Muamalah
Muamalah
PENDAHULUAN
A. Pengertian muamalah
Terminologi:
Muamalah adalah istilah yang digunakan untuk permasalahan selain ibadah.
1
a) Arti luas
Menurut Ad-Dimyathi :
“Suatu aktivitas keduniaan untuk mewujudkan keberhasilan akhirat”
b) Arti sempit
Menurut Khudhari Byk :
“Semua akad yang membolehkan manusia saling menukar manfaatnya”
Ibadah wajib berpedoman pada sumber ajaran Al-Qur’an dan Al-Sunnah, yaitu
harus ada contoh (tatacara dan praktek) dari Nabi Muhammad SAW. Konsep
ibadah ini berdasarkan kepada mamnu’ (dilarang atau haram). Ibadah ini antara
lain meliputi shalat, zakat, puasa, dan haji. Sedangkan masalah mu’amalah
2
(hubungan kita dengan sesama manusia dan lingkungan), masalah-masalah dunia,
seperti makan dan minum, pendidikan, organisasi, dan ilmu pengetahuan dan
teknologi, berlandaskan pada prinsip “boleh” (jaiz) selama tidak ada larangan
yang tegas dari Allah dan Rasul-Nya.
Berkaitan dengan hal di atas (mu’amalah), Nabi Muhammad SAW mengatakan:
“Bila dalam urusan agama (aqidah dan ibadah) Anda contohlah saya. Tapi,
dalam urusan dunia Anda, (teknis mu’amalah), Anda lebih tahu tentang dunia
Anda.”
Dalam ibadah, sangat penting untuk diketahui apakah ada suruhan atau
contoh tata cara, atau aturan yang pernah diajarkan oleh Rasulullah SAW.
Apabila hal itu tidak ada, maka tindakan yang kita lakukan dalam ibadah itu
akan jatuh kepada bid’ah, dan setiap perbuatan bid’ah adalah dhalalah (sesat).
Sebaliknya dalam mu’amalah yang harus dan penting untuk diketahui adalah
apakah ada larangan tegas dari Allah dan Rasul-Nya, karena apabila tidak ada,
hal tersebut boleh saja dilakukan.
Dalam hal ini, Dr. Kaelany juga menjelaskan adanya dua prinsip yang perlu
kita perhatikan, yaitu:
Namun dalam beberapa hal, tentu ada hal yang harus diperhatikan sesuai
dengan perkembangan zaman. Di sini lah implikasi dari mu’amalah itu sendiri.
Selama tidak ada larangan secara tegas di dalam Al-Qur’an dan Sunnah, hal
yang dipertimbangkan itu boleh dilakukan. Hal ini telah diterangkan oleh Rasul
dalam sabdanya yang sudah ditulis di atas. Sebagai contoh adalah dalam
kehidupan sehari-hari, pada zaman hidupnya Rasulullah, masyarakat yang
3
mengadakan perjalanan dari satu tempat ke tempat lain menggunakan binatang
Unta sebagai kendaraan. Akan tetapi hal itu tidak mungkin sama dalam
kehidupan zaman modern ini. Dan karenanya, menggunakan kendaraan
bermotor diperbolehkan karena tidak ada larangan dari Allah dan Rasul-Nya
(tidak tertera larangan yang tegas dalam Al-Qur’an dan Sunnah).
BAB II
4
PEMBAHASAN
Keterbelakangan
penduduknya dalam ilmu pengetahuan membawa pada peradaban yang terpur
uk. Bukan hanya karena kebodohan para penduduknya saja, tetapi nilai moral,
akhlak dan sikap terpuji juga telah memudar bahkan hilang dalam diri mereka.
Sehingga tidak muncul adanya interaksi sosial yang sehat dan saling sinergi.
Begitu pula di daratan Eropa pada abad ke-16, otoritas gereja begitu
membelenggu para ilmuwan dalam berpendapat dan mengembangkan ilmu
pengetahuan. Terjadi pengekangan terhadap pengembangan ilmu
pengetahuan dengan dogma dan doktrin yang dilakukan oleh gereja. Hal
tersebut memicu munculnya the dark age di wilayah Eropa yang membawa
kepada keterpurukan peradaban. Tetapi di masa kekhalifahan Abbasiyah
membuktikan bahwa Islam mampu membangun peradaban maju di dunia.
Pada sebuah kerajaan yang menjadikan Islam sebagai dasar pemerintahannya.
Islam merupakan agama yang universal dan menyeluruh. Agama yang
berisikan ajaran mengenai pola kehidupan manusia baik dalam tataran fungsi
ukhrawi maupun duniawi.
5
peradaban. Islam memberikan keleluasaan kepada para ilmuwan dan ulama
untuk mempelajari seluruh fenomena kehidupan. Bukan hanya itu, Islam
memberikan keutamaan kepada siapa pun yang senantiasa mempelajari ilmu.
Ditambah lagi semangat mengamalkan
hadits Rasul Saw. yang menyebutkan bahwa seorang terbaik adalah yang palin
g banyak memberikan manfaat bagi bersama.
Sabda Rasulullah Saw:
Yang artinya “Sebaik-baiknya manusia adalah yang paling banyak
memberikan manfaat kepada orang lain”. (HR. Ath-Thabrani)
1. Al-Ahwal al-Syakhsiyah
Dalam al-ahwal al-syakhsiyah
dibahas mengenai tuntunan membina keluarga. Tuntunan tentang
bagaimana meminang (khitbah), menikah, bercerai (thalaq) dan hubungan
diantara suami dengan istri dan keluarganya. Saat ini hukum tentang
keluarga ini dibahas dalam fiqih munakahat. Termasuk al-ahwal al-
syakhsiyah meliputi masalah waris dan wasiat.
