ISI Fix
ISI Fix
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Tindak pidana korupsi merupakan tindak pidana yang dipandang sebagai sumber hancurnya
pembangunan perekonomian di Indonesia. Tindak pidana korupsi ini bahkan dipandang sebagai
budaya di negeri tercinta Indonesia. Berbagai usaha pemerintah untuk memberantas korupsi telah
dilakukan dan sedang terus diupayakan. Namun, sampai detik ini pun masih banyak kasus
korupsi yang terjadi di Negara ini. Banyaknya kasus korupsi ini pun tidak hanya berdampak pada
hancurnya perekonomian nasional Indonesia, bahkan dunia internasional pun pernah
memasukkan Indonesia sebagai sepuluh besar Negara terkorup di Asia.
Salah satu kasus yang sedang marak didengar dari media dan cukup popular dikalangan
masyarakat sekarang ialah kasus tindak pidana korupsi dana talangan bank century. Dalam kasus
ini, banyak oknum pemerintah yang memegang jabatan penting dianggap sebagai dalang dari
kasus ini. Kasus ini cukup menarik untuk dibahas dan sangat penting untuk dikaji. Karena
sampai sekarang, belum ada kejelasan tentang akhir dari kasus ini.
B. RUMUSAN MASALAH
Kasus dana talangan bank century ini masih terus berlangsung. Tersangka Robert tantular pun
telah dipidana dan diputus oleh pengadilaln negeri Jakarta. Rumusan masalah dari pembahasan
ini adalah :
1. Bagaimana penerapan teori pemberantasan korupsi dalam kasus bank century ini ?
2. Dasar hukum apa yang digunakan untuk menjerat pihak-pihak yang menjadi tersangka?
3. Bagaimana peran lembaga pemberantasan korupsi dalam kasus ini?
C. TUJUAN PENULISAN
Tujuan penulisan tentang kasus korupsi, khususnya kasus korupsi bank century ini, ialah :
1. Pembaca dapat lebih memahami penerapan teori pemberantasan korupsi dalam praktik.
2. Pembaca dapat berpartisipasi dalam pemberantasan korupsi.
3. Pembaca dapat mengetahui dampak-dampak korupsi.
PEMBAHASAN
Setelah lama didengar dari media masa, hingga kini kasus bank century belum juga selesai.
Kasus ini masih diselidiki oleh KPK. Lamanya waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan
kasus ini membuat masyarakat Indonesia tidak sabar dan penasaran tentang kasus ini. Pada awal
pembahasan, sangat bagus jika kita membahas terlebih dahulu tentang kronologis kasus bank
century ini. Sebab, jika tidak membahas kronologis, kasus bank century ini tidak akan mudah
untuk dipahami alurnya. Berikut kronologis singkat kasus bank century:
1. 1989 : Robert Tantular mendirikan Bank Century Intervest Corporation (Bank CIC).
2. 1999 : Bank CIC melakukan penawaran umum terbatas alias rights issue pertama. Robert
Tantular dinyatakan tidak lolos uji kelayakan dan kepatutan oleh Bank Indonesia untuk
mengajukan right issue ini.
3. 2003 : bank CIC diketahui sedang mengalami masalah. Ditemukan banyak surat
berharga valuta asing mencapai nilai 2 triliun rupiah. Valuta asing itu tidak mempunyai
peringkat, berjangka panjang, bunganya rendah serta tidak mudah dijual. BI pun
memberikan saran merger untuk mengatasinya.
4. 2004 : bank CIC melakukan merger dengan bank denpac dan bank pikko, sehingga
terbentuklah bank century. Setelah terbentuk, BI menyarankan bank century untuk
menjual valuta asing tersebut, namun pemegang saham lebih memilih menjadikan valuta
asing itu sebagai deposito di bank Dresdner, Swiss. Ternyata deposito yang disimpan di
bank Dresdner ini sangat sulit ditagih.
5. 2005 : Budi Sampoerna menjadi salah satu nasabah terbesar Bank Century cabang
Kertajaya, Surabaya. Selain itu, BI juga mendeteksi adanya valuta asing di bank century
berjumlah 210 juta dolar Amerika.
