Anda di halaman 1dari 43

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Globalisasi yang memberikan penekanan mendalam tentang

teknologi, menjadikan semua negara berlomba-lomba untuk menjadi

negara berteknologi tinggi. Teknologi dalam perspektif dunia memiliki nilai

untuk menaikan dan memperkuat satu negara.

Teknologi mulai berkembang di masa modern (1400 M) dimana

Joan Guttenberg membuat mesin cetak untuk mencetak plat huruf 1 yang

berkelanjutan berkembang dengan mesin ketik lalu komputer yang sudah

dipakai sehari hari.

Perkembangan ini memberikan peranan dalam setiap aspek

kehidupan. Aspek-aspek pekerjaan yang berkorelasi dengan IT contohnya

adalah pekerjan kantor. Pembuatan berkas sekolah, pemrosesan aplikasi,

pembuatan struktur rumah, desain interior, bahkan sampai dalam

pembuatan program-program yang memudakan manusia untuk bekerja

dalam bidangnya masing masing.

Perkembangan teknologi memiliki intensitas tinggi bisa terlihat pada

negara yang mencolok yaitu negara Jepang dan didikuti dengan

amerika,jerman, Israel, cina, lalu korea. Negara negara ini memiliki

kemampuan yang begitu luar biasa karena stimulus dari sejarah negara

1Mira novita”blog teknologi informasi.blogspot.com diundu tagl 26 maret 2019


shingga membuat mereka ingin terus maju untuk memudahkan kehidupan

negaranya.

Perkembangan teknolokgi pada negara negara bila dianalisis

dalam perpektif historis, maka didapati bahwa negara-negara yang

berkembang adalah negara yang memiliki sejarah perang dan penjajahan.

Penjajahan dan perang dinegaranya memberikan stimulus untuk bisa

mempertahankan diri dan berkembang.

Sebagai peningkatan kehidupan, peran IT pun tidak lepas dalam

kemajuan bangsa didalam bidang Pendidikan. Pendidikan adalah cikal

bakal diddalam dunia keneggaraan. Cikal bakal ini yang memiliki arti

seacaara eksplisit bahwa negara akan berkembang dari dunia Pendidikan

yang menghasilkan pemimpin-pemimpin negara.

Pendidikan memiliki peran yang sangat penting, seperti yang di

kemukakan dalam “UU No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan

Nasional pada Pasal 3, yang menyebutkan bahwa pendidikan nasional

berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta

peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan


2
kehidupan bangsa. Untuk itu Pendidikan merupakan kewajiban bagi

bangsa dan negara untuk menyelenggarakannya dan hak bagi warga

negara untuk memperolehnya.

2 anonymhttps://kelembagaan.ristekdikti.go.id/wp-
content/uploads/2016/08/UU_no_20_th_2003.pdf diunduh diunduh 27 maret 2019
Pendididkan di Indonesia memiliki aturan yang berubah ubah yang

diatur oleh negara. Perubahan atau pengaturan Pendidikan sudah

tertuang dalam satu wadah yang diberikan nama kurikulum. Kata

kurikulum adalah berasal dari

“Bahasa Yunani curir yang berarti pelari dan curer yang berarti
tempat berpacu dengan demikian kurikulum berasal dari dunia
olahraga pada Zaman Romawi kuno di Yunani yang mengandung
pengertian jarak yang harus ditempuh oleh pelari dari garis start
dampai finish”.3
Dalam konsep yang dikemukakan oleh harianto GP memberikan makna

secara implisit bahwa kurikulum adalah sebuah wadah untuk paara

peserta bersaing dalam potensinya sampai kepada garis finisi. Melalui

makna yang dideskritifkan oleh Harianto Gp maka secara fungsional bisa

diafirmasikan kurikulum adalah sebuah media untuk menstimulus peserta

didik untuk bisa mengeluarkan potesninya di arena Pendidikan.

Berkaitan dengan kurikulum di Indonesia, kurikulum di Indonesia

sudah diganti sebanyak 10 kali dari yang pertama Rentjana Pelajaran

1947 sampai kurikulum 13. Rentjana Pelajaran 1947sampai kepada

KTSP kurikulum- kurikulum ini diuraikan oleh Brillio yang mengatakan

kurikulum

menekankan menekankan pendidikan pikiran, melainkan hanya


pendidikan watak, kesadaran bernegara dan bermasyarakat. Materi
pelajaran dihubungkan dengan kejadian sehari-hari, perhatian
terhadap kesenian dan pendidikan jasmani 4

3 Harianto Gp.”Kurikulm Pendidikan Kristen”(Surabaya;STTbethany


press.2017)hlm.3.
4 Brillio https://www.brilio.net/news/sudah-11-kali-ganti-ini-beda-kurikulum-pendidikan-
dari-masa-ke-masa-150502x.html# diundih tanggal 26 maret 2019
berbeda dengan kurikulum 13, kurikulum KTSP sangalah kontradiktif

dalam kurikulum KTSP. Kurikulum 13 memiliki model pembelajaran yang

saintifik dimana intensistas pengajarannya difokuskan untuk melatih murid

lebih mandiri sedangkan kurikulum KTSP menekankan metode mengajar

preaching sehingga peserta didik hanya menerima informasi secara pasif.

Dalam permaasalah keterkaitannya dengan Pendidikan, Peranan IT

sangatlah mengalami kendala-kendala dalam pengaplikasiannya. Ini

disebabkan oleh rendahya kualitas Pendidikan diindonesia. Fakta ini dari

terlihatnya kesalahan kesalahan dalam ujian nasional berbasis Komputer

Dalam analisis data permasalahan yang aktual memberikan data

Iqbal Ferbian dalam artikelnya memberikan “informasi bahwa kualitas

rendahnya Pendidikan di Indonesia adalah karena kualitas guru yang

masih rendah”5 ini diafirmasikan oleh media Indonesia, Terlihat dalam

masalah Pendidikan di Indonesia juga tidak jarang adalah mengenai

kualitasprofessional guru di Indonesia. Kualitasguru di Indonesia dinilai

masih rendah, dilihat dari data yang diambil dar data kompetensi guru

yaitu:

Bayangkan saja, dari 3,9 juta guru yang ada saat ini, masih
terdapat 25% yang belum memenuhi syarat kualifikasi akademik
dan 52% belum memiliki sertifikat profesi. Di sisi lain, seorang guru
dalam menjalankan tugasnya harus memiliki standar kompetensi
yang mencakup: kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan
profesional6

5Iqbal Ferbian http://mybiologismart.blogspot.com/2016/01/penyebab-dan-masalah-


pendidikan-di.html
6 Media indonesia http://mediaindonesia.com/read/detail/200182-mengkritisi-kualitas-
guru (diunduh 20 maret 2019)
Dalam data terlihat data kualitas guru yang memiliki standar kompetensi

hanyalah 25 persen dan 25 persen lain dari segi akademik mereka

bukanlah guru yang memiliki kompetensi yang cukup. Data ini

berdasarkan penelitian dilapangan yang bisa dikonklusikan bahwa data ini

adalah valid secara empiris.

Dengan kualitas guru yang rendah, maka dalam pengaplikasian

media pun menjadi terbatas dikarenakan kemampuan yang kurang

beradaptasi. Kemamapuan yang terbatas ini menjadi sebuah dilemma

bagi Pendidikan, dimana faktor ini disebabkan oleh guru senior yang lanjut

usia dan tidak bisa mengaplikasikan media elktronik dengan baik.

Para guru yang sudah lanjut usia merasa kesulitan apabiila harus

mengoprasikan media pembelajaran yang berbasis elektronik,

dikarenakan kurangnya pengetahuan media pembelajaran sewaktu dia

menempuh Pendidikan.

