Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

Fluor albus / keputihan adalah keadaan keputihan pada vagina dan / atau serviks wanita.
Fluor albus dapat berupa fisiologis atau patologis. Fluor albus dikatakan patologis, jika disertai
dengan perubahan warna dan bau serta jumlah yang tidak normal. Keluhan dapat disertai rasa
gatal, edema genital, disuria, nyeri perut bagian bawah atau nyeri punggung 1.
Leukorea yang patologis diakibatkan oleh infeksi pada alat reproduksi bagian bawah atau
pada daerah yang lebih proksimal, yang bisa disebabkan oleh infeksi gonokokkus, trikomonas,
kandida, klamidia, treponema, human papiloma virus, herpes genitalis.Penularannya dapat
terjadi melalui hubungan seksual. Leukorea patologis dapat juga disebabkan oleh
neoplasma/keganasan, benda asing, menopause, dan erosi. Leukorea fisiologis dapat terjadi pada
bayi baru lahir, saat menars, saat ovulasi, karena rangsangan seksual, kehamilan, mood/stress,
penggunaan kontrasepsi hormonal, pembilasan vagina yang rutin 2. Fluor albus menjadi salah
satu dari 25 alasan terbanyak untuk mengunjungi tenaga medis di Amerika Serikat 3. Menurut
data penelitian tentang kesehatan reproduksi menyatakan bahwa 75% wanita di dunia pernah
mengalami fluor albus paling tidak sekali dalam hidup dan 45% diantaranya mengalami fluor
albus 2 kali atau lebih 3.

Chlamydiatrachomatis, Neisseria gonorrhoeae, Trichomonas vaginalis merupakan


penyebab infeksi menular seksual (IMS). Infeksi klamidia pada organ genital terdapat di seluruh
dunia dan lazim di negara-negara maju dan negara berkembang. WHO memperkirakan bahwa 89
juta kasus baru infeksi klamidia genital terjadi di seluruh dunia pada tahun 2001. Jumlah kasus
yang dilaporkan, terjadi lebih banyak pada perempuan dibanding laki-laki. Insiden gonore
bervariasi berdasarkan umur, 75% dari kasus yang dilaporkan pada usia 15-29 tahun, tertinggi
terjadi pada kelompok usia 15-19 tahun. Faktor risiko demografis terjadinya gonore adalah status
sosial ekonomi rendah onset awal aktivitas seksual tanpa status perkawinan, dan mempunyai
riwayat gonore. Laporan untuk prevalensi trikomoniasis bervariasi. Secara umum, prevalensi
berkisar antara 5% sampai 74% pada wanita dan 5-29% pada pria, dengan gejala klinis IMS dan
populasi yang memiliki faktor risiko tinggi terkena IMS 3.

1
Penelitian secara epidemiologi, fluor albus patologis dapat menyerang wanita mulai dari
usia muda, usia reproduksi sehat maupun usia tua dan tidak mengenal tingkat pendidikan,
ekonomi dan sosial budaya, meskipun kasus ini lebih banyak dijumpai pada wanita dengan
tingkat pendidikan dan sosial ekonomi yang rendah. Fluor albus patologis sering disebabkan oleh
infeksi, salah satunya bakteri vaginosis (BV) adalah penyebab tersering (40-50% kasus terinfeksi
vagina), vulvovaginal candidiasis (VC) disebabkan oleh jamur candida species, 80-90% oleh
candida albicans, trichomoniasis (TM) disebabkan oleh trichomoniasis vaginalis, angka
kejadiannya sekitar 5-20% dari kasus infeksi vagina (Haryadi, 2011) 4.

Oleh karena angka kejadian fluor albus cukup tinggi, kita harus mengetahui penyebab
dari fluor albus, agar dapat didiagnosis dini dan melakukan penatalaksanaan yang tepat.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Definisi
Leukorea (fluor albus/white discharge/keputihan/vaginal discharge/duh tubuh vagina)
adalah pengeluaran cairan dari alat genitalia yang tidak berupa darah.Cairan ini dalam keadaan
normal tidak sampai keluar, sedangkan cairan yang keluar dari vagina tidak semua merupakan
keadaan yang patologis.Gardner menyatakan bahwa leukorea adalah keluhan penderita berupa
pengeluaran sekresi vulvovagina yang bervariasi baik dalam jumlah, bau, maupun konsistensinya
5
.
Kebanyakan duh tubuh vagina adalah normal.Akan tetapi, jika duh tubuh yang keluar
tidak seperti biasanya baik warna ataupun penampakannya, atau keluhannya disertai dengan
nyeri, kemugkinan itu merupakan tanda adanya sesuatu yang salah. Duh tubuh vagina
merupakan kombinasi dari cairan dan sel yang secara berkelanjutan melewati vagina. Fungsi dari
duh tubuh vagina adalah untuk membersihkan dan melindungi vagina 6.

