Anda di halaman 1dari 15

Manusia dan Hasrat InginTahu

Manusia mempunyai pengetahuan, binatang mempunyai pengetahuan, malaikat juga mempunyai


pengetahuan. Mahluk selain manusia pemgetahuannya bersifat statis, dari masa ke masa tetap
begitu saja. Tetapi pengetahuan yang dimilki manusia bersifat dinamis, terus berkembang dari
zaman ke zaman, karena manusia mempunyai kemampuan mencerna pengalaman, merenung,
merefleksi, menalar, dan meneliti dalam upaya memahami lingkungannya.

Kemampuan tersebut dimiliki manusia disebabkan manusia dibekali oleh Tuhan berupa akal atau
rasio untuk berpikir, sementara mahluk lainnya tidak. Manusia berpikir dengan akalnya. Dengan
akalmya manusia mempunyai rasa ingin tahu (curiosity). Dari rasa ingin tahu inilah manusia selalu
mempertanyakan segala hal yang dipikirkannya, menyangsikan segala apa yang dilihat, dan
mencari segala bentuk permasalahan yang dihadapi. Manusia berusaha menjawab semua
pertanyaan yang dihadapi dan mengajukan alternatif pemecahan suatu masalah.

Menurut Francis Bacon, seorang filsuf renaisance, akal manusia mempunyai 3 macam daya, yaitu:

1. ingatan,
2. imajinasi, dan
3. pikiran.

Daya ingatan menciptakan sejarah, daya imajinasi menciptakan puisi, dan daya berpikir
menciptakan filsafat.

Filsafat terdiri atas 3 bagian, yaitu;

1. filsafat tentang Tuhan atau teologi,


2. filsafat tentang alam atau kosmologi, dan
3. filsafat tentang manusia atau antropologi.

Berpikir adalah ciri khas manusia. Selain ciri utama sebagai mahluk berpikir (kognisi), manusia
juga masih mempunyai potensi lain, yakni perasaan (afeksi), kehendak (konasi), dan tindakan
(aksi) atau sering disebut cipta, rasa, karsa, dan karya. Deangan potensi itu manusia mencipta,
mengelola, dan mengubah lingkungan sekitarnya ke arah lebih baik.

Dengan beragam potensi inilah manusia mempertanyakan, meragukan, dan menjawabnya.


Manusia tidak merasa puas hanya memperoleh jawaban – jawaban yang berasal dari adat – istiadat,
tradisi, dongeng – dongeng, mitos – mitos, legenda – legenda itu tidk sesuai sesuai aturan berpikir
atau bertentangan dengan akal/rasio sehat manusia.

Lahirnya filsafat dan ilmu pengetahuan bermula dari aktivitas berpikir. Karena inti dari berfilsafat
adalh berpikir. Namun, tidak semua aktivitas berpikir dapat disebut berfilsafat. Berfilsafat adalah
berpikir yang mempunyai tujuan. Tujuannya adalah memperoleh pengetahuan, yakni pengetahuan
yang menyangkut kebenaran. Sehingga dengan berfilsafat manusia dapat sampai pada kebenaran.

Pengertian Filsafat
Pengertian filsafat, dalam sejarah perkembangan pemikiran kefilsafatan, antara satu ahli dan ahli
filsafat lainnya selalu berbeda, dan hampir sama banyaknya dengan ahli filsfatan itu sendiri.

Pengertian filsafat dapat ditinjau dari 2 segi, yakni:

Filsafat secara Etimologi

Kata filsafat, yang dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah falsafah dan dalam bahasa inggris
dikenal dengan istilah philosophy adalah berasal dari bahasa Yunani philoshopia. Kata philosophia
terdiri atas kata philein yang berarti cinta (love) dan shopia yang berarti kebijaksanaan (wisdom),
sehingga secara etimologi istilah filsafat berarti cinta kebijaksanaan (love of wisdom). Kata filsafat
pertama kali oleh Phytagoras (582-496 SM). Pada saat itu arti filsafat belum begitu jelas.

Filsafat secara Terminologi

Secara terminologi adalah arti yang dikandung oleh istilah filsafat. Dikarenakan tentang batasan
dari filsafat itu banyak , antara lain:

1. Para filsuf pra – Socrates

Para filsuf pra – Socrates mempertnayakan tentang arche, yakni awal mula atau asal usul alam
dan berusaha menjawabnya dengan menggunakan logos atau rasio tanpa percaya lagi pada
jawaban mitos atau legenda. Oleh sebab itu, bagi mereka, filsafat adalah ilmu yang berupaya untuk
memahami hakikat alam dan realitas dengan mengendalikan akal budi.

