Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. Marthen Wollah
Umur : 52 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Tempat/tanggal lahir : Lemoh, 15 Maret 1964
Status perkawinan : Sudah menikah
Pendidikan terakhir : SMEA
Perkerjaan : Tani
Suku/bangsa : Minahasa / Indonesia
Agama : Kristen
Alamat sekarang : Lemoh, Dusun 1 kec. Tombariri
Tanggal MRS : 1 Januari 2017
Cara MRS : Pasien datang dibawa oleh keluarganya
Tanggal pemeriksaan : 5 Januari 2017
Tempat pemeriksaan : Ruang Waraney
RS. Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang Manado
Nomor telepon : 08134221xxxx

II. RIWAYAT PSIKIATRI


Riwayat psikiatri diperoleh melalui:

 Autoanamnesis dengan pasien pada tanggal 5 Januari 2017 di Ruang Waraney

RS. Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang Manado.

 Alloanamnesis dengan keluarga pasien pada tanggal 5 Januari 2017 di RS.

Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang Manado.

1
A. Keluhan Utama
Pasien dirawat di RS. Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang Manado dengan
alasan bingung, marah-marah, memukul orang, suka menyimpan sampah di
kantong, dan bicara terus-menerus.

B. Riwayat Gangguan Sekarang


1. Autoanamnesis
Pasien dirawat di RS. Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang Manado dengan
alasan bingung, marah-marah, memukul orang, suka menyimpan sampah di
kantong, dan bicara terus-menerus.
Pasien mengatakan bahwa dia sering marah-marah karena mendengar
suara seorang laki-laki di telinganya. Pasien juga mengatakan ia melihat
bayangan hitam yang datang dan pergi menghilang di balik pintu. Hal ini
terjadi sepanjang malam, sampai membuat pasien hilang kendali, merontak
dan memukul anaknya.
Pasien juga mengatakan bahwa suara-suara tersebut menyuruhnya
melakukan sesuatu. Suara tersebut menyuruh pasien menyakiti anaknya, serta
menyuruh pasien menyimpan daun-daun kering di kantongnya untuk
dijadikan jimat. Terkadang saat tidur pasien mendengar suara berbisik yang
menyuruh pasien mematahkan tangan istrinya, kemudian secara spontan
pasien langsung memegang dan bersiap memelintir tangan istrinya. Selain itu
pasien sering terbangun dari tidur dan berteriak tanpa sebab yang jelas.
Saat ditanyakan pasien menyangkal dirinya bahwa dirinya sakit jiwa.
Menurut pasien, ia sehat dan tidak perlu minum obat. Sekarang pasien sudah
tidak mendengarkan suara-suara dan tidak melihat bayangan tersebut. Pasien
dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan baik seperti makan, minum,
BAK, dan BAB. Pasien tidak mengalami perubahan nafsu makan, dan berat
badan pasien tidak menurun. Namun, pasien mengeluh tidak bisa tidur selama
2 hari terakhir.

2
2. Alloanamnesis dengan istri penderita
Istri pasien mengungkapkan sebelumnya pasien pernah dirawat karena
mengalami hal serupa pada tahun 2000. Saat itu pasien marah-marah tanpa
sebab, bicara kacau, merontak, dan mengancam akan membunuh tetangganya.
Setelah menjalani perawatan di RS Ratumbuysang, pasien mengalami
perubahan dan keluar rumah sakit. Sejak saat itu pasien kembali dapat
menjalankan kesehariannya dengan normal.
Untuk riwayat penyakit sekarang istri pasien mengungkapkan bahwa
penyakit pasien diawali ketika pasien mengetahui bahwa anaknya yang lulus
masuk IPDN tiba-tiba dinyatakan tidak lulus oleh suatu sebab yang tidak jelas
pada bulan April tahun 2016, kemudian pasien merasa sedih dan tertekan.
Pasien kemudian dibawa kembali dengan keluhan yang sama pada
bulan November tahun 2016, ditambah dengan keluhan pasien mendengar
suara-suara yang menyuruhnya melakukan sesuatu. Saat itu pasien pernah
keluar rumah dan tidak kembali, setelah dicari oleh keluarganya, pasien
ditemukan berkeliaran di sekitar sawah tempat bekerjanya dalam keadaan
telanjang. Ketika ditanya mengapa pasien pergi, pasien berkata ada laki-laki
yang menyuruhnya melakukan hal tersebut. Setelah menjalani perawatan
selama seminggu, keadaan pasien membaik dan dipulangkan.
Pada bulan Desember 2016, pasien dibawa kembali ke RSU
Ratumbuysang karena marah-marah tanpa sebab, bicara kacau, mengisi
sampah di kantong, dan memukul anaknya. Pasien langsung dibawa
keluarganya ke RS setelah pasien memukul anaknya. Setelah ditanyakan
apakah pasien tidak minum obat secara teratur, istri pasien menyangkal
dengan alasan setiap hari istri pasien yang membantu pasien meminum obat.

C. Riwayat Gangguan Sebelumnya


1. Riwayat gangguan psikiatri
Berdasarkan alloanamnesis dengan istri pasien, diketahui sebelumnya
penderita sudah pernah dirawat sebanyak tiga kali di RS Ratumbuysang, yang

3
pertama pada tahun 2000 dengan keluhan marah-marah tanpa sebab, bicara
kacau, merontak dan mengancam akan membunuh tetangganya, yang kedua
pada bulan November tahun 2016 dengan keluhan serupa ditambah dengan
keluhan mendengar suara-suara yang menyuruh pasien melakukan sesuatu,
dan yang ketiga pada bulan Desember tahun 2016 karena sempat memukul
anaknya. Saat ini penderita kembali dirawat lagi pada 1 Januari 2017 di RS.
Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang Manado karena marah-marah, memukul orang,
suka menyimpan sampah di kantong, dan bicara terus-menerus.

