Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN

A. Pengertian muamalah

Dr. Kaelany HD., MA mengatakan dalam bukunya, Islam Agama Universal,


bahwa ajaran Islam sangatlah luas. Ulama dengan berlandaskan hadist membagi
ajaran Islam tersebut dalam tiga pokok bahasan, yaitu Aqidah, Syari’ah (ibadah
dan muamalah), dan Akhlak.
Syari’ah adalah sebutan terhadap pokok ajaran Allah dan Rasulnya yang
merupakan jalan atau pedoman hidup manusia dalam melakukan hubungan
vertical kepada Pencipta, Allah SWT, dan juga kepada sesama manusia.

Ada dua pendekatan dalam mendefinisikan Syari’ah, yaitu antara lain:

1. Dari segi tujuan, Syari’ah memiliki pengertian ajaran yang menjaga


kehormatan manusia sebagai makhluk termulia dengan memelihara atau
menjamin lima hal penting, yaitu:
a) Menjamin kebebasan beragama (Berketuhanan Yang Maha Esa)
b) Menjamin kehiupan yang layak (memelihara jiwa)
c) Menjamin kelangsungan hidup keluarga (menjaga keturunan)
d) Menjamin kebebasan berpikir (memelihara akal)
e) Menjamin kehidupan dengan tersedianya lapangan kerja yang pantas
(memelihara harta)
Lima hal pemeliharaan itu akan menjadi ukuran dari lima hukum Islam,
seperti wajib, sunnat, haram, makruh, dan mubah.

2. Ditinjau dari segi klasifikasi.

Terdiri dari ibadah dan muamalah.

1) Pengertian muamalah menurut bahasa


Etiomologi:
Muamalah dari kata (‫ )العمل‬yang merupakan istilah yang digunakan untuk
mengungkapkan semua perbuatan yang dikehendaki mukallaf. muamalah
mengikuti pola (َ‫ )مملفاَلعللة‬yang bermakna bergaul (‫)التتلعاَممل‬

Terminologi:
Muamalah adalah istilah yang digunakan untuk permasalahan selain ibadah.

2) Pengertian muamalah menurut istilah

1
a) Arti luas
Menurut Ad-Dimyathi :
“Suatu aktivitas keduniaan untuk mewujudkan keberhasilan akhirat”

Menurut Yusuf Musa :


“Peraturan-peraturan Allah yang harus diikuti dan dita’ati dalam hidup
bermasyarakat untuk menjaga kepentingan manusia”
“Segala peraturan yang diciptakan Allah untuk mengatur hubungan
manusia dengan manusia dalam kehidupannya”

Menurut Dr.Abdul Sattar Fathullah Sa’id :


“Fiqh muamalat ialah hukum syari’ah yang berkaitan dengan transaksi
manusia mengenai jual beli, gadai, perdagangan, pertanian, sewa-
menyewa, perkongsian, perkawinan, penyusuan thalak, iddah, hibah &
hadiah, washiat, warisan, perang dan damai”.

Jadi, muamalah dalam arti luas adalah “Aturan-aturan Allah untuk


mengatur manusia dalam kaitannya dengan urusan duniawi dalam
pergaulan sosial”.
Dalam konteks muamalah dalam makna luas, Ibnu Abidin
membagi muamalah kepada 5 bidang
1) Mu’awadhah Maliyah (hukum kebendaan)
2) Munakahat (Hukum perkawinan)
3) Muhasanat (Hukum Acara)
4) Amanat dan ‘Ariyah (Pinjaman)
5) Tirkah (harta warisan)

b) Arti sempit
Menurut Khudhari Byk :
“Semua akad yang membolehkan manusia saling menukar manfaatnya”

Menurut Rasyid Ridha :


“Tukar menukar barang atau sesuatu yang bermanfaat dengan cara yang
ditentukan”

Menurut Dr.Mustafa Ahmad Zarqa,


“Hukum-hukum tentang perbuatan manusia yang berkaitan dengan
hubungan sesama manusia mengenai harta kekayaan, hak-hak dan
penyelesaian sengketa”.

Jadi muamalah dalam arti sempit adalah “Aturan-aturan Allah yang


mengatur hubungan manusia dengan manusia dalam memperoleh dan
mengembangkan harta benda” atau “aturan tentang kegiatan ekonomi
manusia”

Ibadah wajib berpedoman pada sumber ajaran Al-Qur’an dan Al-Sunnah, yaitu
harus ada contoh (tatacara dan praktek) dari Nabi Muhammad SAW. Konsep
ibadah ini berdasarkan kepada mamnu’ (dilarang atau haram). Ibadah ini antara
lain meliputi shalat, zakat, puasa, dan haji. Sedangkan masalah mu’amalah

2
(hubungan kita dengan sesama manusia dan lingkungan), masalah-masalah dunia,
seperti makan dan minum, pendidikan, organisasi, dan ilmu pengetahuan dan
teknologi, berlandaskan pada prinsip “boleh” (jaiz) selama tidak ada larangan
yang tegas dari Allah dan Rasul-Nya.
Berkaitan dengan hal di atas (mu’amalah), Nabi Muhammad SAW mengatakan:

“Bila dalam urusan agama (aqidah dan ibadah) Anda contohlah saya. Tapi,
dalam urusan dunia Anda, (teknis mu’amalah), Anda lebih tahu tentang dunia
Anda.”

Dalam ibadah, sangat penting untuk diketahui apakah ada suruhan atau
contoh tata cara, atau aturan yang pernah diajarkan oleh Rasulullah SAW.
Apabila hal itu tidak ada, maka tindakan yang kita lakukan dalam ibadah itu
akan jatuh kepada bid’ah, dan setiap perbuatan bid’ah adalah dhalalah (sesat).
Sebaliknya dalam mu’amalah yang harus dan penting untuk diketahui adalah
apakah ada larangan tegas dari Allah dan Rasul-Nya, karena apabila tidak ada,
hal tersebut boleh saja dilakukan.

Dalam hal ini, Dr. Kaelany juga menjelaskan adanya dua prinsip yang perlu
kita perhatikan, yaitu:

1. Manusia dilarang “menciptakan agama, termasuk sistem ibadah dan tata


caranya, karena masalah agama dan ibadah adalah hak mutlak Allah dan
para Rasul-Nya yang ditugasi menyampaikan agama itu kepada
masyarakat. Maka menciptakan agama dan ibadah adalah bid’ah.
Sedangkan setiap bid’ah adalah sesat.
2. Adanya kebebasan dasar dalam menempuh hidup ini, yaitu hal-hal yang
berkaitan dengan masalah mu’amalah, seperti pergaulan hidup dan
kehidupan dalam masyarakat dan lingkungan, yang dikaruniakan Allah
kepada umat manusia (Bani Adam) dengan batasan atau larangan tertentu
yang harus dijaga. Sebaliknya melarang sesuatu yang tidak dilarang oleh
Allah dan Rasul-Nya adalah bid’ah.
Dalam menjalankan keseharian, penting bagi kita untuk mengingat dua
prinsip di atas. Ibadah tidak dapat dilakukan dengan sekehendak hati kita karena
semua ketentuan dan aturan telah ditetapkan dalam Al-Qur’an dan Sunnah, serta
contoh dan tata caranya telah diajarkan oleh Rasulullah SAW semasa hidupnya.
Melakukan sesuatu dalam ibadah, yang tidak ada disebutkan dalam Al-Qur’an
dan Sunnah berarti melakukan sesuatu yang tidak diperintahkan oleh Allah
SWT, dan ini sungguh merupakan perbuatan yang sesat.

Namun dalam beberapa hal, tentu ada hal yang harus diperhatikan sesuai
dengan perkembangan zaman. Di sini lah implikasi dari mu’amalah itu sendiri.
Selama tidak ada larangan secara tegas di dalam Al-Qur’an dan Sunnah, hal
yang dipertimbangkan itu boleh dilakukan. Hal ini telah diterangkan oleh Rasul
dalam sabdanya yang sudah ditulis di atas. Sebagai contoh adalah dalam
kehidupan sehari-hari, pada zaman hidupnya Rasulullah, masyarakat yang

3
mengadakan perjalanan dari satu tempat ke tempat lain menggunakan binatang
Unta sebagai kendaraan. Akan tetapi hal itu tidak mungkin sama dalam
kehidupan zaman modern ini. Dan karenanya, menggunakan kendaraan
bermotor diperbolehkan karena tidak ada larangan dari Allah dan Rasul-Nya
(tidak tertera larangan yang tegas dalam Al-Qur’an dan Sunnah).

BAB II

4
PEMBAHASAN

A. Implementasi Muamalah Dalam Sejarah Modern

Jika berbicara mengenai peradaban, maka Islam sebagai sebuah agama


tidak dapat
dipisahkan dari munculnya peradaban modern dunia. Jika kita sederhanakan,p
eradaban modern adalah peradaban yang sudah lebih maju sesuai dengan
tuntutan
zaman dan memberikan kontribusi positif bagi kehidupan manusia. Sejarah tel
ah
mencatat Islam sebagai sebuah agama telah membuktikan mampu menandingi
peradaban dunia. Pada abad ke-8 hingga abad ke-12, wilayah yang peradabann
ya
dianggap paling maju adalah wilayah Timur Tengah, dengan Baghdad sebagai
ibu kotanya. Baghdad yang saat itu dikuasai oleh kekhalifahan Abbasiyah
adalah model era keemasan peradaban. Kemajuan peradaban muncul seiring
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
implementasi nilai moral dalam kehidupan. Sehingga barometer suatu peradab
an
dapat terukur dari sejauh mana kemajuan ilmu pengetahuan dan moral di suatu
wilayah. Sebagai contoh, kita melihat
di daerah Makkah pada masa pra kenabian Muhammad Saw., saat itu terkenal
dengan masa jahiliyah (bodoh).

Keterbelakangan
penduduknya dalam ilmu pengetahuan membawa pada peradaban yang terpur
uk. Bukan hanya karena kebodohan para penduduknya saja, tetapi nilai moral,
akhlak dan sikap terpuji juga telah memudar bahkan hilang dalam diri mereka.
Sehingga tidak muncul adanya interaksi sosial yang sehat dan saling sinergi.
Begitu pula di daratan Eropa pada abad ke-16, otoritas gereja begitu
membelenggu para ilmuwan dalam berpendapat dan mengembangkan ilmu
pengetahuan. Terjadi pengekangan terhadap pengembangan ilmu
pengetahuan dengan dogma dan doktrin yang dilakukan oleh gereja. Hal
tersebut memicu munculnya the dark age di wilayah Eropa yang membawa
kepada keterpurukan peradaban. Tetapi di masa kekhalifahan Abbasiyah
membuktikan bahwa Islam mampu membangun peradaban maju di dunia.
Pada sebuah kerajaan yang menjadikan Islam sebagai dasar pemerintahannya.
Islam merupakan agama yang universal dan menyeluruh. Agama yang
berisikan ajaran mengenai pola kehidupan manusia baik dalam tataran fungsi
ukhrawi maupun duniawi.

