Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LatarBelakang
Metode geofisika adalah metode yang digunakan untuk pendeteksian
kondisi geologi baik di permukaan bumi maupun dibawah permukaan bumi
.Berdasarkan cara akuisisi data metode geofisika dibagi menjadi 2 jenis yaitu
metode geofisika aktif dan metode geofisika pasif. Metode geofisika aktif adalah
metode geofisika dimana pengukuran dilapangan dilakukan dengan cara memberi
gangguan pada bumi baik itu pemberian arus listrik maupun gangguan yang lain.
Sedangkan metode pasif adalah metode dimana saat pengukuran tidak
dilakukan/diberikan gangguan ke bumi
Metode Elektromagnetik merupakan metode geofisika yang memanfaatkan
penjalaran gelombang elektromagnetik baik yang berasal dari alam maupun yang
buatan dalam pendiagnosisan kondisi geologi dibawah permukaan bumi.
Sehingga metode elektromagnetik termasuk dalam metode aktif dan pasif. Metode
elektromagnetik aktif seperti CSAMT, Time domain dan CMD sedangkan
metode elektromagnetik pasif adalah VLF, MT dan AMT.
Metode CMD adalah metode elektromagnetik yang digunakan untuk
mengidentifikasi sifat konduktivitas medium secara cepat. Metode CMD
termasuk kedalam metode high frekuensi karena frekuensi gelombang
elektromagnetik yang digunakan sebesar 14,6 khz sehingga data yang didapatkan
relative sangat dangkal ,dengan kedalaman maksiamal sedalam 6 meter. Metode
CMD tergolong metode elektromagnet aktif dimana sumber gelombang
elektromagnetik diinjeksikan melalui sebuah transmitter dan data gelombang
elektromagnetik sekunder ditangkap oleh receiver. Data yang terukur pada survey
CMD berupa data konduktivitas dan inphase. Nilai konduktivitas adalah nilai
yang menggambarkan kemampuan sebuah medium untuk dilewati sebuah arus
listrik sedanagkan inphase adalah nilai yang menggambarkan kemampuan
sebuah benda untuk dimagnetisasi/ nilai yang berkaitan dengan sifat kemagnetan
suatu medium.

1
1.2. Maksud danTujuan
Maksud dari praktikum ini adalah untuk memahami konsep dasar metode
CMD serta mengetahui cara pengambilan data CMD di lapangan serta cara
mengolah data CMD hingga didapatkan model yang siap di interpretasi
Tujuan dari kegiatan ini adalah dapat membuat Grafik , model 2 dimensi dan
model 3 dimensi konduktivitas dan inphase sebuah medium dibawah bawah
permukaan bumi di daerah pengukuran dan melakukan interpretasi keberadaan
pipa pertamina.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Geologi Lokal

Endapan Merapi muda tersusun atas endapan alluvial sungai dan pantai
(Rahardjo, dkk, 1995) yang menenmpati sebagian besar Depresi Yogyakarta dan
wilayah pesisir rendahan sekitar aliran Sungai Opak. Pada Kali Boyong, terdapat
3 satuan. Satuan vulkanik merapi tuatersusun atas breksi laharik, aglomerat dan
leleran lava termasuk andesitdan basalt (Bemmelen, 1949), endapan ini tersebar di
daerah Turgo,Plawangan, dan sekitar Kinahrejo.Satuan vulkanik merapi muda
terbentuk setelah terjadipengendapan satuan vulkanik merapi tua, tersusun atas
breksi laharik.
Satuan vulkanik merapi terbaru merupakan endapan termuda,satuan ini
terdiri dari material-material gunungapi lepas yang tersusundari campuran abu,
pasir, dan fragmen-fragmen andesit berukuran kerikilhingga bongkah, dengan
penyusun utama berupa abu dan pasirgunugnapi, berasal dari hasil kegiatan
Gunung Merapi yang paling akhirditambah hasil erosi dari batuan-batuan yang
dilalui lahar hujan. Tersebarpada hulu Kali Boyong dan Kali Krasak.Kali Code
termasuk kedalam Cekungan Yogyakarta, yakni Formasi Sleman dan Formasi
Yogyakarta . Formasi Sleman merupakan kenampakan bagian bawah dari unit
volkanik klastik hasil Merapi Muda dengan dominasi litologi berupa
kerikilbongkah yang terdiri dari tuf, lanau, pasir, kerikil dan breksi. Formasi ini
melampar dari lereng gunungapi ke selatan sampai disekitar Bantul, ketebalannya
dari utara ke selatan semakin tipis.Formasi Yogyakarta merupakan kenampakan
bagian atas dari inti volanik klastik Merapi Muda yang didominasi litologi pasir-
kerikilan dan terdiri dari perselang-selingan pasir, kerikil, tuf, lanau dan lempung.
Formasi ini melampar dari morfologi lereng gunungapi ke selatan. Secara umum
Formasi Sleman mempunyai ukuran butir yang lebih kasar daripada Formasi
Yogyakarta.

