Anda di halaman 1dari 9

BAB II

PEMBAHASAN

A. Kebutuhan Sistem Pendukung Keputusan


Sistem telah diketahui bersama, otomotisasi perkantoran telah
mendorong peningkatan produktivitas serta penghematan biaya; sementara
pembangunan SIM telah meningkatkan kualitas aliran informasi yang
menjadi sumber kehidupan bagi proses manajemen yang sehat dan dinamis
dari suatu organisasi
Namun, dalam banyak kasus, informasi tersebut masih kurang memadai
untuk memadai untuk membuat keputusan yang spesifik guna memecahkan
permasalahan yang spesifik, seperti pemilihan sekertaris, penetuan proyek
yang akan disetujui, dan lain sebagainya.
Hal itu terjadi karena prosedur pengolahan datanya kurang
dikembangkan. Oleh karena itu, dibutuhkan sistem yang memuat prosedur –
prosedur pengolahan yang dapat mendukung dalam penemuan alternatif –
alternatif keputusan.

B. Jenis Keputusan
Menurut Herbert A. Simon, ahli manajemen dan pemenang Nobel dari
Carnegie – Mellon University, keputusan berada dalam satu kesatuan
rangkaian dimana terdapat keputusan terprogram di satu ujung dan keputusan
tidak terprogram di ujung yang lain.
Keputusan terprogram, artinya keputusan bersifat rutin, berulang, dan
dapat di prediksi sehingga dapat disusun suatu prosedur untuk menanganinya.
Misalanya, keputusan untuk melakukan reorder barang yang sudah habis,
atau keputusan retur untuk barang yang rusak, atau keputusan untuk reject
barang yang kadaluarsa, dan sebagainya. Keputusan tidak terprogram, artinya
keputusan yang sifatnya insidensial. Tidak terstuktur. Sulit diprediksi, dan
melibatkan pertimbangan – pertimbangan yang subyektif. Misalnya, seperti
penentuan penerimaan pegawai, penilaian terhadap proyek yang dinilai
menguntungkan, pengucuran dana proyek yang sangat terbatas berdasarkan
kepentingan dan urgensi, dan lain sebagainya.

C. Tahap – Tahap Pembutan Keputusan


jika mengamati proses keluarnya suatu keputusan, maka dapat dicatat
tahap – tahap penting dalam proses tersebut, yaitu :
1. Pemaparan masalah. Pada tahap ini, pengambil keputusan akan
mendegarkan dan memperhatikan dengan seksama pemaparan
persoalan yang dihadapi oleh perusahaannya. Dari situ ia akan
melakukan diagnosa masalah, memilah, dan membatasi permasalahan
yang berkembang.
2. Pengumulan data dan informasi. Pada tahap ini, pengambilan
keputusan membutuhkan data dan informasi selengkap mungkin.
Semakin lengkap data dan informasi yang didapatkan, maka keputusan
akan semakin pasti dan akurat.
3. Pengamatan terhadap lingkungan. Pada tahap ini, pengambilan akan
mengamati keadaan lingkungan yang akan menerima keputusan yang
akan diambilnya. Keadaan dan kondisi lingkungan tersebut akan
mempengaruhi pertimbangan pengambil keputusan.
4. Perancangan keputusan. Pada tahap ini, pengambilan keputusan
mencari dan menemukan alternatif – alternatif keputusan.
mengembangkan dan menganalisa dampak masing – masing alternatif
tersebut.
5. Penentuan keputusan. Pada tahap ini, pengambil keputusan akan
melakukan seleksi terhadap alternatif – alternatif keputusan, dengan
hasil analisanya masing – masing. Kemudian ia akan menentukan
pilihan dari sekian banyak alternatif tersebut yang akan ditetapkan
sebagai keputusanya.
D. Konsep Sistem Pendukung Keputusan

Sistem Pendukung Keputusan (SPK) mulai dikembangkan pada tahun


1960-an, tetapi istilah Sistem Pendukung Keputusan itu sendiri baru muncul
pada tahun 1971, yang diciptakan oleh G. Anthony Gorry dan Michael S.
Scott Morton, keduanya adalah profesor di MIT. Hal itu mereka lakukan
dengan tujuan untuk menciptakan karangka kerja guna mengarahkan aplikasi
komputer kepada pengambilan keputusan manajemen.