Agama yang bukan hanya mengatur pola hubungan manusia dengan


Tuhannya tetapi mengatur pula hubungan antar sesama manusia dan seluruh
alam semesta. Islam merupakan agama yang selalu mengajak umatnya agar
selalu proaktif terhadap fenomena kehidupan yang terjadi. Menganjurkan
kepada pemeluknya agar selalu menginisiatif dan memberikan
kemaslahatan bersama. Sehingga, tak salah jika Islam merupakan agama

5
peradaban. Islam memberikan keleluasaan kepada para ilmuwan dan ulama
untuk mempelajari seluruh fenomena kehidupan. Bukan hanya itu, Islam
memberikan keutamaan kepada siapa pun yang senantiasa mempelajari ilmu.
Ditambah lagi semangat mengamalkan
hadits Rasul Saw. yang menyebutkan bahwa seorang terbaik adalah yang palin
g banyak memberikan manfaat bagi bersama.
Sabda Rasulullah Saw:
Yang artinya “Sebaik-baiknya manusia adalah yang paling banyak
memberikan manfaat kepada orang lain”. (HR. Ath-Thabrani)

Sehingga para ilmuwan dan ulama pun berlomba-lomba menghadirkan


manfaat dan kemaslahatan bagi bersama. Mereka mengkaji dan menulis
berbagai bidang ilmu yang didasari dari pemahaman mereka terhadap ajaran
Islam. Diantara bidang ilmu dalam Islam, fiqih muamalah yang
lebih banyak membahas tentang kehidupan dan interaksi antar sesama.
Sehingga wajar jika fiqih muamalah juga memberikan kontribusi dalam
membangun peradaban Islam. Lalu bagaimana fiqih muamalah mampu
memberikan andil terhadap pemahaman
yang utuh dalam menjadikan peradaban yang modern dan maju. Sejarah sudah
membuktikannya betapa Islam mampu menjadikan peradaban maju. Tetapi rea
lita Islam saat ini yang sudah sangat jauh dari kondisi pada abad ke-12 silam.
Kondisi ini pula memperlemah keyakinan umat Islam sendiri terhadap
ajarannya.

Cakupan dan Ruang Lingkup Muamalah di Zaman Modern


Sebagaimana telah dibahas, pengertian fiqih muamalah adalah ilmu ya
ng bersumber dari Al-Quran dan Al-
Sunnah yang mengatur hubungan interaksi antar sesama manusia demi
terciptanya kemaslahatan bersama. Jika melihat hal tersebut, kajian dalam
interaksi sosial tentu memiliki cakupan yang luas. Sehingga wajar jika fiqih
muamalah memiliki andil besar dalam membangun peradaban Islam.
Adapun cakupan dari fiqih muamalah terdiri dari hukum keluarga (al-ahwal al
-syakhsiyah), hukum privat/perdata/sipil (al-qanun al-madani), hukum pidana
(al-qanunal-jaza`i), hukum politik (siyasah syar’iyyah) dan hukum
internasional (al-qanun al-dauli). (Ensiklopedi Hukum Islam, 1997: 357)

1. Al-Ahwal al-Syakhsiyah
Dalam al-ahwal al-syakhsiyah
dibahas mengenai tuntunan membina keluarga. Tuntunan tentang
bagaimana meminang (khitbah), menikah, bercerai (thalaq) dan hubungan
diantara suami dengan istri dan keluarganya. Saat ini hukum tentang
keluarga ini dibahas dalam fiqih munakahat. Termasuk al-ahwal al-
syakhsiyah meliputi masalah waris dan wasiat.

2. Al-Qanun al-Madani
Al-qanun al-madani yaitu hukum yang menyangkut
kebendaan, seperti jual beli,sewa menyewa, pinjam meminjam,
syarikat (kongsi perusahaan). Termasuk didalamnya dibahas tentang hak d

6
an syarat pelakunya. Masalah inilah yang lebih banyak dibahas dalam fiqih
muamalah.

3. Al-qanun al-jaza`i
Al-qanun al-jaza`i yaitu hukum pidana yang mengatur cara melindungi
dan menjaga
keselamatan hak dan kepentingan masyarakat terhadap yang lainnya dari
perbuatan yang tidak dibenarkan hukum. Para ulama membahas masalah
ini lebih dalam pada fiqih jinayah atau hudud,seperti aturan tentang qishas,
zina, pencurian dan membuat kekacauan.

4. Siyasah syar’iyyah
Siyasah syar’iyyah
membahas masalah politik atau mengatur hubungan antara
negara dan pemerintahan dengan warganya yang meliputi pemimpin negar
a,menegakkan pemerintahan dan syarat dan kewajiban dalam negara dan
pemerintahan.

5. Al-qanun al-dauli
Al-qanun al-dauli ini meliputi pengaturan masalah hukum privat dan
hukum public internasional. Di dalamnya juga dibahas masalah
penggolongan non-muslim kepada al-harb (musuh yang boleh diperangi),
zimmi (non muslim yang boleh tinggal di negara Islam) dan musta`min
(non muslim yang berada di negara Islam karena ada kepentingan).
Termasuk di sini pula dibahas hubungan dan suasana perang (jihad).

Demikanlah cakupan secara umum dari fiqih muamalah. Sangat


lengkap dan begitu
terperinci pembahasannya. Sehingga sangat wajar jika dengan syariah mampu
membangun peradaban. Hanya kembali lagi kepada umat Islam itu
sendiri sebagai pelaku.

B. Tantangan, Ancaman, dan Solusi Implementasi Muamalah

1. Tantangan dan ancaman


Jika melihat kelengkapan fiqih muamalah Islam, kita meyakini bahwa
solusi dari semua permasalahan adalah Islam. Mengapa tidak, Islam yang
memiliki tuntunan yang
begitu luas dan menyeluruh pasti akan sangat tepat jika kita aplikasikan dan
implementasikan. Kita yakin Islam adalah agama rahmatan lil ‘alamin,
sehingga kita yakin jika Islam akan menyelamatkan umat dalam
menjalani hidup dan kehidupan. Dengan ber-Islam kita akan terjaga dan
terpelihara dari segala yang dapat merugikan diri. Islamlah ajaran yang terbaik
dan termulia jika dibandingkan dengan segala ajaran yang ada di dunia ini.

Sabda Rasulullah Saw.:


Yang artinya
“Islam itu tinggi/mulia tidak ada yang menandingi ketinggiannya”.
(HR. Al-Daruquthni)

7
Tetapi sayang umat Islam sendiri belum secara maksimal berupaya
implementasi
dari ketinggian dan kemulian Islam ini. Mayoritas umat Islam belum menemu
kan hakikat dan makna di balik kalimat indah rahmatan lil ‘alamin dan ya’lu
wa la yu’la. Sehingga dalam kenyataan kedudukan Islam tidak lebih baik,
tidak lebih tinggi bahkan tidak lebih mulia dari ajaran atau tuntunan yang
lainnya. Bahkan jika kita melihat keberadaan umat Islam dan negara Islam
terbalik pencitraannya sebagai agama yang agung dan mulia. Sinyalemen ini
pernah disampaikan oleh Syekh Muhammad Abduh, ia berkata “Islam itu
terhalang oleh (perilaku) kaum muslimin itu sendiri”.

Hal ini senada dengan apa yang disampaikan H. Rahardjo Tjakraningra


t (2005), bahwa dari segi tampilan umat Islam amat terbalik dari pencitraan
ajarannya yang
indah dan mulia. Ini sebagai akibat kelemahan dan kesalahan umat Islam dala
m menerapkan ajaran-ajaran Allah ‘Azza wa Jalla di muka bumi.Selain itu,
salah satu ciri majunya peradaban Islam adalah perhatiannya terhadap
ilmu pengetahuan. Ada garis lurus antara peradaban dengan kemajuan ilmu
pengetahuan. Sementara saat ini umat Islam sedang mengalami kemunduran
prestasi
dalam bidang ilmu pengetahuan. Umat Islam kehilangan semangat mencari il
mu
pengetahuan. Terlebih dengan adanya dikhotomi ilmu pengetahuan, umat Isla
m semakin terpecah dan tidak merasa jika itu adalah bagian dari ibadah. Umat
Islam kini lebih banyak menguasai ilmu pengetahuan yang dihasilkan dari
kebudayaan dan cara pandang Barat yang sekuler.

Tantangan lain peran fiqih muamalah dalam membangun peradaban


Islam adalah melemahnya loyalitas dan kebanggaan umat Islam terhadap
ajaran Islam itu sendiri. Adanya ghazwul fikri (perang pemikiran) yang
berhasil merasuki cara berpikir umat Islam sehingga merasa bahwa pandangan
hidup Barat lebih baik. Penyesatan opini oleh kaum orientalis dan modernis
secara gencar dilakukan sehingga umat Islam merasa ajaran Islam sudah kuno
dan tidak tepat lagi dengan perkembangan zaman sementara pandangan hidup
yang berdasarkan sekulerisme, matrealisme, liberalisme dan faham lainnya
dianggap lebih kekinian dengan tuntutan zaman.

Bahkan lebih keras, Abul Hasan Ali Nadwi (1985) menegaskan bahwa
masalah
sebenarnya di hadapan Islam sekarang bukan hanya masalah kemerosotan mor
al, kekendoran ibadah, ketaatan yang berlebihan, diabaikannya praktek-
praktek
keagamaan dan peniruan kebudayaan orang asing. Memang semua itu adalah
hal penting, tetapi masalah sebenarnya adalah kepercayaan dan
ketidakpercayaan. Yakni, apakah Islam akan terus hidup atau dicampakkan.
Peperangan yang terjadi di dunia muslim sekarang adalah perang antara
matrealisme Barat dan Islam sebagai wahyu terakhir dari Tuhan.

2. Solusi

8
Berpegang pada ungkapan think globally and act locally,
apa yang nampak di hadapan umat Islam kita memulai langkah konkrit dengan
mengimplementasikan Islam di ranah yang lebih kecil di lingkungan kita. Kita
sebagai pendidik memilki andil yang
besar dalam membangun peradaban Islam. Terlebih salah satu tantangan utam
a dewasa ini adalah ilmu pengetahuan.
Langkah awal dimulai dengan membentuk sistem yang mendukung kepada
internalisasi muamalah Islam di kalangan pelajar. Mulai dari kurikulum yang
mendukung, kebijakan termasuk stake holder yang memiliki visi implementasi
Islam dalam kehidupan sehari-hari.

Upaya dalam pendidikan harus menjadi sebuah pembelajaran yang


memberikan
makna bagi anak didik kita. Dimulai dengan memberikan pengetahuan (to
know),
kemudian memberikan pemahaman yang utuh (to understanding), mengupaya
kan pelaksanaan secara praktek (to
do) dan menerapkan nilai hingga menjadi sebuah
keyakinan diri (to be). Begitu pula dengan memberikan keteladanan sehingga
seimbang antara teori dan praktek.

Dengan kata lain kita membutuhkan pendidikan karakter yang


berlandaskan Islam untuk membangun peradaban.
Memulai dengan menjadikan fiqih muamalah isu penting di kalangan pelajar.
Memberikan pemahaman yang utuh dan menyeluruh tentang fiqih muamalah,
sehingga diharapkan tidak lagi tabu bahkan lebih familiar lagi dengan fiqih
muamalah. Mengenalkan pelajar dengan kondisi saat ini lalu menghubungkan
dengan solusi yang
selalu tersedia dalam Islam. Sehingga anak akan lebih mudah memahami fiqih
muamalah.

Mengajarkan anak untuk selalu berpikir ilmiah. Menerapkan bahwa


segala sesuatu
pasti ada landasannya. Dan Islam adalah ajaran yang mempelopori untuk berpi
kir ilmiah. Tidak ada dalam fiqih muamalah yang didasari keisengan
semuanya di dasari keilmiahan. Dengan ini diharapkan anak tidak asal meniru
budaya lain tanpa meneliti terlebih dahulu, apa lagi bagi anak memiliki
kecenderungan meniru sangat tinggi.

Menanamkan kebanggaan terhadap Islam dan fiqih muamalah. Memba


ngun loyalitas anak terhadap Islam dengan memberikan pengetahuan tentang
keutamaan dan keunggulan ajaran Islam. Hal ini pula bisa terbangun dengan
tidak memisahkan
antara ilmu agama dan ilmu umum. Buatlah pengertian bahwa Islam adalah
kesempurnaan dan menyeluruh semua aspek kehidupan.
Diantara pendekatan pembelajaran yang efektif dalam mensosialisasikan fiqih
muamalah di kalangan peserta didik adalah dengan menerapkan pendekatan
kontekstual.

