SWK Bojonagara

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 29

PENINJAUAN KEMBALI RDTR SWK BOJONAGARA

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Teknik Evaluasi
Perencanaan, Universitas Islam Bandung
Tahun Akademik 2018/2019

Oleh :
10070315064 Cut Qisty Amalia
10070315066 Nurul Inayah
10070315062 Nurkholis M.Y
10070315068 Sulfia M andi
10070315080 Rafi Indra Wira P
10070315082 Mega Oktawidiya

Planologi - B

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
1440 H / 2019 M
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


RDTR (Rencana Detail Tata Ruang) adalah rencana secara terperinci
tentang tata ruang wilayah kabupaten/kota yang dilengkapi dengan peraturan
zonasi kabupaten/kota. RDTR mempunyai fungsi untuk mengatur dan menata
kegiatan fungional yang direncanakan oleh perencanaan ruang diatasnya, dalam
mewujudkan ruang serasi, seimbang, aman, nyaman dan produktif. Muatan yang
direncanakan dalam RDTR kegiatan berskala kawasan atau lokal dan lingkungan
dan atau kegiatan khusus yang mendesak dalam pemenuhan kebutuhannya.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 mengenai Penataan
Ruang, ruang merupakan wadah yang meliputi ruang dara, laut, dan udara
termasuk pula ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat
manusia dan makhluk hidup tinggal dan melakukan kegiatan untuk memelihara
kelangsungan hidupnya. Sedangkan tata ruang merupakan wujud struktur ruang
dan pola ruang.
Penataan ruang merupakan suatu sistem di dalam proses perencanaan
tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang. Dalam
penyelenggaraan penataan ruang diperlukan suatu kebijakan yang bertujuan
untuk mengawasi jalannya proses penataan ruang tersebut. Kebijakan tersebut
adalah rencana tata ruang yang merupakan hasil perencanaan tata ruang yang
berfungsi untuk mewujudkan suatu tata ruang secara tertib.
Menurut PP No. 39 Tahun 2006, Evaluasi adalah rangkaian kegiatan
membandingkan realisasi masukan (input), keluaran (output), dan hasil (outcome)
terhadap rencana dan standar. Pada makalah ini akan dibahas mengenai prosedur
evaluasi RDTR. Kegiatan evaluasi RDTR ini dilakukan pada dokumen RDTR SWK
Bojonagara dengan kesesuaian terhadap pedoman Peraturan Menteri Agraria dan
Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional Nomor 06 Tahun 2017 Tentang Tata
Cara Peninjauan Kembali Tata Ruang Wilayah. SWK Bojonagara merupakan
salah satu kecamatan di Kota Bandung yang sudah memiliki RDTR (Rencana
Detail Tata Ruang) Perkotaan Tahun 2015 – 2035.
Sebagai perwujudan dari adanya penyusunan RDTR yaitu dengan
membuat suatu rencana yang didukung oleh kelengkapan data, analisis dan
rencana yang benar dan sesuai. Suatu dokumen data yang lengkap merupakan
hal yang paling penting dan mendasar dalam menunjang keberlangsungan suatu
perencanaan Maka dari itu perlu adanya kegiatan evaluasi, dimana prosedur
evaluasi yang akan dibahas yaitu mengenai kelengkapan dari kebijakan, data,
rencana, analisis, peta dan temuan lapangan.

1.2 Tujuan, Manfaat dan Sasaran


Adapun tujuan, manfaat dan sasaran dalam penulisan laporan ini adalah
sebagai berikut.
1.2.1 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui kelengkapan
data, analisa, rencana, peta dan temuan lapangan yang terdapat dalam dokumen
RDTR SWK Bojonagara.
1.2.2 Manfaat
Sedangkan manfaanya yaitu kita dapat mengetahui kesesuain dokumen
RDTR terhadap pedoman Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang / Badan
Pertanahan Nasional Nomor 06 Tahun 2017 Tentang Tata Cara Peninjauan
Kembali Tata Ruang Wilayah.
1.2.3 Sasaran
Adapun sasaran yang ingin dicapai di dalam makalah ini yaitu sebagai
berikut.
1. Mengidentifikasi kualitas RDTR.
2. Mengidentifikasi bagamana kesesuaian RDTR dengan peraturan
perundang-undangan.
3. Mengidentifikasi bagaimana kesesuaian RDTR dengan pemanfaatan
ruang.

1.3 Kerangka Pemikiran


Kerangka pemikiran dalam kegiatan Evaluasi Rencana Detail Tata Ruang
SWK Bojonegara yaitu sebagai berikut ;
Latar Belakang

1. Adanya perkembangan guna lahan Kawasan


perkotaan.
2. Kebijakaan Penataan Ruang yaitu RDTR.
3. RDTR SWK Bojonagara
4. Evaluasi produk perencanaan.