2. Al-Qanun al-Madani
Al-qanun al-madani yaitu hukum yang menyangkut
kebendaan, seperti jual beli,sewa menyewa, pinjam meminjam,
syarikat (kongsi perusahaan). Termasuk didalamnya dibahas tentang hak d
6
an syarat pelakunya. Masalah inilah yang lebih banyak dibahas dalam fiqih
muamalah.
3. Al-qanun al-jaza`i
Al-qanun al-jaza`i yaitu hukum pidana yang mengatur cara melindungi
dan menjaga
keselamatan hak dan kepentingan masyarakat terhadap yang lainnya dari
perbuatan yang tidak dibenarkan hukum. Para ulama membahas masalah
ini lebih dalam pada fiqih jinayah atau hudud,seperti aturan tentang qishas,
zina, pencurian dan membuat kekacauan.
4. Siyasah syar’iyyah
Siyasah syar’iyyah
membahas masalah politik atau mengatur hubungan antara
negara dan pemerintahan dengan warganya yang meliputi pemimpin negar
a,menegakkan pemerintahan dan syarat dan kewajiban dalam negara dan
pemerintahan.
5. Al-qanun al-dauli
Al-qanun al-dauli ini meliputi pengaturan masalah hukum privat dan
hukum public internasional. Di dalamnya juga dibahas masalah
penggolongan non-muslim kepada al-harb (musuh yang boleh diperangi),
zimmi (non muslim yang boleh tinggal di negara Islam) dan musta`min
(non muslim yang berada di negara Islam karena ada kepentingan).
Termasuk di sini pula dibahas hubungan dan suasana perang (jihad).
7
Tetapi sayang umat Islam sendiri belum secara maksimal berupaya
implementasi
dari ketinggian dan kemulian Islam ini. Mayoritas umat Islam belum menemu
kan hakikat dan makna di balik kalimat indah rahmatan lil ‘alamin dan ya’lu
wa la yu’la. Sehingga dalam kenyataan kedudukan Islam tidak lebih baik,
tidak lebih tinggi bahkan tidak lebih mulia dari ajaran atau tuntunan yang
lainnya. Bahkan jika kita melihat keberadaan umat Islam dan negara Islam
terbalik pencitraannya sebagai agama yang agung dan mulia. Sinyalemen ini
pernah disampaikan oleh Syekh Muhammad Abduh, ia berkata “Islam itu
terhalang oleh (perilaku) kaum muslimin itu sendiri”.
Bahkan lebih keras, Abul Hasan Ali Nadwi (1985) menegaskan bahwa
masalah
sebenarnya di hadapan Islam sekarang bukan hanya masalah kemerosotan mor
al, kekendoran ibadah, ketaatan yang berlebihan, diabaikannya praktek-
praktek
keagamaan dan peniruan kebudayaan orang asing. Memang semua itu adalah
hal penting, tetapi masalah sebenarnya adalah kepercayaan dan
ketidakpercayaan. Yakni, apakah Islam akan terus hidup atau dicampakkan.
Peperangan yang terjadi di dunia muslim sekarang adalah perang antara
matrealisme Barat dan Islam sebagai wahyu terakhir dari Tuhan.
2. Solusi
8
Berpegang pada ungkapan think globally and act locally,
apa yang nampak di hadapan umat Islam kita memulai langkah konkrit dengan
mengimplementasikan Islam di ranah yang lebih kecil di lingkungan kita. Kita
sebagai pendidik memilki andil yang
besar dalam membangun peradaban Islam. Terlebih salah satu tantangan utam
a dewasa ini adalah ilmu pengetahuan.
Langkah awal dimulai dengan membentuk sistem yang mendukung kepada
internalisasi muamalah Islam di kalangan pelajar. Mulai dari kurikulum yang
mendukung, kebijakan termasuk stake holder yang memiliki visi implementasi
Islam dalam kehidupan sehari-hari.
9
Adapun strategi yang dapat digunakan ketika menerapkan pendekatan
kontekstual dalam pembelajaran adalah sebagai berikut: (Johnson, 2008:21)
1. Pembelajaran berbasis masalah, diharapkan peserta didik mampu
mengobservasi dan menganalisa permasalahan kemudian memberikan solu
si sesuai dengan semangat fiqih muamalah Islam.
2. Menggunakan konteks yang beragam, untuk memberikan pemahaman yan
g utuh dan wawasan yang luas.
3. Mempertimbangkan kebhinekaan siswa.
4. Memberdayakan siswa untuk belajar mandiri, untuk menguatkan pemaham
an anak dalam menemukan solusi dari permasalahan.
5. Belajar melalui kolaborasi.
6. Menggunakan penilaian autentik.
Muamalah dalam bahasa arab diambil dari kata ‘amala yang artinya
berbuat atau bertindak. Sedangkan pengertian muamalah secara ringkas
disebutkan dalam Ensiklopedia Hukum Islam, yaitu hubungan kepentingan
antar sesama manusia yang di dalam Al-Quran disebut dengan hablun minan
naas (Ensiklopedia HukumIslam, 1997: 356). Dengan kata lain fiqih
muamalah adalah konsep atau ilmu yang bersumber dari Al-Quran dan Al-
Sunnah yang mengatur hubungan interaksi antar sesama manusia.