Gambar 1 Leukorea dan asalnya

3
2.2 Etiologi
Etiologi leukorea sampai sekarang masih sangat bervariasi sehingga disebut
multifaktorial. Beberapa etiologi dari leukorea antara lain:7
1. Non infeksi (noninfective)
 Fisiologis
 Polip servikal dan ektopi
 Benda asing seperti tampon yang tertinggal (retained tampon)
 Dermatitis vulva
 Lichen planus erosif
 Keganasan traktus genitalia (kanker servik,kanker uterus, kanker ovarium)
 Fistula
2. Nonsexually transmitted infection:
 Vaginosis bakteri, paling sering terjadi pada wanita seksual aktif yang memiliki
riwayat penyakit menular seksual berulang.
 Infeksi kandida, disebabkan oleh pertumbuhan berlebihan dari candida albicans.
3. Sexually transmitted infection:
 Chlamydiatrachomatis
 Neisseria gonorrhoeae
 Trichomonas vaginalis
 Gardenella vaginalis
 Human papilloma virus
 Candida albicans

2.3 Patogenesis
Fluor Albus dapat disebabkan oleh banyak hal, fluor albus fisiologis dapat ditemukan
dalam beberapa keadaan seperti bayi yang baru lahir sampai kira-kira usia 10 hari karena
pengaruh estrogen dari plasenta ke rahim dan janin dalam vagina, sebelum menarche karena
pengaruh dari hormon estrogen dan bisa hilang sendiri, wanita dewasa terangsang dengan
menghabiskan transudasi dinding vagina 8.
Meskipun banyak variasi warna, konsistensi, dan jumlah dari sekret vagina bisa
dikatakan suatu yang normal, tetapi perubahan itu selalu diinterpretasikan penderita sebagai
4
suatu infeksi, khususnya disebabkan oleh jamur. Beberapa perempuan pun mempunyai sekret
vagina yang banyak sekali. Dalam kondisi normal, cairan yang keluar dari vagina mengandung
sekret vagina, sel-sel vagina yang terlepas dan mucus serviks, yang akan bervariasi karena umur,
siklus menstruasi, kehamilan, penggunaan pil KB 8.
Lingkungan vagina yang normal ditandai adanya suatu hubungan yang dinamis antara
Lactobacillus acidophilus dengan flora endogen lain, estrogen, glikogen, pH vagina dan hasil
metabolit lain. Lactobacillus acidophilus menghasilkan endogen peroksida yang toksik terhadap
bakteri patogen. Karena aksi dari estrogen pada epitel vagina, produksi glikogen, lactobacillus
(Doderlein) dan produksi asam laktat yang menghasilkan pH vagina yang rendah sampai 3,8-4,5
dan pada level ini dapat menghambat pertumbuhan bakteri lain 9.
Keputihan yang patologis bisa disebabkan oleh infeksi menular seksual (Chlamydia
trachomatis, Neisseria gonorrhoeae, Trichomonas vaginalis), lainnya Infeksi vulvovaginalis
(Candida albicans), vaginosis bakteri (Gardnerella vaginalis), karena benda asing dan proses
keganasan 8. Penyebab paling umum dari fluor albus patologis adalah infeksi. Cairan yang
mengandung banyak leukosit dan sedikit warna kekuningan sampai hijau, seringkali
menggumpal dan bau 8.

2.3.1 Vaginosis Bakterial

Vaginosis bacterial adalah sindrom klinis yang disebabkan oleh bertambah


banyaknya organisme komensal dalam vagina (Gardnella vaginalis) serta berkurangnya
organisme laktobasilus terutama Lactobasillus yang menghasilkan hydrogen peroksida 10.

