Anda di halaman 1dari 6

e-Jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan

Volume IV No 1 Oktober 2015


ISSN: 2302-3600

REDUKSI AMONIA PADA SISTEM RESIRKULASI DENGAN


PENGUNAAN FILTER YANG BERBEDA

Fitri Norjanna*, Eko Efendi†‡, Qadar Hasani ‡

ABSTRAK

Amonia merupakan parameter kualitas air yang berperan penting pada budidaya
ikan. Ikan mengeluarkan limbah dari sisa pakan dan metabolisme yang banyak
mengandung amonia. Permasalahan yang biasa dihadapi adalah cepatnya
akumulasi limbah dari residu pakan dan hasil metabolisme ikan. Amonia akan
terakumulasi dalam sistem resirkulasi dan dapat mencapai konsentrasi yang
merugikan ikan jika terlalu berlebihan. Untuk mengurangi amonia pada sistem
resirkulasi dapat di lakukan dengan penambahan filter. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui laju pengurangan amonia dan menguji jenis filter yang efektif
dalam penurunan amonia pada sistem resirkulasi. Penelitian ini menggunakan
rancangan acak lengkap dengan empat perlakuan dan tiga ulangan (kontrol, zeolit,
arang, dan pecahan karang). Penelitian dilakukan menggunakan benih lele (Clarias
sp.) 4-5 cm dalam kolam terpal berukuran 1 x 1 x 2 m dengan kepadatan 200
ekor/m2. Parameter utama dalam penelitian ini adalah amonia, dengan parameter
pendukung yakni suhu, pH, dan oksigen terlarut. Hasil penelitian ini menunjukan
bahwa penambahan filter berupa pecahan karang memberikan pengaruh nyata
terhadap penurunan amonia pada sistem resirkulasi.

Kata kunci: resirkulasi, filter, amonia, zeolit, arang, pecahan karang

Pendahuluan dkk., 2006). Amonia yang tidak


Budidaya ikan secara intensif lebih teroksidasi oleh bakteri dalam waktu
efesien dalam memproduksi ikan, terus-menerus dengan jangka waktu
namun tidak terlepas dari limbah. Ikan yang lama akan bersifat racun.
mengeluarkan limbah dari sisa pakan Tingginya konsentrasi amonia dapat
dan metabolisme yang banyak menyebabkan kerusakan pada insang,
mengandung amonia (Effendi, 2003). ikan mudah terserang penyakit, dan
Ikan mengeluarkan 80-90% amonia menghambat laju pertumbuhan (Hastuti
melalui proses osmoregulasi, feses dan dan Subandiyono, 2011). Untuk
dari urin. Peningkatan padat tebar dan mengurangi amonia dalam air maka
lama waktu pemeliharaan akan diikuti dilakukan penambahan biofiltrasi ke
dengan peningkatan kadar amonia dalam sistem resirkulasi guna mengikat
dalam air (Avnimelech, 2005; Shafrudin amonia yang beracun. Sistem resirkulasi

*
Mahasiswa Jurusan Budidaya Perairan Universitas Lampung

Email: eko.efendi@fp.unila.ac.id

Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Unila. Jalan Prof. S. Brodjonegoro No. 1 Gedong
Meneng Bandar Lampung 34145

