Anda di halaman 1dari 25

KASUS UJIAN

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. Tineke Batas
Umur : 60 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat/Tanggal Lahir : Kaweng, 5 Maret 1956
Status perkawinan : Sudah menikah
Pendidikan terakhir : SD
Kelas : VI ( Enam)
Sekolah : SD GMIM Kaweng
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Suku /Bangsa : Minahasa / Indonesia
Agama : Kristen
Alamat sekarang : Teling atas Ling VI, Manado
Tanggal pemeriksaan : 19 Januari 2017
Tempat pemeriksaan : Rumah

II. RIWAYAT PSIKIATRIK


Riwayat psikiatri diperoleh dari :
Autoanamnesis dengan:
 Ny Tineke Batas, 60 tahun, pasien sendiri.

A. Keluhan Utama
Tidak dapat tidur kurang lebih 3 bulan yang lalu.

1
B. Riwayat Gangguan Sekarang
Dari autoanamnesis didapatkan pasien merasa tidak bisa tidur sejak 3
bulan yang lalu, pasien merasa sulit jatuh tertidur. Pada suatu waktu pasien hanya
menutup mata di tempat tidur tapi tidak benar-benar tertidur sampai pagi, pernah
juga tertidur hanya sekitar 10 menit kemudian langsung terbangun dan tidak dapat
tidur kembali. Jika tidak tertidur pasien hanya berdiam diri di tempat tidur.
Keesokan paginya pasien bangun dan masih dapat melakukan pekerjaan rumah
tangga seperti memasak nasi, menyapu, mencuci baju. Setelah itu pasien hanya
duduk di ruang tamu dan berusaha tidur namun tidak bisa. Pasien merasa pusing
berputar jika bangun pada pagi hari berlangsung sekitar 15 menit hanya terjadi
jika ia tidak tertidur malam sebelumnya. Pasien sempat pergi ke dokter untuk
menanyakan keluhan pusing berputarnya dan pasien didiagnosis vertigo sejak 1
bulan yang lalu. Saat ditanyakan apakah pasien merasa dirinya tidak berguna
pasien menyangkal, karena masih bisa melakukan beberapa pekerjaan rumah
tangga. Demikian juga saat ditanyakan apakah pernah terpikirkan untuk
menyakiti diri sendiri atau bunuh diri, pasien menyangkal. Pasien berkata dia
masih dapat memusatkan perhatian walaupun tidak bertahan dengan lama karena
merasa pusing. Pasien mengaku kehilangan berat badan sebanyak 6 kg. Pasien
juga mengaku ia kehilangan nafsu makan, dan hanya mengonsumsi bubur 2 kali
sehari. Keadaan ini belum pernah dirasakan pasien sebelumnya. Menurut pasien
keluhan ini dirasakan sejak 3 bulan yang lalu saat anaknya yang laki-laki bercerai
dengan istri pertamanya, kemudian menikah lagi dengan istri yang baru yang
sekarang tinggal bersama pasien. Pasien juga mengkhawatirkan keadaan
suaminya yang sakit asam urat dan tidak bisa bekerja lagi. Oleh karena suami
pasien tidak bisa bekerja, maka anak pasien yang laki-laki menjadi penyokong
utama ekonomi keluarga, dan ini juga membuat pasien merasa khawatir dengan
masalah keuangan. Pasien juga berkata dia memang sulit tidur tapi pada keesokan
harinya pasien masih dapat mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Anak menantu
pasien sangat khawatir dengan pasien sehingga dia berhenti dari pekerjaan
sebelumnya sebagai mitra kerja rumah tangga, dan membuka usaha laundry di

2
rumahnya. Anak menantunya mengaku pasien kehilangan berat badan hingga
terlihat sangat kurus, dan makan hanya sedikit, walau dipaksa untuk makan
pasien tetap tidak mau. Anak menantunya pernah membawa pasien ke dokter
umum karena keluhan tidak bisa tidur, namun setelah diberikan obat pasien tidak
merasakan adanya perubahan, sehingga ia mengikuti saran seorang tetangga yang
mengarahkannya pada pengobatan alternatif, dan pasien tidak minum obat dari
dokter. Sekitar 2 minggu terakhir pasien masih juga tidak mengalami perubahan
sehingga anak menantunya membawa pasien ke psikiater. Setelah mendapat obat,
pasien mengaku sudah bisa tertidur dan nafsu makan kembali baik. Dalam 2
minggu terakhir berat badan pasien meningkat 2 kg, dan dapat beraktivitas seperti
biasa.

C. Riwayat Gangguan Sebelumnya


1. Riwayat gangguan psikiatri
Keluhan utama dirasakan sejak 3 bulan yang lalu, dan sebelumnya tidak
pernahs ama sekali
2. Riwayat gangguan medis umum
Menurut anak menantunya, pasien mengidap hipertensi sejak usia 50 tahun,
dan rutin minum valsartan 80 mg setiap pagi. Riwayat kolesterol tinggi sejak
7 tahun lalu, tidak minum obat. Pasien juga menderita vertigo sejak 1 bulan
yang lalu. Saat ini pasien sering kontrol ke puskesmas setiap minggu untuk
memeriksakan kesehatannya, dan belakangan diketahui asam urat meningkat,
namun belum diberikan obat oleh dokter.
3. Riwayat penggunaan zat psikoaktif
Pasien tidak mengonsumsi zat psikoaktif.