9
Adapun strategi yang dapat digunakan ketika menerapkan pendekatan
kontekstual dalam pembelajaran adalah sebagai berikut: (Johnson, 2008:21)
1. Pembelajaran berbasis masalah, diharapkan peserta didik mampu
mengobservasi dan menganalisa permasalahan kemudian memberikan solu
si sesuai dengan semangat fiqih muamalah Islam.
2. Menggunakan konteks yang beragam, untuk memberikan pemahaman yan
g utuh dan wawasan yang luas.
3. Mempertimbangkan kebhinekaan siswa.
4. Memberdayakan siswa untuk belajar mandiri, untuk menguatkan pemaham
an anak dalam menemukan solusi dari permasalahan.
5. Belajar melalui kolaborasi.
6. Menggunakan penilaian autentik.

Sedangkan untuk langkah-langkah penerapan pendekatan kontekstual di dalam


kelas menurut Sagala (2005:92) adalah sebagai berikut:
1. Kembangkan pemikiran bahwa siswa akan belajar lebih bermakna dengan
cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri
pengetahuan dan keterampilan barunya.
2. Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiry (menemukan sendiri) untuk
semua pokok bahasan.
3. Mengembangkan sikap ingin tahu siswa dengan bertanya.
4. Menciptakan masyarakat belajar.
5. Menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran.
6. Melakukan refleksi di akhir pertemuan.
7. Melakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara

Dari sini kemampuan kita sebagai pendidik dituntut. Wawasan dan


pengetahuan menjadi modal utama dalam menginternalisasi muamalah Islam
di kalangan pelajar. Dan yang paling utama menjadikan diri kita teladan dalam
mengamalkan Islam sebagai jati diri kita.

C. Muamalah sebagai Sistem Terbaik

Muamalah dalam bahasa arab diambil dari kata ‘amala yang artinya
berbuat atau bertindak. Sedangkan pengertian muamalah secara ringkas
disebutkan dalam Ensiklopedia Hukum Islam, yaitu hubungan kepentingan
antar sesama manusia yang di dalam Al-Quran disebut dengan hablun minan
naas (Ensiklopedia HukumIslam, 1997: 356). Dengan kata lain fiqih
muamalah adalah konsep atau ilmu yang bersumber dari Al-Quran dan Al-
Sunnah yang mengatur hubungan interaksi antar sesama manusia.

Konsep yang berisikan hukum-hukum syar’i mengenai pola hubungan


interaksi antar sesama manusia dengan tujuan meraih manfaat
dan kemaslahatan bersama.
Ulama berbeda pendapat tentang pembagian fiqih hukum Islam, ulama Mazha
b Hanafi membagi kepada tiga, yaitu fiqih ibadah, fiqih muamalah dan
fiqih jinayah. Sedangkan ulama Mazhab Syafi’i membaginya kepada empat,
yaitu fiqih ibadah, fiqih muamalah, fiqih munakahah dan fiqih ‘uqubah.

10
Walaupun demikian para ulama
sepakat jika secara pokok fiqih hukum Islam terbagi menjadi wilayah ibadah d
an
wilayah muamalah. Wilayah ibadah lebih kepada aturan tentang kehidupan sec
ara individu dengan Tuhannya, sedangkan wilayah muamalah mengatur
hubungan interaksi antar sesama manusia. Adanya pembagian hukum Islam
secara pokok kepada wilayah ibadah dan wilayah
muamalah menunjukan kesempurnaan Islam. Kesempurnaan sebuah agama ya
ng
mengatur hidup dan kehidupan seluruh makhluk Allah Swt. Aturan Islam akan
memberikan rahmat bagi seluruh alam semesta, rahmatan lil ’alamin.
Firman Allah SWT :
Yang artinya
“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi
semesta alam” (Al-Anbiya [21]: 107).

Kehadiran Rasulullah SAW sebagai pembawa risalah Allah SWT yang


menjadi rahmat bagi seluruh alam semesta. Beliau menyampaikan ajaran yang
telah terangkum dalam Al-Quran dan Al-Sunnah. Dengan ajaran ini Rasulullah
Saw. mampu mengubah negara Arab yang jahiliyah menjadi sebuah peradaban
yang disegani dunia. Dimulai
dari pembentukan aqidah dan keyakinan kemudian membentuk masyarakat
sosioreligi. Pembentukan masyarakat sosial religi dengan dasar Islam
membawa kepada persoalan baru. Persoalan-
persoalan ini kemudian membawa adanya tuntunan-tuntunan yang terangkum
dalam kajian fiqih muamalah.
Berbeda dengan fiqih ibadah yang lebih kepada doktrin, sehingga dalam tata
caranya tidak boleh ada kreasi baru (bid’ah). Sementara dalam fiqih
muamalah, para pemikir (fuqaha) dibolehkan memberikan solusi baru yang
tidak bertentangan dengan dasar dalam Al-Quran dan Al-Sunnah.

Seperti ketika ada seorang sahabat yang menanyakan tentang masalah


penanaman benih kurma, Rasulullah SAW menjawab:
Yang artinya “Kalian lebih mengetahui tentang urusan dunia kalian.
Sedangkan apa yang terkait dengan urusan agama kalian, maka
itu kepadaku”. (HR. Muslim).

Sepeninggal Rasulullah SAW seiring perkembangan zaman munculah


Fuqaha dan para ilmuwan yang lebih banyak mengembangkan solusi-
solusi dari permasalahan yang lebih rumit. Para Fuqaha membuat interpretasi
terhadap ayat-ayat Al-Quran untuk
memberikan jawaban terhadap masalah yang ada. Di bidang fiqih muamalah-
lah permasalahan ini dibahas yang kemudian menjadi kajian interpretasi
terhadap sumber Al-Quran dan Al-Sunnah. Konsep utama dalam fiqih
muamalah adalah kemaslahatan bersama. Islam sangat
memperhatikan kemaslahatan bersama, tidak
melihat strata sosial, gender, tingkat pendidikan bahkan terhadap makhluk
selain manusia pun sangat diperhatikan oleh Islam. Dengan keharusan
mengacu kepada kemaslahatan bersama, kemudian muncul adanya maqashid
syar’I (tujuan hukum islam) yang menjadi acuan para fuqaha dalam

11
mengambil ijtihad (pendapat).
Inilah keunggulan fiqih muamalah, bahwa tidak ada agama lain yang memiliki
tuntunan dalam seluruh aspek kehidupan seperti Islam. Dari semenjak bangun
tidur, ke
kamar mandi, seluruh aktifitas hingga hendak tidur kembali Islam memiliki
tuntunannya. Bahkan Islam memiliki tuntunan tentang pemerintahan, politik,
ekonomi, sosial dan budaya. Sekali lagi tuntunan tersebut ada bertujuan untuk
kemaslahatan bersama, karena Islam adalah rahmatan lil ‘alamin.

Imam Asy-Syathibi dalam Al-Muwafaqat fi Ushuli al-Syari’ah¸


menyebutkan bahwa
kemaslahatan bagi manusia adalah tujuan dari syariah yang disebut
maqashidsyari’ah.
Maqashid syari’ah tidak keluar dari tiga pokok perkara, yaitu dharuriyat
(sangat penting/primer), hajiyat (kebutuhan/skunder) dan
tahsinat (hiasan/tersier). (Asy-Syathibi: 202)
1. Dharuriyat adalah sesuatu yang mesti ada demi kemaslahatan dunia dan
agama. Apabila perkara dharuri ini tidak ada, maka tidak ada
keberlangsungan kemaslahatan dunia dan agama, bahkan mengarah
kepada kematian. Ada 5 (lima) hal yang termasuk perkara dharuriyat ini,
yaitu memelihara keberagamaan, jiwa, keturunan, harta dan akal.
2. Hajiyat adalah sesuatu yang dibutuhkan demi kemaslahatan manusia. Apa
bila perkara hajiyat ini tidak terpenuhi, maka akan terjadi kesusahan dan
kepayahan saja tetapi tidak sampai kehilangan nyawa. Diantara perkara
hajiyat ini adalah adanya tuntunan rukhshah (keringanan)
dalam menjalankan ibadah, seperti boleh berbukashaum bagi yang sakit.
Dalam muamalah seperti adanya tuntunan pinjam meminjam (qiradh) dan
lain sebagainya.
3. Tahsinat adalah sesuatu yang menjadikan lebih layak dan lebih bagus dan
menghindarkan sesuatu yang membuat jelek dan kotor. Termasuk perkara
tahsinat ini adalah budi pekerti dan akhlak terpuji, seperti sopan santun,
adab-adab, tidak boleh membunuh perempuan dan anak kecil ketika
berperang dan lain sebagainya.

Inilah keunggulan Islam, terkhusus dalam fiqih muamalah. Islam mem


berikan kesempatan yang luas kepada fuqaha dan para ilmuwan untuk
mengembangkan ilmu
yang berkaitan dengan interaksi sosial, tetapi yang perlu mendasarinya adalah
Al-Quran dan Al-Sunnah.

Kesimpulan dari dasar itu adalah kemaslahatan bersama, bukan


individualis seperti faham yang ada di barat diwakili dengan hedonisme,
liberalisme dan matrealisme.
Dalam sejarah tercatat bahwa permulaan peradaban Islam dibangun ketika
hijarahnya Nabi Muhammad SAW ke Madinah. Berbeda dengan ketika
periode Makkah
yang menekankan masalah aqidah dan penanaman keyakinan. Periode Madina
h disebut juga periode syari’ah karena di Madinah banyak turun ayat dan
aturan tentang syari’ah termasuk syari’ah muamalah. Disinilah kita bisa
melihat bagaimana syari’ah muamalah yang kemudian dikaji lebih mendalam

12
melalui fiqih muamalah menjadi salah satu pilar utama dalam membangun
peradaban Islam. Dan yang luar biasa, bahwa dasar fiqih muamalah itu adalah
kemaslahatan bersama. Membangun peradaban maju dan modern tentu
didasari adanya sinergi yang positif di dalam umat dan hal tersebut terbangun
ketika ada tuntunan yang mengarah kepada kemaslahatan bagi umat itu
sendiri.

D. Gagasan Menegakkan Syariat Islam

Kita telah mengetahui bahwa Islam merupakan agama


rahmatan lil ‘alamin.
Semakna dengan ini, bahwa tuntunan dalam Islam sangat up to date dengan
perkembangan zaman. Meski diturunkan 14 abad silam, Islam senantiasa menj
adi solusi terhadap problematika kehidupan saat ini. Allah
SWT sudah menegaskan hal ini dalam Al-Quran.
Firman Allah Swt.:
Yang artinya “Dan Kami turunkan kepadamu al-Kitab (al-
Qur'an) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan
kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri”.(An-Nahl [16]: 89)

Melihat demikian ada rasa optimis akan munculnya peradaban yang m


aju dan modern dengan dasar dan landasan agama Islam. Maryam Jamilah
seorang pemikir yang lahir dan berkembang di Barat pernah menulis mengenai
prospek kebangkitan Islam menjadi peradaban didasarkan beberapa alasan,
sebagai berikut: (Jamilah, 1985:83)
1. Sumber dasar Islam, al-Quran dan al-Sunnah adalah bahan yang tidak
terkotori dan utuh. Tak ada satu agama pun yang dapat menyanggah
kelebihan ini.
2. Ajaran Islam itu bersifat menyeluruh dan lengkap, mencakup segalanya da
n sama sekali mandiri. Maka Islam tidak mentoleransi keterbukaan
(eclecticism) dan kompromi dengan budaya mana pun yang bertentangan
dengan prinsip-prinsipnya. Islam sendiri memberikan tuntunan yang cukup
untuk kehidupan sebagai suatu keseluruhan. Islam tak hanya menerangkan
kepada kita apa yang seharusnya dilakukan, tetapi juga secara khusus
menerangkan bagaimana cara melakukannya. Ajaran-
ajaran sebenarnya pada agama lain bersifat terbatas, kaku dan terpecah-
pecah.
3. Ketetapan hati untuk memelihara dan menyebarluaskan Islam dalam
kemurnian aslinya praktis telah dilaksanakan secara berkesinambungan
pada setiap sejarah
periode Islam, di setiap negara muslim, oleh serangkaian mujaddid
(pembaharu). Meski usaha para modernis dibantu oleh ilmuwan dan
politisi Barat
untuk memaksakan pemahaman mereka yang menyimpang tentang Islam.
Alhamdulillah, selalu menjumpai rintangan kuat pada setiap sisi dari
orang-orang yang tak tertipu oleh kemunafikan ini serta yang
berkeyakinan hati memelihara keutuhan Islam yang tak ternoda.
4. Di seluruh dunia Islam sebagian besar penduduk menghendaki Islam dan
sekali saja suatu kepemimpinan yang membangkitkan semangat muncul,
mereka akan siap untuk mengikutinya dengan penuh semangat.

