GEOGRAFI BUDAYA
OLEH :
JAMILA (1615140005)
YENNI FEBRIANI (1615140009)
NURUL AFRIANI (1615142010)
MUH. RIZAL DARWIS (1615142012)
Penulis
DAFTAR ISI
A. Latar Belakang
Indonesia terkenal dengan keragaman budayanya. Manusia dan
kebudayaan adalah satu hal yang tidak bisa di pisahkan karena di mana
manusia itu hidup dan menetap pasti manusia akan hidup sesuai dengan
kebudayaan yang ada di daerah yang di tinggalinya.
Manusia merupakan makhluk sosial yang berinteraksi satu sama lain dan
melakukan suatu kebiasaan-kebiasaan yang terus mereka kembangankan
dan kebiasaan-kebiasaan tersebut akan menjadi kebudayaan. Setiap manusia
juga memiliki kebudayaan yang berbeda-beda, itu disebabkan mereka
memiliki pergaulan sendiri di wilayahnya sehingga manusia di manapun
memiliki kebudayaan yang berbeda masing-masing. Perbedaan kebudayaan
disebabkan karna perbedaan yang dimiliki seperti faktor Lingkungan, faktor
alam, manusia itu sendiri dan berbagai faktor lainnya yang menimbulkan
Keberagaman budaya tersebut Seiring dengan berkembangnya teknlogi
informasi dan komunikasi yang masuk ke Indonesia diharapkan dapat dapat
memberikan pengaruh yang positif terhadap kebudayaan masing – masing
daerah, karena kebudayaan merupakan jembatan yang menghubungkan
dengan manusia yang lain.
B. Tujuan Praktek Lapang
1. Untuk memiliki pengetahuan dan sikap positif pada budaya nasional dan
suku budaya bangsa yang menopang pertumbuhan budaya nasional.
2. Untuk memahami peranan kebudayaan dalam membina persatuan dan
kesatuan sikap melalui sikap menghargai dan mencintai budaya suku
bangsanya sendiri.
3. Untuk melakukan observasi tentang posisi permukiman penduduk di
Toraja, mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan hubungan kondisi
geografis dengan distribusi permukiman di Toraja.
4. Untuk melakukan wawancara dengan tokoh atau budayawan masyarakat
Toraja mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan wujud kebudayaan
material dan kebudayaan non material Suku Toraja dalam kaitannya
dengan keadaan geografis daerah itu.
5. Untuk mengamati tempat-tempat yang memiliki bentuk-bentuk
kebudayaan dan nilai budaya Suku Toraja.
C. Manfaat Praktek Lapang
1. Dapat memiliki pengetahuan dan sikap positif pada budaya nasional dan
suku budaya bangsa yang menopang pertumbuhan budaya nasional.
2. Dapat memahami peranan kebudayaan dalam membina persatuan dan
kesatuan sikap melalui sikap menghargai dan mencintai budaya suku
bangsanya sendiri.
3. Dapat melakukan observasi tentang posisi permukiman penduduk di
Toraja, mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan hubungan kondisi
geografis dengan distribusi permukiman di Toraja.
4. Dapat melakukan wawancara dengan tokoh atau budayawan masyarakat
Toraja mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan wujud kebudayaan
material dan kebudayaan non material Suku Toraja dalam kaitannya
dengan keadaan geografis daerah itu.
5. Dapat mengamati tempat-tempat yang memiliki bentuk-bentuk
kebudayaan dan nilai budaya Suku Toraja.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Asal-Usul
Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhi yang
berarti akal. Maka budaya adalah hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal
manusia. Budaya Indonesia adalah seluruh kebudayaan nasional/lokal dan
kebudayaan asing yang telah ada di Indonesia. Budaya nasional adalah
budaya yang benar-benar berasal dari Indonesia sendiri dan lebih dikenal
dengan budaya timur. Sedangkan budaya barat adalah budaya yang berasal
dari luar Negara Indonesia. Budaya nasional di Indonesia sangat beragam dan
dibutuhkan adanya toleransi antar masyarakat.
Tana Toraja merupakan salah satu daya tarik wisata Indonesia, dihuni oleh
Suku Toraja yang mendiami daerah pegunungan dan mempertahankan gaya
hidup yang khas dan masih menunjukkan gaya hidup AUSTRONESIA yang
asli dan mirip dengan budaya Nias. Daerah ini merupakan salah satu obyek
wisata di Sulawesi Selatan. Suku Toraja terkenal akan ritual pemakaman,
rumah adat tongkonan dan ukiran kayunya. Ritual pemakaman Toraja
merupakan peristiwa sosial yang penting, biasanya dihadiri oleh ratusan
orang dan berlangsung selama beberapa hari.