6. 2008 : awal kehancuran bank century. Sebab pada saat itu, beberapa nasabah besar ingin
menarik dana yang disimpan di bank century. Di antara nasabah itu ialah Budi
Sampoerna, PT Timah Tbk, dan PT Jamsostek. Bank century pun mengalami kesulitan
likuiditas.
7. 1 oktober 2008 : Budi Sampoerna tidak dapat menarik uangnya yang berjumlah sekitar 2
triliun rupiah dari bank century. Sepekan kemudian, bos Bank Century Robert Tantular
membujuk Budi dan anaknya yang bernama Sunaryo, agar menjadi pemegang saham
dengan alasan Bank Century mengalami likuiditas.
8. 30 oktober 2008 ditemukan sekitar 56 juta dolar Amerika surat berharga valuta asing
jatuh tempo dan gagal bayar.
Demikianlah kronologi singkat dari kasus bank century ini. Lalu timbul pertanyaan apa
hubungan kasus bank century ini dengan korupsi?
Dari pembahasan kronologi singkat itu, hubungan bail out bank century dan korupsi cukup
sederhana. Seperti yang kita ketahui, korupsi adalah tindak pidana yang merugikan keuangan
Negara atau penyelewengan atau penggelapan uang Negara untuk kepentingan pribadi atau
orang lain. Tindak pidana secara sederhana dapat diartikan sebagai salah satu pelanggaran
terhadap hukum yang berlaku. Jadi dalam konteks bank century dan korupsi, hubungannya
dikaitkan oleh kerugian Negara dan pelanggaran hukum yang terjadi, serta aliran dana dari bail
out ini apakah benar-benar digunakan untuk kepentingan penyelamatan keuangan Negara atau
untuk kepentingan beberapa pihak tertentu saja. Dalam perundang-undangan dijelaskan dalam
Kasus bank century ini ramai dibahas di media, alasannya cukup sedeharna, yakni mantan
gubernur Bank Indonesia, Budiono, yang pada saat itu juga menjadi wakil presiden sampai
sekarang dikait-kaitkan dengan kasus ini. Dari beberapa diskusi dalam media, diketahui bahwa
masalah utama dalam kasus bank century ini ialah keputusan bail out bank century yang
kontroversial. Kontroversi ini menimbulkan perdebatan.
Pihak yang pro dengan bail out bank century menilai bahwa ada kemungkinan jika bank
century ditutup maka ada potensi akan berdampak sistemik terhadap bank-bank lain yang
berujung pada kemungkinan terjadi kembali situasi rush atau situasi krisis ekonomi seperti pada
tahun 1998. Sedangkan pihak yang kontra terhadap keputusan bail out ini menyatakan bahwa
tidak logis atau tidak mungkin terjadi dampak sistemik pada bank-bank lain jika bank century
ditutup karena situasi ekonomi 1998 jelas berbeda dengan situasi ekonomi 2008. Dari uraian ini,
tidak tampak adanya korupsi dalam kasus bank century. Karena perdebatannya ialah tentang
kemungkinan yang bisa saja terjadi. Namun, dalam perdebatan ini, sudah muncul kecurigaan
terhadap keputusan bail out tersebut. kecurigaan ini terkait adanya kemungkinan penyalahgunaan
wewenang karena jabatan yang dapat merugikan Negara. Kecurigaan ini sangat kuat, sehingga
selalu dibahas media, apa lagi dana yang dikeluarkan untuk bail out ini membengkak dari 600
hingga 800 milyar menjadi 6,7 triliun. Selisih angka yang sangat tidak masuk akal jika kita
mempertimbangkan keputusan bail out yang sudah dipertimbangkan oleh orang-orang
berpendidikan. Selain itu, jika bank century ditutup, maka dana yang diperlukan ialah 5,3 triliun.
Selisih yang juga tidak sedikit yakni 1 triliun lebih dari dana bail out yang keluar.
Saat itu, belum terlihat jelas adanya pelanggaran hukum dalam kebijakan bail out itu.
