Anda di halaman 1dari 4

PT-013 Kelembagaan Masyarakat dalam Pengelolaan Sanitasi

(persampahan dan air limbah domestik)

Tujuan 1. Memberikan petunjuk tentang pemetaan kelembagaan masyarakat


pengelola sanitasi.
2. Memberikan rekomendasi tentang pembentukan, pendampingan, dan
pembinaan kelembagaan masyarakat pengelola sanitasi.

Deskripsi
Pengelolaan persampahan atau air limbah di kabupaten/kota memerlukan penciptaan lingkungan yang
kondusif, baik dari aspek regulasi, pendanaan, teknis, kelembagaan, maupun peran serta masyarakat.
Petunjuk teknis ini akan membahas tentang pengelolaan layanan sanitasi yang diselenggarakan oleh
(kelembagaan) masyarakat, khususnya tentang pembentukan, pendampingan, dan pembinaan lembaga
layanan sanitasi yang dikelola masyarakat.
Lingkup kelembagaan yang dibahas adalah pengelolaan persampahan seperti: bank sampah, TPS-3R,
pusat daur ulang sampah atau pengelolaan air limbah domestik seperti: IPAL komunal, MCK++, MCK
kombinasi, dan usaha pengangkutan tinja.

Langkah
Dengan bantuan fasilitator, Pokja dapat melakukan pemetaan kelembagaan masyarakat pengelola
(penyelenggara layanan) sanitasi dan merumuskan pilihan atau opsi pengembangannya melalui langkah
berikut:
1. Memeriksa apakah kabupaten/kota memiliki data tentang:
a. Lembaga penyelenggara layanan persampahan yang dikelola masyarakat untuk: TPS 3R, bank
sampah, pusat daur ulang sampah, dan jasa pengangkutan sampah.
b. Lembaga penyelenggara layanan air limbah domestik yang dikelola masyarakat untk: IPAL
komunal, MCK++, MCK kombinasi, dan usaha pengangkutan tinja.
2. Bila kabupaten/kota tidak atau belum memiliki data yang terdokumentasi dengan baik, manfaatkan
formulir isian seperti pada Lampiran 1. Pokja atau Tim Kecil Pokja melibatkan dinas-dinas pengampu
urusan sesuai dengan Perda tentang Susunan dan Struktur Perangkat Daerah Kab/Kota untuk
mengisi data, misalnya: Dinas Lingkungan Hidup untuk Persampahan dan Dinas PUPR untuk data
air limbah.
3. Pada Kolom 10 tentang Status/Keterangan, Pokja perlu mengisi status kelembagaan masyarakat
pengelola sanitasi yang dimaksud:
a. Tentang keaktifan, isikan: Aktif, Tidak Aktif, atau Situasional (kadangkala aktif, kadangkala tidak),
dan beri penjelasan mengapa kondisi lembaga tersebut Tidak Aktif atau Situasional.
b. Susun daftar lengkap nama lembaga masyarakat yang Tidak Aktif dan Situasional serta
penjelasannya.
c. Kelompokkan lembaga-lembaga masyarakat berdasarkan kesamaan masalah.
- Bahas dalam diskusi atau rapat Pokja dan rumuskan bagaimana menyelesaikan masalah
tersebut. Pokja melibatkan dinas-dinas pengampu untuk menyelesaikan masalah sesuai
dengan tugas dan fungsi dinas.
- Contoh: Jika masalahnya terkait dengan kepengurusan organisasi, Dinas Pemberdayaan
Masyarakat dan Desa diharapkan dapat memberikan saran. Jika menyangkut teknis
pengelolaan persampahan/air limbah, Dinas DLH/DPUPR hendaknya dapat memberikan
solusinya, dan sebagainya.
4. Setelah solusi dan dinas pengampunya telah teridentifikasi, maka dinas terkait perlu segera
melaksanakan fungsinya, yaitu proses pembinaan. Proses pembinaan ini dimaksudkan untuk
menemukan sumber masalah dan mengatasinya serta menjamin keberlanjutan lembaga tersebut.
Dinas pengampu perlu melakukan pembinaan secara konsisten hingga proses penguatan
kelembagaan terjadi dan dapat berlangsung mandiri.
5. Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) berperan penting dalam pengelolaan infrastruktur
persampahan dan air limbah yang tidak dapat dikelola perangkat daerah. Pengelolaan yang
dimaksud adalah penyelenggaraan/operasional layanan, pemeliharaan sarana/prasarana, serta
keberlanjutan layanan. Karena pentingnya peran KSM dalam pengelolaan sarana/prasarana
sanitasi, pemerintah daerah perlu mendorong masyarakat untuk membentuk kelembagaan
masyarakat yang mandiri dan tangguh dalam penyelenggaraan layanan sanitasi.
6. Petunjuk ringkas pembentukan Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) pendampingan, serta
pembinaannya dapat dilihat pada Kotak 1.