Sementara itu, perintis sistem pendukung keputusan yang lain dari MIT,
yaitu peter G.W. keen yang bekerja sama dengan Scott Morton telah
mendefinisikan tiga tujuan yang harus dicapai oleh sistem pendukung
keputusan, yaitu :

1. Sistem harus dapat membantu manajer dalam membuat keputusan guna


memecahkan masalah semi terstruktur
2. Sistem harus dapat mendukung manajer, bukan mencoba
menggantikanya.
3. Sistem harus dapat menngkatkan efektivitas pengambilan keputusan
manajer

Tujuan – tujuan tersebut mengacu pada tiga prinsip dasar dari sistem
pendukung keputusan (Kadarsah, 1998), yaitu :

1. Struktur masalah: untuk masalah yang terstruktur, penyelesaiann


dapat dilakukan dengan menggunakan rumus – rumus yang sesuai;
sedangkan untuk masalah tak terstruktur tidak dapat dikomputerisasi.
Sementara itu, sistem pendukung keputusan dikembangkan khususnya
untuk menyelesaikan masalah yang semi-terstruktur.
2. Dukungan keputusan: sistem pendukung tidak di masukkan untuk
menggantikan manajer, karena komputer berada di bagian tak
terstruktur, sementara manajer berada dibagian tak terstuktur untuk
memberikan penilaian dan melakukan analisi. Manajer dan komputer
bekerja sama sebagai sebuah tim pemecah masalah semi terstruktur.
3. Efektivitas keputusan: tujuan utama dari sistem pendukung keputusan
bukanlah mempersingkat waktu pengambilan keputusan, tetapi agar
keputusan yang dihasilkan dapat lebih baik.

Solusi Solusi manajer dengan


manajer dukungan komputer

Tidak Terstruktur Semi Terstruktur Terstruktur


pemasalahan

Gambar 1. Posisi Sistem Pendukung Keputusan

E. Kriteria Sistem Pendukung Keputusan


SPK dirancang secara khusus untuk mendukung seseorang yang harus
menggambil keputusan – keputusan tertentu. Berikut ini beberapa
karakteristik sistem pendukung keputusan :
1. Interaktif; SPK memili user interface yang komunikatif sehinga
pemakai dapat melakukan akses secara cepat kedata dan memperoleh
informasi yang dibutuhkan.
2. Fleksibel; SPK memiliki sebanyak mungkin variabel masukan,
kemampuan untuk mengolah dan memberikan keluaran yang
menyajikan alternatif – alternatif keputusan kepada pemakai.
3. Data kualitas; SPK memiliki kemampuan untuk menerima data
kualitas yang dikuantitaskan yang bersifat subyektif dari pemakaianya,
sebagai data masukan untuk pengolahan data. Misalnya: penilaian
terhadapa kecantikan yang bersifat kualitas, dapat dikuantitaskan
dengan pemberian bobot nilai seperti 75 atau 95.
4. Prosedur pakar; SPK mengandung suatu prosedur yang dirancang
berdasarkan rumusan formal atau juga berupa prosedur kepakaran
seseorang atau kelompok dalam menyelesaikan suatu bidang masalah
dengan fenomena tertentu.
F. Tahap – Tahap Pembentukan Sistem Pendukung Keputusan\
SPK dibangun melalui beberapa tahapan. Tahapan – tahapan ini di
tetapkan untuk menuntun pembuatnya agar dapat menyusun sebuah SPK
yang baik secara sistematis, terintegrasi, dan teratur. Adapun tahap – tahap
pembentukan SPK adalah sebagai berikut :
1. Studi kelayaka. Tidak semua penyelesaian persoalan membutukan
SPK. Karena itu, sebelum membuat SPK, perlu diteliti terlebih dahulu
kelayakanya, mengigat faktor biaya baik waktu, tenaga, maupun
finansial.
2. Persetujuan terhadap proposal kelayakan. Peroposal kelayakan
harus dapat menjelaskan kebutuhan dan urgensi dari keberadaan sistem
tersebut, keuntungan dan biaya dari pembentukan SPK, waktu yang
dibutuhkan, ketersedian ahli atau pakar yang merupakan sumber
pengetahuan SPK, serta ketersediaan perangkat hardware dan software
baik yang utama dan pendukugnya. Persetujuan terhadap proposal
kelayakan dapat diberikan apabila faktor – faktor tersebut terurai
dengan jelas dan logis.
3. Pemilihan hardware dan software yang akan digunkan dalam
pembagunan SPK. Pemilihan hardware dan software ini tentu saja
berdasarkan kebutuhan sistem yang akan dibangun.
4. Mempersentasikan pengetahuan yang diperoleh dari para ahli dan
pakar ke dalam komputer. Adapun cara untuk memperoleh
pegetahuan tersebut dapat dilakukan dengan cara wawancara bebas,
wawancara dengan panduan pertanyaan – pertanyaan yang telah di
susun sebelumnya, mengumpulkan pengalman – pengalaman masa lalu,
melakukan pengamatan di lapangan pada saat para pakar bekerja, dan
sebagainya. Representasi pengetahuan para ahli itu dapat di wujudkan
juga dengan penerapan rumus – rumus Riset Operasi,Mate – Matika
dan rumus lainnya.
5. Mengimplementasikan pengetahuan dalam bentuk bahasa yang
dipahami oleh komputer, menggunakan suatu bahasa pemrograman.
6. Meguji sistem yang telah dibuat, yang meliput peninjauan terhadap
konsistensinya dalam pemecahan masalah yang sama, kebenaran,
kelengkapan, ketepatan dan kegunaan sistem.

