Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang menyerang pada sistem


kardiovaskuler. Penyakit ini tidak dapat disembuhkan melainkan hanya dapat
dikontrol dan dijaga kestabilannya melalui pengobatan dan perawatan baik oleh
tenaga profesional maupun perawatan secara mandiri. Indikator kestabilan status
kardiovaskuler pasien hipertensi berupa nilai heart rate, respiation rate, tekanan
darah, dan ancle branchial indeks yang berada dalam rentang normal serta tidak
terjadi kenaikan atau penurunan yang signifikan. Adanya kestabilan nilai dari
status kardiovaskuler akan mempekecil risiko komplikasi pada pasien dan dapat
meningkatkan kemampuan pasien dalam melakukan aktivitas harian. Kestabilan
nilai itu dapat tercapai apabila pasien memiliki komitmen dan ketelatenan untuk
melakukan pola hidup sehat, pemeriksaan secara berkala serta menghindari faktor
penyebab hipertensi.

Faktor penyebab hipertensi dapat dibagi menjadi dua, yaitu faktor yang dapat
dikontrol dan faktor yang tidak dapat dikontrol. Faktor yang dapat dikontrol
meliputi; merokok, obesitas, dan stress. Namun, dalam kenyataannya kestabilan
status kardiovaskuler pada pasien hipertensi tidak dapat dipantau dengan baik.
Banyak terdapat kasus dimana pasien hipertensi mengalami komplikasi stroke
akibat tidak mampu mengontrol pola makan, rokok dan stress. Dalam beberapa
kasus juga terdapat pasien yang memiliki riwayat hipertensi justru mengalami
hipotensi. Hipotensi ini terjadi akibat kekhawatiran yang berlebihan, sehingga
pasien selain mengkonsumsi obat-obatan juga mengkonsumsi herbal yang
tujuannya untuk menurunkan tekanan darah tanpa melakukan konsultasi terlebih
dahulu dengan tenaga kesehatan. Dari uraian diatas ditemukan masalah yang
sering terjadi pada kasus hipertensi yaitu status kardiovaskuler pada pasien
hipertensi sulit dipantau agar tetap stabil.

1
Hipertensi disebabkan oleh banyak faktor, namun pada dasarnya disebabkan
oleh adanya aktifitas saraf simpatis berlebih. Aktivitas saraf simpatis berlebih
menyebabkan pelepasan asetilkolin yang mampu melepaskan norepinefrin ke
pembuluh darah. Rangsangan tersebut juga dapat dipengaruhi oleh respon emosi
yang secara bersamaan akan merangsang kelenjar adrenal untuk mengsekresi
epinefrin, kortisol, dan steroid lainnya yang menyebabkan vasokontriksi. Adanya
vasokontriksi yang menyebabkan penurunan aliran darah ginjal mampu
merangsang pelepasan renin dan melakukan mediasi pada angiostensin II untuk
meretensi natrium sehingga terjadi peningkatan cairan intravaskuler dan volume
plasma. Peningkatan volume plasma tersebut menyebabkan peningkatan volume
sekuncup kronis yang mempengaruhi preload dan afterload jantung sehingga
menimbulkan peningkatan tekanan darah atau hipertensi. Adanya peningkatan
tekanan pembuluh darah menyebabkan pecahnya pembuluh darah arteri di otak,
hipertrofi jantung akibat kompensasi miokard, kerusakan kapiler glomerulus
akibat peningkatan tekanan darah kapiler glomerulus, dan penumpukan cairan
intertisial pada otak, serta kondisi arterosklerosis yang menyertai sehingga
menimbulkan berbagai komplikasi.

Hipertensi dapat diobati secara farmakologis dan non farmakologis.


Pengobatan secara farmakologis biasanya menggunakan obat-obatan yang
mengandung efek samping. Pengobatan non farmakologis meliputi menghentikan
kebiasaan merokok, menurunkan konsumsi alkohol berlebih, menurunkan asupan
garam dan lemak, meningkatkan konsumsi buah dan sayur, penurunan berat
badan berlebihan, latihan fisik dan terapi komplementer. Terapi komplementer ini
bersifat terapi pengobatan alamiah diantaranya adalah dengan terapi herbal, terapi
nutrisi, relaksasi progresif, meditasi, terapi tawa, akupuntur, akupressur,
aromaterapi, refleksiologi dan hidroterapi.