Menurut legenda, nenek moyang orang Toraja berasal dari Hindia
Belakang (Siam). Mereka ber-imigrasi ke daerah selatan untuk mencari
daerah baru. Mereka menggunakan kapal yang menyerupai rumah adat orang
Toraja sekarang ini. Asal-usul tentang pengertian Toraja, ada dua versi. Versi
pertama mengatakan bahwa kata Toraja berasal dari kata “to” yang artinya
orang dan kata “raja” yang artinya raja. Jadi Toraja artinya orang-orang
keturunan raja. Versi lain mengatakan bahwa Toraja berasal dari dua kata
yaitu “to” yang artinya orang dan “ri aja” (bahasa Bugis) yang artinya orang-
orang gunung. Jadi Toraja artinya orang-orang gunung. Kedua versi tersebut
memiliki alasan yang berbeda-beda dan masuk akal.
B. Sejarah
1. Tahun 1926 Tana Toraja sebagai Onder Afdeeling Makale-Rantepao
dibawah Self bestur Luwu.
2. Tahun 1946 Tana Toraja terpisah menjadi Swaraja yang berdiri
berdasarkan Besluit Lanschap Nomor 105 tanggal 8 Oktober 1946.
3. Tahun 1957 berubah menjadi Kabupaten Dati II Tana Toraja berdasarkan
UU Darurat Nomor 3 tahun 1957.
4. UU Nomor 22 tahun 1999 Kabupaten Dati II Tana Toraja berubah
menjadi Kabupaten Tana Toraja.
Nama Toraja mulanya diberikan oleh suku Bugis Sidendereng dan dari
Luwu. Orang Sidendereng menamakan penduduk daerah ini dengan sebutan
To Riaja yang mengandung arti “orang yang berdiam di negeri atas atau
pegunungan”, sedang orang Luwu menyebutnya To Riajang yang artinya
adalah “orang yang berdiam di sebelah barat”. Ada juga versi lain bahwa kata
Toraya asalnya To= Tau (orang), Raya= dari kata Maraya (besar), artinya
orang-orang besar, bangsawan. Lama-kelamaan penyebutan tersebut menjadi
Toraja, dan kata Tana berarti negeri, sehingga tempat pemukiman suku
Toraja dikenal dengan nama Tana Toraja.
C. Ciri Khas Suku Toraja
Salah satu ciri khas suku Toraja adalah tempat pemakamannya. Rante,
yaitu tempat upacara pemakaman secara adat yang dilengkapi dengan 100
buah menhir/megalit, yang dalam bahasa Toraja disebut Simbuang batu. 102
bilah batu menhir yang berdiri dengan megah terdiri dari 24 buah ukuran
besar, 24 buah ukuran sedang, dan 54 buah ukuran kecil. Ukuran menhir ini
mempunyai nilai adat yang sama, perbedaan tersebut hanyalah faktor
perbedaan situasi dan kondisi pada saat pembuatan/pengambilan batu.
D. Kesenian dan Kebudayaan
1. Adat Perkawinan Daerah Sulawesi Selatan
a) Melamar
Dalam melamar ada beberapa tahapan yang harus dijalankan, antara lain
dengan cara pendekatan oleh pihak pria kepada pihak wanita, seperti
menanyakan apa sang gadis masih belum ada ikatan dengan pria lain dan
sebagainya. Bilamana sang gadis masih belum ada ikatan, pihak keluarga pria
mengirim beberapa utusan yang terdiri dari keluarga terdekat sang pria. Tugas
mereka adalah untuk melamar sang gadis secara resmi yang disebut massuro.
Bila lamaran diterima oleh pihak wanita, maka kedua pihak lalu berembuk
untuk menetapkan besarnya mas kawin atau sompa, juga biaya perkawinan
dan hari yang baik untuk melangsungkan pernikahan.
b) Persiapan dan Upacara Pernikahan
Beberapa hari menjelang pernikahan, keluarga mengadakan mappaci, yaitu
malam berbedak, bersolek, dan memerahi kuku atau berinai. Pada hari yang
telah ditetapkan, kedua mempelai melakukan akad nikah menurut agama
Islam yang dilakukan oleh penghulu, kemudian kedua mempelai melakukan
upacara adat, yaitu mempelai pria menyentuh salah satu anggota badan
mempelai wanita, seperti ibu jari atau tengkuk. Itu berarti bahwa mempelai
wanita telah syah menjadi mempelai pria. Setelah itu, keluarga
mempersandingkan kedua pengantin di pelaminan, disaksikan oleh para tamu.