Kejadian vaginosis bacterial dihubungkan dengan pasangan seksual multiple,


pasangan seksual baru dan riwayat IMS sebelumnya, namun apakah vaginosis bakterial
dapat terjadi pada perempuan yang belum pernah melakukan hubungan seksual genitor-
genital.(buku merah). Pada vaginosis bacterial: Sekret vagina yang keruh, encer, putih
abu-abu hingga kekuning-kuningan dengan bau busuk atau amis, melekat pada dinding
vagina, sering muncul pada labia. Bau semakin bertambah setelah hubungan seksual 11.

5
Gambar 2 Duh pada vaginosis bakterial

Patogenesis

Vaginosis bacterial timbul akibat perubahan ekosistem mikrobiologis vagina, sehingga


bakteri normal dalam vagina (Lactobacillus spp) sangat berkurang. Secara in vitro, Lactobasillus
vagina akan menghambat G. Vaginalis, Mobiluncus dan batang anaerob Gram-negatif. Beberapa
galur lactobacillus dapat menghasilkan hydrogen peroksidase (H2O2) yang banyak dijumpai
dalam vagina normal dibandingkan dengan vagina pasien vaginosis bacterial 10.

Diagnosis
Terdapat berbagai kriteria dalam menegakkan diagnosis vaginosis bakterial. Umumnya
digunakan kriteria Amsel, berdasarkan 3 dari 4 temuan berikut 11 :

1. Duh tubuh vagina berwarna putih keabu-abuan, homogeny, melekat di vulva dan vagina
2. Terdapat clue-cells pada duh vagina (>20% total epitel vagina yang tampak pada
pemeriksaan sediaan basah dengan NaCl fisiologis dan pembesaran 100 kali)
3. Timbul bau amis pada duh vagina yang ditetesi dengan larutan KOH 10% (tes amin
positif)
4. pH duh vagina lebih dari 4,5

Gambar 3 “Clue cell”

6
Gambaran pewarnaan Gram duh tubuh vagina diklasifikasikan menurut modifikasi
criteria Spiegel dkk, sebagai berikut :
1. Diagnosis vaginosis bacterial dapat ditegakkan kalau ditemukan campuran jenis bacteria
termasuk morfotipe Gardnella dan batang positif gram atau negative gram yang lain atau
kokus atau keduanya. Terutama dalam jumlah besar, selain itu dengan mofotipe
Lactovacillus dalam jumlah sedikit atau tidak ada diantara flora vaginal dan tanpa adanya
bentuk-bentuk jamur.
2. Normal kalau terutama ditemukan morfotipe Lactobacillus diantara flora vaginal dengan
atau tanpa morfotipe Gardnerella dan tidak ditemukan bentuk jamur.
3. Indeterminate kalau diantara criteria tidak normal dan tidak konsisten dengan vaginosis
bacterial 10.

Standard untuk penelitian adalah menggunakan Kriteria Nugent. Kriteria ini menggunakan
skoring 0 – 10

 Skore 0 – 3 , diagnosis Vaginosis Bakterial negatif


 Skore 4 – 6 , intermediate
 Skore > 7 , diagnosis Vaginosis Bakterial positif 10

Pengobatan

Antimikroba berspektrum luas terhadap sebagian besar bakteri anaerob, biasanya


efektif untuk mengatasi vaginosis bacterial. Metronidazol dan klindamisin merupakan
obat utama, serta aman diberikan kepada perempuan hamil. Tinidazol merupakan
derivate nitroimidazol, dengan aktivitas anti bakteri dan antiprotozoa telah disetujui
sebagai obat untuk vaginosis bacterial 10.

Obat yang diberikan secara intravagina menunjukkan efikasi yang sama dengan
metronidazol oral, namun efek samping lebih sedikit 10.

Pilihan rejimen pengobatan :

1. Metronidazol dengan dosis 2x500 mg setiap hari selama 7 hari

7
2. Metronidazol 2 gram dosis tunggal
3. Klindamisin 2x300 mg per oral sehari selama 7 hari
4. Tinidazol 2x500 mg setiap hari selama 5 hari
5. Ampisilin atau amoksisilin dengan dosis 4x500 mg per oral selama 5 hari 10.