13
Dengan demikian Islam sudah sangat jauh mempersiapkan sebuah pera
daban modern dan maju. Ini harus menjadi keyakinan kita, bahwa Islam lah
yang terbaik.
Optimisme ini sudah sangat beralasan untuk bisa meyakinkan bahwa Islam ak
an mampu membangun peradaban yang maju dan modern. Diantara sebagian
kecil solusi Islam, misalnya tentang aturan jilbab dan menutup
aurat yang tidak ada dalam agama lain
aturan sedetail dalam Islam. Di sejumlah negara sekuler menjadikan
stigma buruk terhadap tuntunan ini dengan menyebutkan bahwa Islam
mengekang kebebasan perempuan dengan pakaian jilbab. Dalam Islam
masalah menutp aurat ini sudah termasuk dalam kategori dharuriyat
(penting / primer), yaitu memelihara keturunan. Karena di mulai dari pakaian
yang seronoklah berakibat adanya kebebasan yang kebablasan.

Hj. Irene Handono (2004) menjawab isu tentang jilbab bagi perempuan
ini dengan menyebutkan bahwa di dunia Islam, seksualitas dan percintaan
tidak dipamerkan di jalan-jalan. Pornografi tidak bisa diterima. Gadis-gadis
muslimah yang menikah tidak mau melakukan hubungan seks sebelum
menikah. Kebanyakan mempelai wanita yang
menikah masih perawan saat menikah. Hj. Irene Handono menegaskan alasan
nya,
menutup aurat dari sudut pandang Islam, logis saja bahwa kita tidak berusaha
memancing sesuatu hal yang tidak kita inginkan terjadi.

Bukti lain tentang keutamaan muamalah Islam. Masa keemasan Islam


pada abad ke-
8 dimulai ketika khalifah sebagai pemegang pemerintahan memberikan
kesempatan luas para ulama yang giat mempelajari berbagai bidang ilmu
pengetahuan. Sehingga ada sinergis dan simbiosis kuat antara pemerintah dan
penduduknya. Berbeda dengan pemerintahan gereja di wilayah Eropa pada
abad ke-16.

Munculnya renaisans (pencerahan) karena adanya benturan dengan


pihak gereja
sebagai pemegang politik pemerintahan. Dari sini munculah sekulerisme. Jika
kita
meyakini faham lain selain Islam lebih baik, tentu tidak muncul dari kekecewa
an
terhadap lingkungan saat itu. Terbukti sekulerisme, matrealisme, komunisme d
an lainnya muncul karena kekecewaan terhadap gereja. Berbeda dengan Islam
yang justru memunculkan keyakinan bahwa Islam memang yang terbaik.
Sebagaimana telah disebutkan bahwa fiqih muamalah berlandaskan
kemaslahatan bersama.

Oleh karena itu, Islam sangat melarang riba karena sangat merugikan
disalah satu pihaknya. Berbeda dengan komunisme, kapitalisme dan
matrealisme yang merupakan bentuk kekecewaan masyarakat terhadap agama
Kristen yang diwakili oleh
gereja saat itu. Faham kapitalisme menghalalkan segala cara agar berhasil mer

14
aih
keuntungan besar tanpa memperhatikan yang lain, terutama masyarakat ekono
mi kecil. M. Fazlurrahman Anshari menjelaskan bahwa analisa terhadap
falsafah peradaban Barat akan menyingkap landasan peradaban
mereka. (Anshari, 1985: 129).
Landasan peradaban Barat sungguh bertentangan dengan perdaban Islam,
sebagai berikut:
1. Sudut pandang metafisis, pada matrealisme. Sementara dalam Islam
meyakini bahwa ada yang menguasai dan mengatur seluruh alam semesta
ini, yaitu Allah. Dan Dia-lah yang memberikan rezeki dengan sangat adil.
Rezeki tidaklah bisa diukur dengan materi. Konsep syukur yang dimiliki
Islam mengajarkan makna yang lebih dalam dari sekedar materi.
2. Sudut pandang psikologis, pada sensasionisme (faham serba inderawi).
Seni dan modenya membuktikan fakta ini dengan jelas. Tidak memerlukan
keramahan, sopan santun dan adab-adab yang membawa kepada semangat
kinerja seperti dalam Islam.
3. Sudut pandang etika, pada kemanfaatan dan syahwat. Hanya mengejarkep
uasan diri dan melupakan kemaslahatan bersama. Sementara Islammening
gikan nilai dan akhlak terpuji.
4. Sudut pandang ekonomi, pada eksploitasi masyarakat manusia yang belum
berkembang, kapitalisme dan komunisme. Sementara Islam menjunjung
tinggi
moral dan kemaslahatan bersama, saling menghargai dan menolong serta
berbasiskan usaha dan ikhtiar.
5. Sudut pandang politik, pada pertentangan ras dan pemisahan berdasarkan
warna kulit. Sementara Islam memandang sama setiap orang dan tidak
membeda-bedakan secara ras atau fisik.

Kita sebagai umat Islam hanya perlu mengkaji Islam terus menerus.
Karena dengan
mengkaji Islam kita akan mendapatkan kebaikan. Jangan sampai kita melemah
kan Islam yang begitu mulia karena kita merasa Islam sudah tidak layak lagi.
Sudah sangat jelas Islamlah yang terbaik dan menjadi solusi bagi semua
problem kehidupan.
Sementara Barat sendiri adalah peradaban yang tumbuh dan berkembang dari
kombinasi beberapa unsur yaitu filsafat dan nilai-nilai kuno Yunani dan
Romawi, serta
agama Yahudi dan Kristen yang dimodifikasi oleh bangsa Eropa. Sedangkan Is
lam adalah peradaban yang lahir dan tumbuh berdasarkan pada wahyu yang
memproyeksikan sebuah pandangan hidup yang sempurna, yang dipahami,
ditafsiri,
dijelaskan dan dipraktekkan sehingga membentuk tradisi intelektual dimana il
mu
pengetahuan religius dan rasional diintegrasikan dalam bangunan ilmu yang
mengandung nilai-nilai dan konsep-konsep yang berguna bagi pembentukan
kehidupan yang aman, tenteram dan damai. (Zarkasyi, 2007)

E. Implementasi Muamalah Dalam Sistem Hukum Islam

15
Manusia dijadikan Allah SWT sebagai makhluk sosial yang saling
membutuhkan antara satu dengan yang lain. Untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya, manusia harus berusaha mencari karunia Allah yang ada dimuka
bumi ini sebagai sumber ekonomi. Allah SWT berfirman
Artinya : “Dan Carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah
kepadamu(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan
bagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuatbaiklah (kepada orang lain)
sebagai mana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu
berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang berbuat kerusakan.”(QS Az Zumar : 39)

1. Jual-beli
Jual beli dalam bahasa Arab terdiri dari dua kata yang mengandung
makna berlawanan yaitu Al Bai’ yang artinya jual dan Asy Syira’a yang
artinya Beli. Menurut istilah hukum Syara, jual beli adalah penukaran harta
(dalam pengertian luas) atas dasar saling rela atau tukar menukar suatu benda
(barang) yang dilakukan antara dua pihak dengan kesepakatan (akad) tertentu
atas dasar suka sama suka (lihat QS Az Zumar : 39, At Taubah : 103, hud : 93)

a) Hukum Jual Beli


Orang yang terjun dalam bidang usaha jual beli harus mengetahui
hukum jual beli agar dalam jual beli tersebut tidak ada yang dirugikan,
baik dari pihak penjual maupun pihak pembeli. Jual beli hukumnya
mubah. Artinya, hal tersebut diperbolehkan sepanjang suka sama suka.
Allah berfirman.
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling
memakan harta sesamamu dengan jalan yang bathil, kecuali dengan jalan
perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka diantara kamu.”(QS An
Nisa : 29
Hadis nabi Muhammad SAW menyatakan sebagai berikut.
(‫ﺇﻨماَ الﺒﻴﻊ ﺗﺮاﺩ ) ﺮﻮاﻩ الﺒﺨاَﺮﻯ‬
Artinya : “Sesungguhnya jual beli itu hanya sah jika suka suka sama
suka.” (HR Bukhari)
(‫ﺃلﺒﻴعاَﻥ ﺑاَ لﺨﻴاَﺭ ماَ لﻢ ﻴتفﺮﻗاَ ) ﺮﻮاﻩ الﺒﺨاَﺮﻯ ﻭ مﺴلﻢ‬
Artinya : “ Dua orang jual beli boleh memilih akan meneruskan jual beli
mereka atau tidak, selama keduanya belum berpisah dari tempat
akad.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari hadis tersebut dapat disimpulkan bahwa apabila seseorang


melakukan jual beli dan tawar menawar dan tidak ada kesesuaian harga
antara penjual dan pembeli, si pembeli boleh memilih akan meneruskan
jual beli tersebut atau tidak. Apabila akad (kesepakatan) jual beli telah
dilaksanakan dan terjadi pembayaran, kemudian salah satu dari mereka
atau keduanya telah meninggalkan tempat akad, keduanya tidak boleh
membatalkan jual beli yang telah disepakatinya.

b) Rukun dan syarat Jual Beli


Dalam pelaksanaan jual beli, minimal ada tiga rukun yang perlu dipenuhi.
1) Penjual atau pembeli harus dalam keadaan sehat akalnya

