Anda di halaman 1dari 27

ETNOGRAFI

Makalah
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Matakuliah Patologi Sosisal

Dibuat oleh :
Muhammad Suryadi
Munawaroh
Nina Heliana

BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG

TAHUN 2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
Rahmat, Inayah, Taufik dan Hidayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana.
Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk
maupun pedoman bagi pembaca tentang Etnografi. .

Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan


pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun
isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.

Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
kami miliki sangat kurang. Oleh kerena itu kami harapkan kepada para pembaca
untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini.
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bangsa Indonesia terkenal dengan masyarakat yang memiiki kebudayaan


yang beraneka ragam. Pada setiap daerah, masyarakat kita mengembangkan
kebudayaan masing-masing. Kebudayaan yang dikembangkan didaerah-daerah
disebut dengan kebudayaan local. Kebudayaan umat manusia memiliki tujuh unsur
kebudayaan yang bersifat universal. Ketujuh unsur tersebut adalah sistem religi,
sisitem kemasyarakatan, sisitem pengetahuan, sistem bahasa, sistem kesenian,
sistem mata pencaharian dan sistem teknologi.

Etnografi merupakan suatu kebudayaan suku bangsa. Namun karena


didunia ini ada suku-suku bangsa yang kecil yang terdiri dari hanya beberapa ratus
penduduk tetapi juga ada suku-suku bangsa yang besar yang terdiri dari berjuta-juta
penduduk, maka sebuah etnografi sudah tentu tidak dapat mencakup keseluruhan
dari suku bangsa yang besar. Kesatuan kebudayaan suku bangsa disuatu komunitas
dari suatu daerah geografi ekologi atau disuatu wilayah administrative tertentu
menjadi pokok sebuah etnografi.

B. Tujuan

1. Untuk mengetahui tentang etnografi?


2. Untuk memahami unsur-unsur kebudayaan?
3. Untuk menyajikan contoh kajian mengenai etnografi?

C. Rumusan Masalah

1. Apa definisi dari etnografi?


2. Bagaimana hubungan etnografi dengan antropologi ?
3. Bagaimana hubungan etnografi dengan kebudayaan ?
4. Bagaimana hubungan etnografi dengan adat istiadat ?
5. Bagaimana kesatuan social dalam etnografi ?
6. Bagaimana kerangka etnografi ?
7. Apa saja unsur kebudayaan dalam etnografi ?
8. Apa saja kajian etnografi ?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Etnografi

Etnografi berasal dari kata ethnos, yang artinya adalah “sukubangsa” dan
graphein, yang berarti “mengukir, menulis, menggambar”. Jadi etnografi adalah
tulisan, deskripsi atau penggambaran mengenai suatu sukubangsa tertentu. Suatu
sukubangsa tentu terdiri dari manusia-manusia: laki-laki, perempuan, anak-anak,
remaja, dewasa dan tua Suatu sukubangsa juga tentu memiliki adat-istiadat atau
budaya tertentu. Oleh karena itu, suatu sukubangsa memiliki paling tidak dimensi
fisik dan budaya. Oleh karena itu pula, di masa lalu -ketika orang belum mengenal
fotografi, sebuah etnografi tentu memuat di dalamnya deskripsi ciri-ciri fisik suatu
sukubangsa dan deskripsi adat-istiadat, budaya sukubangsa tersebut.

Etnografi adalah kajian tentang kehidupan dan kebudayaan suatu


masyarakat atau etnik, misalnya tentang adat-istiadat, kebiasaan, hukum, seni,
religi, bahasa. Bidang kajian vang sangat berdekatan dengan etnografi adalah
etnologi, yaitu kajian perbandingan tentang kebudayaan dari berbagai masyarakat
atau kelompok (Richards dkk.,1985).

Etnografi merupakan sejenis kajian lapangan yang


berbentuk pemerhatian yang sering digunakan dalam kajian sosiologi dan
antropologi dan dirujuk sebagai penyelidikan saintifik semula jadi (field research).
Menurut Creswell (2005), etnografi merupakan bentuk kajian yang praktikal untuk
mengkaji sesuatu kumpulan seperti pendidikan, kepercayaan, tingkahlaku dan
bahasa. Merupakan bentuk kajian kualitatif yang digunakan untuk menerangkan,
menganalisa dan meinterpretasi bentuk“culture-sharing” sesuatu kumpulan seperti
tingkah laku, kepercayaan.

Menurut Sabitha Marican (2005), etnografi juga dianggap sebagai satu


kajian yang paling asas dalam penyelidikan sosial. Kajian etnografi merupakan
kajian yang mengfokuskan pada penggambaran yang terperinci dan tepat dan bukan
berunsur perkaitan.

Secara umum etnografi disebut sebagai menuliskan tentang kelompok


masyarakat. Secara khusus hal tersebut juga bermakna menuliskan tentang
kebudayaan sebuah kelompok masyarakat. Disebutkan bahawa seluruh manusia,
dan juga beberapa binatang (seperti orang utan dan gorila) menciptakan,
mentransmisikan, membahagi, merubah, menolak, dan menciptakan kembali
budaya di dalam sebuah kelompok. Semua peneliti etnografi dimulai, dan diakhiri
penelitiannya dengan berfokus pada pola-pola ini, dan sifat-sifat yang
‘dipersamakan’ atau ‘disepakati’ bersama, membentuk sebuah kebudayaan
masyarakat. Dokumen yang dihasilkan dari fokus tersebut disebut dengan
etnografi.

Tujuan Kajian Etnografi adalah untuk memahami isu yang dikaji dari kaca
mata kumpulan atau budaya tersebut, kajian etnografi berusaha untuk menambah
pengetahuan mengenai sesuatu budaya atau mengenal pasti corak interaksi sosial
dan membangunkan satu penafsiran yang menyeluruh terhadap sesuatu masyarakat
atau institusi sosial.

