Anda di halaman 1dari 12

Kepada Yth.

dr. Neni Sumarni, Sp.A

DOPS
IMUNISASI HEPATITIS B

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik dan Melengkapi Salah


Satu Syarat Menempuh Program Pendidikan Profesi Dokter

Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSUD K.R.M.T Wongsonegoro Kota Semarang

Pembimbing:
dr. Zuhriah Hidajati, M.Si.Med, Sp.A
dr. Lilia Dewiyanti, M.Si.Med, Sp.A
dr.Neni Sumarni, Sp.A
dr. Adriana Lukmasari, Sp.A
dr. Harancang Pandih Kahayana, Sp.A

Disusun Oleh:
Ananta Hutagalung
30101407132

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK


RSUD K.R.M.T WONGSONEGORO SEMARANG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SULTAN AGUNG
2018
LEMBAR PENGESAHAN
DOPS
IMUNISASI HEPATITIS B

Nama : Ananta Hutagalung


NIM : 30101407132
Fakultas : Kedokteran Umum
Universitas : Universitas Islam Sultan Agung Semarang
Bidang Pendidikan : Program Pendidikan Profesi Dokter
Periode Kepaniteraan : 13 Agustus 2018 – 6 Oktober 2018
Judul DOPS : Imunisasi Hepatitis B
Pembimbing : dr. Neni Sumarni, Sp.A

Semarang, Agustus 2018


Mengetahui dan Menyetujui
Pembimbing Kepaniteraan Klinik
Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSUD K.R.M.T Wongsonegoro Semarang

Pembimbing,

dr. Neni Sumarni, Sp.A


TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Imunisasi Hepatitis B

Vaksin Hepatitis B (HepB) merupakan vaksin yang harus diberikan

ketika bayi lahir. Hal ini dikarenakan vaksin hepatitis B merupakan salah

satu cara untuk memutus rantai penularan virus Hepatitis B melalui

transmisi maternal dari ibu kebayinya (Ranuh, 2008). Vaksin ini

mengandung HBsAg yang merupakan suatu protein virus hepatitis B yang

dapat merangsang pembentukan kekebalan tubuh terhadap virus hepatitis

B (vaksinasi aktif) (Markum, A. H. 2002)

Gambar 2.1. Vaksin Hepatitis B

Penyakit Hepatitis B disebabkan oleh virus Hepatitis B. Kelainan

utama pada penyakit ini disebabkan oleh kerusakan pada hati. Hepatitis B

dapat menyebabkan penyakit ringan yang berlangsung selama beberapa

minggu, atau dapat mengakibatkan penyakit berat yang berlangsung


seumur hidup. Infeksi virus hepatitis B bisa terdapat dalam tingkat yang

akut atau berlangsung menahun.

 Infeksi Akut

Penyakit jangka pendek yang terjadi dalam 6 bulan pertama

setelah seseorang terkena virus hepatitis B. Gejala pada tingkat

ini mengakibatkan : demam, kelelahan, hilang nafsu makan,

mual-mual, dan/atau muntah-muntah, penyakit kuning (kulit atau

mata kuning, urin gelap, BAB seperti tanah liat), nyeri otot, nyeri

sendi, dan nyeri perut.

 Infeksi Kronik

Penyakit jangka panjang yang terjadi saat hepatitis B dorman di

tubuh seseorang. Walau kadang tanpa gejala, penyakit tersebut

dapat dikategorikan dalam kategori berat sehingga dapat

menimbulkan kerusakan hati (sirosis hati), kanker hati, hingga

kematian (CDC, 2016)

2.2 Fungsi Imunisasi Hepatitis B

Imunisasi Hepatitis B ditujukan untuk memberi tubuh kekebalan

terhadap penyakit Hepatitis B (Proverawati, 2010). Vaksinasi Hepatitis B

ini rutin atau wajib bagi bayi di berbagai negara dikarenakan memiliki

daya proteksi vaksin yang cukup tinggi, sekitar 94 – 96%. Pada beberapa

negara, vaksinasi hepatitis B juga diberikan bagi petugas kesehatan dan

laboratorium disebabkan oleh karena meningkatnya risiko paparan virus

hepatitis B..Vaksin Hepatitis B ini juga aman diberikan pada ibu hamil.

(Markum, A. H. 2002).
2.3 Jadwal Pemberian Imunisasi Hepatitis B

1. Imunisasi hepB-1 diberikan sedini mungkin (dalam waktu 12 jam) setelah

lahir, mengingat paling tidak 3,9% ibu hamil mengidap Hepatitis B aktif

dengan risiko penularan kepada bayinya sebesar 45%.