16
Orang gila tidak sah jual belinya. Penjual atau pembeli melakukan jual
beli dengan kehendak sendiri, tidak ada paksaan kepada keduanya,
atau salah satu diantara keduanya. Apabila ada paksaan, jual beli
tersebut tidak sah.
2) Syarat Ijab dan Kabul
Ijab adalah perkataan untuk menjual atau transaksi menyerahkan,
misalnya saya menjualmobil ini dengan harga 25 juta rupiah. Kabul
adalah ucapan si pembeli sebagai jawaban dari perkataan si penjual,
misalnya saya membeli mobil ini dengan harga 25 juta rupiah. Sebelum
akad terjadi, biasanya telah terjadi proses tawar menawar terlebih dulu.
Pernyataan ijab kabul tidak harus menggunakan kata-kata khusus.
Yang diperlukan ijab kabul adalah saling rela (ridha) yang
direalisasikan dalam bentuk kata-kata. Contohnya, aku jual, aku
berikan, aku beli, aku ambil, dan aku terima. Ijab kabul jual beli juga
sah dilakukan dalam bentuk tulisan dengan sarat bahwa kedua belah
pihak berjauhan tempat, atau orang yang melakukan transaksi itu
diwakilkan. Di zaman modern saat ini, jual beli dilakukan dengan cara
memesan lewat telepon. Jula beli seperti itu sah saja, apabila si
pemesan sudah tahu pasti kualitas barang pesanannya dan mempunyai
keyakinan tidak ada unsur penipuan.
3) Benda yang diperjualbelikan
Barang yang diperjualbelikan harus memenuhi sarat sebagai
berikut :
 Suci atau bersih dan halal barangnya
 Barang yang diperjualbelikan harus diteliti lebih dulu
 Barang yang diperjualbelikan tidak berada dalam proses
penawaran dengan orang lain
 Barang yang diperjualbelikan bukan hasil monopoli yang
merugikan
 Barang yang diperjualbelikan tidak boleh ditaksir
(spekulasi)
 Barang yang dijual adalah milik sendiri atau yang diberi
kuasa
 Barang itu dapat diserahterimakan

c) Perilaku atau sikap yang harus dimiliki oleh penjual


1) Berlaku Benar (Lurus)
Berperilaku benar merupakan ruh keimanan dan ciri utama orang
yang beriman. Sebaliknya, dusta merupakan perilaku orang munafik.
Seorang muslim dituntut untuk berlaku benar, seperti dalam jual beli,
baik dari segi promosi barang atau penetapan harganya. Oleh karena
itu, salah satu karakter pedagang yang terpenting dan diridhai Allah
adalah berlaku benar.
Dusta dalam berdagang sangat dicela terlebih jika diiringi sumpah
atas nama Allah.“Empat macam manusia yang dimurkai Allah, yaitu
penjual yang suka bersumpah, orang miskin yang congkak, orang tua
renta yang berzina, dan pemimpin yang zalim.”(HR Nasai dan Ibnu
Hibban)

2) Menepati Amanat

17
Menepati amanat merupakan sifat yang sangat terpuji. Yang
dimaksud amanat adalah mengembalikan hak apa saja kepada
pemiliknya. Orang yang tidak melaksanakan amanat dalam islam
sangat dicela.
Hal-hal yang harus disampaikan ketika berdagang adalah penjual
atau pedagang menjelaskan ciri-ciri, kualitas, dan harga barang
dagangannya kepada pembeli tanpa melebih-lebihkannya. Hal itu
dimaksudkan agar pembeli tidak merasa tertipu dan dirugikan.

3) Jujur
Selain benar dan memegang amanat, seorang pedagang harus
berlaku jujur. Kejujuran merupakan salah satu modal yang sangat
penting dalam jual beli karena kejujuran akan menghindarkan diri dari
hal-hal yang dapat merugikan salah satu pihak. Sikap jujur dalam hal
timbangan, ukuran kualitas, dan kuantitas barang yang diperjual
belikan adalah perintah Allah SWT. Firman Allah.
Artinya : Dan (Kami telah mengutus) kepada penduduk Mad-yan
saudara mereka, Syu’aib. Ia berkata: “Hai kaumku, sembahlah Allah,
sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain-Nya. Sesungguhnya telah
datang kepadamu bukti yang nyata dari Tuhanmu. Maka
sempurnakanlah takaran dan timbangan dan janganlah kamu
kurangkan bagi manusia barang-barang takaran dan timbangannya,
dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi sesudah Tuhan
memperbaikinya. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika betul-betul
kamu orang-orang yang beriman.” (QS Al A’raf : 85)
Sikap jujur pedagang dapat dicontohkan seperti dengan
menjelaskan cacat barang dagangan, baik yang diketahui maupun yang
tidak diketahui. Sabda Nabi Muhammad SAW yang artinya
“Muslim itu adalah saudara muslim, tidak boleh seorang muslim
apabila ia berdagang dengan saudaranya dan menemukan cacat,
kecuali diterangkannya.”
Lawan sifat jujur adalah menipu atau curang, seperti mengurangi
takaran, timbangan, kualitas, kuantitas, atau menonjolkan keunggulan
barang tetapi menyembunyikan cacatnya. Hadis lain meriwayatkan
dari umar bin khattab r.a berkata seorang lelaki mengadu kepada
rasulullah SAW sebagai berikut “ katakanlah kepada si penjual,
jangan menipu! Maka sejak itu apabila dia melakukan jual beli, selalu
diingatkannya jangan menipu.”(HR Muslim)

4) Khiar
Khiar artinya boleh memilih satu diantara dua yaitu meneruskan
kesepakatan (akad) jual beli atau mengurungkannya (menarik kembali
atau tidak jadi melakukan transaksi jual beli). Ada tiga macam khiar
yaitu sebagai berikut.

a) Khiar Majelis
Khiar majelis adalah si pembeli an penjual boleh memilih antara
meneruskan akad jual beli atau mengurungkannya selama

18
keduanya masih tetap ditempat jual beli. Khiar majelis ini
berlaku pada semua macam jual beli.
b) Khiar Syarat
Khiar syarat adalah suatu pilihan antara meneruskan atau
mengurungkan jual beli setelah mempertimbangkan satu atau dua
hari. Setelah hari yang ditentukan tiba, maka jual beli harus
ditegaskan untuk dilanjutkan atau diurungkan. Masa khiar syarat
selambat-lambatnya tiga hari
c) Khiar Aib (cacat)
Khiar aib (cacat) adalah si pembeli boleh mengembalikan barang
yang dibelinya, apabila barang tersebut diketahui ada cacatnya.
Kecacatan itu sudah ada sebelumnya, namun tidak diketahui oleh
si penjual maupun si pembeli. Hadis nabi Muhammad SAW.
Yang artinya : “Jika dua orang laki-laki mengadakan jual beli,
maka masing-masing boleh melakukan khiar selama mereka
belum berpisah dan mereka masih berkumpul, atau salah satu
melakukan khiar, kemudian mereka sepakat dengan khiar
tersebut, maka jual beli yang demikian itu sah.” (HR Mutafaqun
alaih)

2. Riba
Bagi manusia yang tidak memiliki iman, segala sesuatunya selalu
dinilai dengan harta (materialisme). Manusia berlomba-lomba untuk
memperoleh harta kekayaan sebanyak mungkin. Mereka tidak memperdulikan
dari mana datangnya harta yang didapat, apakah dari sumber yang halal atau
haram. Salah satu contoh perolehan harta yang haram adalah sesuatu yang
berasal dari pekerjaan memungut riba. Hadis nabi Muhammad SAW
menyatakan sebagai berikut. Yang artinya : “Dari Abu Hurairah r.a ia berkata
: Rasulullah SAW bersabda : Akan tiba suatu zaman, tidak ada seorang pun,
kecuali ia memakan harta riba. Kalau ia memakannya secara langsung ia
akan terkena debunya.” (HR Ibnu Majah)

Kata riba (ar riba) menurut bahasa yaitu tambahan (az ziyadah) atau
kelebihan. Riba menurut istilah syarak ialah suatu akad perjanjian yang terjadi
dalam tukar menukar suatu barang yang tidak diketahui syaraknya. Atau
dalam tukar menukar itu disyaratkan menerima salah satu dari dua barang
apabila terlambat. Riba dapat terjadi pada hutang piutang, pinjaman, gadai,
atau sewa menyewa. Contohnya, Fauzi meminjam uang sebesar Rp 10.000
pada hari senin. Disepakati dalam setiap satu hari keterlambatan, Fauzi harus
mengembalikan uang tersebut dengan tambahan 2 %. Jadi hari berikutnya
Fauzi harus mengembalikan hutangnya menjadi Rp 10.200. Kelebihan atau
tambahan ini disebut dengan riba.
Allah SWT berfirman.
Artinya : Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri
melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran
(tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah
disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama
dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan
riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya,
lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah

19
diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah)
kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba), maka orang itu adalah
penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya. (QS Al Baqarah : 275)

Allah telah melarang hamba-Nya untuk memakan riba, Allah juga


menjanjikan untuk melipatgandakan pahala bagi orang yang ikhlas
mengeluarkan zakat, infak dan sedekah. Allah SWT berfirman.
Artinya : “Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah Dan Allah
tidak menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat
dosa.” (QS Al Baqarah : 276)
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba
dengan berlipat ganda dan bertakwalah kepada Allah Supaya kamu mendapat
keberuntungan.” (QS Ali Imran : 130)
Hadis nabi Muhammad SAW yang artinya : “Dari Jabir r.a ia berkata :
Rasulullah SAW telah melaknati orang-orang yang memakan riba, orang
yang menjadi wakilnya (orang yang memberi makan hasil riba), orang yang
menuliskan, orang yang menyaksikannya, dan (selanjutnya) nabi bersabda,
mereka itu semua sama saja.” (HR Muslim)

Beberapa ayat dan hadis yang telah disebutkan menunjukan bahwa


Islam sangat membenci perbuatan riba dan menganjurkan kepada umatnya
agar didalam mencari rezeki hendaknya menempuh cara yang halal.
Ulama fikih membagi riba menjadi empat bagian, yaitu sebagai berikut.
1. Riba fadal
Riba fadal yaitu tukar menukar dua buah barang yang sama jenisnya,
namun tidak sama ukurannya yang disyaratkan oleh orang yang
menukarnya. Contohnya tukar menukar emas dengan emas atau beras
dengan beras, dan ada kelebihan yang disyaratkan oleh yang menukarkan.
Supaya tukar menukar seperti ini tidak termasuk riba harus memenuhi tiga
syarat sebagai berikut.
 Barang yang ditukarkan harus sama
 Timbangan atau takarannya harus sama
 Serah terima harus pada saat itu juga.
2. Riba nasiah
Riba nasiah yaitu tukar menukar barang yang sejenis maupun yang
tidak sejenis atau jual beli yang pembayarannya disyaratkan lebih oleh
penjual dengan waktu yang dilambatkan. Contohnya, salim membeli arloji
seharga Rp 500.000. Oleh penjualnya disyaratkan membayarnya tahun
depan dengan harga Rp 525.000
3. Riba yad
Riba yad yaitu berpisah dari tempat akad jual beli sebelum serah
terima. Misalnya, orang yang membeli suatu barang sebelum ia menerima
barang tersebut dari penjual, penjual dan pembeli tersebut telah berpisah
sebelum serah terima barang itu. Jual beli ini dinamakan riba yad

Berikut syarat-syarat jual beli agar tidak menjadi riba.


a) Menjual sesuatu yang sejenis ada tiga syarat, yaitu:
 serupa timbangan dan banyaknya

20
 tunai, dan
 timbang terima dalam akad (ijab kabul) sebelum meninggalkan
majelis akad.
b) Menjual sesuatu yang berlainan jenis ada dua syarat, yaitu:
 tunai dan
 timbang terima dalam akad (ijab kabul) sebelum meninggalkan
majelis akad.
Riba diharamkan oleh semua agama samawi. Adapun sebab
diharamkannya karena memiliki bahaya yang sangat besar antara lain sebagai
berikut.
 Riba dapat menimbulkan permusuhan antar pribadi dan mengikis
habis semangat kerja sama atau saling menolong sesama manusia.
Padahal, semua agama, terutama Islam menyeru kepada manusia
untuk saling tolong menolong, membenci orang yang mengutamakan
kepentingan diri sendiri atau egois, serta orang yang mengeksploitasi
orang lain.
 Riba dapat menimbulkan tumbuh suburnya mental pemboros yang
tidak mau bekerja keras dan penimbun harta di tangan satu pihak.
Islam menghargai kerja keras dan menghormati orang yang suka
bekerja keras sebagai saran pencarian nafkah.
 Riba merupakan salah satu bentuk penjajahan atau perbudakan
dimana satu pihak mengeksploitasi pihak yang lain.

Sifat riba sangat buruk sehingga Islam menyerukan agar manusia suka
mendermakan harta kepada saudaranya dengan baik jika saudaranya
membutuhkan harta.