2. Riwayat gangguan medis


Berdasarkan alloanamnesis dengan ibu pasien bahwa pasien memiliki
riwayat hipertensi sejak 10 tahun lalu, minum amlodipin 5 mg tidak
teratur.

3. Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif


Pasien memiliki riwayat merokok sekitar + 3 bungkus per hari dan
minum alkohol sekitar 20 ml setiap hari.

III. RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI


A. Riwayat prenatal dan perianal
Pasien merupakan anak ketujuh dari sebelas bersaudara. Informasi
lebih lanjut tidak bisa didapatkan karena ibu pasien sudah meninggal
B. Riwayat masa kanak awal (usia 0-3 tahun)
Pasien sama sekali tidak ingat tentang masa kanal awal.
C. Riwayat masa kanak pertengahan (usia 4-11 tahun)
Menurut pasien, pasien tidak memilki masalah dalam berkomunikasi
dengan orangtuanya. Pasien menyayangi dan senang juga bermain dengan
saudaranya.
Menurut pasien, pasien tidak pernah mendapat juara kelas. Pasien
selalu naik kelas tetapi tidak ada prestasi khusus.

4
D. Riwayat masa kanak akhir dan remaja
Hubungan sosial pasien baik, pasien mudah bergaul dan memiliki
banyak teman baik perempuan maupun laki-laki.

E. Riwayat Masa Dewasa


1. Riwayat pendidikan
Pasien memulai pendidikannya di Sekolah Dasar (SD) Negeri 3 Lemoh,
dan selalu naik kelas serta tamat tepat waktu. Setelah tamat SD, pasien
melanjutkan pendidikannya di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Kristen
Tanawangko. Pasien kemudian melanjutkan pendidikan di Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 1 Tombariri.
2. Riwayat pekerjaan
Pasien bekerja sebagai buruh tani. Selain itu pasien juga bekerja sambilan
sebagai kuli bangunan.
3. Riwayat psikoseksual
Pasien berpacaran 2 kali selama SMP, 1 kali selama SMK. Pasien tidak
memiliki masalah psikoseksual
4. Riwayat pernikahan
Pasien menikah pada tahun 1992, pada usia 28 tahun. Pasien dikaruniai 2
orang anak perempuan; yang pertama berusia 22 tahun, yang kedua
berusia 18 tahun.
5. Riwayat beragama
Pasien beragama Kristen Protestan. Menurut keluarga, sebelum sakit
pasien aktif dalam organisasi dan merupakan koordinator UPK kaum bapa
di gereja. Namun sejak sakit, pasien tidak lagi aktif dalam pelayanannya.
6. Aktivitas sosial
Pasien adalah anak yang mudah bergaul dengan lingkungan tempat pasien
tinggal. Pasien juga memiliki hubungan yang sangat baik dengan seluruh
anggota keluarga baik istri dan kedua anaknya. Namun, sejak bulan

5
November 2016, pasien sering dijauhi orang-orang disekitar karena takut
akan disakiti oleh pasien.
7. Riwayat pelanggaran hukum
Pasien tidak memiliki riwayat pelanggaran hukum dan tidak pernah
berurusan dengan pihak kepolisian.
8. Situasi kehidupan sekarang
Pasien sekarang tinggal di rumahnya di desa Lemoh, kec. Tombariri, kab.
Minahasa. Pasien tinggal bersama istri dan kedua anaknya. Rumah pasien
merupakan rumah milik sendiri dengan dinding batu, beratapkan seng,
berlantai semen mesel. Di rumah tersebut terdapat tiga dan satu kamar
mandi.

Denah rumah

Kamar Tidur Dapur


Ruang tamu

Kamar
Mandi
Kamar Tidur

9. Riwayat keluarga
Pasien merupakan anak ketujuh dari sebelas bersaudara. Semua
saudaranya telah hidup terpisah dengan keluarganya masing-masing.

6
Genogram

Keterangan:

: Sudah meninggal

: Laki-laki

: Perempuan

: Pasien

F. Persepsi pasien terhadap diri dan kehidupannya


1. Persepsi pasien tentang dirinya dan kehidupannya
Pasien merasa bahwa dirinya tidak sakit
2. Persepsi pasien terhadap keluarga
Pasien mengatakan istrinya adalah orang baik dan sabar yang selalu
memperhatikannya. Pasien juga mengatakan ia sangat menyayangi kedua
putrinya

7
3. Persepsi keluarga terhadap pasien
Keluarga menyadari penyakit yang diderita oleh pasien dan mau
memberikan dukungan secara aktif kepada pasien agar rutin minum obat
dan bisa sembuh dari sakit yang diderita.

IV. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL


A. Deskripsi Umum
1. Penampilan
Pasien adalah seorang laki-laki, usia 52 tahun, tampak sesuai umur, warna
kulit kuning langsat, rambut hitam. Pasien berpakaian baju kaos berwarna
hitam, celana pendek abu-abu, bersih, ekspresi wajah sesuai. Pasien juga
melakukan kontak mata dengan pemeriksa. Saat diwawancarai, pasien
sementara berbincang-bincang bersama istrinya di depan kamar
perawatan.

