Anda di halaman 1dari 14

Perlakuan Panas ( Heat Treatment )

Oleh
admin
-
22 Maret 2015
9655

BERBAGI
Facebook

Twitter

Karena machinability dan welding sebuah logam sangat dipengaruhi oleh perlakuan
panas, maka proses annealing, normalizing dan stress relieving penting bagi
seorang welder danmachinist. Logam yang menjadi keras dan getas dari hasil cold
working (proses pengerjaan dingin) harus dilunakkan dengan proses annealing,
sehingga proses ini penting dalam proses manufacturing logam.

Plain carbon steel terkenal sebagai baja yang lunak, namun bisa diubah menjadi super
keras yang bisa gunakan memotong kaca dan material lain termasuk baja itu sendiri
jika dalam kondisi lunak. Kekerasan seperti itu bisa dicapai melalui perlakuan panas.
Ada 2 proses, diantaranya hardening dan tempering.

Annealing.

Suatu proses laku panas (heat treatment) yang sering dilakukan terhadap logam
dalam pembuatan suatu produk. Pada dasarnya annealing dilakukan dengan
memanaskan logam sampai temperatur tertentu, menahan pada temperatur tertentu
tadi selama waktu tertentu agar tercapai perubahan yang diinginkan lalu
mendinginkannya dengan laju pendinginan yang cukup lambat.

Annealing dapat dilakukan terhadap benda kerja dengan kondisi yang berbeda-beda
dan dengan tujuan yang berbeda pula. Tujuan melakukan annealing dapat merupakan
salah satu dari sejumlah tujuan dibawah ini:

1. melunakkan.
2. mengahulskan butir kristal.
3. menghilangkan tegangan dalam.
4. memperbaiki machinability.
Dilihat dari fungsinya dalam suatu rangkaian proses produksi, annealing dapat
merupakan suatu langkah mempersiapkan suatu bahan untuk proses pengerjaan
berikutnya, atau sebagai suatu proses akhir yang menentukan sifat dari produk akhir.

Jika menghendaki kelunakan maksimum, bisa dilakukan spheroidize annealed.


Perlakuan panas ini mengakibatkan karbida berbentuk spheroid kecil-kecil dalam
matrik ferrite. Spheroidize dilakukan pada temperatur 1250o F, kemudian didinginkan
secara lambat sampai temperatur kamar.

Normalizing.

Proses normalizing dilakukan dengan memanaskan bahan lebih kurang 1700 oF


(925oC), kemudian dinginkan pada still air (udara) atau furnace. Pada umumnya hasil
dari normalizing mempunyai strukturmikro lebih halus, sehingga untuk baja dengan
komposisi kimia yang sama akan mempunyai yield strength, kekerasan dan impact
strength yang lebih tinggi daripada yang diperoleh melalui annealing dan
machinabilitynya akan lebih baik.

Normalizing sering dilakukan terhadap benda hasil tuangan atau hasil tempa, untuk
menghilangkan tegangan dalam dan menghaluskan butiran kristalnya, sehingga
diperoleh sifat yang lebih baik.

Pada normalizing dan juga annealing hendaknya tidak dilakukan pemanasan sampai
ke temperatur yang terlalu tinggi karena butir kristal austenit yang terjadi akan terlalu
besar, sehingga dapa pendinginan lambat akan diperoleh butir ferrit/pearlit yang juga
kasar. Ini akan mengakibatkan berkurangnya keuletan/ketangguhan material.
Stress Relieving.

Stress Relieving dimaksudkan untuk menghilangkan tegangan dalam yang timbul


sebagai akibat dari :

1. proses pengerjaan dingin atau machining yang dialami sebelumnya.


2. pendinginan yang tidak sama dalam proses seperti pengelasan atau casting.
Benda yang baru mengalami pengerjaan dingin atau machining yang berat akan
menyimpan tegangan dalam. Adanya tegangan dalam ini akan mengakibatkan bahan
tersebut menjadi getas. Untuk menhindari itu perlu dialakukan stress relieving.