3. Hukum Islam tentang Kerja sama Ekonomi (Syirkah)


Saat ini umat Islam Indonesia, demikian juga belahan dunia Islam
(muslim world) lainnya telah menerapkan sistem perekonomian yang berbasis
nilai-nilai dan prinsip syariah (Islamic economic system) untuk dapat
diterapkan dalam segenap aspek kehidupan bisnis dan transaksi ekonomi
umat. Keinginan ini didasari oleh kesadaran untuk menerapkan Islam secara
utuh dan total.
a. Pengertian Musyarakah
Musyarakah adalah akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk
suatu usaha tertentu dimana masing-masing pihak memberikan
kontribusi dana atau amal (expertise) dengan kesepakatan bahwa
keuntungan dan resiko akan ditanggung bersama sesuai dengan
kesepakatan.
i. Dasar Hukum
Landasan hukum dari musyarakah ini antara lain :
‫فﻫﻢ ﺸﺮﻛاَﺀ ﻓﻲ ﺛلﺙ‬
Artinya : “… maka mereka berserikat pada sepertiga …” (QS An
Nisa : 12)
Bersabda Rasulullah yang artinya : “Dari Abu Hurairah, Rasulullah
SAW bersabda : sesungguhnya Allah azza wajalla berfirman : Aku
pihak ketiga dari dua orang yang berserikat selama salah satunya
tidak menghianati lainnya.” (HR Abu Daud)

21
Hadis tersebut menunjukkan kecintaan Allah kepada hamba-
hambanya yang melakukan perkongsian atau kerja sama selama
pihak-pihak yang bekerja sama tersebut saling menjunjung tinggi
amanat kebersamaan dan menjauhi pengkhianatan.
Berdasarkan dalil-dalil diatas, musyarakah (syirkah) dapat
diartikan dua orang atau lebih yang bersekutu (berserikat) dimana
uang yang mereka dapatkan dari harta warisan, atau mereka
kumpulkan diantara mereka, kemudian diinvestasikan dalam
perdagangan, industri, atau pertanian dan lain-lain sepanjang sesuai
dengan kesepakatan bersama dan hal tersebut hukumnya boleh.
ii. Syarat-syarat musyarakah
Dalam bersyarikah ada 5 syarat ayng harus dipenuhi yaitu sebagai
berikut:
1. Benda (harta dinilai dengan uang)
2. Harta-harta itu sesuai dalam jenis dan macamnya
3. Harta-harta dicampur
4. Satu sama lain membolehkan untuk membelanjakan harta itu
5. Untung rugi diterima dengan ukuran harta masing-masing.
iii. Jenis-jenis musyarakah
Ada dua jenis musyarakah yakni musyarakah pemilikan dan
musyarakah akad (kontrak)
1. Musyarakah pemilikan tercipta karena warisan, wasiat, atau
kondisi lainnya yang mengakibatkan pemilikan satu aset oleh dua
orang atau lebih. Dalam musyarakah ini, kepemilikan dua orang
atau lebih, berbagi dalam sebuah aset nyata dan berbagi pula
keuntungan yang dihasilkan oleh aset tersebut.
2. Musyarakah akad tercipta dengan cara kesepakatan dimana dua
orang atau lebih setuju bahwa tiap orang dari mereka
memberikan modal musyarakah. Mereka pun sepakat berbagi
keuntungan dan kerugian. Musyarakah akad terbagi menjadi
‘inan, mufawadah, a’mal, wujuh, dan mudarabah.
 Syirkah ‘inan adalah kontrak antara dua orang atau lebih.
Setiap pihak memberikan suatu porsi dari keseluruhan dana
dan berpartisipasi dalam kerja, keuntungan dan kerugian yang
dibagi sesuai dengan kesepakatan diantara mereka
 Syirkah mufawadah adalah kontrak kerja sama antara dua
orang atau lebih. Setiap pihak memberikan dana yang
jumlahnya sama dan berpartisipasi dalam kerja, keuntungan
dan kerugian dibagi secara sama besar
 Syirkah a’mal adalah kontrak kerjasama dua orang seprofesi
untuk menerima pekerjaan secara bersama dan berbagi
keuntungan dari pekerjaan itu. Misal dua orang arsitek
menggarap sebuah proyek
 Syirkah wujuh adalah kontrak antara dua orang atau lebih
yang memiliki reputasi dan prestise baik dalam bisnis.
Mereka membeli barang secara kredit dari suatu perusahaan
dan menjual barang tersebut secara tunai. Keuntungan dan
kerugian dibagi berdasarkan jaminan yang disediakan
masing-masing.

22
Pada bidang perbankan misalnya, penerapan musyarakah dapat
berwujud hal-hal berikut ini.
1. Pembiayaan proyek. Musyarakah biasanya diaplikasikan untuk
pembiayaan dimana nasabah dan bank sama-sama
menyediakan dana untuk membiayai proyek tersebut. Setelah
proyek itu selesai, nasabah mengembalikan dana tersebut
bersama bagi hasil yang telah disepakati
2. Modal ventura. Pada lembaga keuangan
khusus yang dibolehkan melakukan investasi dalam
kepemilikan perusahaan, musyarakah diterapkan dalam skema
modal ventura. Penanaman modal dilakukan untuk jangka
waktu tertentu dan setelah itu bank melakukan divestasi atau
menjual bagian sahamnya, baik secara singkat maupun
bertahap.

4. Mudarabah (bagi hasil)


Mudarabah adalah akad kerja sama usaha antara dua pihak dimana
pihak pertama (sahibul mal) menyediakan seluruh (100 %) modal, sedangkan
pihak lainnya menjadi pengelola. Keuntungan usaha secara mudarabah dibagi
menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila rugi
ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat kelalaian si
pengelola. Seandainya kerugian itu diakibatkan karena kecurangan atau
kelalaian si pengelola, si pengelola harus bertanggung jawab atas kerugian
tersebut.
a) Dasar Hukum
Secara umum landasan dasar syariah mudarabah lebih mencerminkan
anjuran untuk melakukan usaha. Hal ini tampak dalam ayat dan hadis
berikut ini. Allah berfirman dalam surat al-Muzammil yang artinya : “…
dan dari orang-orang yang berjalan dimuka bumi mencari sebagian
karunia Allah SWT…” (Al Muzammil : 20)
Adanya kata yadribun pada ayat diatas dianggap sama dengan akar
kata mudarabah yang berarti melakukan suatu perjalanan usaha. Surah
tersebut mendorong kaum muslim untuk melakukan upaya atau usaha
yang telah diperintahkan Allah SWT.
Hadis nabi Muhammad yang artinya : “Diriwayatkan dari Ibnu Abbas
bahwa Abbas bin Abdul Muthalib jika memberikan dana ke mitra
usahanya secara mudarabah mensyaratkan agar dananya tidak dibawa
mengarungi lautan, menuruni lembah yang berbahaya, atau membeli
ternak. Jika menyalahi peraturan tersebut, maka yang bersangkutan
bertanggung jawab atas dana tersebut. Disampaikan syarat syarat
tersebut kepada rasulullah SAW. Dan rasulullah pun
membolehkannya.”(HR Tabrani).
b) Jenis-jenis mudarabah
Secara umum, mudarabah terbagi menjadi dua jenis yakni mudarabah
mutlaqah dan mudarabah muqayyadah.
a) Mudarabah mutlaqah
Mudarabah mutlaqah adalah bentuk kerjasama antara pemilik
modal (sahibul mal) dan pengelola (mudarib) yang cakupannya
sangat luas dan tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu,
dan daerah bisnis. Dalam pembahasan fikih ulama salafus saleh

23
seringkali dicontohkan dengan ungkapan if’al ma syi’ta (lakukan
sesukamu) dari sahibul mal ke mudarib yang memberi kekuasaan
sangat besar.
b) Mudarabah Muqayyadah
Mudarabah muqayyadah adalah kebalikan dari mudarabah
mutlaqah. Si Mudarib dibatasi dengan batasan jenis usaha, waktu,
atau tempat usaha. Adanya pembatasan ini seringkali
mencerminkan kecenderungan umum si Sahibul Mal dalam
memasuki jenis dunia usaha.

Adapun dari sisi pembiayaan, mudarabah biasanya diterapkan untuk bidang-


bidang berikut.
a) Pembiayaan modal kerja, seperti modal kerja perdagangan dan jasa
b) Investasi khusus disebut juga mudarabah muqayyadah, yaitu sumbe
investasi yang khusus dengan penyaluran yang khusus pula dengan syarat-
syarat yang telah ditetapkan oleh sahibul mal.
Mudarabah dan kaitannya dengan dunia perbankan biasanya
diterapkan pada produk-produk pembiayaan dan pendanaan. Sisa
penghimpunan dana mudarabah biasanya diterapkan pada bidang-bidang
berikut ini.
Tabungan berjangka, yaitu dengan tabungan yang dimaksudkan untuk
tujuan khusus, seperti tabungan haji, tabungan kurban, dan deposito berjangka.
Deposito spesial (special investment), yaitu dana dititipkan kepada
nasabah untuk bisnis tertentu, misalnya murabahah atau ijarah saja.
Mudaroban yang berkaitan dengan dunia Pertanian ialah :
1. Musaqah (paroan kebun)
Yang dimaksud musaqah adalah bentuk kerja sama dimana orang
yang mempunyai kebun memberikan kebunnya kepada orang lain
(petani) agar dipelihara dan penghasilan yang didapat dari kebun itu
dibagi berdua menurut perjanjian sewaktu akad
Musaqah dibolehkan oleh agama karena banyak orang yang
membutuhkannya. Ada orang yang mempunyai kebun, tapi dia tidak
dapat memeliharanya. Sebaliknya, ada orang yang tidak mempunyai
kebun, tapi terampil bekerja. Musaqah memberikan keuntungan bagi
kedua belah pihak yakni pemilik kebun dan pengelola sehingga sama-
sama memperoleh hasil dari kerja sama tersebut. Hadis menjelaskan
sebagai berikut yang artinya : “Dari Ibnu Umar: Sesungguhnya nabi
Muhammad SAW telah memberikan kebun beliau kepada penduduk
khaibar agar dipelihara oleh mereka dengan perjanjian, mereka akan
diberi sebagian dari penghasilannya, baik dari buah-buahan atau
hasil petani (palawija).” (HR Muslim)
2. Muzaraah
Muzaraah adalah kerjasama dalam pertanian berupa paroan sawah
atau ladang seperdua atau sepertiga atau lebih atau kurang, sedangkan
benih(bibit tanaman)nya dari pekerja (petani). Zakat hasil paroan ini
diwajibkan atas orang yang punya benih. Oleh karena itu, pada
muzaraah zakat wajib atas petani yang bekerja karena pada hakekatnya
dialah (si petani) yang bertanam, yang mempunyai tanah seolah-olah
mengambil sewa tanahnya, sedangkan pengantar dari sewaan tidak
wajib mengeluarkan zakatnya.