2. Plato

Filsafat adalah pengetahuan yang mencoba untuk mencapai pengetahuan tentang kebenaran asli.

3. Aristoteles

Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang senantiasa berupaya mencari prinsip – prinsip dan
penyebab – penyebab dari realitas yang ada.

4. Al Farabi

Filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang hakikat bagaimana alam maujud yang sebenarnya.

5. Rene Descartes

Filsafat adalah himpunan dari segala pengetahuan yang pangkal penyelidikannya adalah mengenai
Tuhan, alam, dan manusia.

6. William James

Filsafat adalah suatu upaya yang luar biasa hebat untuk berpikir yang jelas dan terang.
7. Immanuel Kant

Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menjadi pangkal dari semua pengetahuan yang didalamnya
tercakup masalah epistemologi (filsafat pengetahuan) yang menjawab persoalan apa yang kita
ketahui.

8. Langeveld

Filsafat adalah berpikir tentang masalah – masalah yang akhir dan yang menentukan, yaitu
masalah – masalah mengenai makna keadaan, Tuhan, keabadian, dan kebebasan.

9. Hasbullah Bakry

Filsafat adalah ilmu yang menyelidiki segala sesuatu dengan mendalam mengenai ketuhanan, alam
semesta, dan juga manusia sehingga dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana
hakikatnya sejauh yang dapat dicapai akal manusia dan bagaimana sikap manusia seharusnya
setelah mencapai pengetahuan tersebut.

10. Louis O. Kattsoff

Filsafat merupakan suatu analisis secara hati – hati terhadap penalaran – penalaran mengenai suatu
masalah, dan penyusunan secara sengaja serta sistematis suatu sudut pandang yang menjadi suatu
dasar tindakan.

11. N. Dryarkara

Filsafat adalah perenungan sedalam – dalamnya sebab – sebab ‘ada dan berbuat’, perenungan
tentang kenyataan (reality) yang sedalam – dalamnya sampai ke ‘mengapa’ yang penghabisan.

12. Notonagoro

Filsafat menelaah hal – hal yang menjadi objeknya dari sudut intinya yang mutlak dan yang
terdalam, yang tetap dan tidak berubah, yang disebut sebagai hakikat.

13. Ir. Poedjayawijatna

Filsafat ialah ilmu yang berusaha untuk mencari sebab yang sedalam – dalamnya bagi segala
sesuatu berdasarkan pikiran belaka.

14. Cicero

Filsafat adalah sebagai “ibu dari semua seni” dan juga sebagai arts vitae yaitu fisafat sebagai seni
kehidupan.

15. Harold H. Titus


1. Filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepercayaan terhadap kehidupan dan alam yang
biasanya diterima secara tidak kritis.
2. Filsafat adalah suatu proses kritik atau pemikiran terhadap kepercayaan dan sikap yang
dijunjung tinggi.
3. Filsafat adalah usaha untuk memperoleh suatu pandangan keseluruhan.
4. Filsafat adalah analisis logis dari bahasa dan penjelasan tentang arti dan pengertian
(concept).
5. Filsafat adalah kumpulan masalah yang mendapat perhatian manusia dan yang dicarikan
jawabannya oleh ahli filsafat.

16. Sidi Gazalba

Filsafat adalah sistem kebenaran tentang segala sesuatu yang dipersoalkan sebagai hasil dari
berpikir secara radikal, sistematis, dan universal.

17. Francis Bacon

Filsafat merupakan induk agung dari ilmu – ilmu dan filsafat menangani semua pengetahuan
sebagai bidangnya.

18. Lorens Bagus, mendefinisikan filsafat sebagai:

1. Upaya spekulatif untuk menyajikan suatu pandangan sistematik dan lengkap tentang
seluruh realitas.
2. Upaya untuk melukiskan hakikat relitas akhir dan dasar serta nyata.
3. Upaya untuk menentukan batas – batas dan jangkauan pengetahuan: sumbernya,
hakikatnya, keabsahannya, dan nilainya.
4. Penyelidikan kritis atas pengandaian – pengandaian dan pernyataan – pernyataan yang
diajukan oleh bidang pengetahuan.
5. Disiplin ilmu yang berupaya untuk membantu manusia melihat apa yang dikatakan dan
mengatakan apa yang dilihat.