Hardening (Pengerasan)

Pengerasan adalah salah satu perlakuan panas dengan kondisi non equilibrium,
pendinginannya sangat cepat, sehingga strukturmikro yang akan diperoleh juga
adalah strukturmikro yang tidak ekuilibrium. Hardening dilakukan dengan
memanaskan baja hingga mencapai temperatur austenit, dipertahankan beberapa
saat pada temperatur tersebut, lalu didinginkan dengan cepat, sehingga akan
diperoleh martensit yang keras. Biasanya sesudah proses hardening selesai, segera
diikuti dengan proses tempering.

Kekerasan maksimum yang dapat dicapai setelah proses hardening banyak


tergantung pada kadar karbon, makin tinggi kadar karbonnya makin tinggi kekerasan
maksimum yang dapat dicapai. Pada baja dengan kadar karbon rendah kenaikan
kekerasan setelah hardening hampir tidak berarti, karenanya pengerasan hanya
dilakukan terhadap baja dengan kadar karbon yang memadai, tidak kurang dari 0,30
%C.

Untuk memperoleh struktur yang sepenuhnya martensit maka laju pendinginan harus
dapat mencapai laju pendinginan kritis (Critical Cooling Rate – CCR). Dengan laju
pendinginan yang kurang dari CCR akan mengakibatkan adanya sebagian austenit
yang tidak bertransformasi menjadi martensit, sehingga kekerasan maksimum tentu
tidak akan tercapai. Laju pendinginan yang terjadi pada suatu benda kerja tergantung
pada beberapa faktor, terutama:

– jenis media pendingin

– temperatur media pendingin


– kuatnya sirkulasi/olakan pada media pendingin.

Beberapa media pendingin yang sering digunakan pada proses hardening, menurut
kekeuatan pendinginannya:

1. Brine (air + 10% garam dapur).


2. Air.
3. Salt bath (garam cair).
4. Larutan minyak dalam air.
5. Minyak.
6. Udara.
Perbandingan kemampuan pendinginan dari berbagai media pendingin terhadap baja
tahan karat.

Tempering

Baja yang dikeraskan dengan pembentukan martensit, pada kondisi as-quenched,


biasanya sangat getas, sehingga tidak cukup baik untuk berbagai pemakaian.
Pembentukan martensit juga meninggalkan tegangan sisayang sangat tinggi, dan ini
sangat tidak disukai. Karena itu biasanya atau hampir selalu setelah pengerasan
kemudian segera diikuti dengan tempering, untuk menghilangkan/mengurangi
tegangan sisa (residual stress) dan mengembalikan sebagian keuletan dan
ketangguhannya.

Tempering dilakukan dengan memanaskan kembali baja yang telah dikeraskan tadi
pada temperatur dibawah temperatur kritis bawah, membiarkan beberapa saat pada
termperatur tersebut, lalu didinginkan kembali. Dengan pemanasan kembali ini
martensit, yang merupakan suatu struktur metastabil yang berupa larutan padat
supersaturated dimana karbon terperangkap dalam struktur body centered
tetragonal, BCT, akan mulai mengeluarkan karbon yang berpresipitasi sebagai karbida
besi, sedang BCT berangsur-angsur menjadi BCC (besi alpha, ferrit). Denga keluarnya
karbon maka tegangan didalam struktur BCT akan berkurang sehingga juga
kekerasannya mulai berkurang. Turunnya kekerasan ini akan banyak bila temperatur
pemanasan makin tinggi dan/atau holding time makin lama.

Secara umum dapat dikatakan bahwa bila temperatur tempering makin tinggi maka
kekerasannya akan makin rendah, sedang ketangguhannya akan makin tinggi.

22222222222
Tujuan dan Jenis Perlakuan
Panas
November 21, 2011Perlakuan Panas (Heat Threatment)Heat threatment, Perlakuan Panas

Perlunya perlakuan panas dilakukan adalah untuk mengurangi perubahan


bentuk pada saat dikerjakan atau setelah dikerjakan atau hasil suatu
konstruksi, merubah sifat-sifat bahan dan menghilangkan tegangan-
tegangan sisa.