Tujuan

1. Untuk melakukan evaluasi kelengkapan


terhadap dokumen RDTR SWK
Bojonagara
2. Untuk mengetahui kekurangan dokumen
dalam RDTR SWK Bojonagara

Pedoman

Peraturan Pemerintah Pekerjaan Umum No. 20 Tahun 2011

Evaluasi

Dokumen RDTR SWK Bojonagara


Tahun 2015-2035

Lengkap Cukup Lengkap Tidak Lengkap

Ketidaksesuaian Pedoman > 20% Ketidaksesuaian Pedoman < 20%

Pedoman RDTR Pedoman RDTR


perlu di buat baru perlu di revisi

Gambar 1.1
Kerangka Pemikiran
Sumber: Hasil Diskusi Kelompok, 2019
1.4 Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan yang digunakan dalam kegiatan evaluasi
kelengkapan data dalam RDTR SWK Bojonagara adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini menjelaskan tentang Latar Belakang, Tujuan, Manfaat,
dan Sasaran, Kerangka Pemikiran, dan Sistematika Pembahasan.
BAB II KAJIAN TEORI
Pada bab ini menjelaskan bagaimana teori yang dipakai dalam
melakukan evaluasi terhadap RDTR SWK Bojonagara
BAB III EVALUASI PENILAIAN
Pada bab ini menjelaskan tentang evaluasi mengenai kelengkapan
data mengenai pedoman yang digunakan dan pedoman eksisting
yang menjadi acuan, kelengkapan dokumen analisa, kelengkapan
dokumen rencana, kelengkapan dokumen peta, dan implementasi
atau fenomena di lapangan.
BAB IV HASIL ANALISIS
Pada bab ini menjelaskan tentang kesimpulan dari kegiatan evaluasi
kelengkapan data dalam RDTR SWK Bojonagara.
BAB II
KAJIAN TEORI

1.1 Konsep Dasar Evaluasi


Evaluasi menurut Tyler (1950) adalah proses penentuan sejauh mana
tujuan telah tercapai. Menurut Kirkpatrick, evaluasi merupakan sebuah untuk
mengetahui apakah sebuah program dapat direalisasikan atau tidak dengan cara
mengetahui efektifitas masing-masing komponennya melalui rangkaian informasi
yang diperoleh evaluator.
Komite Studi Nasional tentang Evaluasi (National Study Committee on
Evaluation) dari UCLA (Stark & Thomas, 1994: 12), menyatakan bahwa
: Evaluation is the process of ascertaining the decision of concern,
selecting appropriate information, and collecting and analyzing information in
order to report summary data useful to decision makers in selecting among
alternatives. Evaluasi merupakan suatu proses atau kegiatan pemilihan,
pengumpulan, analisis dan penyajian informasi yang sesuai untuk mengetahui
sejauh mana suatu tujuan program, prosedur, produk atau strategi yang dijalankan
telah tercapai, sehingga bermanfaat bagi pengambilan keputusan serta dapat
menentukan beberapa alternatif keputusan untuk program selanjutnya.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa evaluasi
merupakan proses yang sistematis dan berkelanjutan untuk mengumpulkan,
mendeskripsikan, mengintepretasikan dan menyajikan informasi untuk dapat
digunakan sebagai dasar membuat keputusan dan atau menyusun kebijakan.
Adapun tujuan evaluasi adalah untuk memperoleh informasi yang akurat dan
objektif tentang suatu program. Informasi tersebut dapat berupa proses
pelaksanaan program, dampak/hasil yang dicapai, efisiensi serta pemanfaatan
hasil evaluasi yang difokuskan untuk program itu sendiri, yaitu untuk mengambil
keputusan apakah dilanjutkan, diperbaiki atau dihentikan. Selain itu, juga
dipergunakan untuk kepentingan penyusunan program berikutnya maupun
penyusunan kebijakan yang terkait dengan program.

1.2 Pedoman Evaluasi


Untuk dapat mengevaluasi RDTR SWK Bojonagara, digunakan pula
Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional
Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2017 Tentang Tata Cara Peninjauan Kembali
Rencana Tata Ruang Wilayah. Aspek-aspek yang dilakukan dilakukan penilaian,
selanjutnya dilakukan rekapitulasi untuk mengetahui hasil akhir penilaian.
Rekapitulasi dapat dilakukan per aspek atau secara keseluruhan. Rekapitulasi
akhir selanjutnya akan dikalikan dengan bobot tiap aspek kemudian dibagi tiga
sehingga menghasilkan nilai akhir dimana nilai tersebut menentukan apakah
RTRW perlu direvisi atau tidak direvisi. Berikut adalah tabel bobot penilaian
berdasarkan aspek.
Tabel 2.1
Tabel Bobot Penilaian Berdasarkan Aspek
No. Aspek Penilaian Nilai Bobot (%)
1. Kualitas RDTR 30
2. Kesesuaian Peraturan Perundang-undangan 30
3. Pelaksanaan Pemanfaatan Ruang 40
Sumber: PERMEN ATR No. 6 Tahun 2017 TentangTata Cara Peninjauan Kembali Rencanaan
Tata Ruang Wilayah