© e-JRTBP Volume 4 No 1 Oktober 2015


428 Reduksi ammonia pada system resirkulasi dengan filter yang berbeda

adalah salah satu alternatif yang dapat Rancangan yang digunakan dalam
digunakan untuk menjaga kualitas air, penelitian ini adalah rancangan acak
dimana memanfaatkan kembali air yang lengkap (RAL) (Steel dan Torrie, 1991),
sudah digunakan dengan cara memutar menggunakan 4 perlakuan dengan 3 kali
air secara terus-menerus ulangan. Perlakuan yang diterapkan
(Djokosetiyanto dkk., 2006; Fauzzia pada penelitian ini yaitu tanpa filter
dkk., 2013) sehingga sistem ini bersifat (perlakuan A), zeolit (perlakuan B),
hemat air (Sidik, 2002; Djokosetiyanto arang (perlakuan C), dan pecahan
dkk., 2006; Prayogo dan Abdul, 2012). karang (perlakuan D). Parameter utama
Biofiltrasi amonia yakni mengoksidasi yang diamati yakni amonia dengan
amonia menjadi nitrit kemudian parameter pendukung kualitas air yang
menjadi nitrat. Penambahan biofitrasi diamati meliputi suhu, pH, kadar
dalam mereduksi amonia hanya mampu oksigen terlarut (DO), dilakukan setiap
hingga 58% (Setijaningsih, 2009). pagi dan sore hari. Analisis sampel air
Namun hal tersebut belum cukup dilakukan setiap 20 hari sekali.
optimal dalam mereduksi amonia. Pengambilan sampel air dilakukan pada
Permasalahan ini dapat diatasi dengan 2 titik yaitu pada saluran pemasukan
menerapkan sitem resirkulasi dengan (inlet) dan pengeluaran (outlet) filter.
penambahan filter untuk menyaring air Sampel air dianalisa di laboratorium
dengan tujuan memperbaiki kualitas air dengan menggunakan metode phenate
agar bisa digunakan kembali (APHA, 2005).
(Darmayanti dkk., 2011). Filter yang Pengaruh perlakuan terhadap laju
digunakan dalam penelitian ini seperti retensi amonia dihitung dari
zeolit, arang, dan pecahan karang. menggunakan analisis sidik ragam
Zeolit dan pecahan karang bekerja (ANOVA). Perbedaan antar perlakuan
dengan memanfaatkan kemampuan dilakukan analisa menggunakan uji
pertukaran ion (Silaban dkk., 2012), Duncan pada selang kepercayaan 95%
sedangkan arang aktif memiliki daya (Steel dan Torrie, 1991).
serap cukup tinggi dan memiliki pori-
pori jauh lebih besar (Ristiana dkk, Hasil dan Pembahasan
2009; Darmayanti dkk., 2011; Parameter kualitas air yang diamati
Alamsyah dan Damayanti, 2013). meliputi suhu, pH, dan oksigen terlarut
Sistem resirkulasi dengan penambahan (Gambar 1).
filter tersebut diharapkan mampu untuk Kisaran suhu tertinggi adalah 26oC dan
menjaga kualitas air agar tetap baik. terendah 22,5oC. Kisaran pH tertinggi
Penelitian ini bertujuan untuk adalah 8 dan terendah 6, sementara
mengetahui laju pengurangan amonia kisaran untuk oksigen terlarut tertinggi
dengan penggunaan filter yang berbeda terjadi pada sore hari sebesar 7.37 mg/l
dan jenis filter yang efektif untuk laju dan yang terkecil 0,1 mg/l (Gambar 1).
pengurangan amonia pada sistem Kondisi ini terjadi karena masalah
resirkulasi. teknis, yaitu pompa lebih sering
mengalami gangguan sehingga tidak
berfungsi normal, dan mempengaruhi
proses pengadukan yang dapat
Metode menghambat difusi oksigen ke air. Pada

© e-JRTBP Volume 4 No 1 Oktober 2015


Fitri Norjanna, Eko Efendi, Qadar Hasani 429

kondisi oksigen terlarut rendah dan pH Berdasarkan hasil penelitian kandungan


serta suhu lebih tinggi diduga yang amonia pada semua perlakuan baik pada
menyebabkan konsentrasi amonia pada saluran masuk (inlet) maupun saluran
ulangan tertentu akan memiliki nilai keluar (outlet) menunjukan penurunan
yang lebih tinggi. Hal tersebut sesuai pada pengambilan sampel ke dua, hal
dengan pendapat Effendi (2003) yang tersebut disebabkan karena adanya
menyatakan bahwa konsentrasi amonia pengaruh dari sumber amonia.
meningkat dengan meningkatnya pH Pengamatan pertama sumber amonia
dan suhu. berasal dari pupuk, hal tersebut
memungkinkan konsentrasi amonia
pada pengamatan pertama masih tinggi.
Selanjutnya pada pengamatan ke dua
sumber amonia berasal dari feses, sisa
pakan, dan sisa pupuk sehingga
konsentrasi amonia pada pengamatan ke
dua lebih rendah dari pengamatan
pertama. Konsentrasi amonia berkurang
diduga adanya proses nitrifikasi, yang
juga dipengaruhi oleh parameter
kualitas air seperti suhu, oksigen
terlarut, dan pH. Penurunan konsentrasi
amonia juga diduga karena pengaruh
filter, yang mampu bekerja secara kimia
menyerap amonia (Silaban dkk., 2012).