G. Contoh Prosedur Deteksi dan Solusi


Berikut ini contoh prosedur deteksi dan solusi yang merupakan hasil
penghimpunan dari pengetahuan seorang ibu untuk mengatasi persoalan bayi
yang menagis. Dan pengetahuan seorang montir untuk mengetahui
persoalan mobil yang mogok:

KASUS BAYI MENAGIS


Prosedur deteksi dan solusi
Apakah bayi = kepanasan ?
JIKA bayi = panas MAKA ganti pakaian, beri bedak dan nyalahkan
kipas angin
Apakah bayi = kencing?
JIKA bayi = kencing MAKA ganti pakaian, beri bedak
Apakah bayi = lapar?
Jika bayi = lapar MAKA beri susu
Apakah bayi = digigit semut?
JIKA bayi = digigit semut MAKA bersihkan dan beri salep
Apakah bayi = berak?
JIKA bayi = berak MAKA bersihkan dan beri bedak

Dst...

KASUS MOBIL MOGOK


Prosedur deteksi dan solusi
Apakah bensin = habis?
JIKA bensin = habis MAKA isi tanki bensin
Apakah dinamo stater = terbakar?
JIKA dinamo stater = terbakar MAKA ganti dinamo stater
Apakah listrik accu = habis?
JIKA listrik accu = habis MAKA isi ulang accu
Apakah pembangkit listrik mesin- accu = tidak berfungsi?
JIKA pembangkit listrik mesin- accu = tidak berfungsi MAKA ganti
bagian itu

Dst...

Contoh Lainnya
Prosedur Deteksi Dan Solusi

KASUS KOMPUTER HANG Apakah memori = kotor / mati ?

JIKA memori = kotor MAKA bersihkan

Apakah Vga Card = Kotor / Mati ?


JIKA Vga Card = mati MAKA ganti
Vga Card KASUS WINDOWS EROR Apakah system windows =
rusak ?
JIKA system windows = rusak MAKA Instal ulang
Apakah windows = terkena virus ?
JIKA windows = terkena virus MAKA scan dengan AV