2.4.2 Vulvovaginitis

Keluhan utama ialah gatal di daerah vulva. Pada yang berat terdapat pula rasa panas,
nyeri sesudah miksi dan dispareunia. Pada pemeriksaan yang ringan terdapat hyperemia pada
labia minora, introitus vagina dan vagina terutama bagian 1/3 bagian bawah. Sering pula terdapat
kelainan khas ialah bercak-bercak putih kekuningan 12.

Fluor albus pada kandidosis vagina berwarna kekuningan. Tanda yang khas ialah disertai
gumpalan-gumpalan sebagai kepala susu berwarna putih kekuningan 12.

Gambar 4 vulvovaginitis

Pemeriksaan

1. Pemeriksaan langsung
Kerokan kulit atau usapan mukokutan diperiksa dengan larutan KOH 20% atau
dengan pewarnaan gram, terlihat sel ragi, blastospora, atau hifa semu 12.

8
Gambar 5 Kuman dilihat dengan mikroskop

2. Pemeriksaan biakan
Bahan yang akan diperiksa ditanam dalam agar dekstrosa glukosa Sabouraud,
dapat pula agar ini dibubuhi antibiotik (kloramfenikol) untuk mencegah
pertumbuhan bakteri. Perbenihan disimpan dalam suhu kamar atau lemari suhu
37c, koloni tumbuh selama 2-5 hari, berupa koloni mukoid putih 12.

Pengobatan
Pengobatan yang dianjurkan :
- Klotrimazol 200 mg, intravagina, setiap hari selama 3 hari ATAU
- Klotrimazol 500 mg, intravagina, dalam dosis tunggal, ATAU
- Flukanazol 150 mg per oral, dalam dosis tunggal ATAU
- Itrakonazol 200 mg per oral, 2 kali sehari, dosis tunggal
Pilihan lain
- Nistatin 100.000 IU, intravagina, setiap hari selama 14 hari 13.

2.4.3 Trikomoniasis
Trikomoniasis merupakan infeksi saluran urogenital bagian bawah pada
perempuan maupun laki-laki, dapat bersifat akut atau kronik, disebabkan oleh
Trichomonas vaginalis dan penularannya melalui kontak seksual 14.
Trichomonas vaginalis berkembang biak secara belah pasang memanjang dan
dapat hidup dalam suasana pH 5-7,5. Pada suhu 50C akan mati dalam beberapa menit,

9
tetapi pada suhu 0°C dapat bertahan sampai 5 hari. Penularan umumnya melalui
kontak seksual , tetapi dapat juga melalui pakaian, dan handuk basah atau karena
berenang 14.

Patogenesis
T. vaginalis mampu menimbulkan peradangan pada dinding saluran urogenital
dengan cara invasi sampai mencapai jaringan epitel dan sub-epitel. Masa tunas rata-
rata 4 hari sampai 3 minggu. Pada perempuan parasit ini menimbulkan radang yang
berat pada epitel skuamosa vagina dan ektoserviks, sehingga menimbulkan sekresi
yang banyak dan mukopurulen. Pada kasus lanjut terdapat bagian-bagian dengan
jaringan granulasi yang jelas. Nekrosis dapat ditemukan di lapisan subepitel yang
menjalar sampai di permukaan epitel. Di dalam vagina dan uretra parasit hidup dari
sisa-sisa sel, kuman-kuman dan benda lain yang terdapat dalam secret 14.

Gambar 6 T. vaginalis

Gejala klinis

Lima puluh persen perempuan, asimtomatik. Yang diserang terutama dinding


vagina, dapat bersifat akut maupun kronik. Pada kasus akut terlihat secret vagina
seropurulen sampai mukopurulen berwarna kekuningan, sampai kuning-kehijauan,
berbau tidak enak (malodor), dan berbusa. Dinding vagina tampak kemerahan dan
sembab. Kadang-kadang terbentuk abses kecil pada dinding vagina dan serviks, yang
tampak sebagai granulasi berwarna merah dan dikenal sebagai strawberry appereance,
disertai gejala dispareuria, perdarahan pasca koitus, dan perdarahan intermenstrual.
Bila secret banyak yang keluar dapat timbul iritasi pada lipat paha atau sekitar
genitalia eksterna . selain vaginitis dapat pula terjadi uretritis, Bartholinitis, Skenitis

10
14
dan Sistitis yang pada umunya tanpa keluhan . Keputihan kental, berbau busuk,
warna kuning kehijauan, dan disertai dengan pruritus pada vulva 11.