Hasil akhir dari semua aspek penilaian selanjutnya diberikan kriteria untuk
menentukan apakah RDTR yang dinilai secara umum memiliki kualitas baik atau
buruk. Kualitas RDTR yang ditanyakan baik menghasilkan rekomendasi RDTR
tidak revisi sedangkan RDTR yang dinyatakan buruk menghasilkan rekomendasi
RDTR yang direvisi. Berikut adalah kriteria rekomendasi revisi dan tidak direvisi
sesuai dengan bobot penilaian yang telah ditetapkan:
 Jika nilai akhir ≥ 85 = RDTR dinyatakan berkualitas Baik (tidak direvisi)
 Jika nilai akhir < 85 = RDTR dinyatakan berkualitas Buruk (direvisi)
3.2 Kesesuaian Dengan Peraturan Perundang-undangan
Kesesuaian muatan RDTR dengan peraturan perundang – undangan
dapat dilihat dengan cara mengevaluasi materi muatan RDTR dengan peraturan
perundang-undangan yang terkait dengan bidang penataan ruang dan berlaku
terhadap pelaksanaan RDTR. Peraturan perundang undangan yang dimaksud
meliputi Undang-undang, Peraturan Daerah, Peraturan Pemerintah, Peraturan
Presiden dan peraturan turunanya. Evaluasi RDTR sangat penting untuk
dilakukan, karena kemungkinan munculnya peraturan perundang-undangan baru
di antara penyusunan RDTR dan saat masa peninjauan kembali. Berikut ini adalah
kesesuaian materi RDTR Kota Bandung SWK Bojonagara dengan peraturan
perundang-undangan.

Tabel 3.2
Kesesuaian RDTR SWK Bojonagara dengan Peratutan perundang-undangan
Peraturan Muatan Peraturan Kesesuaian
Catatan
No Perundang- yang Terkait dengan Tidak Nilai
Sesuai Kesesuaian
undangan Muatan RDTR sesuai
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
UU No. 26 Tahun
2007 tentang
Penataan Ruang,
dan Peraturan
Rencana penataan
Menteri Agraria
ruang SWK
Dan Tata Ruang
Bojonagara yaitu
Nomor 16 Tahun
mewujudkan
1 2018 Tentang √ - 3 -
perlindungan Kawasan
Pedoman
Bandara dan Industri
Penyusunan
Strategis
Rencana Detail
(Aerobiopolis).
Tata Ruang Dan
Peraturan Zonasi
Kabupaten/Kota