Sebelum benda dikerjakan dilakukan perlakuan panas maka disebut


perlakuan panas awal sedangkan setelah benda dikerjakan disebut
perlakuan panas akhir.
Beberapa jenis perlakuan panas adalah:

• Perlakuan panas awal dan sesudah pengerjaan


• Menghilangkan tegangan sisa
• Penormalan (Normalizing)
• Pelunakan (Annealing)
• Pengerasan (Hardening)
• Temper (Temperring)

1. Perlakuan Panas Awal (Preheating)

Perlakuan panas awal adalah pemanasan yang dilakukan sebelum benda


kerja tersebut dikerjakan lebih lanjut, misalnya sebelum dilakukan
pengelasan. Temperatur pemanasan awal adalah antara 30°C – 400°C (
lihat Diagram Perlakuan Panas).
Hal ini perlu dilakukan, karena pada waktu pengelasan akan terjadi panas
pada daerah pengelasan. Panas yang tinggi akan terpusat pada daerah
pencairan. Dengan bertambah jauh jaraknya busur akan berkurang panas
yang terjadi.
Pemanasan dan pendinginan yang tidak merata (perubahan termperatur)
akan menyebabkan. berbagai pengaruh pada daerah pengelasan misalnya
keliatan, tegangan dan sifat logam Iainnya.
Dengan memanaskan logam sebelum pengelasan akan mengurangi
perbedaan temperatur pada daerah pengelasan. Hal ini adalah salah satu
cara untuk mengatasi perubahan-perubahan pada logam yang dilas. Proses
ini disebut pemanasan awal (preheating).
Karena pemanasan sebelum pengerjaan akan mengurangi perubahan
temperatur maka tentu juga akan mengurangi perubahan bentuk akibat
tegangan yang terjadi karena pengaruh panas yang tinggi pada daerah las.

Tinggi temperatur pemanasan awal tergantung pada :


• Komposisi kandungan unsur dan baja
• Ketebalan benda kerja
• Sumber panas yang terjadi pada saat pengelasan

Komposisi kandungan unsur dari baja akan menentukan kekerasan baja


tersebut. Misalnya baja karbon yang baru dilas dan kemudian didinginkan
secara cepat, maka dapat berakibat keretakan pada benda kerja tersebut.
Disini pemanasan sebelum pengenjaan diperlukan untuk memperlambat
pendinginan supaya tidak retak pada daerah yang dilas/dipanaskan.
Dengan semakin tebalnya bahan, maka semakin besar pula pengaruh
pendinginan dan dengan semakin tebalnya bahan maka semakin lama
pemanasan awal yang dipenlukan.
Pemanasan awal pada bahan-bahan baja yang dipakai di industri
manufaktur sangat bervariasi. Untuk mengetahui temperatur pemanasan
awal untuk berbagal jenis dan ketebalan pelat adalah dengan cara melihat
katalog yang dikeluarkan oleh fabrik pembuat baja tersebut.
Pemanasan awal ini juga sering digunakan pada pengelasan bahan-bahan
yang mudah retak dan susah untuk di las yakni untuk memperlambat proses
pendinginan.

2. Menghilangkan Tegangan Sisa (Stress Relieve)

Temperatur pemanasan untuk menghilangkan tegangan sisa ( stess relieve


) adalah berkisar 590°C-670°C (lihat Diagram Perlakuan Panas).
Pemanasan sesudah pengelasan sering dilakukan dalam dunia industri.
Besar temperatur tergantung pada jenis perlakuan panas. Pada dasarnya
tingginya temperatur untuk menghilangkan tegangan sisa adalah dibawah
temperatur kritis 723°C, karena struktur baja tidak akan berubah dibawah
temperatur 723°C.
Perubahan sifat baja akan terjadi apabila temperatur melebihi 723°C dan
proses perlakuan panas dapat dilihat pada diagram perlakuan panas.
Apabila tegangan sisa dihilangkan maka tegangan yang tertahan oleh
bagian yang dingin sewaktu pengelasan akan hilang pula. Menghilangkan
tegangan sisa ini dilakukan pada berbagal jenis pekerjaan termasuk juga
pada bejana bertekanan dan ketel.

Langkah kerja menghilangkan tegangan sisa :


• Panaskan benda kerja secara bertahap ( perlahan )
• Biarkan pemanasan benda kerja ini sesuai dengan temperatur yang tepat
dan waktu tertentu.
• Dinginkan benda kerja secara perlahan.

Untuk menghilangkan tegangan sisa ini dan menentukan tinggi temperatur


dilakukan oleh operator perlakuan panas dan bukan oleh tukang las ini
dilakukan dalam dapur pemanas atau peralatan khusus untuk perlakuan
panas.