10
Walaupun demikian para ulama
sepakat jika secara pokok fiqih hukum Islam terbagi menjadi wilayah ibadah d
an
wilayah muamalah. Wilayah ibadah lebih kepada aturan tentang kehidupan sec
ara individu dengan Tuhannya, sedangkan wilayah muamalah mengatur
hubungan interaksi antar sesama manusia. Adanya pembagian hukum Islam
secara pokok kepada wilayah ibadah dan wilayah
muamalah menunjukan kesempurnaan Islam. Kesempurnaan sebuah agama ya
ng
mengatur hidup dan kehidupan seluruh makhluk Allah Swt. Aturan Islam akan
memberikan rahmat bagi seluruh alam semesta, rahmatan lil ’alamin.
Firman Allah SWT :
Yang artinya
“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi
semesta alam” (Al-Anbiya [21]: 107).
11
mengambil ijtihad (pendapat).
Inilah keunggulan fiqih muamalah, bahwa tidak ada agama lain yang memiliki
tuntunan dalam seluruh aspek kehidupan seperti Islam. Dari semenjak bangun
tidur, ke
kamar mandi, seluruh aktifitas hingga hendak tidur kembali Islam memiliki
tuntunannya. Bahkan Islam memiliki tuntunan tentang pemerintahan, politik,
ekonomi, sosial dan budaya. Sekali lagi tuntunan tersebut ada bertujuan untuk
kemaslahatan bersama, karena Islam adalah rahmatan lil ‘alamin.
12
melalui fiqih muamalah menjadi salah satu pilar utama dalam membangun
peradaban Islam. Dan yang luar biasa, bahwa dasar fiqih muamalah itu adalah
kemaslahatan bersama. Membangun peradaban maju dan modern tentu
didasari adanya sinergi yang positif di dalam umat dan hal tersebut terbangun
ketika ada tuntunan yang mengarah kepada kemaslahatan bagi umat itu
sendiri.
13
Dengan demikian Islam sudah sangat jauh mempersiapkan sebuah pera
daban modern dan maju. Ini harus menjadi keyakinan kita, bahwa Islam lah
yang terbaik.
Optimisme ini sudah sangat beralasan untuk bisa meyakinkan bahwa Islam ak
an mampu membangun peradaban yang maju dan modern. Diantara sebagian
kecil solusi Islam, misalnya tentang aturan jilbab dan menutup
aurat yang tidak ada dalam agama lain
aturan sedetail dalam Islam. Di sejumlah negara sekuler menjadikan
stigma buruk terhadap tuntunan ini dengan menyebutkan bahwa Islam
mengekang kebebasan perempuan dengan pakaian jilbab. Dalam Islam
masalah menutp aurat ini sudah termasuk dalam kategori dharuriyat
(penting / primer), yaitu memelihara keturunan. Karena di mulai dari pakaian
yang seronoklah berakibat adanya kebebasan yang kebablasan.
Hj. Irene Handono (2004) menjawab isu tentang jilbab bagi perempuan
ini dengan menyebutkan bahwa di dunia Islam, seksualitas dan percintaan
tidak dipamerkan di jalan-jalan. Pornografi tidak bisa diterima. Gadis-gadis
muslimah yang menikah tidak mau melakukan hubungan seks sebelum
menikah. Kebanyakan mempelai wanita yang
menikah masih perawan saat menikah. Hj. Irene Handono menegaskan alasan
nya,
menutup aurat dari sudut pandang Islam, logis saja bahwa kita tidak berusaha
memancing sesuatu hal yang tidak kita inginkan terjadi.
Oleh karena itu, Islam sangat melarang riba karena sangat merugikan
disalah satu pihaknya. Berbeda dengan komunisme, kapitalisme dan
matrealisme yang merupakan bentuk kekecewaan masyarakat terhadap agama
Kristen yang diwakili oleh
gereja saat itu. Faham kapitalisme menghalalkan segala cara agar berhasil mer
14
aih
keuntungan besar tanpa memperhatikan yang lain, terutama masyarakat ekono
mi kecil. M. Fazlurrahman Anshari menjelaskan bahwa analisa terhadap
falsafah peradaban Barat akan menyingkap landasan peradaban
mereka. (Anshari, 1985: 129).
Landasan peradaban Barat sungguh bertentangan dengan perdaban Islam,
sebagai berikut:
1. Sudut pandang metafisis, pada matrealisme. Sementara dalam Islam
meyakini bahwa ada yang menguasai dan mengatur seluruh alam semesta
ini, yaitu Allah. Dan Dia-lah yang memberikan rezeki dengan sangat adil.
Rezeki tidaklah bisa diukur dengan materi. Konsep syukur yang dimiliki
Islam mengajarkan makna yang lebih dalam dari sekedar materi.
2. Sudut pandang psikologis, pada sensasionisme (faham serba inderawi).
Seni dan modenya membuktikan fakta ini dengan jelas. Tidak memerlukan
keramahan, sopan santun dan adab-adab yang membawa kepada semangat
kinerja seperti dalam Islam.
3. Sudut pandang etika, pada kemanfaatan dan syahwat. Hanya mengejarkep
uasan diri dan melupakan kemaslahatan bersama. Sementara Islammening
gikan nilai dan akhlak terpuji.
4. Sudut pandang ekonomi, pada eksploitasi masyarakat manusia yang belum
berkembang, kapitalisme dan komunisme. Sementara Islam menjunjung
tinggi
moral dan kemaslahatan bersama, saling menghargai dan menolong serta
berbasiskan usaha dan ikhtiar.
