Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Kompetensi
A. Definisi Kompetensi
Sebuah kompetensi adalah adalah sebuah karakteristik yang mendasari dari seorang
individu yang berkaitan secara kausal dengan kinerja efektif beracuan-kriteria
dan/atau kinerja superior dalam sebuah pekerjaan atau situasi (Spencer &
Spencer,1993: 13).
dharma kesuma jur. pedagogik prodi pgsd fip upi | SK-KD-ICK-AMP des 2010 1
Kompetensi adalah karakteristik-karakteristik yang mendasari orang-orang dan
mengindikasikan “pola perilaku atau pemikiran, berlaku pada berbagai situasi, dan
bertahan selama waktu yang cukup panjang” (Boyatzis, 1982 dalam Spencer &
Spencer, 1999: 9).
1. Motif. Motif adalah hal-hal yang orang secara konsisten pikirkan dan
inginkan yang menyebabkan lahirnya tindakan. Motif “mendorong,
mengarahkan, dan memilih” perilaku ke arah tindakan-tindakan atau
tujuan-tujuan tertentu dan menjauhi yang lainnya.
Contoh: Orang yang memiliki motif berprestasi secara konsisten
mengatur tujuan-tujuan yang menantang untuk dirinya sendiri,
mengambil tanggung jawab pribadi untuk menyelesaikan mereka, dan
memanfaatkan umpan-balik untuk bekerja lebih baik.
dharma kesuma jur. pedagogik prodi pgsd fip upi | SK-KD-ICK-AMP des 2010 2
3. Konsep-diri-sendiri. Sikap-sikap, nilai-nilai, atau imaji-diri-sendiri.
dharma kesuma jur. pedagogik prodi pgsd fip upi | SK-KD-ICK-AMP des 2010 3
5. Keterampilan. Kemampuan melaksanakan sebuah tugas fisik atau mental
tertentu.
dharma kesuma jur. pedagogik prodi pgsd fip upi | SK-KD-ICK-AMP des 2010 4
Model Gunung Es
Ketrampilan
Konsep-diri
Teramati
Keterampilan Trait
Pengetahuan ,
Sikap-sikap,
Tersembunyi
Konsep-diri Nilai-nilai
Trait
Pengetahuan
Motif
dharma kesuma jur. pedagogik prodi pgsd fip upi | SK-KD-ICK-AMP des 2010 5
perkembangan positif dari pengalaman, meskipun membutuhkan lebih banyak waktu
dan kesulitan.
Perhubungan Kausal
dharma kesuma jur. pedagogik prodi pgsd fip upi | SK-KD-ICK-AMP des 2010 6
Perilaku tanpa maksud tidak didefinisikan sebagai kompetensi. Sebuah
contoh berikut “memanajemeni dengan cara berjalan keliling-keliling”. Tanpa
mengetahui mengapa seorang manajer sedang berjalan keliling, anda tidak dapat
mengetahui kompetensi yang mana yang sedang didemonstrasikan. Maksud si
manajer dapat berupa rasa kesal, otot pegal, memantau pekerjaan untuk mengetahui
apakah kualitas tinggi, atau suatu keinginan “untuk tampak di mata pasukan”.
Karakteristik Kinerja
Pribadi Perilaku Tugas
Penentuan
Contoh: Motif tujuan,
Berprestasi
Motiv Pembaikan
Tanggungjawab Pribadi,
Berprestasi Pemanfaatan umpan-balik Terus-menerus
Kualitas,
Produktivitas,
Pendapatan,
Penjualan
“Bekerja Lebih Baik”:
Kompetensi
dengan standar Pengambilan Resiko
unggulan yang Diperhitungkan Inovasi
Capaian unik
Acuan Kriteria
dharma kesuma jur. pedagogik prodi pgsd fip upi | SK-KD-ICK-AMP des 2010 7
Acuan kriteria bersifat kritis untuk definisi kompetensi ini. Sebuah karakteristik
adalah bukan sebuah kompetensi kecuali ia memprediksi sesuatu yang bermakna
dalam dunia nyata. Psikologiwan William James mengatakan prinsip pertama untuk
para ilmuwan hendaknya bahwa “Sebuah perbedaan yang tidak membuat perbedaan
adalah bukan perbedaan” (dalam Spencer & Spencer, 1993: 13). Sebuah
karakteristik atau credential yang tidak membuat perbedaan kinerja adalah bukan
sebuah kompetensi dan hendaknya tidak digunakan untuk menilai orang.
Ulasan Spencer & Spencer tentang apa atau definisi kompetensi di atas, akan
diringkas kedalam sebuah rangkuman dalam bentuk diagram di bawah ini, setelah
ditambahi korelat-korelat pedagogisnya oleh penulis.
Pengetahuan
Keterampilan “Dampak”:
“Tindakan”: Kinerja Tugas Unggulan
Sikap-sikap & Nilai-nilai Perilaku atau Efektif berdasarkan
Dalaman
Konsep-diri Kriteria
Traits dan Motif
Pola-pola ini berperanan
sebagai maksud (ketertujuan)
yang memunculkan tindakan
tertentu
dharma kesuma jur. pedagogik prodi pgsd fip upi | SK-KD-ICK-AMP des 2010 9
Pendidikan di Pendidikan di
kelas sekolah
Pendidikan di
kehidupan harian
Pengalaman empiris
Pengalaman konseptual
Pengalaman afektif
dalaman
Pengalaman reflektif
dharma kesuma jur. pedagogik prodi pgsd fip upi | SK-KD-ICK-AMP des 2010 10
Diagram 5 Pengalaman Belajar versi Pedagogi Indonesia
Semua siswa melihat pembunuhan embrio ayam, tapi tidak semua melihat
dimensi moral dalam kejadian ini, sekurang-kurangnya pada awalnya, baru
kemudian dengan bantuan diskusi kelas yang difasilitasi ibu William lebih banyak
siswa dapat melihat dimensi moral ini. Inilah salah satu pengertian refleksi, yaitu
melihat dengan kesadaran, atau mata kesadaran. Salah satu tujuan pendidikan adalah
mengasah mata kesadaran agar tajam dalam melihat dimensi-dimensi kehidupan
yang non-empiris. Indonesia dengan filsafat bangsanya, Pancasila, yang sekaligus
juga menjadi filsafat pendidikannya, sudah seharusnya tidak menyingkirkan
pengalaman reflektif ini dalam pengajaran dan pembelajarannya, seperti yang selama
ini banyak terjadi hanya karena kita maunya hanya mengikuti pedagogi Barat.
dharma kesuma jur. pedagogik prodi pgsd fip upi | SK-KD-ICK-AMP des 2010 11
Konsep refleksi dalam dunia pendidikan muncul dan menguat setelah masa kuasa
behaviorisme di dunia pendidikan menyusut.
Dunia persekolahan kita, meskipun sejak tahun 2004 sudah mengadopsi pendekatan
kompetensi dalam pendidikannya, masih bertahan dengan tradisi pendidikan kognitif
yang menguat sejak Kurikulum 1975. “Tradisi ‘75” ini sangat kuat, tuntutannya:
pengukuran hasil belajar hingga terjadi pelecehan terhadap konsep dan praktik
observasi kualitatif terhadap hasil belajar; behaviorisme, menghendaki perilaku hasil
belajar terobservasi dan terukur secara radikal, dengan kata lain, menghendaki
observasi oleh “mata telanjang” terhadap hasil-hasil belajar seperti orang
mengobservasi benda-benda material. Secara ringkasnya, behaviorisme ini
menghendaki “kaca mata kuda” dalam melakukan observasi (konsep ini
dikemukakan oleh Bogdan & Biklen {1992}) hingga kedalaman dan kekayaan
pemandangan dari observasi tidak diperoleh.
dharma kesuma jur. pedagogik prodi pgsd fip upi | SK-KD-ICK-AMP des 2010 12
Demikianlah, pendidikan persekolahan kita masif beroperasi di wilayah
kognitif; dan masih menggunakan taksonomi Bloom yang lama yang behavioristis.
Itupun tidak banyak digunakan secara benar oleh banyak guru. Bahkan para
mahasiswa PGSD saat ini, masih banyak menggunakan Bloom yang lama ini.
Pendekatan kompetensi dalam pendidikan akan tidak cukup jika para guru
hanya menggunakan taksonomi kognitif dalam pengajaran, pembelajaran, dan peng-
ases-an. Kompetensi jauh lebih kaya dan mendalam. Penulis menyarankan agar
taksonomi afektif juga menyertai taksonomi kognitif.
dharma kesuma jur. pedagogik prodi pgsd fip upi | SK-KD-ICK-AMP des 2010 13
II. Indikator
A. Definisi indikator
Ide bahwa alat ukur bersifat discrete tersebut, mengimplikasikan bahwa ICK
harus menyatakan/mengukur satu, dan hanya satu hal. Yang dimaksud dengan
mengukur dalam hal ini adalah mengukur hasil belajar. Contohnya sebagaimana
diperikan di bawah ini:
dharma kesuma jur. pedagogik prodi pgsd fip upi | SK-KD-ICK-AMP des 2010 14
penggunaan benda berdasarkan sifatnya.
B. Kompetensi Dasar
6.1. Mengidentifikasi wujud benda padat, cair, dan gas memiliki sifat
tertentu.
C. Indikator
1. Menemutunjukkan (mengidentifikasi) sifat benda padat.
2. Menemutunjukkan sifat benda cair.
3. Menemutunjukkan sifat benda gas.
4. Membedakan antara sifat benda padat, cair, dan gas.
Jika C.1 di atas kita ganti menjadi “Menemutunjukkan dan mengenali ulang
sifat wujud benda padat”, maka ini adalah sebuah kelemahan, karena tuntutan ide
discrete tidak terpenuhi.
Ketika kandungan pengetahuan dari sifat benda padat lebih dari satu,
misalnya, yaitu: bersifat keras dan tidak mengalami perubahan bentuk ketika
berpindah tempat, maka penulisan lengkap C.1 di atas adalah sebagaimana berikut
ini:
dharma kesuma jur. pedagogik prodi pgsd fip upi | SK-KD-ICK-AMP des 2010 15
Sebuah lagi karakteristik penting indikator, yaitu, bahasa indikator harus
behavioral (tetapi bukan behaviorisme). Ini karena indikator harus
mengimplikasikan observasinya. Karena teori indikatornya tidak hanya bertumpu
pada behaviorisme, observasinya tidak hanya dengan teknik observasi ‘kasat mata’,
tetapi dari yang tertangkap secara kasat mata kita bermaksud menangkap proses-
proses psikologis yang lebih dalam. Proses-proses psikologis ‘dalaman’ ini dapat
berdimensi kognitif dapat juga berdimensi afektif. Siswa yang sedang
mengelompok-ngelompokkan daun-daunan berdasarkan ciri masing-masing daun
adalah terobservasi oleh guru secara kasat mata. (Ini Indikator Capaian Kompetensi
[ICK]-nya adalah “Mengelompokkan daun-daunan sesuai dengan ciri masing-
masing daun”.) Untuk lebih yakin bahwa kompetensi klasifikasi ini bertumpu pada
proses kognitif yang tepat, seorang guru menambahi pembelajaran tersebut dengan
ICK berikut: “Mengeksplanasi hubungan sebuah daun dengan klasifikasi yang ada”.
Pembelajarannya tertulis atau juga lisan melalui tanya-jawab: “Mengapa kamu
memasukkan daun ini kedalam kelompok yang ini?” “Ini kelompok apa, dan apa
hubungannya dengan daun yang ini”.
dharma kesuma jur. pedagogik prodi pgsd fip upi | SK-KD-ICK-AMP des 2010 16
diukur. Sehubungan dengan hal ini, kompetensi perlu dirinci menjadi ICK-ICK
untuk memudahkan pengukurannya. ICK adalah sarana operasionalisasi observasi
atau pengukuran suatu gejala.
Kategori ICK yang harus ada dalam pembelajaran di sekolah. Sehubungan dengan
kompetensi yang composite demikian, pembelajaran disekolah sudah selayaknya
jangan hanya membidik lapisan kognitif individu. Pembelajaran di sekolah
sekurang-kurangnya harus juga turut membidik aspek afektif individu. Dengan
demikian, diharapkan ICK-ICK yang kita kembangkan terdiri atas ICK-ICK untuk
lapisan kognitif dan yang untuk lapisan afektif (sikap-sikap dan nilai-nilai).
ICK sebagai hasil belajar harus permanen. ICK sudah dicapai individu jika ia
bersifat permanen dalam diri individu, atau bertahan lama. Sehubungan dengan hal
ini, pembelajaran atau pengalaman belajar yang disediakan pendidik untuk anak
didik harus bersifat intensif, meaningful learning (bukan rote learning), dan sesuai
dengan perkembangan dan minat dan kebutuhan individu. Pengalaman belajar
reflektif dapat turut memperkuat hasil-hasil belajar kognitif dan afektif.
Operasi elaborasi SK-KD menjadi ICK. Serangkaian langkah yang pokok dalam
mengelaborasi SK-KD menjadi ICK adalah sebagaimana berikut ini:
dharma kesuma jur. pedagogik prodi pgsd fip upi | SK-KD-ICK-AMP des 2010 17
4. Menentukan proses kognitif dan afektif yang relevan dengan: (1) tipe
pengetahuan dari pengetahuan-pengetahuan yang dirinci dalam langkah 3; (2)
SK-KD-nya; (3) tingkat perkembangan, minat, dan kebutuhan siswa; (4)
waktu yang tersedia; dan (5) konteks-konteks lingkungan fisik dan sosial
yang ada.
5. Menuliskannya sesuai dengan struktur kognitif yang dipaparkan pada bagian
berikut ini.
(1) SK-KD secara utuh. Ini dilakukan dengan membaca secara cermat SK-KD.