Pada era globalisasi ini kemajuan pengetahuan dan teknologi

semakin maju dan pesat, akibatnya pengetahuan seseorang akan cepat

usang dan tidak relevan lagi. Pengetahuan dan teknologi selalu

berkembang maka harus dipilih cara-cara belajar yang lebih baik misalnya

bagaimana mencari, mengolah, memilih informasi yang tepat sesuai

dengan kebutuhan yang dihadapinya. Hal ini membutuhkan pendidikan

yang memberi kecakapan hidup (life skill) yaitu yang memberikan

keterampilan, kemahiran dan keahlian dengan kompetensi tinggi pada


peserta didik, sehingga selalu mampu bertahan dalam suasana yang

berubah.

Proses pendidikan di sekolah merupakan suatu sistem yang

melibatkan berbagai faktor atau masukan mentah berupa siswa dengan

segala karekteristiknya. Selain itu, masukan instrumental berupa

kurikulum, guru, sarana belajar mengajar dan proses belajar mengajar

ditujukan untuk mencapai tujuan pendidikan dan lebih khusus untuk

mencapai tujuan pengajaran yang meliputi aspek kognitif, afektif dan

psikomotor. Dalam proses belajar mengajar seorang anak dapat menjadi

bosan apabila guru tidak kompeten.

Kebosanan merupakan suatu masalah serius yang biasanya terjadi

akibat dari seseorang selalu melihat, merasakan atau mengalami perstiwa

yang sama secara berulang dan terus menerus dan orang selalu ingin

sesuatu yang baru, berbeda dengan yang pernah dialaminya. Agar

peserta didik tidak bosan dalam menerima pelajaran, maka guru harus

mengajarkannya dengan menggunakan strategi pembelajaran tepat; suatu

pembelajaran yang membuat paserta didik menjadi aktif, kreatif, efektif,

dan menyenagkan, disertai juga dengan metode dan teknik yang

bervariasi serta dengan menggunakan media pembelajaran relevan yang

dapat memotivasi anak untuk belajar. Selain itu contoh-contoh yang

disampaikan kepada anakpun sesuai dengan kondisi lingkungan anak

sehingga lebih memudahkan anak untuk memahaminya.


Dari pengamatan terhadap sekolah yang dimaksud kenyataannya

juga tidak pernah menggunakan media/alat peraga berbasis IT dalam

menunjang proses pembelajaran akibatnya anak menjadi kurang tertarik

dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Padahal guru sering menuntut

agar peserta didik harus aktif dalam belajar dan bukan hanya guru agar

tuntutan kurikulam dapat tepenuhi. Selebihnya adalah siswa dapat

memahami dengan baik apa yang diajarkan, yang kemudian akan menjadi

modal dasar peserta didik untuk tumbuh dan berkembang. Dengan

demikian guru harus menggunakan strategi belajar mengajar yang lebih

sistematis yang mengarah pada tujuan yaitu penyerapan materi oleh

peserta didik dengan tuntas.

Permasalahan buta teknologilah yang tidak diestimasikan

pemerintah, sehingga menjadi suatu stimulus pada era digital ini kebutaan

teknologi menjadi sebuah impulsif negatif di bidang Pendidikan. Kebutaan

teknologi ini juga menjadi suatu stimulus rendahnya potensi Pendidikan di

daerah tertinggal.

Dunia Pendidikan tidak bisa berdiri sendiri, sebagai

fundamentalnya maka Pendidikan berpatokan kepada uu sebagai

fundamental yang bisa manaungi dan memberikan perkembangan serta

kemajuan dalam bidang Pendidikan.

UU adalah fundamental bangsa dan menjadi sutau amanat bagi

bangsa. Peraturan yang sudah ada pada UU akan mejadi suatu amanat

yang harus dberikan kepada bangsa dari pemerintah. Pemerintah harus


mendukung pendididkan dalam segi apapun sehingga memberikan

penunjang sekolah untuk mempunyai mutu yang tinggi dalam belajar

adalah fasilitas yang memadai. Contohnya banyak universitas memiliki

perpustakaaan yang sangat besar untuk memberikan sejumlah dorongan

kepada peserta didik.

Faktor ekstrinsik terhadap kemampuan belajar adalah

perpustakaan. Perpustakaan dan fasilitas belajar lainnya. Perpustakaan

adalah wadah untuk mengoptimalkan kemampuan mahasiswa dalam

belajar. Untuk menyukseskan tujuan ini mereka perlu mengatur dengan

baik, dengan mengikuti ketentuan- ketentuan/syarat-syarat pembuatan

perpustakaaan.7

Dalam karya tulis ilmiah Dalyono yang menyatakan bahwa,

“kelengkapan fasilitas belajar akan membantu siswa dalam belajar, dan

kurangnya alat-alat atau fasilitas belajar akan menghambat kemajuan

belajarnya.”8 Teori diafirmasikan oleh penulis lain yaitu Moh Surya yang

memaparkan :betapa pentingnya kondisi fisik fasilitas belajar terhadap

proses belajar yang menyatakan bahwa, “Keadaan fasilitas fisik tempat

belajar berlangsung di kampus/sekolah ataupun di rumah sangat

mempengaruhi efisiensi hasil belajar. Keadaan fisik yang lebih baik lebih

menguntungkan mahasiswa belajar dengan tenang dan teratur” 9.

7Wicaksono, “tp://eprints.uny.ac.id/31511/1/Pekik%20Wicaksono-
10502247008.pdf(WICAKSONO) diunduh tangal 17 juni 20016
8 WICAKSONO http://eprints.uny.ac.id/31511/1/Pekik%20Wicaksono-
10502247008.pdf diperoleh dtanggal 17 januari 22:30 hari sabtu WIta
9Ibid
Dengan pemaparan dari Moh Surya bisa di konklusikan Bahwa,

dari fasilitas muncul kualitas belajar yang baik. Dengan begitu fasilitas

haruslah diperhatikan dengan seksama, detail, dan teratur. Rasa peduli

kita terhadap fasilitas, tidak akan sia-sia dikarenkan akan menghasilkan

buahnya. Hasil dari pemeliharaan ini akan terlihat dari tercapainya tujuan

pedidikan di area dimana fasilitas itu berada.

Visi Indonesia yang bisa meningkatkan Pendidikan dalam analisis

data secara aktualisasi mendapati bahwa peningkatan iitu belum berjalan

secara holistik karena terkendala dalam penyediaan media dan failitas

bagi sekolah sekolah terpencil seperti di pulau-pulau.

Kendala untuk penyediaan fasilitas media IT atau berbasis

elektronik adalah berdasarkan letak geografinya. Letak geografi Indonesia

adalah kepulauan sehingga dalam memnuhi prasarana disekolah tidak

bisa makasimal untuk daerah terpencil.

Berdasarkan uraian tersebut, perlu dilakukan penelitian mengenai

Pemanfaatan IT dalam proses pembelajaran PAK di SD Inpres

Tumatangtang di kota Tomohon.

B. FokusPenelitian

Dari permasalahan tersebut, yang menjadi fokus dalam penelitian

ini Pemanfaatan IT dalam proses pembelajaran PAK di SD Inpres

Tumatangtang.
C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latarbelakang masalah dan focus penelitian di atas, peneliti

merumuskan masalah, sebagai berikut:

1. Bagaimana Pemanfaatan IT dalam proses pembelajaran PAK di SD

Inpres Tumatangtang?

2. Faktor-faktor apa yang menjadi penghambat Pemanfaatan IT dalam

proses pembelajaran PAK di SD Inpres Tumatangtang?

3. Upaya-upaya apakah yang dilakukan guru PAK dalam memanfaatkan

IT dalam proses pembelajaran PAK di SD Inpres Tumatangtang?

D. Tujuan penelitian

1. Untuk mengetahui bagaimana Pemanfaatan IT dalam proses

pembelajaran PAK di SD Inpres Tumatangtang?

2. Untuk menganalisis faktor-faktor penghambat Pemanfaatan IT dalam

proses pembelajaran PAK di SD Inpres Tumatangtang?