Rencana zona lindung


Keputusan
fungsi zona lindung
Presiden Nomor
pemerintahan bandung
32 Tahun 1990
termasuk suatu
2 Tentang √ - 3
kawasan Bandung raya
Pengwelolaan
dengan memiliki fungsi
Kawasan
penetapan prioritas
Lindung
lingkungan.
Undang-Undang Kawasan Budi Daya
Nomor 1 Tahun adalah wilayah yang
3 √ - 3
2011 tentang ditetapkan dengan
Perumahan dan fungsi utama untuk
Peraturan Muatan Peraturan Kesesuaian
Catatan
No Perundang- yang Terkait dengan Tidak Nilai
Sesuai Kesesuaian
undangan Muatan RDTR sesuai
Permukiman dan dibudidayakan atas
Peraturan dasar kondisi dan
Menteri potensi sumber daya
Pekerjaan Umum alam, sumber daya
Nomor.41/PRT/M manusia, dan sumber
/2007 Tentang daya buatan
Pedoman Kriteria
Teknis Kawasan
Budidaya
Zona perdagangan dan
jasa mengatur suatu
rencana di antaranya:
Peraturan 1.pola ruang Rencan
Menteri zona Perdagangan
Pekerjaan Umum Pasar Tradisional pada
Nomor.41/PRT/M suatu kawasan
4 /2007 Tentang perkotaan dan Rencan √ - 3
3Pedoman zona Pusat
Kriteria Teknis Perdagangan dan Jasa
Kawasan umum
Budidaya 2. Renacana zona
Perdagangan dan Jasa
linier di setiap kawasan
wilayah perkotaan.
Fungsi Pemerintah
menegaskan
penerapan zona
integritas merupakan
jawaban dari
transformasi tata kelola
Peraturan
pemerintahan yang
Menteri
sedang berjalan di
Pekerjaan Umum
Indonesia saat ini. Di
Nomor.41/PRT/M
5 antaranya ; √ - 3
/2007 Tentang
a.Zona kantor
Pedoman Kriteria
pemerintahan
Teknis Kawasan
b.Zona kawasan kantor
Budidaya
keamanan dan
pertahanan
c.Zona kawasan
kesehatan
d.Zona kantor jasa
pemerintahan
Peraturan Zona industri dan
Menteri pergudangan dalam
6 √ - 3
Perindustrian setiap sarana
Nomor 40/M- perencana
Peraturan Muatan Peraturan Kesesuaian
Catatan
No Perundang- yang Terkait dengan Tidak Nilai
Sesuai Kesesuaian
undangan Muatan RDTR sesuai
IND/PER/6/2016 membutuhkan suatu
Tentang Zona sarana
Pedoman Teknis pelayanan umum dan
Pembangunan Zona sarana
Kawasan Industri peribadatan adapula
dan Peraturan zona yang di wajibkan
Menteri yaitu:
Pekerjaan Umum 1.zona sarana
Nomor.41/PRT/M pendidikan
/2007 Tentang 2.zona sarana
Pedoman Kriteria kesehatan
Teknis Kawasan
Budidaya
Zona wisata strategi
Peraturan dalam pengembangan
Menteri suatu kawasan wisata
Pekerjaan Umum di setiap wilayah
Nomor.41/PRT/M membutuhkan suatu
7 √ - 3
/2007 Tentang pengembangan;
Pedoman Kriteria 1.perencanaan zona
Teknis Kawasan sarana transportasi
Budidaya 2.perencanaan zona
sarana olah raga
Pengembangan zona
sarana pelayanan
Peraturan umum di antara lain
Menteri yang di wajibkan di
Pekerjaan Umum setiap kawasan
Nomor.41/PRT/M wilayah yaitu:
8 √ - 3
/2007 Tentang 1.Rencana sarana
Pedoman Kriteria pelayanan kesehatan
Teknis Kawasan 2.Rencana sarana
Budidaya, perdagangan dan jasa
Sarana trasformasi
umum
Peraturan
Pemerintah Zona pertahanan dan
Republik keamanan
Indonesia Nomor Zona sarana
68 Tahun 2014 pelayanan umum
9 √ - 3
Tentang Zona sarana
Penataan peribadatan
Wilayah Zona sarana
Pertahanan kesehatan
Negara
Peraturan Zona pertanian dalam
10 √ - 3
Menteri pemanfaatan
Peraturan Muatan Peraturan Kesesuaian
Catatan
No Perundang- yang Terkait dengan Tidak Nilai
Sesuai Kesesuaian
undangan Muatan RDTR sesuai
Pekerjaan Umum sumberdaya dalam
Nomor.41/PRT/M penguasaan teknologi
/2007 Tentang pertanian, atau
Pedoman Kriteria kelembagaan
Teknis Kawasan pendukung lainnya,
Budidaya penguasaan lahan
tentu membutuhkan
suatu rencana
pengembangan yang
lain di antaranya:
A.Sarana perdagangan
dan jasa
B.Sarana trasformasi
umum
C.Zona sarana
pelayanan pemerintah
Rencana jaringan
prasarana SWK
Bojonagara, Rencana
Undang-Undang jaringan pergerakan
Nomor 25 Tahun yang dimaksud dalam
2009 tentang rencana ini merupakan;
Pelayanan Publik
dan peraturan 1.rencana seluruh
pemerintah jaringan primer dan
republik sekunder pada wilayah
11 √ -- 3
indonesia perencanaan yang
nomor 2 tahun meliputi:
2017 tentang jalan arteri, jalan
pembangunan kolektor, jalan lokal,
sarana dan jalan lingkungan.
prasarana Jaringan jalan
industri merupakan aspek
penting dalam
perkembangan suatu
wilayah
Undang-Undang
Nomor 22 Tahun
Rencana
2009 tentang
pengembangan
Lalu Lintas dan
jaringan pergerakan
Angkutan Jalan ,
sebagaimana yang ada
12 Peraturan √ - 3
di RDTR Pasal 8 ayat
Pemerintah
(2) SWK Bojonagara
Nomor 34 Tahun
meliputi;
2006 Tentang
1. Sistem jaringan
Jalan, Peraturan
jalan
Menteri
Peraturan Muatan Peraturan Kesesuaian
Catatan
No Perundang- yang Terkait dengan Tidak Nilai
Sesuai Kesesuaian
undangan Muatan RDTR sesuai
Perhubungan no 2. Sistem jaringan rel
60 Tahun 2012 kereta api
tentang 3. Bandar Udara
Persyaratan 4. Sistem jalur
Teknis Jalur pejalan kaki
Kereta Api, 5. Sistem perparkiran
Peraturan
Menteri
Perhubungan
Republik
Indonesia Nomor
Pm 132 Tahun
2015 Tentang
Penyelenggaraan
Terminal
Penumpang
Angkutan Jalan,
Surat Edaran
Menteri PUPR
Nomor
02/SE/M/2018
Tentang
Perencanaan
teknis fasilitas
pejalan kaki, dan
Keputusan
Direktur Jenderal
Perhubungan
Darat Nomor :
272/Hk.105/Drjd/
96 Tentang
Pedoman Teknis
Penyelenggaraan
Fasilitas Parkir
UU No. 30 Tahun
2009 tentang Rencana
Ketenagalistrikan pengembangan
, PP No. 14 jaringan
Tahun 2012 energi/kelistrikan
tentang Usaha sebagaimana
13 Penyediaan dimaksud dalam Pasal √ - 3
Tenaga Listrik 8 ayat (3) di SWK
dan Keputusan Bojonagara meliputi:
Direksi PT. Pln a. Gardu induk; dan
(Persero) b. Jaringan transmisi
Nomor:605.K/Dir/ tenaga listrik
2010 tentang
Peraturan Muatan Peraturan Kesesuaian
Catatan
No Perundang- yang Terkait dengan Tidak Nilai
Sesuai Kesesuaian
undangan Muatan RDTR sesuai
Standar
Konstruksi Gardu
Distribusi Dan
Gardu Hubung
Tenaga Listrik
Peraturan
Menteri
Rencana
Komunikasi Dan
pengembangan
Informatika
jaringan telekomunikasi
Nomor :
sebagaimana
14 01/Per/M.Kominf √ - 3
dimaksud dalam Pasal
o/01/2010
8 ayat (4) di SWK
Tentang
Bojonagara meliputi:
Penyelenggaraan
a. Jaringan terestrial
Jaringan
b. Jaringan satelit
Telekomunikasi