Sering untuk memahami SK-KD, buku siswa pada bagian materi yang relevan harus
dibaca juga. Dan, sebaiknya jangan satu buku, lebih banyak lebih baik.
Kata/kata-kata yang diblok dengan warna abu adalah kata benda, merujuk pada
pengetahuan atau ilmu. Yang diblok warna hitam adalah kata kerja/verba, dalam
kasus ini merujuk pada proses kognitif. Dalam kasus lainnya, dapat saja kata kerja
ini merujuk pada proses afektif atau reflektif.
Dalam langkah 2 ini, kita harus fokus pada KD, SK untuk dipahami dan
digunakan untuk menentukan perincian KD. Dari KD di atas, diketahui ada dua kata
benda atau dua material pengetahuan: peta lingkungan dan skala sederhana.
dharma kesuma jur. pedagogik prodi pgsd fip upi | SK-KD-ICK-AMP des 2010 18
Dalam mata pelajaran lainnya, terdapat kasus-kasus dalam mana
pengetahuannya tidak tampak. Contoh, menyimak story telling atau pembacaan
dongeng. Orang yang tidak mengerti perbedaan material kurikuler dan pengetahuan,
dapat saja mengajukan ICK-ICK yang tidak/kurang relevan. Pembacaan dongeng
adalah material kurikuler. Adapun yang menjadi pengetahuannya adalah antara lain:
karakter, pesan, alur cerita. Dengan demikian, kita perlu dapat membedakan
material kurikuler dengan pengetahuan, dan selanjutnya memahami pengetahuan
lebih lanjut, memahami strukturnya.
Cara pakar dilakukan oleh pakar dalam sebuah lapangan ilmu atau pekerjaan,
yang dilakukan dengan menurunkan sub-sub komponen dari sebuah komponen. Ini
adalah cara deduksi. Cara pelajar adalah cara yang sebaiknya dilakukan oleh orang
yang tidak terdidik khusus dalam sebuah lapangan ilmu atau pekerjaan. Cara ini
dilakukan dengan mempelajari buku siswa, sebanyak mungkin, dan buku akademik
dalam lapangan ilmu yang relevan. Dengan cara seperti ini seseorang dapat
menentukan sub-sub-komponen yang tercakup dalam sebuah komponen
pengetahuan.
dharma kesuma jur. pedagogik prodi pgsd fip upi | SK-KD-ICK-AMP des 2010 19
kota pelajar waduk daerah industri
gunung jalan raya pertambangan
bukit jalan kereta api
dataran tinggi bandara
dataran rendah pelabuhan
Skala ukur konsep skala ukur untuk peta
………………..
………………..
………………..
Masalah yang segera muncul: Apa semua materi pengetahuan tersebut harus
diajarkan di kelas? Ini karena menurut KD-nya, pengetahuan tersebut mengenai
kota/kabupaten dan provinsi; kota/kabupaten di Jawa Barat jumlahnya ada dua
puluhan lebih. Jawabannya: bisa semua atau bisa sebagian. Untuk mengetahuai
jawabannya yang relatif pasti, kita harus membuat silabus, yang didalamnya sudah
mempertimbangkan Kalender Pendidikan di suatu SD.
(4) Menentukan proses kognitif dan afektif yang relevan dengan: (1) tipe
pengetahuan dari pengetahuan-pengetahuan yang dirinci dalam langkah 3; (2) SK-
KD-nya; (3) tingkat perkembangan, minat, dan kebutuhan siswa; (4) waktu yang
tersedia; dan (5) konteks-konteks lingkungan fisik dan sosial yang ada. Langkah 4
(1) adalah mengenai tipe pengetahuan; dalam KD tersebut semua material
pengetahuannya adalah tipe Pengetahuan faktual, kecuali skala ukur yang adalah
Pengetahuan prosedural. Tentang tipe-tipe pengetahuan ini, disajikan secara khusus
pada bagian berikut. Guru harus memahami tipe-tipe pengetahuan ini, karena
berkaitan dengan proses-proses kognitif yang relevan, juga karena guru harus
mengupayakan peningkatan pedagogis dari tipe pengetahuan yang ada. Misalnya,
terhadap tipe Pengetahuan faktual, pembelajarannya tidak selamanya harus
Mengingat. Contohnya:
dharma kesuma jur. pedagogik prodi pgsd fip upi | SK-KD-ICK-AMP des 2010 20
Proses Indikator Capaian Tipe
Kognitif: Kompetensi: Pengetahuan:
Mengingat Mampu mengingat-ulang kata- Pengetahuan
ulang kata yang terdapat dalam factual
(C1 rumus untuk hukum Ohm
Mengingat)
Menginterpret Mampu mendefinisikan istilah- Pengetahuan
asi (C2 istilah kunci dengan kata-kata faktual yang
Memahami) sendiri. sama
Langkah 4 (3), (4), dan (5) , adalah menentukan proses-proses kognitif dan
afektif yang sesuai dengan tingkat perkembangan, minat, dan kebutuhan siswa;
waktu yang tersedia; dan konteks-konteks lingkungan fisik dan sosial yang ada.
Langkah 3 ini dilakukan baik pada tahapan penyusunan RPP maupun
implementasinya di kelas, bergantung pada pemahaman guru tentang tingkat
perkembangan anak secara kognitif, sosial, dan moral. Tentang tingkat
perkembangan kognitif, teori perkembangan Piaget banyak membantu. Hanya saja
dharma kesuma jur. pedagogik prodi pgsd fip upi | SK-KD-ICK-AMP des 2010 21
di sini kadang-kadang muncul “mitos” bahwa anak SD kognisinya hanya sampai
tahapan Menerapkan/Mengaplikasikan, belum sampai ke Menganalisis,
Mengevaluasi, dan Mengkreasi. Penulis menyebutnya mitos, karena kejelasan
teoritis dan empirisnya masih samar. Bruner ada mengemukakan sebuah ilustrasi
anak prasekolah yang menggunakan kalimat, ternyata anak-anak ini sudah
menguasai secara kognitif pada tingkatan tertentu konsep-konsep Subjek-Predikat-
Objek yang adalah struktur tata bahasa. Juga, anak-anak kelas bawah SD belajar
konsep-konsep dan operasi-operasi mental matematis; memang dengan bantuan
didaktis berupa media dan alat peraga. Jadi, menurut penulis, dalam hal ini, yang
penting adalah bagaimana guru dapat merancang (dan mengimplementasikannya)
bantuan pedagogis agar tingkatan-tingkatan kognitif tingkat tinggi dapat dicapai.
Jadi, hal ini adalah wilayah pengemasan materi pelajaran (SSP atau PCK).
Mengenai minat dan kebutuhan siswa, guru harus mampu mengemas materi
agar sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa. Minat dan kebutuhan siswa
bergantung pada tingkat dan tugas-tugas perkembangan siswa. Karena itu,
disamping Piaget yang fokus pada perkembangan kognitif, guru harus memahami
tingkat dan tugas perkembangan pada dimensi lainnya.
Proses kognitif dan afektif yang disediakan di kelas harus sesuai dengan
waktu yang tersedia. Ini dapat terjawab jika guru membuat silabus. Adapun proses
kognitif dan afektif harus sesuai dengan lingkungan fisik dan sosial yang tersedia,
adalah bagian dari prinsip CTL (contextual teaching and learning) yang merupakan
tuntutan dari pendekatan kompetensi dalam pendidikan. Dalam Standar Isi, konteks
yang demikian sering tidak terbaca. Untuk membacanya guru harus cerdas dan
banyak pengetahuan. Dalam sebuah diskusi dengan para mahasiswa penulis, penulis
mengusulkan agar pengetahuan tentang tanah/lahan di kota dimasukkan kedalam
bahan ajar, tujuannya agar anak menyadari bahwa tanah/lahan di kota termasuk SDA
penting. Di kota orang miskin tergeser ke wilayah pinggiran, salah satu sebabnya
adalah kesadaran mereka akan tanah masih rendah dan fasilitasi dari pemerintah dan
perbankan hampir tidak ada. Inilah konteks lingkungan fisik dan sosial yang tidak
ditulis di buku-buku ajar SD yang bebas nilai.
dharma kesuma jur. pedagogik prodi pgsd fip upi | SK-KD-ICK-AMP des 2010 22
(5) Menuliskannya sesuai dengan struktur kognitif yang dipaparkan pada bagian
berikut ini. Langkah ini dikaji khusus dalam bagian mengenai ICK (Indikator
Capaian Kompetensi).
Indikator capaian kompetensi (ICK) untuk lapisan kognitif sudah dirumuskan oleh
Anderson dkk. (2001) dalam bukunya, A Taxonomy for Learnig, Teaching, and
Assessing, A revision of Bloom’s Taxonomy of Educational Objectives. Buku ini
sama seperti buku Bloom yang pertama, mengenai taksonomi tujuan pendidikan
kognitif. Dalam buku ini, untuk yang kognitif, ICK memiliki struktur sebagaimana
disajikan dalam diagram ini, dan dalam perbandingan Bloom terevisi (Anderson dkk,
2001) dengan Bloom awal.
Indikator
Capaian Indikator
kompetensi Capaian
kompetensi
Indikator Capaian
kompetensi
Kata Benda:
Verba: Proses
Afektif Pengetahuan,
Makna, Nilai-nilai
dharma kesuma jur. pedagogik prodi pgsd fip upi | SK-KD-ICK-AMP des 2010 23
Diagram 7 Struktur Umum ICK Afektif
Contoh-contoh:
dharma kesuma jur. pedagogik prodi pgsd fip upi | SK-KD-ICK-AMP des 2010 24
III. ICK Kognitif
Dalam buku Bloom terevisi ICK ini disebut tujuan pendidikan. Menurut penulis ini
adalah ICK; dan untuk selanjutnya penulis akan menyebutnya sebagai ICK. ICK
sebagaimana dikemukakan di atas, strukturnya terbentuk oleh dua komponen pokok:
verba dan kata benda. Verba untuk ICK kognitif adalah proses kognitif. Proses
kognitif terdiri atas sejumlah (dimensi atau) kategori dan subkategori. Adapun kata
bendanya, adalah pengetahuan. Pengetahuan terdiri atas sejumlah (dimensi atau)
kategori.
Akan tetapi sebelum bahasan ini berlanjut, perlu dibahas dulu secara ringkas
hubungan antara ICK dengan Tujuan Pembelajaran yang hampir selalu terdapat
dalam banyak RPP. Jika ICK strukturnya terbentuk oleh verba dan kata benda, maka
Tujuan Pembelajaran memiliki struktur ABCD. ABCD ini sudah ada dalam RPP
sejak Kurikulum 1975, landasan teorinya utamanya adalah behaviorisme. ICK
kognitif dari Taksonomi Bloom Terevisi (TBT) sudah mengadopsi psikologi kognitif
dan konstruktivis. Juga, implementasi behaviorisme secara ketat dapat
mematikan/menghambat ekspresi-ekspresi pedagogis. Sebuah contoh, pengalaman
dharma kesuma jur. pedagogik prodi pgsd fip upi | SK-KD-ICK-AMP des 2010 25
beriman kepada malaikat, akan ditolak oleh sistem pembelajaran dan sistem asesmen
behaviorisme.
dharma kesuma jur. pedagogik prodi pgsd fip upi | SK-KD-ICK-AMP des 2010 26
Setelah pengkajian berbagai fakta spesifik tentang tipe-tipe pengetahuan, khususnya
perkembangan-perkembangan psikologi kognitif yang telah terjadi sejak penyusunan
karya pertama kerangka-kerja ini, Anderson dkk. (2001) berketetapan dengan empat
tipe umum pengetahuan: Faktual, Konseptual, Prosedural, dan Metakognitif. Tabel
3.2 mengikhtisarkan keempat tipe utama pengetahuan dan subtipe-subtipenya.
dharma kesuma jur. pedagogik prodi pgsd fip upi | SK-KD-ICK-AMP des 2010 27
A.1 Pengetahuan tentang Kosa kata teknis, simbol-simbol musik
Terminologi
dharma kesuma jur. pedagogik prodi pgsd fip upi | SK-KD-ICK-AMP des 2010 28
C.1 Pengetahuan tentang Keterampilan-keterampilan yang digunakan
Subject- dalam melukis dengan watercolors, whole
specific Skill dan algoritma number division algorithm
dharma kesuma jur. pedagogik prodi pgsd fip upi | SK-KD-ICK-AMP des 2010 29
sesuai
Dalam bagian berikut ini akan didefinisikan proses-proses dalam masing-masing dari
enam kategori secara rinci, membandingkannya dengan proses-proses kognitif
lainnya, kita memungkinkan. Juga, disajikan contoh tujuan-tujuan pendidikan (ICK)
dan asesmen dalam berbagai mata ajar dan versi-versi alternatif tugas asesmen.
Masing-masing tujuan ilustratif dalam material berikut hendaknya dibaca sebagai
didahului oleh frasa “Siswa mampu/dapat . . . “ atau “Siswa belajar . . .”.
dharma kesuma jur. pedagogik prodi pgsd fip upi | SK-KD-ICK-AMP des 2010 30
tahun-tahun dari kejadian-kejadian penting
dalam sejarah Indonesia)
dharma kesuma jur. pedagogik prodi pgsd fip upi | SK-KD-ICK-AMP des 2010 31
(Mengikhtisarkan) generalisasi summary ringkas tentang kejadian-kejadian
yang tersaji pada sebuah videotape)
dharma kesuma jur. pedagogik prodi pgsd fip upi | SK-KD-ICK-AMP des 2010 32
yang sesuai dengannya)
dharma kesuma jur. pedagogik prodi pgsd fip upi | SK-KD-ICK-AMP des 2010 33
kaitannya dengan perspektif politisnya)
dharma kesuma jur. pedagogik prodi pgsd fip upi | SK-KD-ICK-AMP des 2010 34
6.1 Generate Menghipotesi Memunculkan hipotesis-hipotesis alternatif
(Memunculkan) skan didasarkan atas kriteria (yakni, Men-
generate hipotesis-hipotesis untuk
menjelaskan sebuah fenomena yang
terobservasi)
1. MENGINGAT (REMEMBER)
dharma kesuma jur. pedagogik prodi pgsd fip upi | SK-KD-ICK-AMP des 2010 35
ulang di bawah kondisi yang sangat sama dengan ketika ia mempelajari
material ajarnya. Perluasan yang melampaui kondisi ini, diharapkan terbatas.