Dari serangkaian definisi diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa filsafat adalah proses berpikir
secara radikal, sistematik, dan universal terhadap segala yang ada dan yang mungkin ada.
Dengan kata lain, berfilsafat berarti berpikir secara radikal (mendasar, mendalam, sampai ke akar
– akarnya, sitematik (teratur, runtut, logis, dan tidak serampangan) untuk mencapai kebenaran
universal (umum, terintegral, dan tidak khusus serta tidak parsial).

Adapun Ali Mudhofir (1996) memberikan arti filsafat sangat beragam, yaitu sebagai berikut:

a) Filsafat sebagai suatu sikap

Filsafat adalah suatu sikap terhadap kehidupan alam semesta. Sikap secara filsafat adalah sikap
menyelidiki secara kritis, terbuka, toleran, dan selalu bersedia meninjau suatu problem dari semua
sudut pandang.
b) Filsafat sebagai suatu metode

Filsafat sebagai suatu metode, artinya cara berpikir mendalam (reflektif), penyelidikan yang
menggunakan alasan, berpikir secara hati – hati dan teliti.

c) Filsafat sebagai suatu kelompok persoalan

Banyak persoalan yang dihadapi manusia, dan para filsuf berusaha memikirkan dan menjawabnya.

d) Filsafat sebagai sekelompok teori atau sistem pemikiran

Ditandai dengan pemunculan teori atau sistem pemikiran besar yang terletak pada nama – nama
filsuf besar.

e) Filsafat sebagai analisis logis tentang bahasa dan penjelasan makna istilah itu

f) Filsafat merupakan usaha untuk memperoleh pandangan yang menyeluruh

Filsafat mencoba menggabungkan kesimpulan dari berbagai ilmu dan pengalaman manusia
menjadi suatu pandangan dunia yang konsisten.

Objek Filsafat

Objek filsafat dibedakan menjadi 2, yaitu objek material dan objek formal.

1. Objek material

Objek material filsafat ialah segala sesuatu yang menjadi masalah, segala sesuatu yang yang
dipermasalahkan oleh filsafat.

Lapangan kerja filsafat itu luas, Louis Kattsoff menulis, yaitu “meliputi segala manusia serta
segala sesuatu yang ingin diketahui manusia”.

Saefuddin Ashari menyebut objek material filsafat ialah sarwa yang ada, yang pada garis besarnya
dapat kita bagi atas 3 persoalan pokok:

1. Hakikat Tuhan
2. Hakikat Alam
3. Hakikat Manusia

2. Objek formal

Objek formal filsafat ialah usaha untuu k mencari keterangan secara radikal (sedalam – dalamnya,
sampai ke akarnya) tentang objek material filsafat. Menurut Oemar Amin Hoesin, objek formal
filsafat tidak lain ialah mencari keterangan yang sedalam – dalamnya tentang objek material
filsafat (segala sesuatu yang ada dan yang mungkin ada).
Ciri – Ciri Filsafat

1. Bersifat secara menyeluruh (universal)

Persoalan secara kefilsafatan tidak bersangkutan dengan objek khusus dan sebagian besar
berkaitan dengan ide – ide yang besar.

2. Bersifat secara spekulatif

Artinya persoalan – persoalan yang dihadapi oleh manusia melampui batas – batas ilmiah.

3. Bersangkutan dengan nilai – nilai (nilai baik dan nilai buruk)

Artinya persoalan – persoalan kefilsfatan bertalian dengan penilaian baik moral, estetis, agama,
maupun sosial.

4. Bersifat kritis

Artinya filsafat itu suatu analisis secara kritis terhadap konsep – konsep yang artinya diterima oleh
suatu ilmu.

5. Bersifat sinoptik

Artinya filsafat mencakup struktur kenyataan secara keseluruhan.

6. Bersifat publikatif

Artinya jika suatu persoalan sudah mendapat jawaban dari jawaban itu akan timbul persoalan baru
dan jawaban yang akan diberikan akan mengandung akibat lebih jauh.