Gambar 2. Konsentrasi amonia (mg/l)


penggunaan filter yang
Gambar 1. Kualitas air suhu air (atas), berbeda pada sistem
pH (tengah) dan oksigen resirkulasi.
terlarut (bawah) Berdasarkan hasil waktu pengamatan
penggunaan filter yang pertama, nilai reduksi amonia tertinggi
berbeda pada sistem terdapat pada filter zeolit dan yang
resirkulasi. terendah pada filter pecahan karang.
Untuk waktu pengamatan ke dua nilai
© e-JRTBP Volume 4 No 1 Oktober 2015
430 Reduksi ammonia pada system resirkulasi dengan filter yang berbeda

reduksi amonia tertinggi pada filter peningkatan dalam mereduksi amonia,


arang dan terendah filter pecahan karena secara fisika menyebabkan
karang, selanjutnya pada waktu tumbuhnya bakteri nitrifikasi, bahan-
pengamatan ke tiga nilai tertinggi filter bahan organik yang ada di perairan akan
zeolit dan yang terendah filter arang. tersaring dan menempel pada
Sedangkan pada waktu pengamatan ke permukaan karang. Kemampuan filter
empat nilai reduksi amonia tertinggi arang mulai berkurang karena tidak lagi
yakni filter pecahan karang dan bekerja secara kimia dan kurang
terendah filter zeolit (Gambar 2). mendukung secara fisika dengan untuk
Secara keseluruhan bahwa perlakuan tumbuhnya bakteri. Filter arang
dengan penambahan filter yang memiliki kondisi yang rapat sehingga
dilakukan selama 60 hari menunjukan cenderung lebih anaerob. Pengamatan
pengaruh yang nyata terhadap ke empat, filter pecahan karang
penurunan konsentrasi amonia (Gambar memiliki daya reduksi amonia tertinggi,
2). Pada pengamatan pertama filter diikuti filter arang dan filter zeolit. Filter
zeolit memiliki kemampuan lebih baik pecahan karang mampu bekerja optimal
dalam mereduksi amonia dibandingkan secara fisika, dimana pori-pori kosong
dengan filter arang dan pecahan karang. menjadi tempat tumbuhnya bakteri-
Filter zeolit dapat bekerja secara bakteri yang membantu proses
kimiawi, dan fisika. Secara kimia zeolit nitrifikasi. Sesuai pendapat Diyah dkk.
menyerap amonia melalui mineral (2012) yang menyatakan bahwa bakteri-
aluminosilikat (Silaban dkk., bakteri dapat hidup dan berkembang
2012).Pengamatan ke dua filter arang pada pecahan karang. Filter arang dan
lebih baik dalam mereduksi amonia, zeolit tidak memiliki kemampuan
dibandingkan filter zeolit dan pecahan secara kimia, tetapi secara fisika ukuran
karang. Kemampuan filter arang diduga arang lebih besar dibandiingkan dengan
secara kimia mampu bekerja optimal. zeolit. Ukuran yang lebih besar ini yang
Mifbakhuddin (2010) menyatakan meyebabkan adanya tempat untuk
bahwa kemampuan daya serap arang tumbuhnya bakteri, sehingga
disesuaikan dengan ketebalannya, kemampuan arang lebih baik dari zeolit.
sehingga semakin tebal media yang Pengaruh perlakukan dalam mereduksi
digunakan semakin bagus hasil amonia menunjukan adanya pengaruh
penyerapannya. Kemampuan filter yang signifikan berdasarkan analisi
zeolit berkurang dikarenakan adanya variasi pada selang kepercayaan 95%
pengaruh oksigen terlarut yang (P<0.05). Filter hanya mereduksi
mengurangi konsentrasi amonia, amonia untuk melihat perbedaan antar
sehingga jumlah yang tereduksi menjadi perlakuan dilanjutkan uji lanjut Duncan
lebih sedikit. Kemampuan filter pada yang menunjukan bahwa perlakuan
pengamatan ke tiga, menyebabkan pecahan karang lebih baik dibandingkan
bahwa filter zeolit paling baik dalam perlakuan yang lain. Dalam prosesnya
mereduksi amonia diikuti filter pecahan pecahan karang memungkinkan bekerja
karang dan arang. Kemampuan filter secara fisika, kimia, maupun biologi
zeolit dalam mereduksi amonia karena menunjukan bahwa perlakuan
filter zeolit dapat bekerja secara kimia. penambahan filter dengan pecahan
Filter pecahan karang juga menunjukan karang memberikan pengaruh nyata