4. Untuk mendeskripsikan upaya-upaya yang dilakukan guru PAK

dalam memanfaatkan IT dalam proses pembelajaran PAK di SD Inpres

Tumatangtang?

E. Manfaat penelitian.

1. Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan

kontribusi bagi pegembangan ilmu pengetahuan di bidang pengelolaan


pembelajaran terutama memberikan sumbangan pemikiran ilmiah dalam

rangka pemanfaatan IT dalam proses pembelajaran.

2. Secara praktis, diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan

pokok-pokok pikiran sebagai masukan kepada SD Inpres Tumatangtang

khususnya para guru PAK terkait dengan pemanfaatan IT dalam proses

pembelajaran.
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Teknologi Informasi

1. Pengertian Teknologi Informasi

Perkembangan peradaban manusia diiringi dengan perkembangan

cara penyampaian informasi yang selanjutnya dikenal dengan istilah

(Teknologi Informasi). Pada awalnya Teknologi Informasi dikembangkan

manusia pada masa pra sejarah dan berfungsi sebagai sistem untuk

pengenalan bentuk-bentuk yang mereka kenal, mereka menggambarkan

informasi yang mereka dapatkan pada dinding-dinding gua, tentang

berburu dan binatang buruannya. Sampai saat ini teknologi informasi terus

terus berkembang tetapi penyampaian dan bentuknya sudah lebih

modern.

Menurut Bambang Warsita teknologi informasi adalah sarana dan

prasarana (hardware, software, useware) sistem dan metode untuk

memperoleh, mengirimkan, mengolah, menafsirkan, menyimpan,

mengorganisasikan, dan menggunakan data secara bermakna. 10 Menurut

Lantip dan Riyanto teknologi informasi diartikan sebagai ilmu pengetahuan

10 Bambang Warsita, Teknologi Pembelajaran: Landasan & Aplikasinya, (Jakarta:


Rineka Cipta, 2008), hlm. 135
dalam bidang informasi yang berbasis komputer dan perkembanganya

sangat pesat.11

Menurut McKeown dalam Suyanto teknologi informasi merujuk

pada seluruh bentuk teknologi yang digunakan untuk menciptakan,

menyimpan, mengubah, dan menggunakan informasi dalam segala

bentuknya. Teori yang lain juga diungkapkan oleh Williams dalam Suyanto

teknologi informasi merupakan sebuah bentuk umum yang

menggambarkan setiap teknologi yang membantu menghasilkan,

memanipulasi, menyimpan, mengkomunikasikan, dan atau

menyampaikan informasi.12 Teori lain juga yang dapat menjadi pendukung

yaitu menurut Behan dan Holme dalam Munir teknologi informasi dan

komunikasi adalah segala sesuatu yang mendukung untuk me-record,

menyimpan, memproses, mendapat lagi, memancar/mengantarkan dan

menerima informasi.13

Dari pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa teknologi

informasi adalah suatu teknologi berupa (hardware, software, useware)

yang digunakan untuk memperoleh, mengirimkan, mengolah,

menafsirkan, menyimpan, mengorganisasikan, dan menggunakan data

secara bermakna untuk memperoleh informasi yang berkualitas.

11 Lantip Diat Prasojo & Riyanto, Teknologi Informasi Pendidikan, (Yogyakarta:


Gava Media, 2011), hlm. 4
12 Suyanto, Pengantar Teknologi Informasi untuk Bisnis, (Yogyakarta: Penerbit
ANDI, 2005), hlm. 10
13 Munir, Pembelajaran Jarak Jauh Berbasis Teknologi Informasi dan
Komunikasi, (Bandung: Alfabeta, 2009), hlm. 31
2. Manfaat Teknologi Informasi

Menurut Abdulhak terdapat klasifikasi pemanfaatan ICT ke dalam

tiga jenis, yaitu : pertama, ICT sebagai media (alat bantu) pendidikan yaitu

hanya sebagai pelengkap untuk memperjelas uraianuraian yang

disampaikan. Kedua, ICT sebagai sumber yakni sebagai sumber informasi

dan mencari informasi. Ketiga, ICT sebagai sistem pembelajaran. 14

Menurut Bambang Warsita, secara umum ada tiga pemanfaatan teknologi

informasi atau instruksional komputer dan internet untuk pendidikan dan

pembelajaran, adalah : Pertama, Learning about computers and the

internet, yaitu Komputer dapat dijadikan sebagai objek pembelajaran,

misalnya ilmu computer (computer science). Kedua, Learning with

computers and the internet, yaitu teknologi informasi memfasilitasi

pembelajaran sesuai dengan kurikulum yang berlaku di sekolah. Misalnya

Pustekkom, Depdiknas mengembangkan progam CD multimedia interaktif

untuk mata pelajaran. 15

Pendapat tersebut juga diperkuat oleh Heinich dalam Bambang Warsita TI

merupakan segala bentuk penggunaan atau pemanfaatan komputer dan

internet untuk pembelajaran. Bentuk penggunaan/pemanfaatan teknologi

informasi yakni :1) Tutorial, merupakan progam yang dalam penyampaian

materinya dilakukan secara tutorial, yakni suatu konsep yang disajikan

dengan teks, gambar baik diam atau bergerak, dan grafik; 2) Praktik dan

14 Ishak Abdulhak & Deni Dermawan, Teknologi Pendidikan, (Bandung: PT


Remaja Rosdakarya, 2005), hlm. 413
15 Bambang Warsita, Teknologi Pembelajaran: Landasan & Aplikasinya., hlm.
150-151
dan latihan (drill and practice), yaitu untuk melatih peserta didik sehingga

memiliki kemahiran dalam suatu keterampilan atau memperkuat

penguasaa suatu konsep. Progam ini biasanya menyediakan serangkaian

soal atau pertanyaan; 3) Simulasi (simulation), yaitu format ini bertujuan

untuk mensimulasikan tentang suatu kejadian yang sudah terjadi maupun

yang belum dan biasanya berhubungan dengan suatu resiko, seperti

pesawat akan jatuh atau menabrak, terjadinya malapetaka dan

sebagainya; 4) Percobaan atau eksperimen, format ini mirip dengan

format stimulasi, namun lebih ditujukan pada kegiatan-kegiatan

eksperimen, seperti kegiatan praktikum di laboratorium IPA, Biologi atau

Kimia; 5) Permainan (game), yaitu mengacu pada proses pembelajaran

dan dengan progam multimedia berformat ini diharapkan terjadi aktivitas

belajar sambil bermain.16

Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa manfaat TI

adalah sebagai berikut : pertama, TI sebagai sumber yakni TI dapat

dimanfaatkan untuk sumber informasi dan untuk mencari informasi yang

akan dibutuhkan. Kedua, TI sebagai media, sebagai alat bantu yang

memfasilitasi penyampaian suatu informasi agar dapat diterima dan

dimengerti dengan mudah. Ketiga, TI sebagai pengembang keterampilan

pembelajaran, pengembangan keterampilan-keterampilan berbasis

teknologi informasi dengan aplikasi-aplikasi dalam kurikulum.

16 Ibid., hlm. 137-144


3. Perangkat-Perangkat Teknologi Informasi

Dalam memanfaatkan TI diperlukan peralatan/perangkat yang

dapat digunakan untuk mendapatkan suatu informasi, berikut menurut

Jamal M.A perangkat-perangkat teknologi informasi :

1) Komputer

Komputer adalah perangkat berupa hardware dan software

yang digunakan untuk membantu manusia dalam mengolah data

menjadi informasi dan menyimpannya untuk ditampilkan di lain

waktu. Informasi yang dihasilkan komputer dapat berupa tulisan,

gambar, suara, video, dan animasi.

2) Laptop/Notebook

Laptop/notebook adalah perangkat canggih yang fungsinya

sama dengan komputer, tetapi bentuknya praktis dapat dilipat dan

dibawa kemana-mana.