Misalnya, jika seorang siswa sudah mempelajari padanan bahasa Indonesia
untuk 20 kata Inggris, maka tes pengingatannya akan melibatkan permintaan
kepada siswa untuk untuk memadankan kata-kata Inggris dalam kolom
pertama dengan kata-kata bahasa Indonesia pada kolom ke dua (yakni,
mengenali ulang) atau menuliskan kata-kata bahasa Indonesia yang berkaitan
dengan kata-kata Inggris yang tersedia (yakni, mengingat-ulang).
1.1 MENGENALI-ULANG
Contoh Tujuan dan Asesmen yang sesuai Dalam IPS, sebuah tujuan
pembelajarannya bisa jadi siswa harus mengenali-ulang tanggal-tanggal
kejadian penting dalam sejarah Indonesia. Item tesnya yang sesuai adalah:
“Benar atau Salah: Proklamasi Kemerdekaan RI dilakukan pada tanggal 17
Agustus 1945”. Dalam pelajaran Sastra Indonesia, salah satu tuannya dapat
berupa siswa harus mengenali-ulang penulis-penulis dari karya sastra
Indonesia. Asesmennya yang sesuai adalah tes menjodohkan yang terdiri
dharma kesuma jur. pedagogik prodi pgsd fip upi | SK-KD-ICK-AMP des 2010 36
atas sebuah daftar sepuluh pengarang (mencakup Asrul Sani) dan sebuah
daftar lebih sedikit dari sepuluh novel (mencakup Benyamin S.). Dalam
matematika, tujuannya bisa jadi agar siswa dapat mengenali-ulang jumlah sisi
bentuk-bentuk geometri. Asesmennya yang sesuai adalah suatu tes pilihan-
ganda dengan item-item sebagai berikut: “Berapa banyak sisi yang dimiliki
sebuah pentagon? (a) empat, (b) lima, (c) enam, (d) tujuh.
1.2 MENGINGAT-ULANG
dharma kesuma jur. pedagogik prodi pgsd fip upi | SK-KD-ICK-AMP des 2010 37
Contoh Tujuan dan Asesmen yang sesuai Dalam mengingat-ulang,
seorang siswa mengingat informasi yang sebelumnya sudah dipelajari ketika
diberi sebuah petunjuk. Dalam IPS, salah satu tujuannya dapat berupa siswa
harus mengingat-ulang ekspor-ekspor utama pulau Sumatera. Sebuah item
tesnya yang sesuai adalah “Apa ekspor utama Palembang?” Dalam
pembelajaran sastra Indonesia, tujuannya dapat berbentuk agar siswa mampu
mengingat-ulang sejumlah penyair yang menulis berbagai puisi. Sebuah
pertanyaan tesnya yang sesuai adalah “Siapa yang menulis Rembulan Di Atas
Kuburan?” Dalam matematika, tujuannya dapat berbentuk mengingat-ulang
fakta-fakta perkalian bilangan bulat. Sebuah item tesnya meminta siswa
memperkalikan 7 X 8 (atau “7 X 8 = ?”).
2. MEMAHAMI
dharma kesuma jur. pedagogik prodi pgsd fip upi | SK-KD-ICK-AMP des 2010 38
menekankan Mengingat. Ketika tujuan pengajaran mempromosikan transfer,
bagaimanapun, fokusnya beralih ke lima proses kognitif lainnya, Memahami
hingga Kreasi. Mengenai hal-hal ini, dapat dipahami jika kategori terbesar
dari tujuan-tujuan pendidikan berbasis-transfer yang ditekankan di sekolah-
sekolah dan universitas-universitas adalah Memahami. Para siswa dikatakan
Memahami ketika mereka mampu mengkonstruksi makna dari pesan-pesan
instruksional, mencakup pesan oral, tertulis, dan grafis, bagaimanapun semua
pesan ini disajikan pada siswa: selama ceramah-ceramah, dalam buku-buku,
atau pada monitor-monitor komputer. Contoh-contoh dari pesan-pesan
instruksional potensial mencakup suatu demonstrasi fisika di kelas, formasi
geologis yang tampak dalam suatu karya-wisata, suatu simulasi komputer
tentang suatu perjalanan mengelilingi sebuah musium seni, dan suatu karya
musik yang dimainkan oleh sebuah orkestra, sebagaimana juga halnya
dengan representasi-representasi verbal, gambar, dan simbolik pada kertas.
2.1 MENGINTERPRETASI
dharma kesuma jur. pedagogik prodi pgsd fip upi | SK-KD-ICK-AMP des 2010 39
gambar, angka-angka ke kata-kata, kata-kata ke angka-angka, notasi-notasi
musik ke nada-nada, dan yang sejenis.
dharma kesuma jur. pedagogik prodi pgsd fip upi | SK-KD-ICK-AMP des 2010 40
informasi yang sama dalam sebuah bentuk yang berbeda. Misalnya, sebuah
tugas dengan respon terkonstruksi adalah: “Tuliskan sebuah persamaan yang
sesuai dengan pernyataan berikut, gunakanlah T untuk biaya total dan K
untuk jumlah kilo-graman. Biaya total pengiriman sebuah paket adalah Rp.
2.000,00 untuk satu kilo-gram pertama ditambah masing-masing Rp.
1.500,00 per kilo-gram untuk tambahan berikutnya. Sebuah versi pemilihan
mengenai tugas ini adalah:
2.2 MENCONTOHKAN
dharma kesuma jur. pedagogik prodi pgsd fip upi | SK-KD-ICK-AMP des 2010 41
Pencontohan atau pemberian contoh terjadi ketika seorang siswa
memberikan sebuah contoh khusus dari sebuah konsep atau prinsip umum.
Pencontohan melibatkan pengidentifikasian ciri-ciri penentu dari konsep atau
prinsip umum (yakni, segi tiga sama kaki harus memiliki dua sisi yang sama)
dan menggunakan ciri-ciri ini untuk memilih atau mengkonstruksi sebuah
contoh spesifik (yakni, menjadi mampu memilih segi-tiga sama sisi dari tiga
segi-tiga yang disajikan). Istilah alternatifnya adalah mengilustrasikan.
dharma kesuma jur. pedagogik prodi pgsd fip upi | SK-KD-ICK-AMP des 2010 42
senyawa inorganik? (a) besi, (b) protein, (c) darah, (d) kompos”
mempersyaratkan sebuah respon terpilih.
2.3 MENGKLASIFIKASI
dharma kesuma jur. pedagogik prodi pgsd fip upi | SK-KD-ICK-AMP des 2010 43
FORMAT ASESMEN Dalam tugas-tugas respon terkonstruksi, seorang
siswa diberi sebuah contoh dan harus memproduksi konsep atau prinsipnya
yang terkait. Dalam tugas-tugas respon terpilih, seorang siswa diberi sebuah
contoh dan harus memilih konsep atau prinsipnya dari sebuah daftar. Dalam
tugas pemilahan, seorang siswa diberi sehimpunan kejadian dan harus
menentukan yang mana yang termasuk kedalam sebuah kategori khusus, atau
harus menempatkan masing-masing kejadian kedalam salah satu dari
kategori-kategori yang tersedia.
2.4 MENGIKHTISARKAN
dharma kesuma jur. pedagogik prodi pgsd fip upi | SK-KD-ICK-AMP des 2010 44
belajar membuat ikhtisar tujuan-tujuan berbagai subroutines dalam sebuah
program. Sebuah item asesmennya yang sesuai menyajikan sebuah program
dan meminta seorang siswa menulis sebuah kalimat yang mendeskripsikan
sub-tujuan yang dicapai oleh masing-masing bagian dari program dalam
keseluruhan program.
2.5 MENYIMPULKAN
dharma kesuma jur. pedagogik prodi pgsd fip upi | SK-KD-ICK-AMP des 2010 45
Proses penyimpulan melibatkan pembuatan perbandingan dari
kejadian-kejadian dalam konteks keseluruhannya. Misalnya, menentukan
bilangan apa yang akan muncul dalam rangkaian di atas, seorang siswa harus
mengidentifikasi polanya. Sebuah prosesnya yang terkait adalah
menggunakan pola untuk menciptakan sebuah kejadian baru (yakni, bilangan
berikutnya pada rangkaian tersebut adalah 34, jumlah dari 13 dan 21). Ini
adalah sebuah contoh pengeksekusian, yang adalah sebuah proses kognitif
yang terkait dengan Penerapan. Penyimpulan dan pengeksekusian sering
digunakan secara bersamaan pada tugas-tugas kognitif.
dharma kesuma jur. pedagogik prodi pgsd fip upi | SK-KD-ICK-AMP des 2010 46
diminta merumuskan konsep-konsep yang relevan untuk masing-masing di
dan ke tersebut. Dalam matematika, salah satu tujuannya adalah agar siswa
dapat menyimpulkan perhubungan yang diungkapkan sebagai sebuah
persamaan yang mewakili beberapa observasi dari nilai-nilai untuk dua
variabel. Sebuah item asesmennya meminta seorang siswa mendekripsikan
perhubungan sebagai sebuah persamaan yang melibatkan x dan y untuk
situasi-situasi dalam mana jika x adalah 1, maka y adalah 0; jika x adalah 2,
maka y adalah 3; dan jika x adalah 3, maka y adalah 8.
2.6 MEMBANDINGKAN
dharma kesuma jur. pedagogik prodi pgsd fip upi | SK-KD-ICK-AMP des 2010 47
terjadi) adalah mirip sebuah kejadian yang kurang terkenal (yakni, skandal
politik dalam sejarah). Pembandingan mencakup penemuan unsur-unsur dan
pola-pola dalam sebuah objek, kejadian, atau ide yang memiliki kesesuaian
dengan unsur-unsur dan pola-pola dalam objek, kejadian, atau ide lainnya.
Ketika digunakan bersamaan dengan penyimpulan (yakni, pertama,
mengabstraksi sebuah prinsip dari situasi yang lebih dikenali) dan
pengimplementasian (yakni, kedua, menerapkan prinsip tersebut pada situasi
yang kurang dikenali), pembandingan dapat kontributif pada penalaran
dengan analogi. Istilah-istilah alternatifnya adalah peng-kontras-an,
pemadanan, dan pemetaan.
dharma kesuma jur. pedagogik prodi pgsd fip upi | SK-KD-ICK-AMP des 2010 48
FORMAT ASESMEN Sebuah teknik utama untuk meng-ases proses
kognitif pembandingan adalah pemetaan. Dalam pemetaan, seorang siswa
harus mempertunjukkan bagaimana masing-masing bagian dari sebuah objek,
ide, masalah, atau situasi berkesesuaian dengan masing-masing bagian dari
objek lainnya. Misalnya, seorang siswa dapat diminta merinsi bagaimana
batere, kabel, dan resistor dalam sebuah sirkuit elektrik adalah seperti pompa,
pipa, dan konstruksi pipa dalam sebuah sistem aliran air, begitu juga
sebaliknya.
2.7 MENGEKSPLANASI
dharma kesuma jur. pedagogik prodi pgsd fip upi | SK-KD-ICK-AMP des 2010 49
menjelaskan dengan sebaik-baiknya mengapa perang terjadi. Dalam IPA,
sebuah tujuannya adalah agar siswa dapat mengeksplanasi bagaimana
hukum-hukum dasar fisika bekerja. Asesmennya yang sesuai meminta siswa
yang telah mempelajari hukum Ohn untuk mengeksplanasi apa yang terjadi
pada tingkat arus ketika sebuah batere ke dua ditambahkan pada sebuah
sirkuit, atau meminta para siswa yang sudah menyaksikan sebuah video
tentang badai kilat untuk mengeksplanasi bagaimana perbedaan-perbedaan
temperatur mempengaruhi pembentukan kilat.
dharma kesuma jur. pedagogik prodi pgsd fip upi | SK-KD-ICK-AMP des 2010 50
perubahan sebuah atau lebih komponen dalam suatu sistem, seperti
“Memberi pelumas antara piston dan silinder”.
3. MENGAPLIKASIKAN/MENERAPKAN
dharma kesuma jur. pedagogik prodi pgsd fip upi | SK-KD-ICK-AMP des 2010 51
Ketika tugasnya adalah sebuah masalah yang tidak akrab atau masih
asing, bagaimanapun, para siswa harus menentukan pengetahuan apa yang
akan mereka gunakan. Jika tugasnya tampak menuntut Pengetahuan
prosedural dan tidak ada prosedur yang tersedia yang cocok dengan situasi
masalah secara eksak, maka modifikasi-modifikasi dalam Pengetahuan
prosedural dapat menjadi niscaya. Berbeda halnya dengan pengeksekusian,
maka, pengimplementasian mempersyaratkan suatu derajad pemahaman
tentang masalah juga prosedur solusinya. Dalam kasus pengimplementasian,
maka, memahami pengetahuan konseptual adalah sebuah prasyarat untuk
mampu menerapkan pengetahuan prosedural.