Asal – Usul Filsafat

Ada 3 hal yang mendorong manusia untuk ‘berfilsafat’, yaitu sebagai berikut:

a. Keheranan

Banyak filsuf menunujukkan rasa heran (dalam bahasa Yunani Thaumsia) sebagai asal filsafat.
Plato misalnya mengatakan : “Mata kita memberi pengamatan bintang – bintang, matahari dan
langit. Pengamatan ini memberi dorongan untuk menyelidiki. Dari penyelidikan ini berasal
filsafat”.

b. Kesangsian

Filsuf – filsuf lain, misalnya Augustinus (254 – 430 M) dan Rene Descartes (1596 – 1650 M)
menunjukkan kesangsian sebagai sumber utama pemikiran. Manusia heran, tetapi kemudian ragu
– ragu. Apakah ia tidak ditipu oleh panca inderanya kalau ia heran? Apakah kita tidak hanya
melihat yang ingin kita lihat? Di mana dapat ditemukan kepastian? Karena dunia ia penuh dengan
berbagai pendapat, keyakinan, dan interpretasi.

c. Kesadaran Akan Keterbatasan

Manusia mulai berfilsafat jika ia menyadari bahwa dirinya sangat kecil dan lemah terutama bila
dibandingkan dengan alam sekelilingnya. Manusia merasa bahwa ia sangat terbatas dan terikat
terutama pada waktu mengalami penderitaan atau kegagalan. Dengan kesadaran akan keterbatasan
dirinya ini manusia mulai berfilsafat. Ia mulai memikirkannya bahwa di luar manusia yang terbatas
pasti ada sesuatu yang tidak terbatas.

Peranan Filsafat

a. Pendobrak

Berabad – abad lamanya intelektualitas manusia tertawan dalam penjara tardisi dan kebiasaan.
Dalam penjara itu, manusia terlena dalam alam mistik yang penuh sesak dengan hal – hal serba
rahasia yang terungkap lewat mitos dan mite. Keadaan ini berlangsung sangat lama. Kehadiran
filsafat telah mendobrak pintu dan tembok – tembok tradisi yang begitu sakral dan tidak boleh
diganggu gugat. Walaupun membutuhkan waktu yang cukup panjang, kenyataan sejarah telah
membuktikan filsafat benar – benar telah berperan sebagai pendobrak yang mencegangkan.

b. Pembebas

Filsafat bukan saja mendobrak pintu penjara tradisi dan kebiasaan yang penuh mitos dan mite,
melainkan juga merenggut manusia keluar dari dalamnya. Filsafat membebaskan manusia dari
ketidaktahuan dan kebodohannya. Secara ringkas dapat dikatakan bahwa filsafat dari segala jenis
“penjara” yang mempersempit ruang gerak akal budi manusia.

c. Pembimbing

Filsafat membebaskan manusia dari cara berpikir yang mistis dan mitis dengan membibing
manusia untuk berpikir secar rasional. Filsafat membebaskan manusia dari cara berpikir yang picik
dan dangkal dengan membimbing manusia untuk berpikir secara luas dan lebih mendalam, yakni
berpikir secara universal sampai berupaya mencapai radix (mendalam) dan menemukan esensi
suatu permasalahan. Filsafat membebaskan manusia dari cara berpikir yang tidak teratur dan tidak
jernih dengan membimbing manusia untuk berpikir secara sistematis dan logis. Filsafat
membebbaskan manusia dari cara berpikir yang tidak utuh dan begitu fragmentaris dengan
membimbing manusia untuk berpikir secara integral dan koheren.

Kegunaan Filsafat

Pada umumnya dapat dikatakan bahwa dengan belajar filsafat semakin menjadikan orang mampu
untuk menjawab pertanyaan – pertanyaan mendasar manusia yang tidak terletak pada wewenang
metode – metode khusus.
Jadi, filsafat membantu untuk mendalami pertanyaan asasi manusia tentang makna realitas dan
ruang lingkupnya. Kemampuan ini dipelajari melalui 2 jalur yaitu:

1. Secara sistematik, artinya filsafat menawarkan metode – metode mutakhir untuk


menangani permasalahan mendalam manusia, tentang hakikat kebenaran dan pengetahuan,
baik pengetahuan biasa maupun ilmiah, tentang tanggung jawab, keadilan dan sebagainya.
2. Secara historis, melalui sejarah filsafat kita belajar untuk mendalami, menanggapi, serta
mempelajari jawaban yang ditawarkan oleh para pemikir dan filsuf terkemuka.