3
III. RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI
A. Prenatal dan Perinatal
Pasien adalah anak kelima dari sepuluh bersaudara. Orang tua pasien
sudah lama meninggal, dan kakak pasien tersisa 2 orang, dan 5 orang adik
pasien tinggal terpisah dengan keluarganya masing-masing.

B. Masa Kanak Awal (usia 0-3 tahun)


Pasien sama sekali tidak ingat tentang masa kanak awal.

C. Riwayat masa kanak pertengahan (usia 4-11 tahun)


Menurut pasien, pasien tidak memilki masalah dalam berkomunikasi
dengan orangtuanya. Pasien menyayangi dan senang juga bermain dengan
saudaranya.
Pasien sering mendapat juara kelas. Saat di sekolah dasar dulu, pasien
sering ditunjuk untuk menjadi pemandu paduan suara setiap kali upacara
bendera dilaksanakan. Pasien selalu naik kelas, namun karena keadaan
ekonomi orang tua, pasien tidak dapat melanjutkan pendidikannya.

D. Riwayat masa kanak akhir dan remaja


Hubungan sosial pasien baik, pasien mudah bergaul dan memiliki
banyak teman baik perempuan maupun laki-laki.

E. Riwayat Masa Dewasa


1. Riwayat pendidikan
Pasien memulai pendidikannya di Sekolah Dasar (SD) GMIM Kaweng,
dan selalu naik kelas serta tamat tepat waktu. Setelah tamat SD, pasien
tidak melanjutkan pendidikannya dengan alasan keadaan ekonomi orang
tua yang tidak mampu.
2. Riwayat pekerjaan

4
Pasien bekerja sebagai ibu rumah tangga. Selain itu pasien juga
mempunyai usaha warung di depan rumahnya.
3. Riwayat psikoseksual
Pasien berpacaran 2 seumur hidupnya. Pasien tidak memiliki masalah
psikoseksual
4. Riwayat pernikahan
Pasien menikah pada tahun 1984, pada usia 28 tahun. Pasien dikaruniai
seorang anak laki-laki yang sekarang berusia 31 tahun dan sudah menikah.
5. Riwayat beragama
Pasien beragama Kristen Protestan. Pasien sempat menjadi UPK Kaum
ibu di gerejanya. Namun sejak sakit, pasien tidak lagi aktif dalam
pelayanannya.
6. Aktivitas sosial
Pasien adalah seorang yang mudah bergaul dengan lingkungan tempat
pasien tinggal. Pasien juga memiliki hubungan yang sangat baik dengan
seluruh anggota keluarga baik suami dan keluarga anaknya.
7. Riwayat pelanggaran hukum
Pasien tidak memiliki riwayat pelanggaran hukum dan tidak pernah
berurusan dengan pihak kepolisian.
8. Situasi kehidupan sekarang
Pasien sekarang tinggal di rumahnya di kelurahan Teling atas ling. VI ,
kota Manado. Pasien tinggal bersama suami, anak menantu dan cucunya.
Rumah pasien merupakan rumah milik sendiri dengan dinding batu,
beratapkan seng, berlantai semen mesel. Di rumah tersebut terdapat empat
kamar dan satu kamar mandi.

5
Denah rumah

Kamar Kamar
Tidur Tidur
Dapur

Ruang Tamu
Kamar Kamar
Tidur Mandi
Kamar Tidur

9. Riwayat keluarga
Pasien merupakan anak kelima dari sepuluh bersaudara. Dua kakaknya
telah meninggal dan saudara yang lainnya telah hidup terpisah dengan
keluarganya masing-masing.
Genogram

Keterangan:

: Sudah meninggal

: Laki-laki

: Perempuan

: Pasien

6
F. Persepsi pasien terhadap diri dan kehidupannya
1.Persepsi pasien tentang dirinya dan kehidupannya
Pasien merasa bahwa dirinya sakit, pasien tahu faktor penyebab sakitnya
apa, dan ingin mencari pengobatan
2.Persepsi pasien terhadap keluarga
Pasien mengatakan suaminya dan anak serta anak menantunya adalah
orang baik dan sabar yang selalu memperhatikannya. Pasien juga
mengatakan ia sangat menyayangi cucunya yang masih SD.

3.Persepsi keluarga terhadap pasien


Keluarga menyadari penyakit yang diderita oleh pasien dan mau
memberikan dukungan secara aktif kepada pasien agar rutin minum obat
dan bisa sembuh dari sakit yang diderita.

IV. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL


A. Deskripsi Umum
1. Penampilan
Pasien adalah seorang perempuan, usia 60 tahun, tampak sesuai umur,
warna kulit kuning langsat, rambut hitam. Pasien berpakaian baju kaos
berwarna putih, celana pendek hitam, bersih, ekspresi wajah sesuai. Pasien
juga melakukan kontak mata dengan pemeriksa. Saat diwawancarai,
pasien sementara menonton televisi.