3.1 MENGEKSEKUSI
dharma kesuma jur. pedagogik prodi pgsd fip upi | SK-KD-ICK-AMP des 2010 52
menyelesaikan tugas. Misalnya, sebuah contoh tujuannya dalam matematika
tingkat dasar ialah agar siswa belajar membagi sebuah bilangan bulat dengan
bilangan lainnya, keduanya bilangan banyak digit. Petunjuk “membagi”
menunjukkan algoritme pembagian, yang niscayanya adalah Pengetahuan
prosedural. Meng-ases tujuan ini, seorang siswa diberi sebuah LKS yang
memiliki latihan-latihan pembagian 15 bilangan bulat (yakni, 784/15) dan
diminta menemukan hasilnya. Dalam IPA, sebuah contih tujuannya dapat
berupa agar siswa belajar menghitung nilai dari variabel-variabel dengan
menggunakan formula-formula saintifik. Untuk meng-ases tujuan ini,
seorang siswa diberi formula Berat Jenis = Massa/Volum dan harus
menjawab pertanyaan “Berapa berat jenis sebuah materi dengan massa 9 kilo
gram dan volum 9 inci kubik?”
3.2 MENGIMPLEMENTASI
dharma kesuma jur. pedagogik prodi pgsd fip upi | SK-KD-ICK-AMP des 2010 53
Karena siswa dihadapkan dengan sebuah masalah tak-akrab, ia tidak
secara langsung mengetahui prosedur yang mana yang akan digunakan.
Lebih jauh lagi, tidak terdapat prosedur tunggal yang dapat “cocok
sempurna” untuk masalahnya; suatu modifikasi dalam prosedur bisa jadi
dibutuhkan. Pengimplementasian lebih sering terkait dengan penggunaan
teknik-teknik dan metode-metode ketimbang dengan keterampilan-
keterampilan dan algoritme-algoritme (lihatlah pembahasan Pengetahuan
prosedural di atas). Teknik-teknik dan metode-metode memiliki dua kualitas
yang membuat mereka secara khusus memudahkan pada
pengimplementasian. Pertama, prosedurnya bisa jadi mirip sebuah “bagan
alur” ketimbang sebuah runtunan yang tetap; yakni, prosedurnya bisa jadi
memiliki “titik-titik pembuatan putusan” yang terbangun di dalamnya (yakni,
setelah menyelesaikan Langkah 3, haruskah saya melakukan Langkah 4A
atau Langkah 4B?). Ke dua, sering terjadi tidak adanya jawaban tetap,
tunggal, yang diharapkan ketika prosedurnya diterapkan secara tepat.
Ide bahwa tidak ada jawaban tunggal, tetap, khususnya berlaku untuk
tujuan-tujuan yang menuntut penerapan pengetahuan konseptual seperti
teori, model, dan struktur, dalam mana tidak ada prosedur yang telah
dikembangkan untuk penerapannya. Perhatikan sebuah tujuan seperti “Siswa
diharapkan mampu menerapkan sebuah teori psikologis sosial tentang
perilaku kerumunan untuk kontrol kerumunan. Teori psikologis sosial adalah
pengetahuan konseptual bukan prosedural. Ini adalah jelas sebuah tujuan
Penerapan, bagaimanapun, dan tidak ada prosedur untuk melakukan
penerapan. Meskipun demikian teorinya akan terstruktur dengan sangat jelas
dan memandu siswa dalam melakukan penerapan, tujuan ini sudah termasuk
pada sisi Menerapkan dari Mengkreasi, tetapi ia adalah Penerapan. Karena
itu ia akan diklasifikasi sebagai pengimplementasian.
dharma kesuma jur. pedagogik prodi pgsd fip upi | SK-KD-ICK-AMP des 2010 54
Pengetahuan prosedural yang sudah diketahui diterapkan hampir secara
rutin. Malar ini bergerak ke pengimplementasian, yang lebar, sangat tak-
terstruktur, dalam mana, pada awalnya, prosedurnya harus dipilih agar cocok
dengan sebuah situasi baru. Di tengahnya, , prosedurnya bisa jadi harus
dimodifikasi dalam rangka pengimplementasiannya. Di ujungnya yang jauh,
pengimplementasian, dalam mana tidak terdapat Pengetahuan prosedural
untuk dimodifikasi, sebuah prosedur harus dimanufaktur dari Pengetahuan
konseptual dengan menggunakan teori, model, atau struktur sebagai sebuah
pemandu. Maka, meskipun Penerapan adalah terkait erat dengan
Pengetahuan prosedural, dan kaitan ini terdapat pada hampir semua kategori
Menerapkan, terdapat sejumlah kejadian dalam pengimplementasian orang
juga menerapkan Pengetahuan konseptual. Sebuah istilah alternatif untuk
pengimplementasian adalah penggunaan.
dharma kesuma jur. pedagogik prodi pgsd fip upi | SK-KD-ICK-AMP des 2010 55
format asesmen dimulai dengan spesifikasi (perincian ketentuan) masalah.
Para siswa diminta menentukan prosedur yang dibutuhkan untuk
memecahkan masalah itu, memecahkan masalah menggunakan prosedur
terpilih (melakukan modifikasi jika diperlukan), atau biasanya keduanya.
4. MENGANALISIS
dharma kesuma jur. pedagogik prodi pgsd fip upi | SK-KD-ICK-AMP des 2010 56
menentukan bagaimana ide-ide berkaitan antara yang satu dengan
yang lainnya;
menegaskan asumsi-asumsi yang tidak dinyatakan yang terlibat
dalam apa yang dikatakan;
membedakan ide-ide atau tema-tema dominan dari ide-ide bawahan
dalam puisi atau musik; dan
menemukan evidensi yang mendukung tujuan-tujuan si penulis.
4.1 MEMBEDA-BEDAKAN
dharma kesuma jur. pedagogik prodi pgsd fip upi | SK-KD-ICK-AMP des 2010 57
semua aspek ini (biji, warna, dan bentuk) adalah relevan. Istilah-istilah
alternatif untuk membeda-bedakan adalah mendiskriminasi, memilih, dan
memusatkan perhatian.
Sama halnya, dalam IPA, sebuah tujuannya agar siswa dapat memilih
langkah-langkah utama dalam sebuah deskripsi tertulis tentang bagaimana
sesuatu bekerja. Sebuan item asesmennya meminta seorang siswa membaca
sebuah bab dalam sebuah buku yang mendeskripsikan pembentukan petir dan
kemudian memilah prosesnya menjadi langkah-langkah utama (mencakup
peningkatan udara lembab hingga membentuk awan, penciptaan updrafts dan
downdrafts di dalam awan, dan seterusnya).
dharma kesuma jur. pedagogik prodi pgsd fip upi | SK-KD-ICK-AMP des 2010 58
Sejumlah Pinsil dalam kotak yang masing-masing berisi 12 pinsil dan
harganya masing-masing kotak adalah Rp. 2.000,00. Andi punya uang Rp.
5.000,00 dan ingin membeli 24 pinsil. Berapa kotak yang harus ia beli?”
Dalah sebuah tugas pilihan, seorang siswa diberi suatu material dan diminta
memilih bagian mana yang paling penting atau relevan, seperti dalam
contoh: “Bilangan-bilangan yang mana yang dibutuhkan untuk memecahkan
masalah ini? Pensil-pensil dalam kotak yang berisi 12 pinsil dan harganya
per kotak Rp. 2.000,00. Andi memiliki Rp. 5.000,00 dan ingin membeli 24
pinsil. Berapa kotak yang harus ia beli? (a) 2 kotak, (b) 1 kotak, (c) 3 kotak,
(d) 2 ½ kotak.
4.2 MENGORGANISASI
dharma kesuma jur. pedagogik prodi pgsd fip upi | SK-KD-ICK-AMP des 2010 59
historis yang terbentuk oleh bukti-bukti yang mendukung sebuah eksplanasi
tertentu. Sebuah item asesmennya yang sesuai meminta seorang siswa
menulis sebuah kerangka-pikir yang memperlihatkan fakta-fakta yang mana
dalam sebuah bacaan tentang sejarah Reformasi Indonesia tahun 1998 yang
mendukung dan yang mana yang tidak mendukung simpulan bahwa
Reformasi itu disebabkan oleh sentralisasi kekuasaan pada sebuah partai
berkuasa, pada eksekutif, dan pada pemerintahan pusat. Sebuah contoh
tujuannya dalam IPA ialah agar siswa dapat belajar menganalisis laporan-
laporan riset dalam kaitannya dengan empat bagian: hipotesis, metode, data,
dan simpulan. Sebagai sebuah asesmen, para siswa diminta memproduksi
sebuah kerangka-pikir dari sebuah laporan riset yang disajikan. Dalam
matematika, sebuah contoh tujuannya adalah agar siswa belajar menyusun
kerangka-pikir pelajaran-pelajaran dari buku ajar. Sebuah tugas asesmennya
yang sesuai meminta seorang siswa membaca sebuah pelajaran dari buku ajar
tentang statistika dasar dan kemudian menciptakan sebuah matriks yang
mengikutsertakan nama statistik, formula, dan persyaratan penggunaannya.
4.3 MENGATRIBUSI
dharma kesuma jur. pedagogik prodi pgsd fip upi | SK-KD-ICK-AMP des 2010 60
dekonstruksi, dalam mana seorang siswa menentukan maksud-maksud dari si
penulis dari material yang disajikan. Berbeda halnya dengan
penginterpretasian, dalam mana siswa berupaya untuk Memahami makna
dari material yang tersaji, pengatribusian melibatkan suatu pemerluasan
melampaui pemahaman dasar untuk menyimpulkan maksud atau sudut
pandang yang mendasari material yang tersaji. Misalnya, dalam membaca
sebuah bacaan tentang perang DI/TII dalam sejarah Perang Saudara
Indonesia, seorang siswa perlu menentukan apakah si pengarang mengadopsi
sudut pandang nasionalis atau sudut pandang sebuah kelompok muslim yang
berkembang di Indonesia pada waktu itu. Istilah alternatifnya adalah
dekonstruksi.
dharma kesuma jur. pedagogik prodi pgsd fip upi | SK-KD-ICK-AMP des 2010 61
yang sejenis dari si penulis atau si pembicara. Misalnya, sebuah tugas respon
terkonstruksi adalah “Apa tujuan si penulis dalam menulis esai yang anda
baca tentang hutan hujan Amazon?” Sebuah seleksi pemilihan dari tugas ini
adalah “Tujuan si penulis menulis esai yang anda baca adalah: (a)
menyediakan informasi faktual tentang hutan hujan Amazon, (b) membuat
pembaca waspada akan pentingnya melindungi hutan hujan, (c)
mendemonstrasikan keuntungan-keuntungan ekonomis dari pengembangan
hutan hujan, atau (d) mendeskripsikan konsekuensi-konsekuensi bagi
manusia jika hutan hujan dikembangkan”. Alternatifnya, siswa dapat diminta
untuk menunjukkan apakah si penulis esai akan (a) sangat setuju, (b) setuju,
(c) tidak setuju juga tidak tidak-setuju, (d) tidak setuju, atau (e) sangat tidak
setuju karena beberapa pernyataan. Pernyataan-pernyataannya seperti
“Hutan hujan adalah sebuah tipe unik dari sistem ekologis”.
5. MENGEVALUASI
dharma kesuma jur. pedagogik prodi pgsd fip upi | SK-KD-ICK-AMP des 2010 62
dari sebuah prosedur tertentu untuk sebuah masalah khusus. Mereka
membuat putusan/pertimbangan tentang apakah dua benda adalah sama atau
berbeda. Faktanya, banyak proses kognitif mempersyaratkan suatu bentuk
pembuatan putusan/pertimbangan. Apa yang paling jelas membedakan
Mengevaluasi sebagaimana didefinisikan di sini putusan/pertimbangan
lainnya yang dilakukan para siswa adalah penggunaan standar kinerja dengan
kriteria yang didefnisikan dengan jelas. Adakah mesin ini bekerja seefisien
yang seharusnya? Adakah metode ini adalah cara terbaik untuk mencapai
tujuan? Adakah pendekatan ini lebih efektif biaya ketimbang pendekatan
lainnya? Pertanyaan-pertanyaan yang demikian ini dihadapi oleh orang-
orang yang terlibat dalam Mengevaluasi.
5.1 MENGECEK
dharma kesuma jur. pedagogik prodi pgsd fip upi | SK-KD-ICK-AMP des 2010 63
persuasifnya. Sebuah contoh tujuan dalam IPA adalah agar siswa dapat
belajar menentukan apakah simpulan seorang ilmuwan dihasilkan dari data
yang diobservasi. Sebuah tugas asesmennya meminta seorang siswa
membaca sebuah laporan tentang eksperimentasi kimia dan menentukan
apakah simpulannya berdasarkan hasil-hasil eksperimen atau tidak.
5.2 MENGERITIK
dharma kesuma jur. pedagogik prodi pgsd fip upi | SK-KD-ICK-AMP des 2010 64
“menghapuskan pemberian nilai”) pada sebuah masalah sosial (seperti
“bagaimana meningkatkan pendidikan jenjang kelas 12)” dalam kaitan
dengan kemungkinan efektivitasnya. Dalam IPA, sebuah tujuannya agar
siswa dapat belajar mengevaluasi kemasukakalan sebuah hipotesis (seperti
hipotesis bahwa straeberi tumbuh dengan ukuran luar biasa karena penyatuan
bintang-bintang secara luar biasa). Yang terakhir, dalam matematika, sebuah
tujuannya agar siswa dapat belajar membuat putusan/pertimbangan tentang
yang mana dari dua alternatif metode yang lebih efektif dan lebih efisien
untuk memecahkan masalah yang ada (seperti membuat
putusan/pertimbangan apakah lebih baik menemukan semua faktor prima dari
60 atau memproduksi sebuah persamaan aljabar untuk memecahkan masalah
“Apa saja cara-cara yang mungkin agar anda dapat mengalikan dua bilangan
bulat untuk mendapatkan 60?”).