Tujuan penelitian etnografi untuk menggambarkan budaya atau subkultur


dengan seperinci mungkin, termasuk bahasa, adat istiadat, nilai-nilai, upacara
keagamaan dan undang-undang. Maknanya ia mempunyai tujuan mencari dan
menggambarkan budaya sesuatu masyarakat atau organisasi tertentu. Fokus
penyelidikan adalah pola-pola yang tercermin dalam sikap tidak dan prikelakuan
masyarakat atau organisasi yang diteliti. Ada pun yang dicari dalam kajian ini beerti
bukan hal yang Nampak melainkan yang terkandung dalam hal yang nampak
tersebut.

Umumnya jenis kajian ini mensyaratkan seorang peneliti yang


berpengalaman, harus dapat membenammkan dirinya dalam budaya mayarakat
yang diteliti. Maknanya dia harus bersosialisasi dirinya sendiri ke dalam budaya
tersebut dan cuba menjelaskannya. Menjadi sebahagian budaya yang baharu
tersebut dan kadangkala ia menjadi masalah apabila hendak kembali kepada
budayanya sendiri.

Definisi etnografi menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut:

1. Richards

Etnografi adalah kajian tentang kehidupan dan kebudayaan suatu


masyarakat atau etnik, misalnya tentang adat istiadat, kebiasaan, hukum, seni, religi
dan bahasa. Kajian perbandingan tentang kebudayaan dari berbagai masyarakat
atau kelompok.

2. Koentjaraningrat

Etnografi adalah suatu deskripsi mengenai kebudayaan suatu suku bangsa.

Etnografi adalah ilmu tentang unsur-unsur atau masalah-masalah


kebudayaan suku bangsa dan masyarakat penduduk suatu daerah diseluruh dunia
secara komprehensif dan tujuan mendapat pengertian tentang sejarah dan proses
evolusi serta penyebaran kebudayaan didunia.

B. Hubungan Etnografi dengan Antropologi

Belajar antropologi sebagai sebuah ilmu yang membahas manusia dan


kebudayaannya adalah pekerjaan yang panjang dan membutuhkan waktu lama.
Disamping luasnya bidang ilmu tersebut, objek kajiannya juga terlalu pelik untuk
dipahami jika dibandingkan seperti memahami rumus-rumus dalam ilmu eksata.
Adalah perdebatan yang panjang hingga akhirnya melahirkan dua kutub
pembahasan mengenai cara-cara memahami ilmu-ilmu eksak dan ilmu-
ilmuhumanis. Kedua kutub itu adalah pendekatan kuantitatif yang mewakili ilmu-
ilmu eksak dan kualitatif yang merupakan metode yang sejak awal dipakai oleh
antropologi untuk menggambarkan suku bangsa tertentu dalam laporan perjalanan
dan catatan-catatan masa kolonial.
Penggunaan ilmu eksak atau yang positivistik (harus terukur) dalam
penelitian sosial pernah dilanggengkan dimasa A.Comte, Herbert Spenser, E.
Durkheim dan para penganut teori evolusi, difusi, serta srukturalisme-
fungsionalisme. Dalam Spenser sebagai penganut teori evolusi terkenal dengan
penggunaan analogi organiknya dalam memahami masyarakat dankebudayaannya.
Menurutnya, organisasi-organisasi sosial dalam suatu masyarakathadir seperti
halnya organ-organ yang menunjang kehidupan suatu organisme. Apabila diantara
salah satu organ itu sakit, maka organisme itu akan sakit dan bahkan mati.
Demikianlah masyarakat dianalogikan dengan organisme itu, bahwa masyarakat
tersusun atas organisasi-organisasi sosial yang menunjang eksistensinya. Apabila
organisasi-organisasi sosial itu ada yang sakit maka sakit pula
masyarakat itu. Dalam hal ini menurut Spenser, kehadiran organisasi sosial ada
untuk memenuhi fungsinya dalam masyarakat. Analogi fungsional ini ketika
dikritik oleh para komentator bahwa teori ini tak dapat menjelaskan perubahan,
namun para pengikutnya melakukan pembelaan bahwa analogi organik dapat
menjelaskan perubahan, namun perubahannya terjadi secara berangsur-angsur atau
berevolusi secara adaptif seperti hanya mahluk hidup.

Jika suatu nilai atauorganisasi sosial dapat bertahan sampai hari ini, berarti
nilai tersebut mampu beradaptasi dengan lingkungan dan memiliki fungsi yang
relevan dengankemajuan masyarakat. Namun para teoritis ini menyimpulkan
teorinya bahkan tanpa melakukan tinjauan lapangan atau mereka tak pernah melihat
secara langsung masyarakat yang dibicarakannya.

Istilah etnografi sebenarnya merupakan istilah antropologi, etnografi


merupakan embrio dari antropologi, lahir pada tahap pertama dari
perkembangannya sebelum tahun 1800 an. Etnogarafi juga merupakan hasil catatan
penjelajah eropa tatkala mencari rempah-rempah ke Indonesia. Koentjaraningrat,
1989:1 : “Mereka mencatat semua fenomena menarik yang dijumpai selama
perjalanannya, antara lain berisi tentang adat istiadat, susunan masyarakat, bahasa
dan cirri-ciri fisik dari suku-suku bangsa tersebut”.
Etnografi yang akarnya antropologi pada dasarnya merupakan kegiatan
peneliti untuk memahami cara orang-orang berinteraksi dan bekerjasama melalui
fenomena teramati kehidupan sehari-hari. Etnogarafi adalah pelukisan yang
sistematis dan analisis suatu kebudayaan kelompok, masyarakat atau suku bangsa
yang dihimpun dari lapangan dalam kurun waktu yang sama.

Dari gambaran tersebut di atas, dapat di simpulkan bahwa antropologi


merupakan bagian dari etnografi.