2. Perilaku dan aktivitas psikomotor


Selama wawancara, pasien terlihat tenang. Pasien dapat merespon saat
diucapkan salam. Pasien tidak menghindari kontak mata. Selama
wawancara, pasien dapat menjawab pertanyaan dengan baik dan mencapai
point yang diharapkan.

7
3. Sikap terhadap pemeriksa
Pasien sangat kooperatif pada saat menjawab setiap pertanyaan dan
perilaku pasien sopan. Pasien menunjukkan sifat terbuka terhadap setiap
pertanyaan yang diberikan padanya

B. Mood dan Afek


1) Mood : Eutimia
2) Afek : Luas
3) Keserasian : Serasi

C. Bicara
Kualitas : spontan, volume sedang, suara jelas, artikulasi baik.
Kuantitas : pasien menjawab pertanyaan dengan penjelasan yang
baik.
Hendaya berbahasa : tidak ada hendaya berbahasa.

D. Gangguan Persepsi
Tidak ada gangguan persepsi.

E. Pikiran
1) Arus Pikiran : Koheren
2) Isi pikiran : Waham (-)

8
F. Sensorium dan Kognitif

1. Kesiagaan dan tingkat kesadaran : compos mentis

2. Orientasi :
- Orientasi waktu : Tidak terganggu. Pasien dapat menentukan saat
diperiksa adalah malam hari.
- Orientasi tempat : Tidak terganggu. Pasien sadar sedang berada di
rumahnya.
- Orientasi orang : Tidak terganggu. Pasien dapat mengenali orang-
orang di sekitarnya

3. Daya ingat :
- Jangka panjang : Tidak terganggu. Pasien dapat menceritakan
peristiwa yang penting beberapa bulan lalu
dengan baik.
- Jangka pendek : Tidak terganggu. Pasien masih dapat mengingat
rutinitas beberapa hari lalu yang ia lakukan.
- Segera : Tidak terganggu. Pasien mampu mengulang apa
yang diucapkan oleh pemeriksa.
- Baru : Tidak terganggu.

4. Konsentrasi dan perhatian


Baik. pasien dapat mempertahankan komunikasi dengan pemeriksa dan
dapat melakukan tatapan mata ketika diajak berkomunikasi

5. Kapasitas membaca dan menulis: baik


6. Kemampuan visuospatial: baik
7. Pengendalian impuls: Pasien mengikuti wawancara dalam waktu
yang cukup lama dengan tenang.

9
8. Kemampuan menolong diri sendiri: makan dan minum dilakukan
sendiri
9. Pertimbangan dan uji daya nilai
Daya nilai sosial : Baik
Uji daya nilai : Baik
10. Reliabilitas: Penjelasan yang diberikan pasien dapat dipercaya
11. Derajat tilikan: Derajat tilikan (insight) 6, dimana pasien tahu bahwa
ia sakit, ia tahu faktor penyebabnya apa, dan ia mencari pertolongan
untuk mengobati sakitnya tersebut.

V. PEMERIKSAAN DIAGNOSIS LEBIH LANJUT / PEMERIKSAAN FISIK


INTERNA DAN NEUROLOGI

A. Status Interna
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda vital : T : 130/80 mmHg, N : 90 x/m, R : 19 x/m
S : 36,7ºC
Kepala : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterus -/-
Thoraks : Simetris kiri = kanan
Jantung : SI-SII regular normal, bising (-)
Paru : Suara pernapasan vesikuler, ronki -/-,
Wheezing -/-
Abdomen : Datar, lemas, peristaltik (+) normal, hepar dan
lien : Tidak teraba
Ekstremitas : Akral hangat Edema (-), turgor kembali cepat <
2 detik

10
B. Status Neurologi
1. GCS : E4M6V5
2. Mata : Gerakan normal, searah, pupil bulat, isokor, diameter
3mm/3mm, reflex cahaya (+/+).
3. Pemeriksaan nervus kranialis
a. N. olfaktorius (N.I)
Tidak dievaluasi.
b. N. optikus (N.II)
Tidak dievaluasi.
c. N. okulomotorius (N.III), n. trochlearis (N.IV), n. abducens (N.VI)
Selama wawancara dapat diamati bahwa pasien memliki gerakan bola
mata yang wajar.
d. N. trigeminus (N.V)
Selama wawancara berlangsung terlihat wajah pasien simetris.
e. N. facialis (N.VII)
Selama wawancara berlangsung terlihat wajah pasien simetris.
f. N. vestibulocochlearis (N.VIII)
Selama wawancara pasien mampu menjawab pertanyaan dengan tepat.
Hal ini memberi kesan bahwa pendengaran pasien normal. Saat
berjalan pasien terlihat stabil dan tidak terjatuh.
g. N. glosssopharyngeus (N.IX)
Tidak dilakukan evaluasi
h. N. vagus (N.X)
Tidak dilakukan evaluasi
i. N. aksesorius (N.XI)
Selama wawancara berlangsung terlihat bahwa pasien dapat
menggerakkan kepalanya ke kiri dan kanan, hal ini menandakan
bahwa fungsi Nervus Aksesorius pasien dalam keadaan normal.