6. MENGKREASI
dharma kesuma jur. pedagogik prodi pgsd fip upi | SK-KD-ICK-AMP des 2010 65
pengalaman-pengalaman belajar siswa sebelumnya. Meskipun Mengkreasi
mempersyaratkan pemikiran kreatif dari siswa, hal ini bukan ekspresi krestif
yang sepenuhnya bebas tanpa dikendalai oleh tuntutan-tuntutan tugas belajar
atau situasi.
dharma kesuma jur. pedagogik prodi pgsd fip upi | SK-KD-ICK-AMP des 2010 66
melibatkan kerja dengan sehimpunan unsur yang sudah tersedia yang adalah
bagian dari sebuah keseluruhan yang ada; yaitu, mereka adalah bagian dari
sebuah struktur yang lebih besar yang sedang dicoba dipahami oleh siswa.
Dalam Mengkreasi, pada sisi lainnya, siswa harus menggunakan unsur-unsur
dari banyak sumber dan menyusun mereka menjadi sebuah struktur atau pola
baru berkaitan dengan pengetahuan yang sudah dimilikinya. Mengkreasi
menghasilkan sebuah produk baru, yaitu, sesuatu yang dapat diobservasi dan
yang lebih dari material awal siswa. Sebuah tugas yang mempersyaratkan
Mengkreasi memuat kemungkinan mempersyaratkan dalam batas tertentu
aspek-aspek dari masing-masing kategori proses kognitif yang berada pada
tingkatan sebelumnya, tetapi tidak niscaya dalam tatanan sebagaimana dalam
Tabel Taksonomi.
dharma kesuma jur. pedagogik prodi pgsd fip upi | SK-KD-ICK-AMP des 2010 67
sebuah tahap satu arah, dalam mana siswa merancang sebuah metode solusi
dan mengalihkannya menjadi sebuah rencana tindakan (merencanakan).
Terakhir, rencananya dieksekusi ketika siswa mengkonstruksi solusi (mem-
produksi). Tidaklah mengherankan adanya, maka, bahwa Mengkreasi terkait
dengan tiga proses kognitif: memunculkan (generating), merencanakan, dan
mem-produksi.
dharma kesuma jur. pedagogik prodi pgsd fip upi | SK-KD-ICK-AMP des 2010 68
berikan untuk menjamin setiap orang memilki asuransi kesehatan yang
memadai”. Untuk meng-ases respon siswa, guru harus mengkonstruksi
sehimpunan kriteria bersama dengan siswa. Hal ini dapat mencakup jumlah
alternatif, kemasukakalan berbagai alternatif, praktikalitas berbagai alternatif,
dan seterusnya. Dalam IPA, sebuah tujuannya agar siswa dapat belajar
memunculkan hipotesis-hipotesis untuk mengeksplanasi fenomena yang
diobservasi. Sebuah tugas asesmenya yang sesuai meminta para siswa
menulis sebanyak mungkin hipotesis untuk mengeksplanasi pertumbuhan
strawberi hingga memiliki ukuran yang luar biasa. Lagi, guru harus
membangun kriteria yang didefinisikan dengan terang untuk
memutuskan/mempertimbangkan kualitas respon-respon dan
menyampaikannya kepada para siswa. Terakhir, sebuah tujuan dari
matematika ialah agar siswa dapat memunculkan metode-metode alternatif
untuk mendapatkan sebuah hasil tertentu. Sebuah item asesmennya yang
sesuai adalah: “Apa metode-metode alternatif yang dapat anda gunakan
untuk menemukan berapa bilangan-bilangan bulat yang menghasilkan 60
ketika dikalikan bersamaan?” Untuk masing-masing asesmen dibutuhkan
kriteria pen-skoran yang tersurat, dipahami bersama.
dharma kesuma jur. pedagogik prodi pgsd fip upi | SK-KD-ICK-AMP des 2010 69
6.2 MERENCANAKAN
dharma kesuma jur. pedagogik prodi pgsd fip upi | SK-KD-ICK-AMP des 2010 70
sebelumnya tidak dipelajari di kelas). Rencana ini dapat melibatkan
penghitungan volume piramida besar, kemudian menghitung volum piramid
kecil, dan terakhir mengurangkan volume yang lebih besar dengan volum
yang lebih kecil.
6.3 MEMPRODUKSI
dharma kesuma jur. pedagogik prodi pgsd fip upi | SK-KD-ICK-AMP des 2010 71
penghidupan dari sebuah stasiun angkasa luar. Dalam sastra Indonesia,
sebuah tujuannya ialah agar siswa dapat belajar mendesain latar (set) untuk
suatu drama. Sebuah tugas untuk asesmennya yang sesuai meminta siswa
mendesain latar untuk sebuah produksi siswa dengan judul Kecap Buatan
Indonesia. Dalam semua contoh ini, spesifikasi-spesifikasi menjadi kriteria
untuk pengevaluasian kinerja siswa berkaitan dengan tujuannya. Spesifikasi-
spesifikasi ini, maka, hendaknya diikutsertakan dalam rubrik penskoran yang
diberikan kepada siswa sebelum asesmen dilakukan.
Mengenali-ulang
Mengingat Mengingat-ulang
Menginterpretasi
Memahami
Mengeksekusi Menyontohkan
Menerapkan
Mengimplementasi Mengklasifikasi
Menganalisis Mengikhtisarkan
Membeda-bedakan
Mengevaluasi Menyimpulkan
Mengorganisasi
Membandingkan
Mengkreasi Mengatribusi
Mengeksplanasi
Mengecek
Mengeritik
Memunculkan
Merencanakan
dharma kesuma jur. pedagogik prodi pgsd fip upi | SK-KD-ICK-AMP des 2010 72
Memproduksi
Menerapkan
Menganalisis
Mengevaluasi Pedagogical
zone
Higher ordered
thinking
Mengkreasi Meaningful
learning
dharma kesuma jur. pedagogik prodi pgsd fip upi | SK-KD-ICK-AMP des 2010 73
IV. ICK AFEKTIF
Taksonomi ranah afektif Krathwohl, disusun bersama Bloom dan Masia (1973),
barangkali taksonomi yang paling dikenal orang dalam bidang afektif. "Taksonomi
ini ditata sesuai dengan prinsip internalisasi. Internalisasi merujuk pada proses
perasaan/sikap terhadap sebuah objek yang berkisar dari sebuah tingkatan kesadaran
yang umum/hanya menyadari sesuatu/menjadi melek nilai, ke tingkatan dimana
perasaan tersebut ‘terinternalisasi’ dan secara konsisten membimbing atau
mengontrol tingkah laku seseorang (Seels & Glasgow, 1990, p. 28)." Demikianlah,
bahwa afeksi adalah proses mental atau kesadaran pada sisi emosi utamanya,
berkenaan dengan perasaan atau sikap positif-negatif; juga, bahwa puncak
pendidikan afeksi dengan kata lain adalah habits of mind, kebiasaan kesadaran atau
dharma kesuma jur. pedagogik prodi pgsd fip upi | SK-KD-ICK-AMP des 2010 74
batin atau jiwa. Tetapi ini tidak berarti tidak diikutsertakannya habits of action
dalam perilaku-perilaku ideal.
dharma kesuma jur. pedagogik prodi pgsd fip upi | SK-KD-ICK-AMP des 2010 75
Kategori Contoh dan Kata Kunci (Verba)
Contoh: Mendengarkan orang lain
dengan hormat. Memperhatikan dan
Receiving/Menerima fenomena: mengingat nama orang yang baru
Individu mulai sadar secara positif diperkenalkan.
akan fenomena Kata Kunci: bertanya, memilih,
mendekripsikan, mengikuti, memberi,
mengidentifikasi, menunjukkan tempat,
menyebutkan nama, menunjukkan,
memilih, duduk, berdiri, menjawab,
menggunakan.
Contoh: Berpartisipasi dalam diskusi
kelas. Memberikan sebuah presentasi.
Responding/Merespon terhadap Mengajukan pertanyaan tentang cita-cita,
fenomena: konsep-konsep, model-model baru, dan
Berpartisipasi aktif mempelajari lain-lain dalam rangka memahami secara
sesuatu. Memperhatikan dan mereaksi penuh. Mengetahui peraturan keamanan
terhadap fenomena tertentu. dan mempraktikkannya.
Hasil-hasil belajar dapat menekankan Kata Kunci: menjawab, membantu,
keinginan untuk merespon, kepatuhan menyediakan bantuan, mematuhi,
dalam merespon, atau kepuasan dalam menyesuaikan diri, mendiskusikan,
merespon. menyambut, memnberi label,
melaksanakan, mempraktikkan,
menyajikan, membaca, melaporkan,
memilih, mengatakan, menulis.
Valuing/Menilai: Contoh: Mendemonstrasikan keyakinan
Harga, nilai atau anggapan penting terhadap proses demokratis. Peka
yang seseorang berikan pada sebuah terhadap perbedaan individual dan
fenomena tertentu. kultural (keanekaragaman nilai).
Ini berkisar dari persetujuan sederhana Menunjukkan kemampuan memecahkan
dharma kesuma jur. pedagogik prodi pgsd fip upi | SK-KD-ICK-AMP des 2010 76
hingga keadaan komitmen yang lebih masalah. Mengajukan sebuah rencana
kompleks terhadap nilai. untuk pembaikan sosial dan
Penilaian didasarkan atas internalisasi melaksanakannya dengan komitmen.
sehimpunan nilai spesifik Memberitahukan kepada manajer hal-hal
Keping-keping petunjuk untuk nilai- yang dirasakan dengan kuat.
nilai ini terekspresikan dalam perilaku Kata Kunci: menyelesaikan,
terbuka (overt) si pebelajar dan sering mendemonstrasikan, membedakan,
dapat didentifikasi. menjelaskan, mengikuti, membentuk,
berprakarsa, mengundang, bergabung,
menjustifikasi, mengusulkan, membaca,
melaporkan, memilih, berbagi,
melakukan studi, bekerja.
Contoh: Mengenali kebutuhan untuk
menyeimbangkan antara kebebasan dan
perilaku bertanggung jawab. Menerima
tanggung jawab atas perbuatan sendiri.
Organization/Mengorganisasi: Menjelaskan peranan dari perencanaan
Mengorganisasai nilai-nilai menjadi sistematis dalam memecahkan masalah.
prioritas-prioritas melalui: Menyetujui standar etis profesional.
mempertentangkan berbagai nilai, Menciptakan sebuah rencana kehidupan
memecahkan konflik di antara nilai- yang harmoni dengan kemampuan, minat,
nilai ini, dan menciptakan sebuah dan keyakinan. Memprioritaskan waktu
sistem nilai yang unik. secara efektif untuk memenuhi kebutuhan
organisasi, keluarga, dan diri sendiri.
Kata kunci: menganut, mengubah,
menyusun, mengkombinasikan,
membandingkan, menyelesaikan,
mempertahankan, menjelaskan,
memformulasikan, mengeneralisasi,
mengidentifikasi, memadukan,
dharma kesuma jur. pedagogik prodi pgsd fip upi | SK-KD-ICK-AMP des 2010 77
memodifikasi, menata, mengorganisasi,
mempersiapkan, menghubungkan,
mensintesis.
Contoh: Memperlihatkan
kebergantungan pada diri sendiri ketika
bekerja secara mandiri. Bekerja sama
Characterization/Karakterisasi/Internali dalam aktivitas kelompok
sasi nilai: (memperlihatkan kerja-tim).
Memiliki sebuah sistem nilai yang Menggunakan sebuah pendekatan objektif
mengontrol perilaku. dalam memecahkan masalah.
Perilaku adalah pervasive (hadir Memperlihatkan komitmen profesional
dimana-mana, selalu ada), konsisten, pada praktik etis secara harian.
prediktif, dan yang paling penting, Memperbaiki pertimbangan-
merupakan karakteristik seseorang. pertimbangan dan mengubah perilaku
berdasarkan evidensi baru. Menghargai
orang sebagaimana adanya, bukan
sebagaimana tampakannya.
Kata Kunci: bertindak, membedakan,
memperlihatkan, mempengaruhi,
mendengarkanmemodifikasi,
mengerjakan, mempraktikkan,
mengusulkan, mengkualifikasi, bertanya,
memperbaiki, melayani/bertugas,
memecahkan, memverifikasi.
Catatan penulis: Utamakan untuk memahami kategori/konsepnya, jangan hanya
menggunakan kata-kata kuncinya sementara tidak memahami konsepnya.
Kita dapat bayangkan posisi siswa sebelum diperkenalkan dengan nilai-nilai baru
adalah nol, tidak tahu, netral, atau mungkin negatif atau menolak. Ini harus
dipersiapkan oleh guru sebelum memulai pengajarannya. Karena itu, menurut
dharma kesuma jur. pedagogik prodi pgsd fip upi | SK-KD-ICK-AMP des 2010 78
penulis, tingkatan-tingkatan afektif Krathwohl ini ketika dimanfaatkan oleh guru
dalam pengajaran, lengkapnya adalah sebagaimana berikut ini:
Pengorganisasian nilai
Pemberian nilai
Merespon
Menerima
dharma kesuma jur. pedagogik prodi pgsd fip upi | SK-KD-ICK-AMP des 2010 79
ini. Tetapi SK-KD yang mana saja yang menuntut pelaksanaan pendidikan karakter?
Ini sebuah pertanyaan yang belum banyak terjawab oleh para guru. Kurikulum IPA
SD internasional Cambridge, sejak kelas tiga hingga kelas enam, menghendaki para
siswa menguasai kompetensi keterampilan proses inquiri, di samping isi IPA
(konsep dan fakta IPA). Dapat dibayangkan para siswa ini selama empat tahun
pelajaran IPA belajar keterampilan inquiri, dan ini tidak mungkin hanya berupa
keterampilan mekanis belaka. Akan lebih baik jika pendidikan karakter menyertai
pendidikan keterampilan ini, yaitu dalam rangka pengembangan karakter
ilmuwan/saintis. Dalam hal ini guru dapat menerapkan taksonomi Krathwohl.