Rencana penyediaan
jaringan air minum
sebagaimana
dimaksud dalam Pasal
8 ayat (5) di SWK
Bojonagara terdiri atas:
a. pengembangan
sistem jaringan
Undang-Undang perpipaan di
Nomor 7 Tahun setiap Sub SWK
2004 tentang
b. pembangunan
Sumberdaya Air
bangunan
dan Peraturan
pengambil air
Pemerintah
15 baku; √ - 3
Republik
c. pengembangan
Indonesia Nomor
pipa transmisi air
122 Tahun 2015
baku instalasi
Tentang Sistem
produksi di setiap
Penyediaan Air
Sub SWK;
Minum
d. pengembangan
pipa transmisi air
minum di setiap
Sub SWK;
e. pengembangan
pipa distribusi
sekunder hingga
blok peruntukan

Peraturan Rencana
16 √ - 3
Menteri pengembangan
Peraturan Muatan Peraturan Kesesuaian
Catatan
No Perundang- yang Terkait dengan Tidak Nilai
Sesuai Kesesuaian
undangan Muatan RDTR sesuai
Pekerjaan Umum jaringan drainase
Nomor sebagaimana
12/Prt/M/2014 dimaksud dalam Pasal
Tentang 8 ayat (6) di SWK
Penyelenggaraan Bojonagara terdiri atas:
Sistem Drainase a. Rencana
Perkotaan Pengembangan
Jaringan Drainase
Premier, Sekunder
dan Tersier
b. Rencana
pengembangan
jaringan drainase
sekunder dan
tersier
c. Rencana induk
pengembangan
jaringan drainase
Rencana penyediaan
jaringan air limbah
sebagaimana
dimaksud dalam Pasal
8 ayat (7) di SWK
Bojonagara terdiri atas:
a. Pengembangan
sistem
pembuangan air
limbah ke IPAL
Bojongsoang
Peraturan
b. Pengembangan
Menteri PUPR
bak penampungan
Nomor 04 Tahun
/ waduk air kotor di
2017 Tentang
17 setiap sub SWK. √ - 3
Penyelenggaraan
c. Pengembangan
sistem
instalasi tambahan
pengelolaan air
untuk air limbah
limbah domestik
yang mengandung
bahan berbahaya
dan beracun (B3)
d. Pengelolaan air
limbah yang
disediakan dan
dikelolah
perorangan/perusa
han yang melayani
satu lingkup tapak
(site)
Peraturan Muatan Peraturan Kesesuaian
Catatan
No Perundang- yang Terkait dengan Tidak Nilai
Sesuai Kesesuaian
undangan Muatan RDTR sesuai
e. Pengembangan
septik tank
individual atau
komunal bagi
perumahan dan
pemukiman di
masing-masing
blok
f. Pengembangan
septik tank kolektif
pada kawasan
perkantoran,
pendidikan,
pemerintahan dan
komersil
g. Unruk lebih lanjut
pengembangan
jaringan air limbah
akan diatur oleh
peraturan Walikota
dengan SKPD
terkait
Rencana penyediaan
sistem persampahan
sebagaimana
dimaksud dalam Pasal
8 ayat (8) di SWK
Bojonagara terdiri atas:
Undang-Undang (1) Rencana sistem
Nomor 18 Tahun persampahan
2008 tentang sebagaimana
Pengelolaan dimaksud dalam
Pasal 8 ayat (8)
Sampah dan terdiri atas:
Peraturan a. TPPAS regional di
18 Menteri Dalam Legok Nangka, √ - 3
Negeri Nomor 33 Kabupaten
Tahun 2010 Bandung dan
Tentangpedoman TPPAS Sarimukti di
Kabupaten
Pengelolaan
Bandung Barat;
Sampah b. TPS tersebar
disetiap blok
(2) Rencana
Pengembangan
Sistem
Persampahan
sebagaimana
dimaksud
dilaksanakan oleh
Peraturan Muatan Peraturan Kesesuaian
Catatan
No Perundang- yang Terkait dengan Tidak Nilai
Sesuai Kesesuaian
undangan Muatan RDTR sesuai
SKPD dan/atau
instansi terkait
berdasarkan
rencana induk
SKPD dan/atau
instansi
bersangkutan.
(3) Rencana induk
Pengembangan
Sistem
Persampahan
dimaksud pada
ayat menjadi tugas
dan tanggung
jawab Kepala
SKPD dan/atau
instansi
bersangkutan,
yang dilaksanakan
berdasarkan
peraturan
perundang-
undangan
Rencana penyediaan
sistem persampahan
sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 8 ayat (8)
Undang-Undang di SWK Bojonagara
Nomor 25 Tahun terdiri atas :
2009 tentang a. Penetapan jalur
Pelayanan Publik evakuasi bencana
dan Peraturan b. Pengaturan dan
Menteri pengendalian
Pekerjaan Umum kegiatan dan
Nomor bangunan di lokasi
19 26/PRT/2008 sebagai kawasan √ - 3
tentang evakuasi bencana
Persyaratan c. Penetapan sarana
Teknis Sistem prasana dan fasilitas
Proteksi umum dan sosial
Kebakaran pada sebagai kawasan
Bangunan evakuasi bencana
Gedung dan dengan
Lingkungan memperhatikan
untilitas dan
aksesibilitas
d. Posko logistik

