Sedimen Pada Daerah Pantai ……………………………………………..... 7
C. Sebaran Sedimen ………………………………………………………………………. 10
Bab III (Penutup) …………………………………………………………………………. 11
A. Kesimpulan ……………………………………………………………………………. 11
Daftar Pustaka …………………………………………………………………………….. 12

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Dasar laut merupakan daerah yang luas dan pada daerah ini mengandung material skeletal.
Milyaran mikroorganismeberada dan hidup pada permukaan dasar laut, di sini mereka
berkembang, melakukan reproduksi, sampai akhirnya mati. Bagian-bagian tubuh organisme akan
terakumulasi dan tersebar secara luas pada dasar laut (Ingmanson and Wallace, 1989). Menurut
Pariwono (1996), bahan organik merupakan pencemar perairan yang paling umum dijumpai, dan
dampak yang ditimbulkannya tidak langsung. Masalah Sedimen laut berasal dari daratan dan
hasil aktivitas (proses) biologi, fisika dan kimia baik yang terjadi didaratan maupun di laut itu
sendiri, meskipun ada sedikit masukan dari sumber vulkanogenik dan kosmik. Sedimen laut
terdiri atas materi-materi berbagai sumber. Faktor yang mempengaruhi tipe sedimen yang
terakumulasi antara lain adalah topografi bawah laut dan pola iklim. Distribusi laut saat ini
merupakan refleksi iklim dan pola arus. Tipe sedimen dasar laut berubah terhadap waktu karena
perubahan cekungan laut, arus dan iklim. Urutan dan karakteristik sedimen baik struktur maupun
tekstur yang tergambar dalam lapisan sedimen menunjukkan sebagian perubahan yang terjadi di
atasnya.

Dijelaskan oleh Duxbury and Duxbury (1993) sedimen sebagai kumpulan partikel-partikel
organik dan anorganik yang terakumulasi secara luas dan bentuknya tak beraturan. Sekitar 70,8%
permukaan bumi ditutupi oleh laut, bagian muka bumi yang sangat luas ini merupakan
lingkungan tumpahan material-material sedimen yang terjadi secara fisika, kimiawi, maupun
organik yang satu sama lain akan berinteraksi membentuk berbagai macam variasi sedimen
(Kaharuddin, 1994). Selanjutnya Davis (1991) menyatakan sedimen yang menutupi dasar
perairan memiliki berbagai variasi dalam bentuk partikel komposisi ukuran, sumber atau asal
sedimen.

Dalam klasifikasi sedimen, kelompok sedimen lithogenous dan biogenous


yangmendominasi daerah pantai. Sebanyak 90% dari total sedimen yang berada di daerah pantai
berasal dari erosi daratan dan berupa sedimen lithogenous yang disebut klastik (Pethick, 1997).
Kehadiran dari sedimen biogenous karena terumbu karang yang berkontribusi nyata di sejumlah

4
kawasan daerah pantai. Material sedimen yang terdeposisi di daerah pantai dan laut dalam
dikontrol oleh dua faktor. Faktor tersebut adalah transport material pelapukan di daratan ke laut
dan transpor yang terjadi di dalam laut itu sendiri (Riley dan Chester dalam Djamaluddin, 1993).
Proses pergerakan butiran sedimen menyusur pantai ditimbulkan oleh gerakan orbital gelombang
yang menyebabkan sedimen bergerak bolak-balik dalam keadaan suspensi tanpa terjadi
perpindahan. Terjadinya perpindahan atau pengangkutan sedimen bila ada arus yang bekerja dan
arahnya mengikuti arah arus tersebut (Bagnolddalam Thornbury, 1964).

Sedimentasi merupakan proses pembentukan sedimen atau endapan, atau batuan sedimen
yang diakibatkan oleh pengendapan atau akumulasi dari material pembentuk atau asalnya pada
suatu tempat. Proses sedimentasi umumnya terjadi pada daerah pantai yang mengalami erosi
karena material pembentuk pantai terbawa arus ke tempat lain dan tidak kembali ke lokasi
semula. (Firmansyah dkk, 2014).