B. Tujuan

Bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi seledri sebagai terapi


komplementer pada klien dengan hipertensi.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. HIPERTENSI
1. Definisi

Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami


peningkatan tekanan darah di atas normal yang mengakibatkan
peningkatan angka kesakitan (morbiditas) dan angka kematian / mortalitas.
Selanjutnya tekanan darah (contoh: 130/85 mmHg) didasarkan pada dua fase
dalam setiap denyut jantung :

a) Sistolik (nilai yang lebih tinggi : 130) menunjukan fase darah yang
sedang dipompa oleh jantung.
b) Diastolik (nilai yang lebih rendah : 85) menunjukkan fase darah
yang kembali ke jantung.

Tekanan darah tinggi (hipertensi) adalah suatu peningkatan tekanan


darah di dalam arteri. Secara umum, hipertensi merupakan suatu keadaan
tanpa gejala, dimana tekanan yang abnormal tinggi di dalam arteri
menyebabkan meningkatnya resiko terhadap stroke, aneurisma, gagal
jantung, serangan jantung dan kerusakan ginjal. Pada pemeriksaan
tekanan darah akan didapat dua angka. angka yang lebih tinggi diperoleh
pada saat jantung berkontraksi (sistolik), angka yang lebih rendah
diperoleh pada saat jantung berelaksasi (diastolik). Tekanan darah ditulis
sebagai tekanan sistolik garis miring tekanan diastolik, misalnya 120/80
mmhg, dibaca seratus dua puluh per delapan puluh. Dikatakan tekanan
darah tinggi jika pada saat duduk tekanan sistolik mencapai 140 mmhg
atau lebih, atau tekanan diastolik mencapai 90 mmhg atau lebih, atau
keduanya. pada tekanan darah tinggi, biasanya terjadi kenaikan tekanan
sistolik dan diastolic.

3
Tekanan darah dalam kehidupan seseorang bervariasi secara alami.
bayi dan anak-anak secara normal memiliki tekanan darah yang jauh
lebih rendah daripada dewasa. Tekanan darah juga dipengaruhi oleh
aktivitas fisik, dimana akan lebih tinggi pada saat melakukan aktivitas dan
lebih rendah ketika beristirahat. Tekanan darah dalam satu hari juga
berbeda; paling tinggi di waktu pagi hari dan paling rendah pada saat tidur
malam hari.

2. Penyebab

Penyebab hipertensi dibagi menjadi 2, yaitu :

a) Hipertensi esensial atau primer


Penyebab pasti dari hipertensi esensial sampai saat ini masih
belum dapat diketahui. Kurang lebih 90% penderita hipertensi
tergolong hipertensi esensial sedangkan 10% nya tergolong hipertensi
sekunder.
b) Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder adalah hpertensi yang penyebabnya dapat
diketahui, antara lain kelainan pembuluh darah ginjal,
gangguan kelenjar tiroid (hipertiroid), penyakit kelenjar adrenal
(hiperaldosteronisme), dan lain lain. Karena golongan terbesar dari
penderita hipertensi adalah hipertensia esensial, maka penyelidikan
dan pengobatan lebih banyak ditujukan ke penderita hipertensi
esensial.

Selanjutnya ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan resiko


timbulnya hipertensi, yaitu :

a) Faktor Keturunan
Pada 70-80% kasus hipertensi esensial, didapatkan riwayat
hipertensi di dalam keluarga. Apabila riwayat hipertensi didapatkan
pada kedua orang tua, maka dugaan hipertensi esensial lebih
besar. Hipertensi juga banyak dijumpai pada penderita kembar

4
monozigot (satu telur), apabila salah satunya menderita hipertensi.
Dugaan ini menyokong bahwa faktor genetik mempunyai peran
didalam terjadinya hipertensi.
b) Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan seperti stress, kegemukan (obesitas) dan
kurang olah raga juga berpengaruh terhadap timbulnya hipertensi
esensial. Hubungan antara stress dengan hipertensi, diduga melalui
aktivasi saraf simpatis. (saraf simpatis adalah saraf yang bekerja pada
saat kita beraktivitas, saraf parasimpatis adalah saraf yang bekerja
pada saat kita tidak beraktivitas). Peningkatan aktivitas saraf simpatis
dapat meningkatkan tekanan darah secara intermitten (tidak
menentu). Apabila stress berkepanjangan, dapat mengakibatkan
tekanan darah menetap tinggi. Walaupun hal ini belum terbukti,
akan tetapi angka kejadian di masyarakat perkotaan lebih tinggi
dibandingkan dengan di pedesaan. Hal ini dapat dihubungkan dengan
pengaruh stress yang dialami kelompok masyarakat yang tinggal di
kota.
3. Patofisiologi