5. Sudut pandang politik, pada pertentangan ras dan pemisahan berdasarkan
warna kulit. Sementara Islam memandang sama setiap orang dan tidak
membeda-bedakan secara ras atau fisik.
Kita sebagai umat Islam hanya perlu mengkaji Islam terus menerus.
Karena dengan
mengkaji Islam kita akan mendapatkan kebaikan. Jangan sampai kita melemah
kan Islam yang begitu mulia karena kita merasa Islam sudah tidak layak lagi.
Sudah sangat jelas Islamlah yang terbaik dan menjadi solusi bagi semua
problem kehidupan.
Sementara Barat sendiri adalah peradaban yang tumbuh dan berkembang dari
kombinasi beberapa unsur yaitu filsafat dan nilai-nilai kuno Yunani dan
Romawi, serta
agama Yahudi dan Kristen yang dimodifikasi oleh bangsa Eropa. Sedangkan Is
lam adalah peradaban yang lahir dan tumbuh berdasarkan pada wahyu yang
memproyeksikan sebuah pandangan hidup yang sempurna, yang dipahami,
ditafsiri,
dijelaskan dan dipraktekkan sehingga membentuk tradisi intelektual dimana il
mu
pengetahuan religius dan rasional diintegrasikan dalam bangunan ilmu yang
mengandung nilai-nilai dan konsep-konsep yang berguna bagi pembentukan
kehidupan yang aman, tenteram dan damai. (Zarkasyi, 2007)
15
Manusia dijadikan Allah SWT sebagai makhluk sosial yang saling
membutuhkan antara satu dengan yang lain. Untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya, manusia harus berusaha mencari karunia Allah yang ada dimuka
bumi ini sebagai sumber ekonomi. Allah SWT berfirman
Artinya : “Dan Carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah
kepadamu(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan
bagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuatbaiklah (kepada orang lain)
sebagai mana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu
berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang berbuat kerusakan.”(QS Az Zumar : 39)
1. Jual-beli
Jual beli dalam bahasa Arab terdiri dari dua kata yang mengandung
makna berlawanan yaitu Al Bai’ yang artinya jual dan Asy Syira’a yang
artinya Beli. Menurut istilah hukum Syara, jual beli adalah penukaran harta
(dalam pengertian luas) atas dasar saling rela atau tukar menukar suatu benda
(barang) yang dilakukan antara dua pihak dengan kesepakatan (akad) tertentu
atas dasar suka sama suka (lihat QS Az Zumar : 39, At Taubah : 103, hud : 93)
16
Orang gila tidak sah jual belinya. Penjual atau pembeli melakukan jual
beli dengan kehendak sendiri, tidak ada paksaan kepada keduanya,
atau salah satu diantara keduanya. Apabila ada paksaan, jual beli
tersebut tidak sah.
2) Syarat Ijab dan Kabul
Ijab adalah perkataan untuk menjual atau transaksi menyerahkan,
misalnya saya menjualmobil ini dengan harga 25 juta rupiah. Kabul
adalah ucapan si pembeli sebagai jawaban dari perkataan si penjual,
misalnya saya membeli mobil ini dengan harga 25 juta rupiah. Sebelum
akad terjadi, biasanya telah terjadi proses tawar menawar terlebih dulu.
Pernyataan ijab kabul tidak harus menggunakan kata-kata khusus.
Yang diperlukan ijab kabul adalah saling rela (ridha) yang
direalisasikan dalam bentuk kata-kata. Contohnya, aku jual, aku
berikan, aku beli, aku ambil, dan aku terima. Ijab kabul jual beli juga
sah dilakukan dalam bentuk tulisan dengan sarat bahwa kedua belah
pihak berjauhan tempat, atau orang yang melakukan transaksi itu
diwakilkan. Di zaman modern saat ini, jual beli dilakukan dengan cara
memesan lewat telepon. Jula beli seperti itu sah saja, apabila si
pemesan sudah tahu pasti kualitas barang pesanannya dan mempunyai
keyakinan tidak ada unsur penipuan.
3) Benda yang diperjualbelikan
Barang yang diperjualbelikan harus memenuhi sarat sebagai
berikut :
Suci atau bersih dan halal barangnya
Barang yang diperjualbelikan harus diteliti lebih dulu
Barang yang diperjualbelikan tidak berada dalam proses
penawaran dengan orang lain
Barang yang diperjualbelikan bukan hasil monopoli yang
merugikan
Barang yang diperjualbelikan tidak boleh ditaksir
(spekulasi)
Barang yang dijual adalah milik sendiri atau yang diberi
kuasa
Barang itu dapat diserahterimakan
2) Menepati Amanat
17
Menepati amanat merupakan sifat yang sangat terpuji. Yang
dimaksud amanat adalah mengembalikan hak apa saja kepada
pemiliknya. Orang yang tidak melaksanakan amanat dalam islam
sangat dicela.
Hal-hal yang harus disampaikan ketika berdagang adalah penjual
atau pedagang menjelaskan ciri-ciri, kualitas, dan harga barang
dagangannya kepada pembeli tanpa melebih-lebihkannya. Hal itu
dimaksudkan agar pembeli tidak merasa tertipu dan dirugikan.