11
j. N. hypoglossus (N.XII)
Tidak dilakukan evaluasi.
Ekstrapiramidal sindrom : Tidak ditemukan ada gejala ekstrapiramidal
(Tremor,bradikinesia, rigiditas).

VI. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA


Berdasarkan anamnesis didapatkan pasien perempuan umur 60 tahun,
sudah menikah, pendidikan terakhir SD, pekerjaan saat ini sebagai ibu rumah
tangga. Pasien merupakan anak kelima dari sepuluh bersaudara, suku Minahasa,
Kebangsaan Indonesia. Agama pasien Kristen. Pasien tinggal bersama suami,
anak, menantu, dan cucunya.
Pasien berobat ke poli jiwa RS Prof. dr. V. L. Ratumbuysang sekitar 2
minggu yang lalu ditemani anak menantunya dengan keluhan sulit tidur,
penurunan nafsu makan, dan berat badan menurun. Saat ditanyakan apakah pasien
merasa dirinya tidak berguna pasien menyangkal, karena masih bisa melakukan
beberapa pekerjaan rumah tangga. Demikian juga saat ditanyakan apakah pernah
terpikirkan untuk menyakiti diri sendiri atau bunuh diri, pasien menyangkal.
Pasien berkata dia masih dapat memusatkan perhatian walaupun tidak bertahan
dengan lama karena merasa pusing. Pasien mengaku kehilangan berat badan
sebanyak 6 kg. Pasien belum pernah mengalami kejadian seperti ini sebelumnya.

Pasien juga mengkhawatirkan keadaan suaminya yang sakit asam urat dan
tidak bisa bekerja lagi. Oleh karena suami pasien tidak bisa bekerja, maka anak
pasien yang laki-laki menjadi penyokong utama ekonomi keluarga, dan ini juga
membuat pasien merasa khawatir dengan masalah keuangan.
Berdasarkan status mental ditemukan pasien mempunyai psikomotor
tenang, artikulasi baik, volume sedang, pasien menoleh saat dipanggil namanya.
Pasien kooperatif saat diwawancarai, arus pikir koheren, mood eutimia, afek
luas dan serasi. Daya nilai sosial baik, uji daya nilai baik. Derajat tilikan
(insight) 6, dimana pasien tahu bahwa dia sakit, tahu bahwa sumber penyakit

12
berasal dari dalam dirinya, dan ada rencana untuk meminta bantuan,
pengobatan, pertolongan orang lain untuk sembuh.

VII. FORMULASI DIAGNOSTIK


Kriteria gangguan jiwa yaitu terdapat suatu kelompok gejala atau perilaku
yang secara klinis ditemukan bermakna dan yang disertai dengan penderitaan
(distress), dan yang berkaitan dengan terganggunya fungsi sosial atau pekerjaan
seseorang (disfungsi/hendaya). Pasien ini memenuhi seluruh kriteria gangguan
jiwa.
Pada aksis I, ditemukan adanya dua dari gejala depresi utama, dan dua
dari gejala lainnya menurut PPDGJ III. Gejala depresi utama antara lain: afek
depresif, kehilangan minat dan kegembiraan, dan berkurangnya energi yang
menuju meningkatnya keadaan mudah lelah dan menurunnya aktivitas. Gejala
depresi lainnya antara lain: konsentrasi dan perhatian berkurang, harga diri dan
kepercayaan diri berkurang, gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna,
pandangan masa depan yang suram dan pesimistis, gagasan atau perbuatan
membahayakan diri atau bunuh diri, tidur terganggu, nafsu makan berkurang.
Diagnosis pasien ini termasuk episode depresif ringan.
Pada aksis II, didapatkan kesan bahwa pasien tidak memiliki ciri
kepribadian yang khas.
Pada aksis III, pasien memiliki riwayat hipertensi sejak usia 50 tahun, dan
setelah dilakukan pengukuran tekanan darah, didapatkan nilai 130/80, sehingga
diagnosis aksis III pasien ini adalah hipertensi terkontrol.
Pada aksis IV, masalah berkaitan dengan kehidupan keluarga pasien. Pada
pasien ini, didapatkan stressor berupa khawatir akan keadaan suaminya yang sakit
asam urat dan sudah tidak bisa bekerja, kehidupan rumah tangga anaknya yang
tidak harmonis dan menyebabkan anaknya menikah dua kali, dan penyokong
ekonomi utama dalam keluarga adalah anaknya.

13
Pada aksis V, yaitu GAF current : 80 – 71, terdapat beberapa gejala
sementara dan dapat diatasi, disabilitas ringan dalam fungsi sosial dan pekerjaan,
secara umum masih baik. GAF HLPY (High Level Past Year) : 90 – 81, terdapat
beberapa gejala minimal, berfungsi baik, tidak lebih dari masalah harian yang
biasa, secara umum masih baik.