2. Perilaku dan aktivitas psikomotor


Selama wawancara, pasien terlihat tenang. Pasien dapat merespon saat
diucapkan salam. Pasien tidak menghindari kontak mata. Selama
wawancara, pasien menjawab pertanyaan, namun kadang jawaban pasien
berbelit-belit sebelum mencapai jawaban yang diharapkan. Pertanyaan
yang diberikan perlu dikonfirmasi dengan keluarga pasien.
3. Sikap terhadap pemeriksa
Pasien cukup kooperatif pada saat menjawab setiap pertanyaan dan
perilaku pasien sopan. Pasien menunjukkan sifat terbuka terhadap setiap
pertanyaan yang diberikan padanya

B. Mood dan Afek


1. Mood : Eutimia
2. Afek : Luas
3. Keserasian : Serasi

8
C. Karakteristik Bicara
1. Kualitas : Spontan, volume sedang, suara jelas, artikulasi baik.
2. Kuantitas : Ide cukup banyak, menjawab cenderung sesuai pertanyaan.

D. Gangguan Persepsi
Saat dilakukan pemeriksaan pasien sudah tidak mengalami halusinasi visual
dan auditorik.

E. Proses Pikir
1. Bentuk pikiran : Asosiasi longgar (-)
2. Isi pikiran : Waham (+) pengendalian

F. Sensorium dan kognisi


1. Taraf kesadaran: Compos mentis
2. Orientasi:
a. Waktu : Baik. Pasien bisa membedakan siang dan malam.
b. Tempat: Baik. Pasien mengetahui bahwa dirinya berada di RS.
Prof. V.L. Ratumbuysang
c. Orang : Baik. Pasien dapat mengenali orang-orang disekitarnya,
seperti istri dan anaknya
3. Daya Ingat:
a. Daya ingat jangka panjang: Tidak terganggu. Pasien dapat
menyebutkan nama tempat pasien bersekolah saat SD dan SMP.
b. Daya ingat jangka sedang : Tidak terganggu. Pasien dapat mengingat
dengan siapa dia datang ke RS.
c. Daya ingat jangka pendek: Tidak terganggu. Pasien masih ingat bahwa
tadi malam ia tidak bisa tidur
d. Daya ingat segera: Tidak terganggu. Pasien dapat mengulang angka
yang disebutkan sebelumnya.

9
4. Kemampuan baca dan menulis : Baik
5. Kemampuan visuospasial : Baik
6. Kemampuan menolong diri sendiri : Makan dan minum dilakukan sendiri.
7. Pengendalian impuls : Pasien mengikuti wawancara dalam waktu yang
cukup lama dengan tenang.
8. Pertimbangan dan tilikan
a. Daya nilai sosial : Baik
b. Uji daya nilai : Baik
9. Reliabilitas : Penjelasan yang diberikan pasien kadang-kadang dapat
dipercaya tetapi masih perlu konfirmasi dengan keluarga pasien.
10. Derajat tilikan: Derajat tilikan (insight) I, dimana pasien menyangkal
dirinya sakit.

V. PEMERIKSAAN DIAGNOSIS LEBIH LANJUT / PEMERIKSAAN FISIK


INTERNA DAN NEUROLOGI
A. Status Interna
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda vital : T : 110/70 mmHg, N : 86 x/m, R : 20 x/m
S : 36,6ºC
Kepala : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterus -/-
Thoraks : Simetris kiri = kanan
Jantung : SI-SII regular normal, bising (-)
Paru : Suara pernapasan vesikuler, ronki -/-,
Wheezing -/-
Abdomen : Datar, lemas, peristaltik (+) normal, hepar dan
lien : Tidak teraba
Ekstremitas : Akral hangat Edema (-), turgor kembali cepat <
2 detik

10
B. Status Neurologi
1. GCS : E4M6V5
2. Mata : Gerakan normal, searah, pupil bulat, isokor, diameter
3mm/3mm, reflex cahaya (+/+).
3. Pemeriksaan nervus kranialis
a. N. olfaktorius (N.I)
Tidak dievaluasi.
b. N. optikus (N.II)
Tidak dievaluasi.
c. N. okulomotorius (N.III), n. trochlearis (N.IV), n. abducens (N.VI)
Selama wawancara dapat diamati bahwa pasien memliki gerakan bola
mata yang wajar.

d. N. trigeminus (N.V)
Selama wawancara berlangsung terlihat wajah pasien simetris.
e. N. facialis (N.VII)
Selama wawancara berlangsung terlihat wajah pasien simetris.
f. N. vestibulocochlearis (N.VIII)
Selama wawancara pasien mampu menjawab pertanyaan dengan tepat.
Hal ini memberi kesan bahwa pendengaran pasien normal. Saat
berjalan pasien terlihat stabil dan tidak terjatuh.
g. N. glosssopharyngeus (N.IX)
Tidak dilakukan evaluasi
h. N. vagus (N.X)
Tidak dilakukan evaluasi
i. N. aksesorius (N.XI)
Selama wawancara berlangsung terlihat bahwa pasien dapat
menggerakkan kepalanya ke kiri dan kanan, hal ini menandakan
bahwa fungsi Nervus Aksesorius pasien dalam keadaan normal.

11
j. N. hypoglossus (N.XII)
Tidak dilakukan evaluasi.
Ekstrapiramidal sindrom : Tidak ditemukan ada gejala ekstrapiramidal
(Tremor,bradikinesia, rigiditas).

