SWK Bojonagara
SWK Bojonagara
SWK Bojonagara
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Teknik Evaluasi
Perencanaan, Universitas Islam Bandung
Tahun Akademik 2018/2019
Oleh :
10070315064 Cut Qisty Amalia
10070315066 Nurul Inayah
10070315062 Nurkholis M.Y
10070315068 Sulfia M andi
10070315080 Rafi Indra Wira P
10070315082 Mega Oktawidiya
Planologi - B
Tujuan
Pedoman
Evaluasi
Gambar 1.1
Kerangka Pemikiran
Sumber: Hasil Diskusi Kelompok, 2019
1.4 Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan yang digunakan dalam kegiatan evaluasi
kelengkapan data dalam RDTR SWK Bojonagara adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini menjelaskan tentang Latar Belakang, Tujuan, Manfaat,
dan Sasaran, Kerangka Pemikiran, dan Sistematika Pembahasan.
BAB II KAJIAN TEORI
Pada bab ini menjelaskan bagaimana teori yang dipakai dalam
melakukan evaluasi terhadap RDTR SWK Bojonagara
BAB III EVALUASI PENILAIAN
Pada bab ini menjelaskan tentang evaluasi mengenai kelengkapan
data mengenai pedoman yang digunakan dan pedoman eksisting
yang menjadi acuan, kelengkapan dokumen analisa, kelengkapan
dokumen rencana, kelengkapan dokumen peta, dan implementasi
atau fenomena di lapangan.
BAB IV HASIL ANALISIS
Pada bab ini menjelaskan tentang kesimpulan dari kegiatan evaluasi
kelengkapan data dalam RDTR SWK Bojonagara.
BAB II
KAJIAN TEORI
Hasil akhir dari semua aspek penilaian selanjutnya diberikan kriteria untuk
menentukan apakah RDTR yang dinilai secara umum memiliki kualitas baik atau
buruk. Kualitas RDTR yang ditanyakan baik menghasilkan rekomendasi RDTR
tidak revisi sedangkan RDTR yang dinyatakan buruk menghasilkan rekomendasi
RDTR yang direvisi. Berikut adalah kriteria rekomendasi revisi dan tidak direvisi
sesuai dengan bobot penilaian yang telah ditetapkan:
Jika nilai akhir ≥ 85 = RDTR dinyatakan berkualitas Baik (tidak direvisi)
Jika nilai akhir < 85 = RDTR dinyatakan berkualitas Buruk (direvisi)
3.2 Kesesuaian Dengan Peraturan Perundang-undangan
Kesesuaian muatan RDTR dengan peraturan perundang – undangan
dapat dilihat dengan cara mengevaluasi materi muatan RDTR dengan peraturan
perundang-undangan yang terkait dengan bidang penataan ruang dan berlaku
terhadap pelaksanaan RDTR. Peraturan perundang undangan yang dimaksud
meliputi Undang-undang, Peraturan Daerah, Peraturan Pemerintah, Peraturan
Presiden dan peraturan turunanya. Evaluasi RDTR sangat penting untuk
dilakukan, karena kemungkinan munculnya peraturan perundang-undangan baru
di antara penyusunan RDTR dan saat masa peninjauan kembali. Berikut ini adalah
kesesuaian materi RDTR Kota Bandung SWK Bojonagara dengan peraturan
perundang-undangan.
Tabel 3.2
Kesesuaian RDTR SWK Bojonagara dengan Peratutan perundang-undangan
Peraturan Muatan Peraturan Kesesuaian
Catatan
No Perundang- yang Terkait dengan Tidak Nilai
Sesuai Kesesuaian
undangan Muatan RDTR sesuai
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
UU No. 26 Tahun
2007 tentang
Penataan Ruang,
dan Peraturan
Rencana penataan
Menteri Agraria
ruang SWK
Dan Tata Ruang
Bojonagara yaitu
Nomor 16 Tahun
mewujudkan
1 2018 Tentang √ - 3 -
perlindungan Kawasan
Pedoman
Bandara dan Industri
Penyusunan
Strategis
Rencana Detail
(Aerobiopolis).