Kotak 1: Pembentukan dan Pembinaan Kelompok Swadaya Masyarakat


Kelompok Swadaya Masyarakat atau disingkat KSM adalah kelompok masyarakat yang terhimpun
karena adanya kesamaan kepentingan, kebutuhan, visi, misi, dan tujuan bersama.
Prinsip dasar KSM sesuai dengan sebutannya adalah kelompok masyarakat yang bergerak secara
swadaya atau mandiri dengan seluruh potensi yang dimiliki dan dikembangkannya bagi pencapaian
tujuan kelompok.
Dalam implementasi pembangunan sanitasi, KSM mempunyai posisi dan fungsi penting terutama
difokuskan guna menjalankan pemeliharaan keberlanjutan sarana dan prasarana, pengembangan
soliditas dan program kelompok yang bermanfaat dan berorientasi pada manfaat bersama bagi masa
depan masyarakat yang lebih beradab dalam mengelola sanitasi.
Dengan demikian tumbuhnya KSM yang berfokus pada sanitasi seiring dengan percepatan
pembangunan sanitasi yang dilakukan oleh pemerintah daerah perlu diupayakan seoptimal mungkin
didorong oleh para pihak yang bertugas meningkatkan partisipasi masyarakat, dalam hal ini oleh
pemerintah daerah atau lembaga-lembaga masyarakat, swasta dan lainnya yang berkepentingan
terhadap pembangunan sanitasi.
Upaya penyadaran dan sosialisasi pembentukan KSM yang berfokus pada masalah sanitasi
(persampahan dan air limbah) kepada masyarakat menjadi sangat penting untuk dilakukan dengan
beberapa pertimbangan :
1. Sanitasi sudah menjadi masalah serius yang dirasakan oleh hampir semua masyarakat,
misalnya penumpukan dan pembuangan sampah di permukiman yang tidak terkelola,
pembuangan air limbah rumah tangga yang menimbulkan bau dan tercemarnya lingkungan.
2. Terdapat sarana dan prasana masyarakat yang berpotensi untuk dikembangkan lebih jauh
bagi kepentingan masyarakat itu sendiri dalam menjalankan aktifitasnya guna mendukung
terwujudnya lingkungan yang bersih dari masalah sanitasi. misalnya: ketersedian lahan,
bangunan rumah/gedung yang dapat dimanfaatkan, serta fasilitas sosial lainnya yang ada di
masyarakat.
3. Banyaknya sarana dan prasarana pembangunan sanitasi yang sudah dibuat oleh pemerintah
daerah atau pihak lain yang belum termanfaatkan sebagaimana mestinya, misalnya: IPAL
Komunal yang tidak terpelihara, bank sampah yang mati suri, atau MCK yang rusak.
4. Masyarakat bergerak dan tumbuh mengembangkan kelompoknya berdasarkan masalah dan
potensi yang dimiliki untuk dikelola secara lebih baik, termasuk sanitasi.

Berdasarkan hal tersebut, pembentukan KSM menjadi bagian yang penting dan seyogyanya
terintegrasi dengan upaya percepatan pembangunan sanitasi yang tengah diupayakan oleh
pemerintah daerah. Pembentukan KSM dapat didorong dan diinisiasi melalui beberapa cara atau
tahapan sebagai berikut:
1. Sosialisasi pentingnya sebuah kelompok masyarakat yang bertugas mengelola (operasional,
pemeliharaan, dan keberlanjutan) sarana dan prasarana sanitasi yang ada atau yang tengah
diupayakan sebagai hasil pemetaan kebutuhan masyarakat. Sosialisasi difokuskan pada visi-
misi bersama, tugas, fungsi, manajemen operasional, aturan peraturan internal dan
keanggotaan, serta sumber pendanaa KSM.
2. Pembentukan KSM yang meliputi tersedianya pengurus dan anggota serta program kegiatan
rutin yang dijalankan.
3. Pengesahan legalitas KSM bila dalam perkembangannya membutuhkan bantuan atau
stimulus dari luar dalam mengembangkan program kegiatan KSM. Disesuaikan dengan
tingkatan syarat yang dibutuhkan oleh pemberi bantuan, misalnya SK Kepala Desa/ SK
Kepala Daerah/Akte Notaris, dll.