3. Penormalan (Normalizing)

Temperatur untu normalizing adalah 820°C – 980°C (lihat Diagram


Perlakuan Panas)
Seluruh baja terdiri dan butiran-butiran halus. Bentuk dan ukuran dan
butiran-butiran tergantung pada proses pendinginkan dan pengerjaan bahan
tersebut, Bentuk dan ukuran dan butiran sering mempenganuhi sifat bahan
logam, maka proses perlakuan panaslah yang mengontrolnya.
Perubahan temperatur yang bervaniasi pada pengelasan akan menimbulkan
ukuran butiran yang tidak sama pada daerah pengelasan yang akan
mengakibatkan kritisnya benda kerja. Untuk mengatasi ini benda perlu
dinormalkan agar mendapatkan ukuran butiran yang sama. Bahan yang
telah dinormalkan akan mempunyai sifat yang merata dan Iebih liat.

Langkah kerja penormalan :


• Panaskan baja kira-kira 60°C diatas temperatur kritis.
• Biarkan beberapa saat supaya pemanasan merata.
• Didinginkan dalam ruangan.

4. Pelunakan (Annealing)

Temperatur pemanasan untuk proses pelunakan suatu bahan ( annealing )


adalah berkisar antara 820°C – 925°C (lihat Diagram Perlakuan Panas)

Pelunakan logam bertujuan :


• Melunakan bahan untuk bisa dibengkokkan atau dibentuk dalam keadaan
dingin
• Supaya bahan dapat dengan mudah dikerjakan dengan mesin.
Pelunakan hampir sama dengan penormalan tapi proses pendinginan Iebih
lambat. Dengan pendinginan yang lambat akan menghasilkan ukuran
butiran lebih besar dan lebih lunak dibandingkan dengan bahan yang telah
dinormalkan.

Langkah kerja pelunakan :


• Panaskan bahan sampai diatas temperatur kriitis.
• Biarkan beberapa saat supaya pemanasan merata
• Dinginkan dalam dapur secara perlahan

5. Temper ( Tempering )

Temper adalah proses perlakuan panas lanjutan setelah proses


pengerasan, bertujuan untuk mengurangi kekerasan yang terlalu tinggi
akibat pendinginan yang cepat dan temperatur yang tinggi ( karena proses
penyepuhan). Temperatur tempering adalah berkisar antara 220°C – 390°C
(perhatikan Diagram Perlakuan Panas).
Antara kekerasan dan keliatan adalah berbanding terbalik, di mana semakin
keras maka semakin tidak liat. Adalah hal yang penting untuk
menyeimbangkan kekerasan bahan dengan penggunaannya. Misalnya
pahat akan sangat keras setelah disepuh tapi akan mudah patah kalau kena
pukulan. Dengan proses temper akan mengurangi sedikit kekerasannya tapi
masih kuat untuk memotong besi yang lain dan juga mempunyai sifat liat
untuk menahan pukulan pahu.
Proses temper dilakukan dibawah temperatur kritis (perhatikan Diagram
Perlakuan Panas).

33333333333333

Perlakuan Panas (Heat Treatment)


Posted by Adithya Rahman on 19 March 2012

Perlakuan panas adalah suatu metode yang digunakan untuk mengubah sifat fisik, dan kadang-
kadang sifat kimia dari suatu material. Aplikasi yang paling umum adalah untuk
material logam walaupun perlakuan panas juga digunakan dalam pembuatan berbagai materi
lain, seperti kaca. Secara umum perlakuan panas adalah memanaskan atau mendinginkan
material, biasanya dalam suhu ekstrem, untuk mencapai hasil yang diinginkan seperti
pengerasan atau pelunakan material. Yang termasuk Teknik Perlakuan Panas adalah Annealing,
case Hardening, precipitation Strengthening, Tempering dan Quenching. Perlu dicatat bahwa
walaupun perlakuan panas sengaja dilakukan untuk untuk tujuan mengubah sifat secara khusus,
di mana pemanasan dan pendinginan dilakukan untuk tujuan mengubah sifat, pemanasan dan
pendinginan sering terjadi secara kebetulan selama proses manufaktur lain seperti pembentukan
panas (Hot forming) atau Pengelasan.
Proses