3
2.2. Penelitian Mengenai Benda Terpendam Menggunakan Elektromagnetik

Judul: Detecting Groundwater Pipelines Using Transient Elektromagnetic


Method - A Case Study

Penulis: Zhang S.

Abstrak:

Transient Elektromagnetic Method (TEM) memiliki kualitas unik yang


menjadikannya mampu untuk mendeteksi pipa dan melakukan
monitoringlingkungan. TEM pada umumnya digunakan untuk menemukan lokasi
pipa air tanah dan mendeteksi persebaran kontaminasi air tanah dalam ranah
indurstri yang terabaikan. Berdasarkan analisis menggunakan komponen
konduktivitas elektrik dan inphase elektrromagnetik pada daerah penelitian, zona
anomali geofisika mengalami deliniasi. Metode TEM peka terhadap lapisan-
lapisan konduktivitas dan mendemonstrasikan kemampuan untuk mengukur
perubahan kecil dari komponen bawah permukaan yang memiliki air tanah.
Pengukuran menghasilkan posisi pipa air tanah dan perilaku kontaminasi air
tanah. Studi ini bermanfaat untuk melakukan kontrol terhadap proses manajemen
limbah dan mengidentifikasi lokasi yang memungkinkan dari sumur monitoring
pada daerah penelitian di masa yang akan datang. Selain itu, studi menunjukkan
bahwa teknik TEM memiliki akurasi tinggi, dan cukup sesuai untuk menyediakan
data yang cepat, terpercaya, dan menghemat waktu untuk perawatan dan
pembaharuan dari pipa air tanah yang dilanjutkan dengan pengeboran.

4
BAB III
DASAR TEORI

3.1. Pengertian dan Prinsip Dasar CMD


CMD (Elektromagnetic Conductivity Meter Depth) adalah suatu alat
yangdapat mengukur secara cepat nilai konduktivitas benda memanfaatkan
induksi elektromagnetik dari aliran listrk yang dipancarkan ke bawah permukaan
hingga kedalaman ± 6 meter dengan frekuensi 14.6 kHz. Proses kerja dari
instrumen CMD
(Elektromagnetic Conductivity Meter Depth) ini yaitu dengan mengirim sinyal
berupa gelombang elektromagnetik baik yang dibuat sendiri maupun yang berasal
dari alam melalui suatu transmiter (Tx), material bawah permukaan bumi
merespon gelombang elektromagnetik tadi dan menginduksi arus eddy.
Gelombang S (sekunder) yaitu induksi medan magnet terhadap arus eddy.
Kemudian, di permukaan, gelombang S yang datang ini di terima oleh reciever
(Rx) secara langsung dari pemancar. Arus Eddy berbanding lurus dengan
konduktivitas batuan. Sehingga dalam pengukuran arus eddy, secara tidak
langsung mendapatkan nilai konduktivitas batuan.

Gambar 3.1. Sistem induksi elektromagnet


3.2 Perambatan medan Elektromagnetik

5
Medan elektromagnetik dinyatakan dalam 4 vektor-vektor medan. Yaitu; E
= intensitas medan listrik (V/m), H = intensitas medan magnetisasi (A/m), B =
induksi magnetik, atau rapat fluks (Wb/m2 atau tesla) dan D = pergeseran listrik
(C/m2). Keempat persamaan tersebut dikaitkan dalam 4 persamaan maxwell
(persamaan 3.1).
B
E  
t
D
H  i  (3.1)
t
B  0
  D  c
Persamaan (3.1) dapatdireduksidenganmenggunakanhubungan-hubungan tensor
tambahansehinggadiperolehpersamaan yang hanyaberkaitdenganmedan E dan H
saja. Apabiladiasumsikanmedan E dan H
tersebuthanyasebagaifungsiwaktueksponensial,
akandiperolehpersamaanvektorialsebagai;
 2E  iE   2E
 2H  iH   2E
(3.2)
denganpermitivitasdielektrik (F/m), permeabilitasmagnetik (H,m),
dankondukivitaslistrik (S/m). Bagiankiripadasisikananpersamaan (3.3)
menunjukkanaruskonduksi,
sedangkanbagiankanannyamenunjukkansumbanganaruspergeserannya.
Di dalam VLF (pada frekuensi < 100 KHz), arus pergeseran akan lebih
kecil daripada arus konduksi karena permitivitas dielektrik batuan rata-rata cukup
kecil (sekitar 100dengan 0sebesar 910-12 F/m) dan konduktivitas target VLF
biasanya  10-2 S/m. Hal ini menunjukkan bahwa efek medan akibat arus
konduksi memegang peranan penting ketika terjadi perubahan konduktivitas
medium.