3) Jujur
Selain benar dan memegang amanat, seorang pedagang harus
berlaku jujur. Kejujuran merupakan salah satu modal yang sangat
penting dalam jual beli karena kejujuran akan menghindarkan diri dari
hal-hal yang dapat merugikan salah satu pihak. Sikap jujur dalam hal
timbangan, ukuran kualitas, dan kuantitas barang yang diperjual
belikan adalah perintah Allah SWT. Firman Allah.
Artinya : Dan (Kami telah mengutus) kepada penduduk Mad-yan
saudara mereka, Syu’aib. Ia berkata: “Hai kaumku, sembahlah Allah,
sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain-Nya. Sesungguhnya telah
datang kepadamu bukti yang nyata dari Tuhanmu. Maka
sempurnakanlah takaran dan timbangan dan janganlah kamu
kurangkan bagi manusia barang-barang takaran dan timbangannya,
dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi sesudah Tuhan
memperbaikinya. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika betul-betul
kamu orang-orang yang beriman.” (QS Al A’raf : 85)
Sikap jujur pedagang dapat dicontohkan seperti dengan
menjelaskan cacat barang dagangan, baik yang diketahui maupun yang
tidak diketahui. Sabda Nabi Muhammad SAW yang artinya
“Muslim itu adalah saudara muslim, tidak boleh seorang muslim
apabila ia berdagang dengan saudaranya dan menemukan cacat,
kecuali diterangkannya.”
Lawan sifat jujur adalah menipu atau curang, seperti mengurangi
takaran, timbangan, kualitas, kuantitas, atau menonjolkan keunggulan
barang tetapi menyembunyikan cacatnya. Hadis lain meriwayatkan
dari umar bin khattab r.a berkata seorang lelaki mengadu kepada
rasulullah SAW sebagai berikut “ katakanlah kepada si penjual,
jangan menipu! Maka sejak itu apabila dia melakukan jual beli, selalu
diingatkannya jangan menipu.”(HR Muslim)
4) Khiar
Khiar artinya boleh memilih satu diantara dua yaitu meneruskan
kesepakatan (akad) jual beli atau mengurungkannya (menarik kembali
atau tidak jadi melakukan transaksi jual beli). Ada tiga macam khiar
yaitu sebagai berikut.
a) Khiar Majelis
Khiar majelis adalah si pembeli an penjual boleh memilih antara
meneruskan akad jual beli atau mengurungkannya selama
18
keduanya masih tetap ditempat jual beli. Khiar majelis ini
berlaku pada semua macam jual beli.
b) Khiar Syarat
Khiar syarat adalah suatu pilihan antara meneruskan atau
mengurungkan jual beli setelah mempertimbangkan satu atau dua
hari. Setelah hari yang ditentukan tiba, maka jual beli harus
ditegaskan untuk dilanjutkan atau diurungkan. Masa khiar syarat
selambat-lambatnya tiga hari
c) Khiar Aib (cacat)
Khiar aib (cacat) adalah si pembeli boleh mengembalikan barang
yang dibelinya, apabila barang tersebut diketahui ada cacatnya.
Kecacatan itu sudah ada sebelumnya, namun tidak diketahui oleh
si penjual maupun si pembeli. Hadis nabi Muhammad SAW.
Yang artinya : “Jika dua orang laki-laki mengadakan jual beli,
maka masing-masing boleh melakukan khiar selama mereka
belum berpisah dan mereka masih berkumpul, atau salah satu
melakukan khiar, kemudian mereka sepakat dengan khiar
tersebut, maka jual beli yang demikian itu sah.” (HR Mutafaqun
alaih)
2. Riba
Bagi manusia yang tidak memiliki iman, segala sesuatunya selalu
dinilai dengan harta (materialisme). Manusia berlomba-lomba untuk
memperoleh harta kekayaan sebanyak mungkin. Mereka tidak memperdulikan
dari mana datangnya harta yang didapat, apakah dari sumber yang halal atau
haram. Salah satu contoh perolehan harta yang haram adalah sesuatu yang
berasal dari pekerjaan memungut riba. Hadis nabi Muhammad SAW
menyatakan sebagai berikut. Yang artinya : “Dari Abu Hurairah r.a ia berkata
: Rasulullah SAW bersabda : Akan tiba suatu zaman, tidak ada seorang pun,
kecuali ia memakan harta riba. Kalau ia memakannya secara langsung ia
akan terkena debunya.” (HR Ibnu Majah)
Kata riba (ar riba) menurut bahasa yaitu tambahan (az ziyadah) atau
kelebihan. Riba menurut istilah syarak ialah suatu akad perjanjian yang terjadi
dalam tukar menukar suatu barang yang tidak diketahui syaraknya. Atau
dalam tukar menukar itu disyaratkan menerima salah satu dari dua barang
apabila terlambat. Riba dapat terjadi pada hutang piutang, pinjaman, gadai,
atau sewa menyewa. Contohnya, Fauzi meminjam uang sebesar Rp 10.000
pada hari senin. Disepakati dalam setiap satu hari keterlambatan, Fauzi harus
mengembalikan uang tersebut dengan tambahan 2 %. Jadi hari berikutnya
Fauzi harus mengembalikan hutangnya menjadi Rp 10.200. Kelebihan atau
tambahan ini disebut dengan riba.
Allah SWT berfirman.
Artinya : Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri
melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran
(tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah
disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama
dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan
riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya,
lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah
19
diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah)
kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba), maka orang itu adalah
penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya. (QS Al Baqarah : 275)
20
tunai, dan
timbang terima dalam akad (ijab kabul) sebelum meninggalkan
majelis akad.
b) Menjual sesuatu yang berlainan jenis ada dua syarat, yaitu:
tunai dan
timbang terima dalam akad (ijab kabul) sebelum meninggalkan
majelis akad.