Puncak keberhasilannya adalah siswa yang dikarakterisasi oleh nilai-nilai metode
inquiri, antara lain: menolak mengambil simpulan jika tidak ada datanya,
menghindari pengambilan putusan berdasarkan perasaan belaka, meminta teman-
temannya untuk turut meninjau apa yang dikerjakannya, menuntut pengujian empiris
atas suatu ide, memiliki rasa ingin tahu yang kuat.
Tugas guru IPA SD internasional Cambridge yang baik, tidak hanya
mengajar isi IPA dan metode inquiri, tetapi juga memfasilitasi agar karakter ilmuwan
tumbuh pada para siswanya. Fasilitasinya adalah dalam bentuk penyediaan
pengalaman belajar yang sesuai.
dharma kesuma jur. pedagogik prodi pgsd fip upi | SK-KD-ICK-AMP des 2010 80
Pendidika Keterampi Pengalaman empiris Eksperimen pemuaian logam
n l-an dan melalui pemanasan dan
psikomoto metode konseptualisasi/pemaha berupaya memahami logika
r inquiri m-an logika inquiri, dan eksperimen.
berlatih
menggunakannya.
Pendidika Karakter Belajar menyukai Upaya pengembangan respon-
n afektif ilmuwan metode inquri, atau respon perasaan /sikap (positif)
perkembangan sikap siswa selama mempraktikkan
positif siswa selama metode inquiri.
mempraktikkan metode
inquiri
Hasil-hasil belajar, kognitif, psikomotor, dan afektif, ada yang dicapai dalam
jangka panjang (satu semester, satu tahun, atau selama bersekolah) dan ada yang
dicapai dalam jangka pendek dalam satu atau dua pertemuan. Kebiasaan para guru
dewasa ini adalah berorientasi pada hasil-hasil jangka pendek pembelajaran, melalui
sebuah RPP (rencana pelaksanaan pembelajaran) diharapkan seperangkat tujuan
pembelajaran selesai dicapai oleh para siswa di kelas. Tetapi sebetulnya, ada tujuan-
tujuan pembelajaran yang pencapaiannya dilakukan dalam jangka panjang.
dharma kesuma jur. pedagogik prodi pgsd fip upi | SK-KD-ICK-AMP des 2010 81
kelas tiga hingga kelas enam sebaiknya bekerja sama dalam rangka mengorganisasi
pendidikan karakter ilmuwan ini dan bagaimana pembagiannnya di tiap jenjang
kelas. Untuk memenuhi hal ini, langkah pertama yang hendaknya mereka lakukan
adalah merumuskan indikator-indikator karakter ilmuwan ini, kemudian
mendistribusikannya untuk setiap jenjang kelas.
dharma kesuma jur. pedagogik prodi pgsd fip upi | SK-KD-ICK-AMP des 2010 82
Karakterisasi Menghendaki dilakukannya inkuiri
diri oleh nilai Memiliki proyek inquiri pribadi
Bagian tulisan ini akan menyajikan karya Lickona yang berjudul Educating
for Character, How Our Schools Can Teach Respect and Responsibility (1992),
1
Dikutip dari Buku ……………………………………………..
dharma kesuma jur. pedagogik prodi pgsd fip upi | SK-KD-ICK-AMP des 2010 83
secara ringkas. Karyanya ini fokus pada pendidikan sekolah secara komprehensif.
Isi bukunya dapat dikatakan terdiri atas tiga bagian: konsep nilai moral, kompetensi-
kompetensi karakter, dan strategi-strategi pendidikan karakter.
Adapun yang dimaksudkannya dengan nilai, ada dua jenis: moral dan
nonmoral. Nilai-nilai moral seperti kejujuran, tanggung jawab, dan
ketidakmemihakan mengandung kewajiban. Kita merasa wajib memenuhi jani,
membayar hutang, menyayangi anak, dan tidak memihak dalam menangani suatu
perkara. Nilai moral mengatakan apa yang harus dilakukan. Kita harus terikat pada
nilai-nilai moral bahkan ketika kita tidak menyukainya.
Nilai-nilai moral (kewajiban) dapat diurai lebih lanjut menjadi dua kategori:
universal dan nonuniversal. Nilai-nilai moral universal – seperti memperlakukan
semua orang secara adil dan menghargai penghidupan mereka, kebebasan, dan
kesetaraan – mengikat semua orang dimanapun karena mereka nilai-nilai ini
menegaskan nilai fundamental dan martabat manusia. Kita memiliki hak dan bahkan
dharma kesuma jur. pedagogik prodi pgsd fip upi | SK-KD-ICK-AMP des 2010 84
suatu kewajiban untuk menuntut semua orang berbuat sesuai dengan nilai-nilai moral
universal tersebut.
dharma kesuma jur. pedagogik prodi pgsd fip upi | SK-KD-ICK-AMP des 2010 85
Sehubungan dengan hal tersebut ada yang membedakan nilai etik atau etis
dan etiket. Nilai etik sama dengan nilai moral, dan etiket adalah nilai-nilai sopan-
santun dalam suatu kelompok sosial. Karena itu, menurut penulis, kita harus
membedakan nilai-nilai demi survival kemanusiaan dan masyarakat secara
menyeluruh, yaitu nilai moral; dan yang kurang berkenaan dengan hal ini tetapi
mendukungnya, yakni etiket.
Nilai moral
universal
Nilai moral
Nilai moral
non-universal
Nilai
Nilai non-
Etiket
moral
dharma kesuma jur. pedagogik prodi pgsd fip upi | SK-KD-ICK-AMP des 2010 86
Respect and responsibility adalah “R ke empat dan ke lima” yang sekolah-
sekolah tidak hanya dapat tetapi juga harus ajarkan agar sekolah-sekolah
mengembangkan pribadi-pribadi yang melek etis yang dapat menempati posisi
sebagai warga masyarakat yang bertanggung jawab.
Reading
Writing
School vital
business (Five Arithmetic
R's)
Respect
Responsibility
dharma kesuma jur. pedagogik prodi pgsd fip upi | SK-KD-ICK-AMP des 2010 87
khewan dan menuntut kita bertindak dengan peduli terhadap lingkungan alam,
ekosistem rapuh tempat semua kehidupan bergantung.
“Tenggang rasa”, yang adalah salah satu bentuk dari etiket, juga berasal dari
penghargaan terhadap orang. Contohnya antara lain, meminta maaf jika akan
memotong pembicaraan, mengucapkan permisi ketika akan meminta jalan,
mengucapkan terima kasih atas pujian orang lain.
dharma kesuma jur. pedagogik prodi pgsd fip upi | SK-KD-ICK-AMP des 2010 88
Arti lain dari pertanggungjawaban, yakni dapat dipercaya, tidak membiarkan
orang lain mengalami kekecewaan. Kita menolong orang dengan cara memenuhi
komitmen kita, dan kita menciptakan masalah bagi mereka ketika kita tidak
memenuhinya. Pertanggungjawaban berarti pelaksanaan suatu pekerjaan atau tugas
– dalam keluarga, di sekolah, di tempat kerja – sebaik-baiknya sesuai dengan
kemampuan kita.
Menghadapi orang lain dengan jujur, tidak menipu mereka, tidak meliciki
mereka, atau mencuri dari mereka – adalah cara yang dasariah untuk menghargai
mereka. Demikian juga halnya dengan ketidakmemihakan, yang menuntut kita
memperlakukan orang lain secara tidak memihak dan tidak menerapkan cara pilih
kasih.
Kehati-hatian, berarti tidak membiarkan diri kita berada dalam bahaya fisik
dan moral. Disiplin-diri berarti tidak mengizinkan diri untuk terlibat dalam
kesenangan yang meruntuhkan martabat diri dan merusak diri tetapi berjuang untuk
kebaikan kita – dan mengupayakan kesenangan yang sehat secara tidak berlebihan.
Disiplin diri juga membantu kita untuk menunda kesenangan, mengembangkan
bakat-bakat kita, bekerja untuk tujuan jangka panjang, dan membuat sesuatu untuk
dharma kesuma jur. pedagogik prodi pgsd fip upi | SK-KD-ICK-AMP des 2010 89
penghidupan kita. Ini semua adalah bentuk-bentuk dari penghargaan terhadap diri
sendiri.
Demokrasi pada giliran berikutnya, adalah cara terbaik yang kita ketahui
hingga saat ini untuk menjamin hak-hak individu (penghargaan terhadap orang) dan
mempromosikan kesejahteraan bersama (bertindak secara bertanggung jawab untuk
kebaikan semua orang). Mengajarkan pemahaman dan apresiasi terhadap nilai-nilai
demokratis ini—dan bagaimana nilai-nilai ini dibuat menjadi realitas melalui
hukum—adalah peranan sentral sekolah. Nilai-nilai ini juga membantu kita
mendefinisikan jenis “patriotisme” yang harus diajarkan sekolah. Dalam masyarakat
dharma kesuma jur. pedagogik prodi pgsd fip upi | SK-KD-ICK-AMP des 2010 90
demokratis, patriotisme tidak berarti “benar atau salah adalah negaraku”; patriotisme
berati kesetiaan pada nilai-nilai demokrasi yang luhur yang menjadi dasar dari
pendirian negara.
Untuk kita, bangsa Indonesia, jenis-jenis nilai moral yang dikemukakan oleh
Lickona bersifat kurang, ada satu tambahan yang kita perlukan, yaitu: respect and
responsibility to God. Karena itu lengkapnya jenis nilai moral fundamental ini
lengkapnya sebagaimana bagan di bawah ini.
Nilai-nilai moral:
Penghargaan dan
Manusia Individu lain
pertanggungjawaban
terhadap/atas:
dharma kesuma jur. pedagogik prodi pgsd fip upi | SK-KD-ICK-AMP des 2010 91
menambahinya dengan interpretasi penulis dengan tujuan agar lebih mudah
dipahami, juga pengalaman belajar yang relevan untuk masing-masing subkomponen
dari setiap ranah merupakan tambahan penulis. Pengembangannya oleh guru, dapat
dilakukan dengan cara memahami setiap subkomponen pendidikan karakter ini,
kemudian memadankannya dengan SK-KD-Indikator yang terdapat dalam KTSP
atau tujuan-tujuan pendidikan karakter yang menjadi visi-misi sekolah.
Tindakan moral:
(1) kompetensi, (2) keinginan,
dan (3) kebiasaan.
Pengetahuan moral:
(1) kesadaran moral,
Perasaan moral:
(2) pengetahuan nilai
(1) nurani, (2) harga diri,
moral, (3) memahami
(3) empati, (4) cinta
sudut pandang yang lain,
kebaikan, (5) kontrol-diri,
(4) penalaran moral, (5)
dan (6) rendah hati
pembuatan-putusan, dan
(6) pengetahuan-diri
dharma kesuma jur. pedagogik prodi pgsd fip upi | SK-KD-ICK-AMP des 2010 92
(memahami, khususnya, interpretasi) dari Taksonomi Tujuan-Tujuan
Kognitif Bloom. Dalam bahasa Lickona sendiri, kesadaran moral
adalah kemampuan: “… to use their intelligence to see when a situation
requires moral judgment—and then to think carefully about what the right
course of action is.” (… menggunakan kecerdasan mereka untuk melihat
kapan sebuah situasi mempersyaratkan pertimbangan moral—dan
kemudian berpikir secara cermat tentang apa tindakan yang sebaiknya.)
Orang dapat menangkap secara intuitif sebuah isu moral dari sebuah
objek/peristiwa; dan sebaliknya, buta moral. Contoh orang yang buta
moral yaitu orang yang menganggap martabat diri bergantung pada
tampilan fisik atau harta. Ketersinggungan kita ketika menyaksikan
orang kaya menganiaya orang miskin adalah contoh ketajaman moral
kita. Rasa haru yang muncul ketika kita menyaksikan perbuatan luhur
tertentu, adalah juga contoh ketajaman moral. Kesadaran moral terjadi
sebelum kita melakukan pertimbangan moral dan pembuatan-putusan
moral.
dharma kesuma jur. pedagogik prodi pgsd fip upi | SK-KD-ICK-AMP des 2010 93
penting. Ini dapat dilakukan dengan mempelajari peristiwa-peristiwa
historis yang relevan dan biografi tokoh yang memiliki ketajaman
penglihatan moral. Kasus impresif pada remaja kita menuntut pendidik
mendidik para pelajar untuk memiliki ketajaman dalam menangkap
nilai-nilai yang penting dalam sebuah budaya dan nilai-nilai yang dapat
menghancurkan jati diri para remaja. Banyak remaja merasa gaul jika
bergaya hidup western yang negatif, antara lain mengkonsumsi NAPZA,
ber-dugem secara tidak proporsional, mengikuti trends budaya pop
secara membabi buta. Kebalikan dari remaja kita, banyak orang tua
buta moral dalam hal korupsi dan yang mewabahi negeri kita. Pendidik
PLS dalam hal ini harus segera bekerja.
Hasil belajar: Dapat mengidentifikasi isu moral dari sebuah
objek/peristiwa. Dapat mengeksplisitkan isu moral dari sebuah
objek/peristiwa.
dharma kesuma jur. pedagogik prodi pgsd fip upi | SK-KD-ICK-AMP des 2010 94
memahami aplikasi mereka.
Pengalaman belajar: Pengalaman belajarnya adalah melalui belajar
kognitif, C1-C3 (mengingat, memahami, menerapkan), tentang teori-
teori nilai ; dapat disebut sebagai pengajaran nilai-nilai (teaching of
values). Juga, diskusi-diskusi peristiwa-peristiwa konkrit yang
melibatkan isu nilai dapat meningkatkan kognisi nilai-nilai pada tataran
aplikasi.