Menurut Frans Magnis Suseno (1991) sekurang – kurangnya ada 3 kemampuan yang sangat
dibutuhkan orang pada zaman sekarang yang harus atau mau memberikan pengarahan, bimbingan,
dan kepemimpinan spritual dan intelektual dalam masyarakat, yaitu:

1. Suatu pengertian lebih mendalam tentang manusia dan dunia. Dengan mempelajari
pendekatan – pendekatan pokok terhadap pertanyaan manusia yang paling hakiki, serta
mendalami jawaban – jawaban yang diberikan oleh para pemikir besar umat manusia,
wawasan dan pengertian kita sendiri diperluas;
2. Kemampuan untuk menganalisis secara terbuka dan mengkritisi argumentasi, pendapat,
tuntutan, dan legimitasi dari pelbagai agama, ideologi, dan pandangan dunia;
3. Pendasaran metodis dan wawasan lebih mendalam dan kritis dan menjalani studi pada ilmu
khusus, termasuk teologi.

Kegunaan filsafat dapat dibagi menjadi 2, yakni kegunaan secara umum dan secara khusus.

Kegunaaan secara umum dimaksudkan dengan manfaat yang dapat diambil oleh orang yang
belajar filsafat dengan mendalam sehingga mampu memecahkan masalah – masalah secara kritis
tentang segala sesuatu.

Kegunaan secara khusus dimaksudkan manfaat khusus yang bisa diambil untuk memecahkan
khususnya suatu objek di Indonesia.

Jadi, khusus diartikan terikat oleh ruang dan waktu sedangkan umum dimaksudkan tidak terikat
pada ruang dan waktu.

Menurut sebagian para filsuf, kegunaan secara umum filsafat adalah:

1. Plato merasakan bahwa berpikir dan memikirkan adalah hal yang nikmat luar biasa
sehingga filsafat diberi predikat sebagai keinginan yang maha berharga.
2. Rene Descartes terkenal dengan ucapannya cogito ergo sum (karena berpikir maka saya
ada), mempertanyakan segala – galanya, tetapi dalam keadaan serba mempertanyakan ada
hal yang pasti, bahwa aku bersangsi dan bersangsi berarti berpikir. Berfilsafat berarti
berpikir berpangkal kepada suatu kebenaran yang fundamental atau pengalaman yang
asasi.
3. Alfred North Whitehead merumuskan filsafat sebagai berikut: “Fisafat adalah kesadaran
dan pandanagan jauh ke depan dan suatu kesadaran akan hidup, dan kesadaran akan
kepentingan memberi semangat kepada seluruh usaha peradaban”.
4. Maurice Marleau Ponty mengatakan: “Jasa dari filsafat adalah terletak pada sumber
penyelidikannya, sumber itu adalah eksistensi dan dengan sumber itu kita bisa berpikir
tentang manusia”

Disamping secara umum, filsafat juga dapat berguna secara khusus dalam lingkungan

sosial budaya Indonesia. Franz Magnis Suseno (1991) menyebutkan ada 5 kegunaan, yaitu sebagai
berikut:

1. Bangsa Indonesia berada di tengah – tengah dinamika proses modernisasi yang meliputi
banyak bidang dan sebagian dapat dikemudikan melalui kebijakan pembangunan.
Menghadapi tantangan modernisasi dengan perubahan pandangan hidup, nilai dan norma
itu filsafat membantu mengambil sikap sekaligus terbuka dan kritis.
2. Filsafat merupakan sarana yang baik untuk menggali kembali kekayaan kebudayaan,
tradisi, dan filsafat Indonesia serta untuk mengaktualisasikannya. Filsafatlah yang paling
sanggup untuk mendekati warisan rohani tidak hanya secara verbalistik, melainkan secara
evaluatif, kritis, dan reflektif sehingga kekayaan rohani bangsa dapat menjadi modal dalam
pembentukan terus – menerus identitas modern Indonesia.
3. Sebagai kritik ideologi, filsafat membangun kesanggupan untuk mendeteksi dan membuka
kedok ideologis pelbagi bentuk ketidakadilan sosial dan pelanggaran terhadap martabat
dan hak asasi manusia yang masih terjadi.
4. Filsafat merupakan dasar paling luas untuk berpartisipasi secara kritis dalam kehidupan
intelektual bangsa pada umumnya dan dalam kehidupan intelektual di universitas dan
lingkungan akdemis khususnya.

Filsafat menyediakan dasar dan sarana sekaligus lahan untuk berdialog di antara agama yang ada
di Indonesia pada umumnya dan secara khusus dalam rangka kerja sama antaragama dalam
membangun masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan pancasila.