6
3.3. Konduktivitas
Konduktivitas merupakan parameter utama yang terukur dari instrumen
CMD, hal ini dikarenakan adanya proses induksi gelombang elektromagnetik di
bawah permukaan bumi yang menginduksi material yang bersifat konduktif.
Konduktivitas itu sendiri merupakan kemampuan material atau bahan yang
terdapat di bawah permukaan untukmenghantarkan arus ataupun panas.
Konduktivitas didefinisikan sebagai kuantitas dalam mS/m.

3.4.In-Phase
Parameter kedua yang diukur secara simultan dengan konduktivitas jelas
adalah In Phase. Hal ini didefinisikan sebagai kuantitas relatif dalam ppt dari
medan magnet primer dan terkait erat dengan kerentanan magnetic bahan diukur.
Jadi peta Inphase dapat membantu membedakan struktur buatan dari geologi alam
di peta konduktivitas terlihat jelas.

3.6Moving Average
Moving average adalah nilai rata- rata pengolahan data yang di
jumlahkan kemudian dibagi 4. Biasanya data yang diolah yaitu data Konduktivitas dan
Inphase. Dengan perhitungan sebagai berikut:

𝐾𝑜𝑛𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠(𝑛−1) +2𝐾𝑜𝑛𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠𝑛 +𝐾𝑜𝑛𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠(𝑛+1)


MA Conductivity = 4
(3.4)
𝐼𝑛𝑝ℎ𝑎𝑠𝑒(𝑛−1) +2𝐼𝑛𝑝ℎ𝑎𝑠𝑒𝑛 +𝐼𝑛𝑝ℎ𝑎𝑠𝑒(𝑛+1)
MA Inphase = 4
(3.5)

Dimana :
MA Konduktivitas =moving average Konduktivitas
MA =moving average Inphase
Konduktivitas = data Konduktivitas
Inphase = data Inphase
(n-1) = data sebelumnya
(n+1) = data selanjut

7
BAB IV
METODOLOGI

4.1. Waktu dan Lokasi Penelitian


Penelitian dilakukan pada hari sabtu dan minggu tanggal 16 sampai 17
september 2017. Penelitian dilakukan di wilayah persawahan warga di
Tirtonirmolo, Kasihan, Kantul, Yogyakarta tepatnya dibelakang pabrik gula utara
Ring road selatan. Pengukuran dilakukan mulai jam 8 pagi hingga jam 5 sore
selama 2 hari.

4.2. Desain Survei

Gambar 4.1. Desain Survei Akuisisi data CMD

8
4.3. Peralatan dan Perlengkapan

Gambar 4.2. Alat akuisisi

Berikut adalah penjelasan dari instrument yang digunakan dalam


pengambilan data CMD:
1. Receiver dan Transmitter
Adalah alat yang berfungsi untuk mengirim gelombang elekromagnetik
kebawah permukaan serta menangkap gelombang elektromagnetik
sekunder yang dipancarkan oleh medium dibawah bumi.
2. Display adalah alat yang digunakan untuk melihat data konduktivitas
dan inphase hasil pengukuran dilapangan .
3. GPS merupakan alat yang digunkan untuk menentukan koordinat lintasan .
4. Kompas merupakan alat yang digunakan untuk mengukur besarnya sudut
azimuth lintasan pengukuran CMD.
5. Meteran untuk mengukur bentangan lintasan serta mengukur jarak spasi
titik pengukuran .