Namun, dengan selisih dana yang cukup besar, muncul kecurigaan atas indikasi adanya
pelanggaran hukum dalam kasus bank century itu. Indikasi ini langsung ditanggapi oleh berbagai
Sejauh ini KPK telah menjadikan dua orang tersangka terhadap kasus ini, yakni mantan
Deputi Gubernur BI Siti Chailimah Fadjriah yang sprindiknya belum terbit dengan alasan bahwa
siti chailimah fadjriah sedang sakit, dan mantan Deputi Gubernur BI Budi Mulya terkait
pemberian FPJP(fasilitas pendanaan jangka pendek). Keduanya dijerat dengan pasal
penyalahgunaan kewenangan pada pasal 3 Undang-Undang (UU) No. 31/1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi seperti yang diubah pada UU No.20/2001 dengan
ancaman penjara maksimal 20 tahun dan denda Rp1 miliar.
Selain dua tersangka itu sudah ada nama robert tantular yang telah berada dalam jeruji besi.
Robert Tantular dijatuhi hukuman pidana 9 tahun dan denda Rp 100 miliar subsider kurungan
pengganti 8 bulan penjara. Dalam salinan dokumen putusan sidang kasasi yang ada, Robert
terbukti secara meyakinkan melakukan tindak pidana perbankan dan dijerat pasal 65 ayat 2
KUHP. Awalnya, Robert hanya diberikan sanksi 4 tahun saja di pengadilan negri, sedangkan di
pengadilan tinggi Robert divonis 5 tahun, dan saat kasasi diberikan putusan 9 tahun.
Pertimbangan majelis hakim untuk menambah masa hukuman penjara dari 4 tahun menjadi 9
tahun, karena Robert Tantular telah melakukan gabungan praktek perbankan yang tidak sehat.
Akibat tindakannya itu ialah telah menimbulkan rasa tidak percaya masyarakat.
Pada jumat, 31 mei lalu, tim panwas menyerahkan dokumen baru kepada KPK yang dinilai
sebagai bukti keterlibatan lima dewan gubernur dan gubernur bank Indonesia saat itu. Dokumen
itu merupakan dokumen tentang rapat dewan gubernur pada tanggal 20 november 2008 lalu
terkait pengambilan keputusan berdampak sistemik atau tidaknya jika bank century ditutup.
Menurut Akbar Faisal, mantan anggota Dewan dan Timwas Ada transkrip, ada matrik, analisis.
Kurang lebih 25 lembar yang menyatakan 3 substansi penting, yakni: pertama, ada manipulasi
situasi dan kondisi saat rapat dewan gubernur pada tanggal 20 november 2008. Kedua, ada
penyembunyian informasi oleh bank Indonesia karena dokumen-dokumen ini belum pernah
dibuka. Ketiga ialah beberapa rekaman transkrip pembicaraan rapat dewan gubernur. Menurut
Akbar, dalam rekaman transkrip itu dijelaskan belum ada kriteria penting yakni psikologi pasar
untuk menentukan dampak sistemiknya jika bank century ditutup. Menurutnya psikologi pasar
inilah kriteria yang seharusnya menjadi kriteria terpenting dalam mengambil keputusan pada 20
november 2008 itu. Sehingga ia menyatakan bahwa semua yang hadir dalam rapat dewan
gubernur saat itu terlibat dalam kasus bank century. Sedangkan yang hadir saat itu ialah Miranda
Swaray Goeltom, Muliaman Hadad, Siti Fadjrijah, almarhum Budi Rochadi, Budi Mulya, dan
pimpinan rapat saat itu, Gubernur BI Boediono. Keterlibatan mantan Gubernur BI boediono juga
menurut DPR sangat kuat karena adanya surat kuasa yang diberikan oleh boediono kepada
direktur BI untuk membail out bank century.
Dari pemeriksaan tersebut, KPK mengungkapkan bahwa ada fakta-fakta baru yang diberikan
oleh Sri Mulyani terkait kasus bank century ini yang bisa menjerat berbagai pihak. Bahkan fakta
baru itu disebut-sebut dapat membongkar actor intelektual dibalik keputusan bail out bank
century. Fakta ini dinilai KPK sebagai perkembangan, bahkan wakil ketua KPK Bambang
Widjajanto menyatakan,” ada perkembangan yang memuaskan”. Namun hingga kini
perkembangan tersebut tidak bisa diberitakan ke masyarakat umum, tetapi harus diproses saja.
Lalu, bagaimana sebenarnya proses terjadinya korupsi dalam kasus bank century ini?