3) Deskbook

Deskbook adalah perangkat sejenis komputer dengan

bentuknya yang jauh lebih praktis, yaitu CPU menyatu dengan

monitor sehingga mudah diletakkan di atas meja tanpa memakan

banyak tempat.

4) Personal Digital Assistant (PDA)/Komputer Genggam

PDA adalah perangkat sejenis komputer, tetapi bentuknya

sangat mini sehingga dapat dimasukkan dalam saku. Walaupun


begitu, fungsinya hampir sama dengan komputer pribadi yang

dapat mengolah data.

5) Flashdisk, CD, DVD, Disket, Memorycard

Flashdisk adalah media penyimpanan data yang dapat

menyimpan data dalam jumlah besar.

Aplikasi TI di dunia pendidikan antara lain sebagai perangkat lunak

pengajaran, memberikan fasilitas untuk mahasiswa atau siswa untuk

belajar mengambil keuntungan dari TI, belajar jarak jauh, informasi dan

pengetahuan tentang pendidikan.17 Menurut Davies penggunaan

perangkat lunak TI dalam proses pembelajaran akan meningkatkan

efisiensi, meningkatkan motivasi, memberi fasilitas belajar aktif

memfasilitasi belajar eksperimental, konsisten dengan belajar yang


18
berpusat pada siswa dan memandu untuk belajar lebih baik.

Pelopor penyedia perangkat lunak proses pembelajaran di

Indonesia adalah Pustekkom Depdiknas. Progam TI dari Pustekkom ini

adalah media pembelajaran berbasis komputer. Media ini

menggabungkan dan mensinergikan semua media yang terdiri dari teks,

grafis, foto, video, animasi, musik, narasi, dan interaktivitas yang diprogam

berdasarkan teori pembelajaran.

17 Jamal Ma’mur, Tips Efektif Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi


dalam Dunia Pendidikan, (Yogyakarta: DIVA Press, 2011), hlm. 164-166
18 Suyanto, Pengantar Teknologi Informasi untuk Bisnis., hlm. 326
B. Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik

dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran

merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses

pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat,

serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik

(Pembelajar). Pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan

pengajaran, guru mengajar supaya peserta didik dapat belajar dan

menguasai isi pelajaran hingga mencapai sesuatu hal yang objektif

(Aspek Kognitif), juga dapat mempengaruhi sikap (Aspek afektif), serta

memeroleh keterampilan (Aspek psikomotor). Pengajaran memberi kesan

hanya sebagai pekerjaan satu pihak, yaitu pekerjaan guru saja,

sedangkan pembelajaran menyiratkan adanya interaksi antara guru dan

peserta didik.19

Seperti kita ketahui dewasa ini terjadi perkembangan yang amat cepat

dalam berbagai aspek kehidupan, baik di bidang politik, ekonomi,

kebudayaan, pertahanan, komunikasi dan sebagai yang berdampak

kepada pendidikan dan pembelajaran. Dalam kaitan ini UNESCO sesuai

laporannya yang diberi judul Learning The Treasure Within,

menyampaikan adanya sejumlah tantangan kontroversial yang harus

dihadapi dengan cara menyimbangkan berbagai tekanan (tension), yaitu

tekanan antara tuntutan global dengan local, universal dengan individual,


19 Heri Rahyubi, Teori-Teori Belajar Dan Aplikasi Pembelajaran Motoric Deskripsi
Dan Tinjauan Kritis, (Jawa Barat: Husamedi, 2012), h.6-7.
pertimbangan jangka panjang dan jangka pendek, tradisional dengan

modern, antara tuntutan dan spiritual dengan kebutuhan material dan

sebagainya.

Dalam dunia pembelajaran, untuk menghadapi dan beradaptasi

dengan berbagai tantangan itu, UNESCO memberikan resep berupa apa

yang di sebut empat pilar belajar, (Four Pillars of education/learning),

yaitu:

1. Belajar untuk mengetahui (Learning to know),

Belajar untuk mengetahui, (Learning to know), berkaitan dengan

perolehan, penguasaan dan pemanfaatan pengetahuan. Belajar untuk

mengetahui oleh UNISCO di pahami sebagai cara dan tujuan dari

eksistensi manusia. Belajar untuk mengetahui bertujuan untuk

memberikan kepuasan karena perolehan pemahaman, pengetahuan,

dan kepuasan melalui penemuan-penemuan secara mandiri.

2. Belajar untuk bekerja (Learning to do),

Konsep learning to do ini terkait dengan pertanyaan pokok,

bagaimana kita mengadaptasikan pendidikan sehingga mampu

membekali siswa bekerja untuk mengisi berbagai jenis lowongan

pekerjaan di masa depan? Dalam hal ini pendidikan diharapkan

mampu menyiapkan siswa berkaitan dengan dua hal. Pertama

berhubungan dengan ekonomi industry, di mana para pekerja

memperoleh upah dari pekerjaanya. Kedua, yaitu suatu usaha yang


kita kenal sebagai wirausaha, para lulusan sekolah menyiapkan jenis

pekerjaannya sendiri dan mengaji dirinya sendiri (Self employment),

dalam semangat entrepreneurship.

Belajar untuk bekerja (Learning to do) adalah belajar dan berlatih

menguasai keterampilan dan kompetensi kerja. Jadi menurut konsep

UNESCO belajar jenis ini berkaitan dengan pendidikan vokasioanl.

Pada perkembangannya, duina usaha/dunia industry menuntut agar

setelah lulus, para siswa pembelajar siap memasuki lapangan kerja,

sehingga seharusnya ada link and match antara sekolah dengan dunia

usaha.

3. Belajar untuk hidup berdampingan dan berkembang bersama

(Learning to live together),

Belajar untuk hidup bersama (learning to live together),

mengisyaratkan keniscayaan interaksi berbagai kelompok dan

golongan dalam kehidupan global yang dirasakan semakin menyempit

akibat kemajuan teknologi komunikasi dan informasi. Agar dapat

berinteraksi, berkomunikasi saling berbagi, bekerja sama dan hidup

bersama, saling menghargai dalam kesetaraan sejak kecil anak-anak

sudah harus dilatih, dibiasakan hidup berdampingan bersama. Anak-

anak harus banyak belajar dari hidup bersama secara damai, apalagi

di alam Indonesia yang multikultur, dan multietnik ini sehingga mereka

bisa bersosialisasi sejak awal (being sociable).


4. Belajar menjadi manusia seutuhnya (Learning to be).

Belajar untuk menjadi manusia yang utuh (learning to be),

mengaharuskan tujuan belajar dirancang dan diimplementasikan

sedemikian rupa, sehingga pembelajar menjadi menusia yang utuh,

paripurna. Manusia yang utuh adalah manusia yang seluruh aspek

kepribadiannya berkembang secara optimal dan seimbang, baik aspek

ketakwaan terhadap Tuhan, intelektual, emosi, social, fisik, maupun

moral.20

C. Pemanfaatan Teknologi Informasi dalam Pembelajaran

1. Sebagai Sumber Belajar

Istilah pemanfaatan berasal dari kata faedah atau guna dan

mendapat imbuhan pe-an. Menurut Bambang Warsita pemanfaatan

adalah tindakan menggunakan metode dan model instruksional, bahan

dan peralatan media untuk meningkatkan suasana pembelajaran. 21 Jadi

dapat disimpulkan bahwa pemanfaatan sumber belajar adalah proses

mendayagunakan atau memanfaatkan sumber-sumber belajar guna

mencapai tujuan yang diinginkan. Jika dikaitakan dengan TI dapat

dimengerti bahwa pemanfaatan sebagai sumber belajar adalah

memanfaatkan TI untuk membantu dalam belajar atau dijadikan sebagai

alternatif sumber belajar.