9
4.4. Diagram Alir Pengambilan Data

Gambar 4.3. Diagram alir pengambilan data

4.4. Pembahasan Diagram Alir Pengambilan Data


Berikut adalah keterangan langkah-langkah pada diagram pengambilan
data CMD di atas :
1. Mempersiapkan alat yang akan digunkan dalam survey CMD seperti
Transmiter ,Receiver , meteran, GPS, dan Kompas geologi. Pada tahap ini
dilihat kelayakan dari alat yang akan digunakan.
2. Setelah alat dipastikan dalam kondisi normal kemudian dilakukan
penentuan azimuth lintasan pengukuran CMD dengan menggunakan
Kompas geologi.

10
3. Kemudian dilakukan pengaturan pada alat mulai pada jenis akuisisi yang
digunakan otomatis atau manual, Menentukan mode pengukuran
(precision atau fast respon) ,pengaturan kedalam data, dan pengaturan
spasi lintasan serta panjang spasi titik pengukuran.
4. Setelah semua langkah pengaturan telah dilakukan langkah selanjutnya
adalah pengukuran nilai konduktivitas dan inphase medium di lokasi
penelitian.Tulis pada buku catatan nilai konduktivitas dan inphase
yang terbaca pada display.

11
4.5. Diagram Alir Pengolahan Data

Gambar 4.4. Diagram Alir Pengolahan data

12
4.7. Pembahasan Diagram Alir Pengolahan Data
Berikut pembahan dari langkah-langkah pengolahan data CMD yang
tergambar pada diagram alir pengolahan data:
1. Menghitung koordinat awal masing-masing lintasan pengukuran CMD
2. Menghitung koordinat masing-masing titik pengukuran di setiap lintasan
pengukuran.
3. Menghitung nilai Moving Average nilai low konduktivitas, high
konduktivitas, low inphase dan high inphase
4. Membuat grafik inphase vs konduktivitas dan grafik MA inphase vs MA
konduktivitas
5. Mengabung data si semua line pengukuran menjadi satu sesuai jenis data
yang akan dimodelkan.
6. Melakukan pemodelan data konduktivitas dan inphase secara 2 dimensi
dengan menggunakan software surfer.
7. Membuat model 3D konduktivitas dan inphase bawah permukaan bumi
dengan menggunakan voxler.
8. Melakukan interpreatsi keberadaan pipa pertamina yang terpendam
dibawah tanah

13
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Tabel Data Kelompok 7


Tabel 5.1. Tabel Pengolahan data Line 6

14
5.2. Grafik Analisis Lintasan 6
5.2.1. Grafik Konduktivitas Vs. Inphase Low penetration Lintasan 6

Gambar 5.1. Grafik Konduktivitas Vs. Inphase Low penetration Lintasan 6

Gambar 5.1. adalah grafik Konduktivitas VS inphase dalam mode low


penetration. Grafik tersebut terbuat dari komponen konduktivitas atau sifat mudah
tidaknya sebuah benda dialiri arus listrik dan komponen inphase atau sifat yang
menggambarkan sifat kemagnetan sebuah medium. Banyaknya data pada grafik
tersebut adalah 35 data konduktivitas dan 35 data inphase kemudian pada bagian
bawah grafik merupakan nilai jarak spasi antar titik pengukuran .
Pengukuran CMD dilakukan dengan tujuan pendeteksian pipa pertamina
yang berada dibawah area persawaahan warga. Dari grafik Konduktivitas Vs.
Inphase Low penetration dapat diketahui letak dari pipa pertamina yang tertanam
di bawah tanah dengan cara menginterpretasi nilai konduktivitas dan inphase.
Pada grafik Konduktivitas Vs. Inphase Low penetration zona yang menunjukkan
keberadaan pipa pertamina dibawah tanah adalah zona pada jarak spasi
pengukuran 1 meter – 3 meter yang telah dilingkari pada gambar. Pada jarak spasi
pengukuran 1 m- 3 m terbaca nilai konduktivitas yang tinggi sekitar 14 ms/s
sampai 16 ms/m dimana nilai ini sesuai dengan nilai konduktivitas logam seperti
besi yang sangat mudah menghantarkan arus listrik sebagai komponen penyusun
pipa. Dan pada spasi 1 m – 3 m juga terbaca nilai inphase tinggi berkisar pada
nilai 14-16 ppt dimana nilai ini sesuai dengan sifat kemagnetan logam sebagai
komponen puyusun pipa yang sangat mudah dimagnetisasi.