C. Hubungan Etnografi dengan Kebudayaan

Kebudayaan adalah apa yang menjadi pandangan pengetahuan masyarakat


dalam menafsirkan segala yang berhubungan dengan kehidupannya.

Budaya menurut Baker (dalam Alim, 2007:49) ditinaju dari asal usul kata
berarti penciptaan, penertiban, dan pengelolaan niali-nilai insani. Sedangkan
menurut Kontjaraniggrat (dalam Alim, 2007:49) kebudayaan adalah keseluruhan
sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan
bemasyarakat dan dijadikan milik manusia malalui proses belajar.

Dalam bukuyang lain Koentjaraningrat (1999:13) mengatakan bahwa


kebudayaan adalah segala pikiran dan perilaku manusia yang secara fungsional dan
disfungsional ditata dalam masyarakatnya. Pada definisi terakhir Koentjaraningrat
secara tidak langsung menggambarkan adanya dua potensi manusia yakni sebagai
mahluk rasional sekaligus irasional. Hal ini dapat dilihat dari penggunaan kata
“fungsional” dan “disfungsional” yang berarti keberfungsian dan
ketidakberfungsian.

E.B. Taylor (dalam Syani, 1995:59) melihat kebudayaan sebagai kompleks


yang mencangkup pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat istiadat, dan
kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan manusia
sebagai warga masyarakat.
Inilah yang menjadi fokus dari etnografi baru yakni pengetahuan
masyarakat yang sedang diteliti. Karena itu Spradley mengatakan seorang etnograf
bukanlah guru bagi masyarakat melainkan sebagai murid dari masyarakat yang
ditelitinya. Dengan demikian etnografi ini disebut juga etnografi kognitif.

Etnografi dan kebudayaan suatu masyarakat adalah hal yang tidak dapat
dipisahkan, sebab etnografi sendiri adalah ilmu yang menggambarkan kebudayaan
itu sendiri.

Malinowski dan R. Brwon menggambarkan kebudayaan sebagaimana


tafsiran peneliti, maka etnografi baru menggambarkan masyarakat sebagaimana
pengetahuan masyarakat itu sendiri. Etnografi baru dipengaruhi oleh definisi
kebudayaan ala Goodenough yang menyatakan bahwa budaya bukanlah suatu
fenomena material, melainkan sebuah pengorganisasian dari benda-benda,
manusia, perilaku atau emosi.

Kesimpulan uraian di atas bahwa etnografi akan muncul jika ada pengaruh
atau terdapat kajian-kajian kebudayaan masyarakat.

D. Hubungan Etnografi dengan Adat Istiadat

Adat adalah merupakan peraturan hidup sehari-hari. Dalam pribahasa orang


Minang, kalau hidup tanpa aturan namanya "tak beradat". Jadi aturan itulah adat,
dan adat itulah yang jadi pakaiannya sehari-hari. Karena itu bagi orang Minang;
duduk tagak beradat, makan minum beradat, berbicara beradat, berjalan beradat,
menguap beradat dan batuk saja pun bagi orang Minang beradat. Aturan-aturan itu
biasanya disebutkan dalam bentuk Pepatah-petitih, mamang dan bidal serta pantun.

Adat Istiadat adalah aneka kelaziman dalam suatu nagara yang mengikuti
pasang naik dan pasang surut situasi masyarakat. Kelaziman ini pada umumnya
menyangkut pengejawatahan unjuk rasa seni budaya masyarakat, seperti acara-
acara keramaian anak nagari, seperti pertunjukan randai, saluang, rabab, tari-tarian
dan aneka kesenian yang dihubungkan dengan upacara perhelatan perkawinan,
pengangkatan penghulu maupun untuk menghormati kedatangan tamu agung. Adat
istiadat semacam ini sangat tergantung pada situasi sosial ekonomi masyarakat.
Gambaran di atas dapat di simpulkan bahwa adat istiadat merupakan
kelengkapan dari etnografi, sebab etnografi pada umumny adalah mencakup
keseluruhan bentuk-bentuk suku bangsa serta keunikan-keunikan masyarakat atau
aturan-aturan yang berlaku dalam masyarakat yang disebut adat istiadat.

E. Kesatuan Sosial dalam Etnografi


Etnografi adalah suatu deskripsi mengenai kebudayaan etnik dari suatu suku
bangsa secara holistik(keseluruhan). Di dunia ada suku-suku bangsa yang terdiri
dari beberapa ratus dan puluhan juta jiwa. Pokok deskripsi dalam etnografi
adalah bahan mengenai kesatuan kebudayaan suatu daerah geografi ekologi atau
suatu wilayah administratif.
Seorang pakar antropologi Amerika, R. Naroll, menyusun daftar kesatuan
yang umumnya digunakan para ahli antrpologi untuk menentukan suatu pokok
etnografi,serta lokasi yang nyata yang dideskripsi. Daftar yang oleh J.A Clifton
telah dimodifikasi dalam bukunya Introduction To Cultur Anthropology,
sebagai berikut:
1. Kesatuan masyarakat yang dibatasi oleh satu desa atau lebih dari satu desa.
2. Kesatuan masyarakat yang terdiri dari penduduk yang mengujar satu
bahasa atau satu logat bahasa.
3. Kesatuan masyarakat yang dibatasi garis batas daerah politik administratif.
4. Kesatuan mayarakat yang batasnya ditentukan oeh rasa identitas
penduduknya sendiri.
5. Kesatuan masyarakat yang ditentukan oleh suatu wilayah geografi yang
merupakan kesatuan daerah fiik.
6. Kesatuan masyarakat yang ditentukan keaatuan ekologi.
7. Kesatuan masyarakat dengan penduduk yang memiliki pengalaman sejarah
yang sama
8. Kesatuan masyarakat dengan frekueni interaksi yang tinggi.
9. Kesatuan masyarakat denggan suasana sosial yang seragam.
10. Kesatuan berdasarkan kebudayaan suku bangsa.
F. Kerangka Etnografi

Bahan mengenai kesatuan kebudayaan suku bangsa di suatu komunitas dari


suatu daerah geografi ekologi, atau di suatu wilayah adminisrtrasi tertentu yang
menjadi pokok deskripsi sebuah buku etnografi, biasanya dibagi ke dalam bab-bab
tentang unsure-unsur kebudayaan menurut suatu tata-urut yang sudah baku.
Susunan tata-urut itu kita sebut sebagai “ Kerangka Etnografi “.

