Sebelum kita membahas penilaian otentik, terbih dahulu kita tahu konsep tentang; pengukuran (measurement), penilaian (assessment), evaluasi (evaluation), penilaian otentik (Authentic assessment). 1. Pengukuran (measurement) Secara etimologis, pengukuran merupakan terjemahan dari measurement. Secara terminologis, pengukuran diartikan suatu proses atau kegiatan untuk menentukan kuntitas sesuatu (Zainal Arifin. 1012) Pengukuran bisa diartikan sebagai proses memasangkan fakta- fakta suatu objek dengan fakta-fakta satuan tertentu (Endang Purwanti 2008). Dengan kata lain pengkuruan merupakan suatu proses kegiatan atau upaya yang dilakukan untuk memberikan angka-angka pada suatu gejala atau peristiwa, atau benda, sehingga hasil pengukuran akan selalu berupa angka (Endang Purwanti 2008). Kemudian Arikunto dan Jabar (2004) menyatakan pengertian pengukuran (measurement) sebagai kegiatan membandingkan suatu hal dengan satuan ukuran tertentu sehingga sifatnya menjadi kuantitatif. Pengukuran memiliki skala yang menjadi kesepakatan yang digunakan sebagai acuan panjang pendeknya interval yang ada dalam alat ukur. Sehingga alat ukur tersebut bila digunakan dalam pengukuran akan menghasilkan data kuatitatif. Melaui skala pengukuran tersebut, maka nilai verbal yang diukur dengan intrumen tertentu dapat dinyatakan dalam bentuk angka, sehingga akan lebih akurat, efisien dan komunikatif (Sugiyono. 2008). Berdasarkan uraian pendapat di atas, disimpulkan bahwa pengukuran (measurement) adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk menentukan fakta kuantitatif dengan membandingkan sesuatu dengan satuan ukuran skala standar yang disesuaikan sesuai dengan objek yang hendak diukur.
b. Penilaian (assessment)
Penilaian merupakan proses pemberian makna terhadap hasil pengukuran, sehigga
penilaian dapat digunakan sebagai alat ukur atau memantau pencapaian hasil belajar, membantu pembelajaran dan sekaligus mengevaluasi program yang telah dilakukan. Hal ini sesuai yang dikemukakan Pellegrino, Chudowsky, & Glaser, 2001 dalam Myint Swe Khine (2015) bahawa Assessments can provide a means for measuring and monitoring educational and achievement outcomes of students, assist learning, and to evaluate programs. Pendapatlain yaitu Terry Overton (2008) menyatakan bahwa penilaian adalah suatu proses pengumpulan informasi untuk memonitor kemajuan dan bila diperlukan pengambilan keputusan dalam bidang pendidikan. Dimana suatu penilaian bisa saja terdiri dari tes, atau bisa juga terdiri dari berbagai metode seperti observasi, wawancara, monitoring tingkah laku, dan sebagainya (Suharsimi Arikunto2009). Penilaian dapat diartikan sebagai suatu proses yang sistematis untuk mengumpulkan, menganalisis dan menafsirkan informasi untuk menentukan sejauh mana tingkat pencapaian terhadap tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penilaian (assessment) adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa, menjelaskan dan menafsirkan hasil pengukuran (kuantifikasi suatu objek, sifat, perlaku dan lain-lain), menggambarkan informasi tentang sejauh mana hasil belajar atau ketercapaian kompetensi (rangkaian kemampuan) yang telah ditetapkan. Lebi terperinci penilaian ini akan dijbarkan lebih mendalam pada deskripsi tentang penilaian otentik.
c. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi adalah proses sistematis pengumpulan, analisis, dan interpretasi informasi
untuk menentukan sejauh mana siswa yang mencapai tujuan instruksional. Pernyataan sesuai dengan yang dinyatakan Frey dan Alman bahwa “evaluation the systematic process of collecting, analyzing, and interpreting information to determine the extent to which pupils are achieving instructional objectives”. Selanjutnya Endang Purwati berpendapat bawha evaluasi adalah proses pemberian makna atau penetapan kualitas hasil pengukuran dengan cara membandingkan angka hasil pengukuran tersebut dengan kriteria tertentu. Pendapat lain seperti Kumano menyatakan bahwa evaluasi merupakan penilaian terhadap data yang dikumpulkan melalui kegiatan penilaian. Sedangkan menurut Richard I. Arends (2008), evaluasi adalah proses membuat judgment untuk memutuskan tentang manfaat pendekatan tertentu atau hasil pekerjaan siswa. Dari pendapat di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa evaluasi merupakan kegiatan atau upaya yang meliputi pengukuran dan penilaian yang direncanakan untuk mendukung tercapainya tujuan. Untuk selanjutnya hasil dari kegiatan atau upaya tersebut digunakan sebagai bahan pengambilan keputusan atas objek yang dievaluasi. Dalam hal ini terkait penelitian yang dilakukan evaluasi pembelajaran keterampilan adalah suatu proses atau kegiatan untuk menentukan nilai, kriteria (judgment) atau tindakan dalam proses dan hasil pembelajaran keterampilan gerak dasar manipulatif di kelas empat sekolah dasar.
3. Penilaian Otentik (Authentic assessment)
Untuk mengumpulkan informasi atau data tentang kemajuan belajar peserta didik dapat dilakukan dengan beragam teknik, baik berhubungan dengan proses belajar maupun hasil belajar. Teknik mengumpulkan informasi atau data tersebut pada persiapan adalah cara penilaian kemajuan belajar peserta didik terhadap pencapaian standar kopetensi dasar. Penilaian satu kompetensi dasar dilakukan berdasarkan indikator pencapaian hasil belajar, baik berupa domain afektif, kognitif, maupun psikomotor. Berdasarkan indikator tersebut dapat digunakan untuk mendapatkan data tentang profil peserta didik, yaitu: penilaian, unjuk kerja/perbuatan, penilaian tertulis dan lisan, penilaian proyek, penilaian produk, penilaian portofolio, dan penilaian diri. Sesuai dengan karakteristiknya penerapan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) diiringi oleh sistem penilaian sebenarnya, demikian juga halnya dalam implementsi kurikulum 2013 yaitu penilaian berbasis kelas. Pendekatan penilaian itu disebut penilaian yang sebenarnya atau penilaian otentik (authentic assesment). Agar hasil belajar dapat diungkap secara menyeluruh, maka selain digunakan alat ukur tes obyektif dan subyektif perlu dilengkapi dengan alat ukur yang dapat mengetahui kemampuan siswa dari aspek kerja ilmiah (keterampilan dan sikap ilmiah) dan seberapa baik siswa dapat menerapkan informasi pengetahuan yang diperolehnya. Sesuai dengan Permendiknas no 41 tahun 2007 tentang Standar Proses untuk satuan pendidikan dasar dan Menengah, alat penilaian yang diasumsikan dapat memenuhi hal tersebut antara lain adalah dengan penilaian otentik yaitu usaha untuk mengukur atau memberikan penghargaan atas kemampuan seseorang yang benar-benar menggambarkan apa yang dikuasainya yang meliputi jenis penilaian kinerja (performance assess-ment), penilaian karya (product assessment), penilaian penugasan, penilaian proyek, dan penilaian portofolio. Penilaian otentik adalah praktik penilaian yang secara langsung dan bermakna dalam arti apa yang diases adalah merupakan sesuatu yang benar-benar diperlukan dalam kehidupan nyata siswa. Dalam suatu proses pembelajaran, penilaian otentik mengukur, memonitor dan menilai semua aspek hasil belajar (yang tercakup dalam domain kognitif, afektif, dan psikomotor), baik yang