Menurut ketua KPK Abraham Samad, modus yang digunakan dalam perkara dugaan korupsi ini
sangat canggih. Kecanggihan ini terlihat dari cara pengalihan dalam konteks pemberian dana
talangan terhadap bank-bank yang terlibat dalam perkara ini. Prosesnya ialah bank-bank yang
sudah dinyatakan tidak mampu diperintahkan untuk mengembalikan suntikan dana dari
pemerintah dengan memberikan aset-asetnya kepada Badan Penyehatan Perbankan Nasional
(BPPN). Oleh BPPN aset-aset itu kemudian dijual kembali, tetapi dalam kasus ini BPPN
menjualnya dengan harga murah atau harga di bawah pasar. Pembeli aset-aset itu ialah
perusahaan luar negri yang ternyata jika diselidiki, perusahaan itu sama dengan perusahaan yang
menyerahkan aset-aset itu. Jadi aset-aset itu seakan telah diserahkan tetapi kembali lagi kepada
orang yang berkewajiban menyerahkan aset itu. Inilah manipulasi yang merugikan Negara
hingga triliunan rupiah.
Cara-cara canggih inilah yang membuat korupsi disebut sebagai kejahatan yang dilakukan
kerah putih. Kerah putih dalam arti bahwa kejahatan korupsi dilakukan oleh orang-orang yang
mempunyai kedudukan atau jabatan penting dalam Negara dan notabene merupakan orang-orang
yang berpendidikan tinggi, sehingga dapat mencari kelemahan undang-undang untuk melakukan
kejahatan dan atau mencari perlindungan undang-undang lain untuk melakukan pelanggaran
terhadap aturan yang diatur oleh undang-undang lain.
Dari sisi manager Bank Century menghadapi dilema dalam etika dan bisnis. Hal tersebut
dikarenakan manager memberikan keputusan pemegang saham Bank Century kepada Robert
Tantular, padahal keputusan tersebut merugikan nasabah Bank Century. Tetapi disisi lain,
manager memiliki dilema dimana pemegang saham mengancam atau menekan karyawan dan
manager untuk menjual reksadana fiktif tersebut kepada nasabah. Manajer Bank Century harus
memilih dua pilihan antara mengikuti perintah pemegang saham atau tidak mengikuti perintah
tersebut tetapi dengan kemungkinan dia berserta karyawan yang lain terkena PHK. Dan pada
akhirnya manager tersebut memilih untuk mengikuti perintah pemegang saham dikarenakan
manager beranggapan dengan memilih option tersebut maka perusahaan akan tetap sustain serta
melindungi karyawan lain agar tidak terkena PHK dan sanksi lainnya. Walaupun sebenarnya
tindakan manager bertentangan dengan hukum dan etika bisnis. Solusi dari masalah ini
sebaiknya manager lebih mengutamakan kepentingan konsumen yaitu nasabah Bank Century.
Karena salah satu kewajiban perusahaan adalah memberikan jaminan produk yang aman.
Dari sisi pemegang saham yaitu Robert Tantular, terdapat beberapa pelanggaran etika bisnis,
yaitu memaksa manajer dan karyawan Bank Century untuk menjual produk reksadana dari
Antaboga dengan cara mengancam akan mem-PHK atau tidak memberi promosi dan kenaikan
gaji kepada karyawan dan manajer yang tidak mau menjual reksadana tersebut kepada nasabah.
Pelanggaran yang terakhir adalah, pemegang saham mengalihkan dana nasabah ke rekening
pribadi. Sehingga dapat dikatakan pemegang saham hanya mementingkan kepentingan pribadi
dibanding kepentingan perusahaan, karyawan, dan nasabahnya (konsumen). Solusi untuk
pemegang saham sebaiknya pemegang saham mendaftarkan terlebih dahulu produk reksadana ke
BAPPEPAM untuk mendapat izin penjualan reksadana secara sah. Kemudian, seharusnya
pemegang saham memberlakukan dana sabah sesuai dengan fungsinya (reliability), yaitu tidak
menyalah gunakan dana yang sudah dipercayakan nasabah untuk kepentingan pribadi.