VI. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA


Berdasarkan anamnesis didapatkan pasien laki-laki umur 52 tahun,
sudah menikah, pendidikan terakhir SMK, pekerjaan saat ini sebagai buruh tani.
Pasien merupakan anak ketujuh dari sebelas bersaudara, suku Minahasa,
Kebangsaan Indonesia. Agama pasien Kristen Protestan. Pasien tinggal bersama
istri dan kedua anaknya.
Pasien dibawa ke RS Prof. dr. V. L. Ratumbuysang pada tanggal 1
Januari 2017 oleh keluarganya dengan keluhan marah-marah, memukul orang,
suka menyimpan sampah di kantong, dan bicara terus-menerus. Pasien
mengatakan bahwa dia sering marah-marah karena mendengar suara seorang
laki-laki di telinganya. Pasien juga mengatakan ia melihat bayangan hitam yang
datang dan pergi menghilang di balik pintu. Hal ini terjadi sepanjang malam,
sampai membuat pasien hilang kendali, merontak dan memukul anaknya.
Berdasarkan status mental ditemukan pasien mempunyai psikomotor
tenang, artikulasi baik, volume sedang, pasien menoleh saat dipanggil namanya.
Pasien kooperatif saat diwawancarai, arus pikir sirkumstansial, mood eutimia,
afek luas, ditemukan adanya riwayat halusinasi auditorik, halusinasi visual,
waham pengendalian, namun saat pemeriksaan dilakukan tidak ditemukan lagi.
Daya nilai sosial baik, uji daya nilai baik. Derajat tilikan (insight) I, dimana
pasien menyangkal dirinya sakit.

12
VII. FORMULASI DIAGNOSTIK
Kriteria gangguan jiwa yaitu terdapat suatu kelompok gejala atau perilaku
yang secara klinis ditemukan bermakna dan yang disertai dengan penderitaan
(distress), dan yang berkaitan dengan terganggunya fungsi sosial atau pekerjaan
seseorang (disfungsi/hendaya). Pasien ini memenuhi seluruh kriteria gangguan
jiwa.
Pada aksis I, ditemukan adanya gejala psikotik seperti halusinasi
auditorik, halusinasi visual, waham pengendalian. Pasien sudah pernah sakit
seperti ini dan melakukan pengobatan. Diagnosis pasien ini termasuk Skizofrenia
Paranoid.
Pada aksis II, didapatkan kesan bahwa pasien tidak memiliki ciri
kepribadian yang khas.
Pada aksis III, pasien memiliki riwayat hipertensi sejak kurang lebih 10
tahun yang lalu, dan setelah dilakukan pengukuran tekanan darah, didapatkan
nilai normal 110/70, sehingga diagnosis aksis III pasien ini adalah hipertensi
terkontrol.
Pada aksis IV, masalah berkaitan dengan kehidupan pribadi pasien. Pada
pasien ini, didapatkan stressor berupa kekecewaan terhadap sistem penerimaan
mahasiswa baru IPDN karena anaknya yang sudah dinyatakan lulus masuk IPDN
pada bulan April 2016 lalu tiba-tiba dinyatakan tidak lulus oleh karena alasan
yang tidak jelas.
Pada aksis V, yaitu GAF current : 80 – 71, terdapat beberapa gejala
sementara dan dapat diatasi, disabilitas ringan dalam fungsi sosial dan pekerjaan,
secara umum masih baik. Terdapat gejala halusinasi dan waham yang transien,
dan merupakan reaksi terhadap stressor. GAF HLPY (High Level Past Year) : 90
– 81, terdapat beberapa gejala minimal, berfungsi baik, tidak lebih dari masalah
harian yang biasa, secara umum masih baik.

13
VIII. DIAGNOSIS MULTIAKSIAL
- Aksis I : Skizofrenia Paranoid
- Aksis II : Tidak ada ciri kepribadian khas
- Aksis III : Hipertensi terkontrol
- Aksis IV : Pasien merasa kecewa dan sedih karena anaknya yang lulus
masuk IPDN tiba-tiba dinyatakan tidak lulus karena sebab yang tidak jelas.
- Aksis V : GAF-Current : 80 – 71
GAF-HLPY (High Level Past Year) : 90 – 81
Terdapat beberapa gejala minimal, berfungsi baik, tidak lebih dari
masalah harian yang biasa, secara umum masih baik.

IX. DAFTAR MASALAH


a. Organobiologik
Dalam keluarga pasien tidak ada yang sakit seperti ini.
b. Psikologi
Pasien mengalami halusinasi auditorik, halusinasi visual, dan waham
pengendalian.
c. Lingkungan dan sosial ekonomi
Pasien bekerja sebagai tani dan terlihat bahwa status ekonomi pasien adalah
kurang mampu.

X. RENCANA TERAPI
A. Psikofarmaka :
Trifluoperazine 5 mg 3x1 tablet/hari
Clozapine 100 mg 2x1/2 tablet/hari
Trihexyphenidil 2 mg 3x1 tablet/hari

14
B. Edukasi
 Memberikan informasi kepada pasien agar memahami gangguannya lebih
lanjut, cara pengobatan, efek samping yang dapat muncul, pentingnya
kepatuhan, dan keteraturan minum obat.
 Memberikan informasi kepada keluarga mengenai berbagai kemungkinan
penyebab penyakit, perjalanan penyakit, dan pengobatan sehingga
keluarga dapat memahami dan menerima kondisi pasien untuk minum
obat dan kontrol secara teratur serta mengenali gejala-gejala kekambuhan.
 Memberikan pengertian kepada keluarga akan pentingnya peran keluarga
pada perjalanan penyakit, dan agar dapat memastikan pasien selalu dalam
pengawasan keluarga
 Memberikan psiko-edukasi yaitu menyampaikan informasi kepada
keluarga mengenai kondisi pasien dan menyarankan untuk selalu
memberikan dukungan selama masa pengobatan.