Pembagian (Cabang – Cabang) Filsafat

Filsafat pada umumnya dibagi ke dalam 2 kelompok secara garis besar, yaitu filsafat sistematis
dan sejarah filsafat.

Filsafat sistematis bertujuan dalam pembentukan dan pemberian landasan pemikiran filsafat.
Didalamnya meliputi logika, metodologi, epistemologi, filsafat ilmu, etika, estetika, metafisika,
filsafat ketuhanan (teologi), filsafat manusia, dan kelompok filsafat khusus seperti filsafat sejarah,
filsafat hukum, filsafat komunikasi, dan lain – lain.

Adapun sejarah filsafat adalah bagian yang berusaha meninjau pemikiran filsafat disepanjang
masa. Sejak zaman kuno hingga zaman modern. Bagian ini meliputi sejarah filsafat Yunani
(Barat), India, Cina, dan sejarah filsafat Islam.

Pembagian filsafat menurut para ahli diantaranya sebagai berikut:

Pembagian Plato
Plato membagi filsafat menjadi 3 yaitu;

1. Dialektika : Tentang ide – ide atau pengertian – pengertian umum.


2. Fisika : Tentang dunia materiil
3. Etika : Tentang kebaikan

Pembagian Aristoteles

1. Logika, tentang bentuk susuna pikiran


2. Filosofia teoritika yang terperinci atas; a.Fisika, tentang dunia materiil (ilmu alam dan
sebagainya); b.Matematika, tentang barang menurut kuantitasnya, dan; c.Metafisika,
tentang “ada”
3. Filosofia praktika, tentang hidup kesusilaan (berbuat) yang terperinci atas; a.Etika, tentang
kesusilaan dalam hidup perseorangan; b.Ekonomia, tentang kesusilaan dalam hidup
kekeluargaan, dan; c.Politika, tentang kesusilaan dalam hidup kenegaraan
4. Filosofia poetika/aktiva (pencipta) – Filsafat Kesenian.

The Liang Gie membagi filsafat sistematis menjadi:

1. Metafisika , filsafat tentang hal yang ada


2. Epistemologi, teori pengetahuan
3. Metodologi, teori tentang metode
4. Logika, teori tentang penyimpulan
5. Etika, filsafat tentang pertimbangan moral
6. Estetika, filsafat tentang keindahan
7. Sejarah filsafat

Louis O. Kattsoff

1. Logika
2. Metodologi
3. Metafisika
4. Epistemologi
5. Filsafat biologi
6. Filsafat psikologi
7. Filsafat antropologi
8. Filsafat sosiologi
9. Etika
10. Estetika
11. Filsafat agama

Harry Hamersma membagi cabang filsafat menjadi:

1. Filsafat tentang pengetahuan : epistemologi, logika, kritik – kritik ilmu


2. Filsafat tentang keseluruhan kenyataan terperinci atas; a.Metafisika umum (ontologi),
dan; b.Metafisika khusus terdiri atas: teologi metafisik, antropologi, kosmologi.
3. Filsafat tentang tindakan: etika dan estetika
4. Sejarah filsafat

Ir. Poedjayawijatna

1. Ontologia
2. Theodicea
3. Antropologia
4. Metaphysica
5. Ethica
6. Logica (minor and mayor)
7. Aesthetica

Dari pembagian cabang filsafat menurut beberapa tokoh tersebut, tampak luas bidang yang
menanggapi persoalan kefilsafatan. Karena sangat luasnya cakupan maka sering ada kesulitan
untuk membahas setiap masalah sampai tuntas.

Berdasarkan 3 jenis persoalan filsafat yang utama yaitu:

1. Persoalan keberadaan (being) atau eksistensi (existence). Persoalan keberadaan atau


eksistensi bersangkutan dengan cabang filsafat, yaitu metafisika.
2. Persoalan pengetahuan (knowledge) atau kebenaran (truth). Pengetahuan ditinjau dari segi
isinya berkaitan dengan cabang filsafat, yaitu epistemologi. Adapun kebenaran ditinjau
dari segi bentuknya bersangkutan dengan cabang filsafat, yaitu logika.
3. Persoalan nilai – nilai (values). Nilai – nilai dibedakan menjadi 2, nilai kebaikan tingkah
laku dan nilai keindahan. Nilai kebaikan tingkah laku bersangkutan dengan cabang filsafat
yaitu etika. Nilai keindahan bersangkutan dengan cabang filsafat yaitu estetika.
Materi pengantar Filsafat Ilmu | Sahabat Mahasiswa, Mata kuliah filsafat Ilmu kita akan
dapatkan disaat di bangku kuliah. Banyak diantara Mahasiswa juga mencari materi Filsafat ilmu.
Maka, arsip kuliah yang bisa dishare kali ini tentang materi pengantar Filsafat Ilmu. Karena
sebagai mahasiswa yang sukanya bertanya, Apa itu Filsafat? Apa latar belakang adanya
Filsafat? apa manfaat kita belajar filsafat? Insya Allah pertanyaan itu akan dijawab dalam ulasan
singkat materi pengantar filsafat berikut.