2. Imunisasi hepB-2 diberikan setelah 1 bulan (4 minggu) dari imunisasi

hepB-1 yaitu saat bayi berumur 1 bulan. Untuk mendapat respons imun

optimal, interval imunisasi hepB-2 dengan hepB-3 minimal 2 bulan,

terbaik 5 bulan. Maka imunisasi hepB-3 diberikan pada umur 3-6 bulan.

3. Jadwal dan dosis hepB-1 saat bayi lahir, dibuat berdasarkan status HBsAg

ibu saat melahirkan yaitu ibu dengan status HBsAg yang tidak diketahui,

ibu HBsAg positif atau ibu HBsAg negatif (Ranuh, 2008).

Hepatitis B saat bayi lahir, tergantung status HBsAg ibu

1. Bayi lahir dari ibu dengan status HbsAg yang tidak diketahui.

Diberikan vaksin rekombinan (HB Vax-II 5µg atau Engerix B 10 µg)

atau vaksin plasma derived 10 µg, intramuscular dalam waktu 12 jam

setelah lahir. Dosis kedua diberikan umur 1-2 bulan dan dosis ketiga

umur 6 bulan. Apabila pada pemeriksaan selanjutnya diketahui ibu

HbsAg-nya positif, segera berikan 0,5 ml HBIG (sebelum 1 minggu).

2. Bayi lahir dari ibu HBsAg positif. Dalam waktu 12 jam setelah lahir,

secara bersamaan, diberikan 0,5 ml HBIG dan vaksin rekombinan,

intramuscular di sisi tubuh yang berlainan. Dosis kedua diberikan 1-2

bulan dan dosis ketiga diberikan pada usia 6 bulan.


3. Bayi lahir dari ibu dengan HBsAg negative. Diberikan vaksin

rekombinan atau vaksin plasma derived secara intramuscular, pada

umur 2-6 bulan. Dosis kedua diberikan 1-2 bulan kemudian dan dosis

ketiga diberikan 6 bulan setelah imunisasi pertama.

4. Ulangan imunisasi hepatitis B (hep B-4) dapat dipertimbangkan pada

umur 10-12 tahun (Sudarti, 2010).

Ulangan imunisasi Hepatitis B

Telah dilakukan penelitian multisenter di Thailand dan Taiwan terhadap anak

dari ibu pengidap Hepatitis B yang telah memperoleh imunisasi dasar 3 kali pada masa

bayi. Pada umur 5 tahun 90,7% diantaranya masih memiliki titer antibodi anti HBs

protektif (kadar anti HBs > 10 ug/ml). Mengingat epidemiologi di Thailand maka dapat

disimpulkan bahwa imunisasi ulang (booster) pada usia 5 tahun belum diperlukan.

Idealnya pada usia 5 tahun dilakukan pemeriksaan kadar anti HBs. Apabila sampai

dengan usia 5 tahun anak belum pernah memperoleh imunisasi hepatitis B, maka

secepatnya diberikan imunisasi Hepatitis B dengtan jadwal 3 kali pemberian (catch-up

vaccination). Ulangan imunisasi Hepatitis B (hepB-4) dapat dipertimbangkan pada umur

10-12 tahun, apabila kadar pencegahan belum tercapai (anti HBs 10 ug/ml) (Ranuh,

2008).

Berdasarkan Rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia

 Vaksin HB monovalen pada usia 1 bulan tidak perlu diberikan apabila anak

akan mendapat vaksin DTP-Hib kombinasi dengan HB.

 Rasional

Pada saat ini mayoritas vaksin kombinasi berbahan dasar DTP-Hib

yang beredar di Indonesia jugaberisi komponen HB sehingga pada imunisasi


Vaksin HB monovalen pada usia 1 bulan tidak perlu diberikan apabila anak

akan mendapat vaksin DTP-Hib kombinasi dengan HB. dasar dengan vaksin

DTPw-Hib-HB atau DTPaHib-HB-IPV akan memberikan 3 dosis vaksin HB

diluar vaksin HB saat lahir. Hal tersebut dapat dilakukan berdasarkan hasil

seroproteksi terhadap HB setelah 3 dosis vaksin pentavalen DTPw-HibHB

adalah 99,3%, dan setelah 3 dosis hexavalent DTPa-Hib-HB-IPV adalah

98,4% pada bayi yang telah mendapat vaksin HB saat lahir (Gunanrdi,2017).
2.4 Cara Pemberian Imunisasi Hepatitis B

Imunisasi Hepatitis diberikan secara intramuskular. Dosis pertama

(HB-0) diberikan segera setelah bayi lahir atau kurang dari 7 hari setelah

kelahiran. Vaksin ini menggunakan PID (Prefilled Injection Device), yaitu

alat suntik yang hanya bisa digunakan sekali pakai dan telah berisi vaksin

dosis tunggal dari pabrik. Vaksin ini diberikan dengan dosis 0,5 ml. Selain

pada bayi, vaksin ini juga diberikan pada anak usia 12 tahun yang pada

masa kecilnya belum diberi vaksin Hepatitis B. Selain itu orang-orang

yang berada dalam rentan risiko Hepatitis B sebaiknya juga diberi vaksin

ini (Proverawati, 2010).