Meningkatnya tekanan darah di dalam arteri bisa terjadi melalui beberapa


cara : jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih banyak
cairan pada setiap detiknya arteri besar kehilangan kelenturannya dan
menjadi kaku, sehingga mereka tidak dapat mengembang pada saat
jantung memompa darah melalui arteri tersebut. Karena itu darah pada
setiap denyut jantung dipaksa untuk melalui pembuluh yang sempit
daripada biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan. inilah yang terjadi
pada usia lanjut, dimana dinding arterinya telah menebal dan kaku karena
arterioklerosis. Dengan cara yang sama, tekanan darah juga meningkat
pada saat terjadi vasokonstriksi, yaitu jika arteri kecil (arteriola) untuk
sementara waktu mengkerut karena perangsangan saraf atau hormon di
dalam darah. Bertambahnya cairan dalam sirkulasi bisa menyebabkan

5
meningkatnya tekanan darah. Hal ini terjadi jika terdapat kelainan fungsi
ginjal sehingga tidak mampu membuang sejumlah garam dan air dari
dalam tubuh. volume darah dalam tubuh meningkat, sehingga tekanan
darah juga meningkat. Sebaliknya, jika : aktivitas memompa jantung
berkurang, arteri mengalami pelebaran, banyak cairan keluar dari sirkulasi,
maka tekanan darah akan menurun.

Penyesuaian terhadap faktor-faktor tersebut dilaksanakan oleh


perubahan di dalam fungsi ginjal dan sistem saraf otonom (bagian dari
sistem saraf yang mengatur berbagai fungsi tubuh secara otomatis).
Perubahan fungsi ginjal, ginjal mengendalikan tekanan darah melalui
beberapa cara: jika tekanan darah meningkat, ginjal akan menambah
pengeluaran garam dan air, yang akan menyebabkan berkurangnya
volume darah dan mengembalikan tekanan darah ke normal. Jika tekanan
darah menurun, ginjal akan mengurangi pembuangan garam dan air,
sehingga volume darah bertambah dan tekanan darah kembali ke normal.
Ginjal juga bisa meningkatkan tekanan darah dengan menghasilkan enzim
yang disebut renin, yang memicu pembentukan hormon angiotensin, yang
selanjutnya akan memicu pelepasan hormon aldosteron.

Ginjal merupakan organ penting dalam mengendalikan tekanan darah;


karena itu berbagai penyakit dan kelainan pda ginjal bisa menyebabkan
terjadinya tekanan darah tinggi. misalnya penyempitan arteri yang menuju
ke salah satu ginjal (stenosis arteri renalis) bisa menyebabkan hipertensi.
Peradangan dan cedera pada salah satu atau kedua ginjal juga bisa
menyebabkan naiknya tekanan darah. Sistem saraf simpatis merupakan
bagian dari sistem saraf otonom, yang untuk sementara waktu akan:
meningkatkan tekanan darah selama respon fight-or-flight (reaksi fisik
tubuh terhadap ancaman dari luar); meningkatkan kecepatan dan kekuatan
denyut jantung; juga mempersempit sebagian besar arteriola, tetapi
memperlebar arteriola di daerah tertentu (misalnya otot rangka, yang
memerlukan pasokan darah yang lebih banyak); mengurangi pembuangan

6
air dan garam oleh ginjal, sehingga akan meningkatkan volume darah
dalam tubuh; melepaskan hormon epinefrin (adrenalin) dan norepinefrin
(noradrenalin), yang merangsang jantung dan pembuluh darah. Juga faktor
stress merupakan satu factor pencetus terjadinya peningkatan tekanan
darah dengan proses pelepasan hormon epinefrin dan norepinefrin.