Manusia merupakan makhluk Tuhan yang diberi keistimewaan, yakni dengan


dianugerahkannya akal oleh Tuhan, dan oleh karena itu aktifitas berfikir (belajar) merupakan
tugas utama bagi manusia. Dalam berfikir, setidaknya ada dua pengaruh yang timbul dari jiwa
manusia yakni, biophilia (pengaruh positif) dan necrophilia (pengaruh negatif) oleh karena itu
dalam berusaha mencapai pemikiran yang objektif maka diatur-lah beberapa kriteria dan syarat-
syarat dalam berfikir falsafi.

A. Latar belakang adanya filsafat

Manusia―dengan akalnya―dikatakan makhluk Homo Guriosus[1] (yang selalu ingin tahu) yang
kemudian menjadikan aktifitas berfikir sebuah kebutuhan yang tidak terpisahkan dalam
kehidupan. Hal itu dikarenakan ketika menusia dihadapkan dengan realitas yang tidak sejalan
dengan alam fakir mereka yang kemudian menimbulkan keheranan, kesangsian, dan kesadaran
akan keterbatasan.
B. Definisi filsafat
Sebenarnya dalam fitrahnya semua manusia telah berfilsafat yakni berfikir dalam
mencari kebenaran, bahkan sebelum peradaban Yunani (sekitar abad 8 SM) itu lahir, misalnya
pada tahun 1500 SM Ibrahim berfilsafat dalam menemukan Tuhannya, namun istilah filsafat mulai
diperkenalkan oleh filusuf (pecinta kebijaksanaan) yang bernama Pythagoras (582-496 SM). Para
ulama’ berbeda pemikiran dalam memberikan definisi terminologis filsafat yang berasal dari
bahasa Yunani phillein yang berarti cinta dan sophia yang berarti kebenaran―arti etimologi ini
mempunyai latar belakang yang muncul dari pendirian Socrates 469-399 SM[2]―, hal itu
dikarenakan perbedaan pengetahuan, pengalaman, bahkan keyakinan dari para pemikir, namun di
sini penulis memberikan definisi, bahwa filsafat adalah aktivitas berfikir dengan karakter berfikir
tertentu tentang segala yang ada atau mungkin ada, baik yang terlihat (empiric) atau tidak terlihat
(non-empiric) dengan tujuan mencintai dan mencari kebenaran.

C. Objek filsafat
Berdasarkan definisi di atas kemudian muncullah objek filsafat yakni objek materia dan
forma (sudut pandang)
1. Objek material
Objek material adalah suatu bahan yang menjadi tinjauan penelitian atau pembentukan
pengetahuan itu dalam artian objek ini merupakan hal yang diselidiki baik yang konkrit maupun
yang abstrak contoh handphone
2. Objek formal
Adalah sudut pandang yang ditujukan pada bahan dari penelitian atau pembentukan pengetahuan,
yaknidari sudut pandang mana objek material diselidiki contoh dari penyelidikan material
handphone yang disorot dari sudut pandang manfa’at, pulsa, kartu, isi dan lain sebagainya.

D. Karakteristik Berfikir Filsafat

Sebagai usaha dalam mencapai kebenaran, filsafat menawarkan beberapa criteria berfikir,
yakni: pertama, sistematis yang merupakan sebuah pemikiran yang saling berkaitan satu dengan
yang lain secara teratur dalam suatu keseluruhan, kedua, konsepsional yaitu pemikiran yang
berbentuk idea tau gambaran yang melekat pada akal fikiran, ketiga, koheren yakni setiap unsure-
unsurnya tidak bertentangan keempat rasional yang merupakan bagian inti dari pemikiran, karena
bagaimanapun suatu pemikiran tidak aka nada nilainya tanpa adanya ke-logis-an, kelima sinoptik
yang dalam hal ini pemikiran filsafat melihat hal-hal secara menyeluruh dan yang terakhir kelima
pemikiran filsafat mengarah kepada pandangan dunia yakni pemikiran filsafat bertujuan untuk
memahami realitas kehidupan dengan jalan menyusun suatu pandangan dunia[3] yang kemudian
dengan berfikir yang semacam ini manusia akan mendobrak tradisi-tradisi mitos kemudian
membebaskan alam fakir mereka dari ketidak-rasioanalan dan membimbing[4] untuk berfikir
rasional.