tampak sebagai hasil akhir dari suatu proses pembelajaran, maupun berupa perubahan dan perkembangan aktivitas, dan perolehan belajar selama proses pembelajaran didalam kelas maupun diluar kelas. Penilaian otentik adalah proses penilaian yang melibatkan beberapa bentuk pengukuran kinerja yang mencerminkan belajar siswa, prestasi, motivasi, dan sikap yang sesuai dengan materi pembelajaran (Kunandar 2013). Penilaian otentik mengukur kemampuan siswa secara akurat tentang kondisi seseorang yang telah belajar, sehingga metode dan teknik penilaian harus mampu memeriksa perkembangan kemampuannya. Penilaian otentik harus dapat menyajikan tantangan dunia nyata, sehingga peserta didik dituntut menggunakan kompetensi dan pengetahuan yang relevan. Penilaian otentik dilakukan oleh guru dalam bentuk penilaian kelas. Penilaian ini untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa pada kompetensi yang ditetapkan. Penilaian ini bersifat internal dan merupakan bagian dari pembelajaran. Penilaian otentik juga sebagai bahan untuk peningkatan mutu hasil belajar. Penilaian ini dilakukan dengan berorientasi pada kompetensi, mengacu pada patokan, ketuntasan belajar, dan dilakukan melalui berbagai cara. Dewasa ini penilaian otentik sedang banyak dikembangkan terutama pada sekolah-sekolah yang telah menetapkan Sekolah Standar Nasional (SSN) dan Sekolah Berstandar Internasional (SBI) atau Rintisan Sekolah Berstandar Internasional (RSBI). Hakikat penilaian pendidikan menurut konsep penilaian otentik adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Gambaran perkembangan belajar siswa perlu diketahui oleh guru agar bisa memastikan bahwa siswa mengalami proses pembelajaran dengan benar. Apabila data yang dikumpulkan guru mengindikasikan bahwa siswa mengalami kemacetan dalam belajar, guru segara bisa mengambil tindakan yang tepat. Karena gambaran tentang kemajuan belajar itu diperlukan di sepanjang proses pembelajaran, asesmen tidak hanya dilakukan di akhir periode (semester) pembelajaran seperti pada kegiatan penilaian hasil belajar (seperti EBTA/Ebtanas/UAN), tetapi dilakukan bersama dan secara terintegrasi (tidak terpisahkan) dari kegiatan pembelajaran. Hal senada dikemukan Kelly (2010) dan kawan-kawan bahwa Assessment is not a separate process performed occasionally when time permits but an integral part of the learning process that precedes and follows all instruction. Selanjutnya Kelly mengemukakan enam langkah penilaian (Assessment Steps) memalui model pencapaian berbasis kurikuum (Achie vement- Based Curriculum ‘ABC’) yaitu :1). Determine what objectives should be assessed. 2). Select an appropriate assessment instrument. 3). Score and record performance. 4). Select an assessment activity. 5). Conduct an assessment activity. 6). Conduct other forms of assessment. Prinsip-prinsip penilaian otentik mensyaratkan proses penilaian harus merupakan bagian yang tak terpisahkan dari proses pembelajaran, bukan bagian terpisah dari proses pembelajaran. Penilaian harus mencerminkan masalah dunia nyata, bukan masalah dunia sekolah. Penilaian harus menggunakan berbagai ukuran, metoda dan kriteria yang sesuai dengan karakteristik dan esensi pengalaman belajar. Penilaian harus bersifat holistik yang mencakup semua aspek dari tujuan pembelajaran (kognitif, afektif, dan sensori-motorik). Pada hakikatnya, kegiatan penilaian yang dilakukan tidak semata-mata untuk menilai hasil belajar siswa saja, melainkan juga berbagai faktor yang lain, antara lain kegiatan pengajaran itu sendiri. Artinya, berdasarkan informasi yang diperoleh dari penilaian dapat pula dipergunakan sebagai umpan balik penilaian terhadap kegiatan pengajaran yang dilakukan (Arikunto 2009). Pada umumnya penilaian hasil belajar PJOK sangat memungkinkan penggunaan penilaian otentik ini, karena pada hakekatnya pendidikan jasmani melibatkan semua kemampuan siswa baik kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor. Alat penilaian yang digunakan dapat digolongkan menjadi dua macam yaitu tes dan non- tes. Menurut Arikunto (2009) sebuah tes adalah sebuah instrumen yang dipakai untuk memperoleh informasi tentang seseorang atau objek. Yang ingin kita peroleh biasanya tentang atribut atau sifat-sifat yang terdapat pada individu atau objek yang bersangkutan. Informasi yang akan dihimpun itu bisa dijaring dengan observasi, wawancara, angket, atau bentuk lain yang sesuai . Tes merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan. Tes adalah suatu teknik atau cara dalam rangka melaksanakan kegiatan penilaian yang di dalamnya terdapat berbagai item atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan oleh siswa, kemudian pekerjaan tersebut menghasilkan nilai perilaku siswa tersebut. Sedangkan yang tergolong teknik non-tes adalah skala bertingkat (rating scale), kuesioner (questioner), daftar cocok (check-list), wawancara (interview), pengamatan (observation) dan riwayat hidup.” Berdasarkan beberapa penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa tes adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan informasi dan data. Namun informasi dan data yang diperoleh tidak akan berarti apa-apa jika tidak diberikan makna kepadanya. Oleh karena itu melalui penilaian, pemberian makna terhadap informasi dan data akan lebih terukur dan teramati. Dalam melaksanakan penilaian pembelajaran, seorang guru dapat melakukan berbagai penilaian melalui penggunaan salah satu dari beberapa jenis tes yang ada. Ada baiknya tes yang digunakan adalah tes yang telah memiliki validitas dan reliabilitas yang baik. Tes harus memiliki validitas, reliabilitas, obyektivitas, praktikabilitas dan ekonomis (arikunto 2009).
2. Pendekatan Acuan Penialaian PJOK
Dalam penilaian hasil belajar siswa dapat dilakukan dengan pendekatan acuan normatif, patokan maupun kombinasi dari keduanya. Penguasaan terhadap pendekatan acuan penilaian normatif dan penilaian acuan patokan dalam menilai hasil belajar siswa amatlah penting bagi guru penjaskes atau pelatih olahraga. Penilaian acuan normatif (PAN) adalah penilaian yang dilakukan dengan cara membandingkan hasil pengukuran seseorang siswa terhadap siswa-siswa lain dalam kelompoknya. Dalam hal ini penilaian yang diberikan terhadap hasil belajar yang dicapai siswa didasarkan pada kemampuan rata-rata siswa dalam suatu kelompok, sehingga makna yang menyertainya dapat bergeser seiring perubahan rata-rata hasil yang dicapai siswa dalam suatu kelompok. Misalnya hasil tes atau pengukuran menunjukkan rata-rata 65 dan salah seorang siswa memperoleh skor 70 maka ia dapat dikatakan mempunyai skor di atas rata-rata namun dalam rentang yang rendah. Sedangkan pada tes berikutnya rata-rata hasil tes adalah 70 dan skor yang diperoleh oleh seorang siswa adalah 70, maka ia berada pada skor rata-rata namun dalam rentang yang cukup. Penilaian acuan patokan disingkat PAP, merupakan penilaian yang membandingkan hasil belajar siswa kepada patokan yang telah ditetapkan sebelumnya. Hal ini menegaskan bahwa sebelum penilaian itu dilaksanakan, jauh sebelumnya terlebih dahulu telah ditetapkan patokan yang harus dipakai untuk membandingkan skor-skor dari hasil pengukuran, sehingga skor-skor dari hasil pengukuran tersebut bermakna. Patokan ditetapkan atas pertimbangan logis mengenai tingkat penguasaan minimum atau biasa disebut “batas lulus”. Para siswa yang mencapai patokan ini dinyatakan lulus, sedangkan para siswa yang belum mencapai “batas lulus” tersebut dinyatakan tidak lulus. Hal ini berarti siswa-siswa tersebut dianggap belum menguasai secara minimum kemampuan tersebut. Dengan demikian bahwa patokan yang digunakan dalam penilaian acuan patokan ini bersifat tetap, berbeda dengan patokan penilaian yang digunakan dalam penilaian acuan normatif yang bersifat relatif. Patokan