Tata Ruang Dan
Peraturan Zonasi
Kabupaten/Kota
Rencana penyediaan
jaringan air minum
sebagaimana
dimaksud dalam Pasal
8 ayat (5) di SWK
Bojonagara terdiri atas:
a. pengembangan
sistem jaringan
Undang-Undang perpipaan di
Nomor 7 Tahun setiap Sub SWK
2004 tentang
b. pembangunan
Sumberdaya Air
bangunan
dan Peraturan
pengambil air
Pemerintah
15 baku; √ - 3
Republik
c. pengembangan
Indonesia Nomor
pipa transmisi air
122 Tahun 2015
baku instalasi
Tentang Sistem
produksi di setiap
Penyediaan Air
Sub SWK;
Minum
d. pengembangan
pipa transmisi air
minum di setiap
Sub SWK;
e. pengembangan
pipa distribusi
sekunder hingga
blok peruntukan
Peraturan Rencana
16 √ - 3
Menteri pengembangan
Peraturan Muatan Peraturan Kesesuaian
Catatan
No Perundang- yang Terkait dengan Tidak Nilai
Sesuai Kesesuaian
undangan Muatan RDTR sesuai
Pekerjaan Umum jaringan drainase
Nomor sebagaimana
12/Prt/M/2014 dimaksud dalam Pasal
Tentang 8 ayat (6) di SWK
Penyelenggaraan Bojonagara terdiri atas:
Sistem Drainase a. Rencana
Perkotaan Pengembangan
Jaringan Drainase
Premier, Sekunder
dan Tersier
b. Rencana
pengembangan
jaringan drainase
sekunder dan
tersier
c. Rencana induk
pengembangan
jaringan drainase
Rencana penyediaan
jaringan air limbah
sebagaimana
dimaksud dalam Pasal
8 ayat (7) di SWK
Bojonagara terdiri atas:
a. Pengembangan
sistem
pembuangan air
limbah ke IPAL
Bojongsoang
Peraturan
b. Pengembangan
Menteri PUPR
bak penampungan
Nomor 04 Tahun
/ waduk air kotor di
2017 Tentang
17 setiap sub SWK. √ - 3
Penyelenggaraan
c. Pengembangan
sistem
instalasi tambahan
pengelolaan air
untuk air limbah
limbah domestik
yang mengandung
bahan berbahaya
dan beracun (B3)
d. Pengelolaan air
limbah yang
disediakan dan
dikelolah
perorangan/perusa
han yang melayani
satu lingkup tapak
(site)
Peraturan Muatan Peraturan Kesesuaian
Catatan
No Perundang- yang Terkait dengan Tidak Nilai
Sesuai Kesesuaian
undangan Muatan RDTR sesuai
e. Pengembangan
septik tank
individual atau
komunal bagi
perumahan dan
pemukiman di
masing-masing
blok
f. Pengembangan
septik tank kolektif
pada kawasan
perkantoran,
pendidikan,
pemerintahan dan
komersil
g. Unruk lebih lanjut
pengembangan
jaringan air limbah
akan diatur oleh
peraturan Walikota
dengan SKPD
terkait
Rencana penyediaan
sistem persampahan
sebagaimana
dimaksud dalam Pasal
8 ayat (8) di SWK
Bojonagara terdiri atas:
Undang-Undang (1) Rencana sistem
Nomor 18 Tahun persampahan
2008 tentang sebagaimana
Pengelolaan dimaksud dalam
Pasal 8 ayat (8)
Sampah dan terdiri atas:
Peraturan a. TPPAS regional di
18 Menteri Dalam Legok Nangka, √ - 3
Negeri Nomor 33 Kabupaten
Tahun 2010 Bandung dan
Tentangpedoman TPPAS Sarimukti di
Kabupaten
Pengelolaan
Bandung Barat;
Sampah b. TPS tersebar
disetiap blok
(2) Rencana
Pengembangan
Sistem
Persampahan
sebagaimana
dimaksud
dilaksanakan oleh
Peraturan Muatan Peraturan Kesesuaian
Catatan
No Perundang- yang Terkait dengan Tidak Nilai
Sesuai Kesesuaian
undangan Muatan RDTR sesuai
SKPD dan/atau
instansi terkait
berdasarkan
rencana induk
SKPD dan/atau
instansi
bersangkutan.
(3) Rencana induk
Pengembangan
Sistem
Persampahan
dimaksud pada
ayat menjadi tugas
dan tanggung
jawab Kepala
SKPD dan/atau
instansi
bersangkutan,
yang dilaksanakan
berdasarkan
peraturan
perundang-
undangan
Rencana penyediaan
sistem persampahan
sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 8 ayat (8)
Undang-Undang di SWK Bojonagara
Nomor 25 Tahun terdiri atas :