Total Keseluruhan 57
Rata-Rata 3
Peraturan Muatan Peraturan Kesesuaian
Catatan
No Perundang- yang Terkait dengan Tidak Nilai
Sesuai Kesesuaian
undangan Muatan RDTR sesuai

Penilaian Data baik (3)


Kelengkapan Data 19/19 x 100%=100

Sumber : Hasil Analisis 2019


Dari hasil evaluasi yang dilakuakan RDTR Kota Bandung untuk SWK
Bojonagara untuk keseluruhan masih sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Artinya tidak diperlukan peraturan perundang-undangan
baru di RDTR khusus SWK Bojonagara.

3.3 Pelaksanaan pemanfaatan ruang


Kecenderungan penyimpangan terhadap pemanfaatan ruang yang telah
ditetapkan dapat disebabkan oleh berbagai faktor baik produk tata ruang maupun
pada tahapan implementasi. Pemantauan dan evaluasi terhadap produk RDTR
yang telah ada sangat diperlukan untuk melihat apakah produk rencana tata ruang
tersebut berjalan sesuai dengan pemanfaatannya atau telah terjadi
penyimpangan. Evaluasi terhadap pelaksanaan pemanfaatan ruang ditujukan
untuk menilai tingkat kesesuaian pelaksanaan pemanfaatan ruang terhadap
rencana tata ruang. Dalam pemanfaatan ruang, simpangan dapat terjadi apabila
terdapat ketidaksesuaian antara pemanfaatan ruang atau program-program
pembangunan yang dilakukan di lapangan dengan arahan dan muatan dalam
rencana tata ruang.

Tabel 3.3
Kesesuaian pelaksanaan pemanfataan ruang
Variabel Muatan Peraturan Kesesuaian
No Analisa yang Terkait dengan Tidak Nilai Catatan
Sesuai
Kelengkapan Muatan RDTR Sesuai
1 1. Koefisien 1. berdasarkan RDTR
Dasar KDH sebagaimana
Bangunan dimaksud
(KDB); permukaan
2. Koefisien basemen 1
Lantai (satu)/lapis pertama √ - 3
Bangunan diturunkan
(KLB); sekurang-kurangnya
3. Koefisien (2) m (tiga meter) di
Dasar bawah permukaan
Hijau tanah dimanfaatkan
(KDH); sebagai resapan air
Variabel Muatan Peraturan Kesesuaian
No Analisa yang Terkait dengan Tidak Nilai Catatan
Sesuai
Kelengkapan Muatan RDTR Sesuai
4. Koefisien dan RTH
Tapak diperhitungkan
Basement sebagai KDH
(KTB); setelah mendapat
dan rekomendasi dari
5. Ketinggian dinas teknis terkait.
Bangunan 2. Intensitas
(KB); pemanfaatan ruang
berdasarkan
Koefisien Lantai
Bangunan (KLB)
sebagaimana
dimaksud dalam
Pasal 303 ayat
(1) huruf b, nilai KLB
sesuai yang
ditetapkan dalam
RDTR dan PZ
kecuali pada:
a. Luas lantai
bangunan yang
diperhitungkan
untuk parkir tidak
diperhitungkan
dalam
perhitungan KLB,
asal tidak
melebihi 50%
(lima puluh
prosen) dari KLB
yang ditetapkan,
selebihnya
diperhitungkan
50% (lima puluh
prosen) terhadap
KLB;
b. bangunan
khusus parkir
yang fungsinya
bukan bangunan
pelengkap dari
bangunan utama
diperbolehkan
luas lantai
mencapai 150%
(seratus lima
puluh persen)
dari KLB yang
ditetapkan;
c. bangunan
khusus parkir
berfungsi
sebagai
Variabel Muatan Peraturan Kesesuaian
No Analisa yang Terkait dengan Tidak Nilai Catatan
Sesuai
Kelengkapan Muatan RDTR Sesuai
prasarana parkir
perpindahan
moda (park and
ride), terintegrasi
dengan angkutan
umum massal,
dan bukan
bangunan
pelengkap dari
bangunan utama
diperbolehkan
luas lantai
mencapai 200%
(dua ratus
persen) dari KLB
yang ditetapkan;
dan
d. pemanfaatan
ruang untuk
prasarana
penunjang
sebesar-
besarnya 20%
(dua puluh
persen) dari luas
seluruh lantai
bangunan;
e. pembebasan
perhitungan
batasan KLB

3. Intensitas
pemanfaatan ruang
berdasarkan KDH
sebagaimana
dimaksud pada
RDTR, permukaan
basemen 1
(satu)/lapis pertama
diturunkan
sekurang-kurangnya
(2) m (tiga meter) di
bawah permukaan
tanah dimanfaatkan
sebagai resapan air
dan RTH
diperhitungkan
sebagai KDH setelah
mendapat
rekomendasi dari
dinas teknis terkait.