4. Manifestasi Klinik

Penderita hipertensi biasanya berupa : pusing, mudah marah, telinga


berdengung, sukar tidur, sesak nafas, rasa berat di tengkuk, mudah
lelah, mata berkunang-kunang, dan mimisan.

B. SELEDRI (Apium graveolens L)


1. Pengertian

Seledri (Apium graveolens L) merupakan tanaman hortikultura yang dapat


tumbuh dengan baik pada dataran tinggi, terutama pada daerah yang berhawa
sejuk. Di Indonesia daerah yang banyak ditanami seledri antara lain Cipanas,
Pangalengan, dan Bandungan. Tanaman seledri juga dapat tumbuh pada
dataran rendah, tetapi batang yang dihasilkan lebih kecil dari pada yang
ditanam pada dataran tinggi. Seledri telah dikenal sejak ribuan tahun yang lalu
di Eropa sebagai unsur pengobatan dan penyedap masakan. Seledri adalah
terna kecil, kurang dari 1 m tingginya. Daun tersusun majemuk dengan
tangkai panjang. Tangkai ini pada kultivar tertentu dapat sangat besar dan
dijual sebagai sayuran terpisah dari daunnya. Batangnya biasanya sangat
pendek pada bentuk budi daya tertentu membesar membentuk umbi, yang juga
dapat dimakan. Bunganya tersusun majemuk berkarang, khas Apiaceae.
Buahnya kecil-kecil berwarna coklat gelap. Seledri merupakan keluarga
umbelliferae dan satu keluarga dengan wortel, piterseli, ketumbar, dan
mitsuba, serta termasuk genus apium dan spesies Apium graveolens L.
Berdasarkan bentuk pohonnya, tanaman seledri dapat dibagi menjadi tiga
golongan, yaitu :

7
a. Seledri daun atau seledri iris (A. graveolens family secalinum) yang
biasa diambil daunnya dan banyak dipakai di masakan Indonesia.
b. Seledri Tangkai (A. Graveolens family dulce) yang tangkai daunnya
membesar dan beraroma segar, biasanya dipakai sebagai komponen
salad.
c. Seledri umbi (A. Graveolens family rapaceum), yang membentuk umbi
di permukaan tanah, biasanya digunakan dalam sup, dan dibuat semur.
2. Klasifikasi Tanaman Seledri
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Anak Kelas : Rosidae
Ordo : Apiales
Famili : Apiaceae
Genus : Apium
Spesies : Apium graveolens L
3. Morfologi dan Penyebaran
Ciri-ciri morfologi :
a. Terna, tumbuh tegak, tinggi sekitar 50 cm dengan bau aromatic yang
khas.
b. Batang bersegi, beralur, beruas, tidak berambut, bercabang banyak,
berwarna hijau pucat.
c. Daun majemuk menyirip ganjil dengan anak daun 3-7 helai.
d. Anak daun bertangkai yang panjangnya 1-2,7 cm, helaian daun tipis
dan rapuh, pangkal dan ujung runcing, tepi beringgit, panjang 2-7,5
cm, lebar 2-5 cm, pertualangan menyirip, berwarna hijau keputih-
putihan.
e. Bunga majemuk berbantuk paying, 8-12 buah, kecil-kecil, berwarna putih,
mekar secara bertahap.
f. Buahnya buah kotak, kecil berbentukkerucut, panjang 1-1,5 mm, berwarna
hijau kekuningan.