2009 tentang a. Penetapan jalur
Pelayanan Publik evakuasi bencana
dan Peraturan b. Pengaturan dan
Menteri pengendalian
Pekerjaan Umum kegiatan dan
Nomor bangunan di lokasi
19 26/PRT/2008 sebagai kawasan √ - 3
tentang evakuasi bencana
Persyaratan c. Penetapan sarana
Teknis Sistem prasana dan fasilitas
Proteksi umum dan sosial
Kebakaran pada sebagai kawasan
Bangunan evakuasi bencana
Gedung dan dengan
Lingkungan memperhatikan
untilitas dan
aksesibilitas
d. Posko logistik
Total Keseluruhan 57
Rata-Rata 3
Peraturan Muatan Peraturan Kesesuaian
Catatan
No Perundang- yang Terkait dengan Tidak Nilai
Sesuai Kesesuaian
undangan Muatan RDTR sesuai
Tabel 3.3
Kesesuaian pelaksanaan pemanfataan ruang
Variabel Muatan Peraturan Kesesuaian
No Analisa yang Terkait dengan Tidak Nilai Catatan
Sesuai
Kelengkapan Muatan RDTR Sesuai
1 1. Koefisien 1. berdasarkan RDTR
Dasar KDH sebagaimana
Bangunan dimaksud
(KDB); permukaan
2. Koefisien basemen 1
Lantai (satu)/lapis pertama √ - 3
Bangunan diturunkan
(KLB); sekurang-kurangnya
3. Koefisien (2) m (tiga meter) di
Dasar bawah permukaan
Hijau tanah dimanfaatkan
(KDH); sebagai resapan air
Variabel Muatan Peraturan Kesesuaian
No Analisa yang Terkait dengan Tidak Nilai Catatan
Sesuai
Kelengkapan Muatan RDTR Sesuai
4. Koefisien dan RTH
Tapak diperhitungkan
Basement sebagai KDH
(KTB); setelah mendapat
dan rekomendasi dari
5. Ketinggian dinas teknis terkait.
Bangunan 2. Intensitas
(KB); pemanfaatan ruang
berdasarkan
Koefisien Lantai
Bangunan (KLB)
sebagaimana
dimaksud dalam
Pasal 303 ayat
(1) huruf b, nilai KLB
sesuai yang
ditetapkan dalam
RDTR dan PZ
kecuali pada:
a. Luas lantai
bangunan yang
diperhitungkan
untuk parkir tidak
diperhitungkan
dalam
perhitungan KLB,
asal tidak
melebihi 50%
(lima puluh
prosen) dari KLB
yang ditetapkan,
selebihnya
diperhitungkan
50% (lima puluh
prosen) terhadap
KLB;
b. bangunan
khusus parkir
yang fungsinya
bukan bangunan
pelengkap dari
bangunan utama
diperbolehkan
luas lantai
mencapai 150%
(seratus lima
puluh persen)
dari KLB yang
ditetapkan;
c. bangunan
khusus parkir
berfungsi
sebagai
Variabel Muatan Peraturan Kesesuaian
No Analisa yang Terkait dengan Tidak Nilai Catatan
Sesuai
Kelengkapan Muatan RDTR Sesuai
prasarana parkir
perpindahan
moda (park and
ride), terintegrasi
dengan angkutan
umum massal,
dan bukan
bangunan
pelengkap dari
bangunan utama
diperbolehkan
luas lantai
mencapai 200%
(dua ratus
persen) dari KLB
yang ditetapkan;
dan
d. pemanfaatan
ruang untuk
prasarana
penunjang
sebesar-
besarnya 20%
(dua puluh
persen) dari luas
seluruh lantai
bangunan;
e. pembebasan
perhitungan
batasan KLB
3. Intensitas
pemanfaatan ruang
berdasarkan KDH
sebagaimana
dimaksud pada
RDTR, permukaan
basemen 1
(satu)/lapis pertama
diturunkan
sekurang-kurangnya
(2) m (tiga meter) di
bawah permukaan
tanah dimanfaatkan
sebagai resapan air
dan RTH
diperhitungkan
sebagai KDH setelah
mendapat
rekomendasi dari
dinas teknis terkait.
4. Intensitas
pemanfaatan ruang
Variabel Muatan Peraturan Kesesuaian
No Analisa yang Terkait dengan Tidak Nilai Catatan
Sesuai
Kelengkapan Muatan RDTR Sesuai
berdasarkan KTB
yang diatur di RDTR
disubutkan
Maksimum KTB
adalah 100%
dikurangi KDH dan
tidak Boleh dibawah
RTH.
5. Tinggi bangunan
sebagaimana
dimaksud dalam
RDTR, harus
mempertimbangkan
jenis zona/sub zona
dan kualitas ruang
yang diharapkan,
daya dukung lahan,
kawasan
keselamatan operasi
penerbangan serta
mempertimbangkan
aspek keselamatan
penghuni dan
masyarakat
sekitarnya,
kenyamanan dan
keserasian
lingkungan.
Total Keseluruhan 3
Rata-Rata 3
ijohijo ij
Penilaian Data baik (3)
Kelengkapan Data 3/1 x 100% = 300%
Sumber : Hasil Analisis 2019
Dari hasil evaluasi pemanfaatan ruang yang dilakuakan pada RDTR Kota
Bandung untuk SWK Bojonagara untuk keseluruhan masih sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Artinya tidak diperlukan peraturan
perundang-undangan baru tentang pemanfaatan ruang di RDTR khusus SWK
Bojonagara.
- Revitalisasi
RTH
pemakaman
- Indentifikasi
dan
pemeliharaan
RHT unit
Wilayah lingkungan dan
terbangun pembangunan
24 3
dan RTH sumur biopori
serta RTNH -Pembangunan
Taman tematik
konsep "green
roof".
Ruang Terbuka
Non Hijau
- Ruang terbuka
non hijau
berupa
Variable Kelengkapan Kedalaman Bobot
No Rencana Kelengkapan
Ada Tidak Cukup Kurang Penilaian
Rencana
lapangan
olahraga
Permukiman
Pola
25 1
pemukiman
Sistem
26 1
pelayanan
KDB 3
KLB 3
KDG 3
Intensitas
KWT 3
27 pemanfaatan
Kepadatan 3
ruang
bangunan 3
Kepadatan 3
Penduduk 3
Jumlah Total Variable Penilaian 40
BAB IV
KESIMPULAN