Gambar 7 Fluor albus pada T. vaginalis

Diagnosis

Selain dengan pemeriksaan langsung dengan mikroskop sediaan basah dapat juga
dilakukan dengan pemeriksaan pewarnaan Giemsa, akridin oranye, leishman, Gram
dan Papaniculou. Akan tetapi pengecatan tersebut dianggap sulit karena proses fiksasi
dan pengecetan diduga dapat mengubah morfologi kuman. Pada pembiakan pemilihan
media merupakan hal penting mengingat banyak jenis media yang digunakan. Media
modifikasi Diamond misalnya In Pouch Tv digunakan secara luas dan menurut
penelitian yang dilakukan media ini yang paling baik dan mudah didapat 14.

Gambar 8 Micrograph showing a positive result for trichomoniasis. A trichomonas organism


is seen on the top-right of the image.

11
Tata Laksana
Non medikamentosa
- Bila memungkinkan periksa dan lakukan pengobatan pada pasangan tetapnya
(notifikasi pasangan)
- Anjurkan abstinensia sampai infeksi dinyatakan sembuh secara laboratories, bila
tidak memungkinkan anjurkan penggunaan kondom
- Kunjungan ulang untuk follow up di hari ke 7
- Lakukan konseling mengenai infeksi, komplikasi yang dapat terjadi, pentingnya
keteraturan berobat
- Lakukan Provider Initiated Testing and Counseling (PITC) terhadap infeksi HIV dan
kemungkinan mendapatkan infeksi menular seksual lain
- Bila memungkinkan lakukan pemeriksaan penapisan untuk IMS lainnya 14

Medikamentosa
Secara sistemik (oral)
Obat yang sering digunakan tergolong derivat nitromidazol seperti :
- Metronidazol 2x500 mg perhari selama 7 hari, atau dosis tunggal 2 gram
- Nimorazol dosis tunggal 2 gram
- Tinidazol dosis tunggal 1,5 gram 14

2.4.4 Gonore

Disebabkan oleh kuman diplokokus negatif Gram : Neisseria gonorrhoeae


(Gonococcus). Kuman tersebut hanya patogen terhadap manusia, karena itu infeksi
terjadi secara kontak langsung dengan reservoir yaitu manusia melalui kontak seksual.
Seorang wanita kemungkinan 50% tertular sesudah satu kali hubungan seks dengan
pria terinfeksi, sedangkan seorang pria kemungkinannya 20%. Individu yg terinfeksi
tapi asimptomatik (wanita) merupakan reservoir (sumber infeksi) dan Infeksi juga
dapat terjadi dari wanita hamil kepada bayinya selama proses persalinan biasanya
berupa ophthalmia neonatorum 15.

12
Port d’entrée Gonococcus adalah mukosa vaginal atau urethra pd penis, tapi dapat
pula mukosa faring serta rektum dan Pili merupakan salah satu faktor virulensi kuman
GO karena melekatkannya pada epitel mukosa sehingga tidak dapat dibersihkan oleh
aliran urin. Faktor virulensi lainnya adalah Por protein, Opa protein, LOS
(lipooligosakarida) yang mempunyai aktivitas endotoksin, Rmp protein yang
menghambat aktivitas “cidal” serum, IgA protease (suatu enzim yg merusak IgA1),
serta kapsul yang dapat menghambat fagositosis. Setelah melekat, Gonococcus dengan
cepat berbiak dan menyebar masuk ke cervix (wanita) dan naik ke urethra (pria).
Infeksi biasanya lokal tetapi dapat menyebar hematogen ke bagian tubuh lain (jarang)
15
.

Gejala Klinis :

Fluor albus disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae dari endocervicitis adalah


purulen, tipis dan agak bau. Selain keputihan, infeksi beberapa kali disertai dengan
keluhan disuria, dispareunia dan nyeri perut bagian bawah, demam, mual dan muntah 11.