H. Ruang Lingkup Pengembangan SPK


Pengembangan SPK ini didukung oleh berbagai disiplin ilmu, seperti :
1. Sistem Pakar; sistem pakar merupakan program komputer yang
berisikan kealhilan manusia yang dapat digunakan untuk memberikan
nasihat, rekomendasi dan hasil diagnosa terhadap suatu masalah dalam
bidang – bidang tertentu. Sistem pakar dikembangkan untuk membuat
kumpulan pengetahuan yang mengandung informasi yang dikoleksi dari
semua kemungkinan narasumber, terutama dari bantuan para praktisi
yang berpengalaman dalam lingkup pengetahuan dan dapat memberi
penjelasan saat proses berpikir. Sistem ini juga dapat bersimulasi
sebagai seorang guru yang mengajarkan suatu pengetahuan kepada
murudnya melalui komputer.(Peter Kaming, 1997).
2. Programa Linier; programa linier merupakan teknik yang banyak
digunakan dalam Operation Research yang dipandang sebagai teknik
pengambilan keputusan karena pengintegrasian secara serntak dan
pelaksanaan operasi secara berurutan waktunya dengan menggunakan
fasilitas – fasilitas yang tersedia, keputusan yang diambil dengan
memperhitungkan secara kemungkinan kapasiatas sehingga efisiensi
optimal dapat dicapai (Kadarsah, 1998).
3. Analitycal Hierarchy Process Method; AHC adalah sebuah hierarki
fungsional dengan input utamanya berupa presepsi manusia. Dengan
hierarki, semua masalah yang kompleks dan tidak terstruktur dapat
dipecahkan ke dalam kelompok – kelompok, lalu diatur menjadi suatu
bentuk hierarki (Kadarsah, 1998). Pada umumnya, proses penyelesaian
dengan metode AHP adalah sebagai berikut : (Peter Kaming, 1997)
a. Masalah yang kompleks dibuatkan struktur pemikiran yang
menjadi suatu hierarki dengan tingkat – tingkat yang dapat
mewakili elemen atribut yang mempengaruhi tujuan – tujuan dan
keinginan – keinginan dari pengambil keputusan.
b. Masing – masing elemen dibandingkan satu sama yang lain dalam
suatu sistematika yang berskala menurut nilai kepentingan dan
prioritas dari masing – masing hierarki yang ada.
c. Nilai – nilai relatif dari masing – masing alternatif terhadap elemen
kriterianya dalam hierarki dapat menggunakan nilai skala yang
sama.
d. Jumlah nilai dari masing – masing alternatif dapat digradasi dan
analisis sensitivitas dapat dilakukan, sehingga dapat melihat
pengaruh perubahan tersebut. Konsistensi dapat juga dilihat
langsung akibat perubahan tersebut.
4. Teori Fuzzy; teori fuzzy dapat diartikan sebagai teori dasar yang
menggunakan konsep dasar hinpunan fuzzy, atau fungsi keangotaan
yang menyajikan titik pandang seperti pada kerangka himpunan yang
lebih luas dalam praktek. Secara khusus penerapanya adalah pada
bidang klasifikasi pola dan pemrosesan informasi. Teori ini
diklasifikasikan dalam 5 cabang besar, yaitu matematika fuzzy, logika
fuzzy, system fuzzy, teori posibilitas dan optimalisasi multi-kriteria.
(Gunawan Santosa, 2000)
a. Matematika fuzzy. Konsep matematika klasik diperluas dengan
menggunakan himpunan fuzzy. Bidang ilmu didalamnya mencakup
himpunan fuzzy, ukuran fuzzy, analisis fuzzy, relasi dan topologi
fuzzy, dan lain sebagainya.
b. Logika fuzzy dan kecerdasan buatan. Dimana pendekatan logika
klasik dilanjutkan pemakaiannya dan sistem pakar dikembangkan
dengan dasar informasi fuzzy dan penarikan kesimpulan. Bidang
ilmu yang meliput : prinsip logika fuzzy, penarikan kesimpulan,
sistem pakar fuzzy, jaringan saraf fuzzy, dan lain sebagainya.
c. System fuzzy yang memuat kontrol fuzzy dan pendekatan fuzzy
dalam pemrosesan sinyal dan komunikasi. Bidang ilmu di
dalamnya meliiput : desain kontrol, analisis stabilitas fuzzy,
pengenalan pola dan pemrosesan sinyal secara fuzzy, dan lain
sebagainya.
d. Ketidakpastian dan informasi di mana jenis – jenis ketidak pastian
di analisis, topik didalamnya meliput teori posibilitas, ukuran –
ukuran ketidakpastian. Dan lain sebagainya
e. Pembuat keputusan fuzzy yang memikirkan masalah – masalah
optimasi. Bidang ilmu didalamnya meliput optimalisasi multi-
kriteria, pemrograman matematika fuzzy. Dan lain sebagainya.

Anda mungkin juga menyukai