20 Suyono, & Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja


Rosdakarya, 2014), hl.28-33.
21Bambang Warsita, Teknologi Pembelajaran: Landasan & Aplikasinya., hlm. 37
Teknologi Informasi bisa dikatakan sebagai sumber belajar karena

mempunyai kemudahan dalam mengakses informasi dan pengetahuan

secara luas, cepat, dan mudah. Setiap orang dapat mengakses informasi

dari mana saja, kapan saja, tanpa mengenal batas ruang dan waktu.

Kecanggihankecanggihan yang dimiliki TI telah menunjang kebutuhan

setiap orang menjadi lebih efektif dan efisien untuk memperoleh informasi

terbaru sesuai dengan kebutuhan.

Pada bidang pendidikan terutama di kalangan Universitas, TI

sangat membantu mahasiswa dalam mencari sumber belajar. Sumber

belajar menurut Wina Sanjaya adalah segala sesuatu yang dapat

dimanfaatkan oleh siswa untuk mempelajari bahan dan pengalaman

belajar sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. 22 Menurut Jamal M.A

ada sepuluh peranan TIK sebagai sumber belajar, yaitu : Pertama,

Sumber Ilmu Pengetahuan, adalah mengintegrasikan seluruh pusat

referensi pembelajaran yang ada di muka bumi. Sebagai contoh

seseorang dapat mengakses situs perpustakaan yang ada di perguruan

tinggi di negara lain di untuk menemukan referensi yang dibutuhkan,

dapat mencari bahan-bahan terbaik dan memperoleh contoh studi kasus

melalui internet. Kedua, Tempat Bertemunya Para Pembelajar, yaitu

berbagai fasilitas dan aplikasi TIK seperti email, mailing list, chatting dan

blogging dapat berfungsi sebagai tempat berdiskusi, berinteraksi dan

bertukar pikiran tanpa harus beranjak dari tempat duduknya. Ketiga,

22Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,


hlm. 174
Melahirkan Inisiatif dalam Kegiatan Belajar Mengajar, merupakan proses

digitalisasi terhadap sumber daya pendidikan dan proses pendidikan telah

melahirkan berbagai inisiatif dalam penyelenggaraan kegiatan belajar

mengajar. Sebagai contoh dengan memanfaatkan internet seorang

mahasiswa dapat belajar menggunakan e-learning, e-library, e-research

dan econference. Keempat, Alat Pendukung Mengatasi Keterbatasan

Pancaindera, yakni dapat dijadikan sebagai pendukung pengajar maupun

peserta didik mengatasi keterbatasan pancaindra dalam menyerap,

mengolah, menyampaikan dan mengimplementasikan berbagai ilmu

pengetahuan menjadi objek pembelajaran misalnya dengan bantuan

penggunaan animasi yang di unduh dari internet seorang guru dapat

mengilustrasikan bagaimana sistem peredaran darah manusia itu terjadi.

Kelima, Bagian yang Tidak Terpisahkan dari Kerangka Kurikulum, adalah

sebagai komponen atau bagian yang tak terpisahkan dari kerangka

kurikulum dan metode pendekatan belajar mengajar yang disusun. Salah

satu strategi pembelajaran berbasis kompetensi adalah dengan

mengimplementasikan beragam. Keenam, Penyeimbang Gaya Belajar

Individu, adalah sebagai alat yang bermacam-macam pengajar dan

peserta didik, kostumisasi terhadap bahan ajar dan metode pendekatan

pembelajaran agar menjadi semakin efektif. Dalam konteks inilah maka

setiap peserta didik dipersilahkan dan dimungkinkan untuk men-tailor

made sendiri referensi dan bahan ajar. Ketujuh, Pengelolaan Institusi

Pendidikan, mengarah pada unsur pengelolaan intitusi pendidikan, seperti


sekolah dan kampus. TIK sebagai teknologi penunjang manajemen

operasional intitusi pendidikan agar pengolahan berbagai sumber daya

yang dimiliki dapat terjadi secara efektif, efisien, optimal dan terkontrol

dengan baik. Kedelapan, Pengelola intitusi pendidikan, yakni ditujukan

bagi para pimpinan dan pengelola intitusi sebagai pemegang otoritas

tertinggi dalam pengambilan keputusan. Melalui penerapan aplikasi

seperti MIS (Management Information System), DSS (Decision Support

System), TIS (Transactional Information System), data warehouse,

dashboard, dan sejenisnya. Kesembilan, Menjadi Infrastruktur Penting

Institusi Pendidikan, TIK harus dapat menjadi salah satu infrastruktur

penting yang dimiliki oleh institusi pendidikan. Kaitannya dalam hal ini,

sebuah sekolah atau kampus harus memiliki koneksi transmisi data

dengan cara terhubung langsung ke infrastruktur, telekomunikasi, baik

melalui jalur terestrial, kabel laut maupun satelit. Kesepuluh, Mengubah

Institusi Pendidikan Menjadi Pusat Unggulan Peranan, adalah untuk

mengubah institusi pendidikan yang telah menerapkan sebagian atau

keseluruhan peran TIK tersebut menjadi sebuah pusat unggulan (center of


23
excellence) bagi lembaga-lembaga pendidikan sejenis lainnya.

Dari sepuluh peranan TIK sebagai sumber belajar, ada 3 peranan

yang paling dominan untuk pemanfaatan TI sebagai sumber belajar.

Peranan tersebut antara lain :

a. Sumber Ilmu Pengetahuan

23Jamal Ma’mur, Tips Efektif Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi


dalam Dunia Pendidikan, hlm. 152-160
b. Alat Pendukung Mengatasi Keterbatasan Pancaindera

c. Penyeimbang Gaya Belajar Individu

Ketiga peranan TIK tersebut sangat membantu mahasiswa dalam proses

belajar terutama sebagai sumber belajar. TIK melalui jaringan Internet

dapat mengintegrasikan seluruh ilmu pengetahuan yang ada di muka

bumi untuk mudah diakses, mahasiswa dapat mengakses bahan-

bahan/referensi dan memperoleh contoh studi kasus untuk dipelajari.

Selain itu TIK juga dapat mengatasi kebatasan pancaindra dalam

menyerap, mengolah, menyampaikan, menyimpulkan dan

mengimplementasikan. Dalam hal ini peranan TIK adalah sebagai media

yang digunakan siswa atau mahasiswa untuk lebih mudah memahami dan

mengilustrasikan materi-materi yang sulit dipelajari. TIK juga sebagai alat

untuk men-tailor made sendiri referensi dan bahan ajar. TIK memberikan

pilihan metode pembelajaran yang fleksibel dan adaptif, seperti hal

metode action learning.

2. sebagai sumber ilmu pengetahuan dalam pembelajaran

Berbagai ilmu pengetahuan dapat diakses secara luas, cepat dan

mudah melalui TI tanpa mengenal batas ruang dan waktu. Mahasiswa

dapat memanfaatkan TI untuk mencari referensi yang dibutuhkan dalam

pembelajaran melalui berbagai teknologi komputer maupun internet.

Mencari bahan-bahan terbaik dari negara lain dan memperoleh contoh

studi kasus melalui internet.


3. Pemanfaatan TI sebagai media dalam pembelajaran

Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harafiah

berarti ‘tengah’, ‘perantara’ atau pengantar. Gerlach & Ely (1971

mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah

manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat

siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Dalam

pengertian ini, guru, buku teks, dan lingkungan sekolah merupakan media.

Secara lebih khusus, pengertian media dalam proses belajar mengajar

cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronis

untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual

atau verbal.24 Menurut AECT (Association of Education and

Communication Technology) yang dikutip oleh B asyaruddin (2002)

“media adalah segala bentuk yang dipergunakan untuk proses

penyaluran informasi”.25 Sedangkan pengertian lain media adalah alat

bantu apa saja yang dapat dijadikan sebagai penyalur pesan guna

mencapai tujuan pembelajaran.26

Kaitanya dalam pemanfaatan TI sebagai media untuk mengatasi

keterbatasan pancaindra dalam menyerap, mengolah,

mengorganisasikan, menyimpulkan, dan mengimplementasikan berbagai

pengetahuan yang menjadi objek pembelajaran. Media pembelajaran

24 Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: Rajawali Pers 2004), hlm. 3


25 Asnawir dan M. Basyiruddin Usman, Media Pembelajaran, (Jakarta: Ciputat Pers,
2002), hlm. 11
26 Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT.
Rineka Cipta, 2006), hlm. 136
dapat dijadikan sebagai perantara informasi atau pengetahuan dari

narasumber kepada penerima, untuk mempermudah proses

pembelajaran.