4. Intensitas
pemanfaatan ruang
Variabel Muatan Peraturan Kesesuaian
No Analisa yang Terkait dengan Tidak Nilai Catatan
Sesuai
Kelengkapan Muatan RDTR Sesuai
berdasarkan KTB
yang diatur di RDTR
disubutkan
Maksimum KTB
adalah 100%
dikurangi KDH dan
tidak Boleh dibawah
RTH.

5. Tinggi bangunan
sebagaimana
dimaksud dalam
RDTR, harus
mempertimbangkan
jenis zona/sub zona
dan kualitas ruang
yang diharapkan,
daya dukung lahan,
kawasan
keselamatan operasi
penerbangan serta
mempertimbangkan
aspek keselamatan
penghuni dan
masyarakat
sekitarnya,
kenyamanan dan
keserasian
lingkungan.
Total Keseluruhan 3
Rata-Rata 3
ijohijo ij
Penilaian Data baik (3)
Kelengkapan Data 3/1 x 100% = 300%
Sumber : Hasil Analisis 2019
Dari hasil evaluasi pemanfaatan ruang yang dilakuakan pada RDTR Kota
Bandung untuk SWK Bojonagara untuk keseluruhan masih sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Artinya tidak diperlukan peraturan
perundang-undangan baru tentang pemanfaatan ruang di RDTR khusus SWK
Bojonagara.

3.4 Penilaian Kelengkapan Rencana

Berikut ini merupakan evaluasi tentang kelengkapan dokumen rencana


berdasarkan Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan
Nasional Nomor 06 Tahun 2017 tentang Pedoman Penyusunan RDTR :
Tabel 2.5
Penilaian Kelengkapan Rencana Dalam SWK BOJONAGARA
Variable Kelengkapan Kedalaman Bobot
No Rencana Kelengkapan
Ada Tidak Cukup Kurang Penilaian
Rencana
Fungsi dan Kawasan
Peran Perkotaan
1 3
Wilayah Talegong
Perecanaan
Mewujudkan
Tujuan Perlindungan
penataan Kawasan
2 3
ruang wilayah Bandara dan
perencanaan Industri
Strategis
1. Rencana
jaringan 3
pergerakan
2. Prasarana
3
air bersih
Sistem 3. Pengelolaan
3
jaringan sampah
prasarana 4. Prasarana
3 yang energy dan 3
melayani kelistrikan
sistem pusat 5. Prasarana
kegiatan telekomunik 3
asi
6. Prasarana
3
air limbah
7. Prasarana
3
drainase
Pengembangan rencana jaringan pergerakan
Pola Jaringan
di SWK
Cibeunying
yaitu
menggunakan
jalan lingkar
dimana
prinsipnya
Sistem
yaitu
4 Jaringan 3
mengalihkan
Jalan
lalu lintas
menerus ke
jalan lingkar
sehingga
pergerakan
terus menerus
tidak melintasi
pusat kegiatan
Berdasarkan
Fungsi kebijakan
5 3
jaringan jalan PERDA RDTR
Kota Bandung
Variable Kelengkapan Kedalaman Bobot
No Rencana Kelengkapan
Ada Tidak Cukup Kurang Penilaian
Rencana
SWK
Bojonagara
fungsinya yaitu
Jalan negara,
jalan provinsi,
arteri primer,
arteri
sekunder,
kolektor
primer,
kolektor
sekunder
Sedangkan
pola
pergerakan
SWK
Pola
6 Bojonagara 3
pergerakan
menjadi pola
pergerakan
regional dan
lokal
Berupa bis
dan non bis
yang
Trayek
memudahkan
7 angkutan 3
masyarakat
umum
dalam
mencapai
suatu lokasi
Aangkutan
Moda umum, kerta
8 3
transportasi api, Bandar
Udara
- Sistem
perparkiran
di Pasar dan
mall meliputi
pembatasan
waktu,
tempat dan
tarif,
strategis
manajemen
9 Lahan parkir yang 3
bersifat
insentif dan
disinsentif
- Penyediaan
halte
melputi
fasilitas
pendukung
halte,
penyediaan
Variable Kelengkapan Kedalaman Bobot
No Rencana Kelengkapan
Ada Tidak Cukup Kurang Penilaian
Rencana
jalur
angkutan
umum yang
memiliki
intensitas
pegerakan
pejalan kaki
yang tinggi