15
5.2.2. Grafik MA Konduktivitas Vs. MA Inphase Low penetration
Lintasan 6

Gambar 5.2. Grafik MA Konduktivitas Vs. MA Inphase Low penetration Lintasan 6

Gambar 5.2. adalah grafik MA Konduktivitas VS MA inphase dalam


mode low penetration. Grafik tersebut terbuat dari komponen konduktivitas atau
sifat mudah tidaknya sebuah benda dialiri arus listrik dan komponen inphase atau
sifat yang menggambarkan sifat kemagnetan sebuah medium.Banyaknya data
pada grafik tersebut adalah 33 data MA konduktivitas dan 33 data MA inphase
kemudian pada bagian bawah grafik merupakan nilai jarak spasi antar titik
pengukuran . Data di Moving Average dengan tujuan untuk mengkonpensasi
noise acak yang muncul saat dilakukanya proses pengukuran data di lapangan.
Pengukuran CMD dilakukan dengan tujuan pendeteksian pipa pertamina
yang berada dibawah area persawaahan warga. Dari grafik MA Konduktivitas Vs.
MA Inphase Low penetration dapat diketahui letak dari pipa pertamina yang
tertanam di bawah tanah dengan cara menginterpretasi nilai konduktivitas dan
inphase. Pada grafik Konduktivitas Vs. Inphase Low penetration zona yang
menunjukkan keberadaan pipa pertamina dibawah tanah adalah zona pada jarak
spasi pengukuran 1 meter – 3 meter yang telah dilingkari pada gambar.Pada jarak
spasi pengukuran 1 m- 3 m terbaca nilai konduktivitas yang tinggi sekitar 12 ms/s
sampai 16 ms/m dimana nilai ini sesuai dengan nilai konduktivitas logam seperti
besi yang sangat mudah menghantarkan arus listrik sebagai komponen penyusun
pipa. Dan pada spasi 1 m – 3 m juga terbaca nilai inphase tinggi berkisar pada
nilai 12 – 14ppt dimana nilai ini sesuai dengan sifat kemagnetan logam yang
sangat mudah dimagnetisasi.

16
5.2.1. Grafik Konduktivitas Vs. Inphase High Penetration Lintasan 6

Gambar 5.3. Grafik Konduktivitas Vs. Inphase High Penetration Lintasan 6

Gambar 5.1. adalah grafik Konduktivitas VS inphase dalam mode high


penetration. Grafik tersebut terbuat dari komponen konduktivitas atau sifat mudah
tidaknya sebuah benda dialiri arus listrik dan komponen inphase atau sifat yang
menggambarkan sifat kemagnetan sebuah medium. Banyaknya data pada grafik
tersebut adalah 35 data konduktivitas dan 35 data inphase kemudian pada bagian
bawah grafik merupakan nilai jarak spasi antar titik pengukuran . Data di Moving
Average dengan tujuan untuk mengkonpensasi noise acak yang muncul saat
dilakukanya proses pengukuran data di lapangan.
Pengukuran CMD dilakukan dengan tujuan pendeteksian pipa pertamina
yang berada dibawah area persawaahan warga. Dari grafik Konduktivitas Vs.
Inphase High Penetration dapat diketahui letak dari pipa pertamina yang tertanam
di bawah tanah dengan cara menginterpretasi nilai konduktivitas dan inphase.
Pada grafik Konduktivitas Vs. Inphase High Penetration zona yang menunjukkan
keberadaan pipa pertamina dibawah tanah adalah zona pada jarak spasi
pengukuran 1 meter – 3 meter yang telah dilingkari pada gambar.Pada jarak spasi
pengukuran 1 m- 3 m terbaca nilai konduktivitas yang tinggi sekitar 5 ms/s
sampai 6 ms/m dimana nilai ini sesuai dengan nilai konduktivitas logam seperti
besi yang sangat mudah menghantarkan arus listrik sebagai komponen penyusun
pipa. Dan pada spasi 1 m – 3 m juga terbaca nilai inphase tinggi yang berkisar 4 –
6 ppt dimana nilai ini sesuai dengan sifat kemagnetan logam sebagai komponen
puyusun pipa yang sangat mudah dimagnetisasi.