24
3. Mukhabarah
Mukhabarah kerjasama dalam pertanian berupa paroan sawah atau
ladang seperdua atau sepertiga atau lebih atau kurang, sedangkan
benihnya dari pemilik sawah/ladang. Adapun pada mukhabarah, zakat
diwajibkan atas yang punya tanah karena pada hakekatnya dialah yang
bertanam, sedangkan petani hanya mengambil upah bekerja.
Penghasilan yang didapat dari upah tidak wajib dibayar zakatnya.
Kalau benih dari keduanya, zakat wajib atas keduanya yang diambil
dari jumlah pendapatan sebelum dibagi. Hukum kerja sama tersebut
diatas diperbolehkan sebagian besar para sahabat, tabi’in dan para
imam
.
5. Perbankan yang Sesuai dengan Prinsip Hukum Islam

Lahirnya ekonomi Islam di zaman modern ini cukup unik dalam


sejarah perkembangan ekonomi. Ekonomi Islam berbeda dengan ekonomi-
ekonomi yang lain karena lahir atau berasal dari ajaran Islam yang
mengharamkan riba dan menganjurkan sedekah. Kesadaran tentang larangan
riba telah menimbulkan gagasan pembentukan suatu bank Islam pada
dasawarsa kedua abad ke-20 diantaranya melalui pendirian institusi sebagai
berikut.
1. Bank Pedesaan (Rural Bank) dan Bank Mir-Ghammar di Mesir tahun 1963
atas prakarsa seorang cendikiawan Mesir DR. Ahmad An Najjar
2. Dubai Islamic Bank (1973) di kawasan negara-negara Emirat Arab
3. Islamic Development Bank (1975) di Saudi Arabia
4. Faisal Islamic Bank (1977) di Mesir
5. Kuwait House of Finance di Kuwait (1977)
6. Jordan Islamic Bank di Yordania (1978)
Bank non Islam yang disebut juga bank konvensional adalah sebuah
lembaga keuangan yang fungsi utamanya menghimpun dana untuk disalurkan
kepada yang memerlukan dana, baik perorangan atau badan usaha guna
investasi dalam usaha-usaha yang produktif dan lain-lain dengan sistem
bunga.
Sedangkan Bank Islam yang dikenal dengan Bank Syariah adalah
sebuah lembaga keuangan yang menjalankan operasinya menurut hukum
(syariat) Islam dan tidak memakai sistem bunga karena bunga dianggap riba
yang diharamkan oleh Islam. (QS Al Baqarah : 275-279)
Sebagai pengganti sistem bunga, Bank Islam menggunakan berbagai
cara yang bersih dari unsur riba, antara lain sebagai berikut.
1. Wadiah atau titipan uang, barang, dan surat berharga atau deposito. Wadiah
ini bisa diterapkan oleh Bank Islam dalam operasinya untuk menghimpun
dana dari masyarakat, dengan cara menerima deposito berupa uang,
barang, dan surat-surat berharga sebagai amanat yang wajib dijaga
keselamatannya oleh Bank Islam. Bank berhak menggunakan dana yang
didepositokan itu tanpa harus membayar imbalannya, tetapi Bank harus
menjamin dapat mengembalikan dana itupada waktu pemiliknya
(depositor) memerlukannya.

25
2. Mudarabah adalah kerjasama antara pemilik modal dengan pelaksana atas
dasar perjanjianprofit and loss sharing. Dengan mudarabah ini, Bank Islam
dapat memberikan tambahan modal kepada pengusaha untuk
perusahaannya dengan perjanjian bagi hasil dan rugi yang
perbandingannya sesuai dengan perjanjian misalnya, fifty-fifty. Dalam
mudarabah ini, Bank tidak mencampuri manajemen perusahaan.
3. Syirkah (perseroan). Dibawah kerjasama syirkah ini, pihak Bank dan pihak
pengusaha sama-sama mempunyai andil (saham) pada usaha patungan
(joint ventura). Oleh karena itu, kedua belah pihak berpartisipasi
mengelola usaha patungan ini dengan menanggung untung rugi bersama
atas dasar perjanjian profit and loss sharing (PLS Agreement).
4. Murabahah adalah jual beli barang dengan tambahan harga atau cost
plus atas dasar harga pembelian yang pertama secara jujur. Dengan
murabahah ini, pada hakikatnya suatu pihak ingin mengubah bentuk
bisnisnya dari kegiatan pinjam meminjam menjadi transaksi jual beli.
Dengan sistem murabahah ini, Bank bisa membelikan atau menyediakan
barang barang yang diperlukan oleh pengusaha untuk dijual lagi, dan Bank
minta tambahan harga atas harga pembeliannya. Syarat bisnis dengan
murabahah ini, ialah si pemilik barang (dalam hal ini Bank) harus memberi
informasi yang sebenarnya kepada pembeli tentang harga pembeliannya
dan keuntungan bersih (profit margin) dari pada cost plus nya itu.
5. Qard hasan (pinjaman yang baik atau benevolent loan). Bank Islam dapat
memberikan pinjaman tanpa bunga (benevolent loan) kepada para nasabah
yang baik, terutama nasabah yang mempunyai deposito di Bank Islam itu
sebagai slah satu pelayanan dan penghargaan Bank kepada para deposan
karena mereka tidak menerima bunga atas depositonya dari Bank Islam.

Perkembangan pesat Bank-Bank Islam yang lazim disebut Bank


syariah terjadi pada dasawarsa 70-an setelah terjadinya krisis minyak yang
menimbulkan oil boom pada tahun 1971. perkembangan pesat Bank syariah
tersebut membuktikan bahwa:
1. ajaran Islam menggerakkan ide sosial ekonomi. Ide spirit yang bersumber
pada ajaran Islam disebut juga modal masyarakat (Social Capital).
2. Peranan cendikiawan yang memiliki suatu konsep yang
mengoperasionalkan ajaran agama yaitu zakat, infak, sedekah (ZIS), dan
larangan riba. ZIS dapat dijadikan modal Bank, hal ini juga pernah
dipelopori oleh pemikiran dari KH. Ahmad Dahlan. Beliau memiliki
gagasan membentuk lembaga amil (penghimpun dan pengelola zakat).
Bank syariah pertama yang beroperasi di Indonesia adalah PT. Bank
Muamalat Indonesia (BMI) berdiri pada tanggal 1 mei 1992. Perkembangan
perbankan syariah pada awalnya berjalan lebih lambat dibanding dengan Bank
konvensional. Sampai dengan tahun 1998 hanya terdapat 1 Bank Umum
Syariah dan 78 BPRS (Bank Perkreditan Rakyat Syariah). Berdasarkan
statistik perbankan syariah mei 2003 dari Bank Indonesia tercatat, Bank
Umum Syariah 2 yaitu BMI dan Bank Syariah Mandiri, 8 Bank umum yang
membuka unit atau kantor cabang syariah yaitu Danamon Syariah, Jabar
Syariah, Bukopin Syariah, BII Syariah dll, serta 89 Bank Perkreditan Rakyat
Syariah (BPRS).

26
Beberapa bank konvensional dalam negeri, maupun asing yang
beroperasi di Indonesia juga telah mengajukan izin dan menyiapkan diri untuk
segera beroperasi menjadi Bank Syariah.
Kehadiran Bank Syariah memiliki hikmah yang cukup besar, diantaranya
sebagai berikut.
1. Umat Islam yang berpendirian bahwa bunga Bank konvensional adalah
riba, maka Bank Syariah menjadi alternatif untuk menyimpan uangnya,
baik dengan cara deposito, bagi hasil maupun yang lainnya
2. Untuk menyelamatkan umat Islam dari praktik bunga yang mengandung
unsur pemerasan (eksploitasi) dari si kaya terhadap si miskin atau orang
yang kuat ekonominya terhadap yang lemah ekonominya.
3. Untuk menyelamatkan ketergantungan umat Islam terhadap Bank non
Islam yang menyebabkan umat Islam berada dibawah kekuasaan Bank
sehingga umat Islam belum bisa menerapkan ajaran agamanya dalam
kehidupan pribadi dan masyarakat, terutama dalam kegiatan bsinis dan
perekonomiannya
4. Bank Islam dapat mengelola zakat di negara yang pemerintahannya belum
mengelola zakat secara langsung. Bank juga dapat menggunakan sebagian
zakat yang terkumpul untuk proyek-proyek yang produktif dan hasilnya
untuk kepentingan agama dan umum.
5. Bank Islam juga boleh memungut dan menerima pembayaran untuk hal-
hal berikut.
a) Mengganti biaya-biaya yang langsung dikeluarkan oleh Bank
dalam melaksanakan pekerjaan untuk kepentingan nasabah,
misalnya biaya telegram, telepon, atau telex dalam memindahkan
atau memberitahukan rekening nasabah, dan sebagainya
b) Membayar gaji para karyawan Bank yang melakukan pekerjaan
untuk kepentingan nasabah dan sebagai sarana dan prasarana yang
disediakan oleh Bank dan biaya administrasi pada umumnya.

6. Sistem Asuransi yang Sesuai dengan Prinsip Hukum Islam

Mengikuti sukses perbankan Syariah, asuransi Syariah juga mengalami


pertumbuhan yang cukup pesat. Sampai dengan tahun 2002, tercatat sejumlah
asransi konvensional yang membuka divisi Syariah yang terbukti mampu
bersaing dengan asuransi lainnya.
Asuransi pada umumnya, termasuk asuransi jiwa, menurut pandangan
Islam adalah termasuk masalah ijtihadiyah. Artinya, masalah tersebut perlu
dikaji hukumnya karena tidak ada penjelasan yang mendalam didalam Al
Qur’an atau hadis secara tersurat. Para imam mazhab seperti Imam Hanafi,
Imam Malik, Imam Syafi’i, Imam Ahmad dan ulama mujtahidin lainnya yang
semasa dengan mereka (abad II dan III H atau VIII dan IX M) tidak memberi
fatwa hukum terhadap masalah asuransi karena hal tersebut belum dikenal
pada waktu itu. Sistem asuransi di dunia Islam baru dikenal pada abad XIX M,
sedangkan di dunia barat sudah dikenal sejak sekitar abad XIV M,.
Kini umat Islam di Indonesia dihadapkan kepada masalah asuransi
dalam berbagai bentuknya (asuransi jiwa, asuransi kecelakaan, dan asuransi
kesehatan) dan dalam berbagai aspek kehidupannya, baik dalam kehidupan
bisnis maupun kehidupan keagamaannya.

27
Dikalangan ulama dan cendikiawan muslim ada empat pendapat
tentang hukum asuransi, yakni sebagai berikut.
1. Mengharamkan asuransi dalam segala macam dan bentuknya sekarang ini,
termasuk asuransi jiwa
2. membolehkan semua asuransi dalam praktiknya sekarang ini.
3. Membolehkan aasuransi yang bersifat sosial dan mengharamkan asuransi
yang semata-mata bersifat komersial
4. menganggap syubhat
Ketika mengkaji hukum Islam tentang asuransi, sudah tentu harus
dilakukan dengan menggunakan metode ijtihad yang lazim digunakan oleh
mejtahidin dahulu. Diantara metode ijtihad yang mempunyai banyak peranan
di dalam mengistinbatkan (mencari dan menetapkan hukum) terhadap
masalah-masalah baru yang tidak ada nasnya dalam Al Qur’an dan hadis
adalah maslahah mursalah atau istislah (public good) dan qyas (analogical
reasoning).
Dalam buku Hukum Asuransi di Indonesia ditulis oleh Vide Wirjono
Prodjodikoro, menjelaskan, menurut pasal 246 Wet Boek Van
Koophandel (Kitab Undang-undang perniagaan), bahwa asuransi pada umunya
adalah suatu bentuk persetujuan dimana pihak yang menjamin berjanji kepada
pihak yang dijamin untuk menerima sejumlah uang premi sebagai pengganti
kerugian yang mungkin akan diderita oleh yang dijamin karena akibat dari
suatu peristiwa yang belum jelas akan terjadi.
Adapun asuransi Syariah adalah usaha saling melindungi dan tolong
menolong diantara sejumlah orang atau pihak melaui investasi dalam bentuk
aset atau tabarru’ yang memberikan pola pengembalian untuk menghadapi
resiko tertentu melalu akad (perikatan) yang sesuai Syariah
Ada beberapa sumber yang dijadikan rujukan bagi berlangsungnya
sistem asuransi tersebut, diantaranya adalah hadis Nabi Muhammad SAW
“Seorang mukmin dengan mukmin lainnya dalam suatu masyarakat ibarat
satu bangunan, dimana tiap bangunan saling mengokohkan satu sama
lain.” (HR Bukhari danMmuslim)
Secara operasional, asuransi yang sesuai dengan Syariah memiliki
sistem yang mengandung hal-hal sebagai berikut.
1. Mempunyai akad takafuli (tolong menolong) untuk memberikan santunan
atau perlindungan atas musibah yang akan datang
2. Dana yang terkumpul menjadi amanah pengelola dana. Dana tersebut
diinvestasikan sesuai dengan instrumen Syariah seperti mudarabah,
wakalah, wadi’ah dan murabahah.
3. Premi memiliki unsur tabaru’ atau mortalita (harapan hidup)
4. Pembebanan biaya operasional ditanggung pemegang polis, terbatas pada
kisaran 30 % dari premi sehingga pembentukan pada nilai tunai cepat
terbentuk pada tahun pertama yang memiliki nilai 70 % dari premi.
5. dari rekening tabaru’ (dana kebajikan seluruh peserta) sejak awal sudah
dikhlaskan oleh peserta untuk keperluan tolong menolong bila terjadi
musibah.
6. Mekanisme pertanggungan pada asuransi Syariah adalah sharing of
risk. Apabila terjadi musibah semua peserta ikut (saling) menanggung dan
membantu