Setelah KSM terbentuk dan berjalan sesuai dengan tujuan pembentukannya, maka perlu
dipertimbangkan oleh pemerintah daerah atau pihak lain yang mempunyai perhatian terhadap
keberlanjutan KSM pengelola sanitasi untuk didampingi dalam pelaksanaan tugas-tugas/kegiatan
KSM, hal ini mengingat banyak KSM yang belum memiliki ketrampilan dan pengetahuan yang terkait
sektor pengelolaan persampahan dan air limbah. Pendampingan dapat dilakukan dalam bentuk,
misalnya:
1. Penguatan menajemen dan administrasi operasional KSM.
2. Pelatihan daur ulang sampah (pengomposan/kerajinan).
3. Pelatihan/pembinaan dalam pemeliharaan dan operasional MCK/IPAL Komunal.
4. Mekanisme dan monev pelaksanaan kegiatan KSM
5. Catatan pembukuan atau keuangan, atau
6. Asistensi penguatan kelompok

Pendampingan yang dilakukan disesuaikan dengan tugas dan fungsi KSM serta tujuan terbentuknya
KSM itu sendiri, misalnya bagi KSM yang mengelola sektor persampahan (Bank sampah atau TPS
3R) maka lingkup tugasnya yang utama adalah :
Bank Sampah :
1. Mencatat pembukuan nasabah.
2. Menjual sampah ke pengepul/bank sampah induk.
3. Mengupayakan alternatif lain dari hasil dan daya guna sampah yang lebih menguntungkan
ketimbang dijual langsung ke pengepul.
TPS 3R :
1. Pengumpulan, pemilahan sampah dari permukiman.
2. Jasa angkut pengumpulan sampah dari permukiman.
3. Pemeliharaan seluruh aset TPS
4. Mengupayakan alternatif lain dari penambahan nilai guna sampah

Sedangkan bagi KSM yang mengelola sektor air limbah (misal MCK Komunal dan IPAL Komunal),
maka lingkup tugas utamanya diantaranya adalah :
MCK Kelompok :
1. Rutinitas pemeliharaan kebersihan dan pemeliharaan fasilitas MCK
2. Pencatatan dan penagihan iuran kelompok
3. atau pengembangan nilai estetika MCK
IPAL Komunal :
1. Rutinitas pengawasan dan pemeliharaan sarpras IPAL (pipa dan bak penampung)
2. Pengembangan sistem pengaduan masyarakat
3. Pencatatan dan penagihan iuran kelompok
Mengingat pentingnya KSM dalam isu terkait sanitasi maka pembinaan terhadap KSM itu sendiri tak
bisa dihindarkan dan harus dilakukan secara sistematis dan strategis untuk direncanakan dalam
jangka panjang. Dinas/Badan dalam lingkup pemerintah daerah yang mempunyai tugas dan fungsi
pembinaan KSM yang fokus pada sanitasi (sampah dan air limbah) perlu mengupayakan hal-hal yang
penting dalam rangka pembinaan, diantaranya dapat melalui beberapa tahapan :
1. Kesiapan anggaran pembinaan yang disediakan secara rutin tahunan oleh dinas/badan sesuai
dengan pilihan prioritas pembinaan berdasarkan progres data base KSM.
2. Ketersediaan manual/petunjuk/pedoman pembinaan sesuai dengan tema pembinaan yang
dibutuhkan KSM.
3. Ketersediaan tenaga yang berkompeten dari dinas dalam melakukan pembinaan sesuai tema
pembinaan.
4. Bila dimungkinkan dinas/badan yang bertugas mengampu pembinaan KSM dapat membentuk
tim khusus yang terdiri dari beberapa personel yang bertugas menjalankan pembinaan,
mengawasi dan mendorong keberlanjutan KSM.

Anda mungkin juga menyukai