Mengenai tata-urut dari unsur-unsur itu, para ahli antropologi dapat


memakai suatu system menurut selera dari perhatian mereka masing-masing.
System yang paling lazim dipakai adalah system dari unsure yang paling konkret
ke yang paling abstrak. Walaupun demikian, setiap ahli antropologi mempunyai
focus perhatian tertentu.

Untuk merincikan unsur-unsur bagian dari suatu kebudayaan,sebaiknya


menggunakan daftar unsur kebudayaan universal yang telah ada, yaitu : (1)
Bahasa,(2)sistem teknologi, (3) sistem ekonomi,(4)organisasi sosial,(5) sistem
pengetahuan,(6)kesenian,dan(7)sistem religi. Karena unsur kebudayaan bersifat
universal,maka dapat diperkirakan bahwa kebudayaan suku bangsa yang
dideskripsikan mengandung aktivitas adat-istiadat,pranata-pranata sosial,dan
benda-benda kebudayaan yang dapat digolongkan kedalam salah satu unsur
universal tadi. Sistem yang dipakai para ahli antropologi adalah sistem yang paling
konkret ke yang paling abstrak. Unsur yang dideskripsi adalah sistem teknologi.
Sistem religi adalah unsur yang menempati tempat yang paling belakang. Dalam
bab tentang sistem teknologi misalnya,dapat dimasukkan deskripsi tentang bendaa-
benda kebudayaan dan alat-alat kehidupan sehari-hari yang sifatnya konkret
sedangkan dalam bab tetang sistem religi termasuk gagasan-gagasan dan
keyakinan-keyakinan tentang roh nenek moyang dan sebagainya,yang bersifat
abtrak.

Selain bab yang mengandung deskripsi mengenai unur-unsur universal dari


kebudayaan suku bangsa, bab awal dari suatu karangan etnografi harus
mendeskripsi lokasi dan lingkungan geografi dari wilayah suku bangsa yang
menjadi obyek penelitian,dan dilengkapi dengan keterangan demografis. Etnografi
yang mendeskripsi kebudayaan suatu suku bangsa yang disusun berdasarkan suatu
kerangka etnografi,terdiri dari bab-bab eperti dibawah ini,sementara tiap bab
terbagi lagi dalam sub-sub bab khusus.

1. Nama suku bangsa.


2. Lokasi,lingkungan alam dan demografi.
3. Asal mula dan sejarah suku bangsa.
4. Bahasa.
5. Sistem teknologi.
6. Sistem mata pencarian.
7. Organisasi sosial.
8. Sistem pengetahuan.
9. Kesenian.
10. Agama dan sistem religi.

G. Unsur- Unur Kebudayaan Dalam Etnografi


1. Nama Suku Bangsa
Nama sebutan bagi suku bangsa dalam suatu dekripsi etnografi
seringkali menimbulkan masalah,karena suku bangsa yang berangkutan
sendiri jarangmengggunakan nama yang berbeda. Dalam karangan
etnografi,ribuan suku baangsa yang ada ,sehingga seorang ahli antopologi
yang pergi kelapangan untuk mengumpilkan data seringkali mengalami
kesulitan. Seorang penulis etnografi sebaiknya berupa menggunakan etnik
yang dipakai suku bangasa yang di dideskripsinya. Biasa bahasa etnografi
menggunakan bahasa inggris (padahal banyak etnografi ditulis dalam
bahasa Arab,Portugis,Jerman,Belanda,dll), merupakan kelemahan dalam
antropologi. Apabila seorang ahli antropologi yang hanya menguasai
bahasa inggris melakukan penelitian kompratif mengenai adat disejumlah
kebudayaan etnik yang ada didunia,ia tidak dapat membuat perbandingan
mengenai suatu adat tertentu yang didekripsi didalam bahasa lain.
2. Lokasi, lingkungan alam, dan demografi suku bangsa
Seorang penulis etografi sebaiknya menggambarkan ciri-ciri geologi
dan geomorfologi dari daerah lokasi serta penyebaran suku bangsa
itu,disamping ciri-ciri flora dan fauna yang ada didaerah itu. Bahan
keterangan geografi dan geologi sebaiknya dilengkapi dengan peta-peta
yang memenuhi syarat ilmiah dan membuat data-data yang penting haru
ditonjolkan. Suatu etografi perlu dilegkapi dengan data demografi,yaitu data
mengenai jumlah penduduk.
3. Asal mula dan sejarah suku bangsa
Sebuah etografi sebaiknya dilengkapi dengan keterangan mengenai
asal-muladan sejarah suku bangsa yang menjadi pokok deskripi. Keterangn
mengenai asal-usul suku bangsa yang bersangkutan umumnya dicari dalam
tulisan para ahli prehistori didaerah lokai penelitian. Seorang ahli prehistori
sebenarnya seorang ahli arkeologi,dan juga ahli dalam suatu ilmu sejarah.
Kerja sama antara seorang ahli antropologi dan ahli prehistori merupakan
kerjasama bidang ilmu,atau interdisiplin.
Untuk mencari keterangan mengenai zaman prehistori suatu suku
bangsa,seorang ahli antropologi cukup membaca laporan-laporan hasil
penggalian dan penelitian para ahli prehistori mengenai daerah umum dari
lokasi yang dihuni suku bangsa yang diteliti. Dalam mitologi suku bangsa
biasanya terdapat dongeng-dongen suci mengenai penciptaan
alam,penciptaan dan penyebaran manusi oleh dewa-dewa dalam religi asli
suku bangsa yang berangkutan. Seorang ahliantropologi harus mampu
membuat interpretasi dan mencari maknannya berdasarkan indikasi-
indikasi tertentu yang dapat mengarahkannya kepada sejarah sebenarnya.
Seorang peneliti mempelajari mitologi dan cerita-cerita rakyat dari suku
bangsa yang telah memiliki kesusasteraan,harus berusaha mendapatkan
naskah kuno. Bahan tersebut dipelajari dan diseleki oleh seorang ahli
fiologi(ahli naskah kuno),barulah diperoleh isi yang sebenarnya.
Keterangan sejarah dari suku bangsa yang diteliti telah mempunyai
hubungan dengan bangsa-bangsa lain,dan kemudian menghasilkan berbagai
tulian,mengenai suku bangsa yang bersangkutan sangat membantu
pekerjaan seoraang peneliti antropologi. Kontak asing yang pertama bagi
suku batak berlangsung dengan orang belanda,khuusnya para pendeta
penyiar agama kristen,yang kemudian juga merupakan orang-orang
pertama-tama menulis mengenai masyarakat,kebudayaan,serta adat-istiadat
orang batang.
4. Bahasa
Deskripsi mendalam menganai suatu bahasa akan menghasilkan
suatu daftarleksikografi ( vocabulary). Pengarang antropologi harus
berusaha mengumpulkan data tentang ciri-ciri menonjol dari bahasa suku
bangsa itu, luas batas penyebararannya, variasi geografi, dan variasi
menurut lapisan sosialnya. Ciri-ciri menonjol dari bahasa suku bangsanya
dapat di uraikan dengan cara menempatkan dalam klasifikasi bahasa-bahasa
sedunia pada rumpun , subrumpun, keluarga dan subkeluarga, dengan
beberapa contoh fonetik, fonologi, sintaksis dan semantic yang di ambil dari
bahasa sehari-hari.
Daftar kata-kata dasar , atau basic vocabulary suatu bahasa terdiri
dari kira-kira 200 kata mengenai.
 Anggota badan : kepala, mata,hidung,mulut,tangan,kaki dan
sebagainya.
 Gejala-gejala dari badan :
 Angina, hujan, panas, dingin, matahari, bulan, awan, langit dan
sebagainya.
 Warna
 Bilangan
 Kata kerja pokok: makan, tidur jaln,duduk, berdiri dan sebagainya.