© e-JRTBP Volume 4 No 1 Oktober 2015


Fitri Norjanna, Eko Efendi, Qadar Hasani 431

terhadap konsentrasi penurunan amonia Resirkulasi. Jurnal Akuakultur


di dalam sistem resirkulasi karena Indonesia 5: 13-20.
adanya pori-pori yang besar pada Diyah P, R., M Siringoringo, R., dan A
pecahan karang memungkinkan tempat Hadi, T. 2012. Status Rekruitmen
bakteri untuk hidup, dimana bakteri Karang Scleractinia di Perairan
tersebut akan membantu proses Kendari Sulawesi Tenggara. Jurnal
penurunan amonia dalam air (Diyah Ilmu Kelautan 17: 170-175.
dkk., 2012). Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air
Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan
Kesimpulan Lingkungan. Kanisius. Yogyakarta.
Penambahan filter yang berbeda dalam Fauzzia, M., Izza, R., dan Nyoman W.
sistem resirkulasi memberikan 2013. Penyisihan Amonia dan
pengaruh nyata terhadap pengurangan Kekeruhan pada Sistem Resirkulasi
kadar amonia dan filter yang efektif Budidaya Kepiting dengan
untuk laju pengurangan amonia pada Teknologi Membran Biolfiter. Jurnal
sistem resirkulasi ialah filter pecahan Teknologi Kimia dan Industri 2: 155-
karang. 161.
Hastuti, S., dan Subandiyono. 2011.
Daftar Pustaka Performa Hematologis Ikan Lele
Alamsyah, A., dan A Damayanti. 2013. Dumbo (Clarias gariepinus) dan
Pengaruh Arang Tempurung Kelapa Kualitas Air Media pada Sistem
dan Eceng Gondok untuk Budidaya dengan Penerapan Kolam
Pengolahan Air Limbah Tahu Biofilter. Jurnal Saintek Perikanan 6:
dengan Variasi Konsentrasi.Jurnal 1-5.
Teknik Pomits 2: 6-9. Mifbakhuddin. 2010. Pengaruh
APHA. 2005. Standard Methods for Ketebalan Karbon Aktif sebagai
Examination of Water and Media Filter terhadap Penurunan
th
Wastewater. 21 Ed. Washington. Kesadahan Air Sumur Artetis.
Avnimelech Y. 2005. Bio-filter: The Eksplanasi 5: 1-11.
Need for New Comprehensive Prayogo, B, S.R., dan Abdul M. 2012.
Approach. Aquaculture Engineering Eksploritasi Bakteri Indigen pada
34: 172-178. Pembenihan Ikan Lele Dumbo
Darmayanti, L. Yohanna L., dan Josua (Clarias sp.) Sistem Resirkulasi
MTS. 2011. Pengaruh Penambahan Tertutup. Jurnal Ilmiah Perikanan
Media pada Sumur Resapan Dalam dan Kelautan 4: 193-197.
Memperbaiki Kualitas Air Limbah Ristiana, Nana., D. Astuti., dan T.P
Rumah Tangga. Jurnal Sains dan Kurniawan. 2009. Keefektifan
Teknologi 10: 61-66. Ketebalan Kombinasi Zeolit dengan
Djokosetiyanto, D., A. Sunarma., dan Arang Aktif dalam Menurunkan
Widanarni. 2006. Perubahan Kadar Kesadahan Air Sumur di
Ammonia (NH3-N), Nitrit (NO2-N) Karangtengah Weru Kabupaten
dan Nitrat (NO3-N) pada Media Sukoharjo. Jurnal Kesehatan 2: 91-
Pemeliharaan Ikan Nila Merah 102.
(Oreochromis sp.) di dalam Sistem Steel, R. G. D. dan J. H. Torrie. 1991.
Prinsip dan Prosedur Statistik.
© e-JRTBP Volume 4 No 1 Oktober 2015
432 Reduksi ammonia pada system resirkulasi dengan filter yang berbeda

Terjemahan. Edisi ke-2. Gramedia Peningkatan Kerja Filter Air untuk


Pustaka: Jakarta. Menurunkan Konsentrasi Amonia
Setijaningsih L. 2009. Peningkatan pada Pemeliharaan Ikan Mas
Produktivitas Kolam Melalui (Cyprinus carpio). Jurnal Rekayasa
Perbedaan Jarak Tanam Tanaman dan Teknologi Budidaya Perairan 1:
Akuaponik Pada Pemeliharaan Ikan 47-56.
Mas (Cyprinus carpio). Laporan Shafrudin,D. Yuniarti., dan M.
Tahunan. Balai Perikanan Budidaya Setiawati. 2006. Pengaruh
Air Tawar. Bogor. Kepadatan Benih Ikan Lele Dumbo
Sidik, A.S. 2002. Pengaruh Padat (Clarias sp) terhadap Produksi pada
Penebaran Terhadap Laju Nitrifikasi Sistem Budidaya dengan
dalam Budidaya Ikan Sistem Pengendalian Nitrogen melalui
Resirkulasi Tertutup. Jurnal Penambahan Tepung Terigu. Jurnal
Akuakultur Indonesia 1: 47-51. Akuakultur Indonesia 5: 137-147.
Silaban, T. F.,Santoso, L., dan
Suparmono. 2012. Dalam

© e-JRTBP Volume 4 No 1 Oktober 2015

Anda mungkin juga menyukai