Material logam itu terdiri dari struktur mikro berupa kristal-kristal kecil yang disebut “butir”
atau kristalit. Sifat butir (yaitu ukuran butir dan komposisi) adalah salah satu faktor paling penting
yang dapat menentukan sifat mekanis logam secara keseluruhan. perlakuan panas
menyediakan cara yang efisien untuk memanipulasi sifat dari logam dengan mengendalikan laju
difusi, dan tingkat pendinginan dalam struktur mikro tersebut.
Proses perlakuan panas yang Kompleks sering dijadwalkan oleh Ahli logam (metallurgists) untuk
mengoptimalkan sifat mekanis dari Logam paduan. Dalam Industri antariksa (aerospace), logam
paduan super (superalloy) mungkin mengalami lebih dari lima macam panas temperatur yang
berbeda untuk mengembangkan sifat yang diinginkan. Hal ini dapat mengakibatkan masalah
kualitas tergantung pada akurasi kontrol suhu tungku dan penanda waktu (timer) .
Prinsip perlakuan panas ini pada dasarnya sangat sederhana, yaitu logam dipanaskan dengan
laju pemanasan tertentu hingga mencapai temperatur tertentu dan kemudian ditahan pada
temperatur tersebut dengan waktu tertentu serta akhirnya didinginkan dengan laju pendinginan
tertentu pula. Adapun prinsip proses perlakuan panas yaitu :

1. Laju pemanasan, dimana material dipanaskan sampai temperatur austenit. Adapun


syarat-syarat pemanasan yaitu :
· Pemanasan yang dilakukan tidak merubah bentuk komponen (tetap dalam keadaan solid).
· Pemanasan tidak sampai pada fasa g yang bertemperatur tinggi, karena butir akan
menjadi kasar.
· Berdasarkan kandungan karbon, temperatur austenisasi dibagi atas:
Untuk baja hipoeutektoid : T= A3 ± 50-100°C
Untuk baja hipereutektoid : T = Acm ± 50-100°C

T = A1 ± 50-100°C
2. Penahanan waktu (holding time), dimana setelah material mencapai temperatur
austenite kemudian dilakukan penahan waktu pada temperatur tertentu untuk menyeragamkan
struktur mikro.
3. Laju pendinginan, dimana media pendingin yang digunakan yaitu oli, air, tungku dan
udara terbuka.
Proses Perlakuan Panas yang diterapkan pada baja perkakas ada dua kategori, yaitu :
1. Softening (Pelunakan) : Adalah usaha untuk menurunkan sifat mekanik agar menjadi lunak
dengan cara mendinginkan material yang sudah dipanaskan didalam tungku (annealing) atau
mendinginkan dalam udara terbuka (normalizing).
2. Hardening (Pengerasan) : Adalah usaha untuk meningkatkan sifat material terutama
kekerasan dengan cara selup cepat (quenching) material yang sudah dipanaskan ke dalam
suatu media quenching berupa air, air garam, maupun oli.
Sifat mekanik tidak hanya tergantung pada komposisi kimia suatu paduan, tetapi juga
tergantung pada strukturmikronya. Suatu paduan dengan komposisi kimia yang sama dapat
memiliki strukturmikro yang berbeda, dan sifat mekaniknya akan berbeda. Strukturmikro
tergantung pada proses pengerjaan yang dialami, terutama proses laku-panas yang diterima
selama proses pengerjaan. Proses laku-panas adalah kombinasi dari operasi pemanasan dan
pendinginan dengan kecepatan tertentu yang dilakukan terhadap logam atau paduan dalam
keadaan padat, sebagai suatu upaya untuk memperoleh sifat-sifat tertentu. Proses laku-panas
pada dasarnya terdiri dari beberapa tahapan, dimulai dengan pemanasan sampai ke temperatur
tertentu, lalu diikuti dengan penahanan selama beberapa saat, baru kemudian dilakukan
pendinginan dengan kecepatan tertentu.
Secara umum perlakukan panas (Heat treatment) diklasifikasikan dalam 2 jenis:
1. Near Equilibrium (Mendekati Kesetimbangan)
Tujuan dari perlakuan panas Near Equilibrium adalah untuk :

a. Melunakkan struktur kristal


b. Menghaluskan butir
c. Menghilangkan tegangan dalam
d. Memperbaiki machineability.