Penyebaran suatu bahasa memang tidak mudah,disebabkan karena di


daerah perbatasan antara daerah temapat tinggal dua suku bangsa ,
hubungannya antara individu. Bahasa di daerah perbatasan menjadi bahasa
campuran, dan suatu pengecualian terhadap situasi semacam itu hanya ada
kalau batas daerah antara tempat tinggal dua suku bangsa itu terpisah oleh
lautan ,gunung yang tinggi, sunagi yang lebar atau batas-batas alam yang
menghambat kontak antara manusia.

Dalam bahasa jawa misalnya, jelas ada perbedaan antara bahasa jawa
yang di ucapkan oleh orang jawa di purwokerto , tegal, Surakarta dan
Surabaya, para ahli bahasa perbedaan itu disebut perbedaan logat atau
dialek (dialect). Perbedaan bahasa juga di tentukan oleh lapisan-lapisan
social dalam masyarakat. Seperti dalam bahasa jawa yang di pakai orang
desa atau yang di pakai oleh pegawai (priyayi) atau dalam
istana (kraton).Perbedaan lapisan tingkat sosial bahasa itu disebut (social
levels of speech).

5. Sistem Teknologi
Dalam buku etnografi yang di tulis oleh para ahli antropologi dari
zaman akhir abad ke-19 sampai awal abad 20 dapat melihat adanya suatu
perhatian besar tentang sistem teknologi dan sistem peralatan dari suatu
bangsa. Buku etnografi dari zaman sesudah kira-kira 1930 terutama yang
di tulis oleh para ahli antropologi Inggris dan Amerika mengenai bab sistem
teknologi menjadi kurang penting, banyak buku etnografi dari para ahli
antropologi Inggrs dan Amerika dari masa itu tidak mempunyai bab tentang
unsure kebudayaan fisik.
Teknologi tradisional mengenai paling sedikit delapan macam
sistem peralatan dan unsur krebudayaan fisik yang di pakai oleh manusia
yang hidup dalam masyarakat kecil yang berpindah-pindah atau masyarakat
pedesaan yang hidup dari pertanian yaitu:
 Alat-alat produksi
Maksud nya ini alat untuk melaksanakan suatu pekerjaan mulai dari
yang sederhana seperti batu tumbuk untuk menumbuk teriga. Jadi alat-
alat ini dapat di kelaskan dalam menurut macam bahan-bahan mentah,
seperti batu, tulang, kayu, bamboo, dan logam. Teknik tradisional
pembuatan alat batu telah di uraikan oleh para ahli prehistori, misalanya
oleh K.T. Oakley dalam bukunya man the toolmaker (1950).
a. Pembuatan alat batu dapat di kerjakan menurut empat teknik:
1. Teknik pemukulan (percussion flaking).
2. Teknik penekanan (pressure flaking).
3. Teknik pemecahan (chipping).
4. Teknik penggilingan (grinding).
b. Teknik pembuatan alat tulang-belulang,gading atau gigi.
Sudah mempunyai bentuk kurang lebih sama dengan bentuk alat
yang diperlukan, maka teknik pembuatannya bersifat lebih lanjut dengan
cara retouching
c. Teknik pembuatan logam
Ada dua golongan :
- Teknik menandai.
- Teknik teknologi menuang.
Alat-alat tradisional ini dapat di bedakan dalam bentuk pemakaian
menurut fungsinya,pemakaian menurut lapangan pekerjaannya. Menurut
sudut fungsinya alat-alat tradisional ini dapat di bagi kedalam alat potong,
alat tusuk dan pembuat lubang,alat pukul,alat penggiling,alat peraga,alat
untuk membuat api,alat meniup api dan sebagainya. Sedangkan dari sudut
lapangan pekerjaannya ada alat-alat rumah tangga , alat pengikal dan tenun,
alat-alat pertanian, alat-alat penangkap ikan,jerat perangkap dan
sebagainya.
 Alat pembuatan api
Alat pembuatan api ada yang menggunakan gesekan batu dan
gesekan kayu yang rauta
 Senjata
Senjata juga dapat di kelaskan, menurut bahan mentahnya, menurut
teknik pembuatannya. Senjata juga dapat di kelaskan menurut fungsi dan
lapangan pemakaiannya. Menurut fungsinya, ada senjata potong, senjata
tusuk,senjata lempar, dan senjata penolak, menurut lapangan pekerjaannya
ada senjata untuk buruan serta menangkap ikan, dan senjata untuk berkelahi
dan berperang.
 Wadah
Menurut bahan mentahnya dapat di kelaskan yaitu : kayu, bamboo,
kulit kayu, tempurung, serat-seratan atau tanah liat. Pembuatan wadah dari