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud Sedimen
2. Menganalisis jenis-jenis sedimen pada daerah pantai
3. Menjelaskan Sebaran sedimen

C. Tujuan

Tujuan makalah ini agar;

1. Daat mengetahui pengertian Sedimen


2. Dapat memahami jenis-jenis sedimen pada daerah pantai
3. Dapat mengetahui Sebaran sedimen

5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Sedimen

Sedimen adalah partikel organik dan anorganik yang terakumulasi secara bebas (Duxbury et
al, 1991). Sedimen didefinisikan secara luas sebagai material yang diendapkan di dasar suatu
cairan (air dan udara), atau secara sempit sebagai material yang diendapkan oleh air, angin, atau
gletser / es. (Wahyuancol, 2008). Sedangkan endapan sedimen adalah akumulasi mineral dan
fragmen batuan dari daratan yang bercampur dengan tulang-tulang organisme laut dan beberapa
partikel yang terbentuk melalui proses kimiawi yang terjadi di dalam laut (Gross, 1993).

Friedman (1978) memberikan pengertian sedimen adalah kerak bumi yang


ditranspormasikan dari suatu tempat ke tempat lain baik secara vertikal maupun secara
horizontal. Selanjutnya Ongkosongo (1992) menambahkan proses hidrologi tersebut akan
terhenti pada suatu tempat dimana air tidak sanggup lagi membawa kerak bumi yang tersuspensi
tersebut.

Sedimen terbentuk di daerah pantai dipengaruhi oleh arus dan bentuk gelombang yang
menyebabkan perbedaan kecepatan, sehingga memberikan bentukan yang berbeda pada sedimen
yang terdeposisi. Batimetri pesisir juga berpengaruh terhadap transpor sedimen. Kedalaman
pesisir berpengaruh terhadap banyaknya sedimen yang mampu terdeposisi. Pada beberapa daerah
yang dilintasi gelombang dan arus memiliki perilaku yang berbeda-beda. Zona yang dilintasi
gelombang tersebut adalah offshore zone, surf zone, dan swash zone. Karakteristik gelombang di
surf zone dan swash zone adalah yang paling penting di dalam analisis proses pantai. Arus sangat
bergantung pada arah datang gelombang (Triatmodjo, 1999).

Sedimen di daerah pantai berpindah di antara dua area yaitu dasar laut dan sekitar zona
pantai, material sedimen berasal dari rombakan erosi tebing, erosi sungai maupun erosi yang
terjadi di dasar laut. Erosi tebing terbentuk akibat adanya kenaikan muka laut sehingga mengikis
tebing, sedangkan erosi dasar laut disebabkan adanya proses glacial sehingga mempengaruhi
kondisi dasar laut. Erosi sungai berupa partikel yang terkikis oleh aliran sungai.(Pethick,1984)

6
Boggs (1986) menyebutkan sedimen permukaan dasar laut umumnya tersusun oleh: material
biogenik yang berasal dari organisma; material autigenik hasil proses kimiawi laut (seperti
glaukonit, garam, fosfor); material residual; material sisa pengendapan sebelumnya; dan material
detritus sebagai hasil erosi asal daratan (seperti kerikil, pasir, lanau dan lempung).

Menurut Rifardi (2008) ukuran butir sedimen dapat menjelaskan hal-nal berikut:

1) menggambarkan daerah asal sedimen,


2) perbedaan jenis partikel sedimen,
3) ketahanan partikel dari bermacam-macam komposisi terhadap proses weathering,
erosi, abrasi dan transportasi serta
4) jenis proses yang berperan dalam transportasi dan deposisi sedimen.

B. Jenis-jenis sedimen pada daerah pantai

Sedimen adalah kerak bumi (regolith) yang ditransportasikan melalui proses hidrologi dari
suatu tempat ke tempat yang lain, baik secara vertikal maupun secara horizontal. Seluruh
permukaan dasar lautan ditutupi oleh partikel sedimen yang diendapkan secara perlahan-lahan
dalam jangka waktu berjuta-juta tahun (Garrison, 2005).

Sedimen terutama terdiri dari partikel-partikel yang berasal dari hasil pembongkaran batu-
batuan dan potongan-potongan kulit (shell) serta sisa rangka dari organisme laut. Ukuran-ukuran
partikel sedimen sangat ditentukan oleh sifat fisik mereka dan akibatnya sedimen yang terdapat
di berbagai tempat di dunia mempunyai sifat-sifat yang sangat berbeda satu sama lainnya.