yang ditetapkan dalam penilaian terhadap para siswa atau kelompok siswa yang berbeda, tetapi dengan mata pelajaran yang sama akan memberikan pengertian yang sama terhadap nilai yang sama. Seperti nilai 70 yang diperoleh A di kelasnya akan mempunyai makna yang sama dengan nilai 70 yang diperoleh B di kelas yang berbeda. Penilaian acuan gabungan merupakan kombinasi dari penilaian acuan normatif dan patokan. Dalam penerapan penilaian acuan gabungan (PAP dan PAN), pembuatan norma penilaiannya menggunakan dua tahap yaitu tahap pertama menerapkan prosedur penilaian acuan patokan dengan terlebih dahulu menentukan batas minimal skor yang harus dicapai (passing-grade) dan tahap kedua menerapkan prosedur penilaian acuan norma terhadap skor- skor yang berada di atas batas minimal skor yang harus dicapai (passing-grade). Pada pembuatan norma penilaian gabungan menggunakan dasar hasil penghitungan rata-rata dan simpangan baku dari skor-skor yang berada di atas passing-grade. Selanjutnya dalam pembuatan norma penilaiannya dapat menggunakan standar penilaian 1 – 10, 10 – 100, atau standar penilaian dengan huruf (A, B, C, D, dan E).
3. Komponen yang perlu dinilai guru PJOK
Dalam penilaian proses dan hasil belajar mata pelajaran PJOK pada umumnya sama dengan mata pelajaran lainnya, suatu hal yang unik membuat perbedaan dibandingkan dengan mata pelajaran lainnya, bahwa dalam PJOK sebaiknya dilakukan pemeriksaan kesehatan, umum antropometi dan penilaian kebugaran jasmani. Tiga aspek tersebut sebaiknya dilakukan setiap awlal tahun pelajaran. Penilaian kesehatan ini dilakukan oleh tim dokter. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi derajat kesehatan dan penyakit-penyakit yang didertia oleh peserta didik, misalnya penyakit asma, jantung atau penyakit kronis lainnya. Data kesehatan peserta didik dijadikan bahan rujukan oleh guru pendidikan jasmani dalam menyusun perencanaan dan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. Bagi peserta didik yang teridentifikasi mengalami ganguan kesehatan, maka aktivitas fisik yang diberikan kepada mereka harus sesuai agar tidak menimbulkan dampak yang fatal bagi anak bersangkutan. Guru idealnya juga melakukan pengukuran terhadap aspek-aspek antropometrik anak, seperti tinggi berdiri, tinggi duduk, lebar bahu, lebar dada, lebar panggul, panjang tungkai, serta bentuk telapak kaki. Mengukur indeks massa tubuh (IMB) atau body mass indeks juga termasuk yang harus dilakukan. Pengukuran (BMI) IMT dihitung dari massa badan (M) dan kuadrat tinggi atau height (H), atau IMT= M/HxH, di mana M adalah massa tubuh dalam kg, dan H adalah tinggi badan dalam meter. BMI sebagai alat bantu untuk menyatakan seseorang terlalu kurus, ideal, di atas ideal, gemuk, dan obesitas. Aspek kebugaran jasmani juga salah satu indikator yang seharusnya juga dilakukan penilaianya. Jenis instrumen untuk mengukur kebugaran jasmani sangat beragam sesuai dengan komponen dan cara pengukurannya. Salah satu instrumen yang sudah sangat dikenal adalah tes kebugaran jasmani Indonesia (TKJI). Komponen antropometri dan kebugaran jasmani peserta didik ini sangat bermanfat baik bagi anak dan bagu guru. Aspek lain terkait hasil belajar dan pembelajaran yang harus dinilai oleh guru dan ini yang wajib dilaporkan sebagai hasil belajr adalah sebagai berikut:
a. Penilaian aspek sikap