8
Seledri dipanen setelah berumur 6 minggu sejak ditanam. Tangkai daun
yang agak tua dipotong 1 cm diatas pangkal daun. Daun muda dibiarkan
tumbuh untuk dipanen kemudian. Tangkai daunnya yang berdaging dan
berair dapat dimakan mentah sebagai lalap, sedangkan daunnya digunakan
untuk penyedap sup. Seledri berasal dari daerah subtropik Eropa dan Asia,
dan merupakan tanaman dataran tinggi, yang ditemukan pada ketinggian di
atas 900 m dpl. Di daerah ini seledri yang tumbuh memiliki tangkai yang
menebal.
4. Sifat dan Khasiat Seledri
Akar seledri berkhasiat memacu enzim pencernaan dan peluruh kencing
(diuretic), sedangkan buah dan bijinya sebagai pereda kejang (antipasmodik),
menurunkan kadar asam urat darah, antirematik, peluruh kencing (diuretic),
peluruh kentut (karminatif), afrodisak dan penenang.
Seledri berbau aromatic, rasanya manis, sedikit pedas dan sifatnya sejuk.
Seledri bersifat tonik, memacu enzim pencernaan (stomatik), menurunkan
tekanan darah (hipotensif), penghenti pendarahan (hemostasis), peluruh
kencing (diuretic), peluruh haid, peluruh kentut (karminatif), mengeluarkan
asam urat darah yang tinggi, pembersih darah dan memperbaiki fungsi
hormone yang terganggu.
5. Zat yang terkandung dalam seledri
Berdasarkan penelitian, tanaman keluarga Apiaceae ini mengandung
natrium yang berfungsi sebagai pelarut untuk melepaskan deposit kalsium
yang menyangkut di ginjal dan sendi. Seledri juga mengandung magnesium
yang berfungsi menghilangkan stress. Daun seledri mengandung protein,
belerang, kalsium, besi, fosfor, vitamin A, B1, dan C. berdasarkan hasil
penelitian, seledri juga mengandung psoralen, zat kimia yang menghancurkan
radikal bebas biang penyebab kanker.
Seledri mempunyai banyak kandungan gizi antara lain, (per 100 gr) : Air
93 ml, Karbohidrat 4 gram, Protein 0,9 gram, Lemak 0,1 gram, Serat 0,9
gram, Kalsium 50 mg, Besi 1 mg, Fosfor 40 mg, Yodium 150 mg, Kalium 400
mg, Magnesium 85 mg, Vitamin A 130 IU, Vitamin K 15 mg, Vitamin C 15

9
mg, Riboflavin 0,05 mg, Tiamin 0,03 mg, Nikotinamid 0,4 mg, dan Vitamin
B1 0,03 mg.
Daun seledri juga banyak mengandung apiin, disamping substansi diuretic
yang bermanfaat untuk menambah jumlah air kencing. Aromanya yang khas
berasal dari sejumlah komponen mudah menguap dari minyak atsiri yang
dikandung, paling tinggi pada buahnya yang dikeringkan. Kandungan
utamanya adalah butilftalida dan butilidftalida sebagai pembawa aroma
utama. Terdapat juga sejumlah flavonoid seperti graveobiosid A (1-2%) dan B
(0,1-0,7%), serta senyawa golongan fenol. Komponen lainnya apiin,
isokuersitrin, furanokumarin, serta isoimperatorin. Kandungan asam lemak
utama adalah asam petroselin (40-60%). Daun dan tangkai daun mengandung
steroid seperti stigmasterol dan sitosterol. Akar mengandung asparagin, manit,
zat pati, lendir, minyak asiri, pentosan, glutamin, dan tirosin. Biji mengandung
apiin, minyak menguap, apigenin dan alkaloid. Apigenin berkhasiat
hipotensif.
6. Seledri Sebagai Obat Herbal
Seledri (Apium graveolens L) sudah lama dikenal sebagai obat hipertensi.
Tanaman yang juga terlihat cantik jika ditanam dalam pot ini lebih dulu
dimanfaatkan sebagai bumbu masakan. Daun seledri biasa dipakai untuk
memperkaya cita rasa sajian atau kaldu. Sup kacang merah dan bubur ayam
kurang lengkap rasanya jika tanpa taburan daun seledri di dalamnya. Di Eropa,
batang seledri yang besar sering dibuat sebagai salad dengan saus mayones
atau béchamel (saus berbahan dasar susu) sebagai isi roti sandwich.
Tanaman yang sudah dikenal sejak sejarah awal Mesir, Yunani dan
Romawi ini sebenarnya termasuk jenis sayuran yang diambil batangnya.
Meski demikian dalam kesusastraan kuno terdapat dokumen yang
menyebutkan seledri atau tanaman sejenisnya telah ditanam guna keperluan
pengobatan sejak 850 SM. Biji tanaman asli lembah sungai Mediterania ini
digunakan oleh tabib Ayurveda kuno untuk mengobati demam, flu, penyakit
pencernaan, beberapa tipe arthiritis, penyakit limpa dan hati.