Riba diharamkan oleh semua agama samawi. Adapun sebab
diharamkannya karena memiliki bahaya yang sangat besar antara lain sebagai
berikut.
Riba dapat menimbulkan permusuhan antar pribadi dan mengikis
habis semangat kerja sama atau saling menolong sesama manusia.
Padahal, semua agama, terutama Islam menyeru kepada manusia
untuk saling tolong menolong, membenci orang yang mengutamakan
kepentingan diri sendiri atau egois, serta orang yang mengeksploitasi
orang lain.
Riba dapat menimbulkan tumbuh suburnya mental pemboros yang
tidak mau bekerja keras dan penimbun harta di tangan satu pihak.
Islam menghargai kerja keras dan menghormati orang yang suka
bekerja keras sebagai saran pencarian nafkah.
Riba merupakan salah satu bentuk penjajahan atau perbudakan
dimana satu pihak mengeksploitasi pihak yang lain.
Sifat riba sangat buruk sehingga Islam menyerukan agar manusia suka
mendermakan harta kepada saudaranya dengan baik jika saudaranya
membutuhkan harta.
21
Hadis tersebut menunjukkan kecintaan Allah kepada hamba-
hambanya yang melakukan perkongsian atau kerja sama selama
pihak-pihak yang bekerja sama tersebut saling menjunjung tinggi
amanat kebersamaan dan menjauhi pengkhianatan.
Berdasarkan dalil-dalil diatas, musyarakah (syirkah) dapat
diartikan dua orang atau lebih yang bersekutu (berserikat) dimana
uang yang mereka dapatkan dari harta warisan, atau mereka
kumpulkan diantara mereka, kemudian diinvestasikan dalam
perdagangan, industri, atau pertanian dan lain-lain sepanjang sesuai
dengan kesepakatan bersama dan hal tersebut hukumnya boleh.
ii. Syarat-syarat musyarakah
Dalam bersyarikah ada 5 syarat ayng harus dipenuhi yaitu sebagai
berikut:
1. Benda (harta dinilai dengan uang)
2. Harta-harta itu sesuai dalam jenis dan macamnya
3. Harta-harta dicampur
4. Satu sama lain membolehkan untuk membelanjakan harta itu
5. Untung rugi diterima dengan ukuran harta masing-masing.
iii. Jenis-jenis musyarakah
Ada dua jenis musyarakah yakni musyarakah pemilikan dan
musyarakah akad (kontrak)
1. Musyarakah pemilikan tercipta karena warisan, wasiat, atau
kondisi lainnya yang mengakibatkan pemilikan satu aset oleh dua
orang atau lebih. Dalam musyarakah ini, kepemilikan dua orang
atau lebih, berbagi dalam sebuah aset nyata dan berbagi pula
keuntungan yang dihasilkan oleh aset tersebut.
2. Musyarakah akad tercipta dengan cara kesepakatan dimana dua
orang atau lebih setuju bahwa tiap orang dari mereka
memberikan modal musyarakah. Mereka pun sepakat berbagi
keuntungan dan kerugian. Musyarakah akad terbagi menjadi
‘inan, mufawadah, a’mal, wujuh, dan mudarabah.
Syirkah ‘inan adalah kontrak antara dua orang atau lebih.
Setiap pihak memberikan suatu porsi dari keseluruhan dana
dan berpartisipasi dalam kerja, keuntungan dan kerugian yang
dibagi sesuai dengan kesepakatan diantara mereka
Syirkah mufawadah adalah kontrak kerja sama antara dua
orang atau lebih. Setiap pihak memberikan dana yang
jumlahnya sama dan berpartisipasi dalam kerja, keuntungan
dan kerugian dibagi secara sama besar
Syirkah a’mal adalah kontrak kerjasama dua orang seprofesi
untuk menerima pekerjaan secara bersama dan berbagi
keuntungan dari pekerjaan itu. Misal dua orang arsitek
menggarap sebuah proyek
Syirkah wujuh adalah kontrak antara dua orang atau lebih
yang memiliki reputasi dan prestise baik dalam bisnis.
Mereka membeli barang secara kredit dari suatu perusahaan
dan menjual barang tersebut secara tunai. Keuntungan dan
kerugian dibagi berdasarkan jaminan yang disediakan
masing-masing.
22
Pada bidang perbankan misalnya, penerapan musyarakah dapat
berwujud hal-hal berikut ini.
1. Pembiayaan proyek. Musyarakah biasanya diaplikasikan untuk
pembiayaan dimana nasabah dan bank sama-sama
menyediakan dana untuk membiayai proyek tersebut. Setelah
proyek itu selesai, nasabah mengembalikan dana tersebut
bersama bagi hasil yang telah disepakati
2. Modal ventura. Pada lembaga keuangan
khusus yang dibolehkan melakukan investasi dalam
kepemilikan perusahaan, musyarakah diterapkan dalam skema
modal ventura. Penanaman modal dilakukan untuk jangka
waktu tertentu dan setelah itu bank melakukan divestasi atau
menjual bagian sahamnya, baik secara singkat maupun
bertahap.