Dalam kasus Bank Century ini nasabah menjadi pihak yang sangat dirugikan. Dimana Bank
Century sudah merugikan para nasabahnya kurang lebih sebesar 2,3 trilyun. Hal ini
menyebabkan Bank Century kehilangan kepercayaan dari nasabah. Selain itu karena dana
nasabah telah disalahgunakan maka menyebabkan nasabah menjadi tidak sustain, dalam artian
ada nasabah tidak dapat melanjutkan usahanya, bahkan ada nasabah yang bunuh diri dikarenakan
hal ini. Solusi untuk nasabah sebaiknya dalam memilih investasi atau reksadana nasabah
diharapkan untuk lebih berhati-hati dan kritis terhadap produk yang akan dibelinya. Jika produk
tersebut adalah berupa investasi atau reksadana, nasabah dapat memeriksa kevalidan produk
tersebut dengan menghubungi pihak BAPPEPAM.
Dikarenakan kasus ini kinerja BI dan BAPPEPAM sebagai pengawas tertinggi dari bank-bank
nasional menjadi diragukan, karena BI dan BAPPEPAM tidak tegas dan lalai dalam memproses
kasus yang menimpa Bank Century. Dimana sebenarnya BI dan BAPPEPAM telah mengetahui
keberadaan reksadana fiktif ini sejak tahun 2005. Untuk Bank-bank nasional lainnya pengaruh
kasus Bank Century mengakibatkan hampir terjadinya efek domino dikarenakan masyarakat
menjadi kurang percaya dan takut bila bank-bank nasional lainnya memiliki “penyakit” yang
sama dengan Bank Century dikarenakan krisis global, dengan kata lain merusak nama baik bank
secara umum. Solusi untuk BI dan BAPPEPAM sebaiknya harus lebih tegas dalam menangani
D. PENDAPAT PENULIS
Enam tahun sudah kasus bank century ini berjalan, namun belum ada kepastian akan
selesainya kasus ini. Banyak beredar kabar bahwa kasus century ini sebenarnya hasil dari politik
mengingat banyaknya terjadi perdebatan antara pejabat politik dalam kasus ini. Sangat sulit
untuk menemukan bukti akan adanya hubungan politik dengan kasus bank century ini. Namun,
secara sederhana dapat dijelaskan bahwa keputusan bail out bank century dilakukan oleh
pemerintah. Karena dilakukan oleh pemerintah, maka keputusan itu menjadi kebijakan public di
Indonesia. Dan kebijakan public merupakan salah satu objek mendasar dalam ilmu politik.
Dengan kata lain, kasus bank century rawan dengan isu politik. Sehingga, merupakan suatu hal
yang wajar jika orang mengaitkan kasus bank century ini dengan politik. Namun, penjelasan ini
tidak serta merta menyatakan bahwa kasus bank century secara nyata dipengaruhi oleh politik.
Oleh Karen itu dibutuhkan fakta-fakta sebagai bukti petunjuk bahwa kasus bank century ini
benar-benar berhubungan dengan politik. Tetapi menurut saya sebagai penulis, kasus bank
century bukan merupakan hasil politisasi karena terlepas dari adanya politisasi atau tidak,
keputusan bail out tetap akan menjadi kebijakan public. Tetapi dalam kaitannya dengan proses
penyelesaian kasus bank century ini, terjadi banyak hal yang mengarahkan pandangan public
bahwa kasus ini berhubungan erat dengan politik. Hal ini terlihat cukup jelas dari pandangan
masyarakat yang melihat bahwa ada beberapa pejabat yang menggunakan dana talangan bank
century untuk kepentingan politik mereka. Dengan terbentuknya opini public ini, sebenarnya
sudah cukup jelas bahwa kasus bank century ini sudah menjadi isu politik. Selain itu bukti nyata
adanya keterkaitan politk dalam kasus century ini ialah, saat adanya pemilihan antara opsi A dan
opsi C untuk penyelesaian kasus century ini. Dimana opsi A lebih memilih diselesaikan secara
polirik dan opsi C diselesaikan dengan cara hukum yang berlaku.
Selain melihat dari sisi keterkaitan politik dalam kasus bank century ini, penulis ingin
berpendapat juga tentang perdebatan yang terjadi mengenai dampak sistemik dalam kasus bank
century. Menurut data yang ada , pada tahun 2008 memang sedang terjadi krisis ekonomi global.