17
` 5.2.2. Grafik MA Konduktivitas Vs. MA Inphase High Penetration
Lintasan 6

Gambar 5.4. Grafik MA Konduktivitas Vs. MA Inphase High Penetration Lintasan 6

Gambar 5.2. adalah grafik MA Konduktivitas VS MA inphase dalam


mode High penetration. Grafik tersebut terbuat dari komponen konduktivitas atau
sifat mudah tidaknya sebuah benda dialiri arus listrik dan komponen inphase atau
sifat yang menggambarkan sifat kemagnetan sebuah medium. Banyaknya data
pada grafik tersebut adalah 33 data MA konduktivitas dan 33 data MA inphase
kemudian pada bagian bawah grafik merupakan nilai jarak spasi antar titik
pengukuran .Data di Moving Average dengan tujuan untuk mengkonpensasi noise
acak yang muncul saat dilakukanya proses pengukuran data di lapangan.
Pengukuran CMD dilakukan dengan tujuan pendeteksian pipa pertamina
yang berada dibawah area persawaahan warga. Dari grafik MA Konduktivitas Vs.
MA Inphase High Penetration dapat diketahui letak dari pipa pertamina yang
tertanam di bawah tanah dengan cara menginterpretasi nilai konduktivitas dan
inphase. Pada grafik Konduktivitas Vs. Inphase High Penetration zona yang
menunjukkan keberadaan pipa pertamina dibawah tanah adalah zona pada jarak
spasi pengukuran 1 meter – 3 meter yang telah dilingkari pada gambar.Pada jarak
spasi pengukuran 1 m- 3 m terbaca nilai konduktivitas yang tinggi sekitar 4 ms/s
sampai 6 ms/m dimana nilai ini sesuai dengan nilai konduktivitas logam seperti
besi yang sangat mudah menghantarkan arus listrik sebagai komponen penyusun
pipa. Dan pada spasi 1 m – 3 m juga terbaca nilai inphase tinggi berkisar pada
nilai 4 – ppt dimana nilai ini sesuai dengan sifat kemagnetan logam yang sangat
mudah dimagnetisasi

18
5.3. Pembahasan Peta
5.3.1. Peta MA Konduktivitas Low penetration

Gambar 5.5. Peta MA Konduktivitas Low penetration

Gambar 5.5. adalah peta MA konduktivitas Low penetration pada lokasi


penelitian. Jumlah lintasan pengukuran sebanyak 6 lintasan dengan sudut azimuth
o
masing-masing lintasan sebesar 100 dengan jumlah titik pengukuran setiap
lintasan sebanyak 35 titik. Peta MA konduktivitas adalah peta yang
menggambarkan sifat kelistrikan material di lokasi penelitian. Dimana Semakin
tinggi nilai konduktivitas maka semakin mudah pula sebuah material di lokasi
penelitian untuk dialiri arus listrik sehingga Tujuan dibuatnya peta ini adalah
untuk mendeteksi keberadaan dan kemenerusan pipa pertamina yang tertanam di
bawah wilayah persawahan warga dengan mengidentifikasi sifat kelistrikan dan
kemagnetan material penyusun pipa. Data di Moving Average dengan tujuan
untuk mengkonpensasi noise acak yang muncul saat dilakukanya proses
pengukuran data di lapangan.
Pada Peta MA Konduktivitas Low penetration Terdapat kenampakan zona
warna merah dengan nilai konduktivitas tinggi mulai dari 9 ms/m sampai 17 ms/m
yang menerus dari arah barat laut ke tenggara pada pata. Zona merah ini di
interpretasikan sebagai pipa pertamina yang tertanam dibawah permukaan. Pipa
pertamina memiliki nilai konduktivitas tinggi dikarenakan komponen penyusun
pipa pertamina sendiri terbuat dari bahan logam yang kemungkinan adalah besi
atau baja ,sehingga ketika pipa dikenai sebuah medan listrik sebagai komponen
geolombang elektromagnetik maka pipa akan sangat reaktif dan cepat
menjalarkan komponen listrik tersebut.