Ukuran partikel sedimen merupakan salah satu cara mudah untuk menentukan klasifikasi
sedimen. Klasifikasi berdasarkan ukuran partikelnya menurut Wentworth (1922) dalam Dale dan
William (1989) adalah :

Tabel 1. Klasifikasi sedimen berdasarkan jenis dan ukuran partikelnya

Jenis Partikel Ukuran (mm)


Boulder > 256
Cobble 64 – 256

7
Pebble 4 – 64
Granule 2–4
Sand 0,062 – 2
Silt 0,004 – 0,062
Clay < 0,004

Chester (1993) membagi sedimen laut menjadi 2 kelompok yaitu:

1. Nearshore sediment, sebagian besar endapan sedimennya dipengaruhi kuat oleh


kedekatannya dengan daratan sehingga mengakibatkan kondisi fisika kimia dan biologi
sedimen ini lebih bervariasi dibandingkan dengan deep-sea sediment.
2. Deep-sea sediment, sebagian besar mengendap di perairan dalam di atas 500 m dan banyak
faktor seperti jauhnya dari daratan, reaksi antara komponen terlarut dalam kolom perairan
serta hadirnya biomassa khusus yang mendominasi lingkungan laut dalam yang
menyebabkan sedimen ini merupakan habitat yang unik di planet dan memiliki karateristik
yang sangat berbeda dengan daerah continental / near shore.

Menurut asalnya Garrison (2006) menggolongkan sedimen ke dalam 4 bagian yaitu:

1. Sedimen Terrigenous

Jenis sedimen ini berasal dari erosi yang berasal dari benua atau pulau, letusan
gunung berapi dan segumpalan debu. Sedimen ini lebih dikenal dengan batuan yang berasal
dari gunung berapi seperti granit yang bersumber dari tanah liat dan batuan kwarsa yang
menjadi dua komponen penyusun sedimen terrigenous.

2. Sedimen Lithogenous

Sedimen ini berasal dari sisa pengikisan batu-batuan di darat. Ini diakibatkan karena
adanya suatu kondisi fisik yang ekstrim, seperti adanya pemanasan dan pendinginan
terhadap batu-batuan yang terjadi secara terus-menerus. Partikel-partikel ini diangkut dari
daratan ke laut oleh sungai-sungai. Begitu sedimen mencapai lautan, partikel-partikel yang
berukuran besar cenderung untuk lebih cepat tenggelam dan menetap dari yang berukuran
lebih kecil. Kecepatan tenggelamnya partikel-partikel ini telah dihitung, dimana jenis

8
partikel pasir hanya memerlukan waktu kira-kira 1,8 hari untuk tenggelam dan menetap di
atas lapisan atas dasar laut yang mempunyai kedalaman 4.000 meter. Sedangkan jenis
partikel lumpur yang berukuran lebih kecil membutuhkan waktu kira-kira 185 hari dan jenis
partikel tanah liat membutuhkan waktu kira-kira 51 tahun pada kedalaman kolom air yang
sama. Oleh karena itu tidaklah mengherankan jikalau pasir akan segera diendapkan begitu
sampai di laut dan cenderung untuk mengumpul di daerah pantai (Hutabarat dan Stewart,
2000).

3. Sedimen Biogenous

Sedimen ini berasal dari sisa-sisa rangka dari organisme hidup. Jenis sedimen ini
digolongkan ke dalam dua tipe utama yaitu calcareous dan siliceous ooze. Material siliceous
dan calcareous pada waktu itu di ekstrak dari laut dengan aktivitas normal dari tanaman dan
hewan untuk membangun rangka dan cangkang. Kebanyakan organisme yangmenghasilkan
sedimen biogenous mengapung bebas di perairan seperti plankton. Sedimen biogenous paling
berlimpah dimana cukup nutrien yang mendorong produktivitas biologi yang tinggi, selalu
terjadi pada wilayah dekat continental margin dan area upwelling. Thurman dan Trujillo
(2004) menyatakan bahwa dua campuran kimiawi yang paling umum terdapat dalam sedimen
biogenous adalah calcium carbonat (CaCO3), dimana tersusun dari mineral calcite) dan silica
(SiO2). Seringkali silica secara kimiawi dikombinasikan dengan air untuk menghasikan SiO2
. nH2O.

4. Sedimen Hydrogenous

Sedimen hydrogenous terdiri dari mineral yang mempercepat proses presipitasi dari
laut. Jenis partikel ini dibentuk sebagai hasil reaksi kimia dalam air laut. Reaksi kimia yang
terjadi disini bersifat sangat lambat, dimana untuk membentuk sebuah nodule yang besar
diperlukan waktu selama berjuta-juta tahun dan proses ini kemudian akan berhenti sama
sekali jika nodule telah terkubur di dalam sedimen. Di pusat perputaran, jauh dari benua,
partikel sedimen terakumulasi sangat lambat.(Garrison, 2006).