23
seringkali dicontohkan dengan ungkapan if’al ma syi’ta (lakukan
sesukamu) dari sahibul mal ke mudarib yang memberi kekuasaan
sangat besar.
b) Mudarabah Muqayyadah
Mudarabah muqayyadah adalah kebalikan dari mudarabah
mutlaqah. Si Mudarib dibatasi dengan batasan jenis usaha, waktu,
atau tempat usaha. Adanya pembatasan ini seringkali
mencerminkan kecenderungan umum si Sahibul Mal dalam
memasuki jenis dunia usaha.
24
3. Mukhabarah
Mukhabarah kerjasama dalam pertanian berupa paroan sawah atau
ladang seperdua atau sepertiga atau lebih atau kurang, sedangkan
benihnya dari pemilik sawah/ladang. Adapun pada mukhabarah, zakat
diwajibkan atas yang punya tanah karena pada hakekatnya dialah yang
bertanam, sedangkan petani hanya mengambil upah bekerja.
Penghasilan yang didapat dari upah tidak wajib dibayar zakatnya.
Kalau benih dari keduanya, zakat wajib atas keduanya yang diambil
dari jumlah pendapatan sebelum dibagi. Hukum kerja sama tersebut
diatas diperbolehkan sebagian besar para sahabat, tabi’in dan para
imam
.
5. Perbankan yang Sesuai dengan Prinsip Hukum Islam
25
2. Mudarabah adalah kerjasama antara pemilik modal dengan pelaksana atas
dasar perjanjianprofit and loss sharing. Dengan mudarabah ini, Bank Islam
dapat memberikan tambahan modal kepada pengusaha untuk
perusahaannya dengan perjanjian bagi hasil dan rugi yang
perbandingannya sesuai dengan perjanjian misalnya, fifty-fifty. Dalam
mudarabah ini, Bank tidak mencampuri manajemen perusahaan.
3. Syirkah (perseroan). Dibawah kerjasama syirkah ini, pihak Bank dan pihak
pengusaha sama-sama mempunyai andil (saham) pada usaha patungan
(joint ventura). Oleh karena itu, kedua belah pihak berpartisipasi
mengelola usaha patungan ini dengan menanggung untung rugi bersama
atas dasar perjanjian profit and loss sharing (PLS Agreement).
4. Murabahah adalah jual beli barang dengan tambahan harga atau cost
plus atas dasar harga pembelian yang pertama secara jujur. Dengan
murabahah ini, pada hakikatnya suatu pihak ingin mengubah bentuk
bisnisnya dari kegiatan pinjam meminjam menjadi transaksi jual beli.
Dengan sistem murabahah ini, Bank bisa membelikan atau menyediakan
barang barang yang diperlukan oleh pengusaha untuk dijual lagi, dan Bank
minta tambahan harga atas harga pembeliannya. Syarat bisnis dengan
murabahah ini, ialah si pemilik barang (dalam hal ini Bank) harus memberi
informasi yang sebenarnya kepada pembeli tentang harga pembeliannya
dan keuntungan bersih (profit margin) dari pada cost plus nya itu.
5. Qard hasan (pinjaman yang baik atau benevolent loan). Bank Islam dapat
memberikan pinjaman tanpa bunga (benevolent loan) kepada para nasabah
yang baik, terutama nasabah yang mempunyai deposito di Bank Islam itu
sebagai slah satu pelayanan dan penghargaan Bank kepada para deposan
karena mereka tidak menerima bunga atas depositonya dari Bank Islam.
26
Beberapa bank konvensional dalam negeri, maupun asing yang
beroperasi di Indonesia juga telah mengajukan izin dan menyiapkan diri untuk
segera beroperasi menjadi Bank Syariah.
Kehadiran Bank Syariah memiliki hikmah yang cukup besar, diantaranya
sebagai berikut.
1. Umat Islam yang berpendirian bahwa bunga Bank konvensional adalah
riba, maka Bank Syariah menjadi alternatif untuk menyimpan uangnya,
baik dengan cara deposito, bagi hasil maupun yang lainnya
2. Untuk menyelamatkan umat Islam dari praktik bunga yang mengandung
unsur pemerasan (eksploitasi) dari si kaya terhadap si miskin atau orang
yang kuat ekonominya terhadap yang lemah ekonominya.
3. Untuk menyelamatkan ketergantungan umat Islam terhadap Bank non
Islam yang menyebabkan umat Islam berada dibawah kekuasaan Bank
sehingga umat Islam belum bisa menerapkan ajaran agamanya dalam
kehidupan pribadi dan masyarakat, terutama dalam kegiatan bsinis dan
perekonomiannya
4. Bank Islam dapat mengelola zakat di negara yang pemerintahannya belum
mengelola zakat secara langsung. Bank juga dapat menggunakan sebagian
zakat yang terkumpul untuk proyek-proyek yang produktif dan hasilnya
untuk kepentingan agama dan umum.
5. Bank Islam juga boleh memungut dan menerima pembayaran untuk hal-
hal berikut.
a) Mengganti biaya-biaya yang langsung dikeluarkan oleh Bank
dalam melaksanakan pekerjaan untuk kepentingan nasabah,
misalnya biaya telegram, telepon, atau telex dalam memindahkan
atau memberitahukan rekening nasabah, dan sebagainya
b) Membayar gaji para karyawan Bank yang melakukan pekerjaan
untuk kepentingan nasabah dan sebagai sarana dan prasarana yang
disediakan oleh Bank dan biaya administrasi pada umumnya.
27
Dikalangan ulama dan cendikiawan muslim ada empat pendapat
tentang hukum asuransi, yakni sebagai berikut.