19
5.3.2. Peta MA Konduktivitas High Penetration

Gambar 5.6. Peta MA Konduktivitas High Penetration

Gambar 5.6. adalah peta MA konduktivitas High Penetration pada lokasi


penelitian. Jumlah lintasan pengukuran sebanyak 6 lintasan dengan sudut azimuth
o
h masing-masing lintasan sebesar 100 dengan jumlah titik pengukuran setiap
lintasan sebanyak 35 titik. Peta MA konduktivitas adalah peta yang
menggambarkan sifat kelistrikan material di lokasi penelitian dimana data
konduktivitas yang terambil pada kedalaman 6 meter. Dimana Semakin tinggi
nilai konduktivitas maka semakin mudah pula sebuah material di lokasi
penelitian untuk dialiri arus listrik sehingga Tujuan dibuatnya peta ini adalah
untuk mendeteksi keberadaan dan kemenerusan pipa pertamina yang tertanam di
bawah wilayah persawahan warga dengan mengidentifikasi sifat kelistrikan dan
kemagnetan material penyusun pipa.
Pada Peta MA Konduktivitas High Penetration Terdapat kenampakan zona
warna merah dengan nilai konduktivitas tinggi mulai dari 9 ms/m sampai 17 ms/m
yang menerus dari arah barat laut ke tenggara pada pata ,namun keenerusan zona
merah pada peta MA Konduktivitas High Penetration tidak sebaik pada peta MA
Konduktivitas Low penetration . Zona merah ini di interpretasikan sebagai pipa
pertamina yang tertanam dibawah permukaan. Pipa pertamina memiliki nilai
konduktivitas tinggi dikarenakan komponen penyusun pipa pertamina sendiri
terbuat dari bahan logam yang kemungkinan adalah besi atau baja ,sehingga
ketika pipa dikenai sebuah geolombang elektromagnetik maka pipa akan sangat
reaktif terhadap gelombang elektromagnet tersebut.

20
5.3.3. Peta MA Inphase Low penetration

Gambar 5.7. Peta MA Inphase Low penetration

Gambar 5.7. adalah peta MA Inphase Low penetration yang


menggambarkan watak kemagnetan medium di lokasi penelitian sehingga tujuan
dibuatnya peta ini untuk pengidentifikasian komponen logam sebagai penyusun
pipa pertamina yang tertanam di bawah wilayah persawahan warga dengan cara
menafsirkan watak kemagnetan material logam penyusun pipa . Peta MA Inphase
Low penetration Merupakan peta dengan komponen nilai inphase yang terambil
pada kedalaman dangkal yaitu sekitar 1,3 meter dibawah permukaan tanah. Data
di Moving Average dengan tujuan untuk mengkonpensasi noise acak yang
muncul saat dilakukanya proses pengukuran data di lapangan.
Pada peta MA Inphase Low penetration terdapat zona warna merah dengan
nilai konduktivitas tinggi yang berkisar 9-17 ppt dimana zona inphase tinggi
menerus dari arah barat laut hingga tenggara peta.. Zona inphase tinggi ini
diinterpretasikan sebagai pipa pertamina yang tertanam dibawah tanah . Pipa
pertamina memiliki nilai inphase tingggi dikarenakan pipa tersusun dari
komponen logam yang kemungkinan besi atau baja , dimana material logam
merupakan material yang sangat mudah dimagnetisasi karena sifatnya yang
feromagnetik dan memiliki permeabilitas magnet besar Sehingga ketika
gelombang elektromagnetik diinjekskan ke bawah permukaan bumi komponen
logam akan sangat reaktif terhadap komponen medan listrik dan medan magnet
pada gelombang elektromagnet.

21
5.3.4. Peta MA Inphase High Penetration

Gambar 5.8. Peta MA Inphase High Penetration

Gambar 5.7. adalah peta MA Inphase High Penetration yang


menggambarkan watak kemagnetan medium di lokasi penelitian sehingga tujuan
dibuatnya peta ini untuk pengidentifikasian komponen logam sebagai penyusun
pipa pertamina yang tertanam di bawah wilayah persawahan warga dengan cara
menafsirkan watak kemagnetan material logam penyusun pipa . Peta MA Inphase
High Penetration Merupakan peta dengan komponen nilai inphase yang terambil
pada kedalaman dalam yaitu sekitar 6 meter dibawah permukaan tanah. Data di
Moving Average dengan tujuan untuk mengkonpensasi noise acak yang muncul
saat dilakukanya proses pengukuran data di lapangan.
Pada peta MA Inphase Low penetration terdapat zona warna merah dengan
nilai konduktivitas tinggi yang berkisar 5-7.5 dimana zona inphase tinggi menerus
dari arah barat laut hingga tenggara peta.. Zona inphase tinggi ini
diinterpretasikan sebagai pipa pertamina yang tertanam dibawah tanah . Pipa
pertamina memiliki nilai inphase tingggi dikarenakan pipa tersusun dari
komponen logam yang kemungkinan berupa besi atau baja , dimana material
logam merupakan material yang sangat mudah dimagnetisasi karena sifatnya yang
feromagnetik dan memiliki permeabilitas magnet besar Sehingga ketika
gelombang elektromagnetik diinjekskan ke bawah permukaa bumi komponen
logam akan sangat reaktif terhadap komponen medan listrik dan medan magnet
pada gelombang elektromagnet.