Media pembelajaran berbasis komputer, atau biasa disebut

pembelejaran berbantuan komputer (Computer Assisted

Instructional/CAI), adalah salah satu media pembelajaran berbasis TI yang

sangat menarik dan mampu meningkatkan motivasi belajar peserta didik.

Penggunaan komputer sebagai media pembelajaran interaktif dapat

diwujudkan dalam berbagai bentuk, diantaranya program Computer-

Assisted Learning), Konferensi komputer, surat elektronik atau electronic

mail (e-mail), dan komputer multimedia yang kemudian disebut multimedia

pembelajaran interaktif. Pembelajaran melalui CIA ini bersifat off-line

sehingga dalam penggunaannya tidak tergantung pada adanya akses ke

internet.

Program pembelajaran berbantuan komputer ini memanfaatkan

seluruh kemampuan komputer, terdiri dari gabungan hampir seluruh

media, yaitu: teks, grafis, gambar, foto, audio, video, dan animasi. Seluruh

media tersebut secara konvergen, akan saling mendukung dan melebur

menjadi satu media yang luar biasa kemampuannya. Salah satu

keunggulan media komputer ini yang tidak di miliki oleh media lain, ialah

kemampuannya untuk menfasilitasi interaktivitas peserta didik dengan

sumber belajar (content) yang ada pada komputer (man and machine

interactivity).
Dari uraian di atas guru diharapkan dapat memanfaatkan media

berbasis TI dengan sebaik dan sekreatif mungkin, sehingga terjadi proses

pembelajaran yang interaktif dan menyenangkan.

4. Pemanfaatan TI sebagai metode dalam pembelajaran

Metode adalah suatu cara atau teknik yang dapat dilakukan

seseorang untuk menggunakan peralatan atau menyampaikan pesan dan

sebagai alat untuk pemicu atau penyeimbang gaya belajar individu.

Pemanfaatan TI sebagai sumber belajar juga memberikan pilihan metode

pembelajaran yang fleksibel dan adaptif bagi setiap individu yang memiliki

gaya belajar yang berbeda. Dengan begitu mahasiswa dapat

menggunakan metode-metode untuk men-tailor made sendiri referensi,

bahan ajar dalam mendukung proses belajar, misalnya metode action

learning (simulasi dengan komputer, game, e-learning).


D. Pendidikan Agama Kristen

1. Pengertian PAK

Pendidikan Agama Kristen adalah usaha untuk membentuk dan

membimbing peserta didik agar tumbuh berkembang mencapai

kepribadian utuh yang mencerminkan sebagai gambar Allah yang

memiliki sifat kasih dan ketaatan kepada Tuhan, memiliki

kecerdasan, keterampilan, berbudi pekerti yang luhur, kesadaran

dan memelihara lingkungan hidup, serta ikut bertanggung jawab

dalam pembanguan masyarakat, berbangsa dan bernegara.

PAK merupakan tugas paggilan gereja yang adalah usaha

menumbuhkan kemampuan seseorang dengan pertolongan Roh

Kudus untuk menghayati serta memahami kasih karunia Allah

didalam Yesus Kristus dinyatakan dalam hidup sehari-hari, sesama

dan lingkungan.27

27 Weinata Sairin, Identitas dan Ciri Khas Pendidikan Kristen di Indonesia antara
Konseptual dan Operasional, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011), hlm. 221
2. PAK Menurut Para Ahli

Menurut Hendrik Panggabean Pendidikan Agama Kristen (PAK)

adalah mengenal atau menghayati kasih Allah dalam Yesus Kristus

dalam bimbingan Roh Kudus sehingga dapat bertumbuh dalam

membentuk diri pribadi seutuhnya sebagai manusia ciptaan baru

yang dewasa dan bertanggung jawab kepada Allah, sesama

manusia dan lingkungan serta bersedia megabdikan seluruh hidup

dan pekerjaan demi kepentingan sesamanya dalam segala aspek

lapangan hidup dimana dia berada untuk hormat dan kemuliaan

bagi-Nya.28

Werner C. Graendorf yang dikutip oleh Paulus Lilik Kristianto.

Pendidikan Agama Kristen adalah proses pengajaran dan

pembelajaran yang berdasarkan Alkitab, berpusat pada Kristus,

dan bergantung pada kuasa Roh Kudus yang membimbing setiap

pribadi pada semua tingkat pertumbuhan, yang melalui pengajaran

masa kini kearah pengenalan dan pengalaman rencana dan

kehendak Allah melalui Kristus dalam setiap aspek kehidupan. 29

Dengan beberapa pengertian di atas, peneliti menarik

kesimpulan bahwa; Pendidikan Agama Kristen bergerak

berdasarkan Firman Tuhan yang dilakukan secara terus-menerus

28 Hendrik Panggabean, Pendidikan Agama Kristen, (Jakarta: BPK Gunung


Mulia, 2005), hlm. 56
29 Dame Taruli Simamora, Rida Gultom, Pendidikan Agama Kristen Kepada
Remaja dan Pemuda, Medan: CV. MITRA 2011. Hal 10-11
baik dari kalangan gereja, sekolah, dan keluarga sesuai dengan

tuntunan Roh Kudus sehingga dapat memahami karya Allah dan

kasih Karunia Allah dalam kehidupan setiap hari dan pertumbuhan

iman percaya secara utuh. Bukan itu saja PAK juga adalah

pendidikan yang menyadarkan setiap manusia akan Allah dan

kasih-Nya, serta bertumbuh sebagai anak Allah dalam persekutuan

Kristen.

3. Hakekat PAK

Dalam bagian ini akan diuraikan secara terperinci istilah dari

Pendidikan Agama Kristen. Selanjutnya akan dicermati pengertian

antara hakekat tentang Pendidikan itu sendiri, pendidikan agama

dan pendidikan Kristen. Hal ini perlu dicermati agar kita dapat

memahami dengan tepat kedua pengertian tersebut pada dasarnya

memiliki perbedaan dan tidak sama artinya. Pada dasarnya

pengertian terhadap definisi pendidikan tidaklah memiliki

kesepakatan secara universal. Pendidikan dalam kamus besar

Indonesia adalah proses pengubah sikap dan tata laku seseorang

atau kelompok orang untuk mendewasakan manusia melalui upaya

pengajaran dan pelatihan proses perbuatan dan cara didik. 30

Laurence Cremin (dalam T. Groome) menyebutkan bahwa

pendidikan sebagai usaha sengaja, sistematis dan terus menerus,

30 Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ke-3


untuk menyampaikan dan menimbulkan atau memperoleh

pengetahuan, sikap, nilai-nilai, atau kepekaan-kepekaan. 31

Menurut Ensiklopedi Indonesia 1(ed. Hasan Shadily), istilah

agama berasal dari bahasa sansekerta: a berarti tidak, gama

berarti pergi. Jadi, agama berarti bersifat atau keadaan tidak pergi,

tetap, lestari, kekal, tidak berubah. 32 Maka pengertian agama dapat

disimpulkan sebagai sesuatu pegangan atau pedoman untuk

mencapai suatu hidup kekal.