Sehingga Indonesia pun terkena dampaknya, yakni saat itu Indonesia juga mengalami krisis
ekonomi. Hal ini dibuktikan dengan turunnya nilai kurs dan nilai aset-aset saham dan bahkan
surat utang Indonesia pada saat itu. Terlepas dari bermasalah atau tidaknya bank century,
beberapa pihak di antaranya mantan wakil presiden Jusuf Kalla menilai bahwa bank century
adalah bank yang kecil, sehingga jika ditutup maka tidak mungkin mengakibatkan dampak
sistemik terhadap bank-bank lain. Apa lagi saat rapat panwas pada 19 september 2012, Jusuf
Kalla menegaskan bahwa dari rekaman rapat keputusan bail out pada November 2008, sama
sekali tidak disebutkan kata sistemik dalam rapat tersebut. Dan dalam keputusan rapat keputusan
bail out itu tidak disebutkan dalam putusan rapat tentang kata sistemik. Menurut penulis
perdebatan mengenai kemungkinan ini tidak akan menemukan kebenaran akan motif dari
Menurut penulis, masalah pokok bank century yang ingin dibahas pemerintah bukanlah
tentang kemungkinan dampak sistemik bank century, melainkan masalah pembengkakan dana
talangan terhadap bank century ini. Sebab bank CIC yang merupakan awal mula terbentuknya
bank century memang sudah bermasalah dan masih dibantu oleh BI dengan saran merger yang
membentuk bank century. Masalah bank CIC dan merger yang dilakukan, tidak pernah
dibicarakan ke public dan bahkan tidak pernah dibahas dalam pemerintahan. BI pun tidak pernah
diberikan sanksi karena sarannya itu. Namun jika dilihat dari sis positif, pemerintah sudah
menunjukan peningkatan kinerja dengan membahas dampak sistemik yang dapat menjadi salah
satu bukti kesalahan dalam pengambilan keputusan bail out.
Menurut penulis, pemerintah lebih tertarik terahadap selisih dana yang diperkirakan dengan
dana yang dikeluarkan. Apa lagi aliran dana itu masih misteri hingga sekarang. Dana talangan
yang awalnya diperkirakan hanya mencapai angka 600-an milyard membengkak menjadi 6,7
triliun. Berkaitan dengan pembengkakan dana ini, menurut penulis ada dua kemungkinan
penyebabnya, yakni :
1. Kinerja aparatur Negara maupun aparatur swasta yang terkait pemberian dana talangan
ini memang sangat buruk dan lalai dalam menjalankan tugas sehingga perkiraan yang
awalnya bernilai milyaran rupiah membengkak menjadi triliunan rupiah.
2. Pembengkakan dana talangan ini memang sengaja dibuat dan disembunyikan untuk
kepentingan politik pihak-pihak tertentu.
Dari dua kemungkinan ini, semua pihak terkait memang tetap akan terkena sanksi jika
terbukti lalai ataupun sengaja. Hanya saja jika terbukti lalai menjalankan tugasnya maka
sanksinya lebih ringan. Dengan kata lain, kemungkinan kedua menjadi kemungkina terburuk
bagi pihak yang terkait dengan kasus ini. Sejauh ini kinerja DPR, KPK, dan BPK sudah sangat
bagus. Hal ini terlihat dari pembentukan tim pansus oleh DPR dan timwas, penemuan
pelanggaran hukum oleh BPK, dan kemajuan penemuan telah adanya tersangka dari penyidikan
KPK. Hanya saja dalam prosesnya banyak terjadi masalah-masalah lain yang menghambat
proses penyelesaian kasus century ini, antaranya : kasus yang menjerat beberapa pengurus KPK
terdahulu baik bibit-chandra maupun antashari azhar.
Dalam penyelesaian kasus ini, baik DPR maupun KPK , lebih mencari kemungkinan kedua
yakni kesengajaan terkait kesalahan dalam pemberian dana talangan bank century. Namun,
kendala yang paling nyata dalam proses ini ialah pencarian bukti-bukti dan fakta-fakta yang
Dengan demikian, pendapat penulis lebih melihat dari sisi hubungan politik, persoalan
pokok, dan kinerja pihak-pihak terkait dalam kasus ini, serta penyelesaian kasus ini yang sangat
sulit sehingga memakan waktu yang lama.