Seluruh upacara perkawinan yang diramaikan dengan pesta ini berlangsung di
rumah mempelai wanita dan upacara ini dinamakan marola.
c) Pakaian Pengantin
Pakaian pengantin pria dari Bugis-Makasar berupa baju jas model tertutup
yang disebut baju bella dada, kain sarung songket yang disebut rope. Di
pinggang bagian depan terselip sebuah keris pasang timpo (keris yang
terbungkus emas separuhnya) atau keris tataroppeng (keris yang terbungkus
emas seluruhnya), sedangkan di kepala terdapat hiasan kepala yang disebut
sigara. Pengantin wanita memakai baju bodo, kain sarung songket atau rope,
dan selendang di bahu. Sanggul pengantin wanita berhiaskan kembang
goyang dan perhiasan lainnya berupa kalung bersusun, sepasang bassa atau
gelang panjang bersusun, dan anting-anting.
2. Lagu-Lagu khas Toraja
a) Siulu’
b) Lembang Sura’
c) Marendeng Marampa’
d) Siulu’ Umba Muola
e) Passukaranku
f) Katuoan Mala’bi’
g) Susi Angin Mamiri
h) Kelalambunmi Allo
i) Tontong Kukilalai
Lampako Mampie adalah sebuah taman suaka margasatwa yang berada di
Pulau Sulawesi dengan luas hampir 2000 ha. Suaka margasatwa ini tepatnya
berada di bagian barat Provinsi Sulawesi Selatan yang berlokasi pada
kabupaten Polewali Mamasa. Kondisi lapangan dari taman suka margasatwa
tersebut terdiri atas daerah wet land yang terdiri dari daerah berawa-rawa
dengan secondary forest seluas 300 ha swamp forest dan beberapa daerah
isolasi mangrove. Daerah suaka margasatwa ini merupakan daerah yang
sangat penting bagi tumbuhan dan hewan. Hewan utamanya adalah burung
Mandar Sulawesi atau Ballidae atau Celebes Rails (Aramidopsis plateni) yang
merupakan burung endemis yang hidup pada kawasan tersebut. Disamping
itu, kawasan ini juga merupakan daerah untuk berkembang biak beberapa
hewan lainnya, bahkan menjadi tempat persinggahan burung-burung yang
bermigrasi.
Dengan melihat dari berbagai pengertian ekowisata, potensi yang dimiliki
oleh daerah tersebut, pengelolaan kawasan suaka yang mulai ditangani daerah
dan keinginan masyarakat lokal untuk dapat membangun sebuah kawasan
yang berasaskan lingkungan hidup, sehingga timbulah keinginan masyarakat
daerah tersebut untuk dapat mengelola langsung kawasan suaka ini dengan
tetap memperhatikan alam, disamping mereka juga mendapatkan insentif
secara ekonomis untuk kelangsungan anak.
BAB III
METODE PELAKSANAAN PRAKTEK LAPANG
A. Kesimpulan
Tana Toraja adalah salah satu tempat konservasi peradaban budaya
PROTO MELAYU AUSTRONESIA yang masih terawat hingga kini.
Kebudayaan adat istiadat, seni musik, seni tari, seni sastra lisan, bahasa,
rumah, ukiran, tenunan dan kuliner yang masih sangat Tradisional, membuat
Pemerintah Indonesia mengupayakan agar Tana Toraja bisa dikenal di dunia
Internasional, salah satunya adalah mencalonkan Tana Toraja
ke UNESCO untuk menjadi Situs Warisan Dunia UNESCO sejak tahun 2009.
B. Saran
Adapun saran yang bisa menjadi indikator untuk titik temu dari kebenaran
yang sebenarnya adalah :
Pemerintah sebaiknya lebih memperhatikan kelestarian budayanya, agar
budaya-budaya itu masih tetap selalu ada tidak hilang dari masyarakat Tana
toraja. Meningkatkan kemampuan penduduk dalam mengelolah sarana
pariwisata yang ada sehingga dapat menyerap tenaga kerja dan meningkatkan
pendapatan penduduk yang memadai
DAFTAR PUSTAKA