1. Mengharamkan asuransi dalam segala macam dan bentuknya sekarang ini,
termasuk asuransi jiwa
2. membolehkan semua asuransi dalam praktiknya sekarang ini.
3. Membolehkan aasuransi yang bersifat sosial dan mengharamkan asuransi
yang semata-mata bersifat komersial
4. menganggap syubhat
Ketika mengkaji hukum Islam tentang asuransi, sudah tentu harus
dilakukan dengan menggunakan metode ijtihad yang lazim digunakan oleh
mejtahidin dahulu. Diantara metode ijtihad yang mempunyai banyak peranan
di dalam mengistinbatkan (mencari dan menetapkan hukum) terhadap
masalah-masalah baru yang tidak ada nasnya dalam Al Qur’an dan hadis
adalah maslahah mursalah atau istislah (public good) dan qyas (analogical
reasoning).
Dalam buku Hukum Asuransi di Indonesia ditulis oleh Vide Wirjono
Prodjodikoro, menjelaskan, menurut pasal 246 Wet Boek Van
Koophandel (Kitab Undang-undang perniagaan), bahwa asuransi pada umunya
adalah suatu bentuk persetujuan dimana pihak yang menjamin berjanji kepada
pihak yang dijamin untuk menerima sejumlah uang premi sebagai pengganti
kerugian yang mungkin akan diderita oleh yang dijamin karena akibat dari
suatu peristiwa yang belum jelas akan terjadi.
Adapun asuransi Syariah adalah usaha saling melindungi dan tolong
menolong diantara sejumlah orang atau pihak melaui investasi dalam bentuk
aset atau tabarru’ yang memberikan pola pengembalian untuk menghadapi
resiko tertentu melalu akad (perikatan) yang sesuai Syariah
Ada beberapa sumber yang dijadikan rujukan bagi berlangsungnya
sistem asuransi tersebut, diantaranya adalah hadis Nabi Muhammad SAW
“Seorang mukmin dengan mukmin lainnya dalam suatu masyarakat ibarat
satu bangunan, dimana tiap bangunan saling mengokohkan satu sama
lain.” (HR Bukhari danMmuslim)
Secara operasional, asuransi yang sesuai dengan Syariah memiliki
sistem yang mengandung hal-hal sebagai berikut.
1. Mempunyai akad takafuli (tolong menolong) untuk memberikan santunan
atau perlindungan atas musibah yang akan datang
2. Dana yang terkumpul menjadi amanah pengelola dana. Dana tersebut
diinvestasikan sesuai dengan instrumen Syariah seperti mudarabah,
wakalah, wadi’ah dan murabahah.
3. Premi memiliki unsur tabaru’ atau mortalita (harapan hidup)
4. Pembebanan biaya operasional ditanggung pemegang polis, terbatas pada
kisaran 30 % dari premi sehingga pembentukan pada nilai tunai cepat
terbentuk pada tahun pertama yang memiliki nilai 70 % dari premi.
5. dari rekening tabaru’ (dana kebajikan seluruh peserta) sejak awal sudah
dikhlaskan oleh peserta untuk keperluan tolong menolong bila terjadi
musibah.
6. Mekanisme pertanggungan pada asuransi Syariah adalah sharing of
risk. Apabila terjadi musibah semua peserta ikut (saling) menanggung dan
membantu
28
7. Keuntungan (profit) dibagi antara perusahaan dengan peserta sesuai
prinsip bagi hasil (mudarabah),atau dalam akad tabarru’ dapat berbentuk
hadiah kepada peserta dan ujrah (fee) kepada pengelola.
8. Mempunyai misi akidah, sosial serta mengangkat perekonomian umat
Islam atau misi iqtisadi
7. Sistem Lembaga Keuangan non Bank yang sesuai dengan Prinsip Hukum
Islam
29
2. BMT (Baitul Mal wat Tamwil)
Merupakan lembaga keuangan mikro yang sangat sukses. BMT di
Indonesia tumbuh dari bawah (masyarakat berekonomi lemah) yang
didukung oleh deposan-deposan kecil. BMT telah menjalankan fungsinya
sebagai lembaga intermediasi yang mengelola dana dari, untuk dan oleh
masyarakat yang merupakan perwujudan demokrasi ekonomi. BMT-BMT
sebagian besar berbadan hukum koperasi yang merupakan badan usaha
berdasarkan azas kekeluargaan yang sesuai dengan Islam. Sampai tahun
2003, jumlah BMT sudah mendekati angka 4000 unit dimana proses
operasionalnya tidak jauh beda dengan operasional BPRS atau Bank
Syariah
30
BAB III
PENUTUP
31
Islam yang terdapat dalam syariat, serta mengajarkan kita untuk senantiasa
berperilaku dan berakhlak mulia (akhlaqul karimah).
32
DAFTAR PUSTAKA
1. http://www.scribd.com/doc/50449934/Implementasi-Muamalah-dalam-
kehidupan
2. http://www.authorstream.com/Presentation/almaidaharianja-1106046-agama/
3. http://www.scribd.com/doc/22443047/Makalah-Fikih-Muamalah
4. http://manshurzikri.wordpress.com/2010/03/22/aqidah-ibadah-dan-muamalah-
serta-implikasinya-dalam-kehidupan/
5. http://agama.kompasiana.com/2010/08/13/muamalah/
6. http://esharianomics.com/esharianomics/fikih-hukum/fikih-
muamalah/muamalah/
7. http://www.scribd.com/doc/54294177/Membangun-Peradaban-Modern-
Melalui-Fiqih-Muamalah
33