Gambar 9 Gonore pada wanita

13
Diagnosis
Diagnosis ditegakkan atas dasar anamnesis, pemeriksaan klinis, dan pemeriksaan
pembantu. Berikut adalah uraian lima tahapan pemeriksaan pembantu 16 :
a. Sediaan langsung
Pada sediaan langsung dengan pewarnaan Gram ditemukan gonokok Gram-negatif,
intraselular dan ekstraselular. Bahan duh pada perempuan diambil dari uretra, muara
kelenjar bartholin, serviks, untuk pasien dengan anamnesis berisiko melakukan
kontak seksual anogenital dan orogenital, maka pengambilan bahan duh dilakukan
pada faring dan rectum. Sensitivitas pemeriksaan langsung ini bervariasi, pada
specimen endoserviks sensitivitasnya antara 45-65%, dengan spesifisitas tinggi yaitu
90-99% 16.
b. Kultur
Untuk identifikasi spesies perlu dilakukan pemeriksaan biakan (kultur). Dua macam
media yang dapat digunakan 16 :
- Media transport
- Media pertumbuhan

Contoh media transpor


- Media Stuart
Merupakan media transpor saja, sehingga perlu ditanam kembali pada media
pertmbuhan 16.
- Medira transgrow
Media ini selektif dan nutritive untuk N. Gonorrhoeae dan N. meningitidis;
dapat bertahan hingga 96 jam dan merupakan gabungan media transpor dan
media pertumbuhan, sehingga tidak perlu ditanam pada media pertumbuhan
lagi. Media ini merupakan modifikasi media Thayer Martin dengan
menambahkan trimetoprim untuk mematikan Proteus spp 16.

14
Contoh media pertumbuhan :
- Mc Leod’s chocolate agar
Merupakan media nonselektif. Berisi agar coklat, agar serum. Selain kuman
N. Gonorrhoeae, kuman-kuman yang lain juga dapat tumbuh 16.
- Media Thayer Martin
Media ini selektif untuk isolasi N. Gonorrhoeae. Mengandung vankomisin
untuk menekan pertumbuhan kuman gram positif, kolestrimetat untuk
menekan pertumbuhan bakteri gram negatif dan nistatin untuk menekan
pertumbuhan jamur 16.
- Modified Thayer Martin agar
Isinya ditambah dengan trimetoprim untuk mencegah pertumbuhan kuman
Proteus spp 16.

Gambar 10 Biakan N. Gonorrhoeae

c. Tes identifikasi presumtif dan konfirmasi (definitive)


1. Tes oksidase
Reagen oksidasi yang mengandung larutan tetrametil-p-fenilendiamin
hidroklorida 1% ditambahkan pada koloni gonokok tersangka. Semua Neisseria

15
member reaksi positif dengan perubahan warna koloni yang semula bening
berubah menjadi merah muda sampai merah lembayung 16.
2. Tes fermentasi
Tes oksidasi positif dilanjutkan dengan tes fermentasi memakai glukosa,
maltose, dan sukrosa. N. Gonorrhoeae hanya meragikan glukosa 16.

d. Tes beta-laktamse
Pemeriksaan bera-laktamase dengan menggunakan cefinase TM dis. BBL961192
yang mengandung chormogenic cephalosporin, akan menyebabkan perubahan warna
dari kuning menjadi merah apabila kuman mengandung enzim beta-laktamase 16.

e. Tes Thomson
Tes Thomson ini berguna untuk mengetahui sampai dimana infeksi sudah
berlangsung. Pada tes ini ada syarat yang perlu diperhatikan :
- Sebaiknya dilakukan setelah bangun pagi
- Urin dibagi dalam dua gelas
- Tidak boleh menahan kencing dari gelas I ke gelas II
Syarat mutlak ialah kandung kencing harus mengandung air seni paling
sedikit 80-100 ml, jika air seni kurang dari 80 ml, maka gelas II sukar dinilai
karena baru menguras uretra anterior 16.