Berikut langkah-langkah imunisasi hepatitis B :

1. Lakukan inform konsen sebelum melakukan imunisasi.

2. Lakukan persiapan alat : vaksin hepatitis B jenis uniject, swab

kapas alkohol, plester untuk menutup bekas injeksi.

3. Pastikan kualitas vaksin masih dalam kondisi yang baik (cek

tanggal kadaluwarsa dan vaksin apa yang diberikan)

4. Cuci tangan dan kenakan handscoon.

5. Posisikan bayi diatas pangkuan ibu/pengasuh atau di bed.

6. Tempelkan paha yang akan disuntik dengan paha lain. Tentukan

lokasi injeksi vaksin, yaitu di 1/3 superiolateral femur atau vastus

lateralis.

7. Desinfeksi lokasi penyuntikan secara sirkular lalu tunggu beberapa

saat.
8. Tekan ujung Vaksin Hepatitis B dan putar untuk memastikan

vaksin dapat keluar saat proses injeksi.

9. Injeksikan vaksin pada area yang telah di tentukan.

10. Tutup area yang telah di injeksi dengan plester

11. Bersih dan bereskan peralatan imunisasi dan cuci tangan setelah

pemakaian.

12. Edukasi ke pasien.

Gambar 2.2. Lokasi penyuntikan imunisasi hepatitis B


2.5 Kontra Indikasi Imunisasi Hepatitis B

Vaksin Hepatitis B tidak boleh diberikan kepada penderita infeksi

berat yang disertai kejang (Proverawati, 2010). Vaksin ini juga termasuk

dihindari pemberiannya pada orang dengan riwayat reaksi alergi berat

(anafilaksis) setelah pemberian vaksin hepatitis B atau vaksin lain

sebelumnya. Vaksin hepatitis B mengandung protein ragi jamur sehingga

dikontraindikasikan pada orang dengan alergi ragi (Markum, A. H. 2002).

Kehamilan dan laktasi bukan indikasi kontra imunisasi VHB (Ranuh,

2008).

2.6 Reaksi KIPI (Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi)

 Efek samping yang terjadi umumnya berupa reaksi lokal seperti rasa

sakit, kemerahan dan pembengkakan di sekitar tempat penyuntikan

(Kusumawati, L., Mulyani, N. S., Pramono, D. 2006). Reaksi yang

terjadi bersifat ringan dan biasanya hilang setelah 2 hari (Proverawati,

2010). Kadang-kadang dapat menimbulkan demam ringan untuk 1-2

hari (Ranuh, 2008).

 Reaksi anafilaksis (alergi berat) dapat terjadi meskipun sangat jarang

(1 kasus tiap 1,1 juta imunisasi) (Kusumawati, L., Mulyani, N. S.,

Pramono, D. 2006).
DAFTAR PUSTAKA

1. U.S. Departement of health and human services centers for disease control

and prevention.2016.www.immunize.org/vis.

2. Markum, A. H. 2002. Imunisasi. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia.

3. Gunardi, Kartasasmita, Hadinegoro.2017. Sari Pediatri:Jadwal Imunisasi

Anak usia 0-18 tahun Rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia. Vol 18

no 5: hal 417-422.

4. I.G.N Ranuh,Dkk, 2008. Pedoman Imunisasi di Indonesia, Jakarta : Ikatan

Dokter Anak Indonesia.

5. Proverawati, Atikah & Citra Setyo Andhini.2010.Imunisasi dan Vaksinasi,

Yogyakarta : Nuha Offset.

6. Kusumawati, L., Mulyani, N. S., Pramono, D. 2006. Faktor-Faktor yang

Berhubungan dengan Pemberian Imunisasi Hepatitis B 0-7 Hari. Berita

Kedokteran Masyarakat. Vol. 23. No. 1. Maret 2007: 21-27.

7. Sudarti, M.Kes.dkk. 2010. Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, Dan Anak

Balita. Yogyakarta: Medical Book

Anda mungkin juga menyukai