XI. PROGNOSIS
1. Ad vitam : dubia ad bonam
2. Ad fungsionam : dubia ad bonam
3. Ad sanationam : dubia ad malam

XII. DISKUSI
A. Diagnosis
Skizofrenia merupakan gangguan psikotik yang paling sering ditemukan.
Skizofrenia adalah pola penyakit bidang psikiatri yang merupakan sindroma
klinis dari berbagai keadaan psikopatologis yang sangat mengganggu serta
melibatkan proses pikir, persepsi, emosi gerakan dan tingkah laku.
Skizofrenia merupakan suatu sindroma dengan etiologi yang berbeda-beda
dan dengan gambaran klinis, respon pengobatan dan perjalanan penyakit yang
bevariasi.1,2

15
Skizofrenia merupakan sindrom yang heterogen yang mana
diagnosisnya belum dapat ditegakkan memakai suatu uji laboratorium
tertentu, diagnosisnya ditegakkan berdasarkan sekumpulan gejala yang
dinyatakan karakteristik untuk skizofrenia. Untuk mengetahui dan memahami
perjalanan penyakit skizofrenia diperlukan pendekatan yang sifatnya holistik,
yaitu dari sudut organobiologik, psikodinamik, psikoreligius dan
psikososial.3,4
Skizofrenia tidak terdistribusi merata secara geografis di seluruh
Amerika Serikat atau seluruh dunia. Secara historis, prevalensi skizofrenia di
Timur Laut dan Barat Amerika Serikat adalah lebih tinggi dari daerah lainnya.
Prevalensi skizofrenia sama pada laki-laki dan perempuan. Perbedaannya
terdapat pada onset dan perjalanan penyakit. Laki-laki mempunyai onset
skizofrenia yang lebih awal daripada perempuan. Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa pada laki-laki lebih banyak didapatkan gejala negatif
dibandingkan pada perempuan, dan perempuan umumnya memiliki fungsi
sosial yang lebih baik dibandingkan laki-laki.1,4
Etiologi skizofrenia belum pasti. berdasarkan penelitian biologik,
genetik, fenomenologik dinyatakan bahwa skizofrenia merupakan suatu
gangguan atau penyakit. Skizofrenia merupakan penyakit kronik dengan
sebagian kecil dari kehidupan mereka berada pada kondisi akut dan sebagian
besar penderita berada lebih lama (bertahun-tahun) dalam fase residual yaitu
fase yang memperlihatkan gambaran penyakit yang ringan. Selama fase
residual, pasien umumnya lebih menarik diri.2 Pada pasien dapat muncul
gejala-gejala skizofrenia seperti halusinasi auditorik, halusinasi visual dan
waham kebesaran selama bertahun-tahun. Setelah mengonsumsi obat secara
teratur gejala-gejala yang ada pada pasien perlahan menghilang, namun jika
ada stressor dan putus obat maka gejala dapat muncul kembali.1,2
Gejala skizofrenia biasanya muncul pada usia remaja akhir atau
dewasa muda. Onset untuk laki-laki biasanya antara 15-25 tahun dan pada

16
perempuan antara 25-35 tahun.5 Pasien ini pertama kali didiagnosis
skizofrenia pada usia 36 tahun.
Pedoman untuk dapat menegakkan diagnostik adalah DSM-V
(Diagnostic and statistical manual). Penegakkan diagnosis pada kasus ini
berdasarkan dari anamnesis terhadap pasien dan keluarga.6,7
Berdasarkan DSM V, kriteria diagnosis skizofrenia:
a. Dua (atau lebih) dari gejala di bawah ini, setiap gejala spesifik dialami
selama periode 1 bulan (atau kurang apabila berhasil diterapi). Setidaknya
harus terdapat kriteria (1), (2), atau (3) Di antaranya:
1. Waham
2. Halusinasi
3. Bicara terdisorganisasi (misalnya, sering menyimpang atau inkoheren)
4. Perilaku terdisorganisasi atau katatonik yang jelas
5. Gejala negatif, yaitu, pendataran afektif, alogia, atau tidak ada
kemauan (avolition)
Hanya satu gejala kriteria A yang diperlukan jika waham adalah kacau
atau halusinasi terdiri dari suara yang terus-menerus mengomentari
perilaku atau pikiran pasien, atau dua atau lebih suara yang saling
bercakap-cakap satu sama lainnya.6,8
b. Disfungsi sosial/pekerjaan : untuk bagian waktu yang bermakna sejak
onset gangguan, satu atau lebih fungsi utama, seperti pekerjaan, hubungan
interpersonal, atau perawatan diri adalah jelas di bawah tingkat yang
dicapai sebelum onset (atau jika onset pada masa anak-anak atau remaja,
kegagalan untuk mencapai tingkat pencapaian interpersonal, akademik,
atau pekerjaan yang diharapkan). 6,8
c. Durasi : tanda gangguan terus-menerus menetap sekurangnya 6 bulan.
Periode 6 bulan ini harus termasuk sekurangnya 1 bulan gejala (atau
kurang jika diobati dengan berhasil) yang memenuhi kriteria A (yaitu,
gejala fase aktif) dan mugkin termasuk periode gejala prodromal atau
residual. Selama periode prodromal atau residual, tanda gangguan