Hasil pembacaan
Gelas I Gelas II Arti
Jernih jernih tidak ada infeksi
Keruh jernih infeksi uretritis anterior
Keruh keruh panuretritis
Jernih keruh tidak mungkin

16
Tatalaksana
- Non medikamentosa
1. Bila memungkinkan periksa dan lakukan pengobatan pada pasangan
tetapnya (notofikasi pasangan)
2. Anjurkan abstenensia sampai infeksi dinyatakan sembuh secara
laboratories, bila tidak memungkinkan anjurkan penggunaan kondom
3. Kunjungan ulang untuk tindak lanjut di hari ke-3 dan hari ke-7
4. Lakukan konseling mengenai infeksi, komplikasi yang dapat terjadi,
pentingnya keteraturan berobat
5. Lakukan Provider Initiated Testing and Counseling (PITC) terhadap
infeksi HIV dan kemungkinan mendapatkan infeksi menular seksual lain
6. Bila memungkinkan lakukan pemeriksaan penapisan untuk IMS lainnya 16

Pada pengobatan yang perlu diperhatikan adalah efektivitas, harga dan


ketersediaan obat, dan sedikit mungkin efek toksiknya. Obat pilihan utama
adalah Sefiksim dosis tunggal, per oral. Macam-macam obat yang dapat
dipilih antara lain :

Sefiksim
Merupakan sefalosporin geberasi ke-3 dipakai sebagai dosis
tunggal 00 mg. efektivitas dan sensitifitas sampai saat ini paling baik,
yaitu 95% 16

Levofloksasin
Dari golongan kuinolon, obat yang menjadi pilihan adalah
Levofloksasin 500 mg, dosis tunggal. Dengan ciprofloksasin 500 mg, dan
oflofoksasin 400 mg, per oral dosis tunggal, dilaporkan sudah resisten
pada daerah tertentu di Indonesia 16.

17
Tiamfenikol
Dosisnya 3,5 gram, dosis tunggal secara oral. Angka kesembuhan
ialah 97,7%. Tidak dianjurkan pemakaiannya pada kehamilan 16.

2.4.5 Infeksi Klamidia


Klamidia merupakan kuman yang sangat kecil, bersifat parasit obligat
intraseluler. Jenis C. trachomatis serotype L1, L2, L3 dapat menyebabkan
lymphogranuloma venereum sedangkan C. trachomatis serotype D-K, pada wanita dapat
menyebabkan urethritis, cervicitis, bartholinitis, salpingitis, conjunctivitis. C. trachomatis
serotype D-K masuk melalui abrasi di permukaan mukosa 11

Gejala Klinis:

Vulvovaginitis

Keluhan utama ialah gatal pada daerah vulva. Pada yang berat terdapat pula rasa panas,
nyeri sesudah miksi, dan dispareunia 17.

Infeksi pada wanita adalah Fluor albus yang purulen atau eksudat mukopurulen terlihat
pada endoserviks dan serviks, mudah berdarah postcoitus namun kadang Asimptomatik
11
.

Gambar 11 Vulvovaginitis

18
Diagnosis laboratorium :

1. Pemeriksaan langsung
Kerokan kulit atau usapan mukokutan diperiksa dengan larutan KOH 20% atau dengan
pewarnaan gram, terlihat sel ragi, blastospora, atau hifa semu 17.
2. Pemeriksaan biakan
Bahan yang akan diperiksa ditanam dalam agar dekstrosa glukosa Sabouraud, dapat pula
agar ini dibubuhi antibiotik (kloramfenikol) untuk mencegah pertumbuhan bakteri.
Perbenihan disimpan dalam suhu kamar atau lemari suhu 37°C, koloni tumbuh setelah 2-
5 hari, berupa koloni mukoid putih 17

Gambar 12 Dilihat dari mikroskop dan menggunakan media agar Sabouraud

19
BAB III

KESIMPULAN

Fluor albus (white discharge, leukorea, keputihan) adalah bukanlah suatu penyakit
melainkan gejala berupa cairan yang dikeluarkan dari alat-alat genital yang berlebihan dan bukan
merupakan darah.
Etiologi fluor albus: Bakteri (Gardanerrella vaginalis, Chlamidia trachomatis, Neisseria
gonorhoae, dan Gonococcus),Jamur(Candida albicans),Protozoa (Trichomonas vaginalis) dan
Virus( Virus Herpes dan human papilloma virus) dll.
Gejala dapat berupa keputihan yang keluar dari vagina,bisa gatal,berbau dan warna yang
berbeda-beda tergantung penyebabnya.

20

Anda mungkin juga menyukai