VIII. DIAGNOSIS MULTIAKSIAL


- Aksis I : Episode depresif ringan
- Aksis II : Tidak ada ciri kepribadian khas
- Aksis III : Hipertensi terkontrol
- Aksis IV : Pasien merasa khawatir akan keadaan suaminya yang sakit
dan tidak dapat bekerja, kehidupan rumah tangga anaknya yang tidak
harmonis, dan masalah keuangan keluarga
- Aksis V : GAF-Current : 80 – 71
GAF-HLPY (High Level Past Year) : 90 – 81
Terdapat beberapa gejala minimal, berfungsi baik, tidak lebih dari
masalah harian yang biasa, secara umum masih baik.

IX. DAFTAR MASALAH


a. Organobiologik
Dalam keluarga pasien tidak ada yang sakit seperti ini.
b. Psikologi
Pasien tidak bisa tidur, nafsu makan berkurang, dan berat badan menurun
c. Lingkungan dan sosial ekonomi
Pasien bekerja sebagai ibu rumah tangga dan terlihat bahwa status ekonomi
pasien adalah kurang mampu.

14
X. RENCANA TERAPI
A. Psikofarmaka :
Fluoxetine 20 mg 1x1 tablet/hari
Alprazolam 0,5 mg 0-0-1

B. Edukasi
 Memberikan informasi kepada pasien agar memahami gangguannya lebih
lanjut, cara pengobatan, efek samping yang dapat muncul, dan efek
ketergantungan terhadap obat yang dipakai.
 Memberikan informasi kepada keluarga mengenai berbagai kemungkinan
penyebab penyakit, perjalanan penyakit, dan pengobatan sehingga
keluarga dapat memahami dan menerima kondisi pasien untuk minum
obat dan kontrol secara teratur serta mengenali gejala-gejala depresi.
 Memberikan psiko-edukasi yaitu menyampaikan informasi kepada
keluarga mengenai kondisi pasien dan menyarankan untuk selalu
memberikan dukungan selama masa pengobatan.

XI. PROGNOSIS
1. Ad vitam : dubia ad bonam
2. Ad fungsionam : dubia ad bonam
3. Ad sanationam : dubia ad bonam

XII. DISKUSI
A. Diagnosis
Depresi merupakan gangguan mood yang paling banyak ditemukan.
Depresi adalah suatu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan
dengan alam perasaan yang sedih dengan gejala penyerta termasuk perubahan

15
pola tidur, nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, anhedonia, kelelahan, rasa
putus asa, tak berdaya dan gagasan bunuh diri.1

Menurut PPDGJ III, episode depresi dibagi tiga menurut derajat


keparahannya, yaitu ringan, sedang, dan berat.

Kriteria diagnosis untuk episode depresif meliputi:2


Gejala utama
- Afek depresif
- Kehilangan minat dan kegembiraan, dan
- Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah (rasa
lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) dan menurunnya aktivitas

Gejala lainnya:
- Konsentrasi dan perhatian berkurang,
- Harga diri dan kepercayaan diri berkurang
- Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna
- Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis
- Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri
- Tidur terganggu
- Nafsu makan berkurang
Untuk episode depresif dari ketiga tingkat keparahan tersebut diperlukan masa
sekurang-kurangnya 2 minggu untuk penegakan diagnosis, akan tetapi periode lebih
pendek dapat dibenarkan jika gejala luar biasa beratnya dan berlangsung cepat.
Kategori diagnosis episode depresif ringan, sedang, dan berat hanya digunakan untuk
episode depresi tunggal (yang pertama). Episode depresif berikutnya harus
diklasifikasi di bawah salah satu diagnosis gangguan depresif berulang.

Untuk episode depresif ringan, harus ada sekurang-kurangnya 2 dari 3 gejala utama
depresi, ditambah sekurangnya 2 dari gejala lainnya, tidak boleh ada gejala yang

16
berat diantaranya. Lama seluruh episode berlangsung sekurangnya sekitar 2 minggu,
dan hanya terdapat sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan sosial yang biasa
dilakukannya.
Untuk episode depresif sedang, harus ada sekurang-kurangnya 2 dari 3 gejala depresi
utama, ditambah sekurangnya 3 dari gejala lainnya, dan menghadapi kesulitan nyata
untuk meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan dan urusan rumah tangga.
Sedangkan untuk episode depresif berat dibagi menjadi dua, yaitu tanpa gejala
psikotik dan dengan gejala psikotik. Pada episode depresif berat tanpa gejala psikotik,
harus terdapat 3 gejala utama ditambah sekurangnya 4 gejala lainnya, dan beberapa
diantaranya harus berintensitas berat. Pada episode ini sangat tidak mungkin bagi
pasien untuk meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan atau urusan rumah tangga.
Sedangkan untuk episode depresif berat dengan gejala psikotik, semua kriteria di atas
harus ada, dan disertai dengan waham, halusinasi atau stupor depresif. Waham
biasanya melibatkan ide tentang dosa, kemiskinan atau malapetaka yang mengancam,
dan pasien biasanya merasa bertanggung jawab atas hal itu. Halusinasi auditorik atau
olfatorik biasanya berupa suara yang menghina atau menuduh, atau bau kotoran atau
daging membusuk. 2

B. Patofisiologi
`Timbulnya depresi dihubungkan dengan peran beberapa neurotransmiter
aminergik. Neurotransmiter yang paling banyak diteliti ialah serotonin. Konduksi
impuls dapat terganggu apabila terjadi kelebihan atau kekurangan neurotransmiter di
celah sinaps atau adanya gangguan sensitivitas pada reseptor neurotransmiter tersebut
di post sinaps sistem saraf pusat.
Pada depresi telah di identifikasi 2 sub tipe reseptor utama serotonin yaitu
reseptor 5HTIA dan 5HT2A. Kedua reseptor inilah yang terlibat dalam mekanisme
biokimiawi depresi dan memberikan respon pada semua golongan anti depresan.