Rencana pengembangan sistem air minum


Sistem
penyedian air
bersih di SWK
Bojonagara
memanfaatkan
Sumber air
10 air permukaan, 3
baku
mata air air
tanah dalan
dengan
menggunakan
pengeboran
Cikalong-
banjaran,
Lokasi dan bantar awi,
11 3
intake babakan
siliwangi, dan
cibereum
Spring intake,
digunakan
untuk air yang
di ambil dari
mata air.
Penampunga Dalam
n yang pengambilan
12 3
diperlakukan mata air
(jika ada) diperhatikan
kelestariannya
sehingga
kondisi tanah
tidak
terganggu
Terdapat
transmisi
sistem
perpipaan dari
bangunan
Sistem pengambilan
13 3
transmisi air baku ke
bangunan
pengelolahan
air bersih
dilengksp
dengan seoerti
Variable Kelengkapan Kedalaman Bobot
No Rencana Kelengkapan
Ada Tidak Cukup Kurang Penilaian
Rencana
PRV, WO/ AV,
NRVS, OVS
Sambungan
Jaringan
14 rumah dan 3
distribusi
kran umum
Rencana pengembangan sistem jaringan air limbah
Sistem
pengelolahan
air limbah di
SWK
bojonagara
menggunakan
sistem kolam
Sistem
stabilisasi
15 jaringan 3
yang sangat
setempat
bergntung
kepada faktor
alam. Tanpa
bantuan bahan
kimia aditif dan
bantuan
teknologi
Sistem
jaringan
terpusat Saluran baru
16 3
rencana PDAM 26,5KM
pengembang
an
Perpipaan,
pembuangan
saluran rumah,
penyedotan
Jenis sept tank,
17 pelayanan air toilet mobile, 3
limbah pemeliharaan
brandgang
dan bangunan
pelengkap
lainnya
Rencana pengembangan sistem jaringan Drainase
Pengembanga
n jaringan
dianase
sekunder
primer, dan
tersier
Rencana
mengikuti
18 Pengembang 3
pengembanga
an
n jaringan
jalan,
peningkatan
fungsi
pelayanan
sistem
Variable Kelengkapan Kedalaman Bobot
No Rencana Kelengkapan
Ada Tidak Cukup Kurang Penilaian
Rencana
drainase
makro,
pengintegrasia
n sistem
drainse dgn
wilayah
resapan
Rencana pengembangan sistem jaringan Persampahan
Pembangunan
sarana TPS
ataupun TPA,
Peningkatan peningkatan
pelayanan manajemen
19 3
sektor pengelolaanny
persampahan a, peningkatan
kuantitas dan
kualitas
personel
Pembangunan
1 tps di tiap
kelurahan,
operasionalisa
si TPPAS
regional di
legok nangka,
peningkatan
pengelolola
Rencana sampah
20 sistem terpadu 3R , 3
persampahan optimalisasi
TPPAS
Sarimukti,
pengembanga
n perumahan
baru
diwajibkan
menyediakan
TPS skala
lingkungan
Rencana pengembangan sistem jaringan Energi Kelistrikan
Penyediaan
jaringan energi
lstrik tersebar
di setiap swk
bojonagara,
jaringan
Jaringan 3
distribusi
21 transmisi
SUTT
tenaga listrik
melintasi
kecamatan
sukajadi dan
kecamatan
sukasari,
jaringan
Variable Kelengkapan Kedalaman Bobot
No Rencana Kelengkapan
Ada Tidak Cukup Kurang Penilaian
Rencana
distribusi
sekunder
melintasi
wilayah
seluruh
kelurahan
SWK
Bojonagara

Rencana pengembangan sistem jaringan Telekomunikasi


Jaringan
kabel, nirkabel
Rencana (Wiraless),
22 Pengembang jaringna 3
an satelit,
Penyediaan
CCTV
Konsep pengembangan
Pasar Andir,
Pasar Ciroyom,
Zona stasiun
Hall Bandung,
Skenario Bandara
23 pengemban Hussein 3
gan fisik Sastranegara,
Zona
perdagangan
sepanjang jalan
pasteur
Ruang Terbuka
Hijau

- Revitalisasi
RTH
pemakaman
- Indentifikasi
dan
pemeliharaan
RHT unit
Wilayah lingkungan dan
terbangun pembangunan
24 3
dan RTH sumur biopori
serta RTNH -Pembangunan
Taman tematik

konsep "green
roof".

Ruang Terbuka
Non Hijau
- Ruang terbuka
non hijau
berupa
Variable Kelengkapan Kedalaman Bobot
No Rencana Kelengkapan
Ada Tidak Cukup Kurang Penilaian
Rencana
lapangan
olahraga

Permukiman
Pola
25 1
pemukiman
Sistem
26 1
pelayanan
KDB 3
KLB 3
KDG 3
Intensitas
KWT 3
27 pemanfaatan
Kepadatan 3
ruang
bangunan 3
Kepadatan 3
Penduduk 3
Jumlah Total Variable Penilaian 40
BAB IV
KESIMPULAN

4.1 Penilaian Akhir


Berikut ini hasil penilaian akhir dari RDTR SWK Bojonagara dengan
mengalikan nilai pembuatan
No Aspek Nilai Bobot Perkalian
Akhir Bobot
1 Kualitas RDTR 1,82 30 54,6
2 Kesesuaian terhadap Perundangan- 3 30 90
undangan
3 Pelaksanaan Pemanfaatan Ruang 3 40 120
Total 7,82 100 264,6
Rata-rata nilai akhir Peninjauan Kembali RDTR 2,6 88,2
Sumber: Hasil Analisis, 2019
Dari hasil rekapitulasi akhir yang telah dilakukan didapat kesimpulan
bahwa RDTR SWK Bojonagara dinyatakan berkualitas baik (RDTR tidak perlu
dilakukan revisi) karena memiliki nilai akhir >85

Anda mungkin juga menyukai