Jenis dari perlakukan panas Near Equibrium, misalnya :


· Full Annealing (annealing)
· Stress relief Annealing
· Process annealing

· Spheroidizing
· Normalizing
· Homogenizing.
2. Non Equilirium (Tidak setimbang)
Tujuan panas Non Equilibrium adalah untuk mendapatkan kekerasan dan kekuatan yang lebih
tinggi.
Jenis dari perlakukan panas Non Equibrium, misalnya :

· Hardening
· Martempering
· Austempering
· Surface Hardening (Carburizing, Nitriding, Cyaniding, Flame hardening, Induction
hardening)
Pada proses pembuatannya, komposisi kimia yang dibutuhkan diperoleh ketika baja dalam
bentuk fasa cair pada suhu yang tinggi.
Pada saat proses pendinginan dari suhu lelehnya, baja mulai berubah menjadi fasa padat pada
suhu 13500, pada fasa ini lah berlangsung perubahan struktur mikro. Perubahan struktur mikro
dapat juga dilakukan dengan jalan heat treatment.
Bila proses pendinginan dilakukan secara perlahan, maka akan dapat dicapai tiap jenis struktur
mikro yang seimbang sesuai dengan komposisi kimia dan suhu baja. Perubahan struktur mikro
pada berbagai suhu dan kadar karbon dapat dilihat pada Diagram Fase Keseimbangan.

Gambar 2.1 Diagram Fasa Fe-Fe3C

Keterangan gambar :
Dari diagram diatas dapat kita lihat bahwa pada proses pendinginan perubahan – perubahan
pada struktur kristal dan struktur mikro sangat bergantung pada komposisi kimia.
· Pada kandungan karbon mencapai 6.67% terbentuk struktur mikro dinamakan Sementit
Fe3C (dapat dilihat pada garis vertical paling kanan).

· Sifat – sifat cementitte: sangat keras dan sangat getas


· Pada sisi kiri diagram dimana pada kandungan karbon yang sangat rendah, pada suhu
kamar terbentuk struktur mikro ferit.
· Pada baja dengan kadar karbon 0.83%, struktur mikro yang terbentuk adalah Perlit,
kondisi suhu dan kadar karbon ini dinamakan titik Eutectoid.

· Pada baja dengan kandungan karbon rendah sampai dengan titik eutectoid, struktur mikro
yang terbentuk adalah campuran antara ferit dan perlit.
· Pada baja dengan kandungan titik eutectoid sampai dengan 6.67%, struktur mikro yang
terbentuk adalah campuran antara perlit dan sementit.
· Pada saat pendinginan dari suhu leleh baja dengan kadar karbon rendah, akan terbentuk
struktur mikro Ferit Delta lalu menjadi struktur mikro Austenit.
· Pada baja dengan kadar karbon yang lebih tinggi, suhu leleh turun dengan naiknya kadar
karbon, peralihan bentuk langsung dari leleh menjadi Austenit.
Penekanan terletak pada Struktur mikro, garis-garis dan Kandungan Carbon.
a. Kandungan Carbon
0,008%C = Batas kelarutan maksimum Carbon pada Ferrite pada temperature kamar 0,025%C
= Batas kelarutan maksimum Carbon pada Ferrite pada temperature 723
b. Derajat Celcius
0,83%C = Titik Eutectoid
2%C = Batas kelarutan Carbon pada besi Gamma pada temperature 1130 Derajat Celcius
4,3%C = Titik Eutectic
0,1%C = Batas kelarutan Carbon pada besi Delta pada temperature 1493 Derajat Celcius
c. Garis-garis Garis Liquidus ialah garis yang menunjukan awal dari proses pendinginan
(pembekuan). Garis Solidus ialah garis yang menunjukan akhir dari proses pembekuan
(pendinginan). Garis Solvus ialah garis yang menunjukan batas antara fasa padat denga fasa
padat atau solid solution dengan solid solution. Garis Acm = garis kelarutan Carbon pada besi
Gamma (Austenite) Garis A3 = garis temperature dimana terjadi perubahan Ferrit menjadi

d. Autenite (Gamma) pada pemanasan.


Garis A1 = garis temperature dimana terjadi perubahan Austenite (Gamma) menjadi Ferrit pada
pendinginan.