Beberapa peneliti menemukan bahwa selain serotonin terdapat pula sejumlah


neurotransmiter lain yang berperan pada timbulnya depresi yaitu norepinefrin,

17
asetilkolin dan dopamin.2 Sehingga depresi terjadi jika terdapat defisiensi relatif satu
atau beberapa neurotransmiter aminergik pada sinaps neuron di otak, terutama pada
sistem limbik. Oleh karena itu teori biokimia depresi dapat diterangkan sebagai
berikut :

1. Menurunnya pelepasan dan transport serotonin atau menurunnya kemampuan


neurotransmisi serotogenik.
2. Menurunnya pelepasan atau produksi epinefrin, terganggunya regulasi
aktivitas norepinefrin dan meningkatnya aktivitas alfa 2 adrenoreseptor
presinaptik.
3. Menurunnya aktivitas dopamin.
4. Meningkatnya aktivitas asetilkolin.

Teori yang klasik tentang patofisiologi depresi ialah menurunnya neurotransmisi


akibat kekurangan neurotransmitter di celah sinaps. Ini didukung oleh bukti-bukti
klinis yang menunjukkan adanya perbaikan depresi pada pemberian obat-obat
golongan SSRI (Selective Serotonin Re-uptake Inhibitor) dan trisiklik yang
menghambat re-uptake dari neurotransmiter atau pemberian obat MAOI (Mono
Amine Oxidasi Inhibitor) yang menghambat katabolisme neurotransmiter oleh enzim
monoamin oksidase.

Belakangan ini dikemukakan juga hipotesis lain mengenai depresi yang


menyebutkan bahwa terjadinya depresi disebabkan karena adanya aktivitas
neurotransmisi serotogenik yang berlebihan dan bukan hanya kekurangan atau
kelebihan serotonin semata. Neurotransmisi yang berlebih ini mengakibatkan
gangguan pada sistem serotonergik, sehingga depresi timbul karena dijumpai
gangguan pada sistem serotogenik yang tidak stabil. Hipotesis yang belakangan ini
dibuktikan dengan pemberian anti depresan golongan SSRE (Selective Serotonin Re-
uptake Enhancer) yang justru mempercepat re-uptake serotonin dan bukan
menghambat. Dengan demikian maka turn over dari serotonin menjadi lebih cepat

18
dan sistem neurotransmisi menjadi lebih stabil yang pada gilirannya memperbaiki
gejala-gejala depresi.
Mekanisme biokimiawi yang sudah diketahui tersebut menjadi dasar penggunaan dan
pengembangan obat-obat anti depresan.

C. Penatalaksanaan

Obat anti depresan digunakan pada episodik depresif ringan. Obat anti
depresan yang dipilih pada pasien ini adalah Fluoxetine. Fluoxetine merupakan
anti depresan golongan SSRI (Selective Serotonine Re-uptake Inhibitor).
Mekanisme kerja obat ini sesuai dengan hipotesis yang mengatakan bahwa
depresi disebabkan oleh defisiensi relatif salah satu atau beberapa “aminergic
neurotransmitter” (noradrenaline, serotonin, dopamine) pada celah sinaps neuron
di susunan saraf pusat (khususnya pada sistem limbik) sehingga aktivitas reseptor
serotonin menurun.Obat golongan SSRI bekerja menghambat re-uptake aminergic
neurotransmitter dan menghambat penghancuran oleh enzim “Monoamine
Oxidase”, sehingga terjadi peningkatan jumlah aminergic neurotransmitter pada
celah sinaps neuron tersebut yang dapat meningkatkan aktivitas serotonin.3

Alprazolam merupakan obat anti ansietas golongan benzodiazepin.


Penggunaan obat ini sesuai dengan hipotesis yang mengatakan bahwa ansietas
disebabkan oleh hiperaktivitas dari sistem limbik susunan saraf pusat yang terdiri
dari “dopaminergic, noradrenergic, serotonergic neurons” yang dikendalikan
oleh GABA-ergic neurons (Gamma amino buteric acid, suatu neurotransmitter
yang bersifat inhibitorik). Alprazolam dipilih pada pasien ini karena Alprazolam
adalah obat anti ansietas yang memiliki efek sedatif yang kuat, “onset of action”
yang lebih cepat, dan mempunyai komponen efek anti-depresi. Selain itu pada
pasien ini ditemukan gejala initial insomnia dimana pasien kesulitan untuk
memulai tidur, sehingga anti ansietas golongan benzodiazepine efektif untuk
mengatasi gejala ini.4

19
XIII. KESIMPULAN
1. Diagnosis pasien adalah episode depresif ringan
2. Perlu adanya psikoterapi suportif serta pengobatan medikamentosa untuk
membantu pasien menghadapi stressor yang dihadapinya.
3. Perlu dilakukan edukasi kepada keluarga agar dapat mengontrol pasien dalam
proses pengobatan. Keluarga perlu tahu kerja obat yang dikonsumsi, efek
samping obat yang mungkin dapat muncul, dan efek ketergantungan obat.