serat-seratan seperti berbagai jenis keranjang, talah menarik perhatian
banyak pengarang etnografi, terutama karena banyak suku bangsa di
berbagai tempat di dunia pernah mengembangkan berbagai cara
menganyam keranjang yang konflek dan indah. Macam wadah yang paling
banyak dapat perhatian dari para ahli prehistory adalah wadah yang terbuat
dari tanah liat, yang di sebut dengan tembikar atau dalam bahasa inggris
disebut pottery.
Wadah ini memiliki fungsi sebagai tempat menimbun,memuat, dan
menyimpan dan sebagainya, sedangkan fungsi dalam lapangan memasak
sebagai alat dan sebagai wadah pembawa barang.
 Makanan
Makanan dapat di pandang dari sudut bahan mentahnya, yaitu sayur-
mayur dan daun-daunan, buah-buahan,akar-akaran, biji-bijian, daging,
susu,ikan dan sebaginya. Dalam berbagai kebudayaan di dunia ada dua
macam cara memasak , yaitu dengan api dan menggunakan batu-batuan
panas. Di pandang dari sudut tujuan konsumsinya,makanan dapat di
golongkan ke dalam empat golongan, yaitu:
1. Makanan dalam arti khusus (food)
2. Minuman (beverages)
3. Bumbu-bumbuan (spices)
4. Bahan yang di pakai untuk dipakai saja seperti tembakau,madat dan
sebagainya (stimulants)

 Pakaian
Suatu benda yang sangat penting untuk hsmpir semua suku bangsa
di dunia. Pakaian dapat di kelaskan ke dalam pakian dari bahan tenun,
pakaian dari kulit pohon, pakaian dari kulit binatang dan lain-lain. Teknik
pembuatan pakaian yang paling banyak mendapat perhatian sarjana
antropologi adalah cara-cara memintal dan menenun. Di tinjau dari fungsi
dan pemakaiannya, pakaian dapat dibagi paling sedikit empat golongan
yaitu:
a) Pakaian semata-mata
b) Pakaian sebagai keunggulan dan gengsi
c) Pakaian sebagai lambing yang di anggap suci
d) Pakaian sebagai perhiasan badan.
 Tempat berlindung dan perumahan
Tempat berlindung atau rumah dapat di golongkan menurut bahan
mentahnya seperti ,yang di buat dari serat,jerami, kayu dan bambu. Lepas
dari beragam bentuk khusu dari rumah di seluruh dunia , secara garis besar
ada tiga macam bentuk pokok rumah manusia, yaitu ; rumah yang setengah
di bawah tanah (semi-subterranian dwelling), rumah di atas tanah (surface
dwelling), dan rumah di atas tiang ( pile dwelling). Di pandnag dari sudut
pemakaiannya, tempat berlindung dapat di bagi dalam tiga golongan yaitu:
a) Tanda angin.
b) Tenda atau gubuk yang segera dapat dilepas ,dibawa pindah,
dan didirikan lagi
c) Rumah untuk menetap.
Di pandang dari sudut fungsi sosialnya berbagai macam rumah tadi
dapat di bagi ke dalam:
a) Rumah tempat tinggal keluarga kecil
b) Rumah tempat tinggal keluarga besar
c) Rumah suci
d) Rumah pemujaan
e) Rumah tempat berkumpul umum
f) Rumah pertahanan.
 Alat-alat trasportasi
Alat-alat transportasi berdasarkan fungsinya yang terpenting adalah
a) sepatu, b) binatang, c) alat seret, d) kereta beroda, e) rakit dan f) perahu.
Ada alat lain untuk memuat barang yaitu travois, dan alat seret (sledge0.
Travois adalah suatu alat yang dipakai oleh berbagai suku bangsa India di
daerah stepa di Amerika Utara yang tidak mengenai kereta roda.
6. Sistem Mata Pencaharian

1. Sistem mata pencarian tradisional


a) Berburu dan meramu
b) Beternak
c) Bercocok tanam di lading
d) Menangkap ikan
e) Bercocok tanam menetap denga irigasi
2. Berburu dan meramu
Mata pencarian berburu ( hunting) dan meramu ( gathering) merupakan
suatu mata pencarian manusia yang paling tua. Walaupun suku-suku bangsa
berburu dan meramu hanya tinggal sedikit dan sulit didatangi, tapi masih tetap
menaruh perhatian terhadap suatu bentuk mata pencarian hidup manusia yang
tertua,. Adat istiadat yang berhubungan dengan pembagian hasil pemburuan
kepada kaum kerabat, para tetangga dan orang-orang lain dalam masyarakatnya.
Kemudian juga pada cara hasil pemburuan atau ramuan itu diproses dan dijual
kepada orang-orang lain di luar masyarakat sendiri.
3. Beternak