Garis A0 = Garis temperature dimana terjadi transformasi magnetic pada Cementid. Garis A2 =
Garis temperature dimana terjadi transformasi magnetic pada Ferrite.
e. Struktur mikro

Ferrite ialah suatu komposisi logam yang mempunyai batas maksimum kelarutan Carbon
0,025%C pada temperature 723 Derajat Celcius, struktur kristalnya BCC (Body Center Cubic)
dan pada temperature kamar mempunyai batas kelarutan Carbon 0,008%C.
Austenite ialah suatu larutan padat yang mempunyai batas maksimum kelarutan Carbon 2%C
pada temperature 1130 Derajat Celcius, struktur kristalnya FCC (Face Center Cubic).
Cementid ialah suatu senyawa yang terdiri dari unsur Fe dan C dengan perbandingan tertentu
(mempunyai rumus empiris) dan struktur kristalnya Orthohombic. Lediburite ialah campuran
Eutectic antara besi Gamma dengan Cementid yang dibentuk pada temperature 1130 Derajat
Celcius dengan kandungan Carbon 4,3%C.
Pearlite ialah campuran Eutectoid antara Ferrite dengan Cementid yang dibentuk pada
temperature 723 Derajat Celcius dengan kandungan Carbon 0,83%C.
Beberapa jenis perlakuan panas yang umum dikerjakan antara lain:
1. Normalizing.
Normalizing pada umumnya menghasilkan struktur yang halus, sehinga baja dengan komposisi
kimia yang sama akan memiliki yiel strength, UTS, kekerasan, dan impact strength akan lebih
tinggi dari pada hasil full annealling. Normalizing dapat juga dilakukan pada benda hasil tempa
untuk menghilangkan tegangan dalam dan menghaluskan butiran kristalnya. Sehingga sifat
mekanisnya menjadi lebih baik. Normalizing dapat juga menghomogenkan struktur mikro
sehingga dapat memberi hasil yang bagus dalam proses hardening, sehingga ummnya sebelum
dihardening baja harus di normalizing terlebih dahulu.
2. Stress relieving
Tegangan sisa yang terjadi di dalam logam sebagai hasil dari salah satu faktor yang disebutkan
diatas harus dapat dihilangkan agar sifat yang diinginkan dari komponen yang terbuat dari logam
tersebut dapat dicapai. Proses penghilangan tegangan sisa dilakukan biasanya dengan cara
memanaskan benda kerja dibawah temperatur A1. Penghilangan tegangan sisa dari baja
dilakukan dengan memanaskan baja tersebut pada temperatur sekitar 550-700oC, tergantung
pada jenis baja yang diproses. Kemudian benda kerja ditahan pada temperatur tersebut untuk
jangka waktu tertentu agar diperoleh distribusi temperatur yang merata diseluruh benda kerja
selanjutnya didinginkan di dalam tungku.
3. Annealing.
Annealing yaitu suatu proses laku panas yang dilakukan pada logam atau paduan dalam
pembuatan produk. Prinsip annealing ialah memanaskan baja sampai suhu tertentu, kemudian
menahannya selama waktu tertentu kemudian didinginkan dengan lambat. Tujuan utama
proses annealing ialah melunakan, menghaluskan butir kristal, menghilangkan internal stress,
memperbaiki machinability dan memperbaiki sifat kelistrikan / kemagnetan.

Annealing dilakukan untuk memperbaiki mampu mesin dan mampu bentuk, memperbaiki
keuletan, menurunkan atau menghilangkan tegangan dalam dan menyiapkan struktur baja
untuk proses perlakuan panas. Proses anil terdiri dari beberapa tipe yang diterapkan untuk
mencapai sifat-sifat tertentu sebagai berikut :