17
mungkin dimanifestasikan hanya oleh gejala negatif atau dua atau lebih
gejala yang dituliskan dalam kriteria A dalam bentuk yang diperlemah
(misalnya, keyakinan yang aneh, pengalaman persepsi yang tidak
lazim).6,8
d. Penyingkiran gangguan skizoafektif dan gangguan mood : gangguan
skizoafektif dan gangguan mood dengan ciri psikotik telah disingkirkan
karena : (1) tidak ada episode depresif berat, manik atau campuran yang
telah terjadi bersama-sama dengan gejala fase aktif, atau (2) jika episode
mood telah terjadi selama gejala fase aktif, durasi totalnya adalah relatif
singkat dibandingkan durasi periode aktif dan residual.6,8
e. Penyingkiran zat/kondisi medis umum : gangguan tidak disebabkan oleh
efek fisiologis langsung dari suatu zat (misalnya, obat yang
disalahgunakan, suatu medikasi) atau suatu kondisi medis umum.6,8
f. Hubungan dengan gangguan perkembangan pervasif : jika terdapat
riwayat adanya gangguan autistik atau gangguan perkembangan pervasif
lainnya, diagnosis tambahan skizofrenia dibuat hanya jika waham atau
halusinasi yang menonjol juga ditemukan untuk sekurangnya 1 bulan (
atau kurang jika diobati secara berhasil).6,8
Berdasarkan definisi dan kriteria diagnostik tersebut, skizofrenia di
dalam DSM IV dapat dikelompokan menjadi beberapa sub-tipe yaitu :
1. Skizofrenia Paranoid
2. Skizofrenia Hebefrenik
3. Skizofrenia Katatonik
4. Skizofrenia Tidak Tergolongkan
5. Skizofrenia Residual
Pada kasus yang didapat pasien Tn. Marten Wollah, 52 tahun masuk di
dalam kategori Skizofrenia Paranoid karena memenuhi kriteria diagnosis :
1. Preokupasi pada satu atau lebih waham atau sering mengalami halusinasi
auditorik.

18
2. Tidak ada perilaku spesifik lain yang mengarahkan pada tipe
terdisorganisasi atau katatonik.
Skizofrenia paranoid adalah jenis skizofrenia yang paling sering
dijumpai di negara manapun. Gambaran klinis didominasi oleh waham-
waham yang secara relatif stabil, seringkali bersifat paranoid, biasanya
disertai oleh halusinasi-halusinasi terutama halusinasi pendengaran dan
gangguan persepsi (gejala positif). Awitan subtipe ini biasanya terjadi lebih
belakangan dibandingkan dengan bentuk-bentuk skizofrenia yang lain.
Diagnosis pasien ini ditegakkan berdasarkan anamnesis dan
pemeriksan status mental, dimana ditemukan gejala-gejala yang mengarah
dengan diagnosis Skizofrenia Paranoid berupa waham dan halusinasi yang
menonjol. Pada pemeriksaan status mental saat pasien masuk ke UGD,
didapatkan mood disforik yaitu suasana perasaan yang tidak menyenangkan.
Afek yang didapatkan adalah afek menyempit yaitu ekspresi emosi yang
terbatas dan afek serasi yaitu menggambarkan keadaan normal dari ekspresi
emosi yang terlihat dari keserasian antara ekspresi emosi dan suasana
perasaan yang dihayatinya.

B. Terapi
Pada pasien ini diberikan Trifluoperazine 5 mg 3x1 tablet/hari,
Clozapine 100 mg 2x1/2 tablet/hari, Trihexyphenidil 2 mg 3x1 tablet/hari.
Trifluoperazine adalah obat antipsikotik tipikal yang termasuk
golongan fenotiazin. Obat ini bekerja menghambat dopamine pada reseptor
pasca-sinaptik neuron di otak, khususnya di sistem limbik dak sistem
ekstrapiramidal. Obat ini bertindak sebagai dopamine d2 receptor antagonist,
dan memiliki afinitas yang tinggi terhadap dopamine tipe 2 (D2), sehingga
efektif untuk gejala positif. Efek samping yang harus diperhitungkan adalah
efek samping antikolinergik berupa mulut kering, mata kabur, dan tekanan
intraokuler meninggi, kemudian efek samping ekstrapiramidal berupa distonia

19
akut, akathisia, dan sindrom parkinson (tremor, bradikinesia, rigiditas). Dosis
yang diberikan sesuai dengan dosis anjuran yaitu 5 – 60 mg/hari. 4,10
Clozapine adalah obat antipsikotik atipikal yang termasuk golongan
dibenzodiazepine. Obat ini tidak hanya bekerja sebagai D2 receptor
antagonist, tapi juga bekerja terhadap reseptor serotonin tipe 2 (5-HT2),
sehingga efektif menangani gejala negatif. Secara umum antipsikotik antipikal
dapat ditoleransi dengan baik karena memberikan efek samping
ekstrapiramidal yang lebih ringan daripada antipsikotik tipikal. Dosis yang
diberikan sesuai dengan dosis anjuran yaitu 25 – 200 mg/hari.2,10
Interaksi obat antipsikotik dengan antipsikotik lain dapat
menimbulkan potensiasi efek samping, khususnya menimbulkan gejala
ekstrapiramidal. Tindakan mengatasinya yaitu terapi dikombinasikan dengan
Triheksiphenidil (THP) yang merupakan antikolinergik yang mempunyai efek
sentral lebih kuat daripada perifer, sehingga banyak digunakan untuk terapi
penyakit parkinson. Senyawa ini bekerja dengan menghambat pelepasan asetil
kolin endogen dan eksogen. Efek sentral terhadap susunan saraf pusat akan
merangsang pada dosis rendah dan mendepresi pada dosis toksik. Apabila
Sindrom Parkinson sudah terkendali diusahakan penurunan dosis secara
bertahap, untuk menentukan apakah masih dibutuhkan penggunaan obat
antiparkinson. Dosis yang diberikan pada pasien ini sesuai dengan dosis
anjuran yaitu 3-4 x 2mg/hari.2,6,10
Relaps sangat umum pada skizofrenia dan penyebab yang paling
sering adalah bahwa pasien berhenti minum obat. Skizofrenia membutuhkan
pengobatan jangka panjang. Tujuan dari penggunaan obat antipsikosis yang
dingin dicapai adalah respon optimal dengan efek samping minimal. Pasien
seringkali berhenti minum obat karena merasa gejala psikotik sudah
menghilang sehingga tidak perlu minum obat lagi, ataupun karena merasakan
efek samping yang tidak menyenangkan. Efek samping ekstrapiramidal yang
paling tidak menyenangkan bagi pasien adalah akathisia, sehingga pasien
cenderung berhenti minum obat. 9