28
7. Keuntungan (profit) dibagi antara perusahaan dengan peserta sesuai
prinsip bagi hasil (mudarabah),atau dalam akad tabarru’ dapat berbentuk
hadiah kepada peserta dan ujrah (fee) kepada pengelola.
8. Mempunyai misi akidah, sosial serta mengangkat perekonomian umat
Islam atau misi iqtisadi

7. Sistem Lembaga Keuangan non Bank yang sesuai dengan Prinsip Hukum
Islam

Sistem lembaga keuangan non Bank yang sesuai dengan prinsip-


prinsip hukum Islam antara lain adalah sebagai berikut :
1. Koperasi
Pengertian koperasi dari segi etimologi berasal dari bahasa
inggris coorporation, yang artinya bekerja sama. Pengertian koperasi dari
segi etimologi ialah suatu perkumpulan atau organisasi yang beranggotakn
orang-orang atau badan hukum yang bekerja sama denagn penuh
kesadaran untuk meningkatkan kesejahteraan anggota atas dasar suka rela
secara kekeluargaan.
Koperasi mempunyai dua fungsi, yakni :
a) fungsi ekonomi dalam bentuk kegiatan-kegiatan usaha ekonomi yang
dilakukan koperasi untuk meringankan beban hidup sehari-hari para
anggotanya dan
b) fungsi soisal dalam bentuk kegiatan-kegiatan sosial yang dilakukan
secara gotong royong atau dalam bentuk sumbangan berupa uang yang
berasal dari bagian laba koperasi disishkan untuk tujuan-tujuan sosial,
misalnya untuk mendirikan sekolah atau tempat ibadah
Koperasi dari segi bidang usahanya ada yang hanya menjalankan satu
bidang usaha saja, misalnya bidang konsumsi, bidang kredit atau bidang
produksi. Ini disebut koperasi berusaha tunggal (single purpose). Dan ada
pula koperasi yang meluaskan usahanya dalam berbagai bidang yang
disebut koperasi serba usaha (multi purpose) seperti bidang pembelian dan
penjualan
Modal usaha koperasi diperoleh dari uang simpanan pokok, uang
simpanan wajid, uang simpanan sukarela yang merupakan deposito, uang
pinjaman, penyisihan-penyisihan hasil usaha termasuk cadangan dan
sumber lain yang sah.
Menurut mahmud syaltut, koperasi sebagaimana diuarikan diatas
adalah bentuk syirkah baru yang diciptakan oleh para ahli ekonomi dan
banyak sekali memilki manfaat, anatara lain memberi keuntungan kepada
para anggota pemilik saham, memberi lapangan kerja kepada para
karyawannya, memberi bantuan keuangan dari sebagian hasil usaha
koperasi untuk mendirikan tempat ibadah, sekolah dan sebagainya.
Koperasi tidak mempunyai unsur kezaliman dan pemerasan oleh manusia
yang kuat atau kaya atas manusia yang lemah atau miskin, pengelolaannya
demokratis dan terbuka (open management) serta membagi keuntungan
dan kerugian kepada para anggota menurut ketentuan yang berlaku yang
telah diketahui oleh seluruh anggota pemegang saham. Oleh karena itu,
koperasi dapat diterima oleh kalangan Islam.

29
2. BMT (Baitul Mal wat Tamwil)
Merupakan lembaga keuangan mikro yang sangat sukses. BMT di
Indonesia tumbuh dari bawah (masyarakat berekonomi lemah) yang
didukung oleh deposan-deposan kecil. BMT telah menjalankan fungsinya
sebagai lembaga intermediasi yang mengelola dana dari, untuk dan oleh
masyarakat yang merupakan perwujudan demokrasi ekonomi. BMT-BMT
sebagian besar berbadan hukum koperasi yang merupakan badan usaha
berdasarkan azas kekeluargaan yang sesuai dengan Islam. Sampai tahun
2003, jumlah BMT sudah mendekati angka 4000 unit dimana proses
operasionalnya tidak jauh beda dengan operasional BPRS atau Bank
Syariah

8. Perilaku yang Mencerminkan Kepatuhan Terhadap Hukum Islam tetang


Kerjasama Ekonomi

Ekonomi Islam di Indonesia hingga saat ini mengalami perkembangan


yang signifikan. Hal ini ditandai dengan maraknya kajian-kajian ekonomi
Syariah, banyaknya lembaga keuangan yang berorientasi Syariah serta
semakin tingginya kesadaran masyarakat Indonesia dalam menerapkan
kerjasama ekonomi berdasarkan Syariah. Ada beberapa aspek perilaku yang
harus mencerminkan kepatuhan terhadap hukum Islam di segala aspek
kehidupan, khusunya tentang kerja sama ekonomi Islam yaitu sebagai berikut.
1. Tanggung Jawab
Dalam melaksanakan akad tanggung jawab yang berkaitan dengan
kepercayaan yang diberikan kepada pihak yang dianggap memenuhi syarat
untung memegang kepercayaan secara penuh dengan pihak yang masih
perlu memenuhi kewajiban sebagai penjamin (damin) harus
dipertimbangkan
2. Tolong Menolong
Saling menolong sesama peserta (nasabah) dengan hanya berhadapan
keridaan Allah. Dan tolong menolong untuk memberikan santunan
perlindungan atas musibah yang akan datang
3. Saling melindungi
Perekonomian Islam yang berdasarkan Syariah merupakan usaha saling
melindungi dan tolong menolong diantara sejumlah orang atau pihak
melalui investasi.
4. Adil
Dalam melakukan transaksi/ perniagaan, Islam mengharuskan untuk
berbuat adil tanpa memandang bulu, termasuk kepada pihak yang tidak
disukai.
5. Amanah/jujur
Dalam menjalankan kerja sama ekonomi Syariah mengharuskan
dipenuhinya semua ikatan yang telah disepakati. Perubahan ikatan akibat
perubahan kondisi harus dilaksanakan secara rida sama rida dan disepakati
oleh semua pihak yang terkait

Perilaku lain adalah mempunyai manajemen islami, menghormati hak


azazi manusia, menjaga lingkungan hidup, melaksanakan good corporate
governance, tidak spekulatif dan memegang teguh prinsip kehati-hatian.

30
BAB III
PENUTUP

Betapa pentingnya ilmu pengetahuan untuk membangun peradaban. Fi


qih Muamalah sebagai sebuah ilmu mewadahi pengkajian Islam yang
menyangkut interaksi sosial. Fiqih muamalah adalah upaya implementasi
syariah Islam dalam membangun peradaban.
Karena harapan kita semua memiliki peradaban yang sesuai dengan
tuntunan Ilahi. Kita meyakini bahwa Islam bisa menjadi solusi bagi
pembangunan peradaban yang maju dan modern. Tetapi itu semua kembali
lagi kepada kita sebagai bagian dari umat Islam. Ketinggian Islam hanya akan
menjadi kisah dongeng saja jika kita tidak pernah berupaya implentasikan.
Pada saat yang sama kita perlu memahami Islam terutama fiqih
muamalah dengan menggali konsep baru dalam berbagai bidang sehingga
dapat
membentuk bangunan baru peradaban Islam yang mampu menghadapi tantang
an zaman (modern). Artinya dengan konsep-
konsep dalam fiqih muamalah Islam kita dapat bersikap kritis ataupun
apresiatif terhadap konsep-konsep yang datang dari luar Islam. Bukan hanya
asal meniru dan menjiplak.Wallahu a’alam.
Allah SWT telah menetapkan dan mengatur hubungan baik sesama
manusia dan secara kodrati, manusia memang memiliki hasrat dan keinginan
untuk berbuat baik di antara mereka dan bersama-sama menuju suatu tujuan
bersama. Hal inilah yang kemudian mendasari terbentuknya masyarakat.
Secara sosial, manusia-manusia sebagai anggota masyarakat akan memiliki
peranan, tugas, dan kewajibannya masing-masing bergantung kepada
kapasitas anggota masyarakat tersebut. Peranan perseorangan dalam
mewujudkan kewajibannya di dalam masyarakat merupakan cerminan amal
ibadah seseorang terhadap masyarakat atau manusia lainnya. Dengan kata lain,
dengan menunaikan kewajibannya di masyarakat, seseorang telah beribadah
muamalah.
Teladan yang sempurna dalam mengamalkan nilai-nilai muamalah
dalam ajaran Islam dalam kehidupan sosial adalah Rasulullah Muhammad
SAW, yang memang beliau diutus oleh Allah ke muka Bumi sebagai uswatun
hasanah, teladan yang baik. Beliau memiliki kecerdasan emosi dan sosial yang
tinggi dan sudah sepatutnya menjadi contoh bagi umat Muslim untuk
berkehidupan di masyarakat. Sikap jujur, tawaddu’, ramah, pemaaf, dan
pemikirannya yang rasional sudah sepatutnya menjadi tolak ukur kita dalam
mengamalkan nilai-nilai muamalah ke dalam kehidupan sosial kita sehari-hari.
Sebagai seorang Muslim sudah sewajibnya kita dapat
mengimplementasikan nilai-nilai ibadah muamalah karena hal tersebut
merupakan manifestasi langsung dari ruang lingkup ajaran Islam yaitu aqidah,
syariah, dan akhlak. Dengan mengimplementasikan nilai-nilai ajaran ibadah
muamalah maka kita telah mengamalkan ajaran aqidah mengenai keyakinan
kita akan kekuasaan dan keesaan Allah SWT, mengamalkan nilai-nilai hukum

31
Islam yang terdapat dalam syariat, serta mengajarkan kita untuk senantiasa
berperilaku dan berakhlak mulia (akhlaqul karimah).

32
DAFTAR PUSTAKA

1. http://www.scribd.com/doc/50449934/Implementasi-Muamalah-dalam-
kehidupan
2. http://www.authorstream.com/Presentation/almaidaharianja-1106046-agama/
3. http://www.scribd.com/doc/22443047/Makalah-Fikih-Muamalah
4. http://manshurzikri.wordpress.com/2010/03/22/aqidah-ibadah-dan-muamalah-
serta-implikasinya-dalam-kehidupan/
5. http://agama.kompasiana.com/2010/08/13/muamalah/
6. http://esharianomics.com/esharianomics/fikih-hukum/fikih-
muamalah/muamalah/
7. http://www.scribd.com/doc/54294177/Membangun-Peradaban-Modern-
Melalui-Fiqih-Muamalah

33

Anda mungkin juga menyukai