22
5.4. Pemodelan 3D
5.4.1. Pemodelan 3D Konduktivitas

Gambar 5.9. Model 3D Konduktivitas

Gambar 5.9 adalah model nilai konduktivitas medium dibawah tanah


lokasi penelitian ,dimana dengan mengidentifikasi sifat konduktivitas medium di
daerah penelitian maka adan dapat diketahu jenis material yang terpendam di
bawah lokasi penelitian. Model 3D konduktivitas dibuat dari data MA
konduktivitas high penetration dengan kedalaman 6 m dan MA konduktivitas low
penetration dengan kedalaman 1.3 meter, sehingga model merupakan kombinasi
antara peta konduktivitas Low penetration dan peta konduktivitas high
penetration . Model 3D digunakan untuk menvisualisasi keberadaan pipa yang
terpendam dibawah tanah .Dengan visualisasi secara 3 dimensi penampakan
keberadaan pipa dapat digambarkan lebih nyata.
Pada pemodelan 3D pipa digambarkan dengan kenampakan warna hijau
yang menerus dari arah baratdaya hingga tenggara peta. Pipa ditunjukkan dengan
nilai konduktivitas tinggi yaitu sekitar 6 ms/m sampai 15 ms/m dikarenakan pipa
yang terpendem merupakan pipa yang tersusun atas komponen logam seperti besi
atau baja sehingga sangat reaktif terhadap pengaruh medan magnet dan medan
listrik pada gelombang elektromagnetik yang di injeksikan.

23
5.4.2. Pemodelan 3D Inphase

Gambar 5.10. Model 3D Inphase

Gambar 5.10 adalah model 3D nilai Inphase di lokasi penelitian. Nilai


Inphase adalah nilai yang menggambarkan sifat kemagnetan sebuah benda,
sehingga apabila semakin besar nilai Inphase maka semakin mudah sebuah benda
untuk dimagnetisasi sehingga dengan menafsirkan nilai Inphase pada model
dapat diketahui jenis material yang terpendam dibawah tanah. Model 3D dibuat
dari data MA inphase high penetration dan MA inphase low penetration
,sehingga model merupakan kombinasi dari peta inphase low penetration dan
peta inphase high penetration. Model 3D digunakan untuk menvisualisasi
keberadaan pipa yang terpendam dibawah tanah .Dengan visualisasi secara 3
dimensi penampakan keberadaan pipa dapat digambarkan lebih nyata.
Pada model zona yang menggambarkan pipa bawah tanah adalah
zona warna hijau . Zona hijau tertutup oleh warna biru disebabkan karena efek
ekstrapolasi karena Software Voxler secara otomatis menggangap data didapatkan
dari elevasi 0. Pipa memiliki nilai inphase tinnggi karena pipa terbuat dari
material logam seperti baja atau besi yang sangat mudah untuk dimagnetisasi
karena sifat logam adalah feromagnetik ,sehingga sangat reaktif ketika dikenai
sebuah gelombang elektromagnetik yang diijeksikan kedalam bumi.

24
BAB VI
PENUTUP

6.1. Kesimpulan
Berikut adalah kesimpulan dari kegiatan yang telah dilakukan:
1. Pada semua grafik hasil pengolahan didapatkan lokasi pipa terdapat
pada titik pengukuran 3 meter- 5 meter, yang ditandai dengan nilai
inphase dan konduktivitas besar.
2. Pada pemodelan 2 dimensi didapatkan kenampakan pipa dengan arah
barat daya – tenggara yang ditandai warna merah pada peta dengan
nilai konduktivitas dan inphase besar .Pipa memiliki nilai konduktivitas
dan inphase besar dikarenakan pipa memiliki sifat paramagnetik dan
memiliki nilai permetivitas listrik yang besar, sehingga pipa akan sangat
mudah dialiri arus listrik dan juga mudah dimagnetisasi.
3. Model 3D digunakan untuk memvisualisai keberadaan pipa sehingga
kelihatan lebih nyata. Visualisasi 3D dilakukan dengan
mengkombinasikan peta low penetration dan high penetration ,sehingga
didapatkan gambaran pipa yang lebih nyata.

6.2. Saran
Dalam kegiatan pengambilan data harus dilakukan secara hati-hati selain
alat yang digunakan cukup sensitive juga alat yang digunakan cukup berat,
sehingga dibutuhkan seorang operator yang kuat. Kemudian dalam interpretasi
data diharuskan memahami sifat kelistrikan dan kemagnetan dari target .

25
26

Anda mungkin juga menyukai