20
Psikoterapi reedukatif pada keluarga pasien juga penting diberikan
dalam bentuk yaitu menyampaikan informasi kepada keluarga mengenai
berbagai kemungkinan penyebab penyakit, perjalanan penyakit, dan
pengobatan sehingga keluarga dapat memahami menerima kondisi pasien
untuk minum obat dan kontrol secara teratur serta mengenali gejala-gejala
kekambuhan dan terapi keluarga yaitu dengan memberikan pengertian dan
dukungan kepada keluarga akan pentingnya peran keluarga pada perjalanan
penyakit.2,6
Tujuan edukasi terhadap pasien adalah setelah diberikan terapi, pasien
diharapkan dapat memahami gangguannya, bagaimana cara pengobatannya,
serta efek samping yang kemungkinan dapat muncul. Kesadaran dan
kepatuhan dalam hal meminum obat merupakan bagian yang penting dalam
mencegah gejala psikotik kembali muncul.2,8
Terapi keluarga diharapkan dapat membantu dokter untuk mengenali
gejala-gejala kekambuhan secara dini ketika pasien berada di rumah dan
membantu pasien dalam hal meminum obat secara rutin dan teratur serta
kontrol secara berkala agar kekambuhan dapat dicegah. Peran keluarga sangat
penting bagi perkembangan pasien, terutama dalam memberikan motivasi dan
perhatian sehingga pasien merasa tenang dan nyaman.2,8

XIII. KESIMPULAN
1. Diagnosis pasien adalah Skizofrenia Paranoid
2. Dukungan dan partisipasi keluarga sangat menentukan pemulihan dan
pencegahan timbulnya relaps.
3. Perlu dilakukan edukasi kepada keluarga agar dapat mengontrol pasien dalam
proses pengobatan untuk dapat meminum obat dengan rutin, sehingga
pengobatan dapat terlaksana dengan baik dan tidak terjadi putus obat.

21
XIV. WAWANCARA PSIKIATRI
Wawancara dilakukan dengan pasien di ruang waraney RS. Prof. Dr. V. L.
Ratumbuysang Manado pada tanggal 5 Januari 2017 pukul 16.30 WITA dan
dengan istri pasien di RS. Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang Manado pada 5 Januari
2017, pukul 16.30 WITA.

Autoanamnesis dan alloanamnesis


Keterangan :
R : Pemeriksa (dokter muda Rion)
M : Pasien
I : Istri pasien
R : halo bapak, kita dokter muda, mo tanya-tanya neh. Bapak pe nama sapa?
M : Marthen dok.
R : Bapak tinggal dimana dang?
M : di Lemoh Barat
R : Kong pekerjaan sehari-hari apa?
M : Tani
R : Pendidikan terakhir dang bapak? Sekolah?
M : SMEA kita. Da ambe akuntansi
R : so umur berapa dang bapak skarang?
M : so 52 dok,tahun ini maso 53.
R : Kong skarang da rasa apa dang?
M : Oh so nyanda rasa apa-apa sih dok sekarang, cuma nyanda tatidor dari tadi
malam, tutup mata nyanda mo tasono
R : kalo badengar-dengar orang ba bise ada nda?
M : oh nyanda dok.
I : adaaa, tuhari dang ngana ja bilang pa kita ngana ja dengar-dengar setang ja
bise.
R : kalo ba lia-lia orang ato bayangan yang orang laeng nda lia dang?

22
M : kita cuma pernah lia bayangan tuhari dok, dia ja bagerak dari muka pa kita
kong dia terbang ke blakang pintu kong abis itu ilang.
R : kalo tu badengar-dengar dang dengar apa?
M : suara dok
R : tu suara jelas ato nyanda?
M : Iyo. Rupa suara laki-laki
R : oiyo? Apa dia ja bilang pa bapak?
M : dia ja beking tako pa kita. Kong dia ja suruh ambe tu daong2 kering dang
dok dimuka rumah isi di popoji kata, supaya jadi jimat
R : jimat for apa?
M : for penangkal soe kata dok
R : dia nda pernah suruh laeng pa bapak?
M : tuhari dia pernah suruh pukul kata tu tape anak yang bungsu soalnya dia da
banakal mar qt nintau banakal apa.
R : kong bapak pukul?
M : io so riki tapukul noh, so marah-marah kwa kita itu.
I : dia kwa ini dok ja bajadi kalo malam-malam. Tuhari pernah dia sementara
tidor reken kong kage-kage dia bataria ukur tobat karna tako, lengkali so ja malo
pa tetangga, dorang kira ada bakalae di rumah ini. Kong dok tuhari, dia kage-kage
pegang qt pe tangan kong dia mo putar. Kita tanya “kiapa pegang?” dia bilang
“napa dorang bilang kase patah jo kata, kase patah”
M : Io dok qt kwa ja waspada terus dang. Soalnya kita pe rumah le papancuri
pernah maso akang, dorang mo ambe ayam
R : betul so ibu itu papancuri? Ato Cuma bapak pe perasaan?
I : betul dok itu ada papancuri ayam memang.
R : pernah begini sebelumnya ibu?
I : tape suami ini kwa dok pernah maso tahun 2000 karna bagini le. Kong abis
itu keluar RS, so bagus ulang, bakerja biasa, iko kaum bapa, ibadah, jadi bagus
no.
R : oh bapak rajin ja pigi kaum bapa?