E. Metode Mempelajari Filsafat

Metode dalam mempelajari filsafat ada dua, historis yakni mempelajari sejarah para tokoh
filusuf seperti tentang Aristoteles dengan realisme-nya, Ibnu Rusyd dengan teori emanasi-nya,
Soren Kierkegaard dengan eksistensialisme-nya dan lain-lain, Sistematis yakni mempelajari dan
memahami subtansi pemikiran seperti, idealismenya Socrates, rasionalismetheologies-nya Washil
ibn atho’, pragmatismenya William James, dan lain-lain, methode-methode ini muncul dari
anggapan bahwa setiap pemikiran atau ide dan perjalanan hidup atau lingkungan pemikirnya saling
mempengaruhi

F. Kegunaan Filsafat
Dalam realitas kita khususnya para agamawan, banyak menganggap, bahwa belajar
filsafat atau berfilsafat omong-kosong belaka, bahkan tidak jarang yang menganggap hal itu
sebagai pencenaran bagi agama atau sesat, mereka beranggapan, bahwa Islam (al-qur’an dam al-
hadits) tidak memerlukan filsafat (berfikir) namun diamalkan, padahal bagi para ilmuan, bahkan
ulama’-ulama’ terdahulu seperti Imam Al-Ghazali, Al-farabi, mendapat gelar filusuf karena
ketekunannya dalam berfilsafat dan mereka berargumen, bahwa karena sulitnya memahami
firman Tuhan dan sabda Nabi, maka aktifitas berfikir sangat diperlukan agar pengamalannya tidak
terpat kesalahan pemahaman, namun terlepas dari itu bagi kita belajar filasafat mempunyai
manfa’at sebagai berikut:
a. Dengan belajar filsafat diharapkan akan menambah ilmu pengetahuan sehingga menambah
cakrawala pemikiran dan cara berfikir luas.
b. Bisa menumculkan ide-ide fundamental, sehingga manusia bisa berkarakter.
c. Dengan datangnya IPTEK kita semakin ditantang dengan memberi alternatifnya.

G. Bonus Pulsa
Syarat definisi:
1. sebuah definisi harus menyatakan cirri-ciri hakiki dari yang didefinisikan
2. sebuah definisi harus mempunyai kesetaraan arti dengan yang didefinisikan
3. sebuah definisi harus menghindarkan pernyataan yang memuat term yang didefinisikan
4. sebuah definisi sedapat mungkin harus memuat pernyataan yang positif
5. sebuah definisi harus dinyatakan secara singkat dan jelas terlepas dari rumusan yang kabur atau
bahasa kiasan

Filsafat dalam bahasa arab disebut muhibbul hikmah (pecinta kearifan) adalah aktifitas
berfikir yang pegangan bagi kita dalam melangkah dalam kehidupan, dalam al-qur’an-pun banyak
disebutkan, bahwa dengan berfikir manusia mampu memahami dan menyadari akan tanda-tanda
kekuasaan Tuhan (ar-rum: 21), maka bagi kita warga pergerakan mahasiswa islam Indonesia
apakah menjauh dari filasafat, atau bahkan menyesatkan orang yang belajar filsafat, sedangkan
Tuhan menganjurkan itu?
Mudah-mudahan kita sadar akan keterbatasan kita dalam berfikir. Amin
Semoga Bermanfa’at
Wallahul Muwaffiq Ilaa Aqwamith Thariq

Itu sja yang bisa dishare tentang Materi pengantar Filsafat Ilmu. Semoga bermanfaat. Wassalam..!!

[1] Fatih Gausang, Bengkel Ilmu Filsafat;Pengentar Filsafat, hlm. 6


[2] Suparlan Suhartono, Filsafat Pendidikan, hal.37
[3] Asmoro Achmadi, Filsafat Umum, hal. 6-7
[4] Drs. Surajiyo, Filsafat Ilmu, hal. 17

Anda mungkin juga menyukai