XIV. WAWANCARA PSIKIATRI


Wawancara dilakukan dengan pasien dan anak menantu pasien di
rumahnya, di kelurahan Teling Atas Ling. VI pada tanggal 19 Januari 2017 pukul
18.30 WITA.

Autoanamnesis
Keterangan :
R : Pemeriksa (dokter muda Rion)
T : Pasien

R: selamat sore ibu, saya dokter muda Rion yang tuhari dang bu di RS
Ratumbuysang…
T: oh iyo mari dok maso.. duduk dok..
R: ibu titin so umur berapa dang?
T: so 60 ini dok..
R: ibu kiapa sampe tuhari da berobat dang ibu?
T: memang kita so sempat berobat selama satu tahun, trus, kita pikir masa kita mo
tergantung trus kang? Cuma kwa gara-gara dulu ini vertigo to.. kong nda bisa tidor
sampe 3 bulan, kong jadi kurusss skali kita waktu itu..
Kong sampe kita pe ade bilang pigi jo disana di dokter saraf tu vertigo.. mar rupa nda
ada perubahan kasana da pigi berobat..
R: memang nyanda takurang ibu pe vertigo waktu itu?

20
T: iyo nyanda takurang, kong masih nda tatidor.. apalagi kalo dingin, minum dingin,
makang dingin.. mo jadi no tu vertigo..
Kong sudah no mulai dari situ kita berobat so tekanan so nyanda bisa tidor, kong
disitu berobat satu tahun
R: pigi pa dokter sapa dang?
T: so lupa tu hari sapa yang da trima tuhari…. itu hari le kwa begini.. so ja minum
obat vertigo mar masih ja rasa pusing dang.. waktu itu katu kita nyanda cek darah apa
segala to.. kong sudah no.. pigi di puskes kong puasa.. ternyata cek ni kolesterol kote
tinggi.. deng asam urat le tinggi.. so 1 bulan dorang kase obat minum itu terus abis itu
so nyanda… Cuma gula le ada 160.. gula puasa itu.. dorang kase ada tu obat 500
mili.. kong kita minum Cuma 3 hari da minum aduhhh tiap kali da minum so nda da
kuat.. so lome, trus tu suar adohh brenti.. kong minta ganti dokter kase tu 5 mili..
tetap lome..
Trus dokter kase brenti.. pas cek ulang gula so 105 bulan lalu, besok kita baru mo
priksa ulang.. di puskes.. yang 3 macam itu toh.. kong ada sadiki badiet to satu bulan
itu.. Cuma makang kuah asang, makang ikang bakar, masih agak sadiki nyanda fit.
R: tu da putus 9 bulan itu obat apa?
T: tu da putus itu dok, jujur katu kita ada pigi pa opa dang,, tu opa kase obat kan katu
orang tua to biasa tua tua kampung.. karna mo cari kesembuhan ni biar dorang bilang
so percaya Tuhan Yesus mar Tuhan ada rencana ka bagimana… tu pas 2 minggu
sesudah itu ya sudah noh
R: so bole tatidor dang?
T: sudah so bole tatidor no.
R: masih ja minum tu obat to?
T: ada masih ja minum.. tuhari kita ja minum merlopam.. deng ada tu hari dorang
bilang tu vitamin itu.. tu pertama masih ja menyesuaikan..
R: obat darah tinggi apa dang ja minum?
T: Valsartan itu.. 80 mili..
R: minum tiap apa dang?
T: tiap pagi.. kong stenga kita ja minum

21
R: ibu tuhari kalo nda ja tatidor ibu ja beking apa dang kalo nda tatidor?
T: tuhari Cuma babadiang bagitu no nyanda beking apa-apa.. batahang trus sampe
ayam bakuku..
R: kong de pe besok bagimana? Ibu masih bole bakarja momasa nasi apa bagitu..
T: io dok kita usahakan tiap pagi kita bangun kong beking makanan.. memang masih
lelah kong pusing mar tetap masih bole dapa beking.. kita le ba inga tape suami to so
tua.. so nda bakerja kasiang.. so tua dia..
R: ibu pe suami umur berapa so?
T: so lupa le,, pokoknya beda 18 tahun deng kita dia..
R: ada saki apa so? Asam urat ato darah tinggi?
T: ya kalo asam urat tuhari dia ada.. mar skarang so nda minum obat.. so nyanda apa2
kwa to.. dia ja ba dodu bagitu.. kong kita ja se minum Bcomp;;.. kong d p asam
lambung le ja nae to..
R: ibu ada anak? Anak berapa dang?
T: ada satu. Laki-laki, tinggal di bawah dia..
R: so kaweng?
T: sudah..
R: kong ibu so ada cucu berarti..
T: ada,, tape cucu laki-laki dua-dua batinggal deng kita..
R: ibu berapa basudara dang?
T: torang da 10
R: kong ibu ka brapa?
T: kita ka lima…
R: kalo bapak da brapa basudara kang?
T: dorang da enam, kong dia kadua bungsu..
R: ibu masih ingat SD dimana? SMP dimana?
T: SD tuhari di kaweng.. SD GMIM Kaweng.
R: SMP dang?
T: SMP so nda ta trus.. dari orang tua susah to.. makanya so nda tatrus..
R: ibu ja nae kelas?