23
M : oh iyo dok UPK PKB kwa kita. Kalo istri UPK WKI, kalo tape anak yang
tua UPK Pemuda
R : kong abis dari tahun 2000 itu pernah maso le? Ato ini kadua?
I : Tuhari da maso ulang.. emm kalo nda salah taong lalu kang pa?
M : ya nintau lei, so lupa.
R : tuhari kiapa maso ulang dang ibu? Bapak masih ja minum obat ato so
nyanda?
I : oh minum obat terus komang dia dok, kita kwa yang ja seminum tiap hari.
Mar nintau kiapa tahun lalu bajadi ulang
R : kong yang ini dang kiapa sampe maso ulang?
I : oh ini da bajadi ulang tu tanggal 1. Depe model so kurang betibeti dengan
taong lalu no. padahal dia nda putus obat.
R : oh iyo? Kiapa dang ini ee maso ulang? Bapak mungkin ada masalah sto kong
bapak pikir-pikir ?
I : Dia kwa dok da tapikir tu tape bungsu ini dia so lulus SMA toh, kong pi
melamar di IPDN, kong kaluar kamari di website ta trima dia juara berapa sto dari
ratusan orang. 2 minggu setela itu kaluar ulang d p nama so nda ada. Pas telepon
dorang bilang apa sto masalah administrasi da tasalah kase nama ka bagimana.
Pokoknya nda jadi no dia maso IPDN, kong so dari itu tape suami ja pikir-pikir.
M : Io kecewa kwa kita dok, torang kasiang orang susah makanya dorang
gampang ja beking begitu. Musti ada doi kwa kang dok tu babagitu supaya
nyanda tageser kang?
R : ya kita nintau tu begitu-begitu noh pak. Mar katu Tuhan punya rencana yang
indah to? Kalo memang Tuhan nyanda kase maso situ, bapak pe anak mo kuliah
di tampa yang lebe bagus.
I : amin dok
M : amin, dia kwa tamo semaso sekolah pendeta dok, dia suka maso situ kata
R : oh bagus berarti
R : Bapak sebelumnya pernah kena malaria? Sempat kejang? Ato pernah operasi
sebelumnya?

24
M : nda pernah dokter
R : kalo darah tinggi, gula, asam urat dang?
M :Cuma darah tinggi dok so dari tahun 2006.
R : Bapak, kalo tentang masa kecil, bapak dulu di sekolah pernah nda nae kelas?
M : nae kelas terus kita dokter
R : kalo juara dang? Ja juara?
M : nyanda dok. Biasa-biasa jo kita, mar nae kelas terus noh
R : kalo babateman bakubawa waktu sekolah bagimana?
M : tape teman banyak dok mar yg baku-baku bawa torang Cuma 5 orang.
R : bapak, bapak ja baroko?
M : ada dok
R : berapa batang sehari?
M : Cuma 5
I : nyanda katu dok dia ja bage 3 bungkus 1 hari
R : kalo baminum dang?
M : ada dok, tiap hari cma ja bage 1 sloki
R : bapak tu baroko musti kase kurang nee, boleh?
M : rupa susah itu dok, mar musti coba no
R : iyo kasiang kalo baroko terus le kan nda bagus buat kesehatan istri deng
anak yang hirup trus bapak pe asap roko
M : iyo dokter
R : oke dang bapak ne, minum obat teratur, cepat sembuh ne, semoga cepat
pulang.. so bagus-bagus kwa ini dapa lia..
M : iyo dok napa so pe lama disini
R : terima kasih dang bapak ne
M : iyo sama-sama dok Tuhan memberkati.

25
DAFTAR PUSTAKA

1. Buchanan RW, Carpenter WT. Concept of Schizophrenia. In : Sadock BJ, Sadock


VA, eds. Kaplan and Sadock’s Comprehensive Textbook of Psychiatry. 8th ed.
Philadhelpia : Lippincott Williams and Wilkins, 2005. p.1329.
2. Amir N. Buku Ajar Psikiatri. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, 2010.
3. First M.B., Tasman A. Schizophrenia. In: DSM-IV-TR Mental Disorders
Diagnosis, Etiology and Treatment. London: Wiley, 2004. p. 640-700.
4. Hawari, D : Pendekatan Holistik pada Gangguan Jiwa Skizofrenia edisi 2
cetakan ke-3. Jakarta : Balai Penerbit FKUI, 2006.
5. Katherine and Patricia. Psychiatric Mental Health Nursing 3rd edition.
Philadhelpia : Lippincott Williams & Wilkins, 2000.
6. Maslim R. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas Dario
PPDGJ-III. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya. PT Nuh
Jaya, 2001.
7. American Psychiatric Association. DSM-5 Diagnostic and Statistical Manual of
Mental Disorders: Fifth Edition. Washington DC: American Psychiatric
Publishing, 2013
8. Kaplan H, Sadock B, Grebb J. Sinopsis Psikiatri: Ilmu Pengetahuan Perilaku
Psikiatri Klinis Jilid I. Tangerang: Binarupa Aksara Publisher, 2010.
9. Preston J, Johnson J. Clinical Psychopharmacology, made ridiculously simple,
8th ed, updated for DSM-5. p.46
10. Maslim R. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. Edisi III.
Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya. PT Nuh Jaya, 2007.

26
LAMPIRAN

Gambar 1. Foto bersama pasien

27

Anda mungkin juga menyukai