Mata pencarian pokok yang di kerjakan dengan cara besar-besaran , pada


masa sekarang dilakuan oleh kurang lebih tujuh juta manusia. Kitra-kira lima
juta peternak hidup di daerah stepa sabana di Asia Tengah. Sepanjang sejarah
,suku-suku bangsa peternak menunjukan sifat-sifat yang agresif. Bangsa-bangsa
peternak biasanya hidup mengembara sepanjang musim semi dan musim panas
dalam suatu wilayah tertentu yang sangat luas, mereka berkemah di jalan pada
malam hari. Masalah- masalah yang sama seperti dalam bentuk-bentuk.
4. Bercocok tanam di lading
Bercocok tanam di ladang merupakan suatu bentuk mata pencarian manusia
yang lambat laun akan hilang,di gantikan dengan bercocok tanam menetap. Cara
bercocok tanam diladang, yaitu:
a. Membuat sebidang tanah dengan memotong belukar, dan menebang
pohon-pohon , kemudian dahan-dahan dan batang-batang yang jatuh bertebaran
di bakar setelah kering.
b. Lading-ladang yang dibuka dengan cara itu kemuadian ditanami
dengan pengolahan yang minimum dan tanpa irigasi
c. Sesudah duas atau tiga kali memungut hasilnya, tanah yang sudah
kehilangan kesuburannya itu di tinggalkan
d. Sebuah lading baru dibuka dengan cara yang sama, yaitu dengan
menebang dan membakar pohon-pohonnya
e. Setelah 10-12 tahun, mereka akan kembali lagi ke lading pertama yang
sudah di tutup dengan hutan kembali.
Persoalan tanah dan modal dari bercocok tanam diladang yang meliputi hak
ulayat dan hak milik atas tanah hutan,sumber-sumber air dan sebagainya,
menaruh perhatian terhadp masalah susunan kelompok-kelompok manusia dan
hubungan antara mereka dalam hal berladang, masalah kepemimpinan dalam
aktivitas berladang, bantuan tenaga dan gotong royong pada musim-musim
sibuk.
5. Menangkap ikan
Menangkap ikan merupaka pencarian yang snagt tua. Manusia zaman purba
yang kebetulan hidup di dekat sungai,danau atau laut, telah menafaatkan sumber
alam yang penting itu untuk keperluan hidupnya. Para ahli antropologi juga
menaruh perhatian yaitu sumber alam dan modal,tenaga kerja , teknologi
produksi dan konsumsi distribusi dan pemasaran.

a. Masalah sumber alam dan modal dalam usaha mencari ikan seperti hak ulayat
terhadap daerah-daerah tertentu dalam sungai, danau, atau pantai yang terdapat
banyak ikan , bintang kerang atau bintang air lainnya. Hal yang terpenting dalam
maslah modal adalah hak miliki atas alat-alat menangkap ikan dan hak milik atas
perahu dan alat berlayar.
b. Masalah tenaga kerja seperti gotong royong dan cara mengerahkan tenaga
untuk menangkap ikan dan cara untuk mengerahkan awak kapal. Selain itu juga
maslah yang menyangkut upah , bagi hasil dan sebagainya.
c. Masalah teknologi produksi
Dalam teknologi juga bersangkuta segala upacar ilmu gaib untuk menangkap ikan
dan sebagainya.
d. Masalah distribusi dan pemasaran
Ada hubungannya dengan cara pengawetan ikan dan organisasi penjualan serta
distribusi kepada tengkulak atau pasar-pasar ikan.
6. Bercorak tanam dengan menetap dengan irigasi
Bercocok tanam menetap pertama-tama timbul di beberapa yang terletak di
daerah perairan sungai-sungai besar ( karena daerah itu subur tanahnya). Banyak
suku bangsa yang melakukan bercocok tanam di lading dan sekarang mulai berubah
menjadi petani menetap. Ilmu antropologi juga menaruh perhatian terhadap
masalah-masalah yang berkaitan dengan bercocok tanam menetap, yaitu: tanah dan
modal, tenaga kerja,teknologi ( masalah organisasi irigasi ,pembagian air dan
sebagainya).
7. Organisasi Sosial
1. Unsur-unsur khusus organisasi
Setiap kehidupan masyarakat diorganisasi atau diatur oleh adat
istiadat dan aaturan-aturan mengenai berbagai macam kesatuan di dalam
lingkungan tempat individu hidup dan bergaul dari hari ke hari. Kesatuan
yang paling mesra adalah kesatuan kekerabatan, yaitu keluarga inti yang
dekat dan kaun kerabar lain. Kemudian ada kesatuan-kesatuan diluar
kerabat, tetapi masih dalam lingkungan komunikasi.
2. Sistem kekerabatan.
Sejak masa pertengah abad ke-19, para ahli antropologi seperti J.J
Bochofen, L.H.Morgan, E.B Taylor dan lain-lain telah banyak
menganalisais mengenai berbagai isitem kekerabatan yang ada di dunia.
Bentuk masyarakat keluarga inti berdasarkan monogaami, vukan saru-
satunya isitem kekerabatan di dunia. Di samping prinsip keturunan bilateral
di dalam hubungan kekerabatan ada juga prinsip patrilineal ( prinsip
menghitung keturunan dari kerabat pria), matrilineal ( prinsip menghitung
keturunan dari kerabat wanita).
8. Sistem Pengetahuan
a di setiap suku di dunia ini biasanya mempunyai pengetahuan tentang:
a. Alam sekitar
b. Alam flora di daerah tempat tinggalnya
c. Alam fauna ddi daerah tempat tinggalnya
d. Zat-zat , bahan mentah, dan benda-benda dalam lingkungannya
e. Tubuh manusia
f. Sifat-sifat dan tingkahlaku sesame manusia
g. Ruang dan waktu.