Hasil belajar: Menyebutkan nilai moral tertentu. Menginterpretasi nilai
moral dari sebuah peristiwa atau komunikasi. Menerjemahkan nilai
moral tertentu. Melakukan ekstrapolasi berdasarkan sebuah nilai
tertentu. Menerapkan nilai moral tertentu pada suatu situasi (baru).
4. Penalaran moral
Definisi: Memahami makna apa itu bermoral dan mengapa harus
dharma kesuma jur. pedagogik prodi pgsd fip upi | SK-KD-ICK-AMP des 2010 95
bermoral? Mengapa memenuhi janji itu penting? Mengapa harus kerja
dengan sebaik-baiknya? Mengapa harus berbagi dengan orang yang
membutuhkan? Ini adalah kemampuan analisis hubungan (C4) dari
Bloom.
Penalaran moral anak-anak berkembang, mereka belajar apa yang
dapat dianggap sebagai alasan moral yang baik dan alasan moral yang
buruk.
Pengalaman belajar: Pengalaman belajarnya adalah melalui belajar
kognitif, C4 (analisis), tentang perbuatan bermoral.
Hasil belajar: Menyediakan alasan atas suatu perbuatan moral.
Menjelaskan alasan atas suatu perbuatan moral. Menginterpretasi
alasan dari suatu perbuatan moral (Bloom: C2, interpretasi dan C6,
kreasi).
5. Pembuatan putusan
Definisi: Proses orang menjadi memiliki putusan. Biasanya orang
menghadapi masalah atau dilemma moral. Apa pilihan saya? Apa
konsekuensi yang mungkin dari berbagai tindakan bagi orang yang
terkena pengaruh putusan saya? Apa tindakan yang memaksimalkan
konsekuensi yang baik dan diyakini penting untuk nilai yang
dpertaruhkan?
Pengalaman belajar: Mengalami secara simulatif konflik atau dilemma
nilai, dapat juga konflik nilai yang dialami orang lain, kemudian
membuat putusan nilai, dan mengkajinya. Menurut Lickona,
pendekatan apa-pilihan-saya dan apa-konsekuensi-konsekuensinya
untuk membuat putusan-putusan moral telah diajarkan bahkan sejak
pada anak pra sekolah.
Hasil Belajar: Memiliki putusan nilai lengkap dengan konsekuensinya
yang sudah terkaji secara baik, atas konflik nilai yang tersedia (Bloom:
C6, kreasi).
dharma kesuma jur. pedagogik prodi pgsd fip upi | SK-KD-ICK-AMP des 2010 96
6. Pengetahuan-diri: Kemampuan melihat-kembali perilaku sendiri dan
mengevaluasinya. Pengembangan pengetahuan-diri termasuk kekuatan
dan kelemahan karakter diri sendiri dan bagaimana mengkompensasi
kelemahan tersebut, di antaranya yang hampir universal merupakan
tendensi manusia, yaitu melakukan apa yang kita inginkan dan
kemudian membelanya dengan cara yang tidak adil.
Pengalaman belajar: Ini dapat dilakukan dengan meminta siswa
membuat “jurnal etis/akhlak/budi pekerti“–dengan mencatat kejadian-
kejadian moral dalam penghidupan mereka, respon-respon mereka
dalam kejadian moral tersebut, dan adakah respon ini dapat
dipertanggungjawabkan secara etis.
Hasil belajar: Perkembangan kejujuran individu dalam melihat diri
sendiri. Perkembangan upaya-upaya mengatasi kelemahan diri. Iklim
sosial kejujuran dalam kelompok (dampak sosial yang mungkin,
misalnya jika masing-masing jurnal tersebut didiskusikan dalam
kelompok).
Perasaan moral
1. Hati nurani/nurani
Definisi: Nurani memiliki dua sisi: sisi kognitif—pengetahuan tentang
apa yang baik—dan sisi emosional—merasa wajib melakukan apa yang
baik.
Nurani yang matang mencakup, di samping merasakan kewajiban
moral, juga kapasitas untuk rasa bersalah konstruktif. Jika nurani
anda merasa wajib untuk berbuat sesuatu, anda akan merasa bersalah
jika tidak melakukannya. Ini berbeda dari rasa bersalah destruktif,
yang menyebabkan seseorang berpikir, “Saya orang jahat”. Orang
dengan rasa bersalah konstruktif akan berkata, “Saya tidak dapat
memenuhi standar saya sendiri. Saya merasakan ini sebagai keburukan,
dharma kesuma jur. pedagogik prodi pgsd fip upi | SK-KD-ICK-AMP des 2010 97
tetapi saya akan lebih baik pada waktu yang akan datang”. Kapasitas
untuk rasa bersalah konstruktif juga membantu kita dalam menolak
godaan.
Pengalaman belajar: Berlatih menghadapi kasus-kasus yang menuntut
individu mengekspresikan nuraninya adalah sebuah pengalaman belajar
yang penting. Latihan ini akan terbentuk salah satunya melalui
stimulasi yang mendorong individu mengekspresikan nuraninya.
Perbuatan dan ucapan yang sesuai nurani perlu mendapat penghargaan
atau “dirayakan” untuk menunjukkan bahwa masyarakat atau
kelompok menuntut individu untuk berbuat sesuai dengan nurani.
Diskusi kasus-kasus penggunaan atau pengabaian nurani adalah juga
pengalaman belajar yang penting.
Hasil belajar: Hasil belajarnya yang otentik adalah kapasitas untuk
merasa bersalah dan merasa wajib untuk perbuatn moral. Pada
tatarannya lebih rendah, adalah ekspresi-ekspresi nurani ini melalui
kata-kata.
2. Harga diri
Definisi: Ini adalah kemampuan merasa bermartabat karena memiliki
kebaikan atau nilai luhur.
Studi-studi menunjukkan bahwa anak-anak dengan harga diri yang
tinggi lebih resisten terhadap tekanan dari teman-teman sebaya dan
lebih mampu mengikuti putusan mereka sendiri ketimbang mereka
dengan harga-diri rendah. Ketika kita menilai secara positif diri kita
sendiri, kita lebih mungkin memperlakukan orang lain dengan cara
positif. Jika kita menilai rendah diri sendiri atau tidak memiliki harga-
diri, akan sulit untuk memperpanjang penghargaan untuk orang-orang
lain. Harga-diri yang tinggi pada dirinya sendiri tidak menjamin
karakter yang baik. Sangat mungkin adanya untuk memiliki harga-diri
yang didasarkan atas hal-hal yang tidak ada kaitannya dengan karakter
baik—seperti harta, tampilan bagus, popularitas, atau kekuasaan.
dharma kesuma jur. pedagogik prodi pgsd fip upi | SK-KD-ICK-AMP des 2010 98
Bagian dari tantangan kita sebagai pendidik adalah membantu anak-
anak mengembangkan harga-diri positif yang didasarkan atas nilai-nilai
seperti tanggungjawab, kejujuran, dan kebaikan hati dan keyakinan
pada kapasitas sendiri untuk kebaikan.
Pengalaman belajar: Perbuatan baik yang dilakukan seseorang sering
membuat orang merasa senang atau bahagia karena melakukannya.
Refleksi dan diskusi-diskusi mengenai peritiwa ini barangkali
merupakan suatu pengalaman belajar yang penting.
Hasil belajar: Individu yang puas dengan dirinya sendiri dalam
perbuatan baik, dan sebaliknya, merasa tidak senang atau tidak bahagia
dalam perilaku buruk.
3. Empati
Definisi: Empati adalah identifikasi diri pada, atau pengalaman tidak
langsung tentang, keadaan orang lain. Empati membantu kita keluar
dari diri sendiri dan masuk kedalam diri orang lain. Ini adalah sisi
emosional dari pengambilan-perspektif.
Pengalaman belajar: Para peserta didik dapat berlatih melakukan empati
di bawah bimbingan guru. Setelah berlatih, guru dapat membimbing
mereka untuk mendiskusikannya.
Hasil belajar: Mengungkapkan apa yang bdirasakan orang lain.
Bertoleransi. Menghargai perbedaan sikap.
4. Cinta kebaikan
Definisi: Bentuk tertinggi dari karakter mencakup ketertarikan
sejati/tulus pada kebaikan.
Psikologiwan Boston College Kirk Kilpatrick menulis: “Dalam
pendidikan untuk kebajikan, hati dilatih sebagaimana juga kesadaran.
Orang bijak belajar tidak hanya membedakan kebaikan dan keburukan
tetapi juga mencintai kebaikan dan membenci keburukan”.
Pengalaman belajar: Para guru dapat berpaling pada sastra sebagai cara
dharma kesuma jur. pedagogik prodi pgsd fip upi | SK-KD-ICK-AMP des 2010 99
mananamkan perasaan tentang kebaikan dan kejahatan. Ketika anak-
anak menjumpai para penjahat dan pahlawan dalam halaman-halaman
dari sebuah buku yang baik, mereka merasa tertolak oleh kejahatan dan
tertarik pada kebaikan tanpa kuasa menahannya. Ketika orang
mencintai kebaikan, mereka mendapatkan rasa senang dalam
melakukan kebaikan. Mereka memiliki hasrat moral, bukan hanya
kewajiban moral. Potensi ini dikembangkan melalui program-program
peer tutoring dan pelayanan masyarakat di sekolah-sekolah.
Hasil belajar: Upaya-upaya pribadi dan dalam kelompok untuk berbuat
baik.
5. Kontrol diri
Definisi: Emosi dapat menenggelamkan penalaran. Inilah mengapa
kontrol-diri adalah sebuah kebajikan moral yang niscaya. Kontrol-diri
membantu kita bermoral bahkan ketika kita tidak ingin bermoral,
ketika sedang marah pada sesuatu, misalnya. Kontrol-diri juga niscaya
untuk mengekang kesukaan-diri.
Pengalaman belajar: Pengalaman-pengalaman belajar dalam bentuk
menolak kesenangan atau kebencian demi kebaikan.
Hasil belajar: Tekun belajar/bekerja, menunda kesenangan. Tugas-tugas
belajar diselesaikan dengan baik. Memiliki kegiatan harian yang baik
untuk pengembangan diri dan lingkungannya.
6. Rendah hati
Definisi: Rendah hati adalah sisi afektif dari pengetahuan-diri. Rendah
hati terdiri atas keterbukaan yang sejati pada kebenaran dan kemauan
untuk bertindak memperbaiki kesalahan-kesalahan kita.
Rendah hati juga membantu kita mengatasi rasa bangga. Rasa bangga
adalah sumber dari arogansi, prasangka, dan merendahkan orang lain.
Rasa bangga yang terluka mengempani kemarahan dan menutup
munculnya sikap memaafkan. Rendah hati adalah penjaga terbaik
dharma kesuma jur. pedagogik prodi pgsd fip upi | SK-KD-ICK-AMP des 2010 10
0
melawan perbuatan jahat.
Pengalaman belajar: Berlatih terbuka terhadap kebenaran, dari mana
pun sumbernya, dan mau memperbaiki kesalahan-kesalahan diri
sendiri.
Hasil belajar: Mengakui kebenaran pendapat orang lain. Mengaku
bersalah jika melakukan kesalahan. Memberikan penghargaan
terhadap pendapat orang lain.
Tindakan moral
1. Kompetensi
Definisi: Kompetensi moral adalah kemampuan mengubah putusan dan
perasaan moral menjadi tindakan moral yang efektif.
Pengalaman belajar: Psikologiwan Ervin Staub menemukan bahwa anak-
anak yang memiliki pengalaman yang terbimbing dalam role-playing
dalam serangkaian situasi bermasalah yang di dalamnya seorang anak
membantu anak lainnya pada waktu berikutnya lebih mungkin
(dibandingkan dengan anak-anak tanpa pengalaman yang demikian)
untuk menyelidiki suara tangisan seorang anak dalam sebuah ruangan.
Sebuah studi baru-baru ini atas 400 orang yang membantu orang-orang
Yahudi lari dari Nazi menemukan bahwa para penyelamat ini memiliki,
di samping nilai-nilai simpati, pemahaman yang kuat tentang
kompetensi personal. Kompetensi moral sering merupakan suatu
tantangan pribadi bagi seseorang. Seseorang bisa jadi sudah memahami
makna solat wajib dan ingin melaksanakannya, tetapi ia tetap saja tidak
melaksanakannya. Ini adalah tantangan bagi pendidik ketika
menghadapi peserta didik yang demikian.
Pendidik harus mengerahkan berbagai cara untuk menumbuhkan
kompetensi moral ini. Pengalaman individual secara mandiri,
pengalaman terbimbing, pengalaman dalam kelompok, pemodelan, dan
dharma kesuma jur. pedagogik prodi pgsd fip upi | SK-KD-ICK-AMP des 2010 10
1
lain-lain dapat dimanfaatkan untuk menumbuhkannya.
Hasil belajar: Kemampuan melaksanakan tindakan moral. Berbuat baik.
Membantu orang lain berbuat baik.
2. Keinginan moral
Definisi: Menjadi baik sering mempersyaratkan sebuah tindakan nyata
dari kemauan, suatu mobilisasi energi moral untuk melakukan apa yang
menurut kita harus dilakukan. Kemauan memerlukan emosi berada di
bawah kontrol nalar. Kemauan memerlukan penglihatan dan
pemikiran tentang semua dimensi moral dari sebuah situasi. Kemauan
diperlukan agar kewajiban diletakkan mendahului kesenangan.
Kemauan membutuhkan kemampuan untuk menolak godaan, teguh
menghadapi tekanan teman sebaya, dan melawan arus. Kemauan
adalah inti dari keberanian moral.