10
Seledri (terutama buahnya) sebagai bahan obat telah disebut-sebut oleh
Dioskurides serta Theoprastus dari masa Yunani Klasik dan Romawi sebagai
“penyejuk perut”. Veleslavin (1596) memperingatkan agar tidak mengonsumsi
seledri terlalu banyak karena dapat mempengaruhi air susu. Seledri disebut-
sebut sebagai sayuran anti hipertensi. Fungsi lainnya adalah sebagai peluruh
(diuretika), anti reumatik serta pembangkit nafsu makan (karminativa).
7. Seledri dalam Hubungannya dengan Penurunan Tekanan Darah
Unsur-unsur yang terdapat dalam seledri yang dapat menurunkan tekanan
darah adalah : flavanoid, apigenin, vitamin C, fitosterol dan Vitamin K yang
dapat berperan dalam metabolism gula (mengatur kadar gula darah),
metabolism lemak, efek diuretic, dan mempertahankan elastisitas pembuluh
darah. Dengan demikian seledri memiliki peranan mekanisme penurun
tekanan darah. Kandungan seledri yang dapat menurunkan tekanan darah
antara lain :
a. Flavanoid
Flavanoid dapat menghalau penyakit degeneratif. Flavanoid dapat
bertindak sebagai quencher atau penstabil oksigen singlet. Salah satu
flavanoid yang berkhasiat seerti itu adalah quercetin. Senyawa ini
beraktivitas sebagai antioksidan dengan melepaskan atau
menyumbangkan ion hydrogen kepada radikal bebas peroksi agar
menjadi lebih stabil. Aktivitas tersebut menghalangi resiko oksidasi
kolesterol jahat (LDL) yang menyebabkan darah mengental, sehingga
mencegah pengendapan lemak pada dinding pembuluh darah.
b. Apigenin
Apigenin yang terdapat di seledri sangat bermanfaat untuk
mencegah penyempitan pembuluh darah dan tekanan darah tinggi.
c. Vitamin C
Vitamin C dapat memperkuat otot jantung, Vitamin C berperan
penting melalui proses metabolisme kolesterol, karena dalam proses
metabolism kolesterol vitamin C dapat meningkat laju kolesterol yang
dibuang dalam bentuk asam empedu dan mengatur metabolism

11
kolesterol. Vitamin C juga dapat meningkatkan kadar HDL dan
berfungsi sebagai pencahar sehingga dapat meningkatkan pembuangan
kotoran.
d. Fitosterol
Adalah sterol yang terdapat dalam tanaman dan mempunyai
struktur mirip kolesterol. Secara alami fitosterol dapat ditemukan
dalam sayuran, kacang-kacangan, gandum. Fitosterol dapat membantu
menurunkan kadar kolesterol dengan cara menghambat penyerapan
kolesterol diusus. Sehingga membantu menurunkan jumlah kolesterol
yang memasuki aliran darah. Sehingga fitosterol dapat membantu
menurunkan tekanan darah.
e. Vitamin K
Berfungsi membantu proses pembekuan darah. Vitamin K
berpotensi mencegah penyakit serius seperti penyakit jantung dan
stroke karena efeknya mengurangi pengerasan pembuluh darah oleh
factor-faktor seperti timbunan plak kalsium.
f. Apiin
Apiin bersifat diuretic yaitu membantu ginjal mengeluarkan
kelebihan cairan dan garam dari dalam tubuh, sehingga berkurangnya
cairan dalam darah akan menurunkan tekanan darah.

Gambar Tanaman Seledri & Bagian-Bagiannya

Tanaman Seledri Daun Buah

Biji Bunga

12
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari pemaparan makalah di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa
seledri (Apium graveolens L) dapat menurunkan tekanan darah. Unsur-unsur
yang terdapat dalam seledri yang dapat menurunkan tekanan darah adalah :
flavanoid, apigenin, vitamin C, fitosterol dan Vitamin K yang dapat berperan
dalam metabolism gula (mengatur kadar gula darah), metabolism lemak, efek
diuretic, dan mempertahankan elastisitas pembuluh darah. Dengan demikian
seledri memiliki peranan mekanisme penurun tekanan darah.
B. SARAN
Diharapkan agar penderita hipertensi dapat mengunakan terapi komplementer
dengan seledri untuk menurun tekanan darah.

13

Anda mungkin juga menyukai