a. Full Annealing
Full Annealing terdiri dari austenisasi dari baja yang bersangkutan diikuti dengan pendinginan
yang lambat di dalam tungku. Full Annealing untuk baja Hypoeutektoid dilakukan
pada temperatur austenisasi sekitar 50oC diatas garis A3 dan mendiamkannya pada temperatur
tersebut untuk jangka waktu tertentu, kemudian diikuti dengan pandinginan yang lambat didalam
tungku. Pada temperatur austenisasi, pembentukan austenit akan mengubah struktur yang ada
sebelum dilakukan pemanasan dan austenit yang terbentuk relatif halus.
Baja Hyperetektoid dipanaskan diatas temperatur Acm dan didinginkan perlahan-lahan, maka
pada batas butir akan terbentuk sementit proeutektoid sehingga akan terjadi rangkaian sementit
pada batas butir austenit. Full Annealling akan memperbaiki mampu mesin dan juga menaikkan
kekuatan akibat butir-butirnya menjadi halus.
b. Spherodized Annealing
Spherodized Annealing dilakukan dengan cara memanaskan baja sedikit diatas atau dibawah
temperatur kritik A1 didiamkan pada temperatur tersebut untuk jangka waktu tertentu kemudian
diikuti dengan pendinginan yang lambat. Spherodized Annealing untuk memperbaiki mampu
mesin dan memperbaiki mampu bentuk.
4. Quenching.
Quenching merupakan salah satu teknik perlakuan panas yang diawali dengan proses
pemanasan sampai temperatur austenit (austenisasi) diikuti pendinginan secara cepat, sehingga
fasa austenit langsung bertransformasi secara parsial membentuk struktur martensit. Austenisasi
dimulai pada temperatur minimum ± 50°C di atas Ac3, yang merupakan temperatur aktual
transformasi fasa ferit, perlit, dan sementit menjadi austenit. Temperatur pemanasan hingga fasa
austenit untuk proses quenching disebut juga sebagai temperatur pengerasan (haardening
temperatur). Dan setelah mencapai temperatur pengerasan, dilakukan penahanan selama
beberapa menit untuk menghomogenisasikan energi panas yang diserap selama pemanasan,
kemudian didinginkan secara cepat dalam media pendingin yang dapat berupa air, oli, dan udara
bertekanan.
Tujuan utama quenching adalah menghasilkan baja dengan sifat kekerasan tinggi. Sekaligus
terakumulasi dengan kekuatan tarik dan kekuatan luluh, melalui transformasi austenit ke
martensit. Proses quenching akan optimal jika selama proses transformasi, struktur austenit
dapat dikonversi secara keseluruhan membentuk struktur martensit. Hal-hal penting untuk
menjamin keberhasilan quenching dan menunjang terbentuknya martensit khususnya, adalah :
temperatur pengerasan, waktu tahan, laju pemanasan, metode pendinginan, media pendingin
dan hardenability.
Proses perlakuan panas yang diberikan kepada dua jenis baja perkakas yang berbeda (baja
perkakas AISI D2 dan AISI 1045) adalah proses Annealing. Annealing merupakan suatu proses
perlakuan untuk menurunkan kekerasan dan untuk meningkatkan kekuatan logam.
Proses Annealing adalah proses perlakuan panas yang menghasilkan struktur mikro perlitik
(ferrit, perlit, dan sementit). Proses ini dilakukan untuk menyeragamkan struktur mikro,
meningkatkan keuletan, menghilangkan tegangan sisa, dan memperbaiki mampu mesin.
Proses Annealing terdiri dari temperatur pemanasan, penahanan temperatur, dan laju
pendinginan.

Proses Annealing yang digunakan adalah Full Annealing. Proses Full Annealing dilakukan
dengan memanaskan logam sampai keatas temperatur kritis (untuk baja hypoeutectoid , 25
Derajat hingga 50 Derajat Celcius diatas garis A3 sedang untuk baja hypereutectoid 25 Derajat
hingga 50 Derajat Celcius diatas garis A1). Kemudian dilanjutkan dengan pendinginan yang
cukup lambat yaitu di dalam tungku.
Baja yang dalam proses pengerjaannya mengalami pemanasan sampai temperatur yang terlalu
tinggi ataupun waktu tahan (holding time) terlalu lama biasanya butiran kristal austenitnya akan
terlalu kasar dan bila didinginkan dengan lambat akan menghasilkan ferrit atau pearlite yang
kasar sehingga sifat mekaniknya juga kurang baik (akan lebih getas). Untuk
baja hypereutectoid, annealing merupakan persiapan untuk proses selanjutnya dan tidak
merupakan proses akhir.
sumber: – wikipedia.org

– rdsujono.blogspot.com/2011/06/proses-perlakuan-panas

Anda mungkin juga menyukai