Sikap peserta didik terhadap penjas dan olahraga adalah unsur yang harus juga dinilai. Sikap adalah gambaran potensi perilaku yang mewujud dalam kecenderungan seorang anak untuk menunjukkan pilihannya pada sesuatu. Secara umum, sikap anak terhadap Penjas dapat dilihat dari bagaimana tanggapan nya terhadap pembelajaran, apakah positif sehingga sangat menyukai pelajaran Penjas, atau kah negatif sehingga sangat tidak menyukai Penjas. Atau aspek sikap sosial (kejujuran, kerjasam, tanggung jawab, percaya diri, sportivitas, dan lain sebabaunya) yang terlihat atau dimunculkan peserta didik dalam proses pembelajaran penjas. Teknik-teknik yang dapat digunakan dalam menilai perkembangan sikap anak terhadap Penjas dan termasuk aspek afektif dan sosial melalui penjas, dapat dilakukan melalui cara : 1) Observasi. Merupakan teknik penilaian yang dilakukan secara berkesinambungan dengan menggunakan indera, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan menggunakan format observasi yang berisi sejumlah indikator perilaku yang diamati. Hal ini dilakukan saat pembelajaran maupun di luar pembelajaran. 2) Penilaian Diri Merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik untuk mengemukakan kelebihan dan kekurangan dirinya dalam konteks pencapaian kompetensi. Instrumen yang digunakan berupa lembar penilaian diri. 3) Penilaian Antarteman Merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik untuk saling menilai terkait dengan sikap dan perilaku keseharian peserta didik. Instrumen yang digunakan berupa lembar penilaian antarpeserta didik. 4) Jurnal/Catatan guru Merupakan catatan pendidik di dalam dan di luar kelas yang berisi informasi tentang hasil pengamatan tterkait kekuatan dan kelemahan peserta didik yang berkaitan dengan sikap dan perilaku. Jurnal bisa dikatakan sebagai catatan yang berkesinambungan dari hasil observasi.
b. Penilaian aspek Pengetahuan;
Penilaian terhadap aspek pengetahuan peserta didik merupakan bagian yang tak terpisahkan dari domain kognitif anak. Dalam aspek pengetahuan ini guru dapat mengukur sejauh mana anak menguasai tentang konsep dan prinsip gerak dari gerakan atau keterampilan yang dipelajari. Sejauh ini, para guru lebih banyak mengukur aspek pengetahuan anak dari sisi yang terlalu dangkal dan bersifat hapalan, misalnya hanya terkait dengan pengetahuan anak tentang ukuran lapangan, tentang sejarah, tentang aturan dan hal-hal seperti itu. Secara umum, cara menilai aspek kognitif anak tersebut meliputi teknik: 1) Tes Tertulis Tes tertulis digunakan untuk mengukur pengetahuan yang diperoleh dalam pembelajaran pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan. Berdasarkan jenisnya tes tertulis dapat dilakukan dengan tes yang soal dan jawabannya tertulis berupa pilihan ganda, isian, Benar-salah, menjodohkan, dan uraian, sedangkan berdasarkan waktu pelaksanaannya tes dilakukan dalam situasi yang disediakan khusus, misalnya: ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester ataupun ulangan kenaikan kelas. Tes dapat juga dilakukan melekat dalam proses pembelajaran, misalnya dalam bentuk kuis, untuk mengetahui seberapa jauh peserta didik dapat menguasai atau menyerap materi pelajaran. 2) Tes Lisan Tes lisan berupa pertanyaan-pertanyaan yang diberikan guru secara verbal (oral) sehingga peserta didik merespon pertanyaan tersebut secara verbal juga, sehingga menimbulkan keberanian. Jawaban dapat berupa kata, frase, kalimat maupun faragraf yang diucapkan. Tes lisan merupakan cara yang paling mudah dilakukan, dan biasanya dapat mengukur kemampuan otentik dari peserta didik karena dapat dilakukan dengan spontan tanpa harus dipersiapkan. Saat melakukannya adalah pada saat berdialog dengan anak secara klasikal dan pada saat demikian, guru menyampaikan pertanyaan semacam kuis. Tentu tidak semua anak akan mendapat kesempatan menjawab, karena biasanya waktunya cukup terbatas. 3) Penugasan Penugasan adalah penilaian yang dilakukan oleh pendidik yang dapat berupa pekerjaan rumah baik secara individu ataupun kelompok sesuai dengan karakteristik tugasnya. Penugasan yang dimaksud di sini adalah dengan meminta peserta didik melakukan atau menguraikan sesuatu yang dapat dukur hasilnya sebagai penguasaan pengetahuannya. Dapat juga guru mewajibkan peserta didik membuat tugas karya ilmiah dan hasilnya dapat dijadikan ukuran apakah peserta didik menunjukkan penguasaannya dalam bahasa dan pengetahuan keolahragaannya.