22
T: ada ja nae kelas, kong kita le dulu ja dapa tunjung ba palu kalo upacara dang..
tuhari le susah to, jadi kasiang ja pinjam-pinjam buku sisa di perpustakaan, dari
kasiang orang tua Cuma tani to..
R: ibu tuhari kote ibu pe anak ada kaweng ulang ?
T: ada kong dia dapa anak satu le.. jadi so tiga d p anak skarang, tu 2 dari yg pertama,
tu 1 dari yang kadua..ado tuhari kwa dia dok.. musti ja tongka deng doa kasiang.. dia
ja bakalae deng d p istri sampe bakucere..
Kurang ja minta kekuatan dari Tuhan no..
R: ibu tuhari kalo nda ja tatidor pernah Cuma ja babadiam di kamar? Nda ja kaluar-
kaluar kamar misalnya..
T: oh nyanda., kita rasa bagimana sto kalo cma di kamar.. kita lebe suka dimuka
televisi ato di teras duduk-duduk..
R: ibu pe anak kerja apa dang?
T: ada ba servis servis barang,,
R: ibu kerja apa dang selain ibu rumah tangga?
T: Cuma bagini no.. deng usaha warong.. Cuma itu kita pe keseharian dok..
R: berarti yang ja dukung keuangan keluarga sisa anak kang?
T; iyo dok dia pe istri le riki brenti kerja kasiang karna kita saki.. kong dia lebe suka
ba londry di rumah padahal sebelumnya ja pigi jaga orang pe anak.. kong dp anak
katu so kelas 6 SD sekarang dok.. somo SMP..
R: ibu ja ba gereja di mana dang?
T: disini..
R: di gereja mana?
T: GMIM Betel situ..
R: ibu aktif di kaum ibu?
T: aktif dok..
R: ibu pernah jadi UPK ato penatua? Syamas?
T: tuhari dorang pernah pilih pa qt jadi UPK mar ini bapak kwa muslim jadi kalo
dorang ja ibadah sini ja rasa bagitu..
R: mar bapak nda pernah marah to kalo ja datang ibadah sini?

23
T: oh nyanda dok dia tetap kase..
R: berarti ibu kalo maso gereja Cuma ibu deng ibu pe anak mantu?
T: iyo Cuma torang no , deng kita pe cucu
R: kira-kira menurut ibu kiapa dang ibu sampe nda tatidor? Ibu ja pikir-pikir apa so?
T: namanya manusia katu kang dok.. banyak bapikir.. napa kita pe suami so saki,
cukup jo da ba pikir mo makang apa besok.. Tuhan bilang jangan kuatir akan hari
esok, sedangkan burung Dia kase makan apalagi torang, jadi torang pasti nda akan
berkekurangan..
R: kong dokter bilang apa dang tuhari ibu da berobat? Dokter bilang apa dang pa ibu?
T: dapa diagnosa pertama dokter bilang apa.. eee depresi ringan..
R: trus?
T: Cuma itu..
R: ibu tuhari da darah tinggi kata ibu pe tekanan sampe berapa?
T: tuhari dok, 160/80.. karna darah tinggi kita so tako makang, kong kita Cuma
minum susu trus.. kong dia bage di kolesterol
R: mar skarang so bagus to?
T: iyo mar kalo nda ta tidor satu malam dok memang kita pe kapala mo saki…
R: oh iyo so bagus
T: minum kote dulu dok.. so lupa riki hehehe
R: oiyo ibu..
R: oke sudah dang ibu somo pamit pulang, makase banya dang ibu ne atas waktunya..
T: oke makasih banyak dang dok ne so mengunjungi.. Tuhan memberkati..

24
DAFTAR PUSTAKA

1. Kaplan H.I, Sadok B.J. Ilmu Kedokteran Jiwa Darurat, Cetakan I, Widya
Medika, Jakarta, 1998 : 227-229
2. Pedoman Penggolongan Diagnostik Gangguan Jiwa (PPDGJ III), Direktorat
Kesehatan Jiwa Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1993.
3. Maslim R. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. Edisi III.
Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya. PT Nuh Jaya,
2007.
4. Preston J, Johnson J. Clinical Psychopharmacology, made ridiculously simple.
8th Ed. P.34-35

25

Anda mungkin juga menyukai