9
C. Sebaran sedimen

Penyebaran sedimen pada tiap-tiap tempat tidak sama dan tidak merata tergantung pada
kondisi yang mempengaruhinya seperti arus, gelombang, pasut serta jenis dan komposisi
sedimen (Komar, 1982). Salah satu parameter fisika perairan yang sangat berpengaruh terhadap
sebaran biologi dan kimia adalah partikel sedimen dan arus pasang surut. Menurut Uktoselya
(1992), sedimentasi sangat erat hubungannya dengan pendangkalan. Sedimentasi ini merupakan
proses yang berlangsung dalam jangka waktu yang lama. Postma (1976) menyatakan bahwa
kecepatan pengendapan partikel yang berdiameter 5 mm dengan densitas yang sama mengendap
dengan kecepatan 20 cm/det. Sementara Wotton (1992) mengemukakan bahwa partikel-partikel
pasir memerlukan waktu 1,8 hari agar bisa mengendap pada kedalaman 4.000 m. sedangkan jenis
partikel lumpur yang berukuran lebih kecil membutuhkan waktu untuk tenggelam kira-kira 185
hari pada kedalam 4.000 m dan jenis partikel tanah Hat membutuhkan waktu tenggelam kira-kira
51 tahun pada kedalaman yang sama.Menurut Streeter dan Wylie (1990), kecepatan
pengendapan butiran sedimen didalam air dimana benda tersebut digerakan secara horizontal ke
dalam air sebagai kombinasi dari gaya angkat, gaya hambat dan gaya-gaya lainnya yang bekeria.
Menurut Trask (1982, dalam Selley, 1976) menamakan sebaran sedimen terdiri dari baik,
sendang dan buruk. Sebaran baik adalah seluruh besar butir sedimen relative seragam. Sebaran
sedang adalah antara butiran kecil dan besar jumlahnya hampir sama, dan sebaran buruk adalah
ukuran butir seragam.

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Sedimen adalah partikel organik dan anorganik yang terakumulasi secara bebas (Duxbury et
al, 1991). Sedimen didefinisikan secara luas sebagai material yang diendapkan di dasar suatu
cairan (air dan udara), atau secara sempit sebagai material yang diendapkan oleh air, angin, atau
gletser / es. (Wahyuancol, 2008). Sedangkan endapan sedimen adalah akumulasi mineral dan
fragmen batuan dari daratan yang bercampur dengan tulang-tulang organisme laut dan beberapa
partikel yang terbentuk melalui proses kimiawi yang terjadi di dalam laut (Gross, 1993).

Penyebaran sedimen pada tiap-tiap tempat tidak sama dan tidak merata tergantung pada
kondisi yang mempengaruhinya seperti arus, gelombang, pasut serta jenis dan komposisi
sedimen (Komar, 1982). Salah satu parameter fisika perairan yang sangat berpengaruh terhadap
sebaran biologi dan kimia adalah partikel sedimen dan arus pasang surut.

11
DAFTAR PUSTAKA

Chester, R. 1993. Marine Geochemistry. Unwin Hyman Ltd. London.

CRMP, 2001. Kajian Erosi dan Sedimentasi di DAS Teluk Balikpapan Kalimantan
Timur.Kelompok Kerja Erosi dan Sedimentasi CRMP, Jakarta

Dale, E. I. dan William J. W. 1989. Oceanography : An Introduction. 3th Edition.

Davis Jr., A.R., 1991. Oceanography: An Introduction to the Marine Environment. Wm. C.
Brown Publishers. Iowa. USA.

Djamaluddin, R., 1993. Sifat Fisika Kimia Sedimen di Laut. Tesis. Program Pascasarjana IPB.
Bogor

Duxbury, A.B. and A.C. Duxbury, 1993. Fundamental of Oceanography. Wm. C. Brown Publ.
Washington.

Garrison, T. 2005. Oceanography: An Invitation to Marine Science. 5ed.Thomson Learning, Inc.

USA. Garrison, T. 2006. Essentials of Oceanography. 4ed. Thomson Learning, Inc.USA.

Ingmanson, D.E. dan W.J. Wallace, 1989. Oceanography: An Introduction. Fourth edition.
Wadsworth Publishing Company Belmont. California.

Kaharuddin., 1994. Marine Sediment and Preparation. Program Studi Ilmu dan Teknologi
Kelautan, Universitas Hasanudin. Ujung Pandang.

Meurah, Cut, dkk. Geografi. Jakarta : PT. Phibeta Aneka Gama, 2006

Uli H, Marah dan Asep Mulyadi. Geografi. Jakarta : Erlangga, 2007

Soegimo, Dibyo dan Ruswanto. Geografi. Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan

Nasional, 2009

Wenworth, C.K., 1922. A scale of grade and class term for clastic sediment. Jour. Geol. 30 : 337
– 392

12

Anda mungkin juga menyukai