9. Sitem religi
Dalam pembahasan pokok antropologi tentang religi juga berbicara sistem
ilmu gaib sehingga pokok itu dapat di bagi menjadi dua pokok yaitu: a) sistem
religi dan b) sistem ilmu gaib. Suatu sistem religi dalam suatu kebudayaan selalu
mempunyai ciri-ciri untuk sedapat mungkin memelihara emosi keagamaan itu
di anatara pengikutnya. Emosi keagamaan merupaka unsure-unsur penting
dalam sistem religi bersama tiga unsure lainnya, yaitu:
1) Sistem keyakinan
2) Sistem upacara keagamaan
3) Suatu umat yang megandung religi

10. Kesenian
1. tentang kesenian dalam etnografi
Para pengarang etnografi pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-
20dalam karang-karang mereka mengenai benda-benda hasil seni sering
kali memuat suatu deskripsi mengenai benda-benda hasil seni, seni rupa,
terutama seni patung, seni ukir atau seninhias, pada benda alat-alat sehari-
hari. Deskripsi-deskripsi itu terutama memperhatikan bentuk,teknik
pembuatan, motif perhiasan, dan gaya dari benda-benda kesenian tersebut.
2. Lapangan-lapangan khusus dalam kesenian
Di pandang dari sudut cara kesenian sebagai ekspresi hasra manusia
akan keindahan itu dinikmati, maka ada dua lapangan besar yaitu: a) seni
rupa, atau kesenian yang dinikmati oleh manusia dengan mata dan b) seni
suara, kesenian yang di nikmati oleh manusia dengan telinga. Dalam
lapangan seni rupa ada seni patung, seni relif, seni lukis atau gambar dan
seni rias. Sedangkan dalam seni musik ada yang vocal dan ada yang
instrumeltal, dan seni sastra lebih khusus terdiri dari prosa dan puisi.
Akhirnya ada satu kesenian yang mencakup dari seni semuanya yaitu seni
drama.
H. Kajian Etnografi
Etnografi berarti melukiskan atau menggambarkan kehidupan suatu
masyarakat atau bangsa. Oleh karena itu :

1. Pekerjaan antropolog dalam mendeskripsikan dan menganalisis


kebudayaan, yang tujuan utamanya adalah memahami pandangan (
pengetahuan ) dan hubungannya dengan kehidupan sehari-hari ( perilaku )
guna mendapatkan pandangan ‘ dunia “ masyarakat yang diteliti.
2. Komponen penelitian yang fundamental dalam disiplin akademis
antropologi ( buadaya ), sehingga etnografi merupakan tipe khas dalam
antropologi
3. Bentuk penelitian social-budaya yang bertipekan :
a. Studi mendalam ( kualitatif ) tentang keragaman fenomena social-
budaya suatu masyarakat
b. Pengumpulan data primer dengan pedoman wawancara
c. Penelitian pada satu aqtau beberapa kasus secara mendalam dan
komparatif
d. Analisis data melalui interpretasi fungsi dan makna dari pemikiran dan
tindakan, yang menghasilkan deskripsi dan analisis secara verbal.

Berdasarkan konsep dan sejarah etnografi, maka karya etnografi dapat


dibagi dalam beberapa tipe, yaitu meliputi etnografi : deskriptif/positivism, historis,
simbolik/interpretif, structural, dan kini/kontemporer. Tipe-tipe karya etnografi
biasanya ditulis berdasarkan atau berkaitan gengan paradigma dan teori yang dianut
oleh antropologi dalam penelitian etnografinya.
BAB III

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan makalah diatas, dapat kita ambil kesimpulan bahwa Etnografi


adalah ilmu yang menggambarkan atau menganalisis kehidupan suatu masyarakat
atau bangsa yang di lihat dari beberapa unsure-unsur budayanya secara geologi dan
geomorfologi.

Etnografi adalah merupakan bidang ilmu yang merangkul semua informasi


yang melekap pada suku bangsa serta masyarakat itu sendiri. Etnografi tidak dapat
di pisahkan dengan Antropologi, Kebudayaan dan Adat Istiadat. Sebab
Antropologi, Kebudayaan dan Adat Istiadat merupakan yang tidak terpisahkan
dalam ciri khas atau bentuk suku bangsa serta masyarakat yang ada di dalamnya.
Sehingga Etnografi itu sendiri menjelaskan tentang Antropologi, Kebudayaan dan
Adat Istiadat.

B. Saran

Berkaitan dengan kesimpulan di atas, ada suatu makna yang terkandung di


dalamnya yang harus kita maknai, sehingga di sarankan agar dalam bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara agar memperhatikan aturan-aturan yang melekat dalam
masyarakat itu sendiri atau taat kepada undang-undang dalam berbangsa dan
bernegara.
DAFTAR PUSTAKA

Ahimsa-Putra, Heddy Sahri 1993 “ Antropologi Koentjaraningrat : Sebuah Tafsir

Epistemologis “, dalam EKM.Manisambow (ed), Koentjaraningrat

dan Antropologi Di Indonesia. Jakarta: AAI dan Yayasan Obor

Budisantosa, 1991“ Corak Kebudayaan Indonesia “.Studi Indonesia

Koentjaraningrat, 1993“ Pendahuluan”, dalam Koentjaraningrat,(ed.),

Masyarakat Terasing di Indonesia. Jakarta: Gramedia

http://dwipur_sastra.staff.uns.ac.id/2009/06/03/etnografi-komunikasi-dan-
register/.

Burhan Bungin, 2007, Analisis Data Penelitian Komunikasi, Grafindo Persada,

Jakarta

http://teguhimanprasetya.wordpress.com/2008/09/25/etnografi-dan-folklore-
antro/

Anda mungkin juga menyukai