c. Penilaian aspek Keterampilan
Dalam proses pembelajaran sebagian besar waktu pembelajaran digunakan dalam praktik untuk meningkatkan keterampilan anak dalam gerak dan teknik dasar serta keterampilan keseluruhan. Oleh karena itu, sebagian besar waktu juga lebih banyak digunakan untuk mengukur kemajuan dalam keterampilan. Pengukuran di wilayah praktik ini meliputi teknik pengukuran: 1) Unjuk Kerja (Praktik). Melalui penilaian kinerja peserta didik diminta mendemonstrasikan kinerjanya dalam aktivitas jasmani atau melaksanakan berbagai macam keterampilan gerak sesuai dengan kompetensi inti dan kompetensi dasar PJOK. Penilaian kinerja ini dapat berupa penilaian terhadap kemampuan dalam menerapkan keterampilan dasar dalam aktivitas permainan bola besar dan bola kecil (sepakbola, bolabasket, bolavoli, bulu tangkis, tenis meja, kasti dan sebagainya), ke dalam permainan yang sesungguhnya. Penilaian domain keterampilan dalam penilaian kinerja yang diterapkan pada pembelajaran PJOK akan sangat tergantung dari jenis keterampilan yang akan dinilai. Instrumen yang dapat digunakan adalah lembar pengamatan berupa fortofolio tentang keterampilan tehnik dasar yang yang diamati atau tes standar keterampian yang telah tersedia. 2) Penilaian Portofolio Penilaian Portofolio adalah penilaian melalui sekumpulan karya peserta didik yang tersusun secara sistematis dan terorganisasi yang dilakukan selama kurun waktu tertentu. Portofolio digunakan oleh guru dan peserta didik untuk memantau secara terus menerus perkembangan pengetahuan dan keterampilan peserta didik dalam bidang tertentu. Dengan demikian penilaian portofolio memberikan gambaran secara menyeluruh tentang proses dan pencapaian hasil belajar peserta didik. 3) Penilaian Proyek Projek adalah tugas-tugas belajar (learning tasks) yang meliputi kegiatan perancangan, pelaksanaan, dan pelaporan secara tertulis maupun lisan dalam waktu tertentu. Penilaian projek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang harus diselesaikan dalam periode atau waktu tertentu. Tugas tersebut berupa suatu investigasi sejak dari perencanaan, pengumpulan, pengorganisasian, pengolahan dan penyajian data. Penilaian projek dapat digunakan untuk mengetahui pemahaman, kemampuan mengaplikasikan, penyelidikan dan menginformasikan peserta didik pada mata pelajaran dan indikator/topik tertentu secara jelas. Pada penilaian projek, setidaknya ada 3 (tiga) hal yang perlu dipertimbangkan: (a) kemampuan pengelolaan: kemampuan peserta didik dalam memilih indikator/topik, mencari informasi dan mengelola waktu pengumpulan data serta penulisan laporan, (b) relevansi, kesesuaian dengan mata pelajaran dan indikator/topik, dengan mempertimbangkan tahap pengetahuan, pemahaman dan keterampilan dalam pembelajaran, dan (c) keaslian: proyek yang dilakukan peserta didik harus merupakan hasil karyanya, dengan mempertimbangkan kontribusi guru berupa petunjuk dan dukungan terhadap projek peserta didik.