Pengalaman belajar: Kemauan sebagai sebuah potensi diri perlu
dipahami dan disadari oleh peserta didik melalui bantuan guru.
Langkah berikutnya peserta didik diminta mencatat kemauan-kemauan
moral apa saja yang tidak dipenuhinya; setelah ini adalah praktik-
praktik mewujudkan kemauan ini.
Hasil belajar: Individu yang berupaya memiliki kemauan melakukan
tindakan moral. Konsisten melaksanakan kewajiban moral. Berbuat
adil sekalipun terhadap orang yang tidak disukainya. Berdisiplin
melakukan suatu tindakan moral.
3. Kebiasaan (habit)
Definisi: Dalam banyak situasi tingkah laku moral diuntungkan oleh
habit. Orang yang memiliki karakter yang baik, sebagaimana William
Bennett tunjukkan, “bertindak benar, setia, berani, simpati, dan adil
tanpa banyak tergoda oleh hal yang sebaliknya”. Mereka bahkan sering
tidak berpikir secara sadar tentang “pilihan yang baik”. Mereka
melakukan hal yang baik oleh kekuatan habit.
dharma kesuma jur. pedagogik prodi pgsd fip upi | SK-KD-ICK-AMP des 2010 10
2
Pengalaman belajar: Anak-anak membutuhkan, sebagai bagain dari
pendidikan moral mereka, banyak kesempatan untuk mengembangkan
habit yang baik, banyak praktek menjadi orang yang baik.
Hasil belajar: Kebiasaan dalam hal tertentu. Biasa sopan-santun
tertentu. Biasa menolong. Biasa adil.
dharma kesuma jur. pedagogik prodi pgsd fip upi | SK-KD-ICK-AMP des 2010 10
3
kewajiban-kewajiban kita, kontributif terhadap komunitas kita, mengurangi
penderitaan, dan membangun dunia yang lebih baik.
5. Mendidik penghargaan dan pertanggungjawaban—membuat hal-hal ini
menjadi nilai-nilai operatif dalam penghidupan para siswa—adalah
mendidikkan karakter. Karakter terdiri atas:
pengetahuan moral (kesadaran moral, menegetahui nilai-nilai moral,
melihat dengan sudut pandang orang lain, penalaran moral,
pembuatan putusan, dan pengetahuan diri)
perasaan moral (hati-nurani, harga-diri, empati, mencintai kebaikan,
kontrol-diri, dan rendah hati)
tindakan moral (kompetensi, keinginan, dan kebiasaan)
6. Dihadapkan dengan struktur sosial yang memburuk, sekolah-sekolah yang
berharap membangun karakter harus menyediakan pendekatan yang
komprehensif, yang merangkul banyak hal, terhadap pendidikan nilai yang
menggunakan semua tahap kehidupan sekolah untuk membantu
perkembangan karakter. Ini mencakup 12 strategi ruang kelas dan sekolah,
yang tertuju pada penciptaan nilai-nilai penghidupan penghargaan dan
pertanggungjawaban dalam karakter para siswa.
dharma kesuma jur. pedagogik prodi pgsd fip upi | SK-KD-ICK-AMP des 2010 10
4
4. Menciptakan sebuah lingkungan ruang kelas yang demokratis, melibatkan
para siswa dalam pembuatan-putusan dan berbagi tanggung jawab untuk
membuat ruang kelas menjadi tempat yang baik untuk berada dan belajar.
5. Mengajarkan nilai-nilai melalui kurikulum, menggunakan mata-mata
pelajaran sebagai wahana untuk menkaji isu-isu etis. (Ini secara serempak
merupakan sebuah strategi sekolah ketika kurikulum menangani kepedulian
lintas-jenjang kelas seperti pendidikan seks, anti narkoba, alkohol, dan
kekerasan remaja.)
6. Menggunakan pembelajaran kooperatif untuk mengajari anak-anak dengan
watak dan keterampilan tolong-menolong dan bekerja sama.
7. Mengembangkan the “conscience of craft” dengan menumbuhkan
tanggung jawab akademik para siswa dan penghargaan mereka terhadap
nilai dari belajar dan kerja. ( The “conscience of craft”, nurani tentang
kerja, perasaan benar-salah tentang kerja dan dorongan untuk kerja sebaik-
baiknya.)
8. Mendorong refleksi moral melalui kegiatan membaca, menulis, diskusi,
pembuatan-putusan, dan debat.
9. Ajarkan pemecahan konflik agar para siswa memiliki kapasitas dan
komitmen untuk memecahkan konflik dengan cara yang tidak memihak dan
tanpa kekerasan.
dharma kesuma jur. pedagogik prodi pgsd fip upi | SK-KD-ICK-AMP des 2010 10
5
dan waktu untuk menangani kepentingan-kepentingan moral) yang
mendukung dan meningkatkan nilai-nilai yang diajarkan di ruang-ruang
kelas.)
12. Rekruitasi orang tua dan anggota komunitas sebagai mitra dalam
pendidikan nilai, dukung orang tua sebagai guru moral pertama anak;
mendorong orang tua untuk mendukung sekolah dalam upaya-upaya
menumbuhkan nilai-nilai yang baik; dan mengupayakan bantuan komunitas
(yakni, masjid, gereja, biara, perusahaan, dan media) dalam memperkuat
nilai-nilai yang sedang diupayakan untuk diajarkan oleh sekolah.
dharma kesuma jur. pedagogik prodi pgsd fip upi | SK-KD-ICK-AMP des 2010 10
6
Pendidikan Karakter versi Pusat Pengkajian Pedagogik. Pusat Pengkajian
Pedagogik (P3) Universitas Pendidikan Indonesia sejak tahun 2009 sudah
mengembangkan sebuah model pendidikan karakter. Model ini sudah ditawarkan
kepada sejumlah sekolah di Jakarta untuk diterapkan. Melalui buku ini P3 ingin
berbagi pengalaman dan pemikiran tentang hal ini. Untuk itu, di sini disajikan
cuplikan silabus untuk Pendidikan Agama Islam jenjang SMA dan sedikit
penjelasannya.
dharma kesuma jur. pedagogik prodi pgsd fip upi | SK-KD-ICK-AMP des 2010 10
7
6. Dapat sabar dalam praktik Idem
beriman kepada malaikat dalam Idem
kehidupan harian.
dharma kesuma jur. pedagogik prodi pgsd fip upi | SK-KD-ICK-AMP des 2010 10
8
Bloom Krathwohl Lickona P3
Tindakan moral: Tindakan moral:
Kompetensi
Kemauan
Kebiasaan Dakwah
Afektif:
dharma kesuma jur. pedagogik prodi pgsd fip upi | SK-KD-ICK-AMP des 2010 10
9
Pendidikan Karakter
Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Pada bagian
sebelumnya ada disimpulkan bahwa Kelompok Mata Pelajaran dan Cakupannya
tidak lepas dari misi pendidikan karakter. Ini berarti pembelajaran yang semata-mata
kognitif, adalah tidak sejalan dengan misi ini. Juga, dengan demikian, Standar
Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) yang merupakan rincian lanjutan dari
Kelompok Mata Pelajaran tersebut sudah sewajarnya tidak menolakserta (to exclude)
keberadaan nilai-nilai.
Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Tidak ada sesuatu yang
baru yang harus dikerjakan guru dalam menyusun silabus dan RPP ketika guru akan
mengembangkan pendidikan karakter dalam mata pelajaran yang diampunya, kecuali
harus memahami SK-KD secara lebih cermat dan dengan menggunakan perspektif
pendidikan karakter. Masalahnya, perspektif pendidikan karakter ini merupakan
dharma kesuma jur. pedagogik prodi pgsd fip upi | SK-KD-ICK-AMP des 2010 11
0
barang baru bagi banyak guru yang selama ini dibelenggu oleh perspektif pendidikan
kognitif. Bagian bacaan di atas tentang pendidikan karakter, diharapkan dapat
membantu guru untuk memiliki perspektif pendidikan karakter ketika memahami
SK-KD. Dengan perspektif ini, SK-KD yang memuat pendidikan karakter atau
memang fokus utamanya pendidikan karakter, akan diperlakukan sebagai pendidikan
karakter, dan bukan pengajaran pengetahuan secara eksklusif. Berikut ini disajikan
beberapa contoh silabus pendidikan karakter dengan harapan para guru terbantu
dalam mengembangkan silabus dan RPP yang menerapkan pendidikan karakter.
dharma kesuma jur. pedagogik prodi pgsd fip upi | SK-KD-ICK-AMP des 2010 11
1
Kegiatan 1. Membaca secara individual kisah Nabi Ayyub AS sesuai
pembelajaran panduan yang disediakan guru (dalam rangka para siswa
membacanya secara intensif melalui pencapaian indikator-
indikator di bawah)
2. Diskusi kelompok kecil tentang hasil membaca secara
individual tersebut.
3. Beberapa anak terpilih secara acak membacakan kisah tersebut
di depan kelas (guru dapat memberikan contoh cara membaca
cerita secara baik)
4. Diskusi kelas dalam rangka koreksi, penguatan, dan
pengembangan hasil belajar siswa.
Indikator 1. Menemutunjukkan jalan/alur cerita kisah Nabi Ayyub AS
2. Mendeskripsikan dengan kata-kata sendiri latar kejadian kisah
Nabi Ayyub AS
3. Mendeskripsikan dengan kata-kata sendiri tokoh-tokoh dan
karakter/perbuatan dari mereka yang terdapat dalam kisah Nabi
Ayyub AS
4. Menginterpretasi pesan yang terkandung dalam kisah Nabi
Ayyub AS
5. Mendeskripsikan dengan kata-kata sendiri secara utuh (niat,
perilaku, konsekuensi) perilaku teladan Nabi Ayyub AS
6. Memiliki apresiasi yang baik terhadap kisah Nabi Ayyub AS
Penilaian Laporan individual hasil tugas baca dan diskusi kelas
Alokasi -
waktu
Sumber Buku:
belajar
dharma kesuma jur. pedagogik prodi pgsd fip upi | SK-KD-ICK-AMP des 2010 11
2
dasar
Materi pokok Meneladani perilaku Nabi Ayyub AS
1. Perilaku teladan (niat, perilaku, konsekuensi) Nabi Ayyub AS
2. Pentingnya perilaku teladan Nabi Ayyub AS.
3. Bagaimana meneladaninya
Kegiatan 1. Memotivasi siswa: pentingnya perilaku teladan Nabi Ayyub AS
pembelajaran (misalnya, kontraskan dengan perilaku orang atau kelompok
yang bertentangan)
2. Pemodelan di kelas agar siswa mampu melakukan role playing
di kelas
3. Role playing di kelas
4. Praktik perilaku teladan Nabi Ayyub AS dalam kehidupan
harian dan mencatat dan merefleksinya dalam jurnal siswa.
5. Mengajak orang lain untuk meneladani Nabi Ayyub AS.
6. Diskusi kelompok tentang jurnal siswa, atau konsultasi dengan
guru tentang jurnal siswa
Indikator 1. Memerankan keteladanan Nabi Ayyub AS dalam latar kelas
2. Berperilaku sebagaimana disarankan Nabi Ayyub AS
3. Mengajak orang lain untuk meneladani Nabi Ayyub AS
Penilaian Evaluasi jurnal siswa
Alokasi -
waktu
Sumber -
belajar
*)Silabus ini dikembangkan secara sederhana. Gurulah yang mampu menyusunnya
secara canggih berkat pengalamannya dalam materi pelajaran, pergaulan dengan
siswa, dan lain-lain.
Catatan: Silabus yang pertama adalah bagian dari pelajaran tarikh (biasanya
barangkali diajarkan sebagai semata-semata pelajaran kognitif). Kisah atau
cerita sering menjadi sarana untuk pendidikan karakter. Karena itu penting
dharma kesuma jur. pedagogik prodi pgsd fip upi | SK-KD-ICK-AMP des 2010 11
3
adanya siswa membacanya secara intensif/mendalam, dengan disediakan
panduan/LKS. Juga, puncak dari pelajaran kisah ini adalah kemampuan
siswa mengapresiasi kisah tersebut. Apresiasi dalam hal ini jelas sebuah
fasilitasi penting untuk penumbuhan karakter siswa. Dalam taksonomi
Krathwohl, apresiasi termasuk kedalam kemampuan valuing (menilai).
Adapun dalam sistem Lickona, apresiasi dapat memfasilitasi berkembangnya
kemampuan cinta kebaikan.
dharma kesuma jur. pedagogik prodi pgsd fip upi | SK-KD-ICK-AMP des 2010 11
4
REFERENSI
Anderson, Lorin W.; Krathwohl David R.; Airasian, Peter W.; Cruikshank, Kathleen
A.; Mayer, Richard E.; Pintrich, Paul R.; Raths, James; Wittrock, Merlin C.
(2001). A Taxonomy for Learning, Teaching, and Assessing; A Revision of
Bloom’s Taxonomy of Educational Objectives. New York: Addison
Wesley Longman, Inc.
Departemen Pendidikan Nasional (2006). Permen no. 22 tahun 2006 tentang Standar
Isi.
Lickona, Thomas (1991). Educating For Character, How our schools can teach
respect and responsibility. New York: Bantam Books.
Spencer, JR, Lile M. & Spencer Signe M. (1993). Competence At Work. New York:
John Wiley & Sons, Inc.
dharma kesuma jur. pedagogik prodi pgsd fip upi | SK-KD-ICK-AMP des 2010 11
5
Taksonomi Afektif Krathwohl (Krathwohl dkk.,1964), tersedia di:
http://www.learningandteaching.info/learning/ bloomtax.htm. 01.08.10)
dharma kesuma jur. pedagogik prodi pgsd fip upi | SK-KD-ICK-AMP des 2010 11
6