Kesimpulan dari kasus ini ialah persoalan dana talangan ini memang sangatlah rumit untuk
diselesaikan. Sehingga untuk menyelesaikan kasus ini, diperlukan waktu yang cukup lama.
Namun banyaknya kepentingan politik yang menghampiri kasus ini membuat kasus ini juga
kadang meredup di media dan tiba-tiba kembali popular dibahas. Mungkin kembali
populernya kasus ini pada tahun ini karena tahun ini merupakan tahun politik menjelang
pemilu 2014. Sehingga ada kemungkinan munculnya kasus ini untuk menjatuhkan pihak-
pihak lain dan mengangkat nama pihak lain. Saran dari penulis ialah hanya mengenai
konsistensi pihak-pihak yang berkaitan dalam mengurus penyelesaian kasus century ini. Dan
apresiasi dari penulis bagi mereka yang secara konsisten mengurus penyelesaian kasus ini.
Dan semoga dengan ditemukannya fakta baru dari Sri Mulyani benar-benar menjadi pintu
masuk penyelesaian kasus ini oleh penegak hukum.
[1] http://www.tempo.co/read/news/2009/11/14/063208353/Kronologi-Aliran-Rp-67-Triliun-ke-
Bank-Century
[2] Right issue merupakan salah satu cara yang digunakan oleh emiten untuk meningkatkan
jumlah modal yang disetorkan dengan memberikan penawaran terlebih dahulu kepada pemegang
saham lama untuk menambah modalnya di perusahaan tersebut. Jika seorang investor tidak
menggunakan hak tersebut maka ia dapat menjual hak tersebut sehingga muncul periode right
issue. Sedangkan Emiten adalah sebutan untuk perusahaan yang melakukan emisi alias
menerbitkan dan menjual saham atau obligasi (dan produk investasi turunannya) kepada
masyarakat umum. Berkaitan dengan uji kelayakan oleh bank Indonesia terhadap Robert
Tantular iin, ada beberapa ketentuan yang harus diperhatikan, antara lain :
2) Harga pelaksanaan right issue tidak boleh lebih dari nilai nominal
3) Dalam peraturan bapepam tentang hak memesan efek terlebih dahulu yang menyatakan
baheea emiten harus melaporkan kepada bapepam tentang rencana right issue selambat
lambatnya 28 hari sebelum RUPS.
[3] http://www.anneahira.com/kasus-bank-century.htm
[4] http://www.anneahira.com/kasus-bank-century.htm
[5] http://www.tempo.co/read/news/2009/11/14/063208353/Kronologi-Aliran-Rp-67-Triliun-ke-
Bank-Century
[6] http://www.anneahira.com/kasus-bank-century.htm
[7] Likuiditas adalah kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya.
Pengertian lain adalah kemampuan seseorang atau perusahaan untuk memenuhi kewajiban atau
utang yang segera harus dibayar dengan harta lancarnya (http://id.wikipedia.org/wiki/Likuiditas)
[8] http://www.tempo.co/read/news/2009/11/14/063208353/Kronologi-Aliran-Rp-67-Triliun-ke-
Bank-Century
[9] http://www.tempo.co/read/news/2009/11/14/063208353/Kronologi-Aliran-Rp-67-Triliun-ke-
Bank-Century
[11] http://www.tempo.co/read/news/2013/04/12/090472926/Darmin-Heran-DPR-Ribut-Soal-
Surat-Kuasa-FPJP
[12] http://www.tempo.co/read/news/2013/05/10/063479487/KPK-Temukan-Perkembangan-
Kasus-Century
[13] http://www.tempo.co/read/news/2013/05/09/063479129/Samad-Sebut-Korupsi-BLBI-dan-
Century-Canggih
[14]
http://nasional.kompas.com/read/2012/11/29/09491274/Bank.Century.dan.Utang.Politik.KPK
http://politik.kompasiana.com/2013/06/11/kasus-century-antara-kebijakan-moneter-dan-politik-
567541.html
http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/news/2012/11/29/136819/Penyelesaian-Kasus-
Bank-Century-hanya-Akrobat-Politik
[15] http://www.youtube.com/watch?v=tj6L-4_rghU
[16] http://www.youtube.com/watch?v=deuOWw-Rf7g