Pendidikan agama adalah usaha sadar untuk menyiapkan

siswa atau seseorang dalam meyakini, mengalami menghayati dan

mengamalkan agama. Pendidikan agama juga berfungsi

menumbukan sikap dan perilaku manusia berdasarkan iman

keagamaan melalui kehidupan sehari-hari, dengan menghargai

agama lain dalam kerukunan antar umat beragama. 33

Pendidikan Agama Kristen adalah pendidikan yang bersumber

dan berpusat pada firman Allah yang tertulis dalam Alkitab

perjanjian lama dan perjanjian baru. Hakekat pendidikan Kristen

terletak pada pendidikan itu sendiri, yakni pendidikan yang

bersumber dan berpusat pada firman Allah dalam Alkitab. 34

31 Laurence Cremin dikutip dari buku Thoma Groome, Christian Religious


Education, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011), hlm 29
32 Ensiklopedi Indonesia yang dikutip dari http//WWW.forumpendidikan.Org
33 Weinata Sairin, Op.Cit., hlm 153
34 Ibid., hlm 85
Selain itu, pendidikan Kristen merupakan pendidikan yang

berdasarkan iman percaya Kristen yang menerima perintah dari

yang Kuasa berdasarkan Firman atau Alkitab untuk mengasihi

Allah, sesamaserta alam semesta.

4. Tujuan PAK

Pembelajaran PAK secara umum bertujuan memberikan

pembelajaran bagi peserta didik untuk mengenal Tuhan dan karya

agung yang telah Dia lakukan bagi dunia dan isinya. Tujuan PAK di

sekolah bukan hanya pengenalan atau pengetahuan tentang

sesuatu agama melainkan agar peserta didik beriman kepada

Tuhan bahkan mencapai pribadi yang dewasa dan utuh. 35

Pendidikan Agama Kristen dimaksudkan untuk menigkatkan

potensi spiritual membentuk orang agar menjadi manusia yang

beriman dan taat kepada Tuhan dan berahklak mulia, mencakup

etika, budi pekerti dan moral sebagai perwujudan dari Pendidikan

agama. Peningkatan potensi spiritual mencakup pengenalan,

pemahaman dan penanaman nilai-nilai keagamaan serta

pengenalan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan individual ataupun

kolektif masyarakatan dalam hidupnya sehari-hari, baikdengan

kata-kata maupun perbuatan selaku anggota tubuh Kristus. 36

35 Andar Ismail, Ajarlah Mereka Melakukan, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2010),
hlm 164
36 Daniel Nuhamara, Pembimbing Pendidikan Agama Kristen, (Bandung: Jurnal
Info Media, 2009), hlm 31
PAK memiliki beberapa manfaat, pertama dengan adanya PAK

gereja dapat menyampaikan injil kepada naka-anak dan pemuda-

pemudi yang sulit di kumpulkan dalam PAK yang diadakan Gereja

seperti dalam sekolah Minggu atau katekisasi sejumlah sekolah

umum seperti itu merupakanlapangan penginjilan yang penting.

Kedua, anak-anak yang menerima PAK di sekolah akan merasa

bahwa pendidikan umum dan agama bukanlah dua hal yang tidak

berhubungan, melainkan sebaliknya, harus berjalan bersama-

sama. Ketiga, dengan masuknya pengajaran agama dalam

rencana pelajaran umum, dengan sendirinya agama itu mulai

menempatkan dirinya sebagai bagian mutlak dari kebudayaan

segenap rakyat.37

Dari uraian tujuan PAK di atas, yang menjadi titik tujuannya adalah

bagaimana peran PAK dapat mendewasakan iman individu sehingga

dapat mengenal kasih karunia Allah serta mendorong mereka untuk terus

hidup dalam Kristus juga disamping itu, membuat individu

mengaplikasikan iman mereka dalam menjalani kehidupan sehari-hari.

37 G.P. Harianto, Pendidikan Agama Kristen Dalam Alkitab Dan Dunia


Pendidikan Masa Kini, (Yogyakarta: ANDI, 2012), hlm 55
B. Penelitian yang relevan

Penelitian yang relevan digunakan untuk memperkuat sebuah kegiatan

penelitian dari segi dari sisi teoritik. Berikut merupakan penelitian relevan

yang dapat mendukung penelitian mengenai “Pemanfaatan Teknologi

Informasi sebagai Sumber Belajar Mahasiswa IPS”, yaitu :

1. Penelitian yang dilakukan oleh Fitri Nurhayati, dengan judul Study

Eksplorasi Pemanfaatan E-Learning Sebagai Pembelajaran Mahasiswa

FISE UNY.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) mahasiswa FISE tentang

ELearning (2) pemanfaatan E-Learning sebagai media pembelajaran

mahasiswa FISE UNY Angkatan 2008 (3) Hambatan dalam pemanfaatan

ELearning (4) solusi. Metode penelitian yang digunakan adalah diskrpitif

eksploratif yang bersifat expost facto. Hasil penelitian menunjukan bahwa

(1) persepsi Mahasiswa FISE UNY angkatan 2008 adalah cukup baik

dengan skor rata-rata 3,04 (2) pemanfaatan E-Learning oleh mahasiswa

FISE UNY masih sangat kurang dengan rata-rata skor 2,00 (3) hambatan

dalam pemanfaatan E-Learning adalah pasword E-Learning sering lupa,

mahasiswa tidak punya e-mail dan kurangnya pengetahuan mahasiswa

tentang ELearning UNY (4) solusi pemanfaatan E-Learning diantaranya

permudah akses E-Learning di UNY, mahasiswa mengingat-ingat

password, mahasiswa harus punya e-mail sendiri, pelatihan ICT secara

berkesinambungan. Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian

yang akan dilakukan yaitu fokusnya mahasiswa. Media pembelajaran dan


sumber belajar mempunyai kesamaan yaitu berfungsi untuk memberikan

informasi untuk mempermudah kegiatan belajar mahasiswa. Pada

dasarnya E-Learning merupakan bagian dari Teknologi Informasi.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Rose Mareta, dengan judul

Pengaruh Penggunaan Internet Sebagai Media belajar Terhadap Prestasi

Belajar Mahasiswa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besar

pengaruh penggunaan internet sebagai media belajar terhadap prestasi

belajar mahasiswa Pendidikan Administrasi Perkantoran FIS UNY

Angkatan 2010. Metode Penelitian yang digunakan adalah metode

kuantitatif yang bersifat expost facto. Hasil penelitian menunjukan bahwa

terdapat pengaruh positif penggunaan internet sebagai media belajar

terhadap prestasi belajar mahasiswa Pendidikan Administrasi Perkantoran

FIS UNY Angkatan 2010. Berdasarkan hasil yang diperoleh untuk variabel

prestasi belajar mahasiswa tergolong ke kategori sedang dan untuk

variabel internet sebagai media belajar termasuk kategori sedang.

Persamaan penelitiaan ini subyeknya adalah mahasiswa. Internet pada

dasarnya adalah bagian dari teknologi informasi. Sedangkan

perbedaannya adalah penelitian ini meneliti internet sebagai media belajar

mahasiswa sedangkan penelitian yang akan dilakukan meneliti

pemanfaatan TI sebagai sumber belajar.


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode dan Prosedur Penelitian

Peneliti menggunakan penelitian kualitatif. Penelitian adalah

penerapan pendekatan ilmiah pada pengkajian suatu masalah. Tujuannya

yaitu untuk menemukan jawaban terhadap persoalan yang signifikan,

melalui penerapan prosedur-prosedur ilmiah. 38 Sugiyono menjelaskan

bahwa metode penelitan adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data

dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Berdasarkan hal tersebut terdapat

empat kata kunci yang perlu diperhatikan yaitu cara, ilmiah, data, tujuan,

dan kegunaan.39

B. Tempat dan Waktu penelitian

Tempat yang dipilih oleh peneliti yaitu SD Inpres Tumatangtang.

Waktu pelaksananaan penelitian dari bulan April 2019 sampai dengan

April 2020.

C. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat-alat yang digunakan dalam

penelitian. Karena itu, istilah instrument digunakan dalam konteks

menyebut dan mengidentifikasi alat-alat yang digunakan dalam penelitian,

baik alat yang melekat dalam peran seorang peneliti yang disebut

instrument utama (Key Instrument), maupun alat yang terpisah dengan

38S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2007)


h.18.
39Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan D & R, (Bandung:
Alfabeta, 2011), h.1.
peneliti, yang bersifat keras (Hard Instrument) maupun yang bersifat lunak

(Soft Instrument).40

Utamanya adalah peneliti itu sendiri dan berfungsi menetapkan fokus

penelitian. Instrumen juga sebagai alat yang digunakan dalam

memperoleh data merupakan bagian yang tak terpisahkan dari teknik

yang akan digunakan dalam pengumpulan data. Menurut Suharsimi

Arikunto: Bahwa “Instrumen penelitian adalah alat pada waktu penelitian

menggunakan suatu metode.41

Dalam melaksanakan penelitian ini yang menjadi instrumen penelitian

adalah peneliti dengan dibantu alat-alat penunjang seperti bantuan orang

lain sebagai narasumber, camera untuk mengambil dokumentasi agar

penelitian, dan alat tulis untuk mencatat hasil temuan penelitian di SMP

Negeri 4 Manado

D. Sumber data Penelitian

Sumber data utama dalam penelitian kualitatis menurut Lofland dan

Moleong ialah kata-kata dan tindakan. Selebihnya adalah data tambahan

seperti dokumen dan lain-lain.

Menurut Arikunto yang dimaksud dengan sumber data adalah subjek

dimana data dapat diperoleh. Adapun tiga klasifikasi dari sumber data

yang disingkat dalam 3P yaitu 1) Person, 2) Place, dan 3) Paper. Person,

yaitu sumber data yang bisa memberikan data berupa jawaban lisan

melalui wawancara atau jawaban tertulis melalui angket. Place, yaitu

40Ibrahim, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2015), h.133.


41Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta:
Rineka Cipta, 2010), h.24.
sumber data yang menyajikan tampilan berupa keadaan diam dan

bergerak. Diam misalnya: aktivitas, kinerja, laju kendaraan, ritme

nyanyian, gerak tari, sajian sinetron, kegiatan belajar-mengajar dan lain

sebagainya. Paper, yaitu sumber data yang menyajikan tanda-tanda

berupa huruf angka, gambar dan simbol-simbol lain. 42

Sumber data yang diperoleh berdasarkan jenisnya, yaitu :

1) Data Primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari sumbernya,

dan belum diolah oleh orang lain, sesuai dengan ruang lingkup dan

kebutuhan. Data primer ini bisa dikategorikan sebagai person dan

place.

2) Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung,

karena telah diolah dan disajikan oleh orang lain atau dari buku-

buku yang telah dipublikasikan yang dapat menunjang dalam

penelitian, yang dikategorikan sebagai paper.43

Untuk memperoleh data dan informasi yang diperlukan maka harus

ditentukan sumber data yang akan digunakan dalam penelitian.

Sasaran dalam penelitian ini adalah siswa dan guru yang ada di SD

Inpres Tumatangtang. Sumber data yang di dapat oleh peneliti berasal

dari sejumlah informan seperti 2 orang guru mata pelajaran Pendidikan

Agama Kristen, 1 Kepala Sekolah, 2 orang guru mata pelajaran lain dan 4

orang siswa kelas V dan VI yang bersedia menjawab permasalahan

dalam penelitian.

42Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, h.14.


43Mohamad Nazir, Metode Penelitian, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2009), h,8.
E. Prosedur dan Teknik Pengumpulan data

Nasir mengemukakan bahwa: Pengumpulan data tidak lain dari suatu

proses pengadaan data primer untuk keperluan penelitian. Pengumpulan

data merupakan langkah yang amat penting dalam metode ilmiah karena

pada umumnya dapat dikumpulkan dan digunakan, kecuali untuk

penelitian eksploratif untuk menguji hipotesa yang telah dirumuskan.

Dalam rangka mengumpulkan data yang dibutuhkan, peneliti

menggunakan teknik lapangan agar memperoleh data yang relevan

dengan fokus penelitian. Adapun teknik pengumpulan data yang

digunakan adalah sebagai berikut:

1. Observasi

Observasi atau pengamatan dapat didefinisikan sebagai “perhatian

yang terfokus terhadap kejadian, gejala, atau sesuatu”. 44 Sebagai metode

ilmiah observasi biasa diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan

dengan sistematik fenomena-fenomena yang diselidiki. 45

Peneliti melakukan survey di lapangan, sehubungan dengan masalah

yang menjadi fokus penelitian. Data yang diobservasi dapat berupa

gambaran tentang sikap, kelakuan, perilaku, tindakan, keseluruhan

interaksi dalam antar manusia.46 Untuk itu teknik pengumpulan data yang

digunakan peneliti salah satunya dalam bentuk observasi yang

dilaksanakan di SD Inpres Tumatangtang.


44 Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif: Analisis Data, (Jakarta: Raja Grafindo,
2008), h.1-2.
45 Sutrisno Hadi, Metodologi Research (Yogyakarta: Yayasan Penerbit Fakultas
Psikologi Universitas Gadjah Mada, 1987), h. 136.
46 Conny R. Semiawan, Metode Penelitian Kualitatif Jenis, Karakteristik, dan
Keunggulannya, (Bandung: PT Grafindo, 2009), h.112.
2. Wawancara

Dalam melakukan metode ini, peneliti melakukan kontak langsung

dengan informan penelitian, yang mengacu pada pedoman wawancara 47.

Menurut Moleong, wawancara adalah percakapan dengan maksud

tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara

yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara yang memberikan

jawaban atas pertanyaan.48 Peneliti menggunakan teknik pengumpulan

data dengan cara wawancara dengan beberapa informan seperti guru dan

siswa di sekolah. Adapun tujuan dari wawancara adalah untuk

memperoleh informasi dari informan.

3. Studi Dokumentasi

Menurut Sugiyono dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah

berlalu. Dukumen bisa berbentuk lisan, gambar, atau karya-karya

monumental dari seseorang. Menurut Arikunto, dokumentasi yang asal

katanya dokumen, yang artinya barang-barang tertulis. Melalui

dokumentasi peneliti bisa menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-

buku, majalah, dokumen peraturan-peraturan, notulen rapat, RPP

(Rencana Pelaksanaan Pembelajaran), Silabus, catatan harian dan

sebagainya.

F. Teknik Analisa data

Nazir mengemukakan bahwa analisis data bagian yang sangat penting

di dalam metode ilmiah, dengan analisis data dapat dicari arti dari makna

47 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung : alfabeta, 2012), h. 248


48Mohamad Nazir, Metode Penelitian, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2009), h.3.
berguna dalam memecahkan masalah-masalah penelitian. 49 Analisis data

kualitatf adalah bersifat induktif,yaitu suatu analisis berdasarkan data yang

diperoleh, selanjutnya dikembangkan pola hubungan tertentu atau


50
menjadi hipotesis. Dalam menganalisis data yang diperoleh di lapangan

kemudian dianalisis melalui beberapa tahap yaitu :

1. Pengumpulan data

Pengumpulan data ini merupakan hasil kumpulan data-data yang

diperoleh dari lapangan. Baik yang didapatkan dengan cara menggunakan

observasi, wawancara maupun dokumentasi. Data yang terkumpul

biasanya masih berbentuk data mentah yang belum diolah dan dikaji

sehingga masih perlu dipilih dan dipilah mana yang dianggap penting dan

mana yang dianggap tidak penting.

2. Reduksi data

Reduksi data adalah proses anailisis untuk memilih, memusatkan

perhatian, menyederhanakan, mengabstarkan data yang muncul dari

catatan lapangan.51 Proses ini yang membantu peneliti pada saat

penarikan kesimpulan dari data-data yang telah ada dan data yang telah

dipilah.

49 Mohamad Nazir, Metode Penelitian, h.16.


50 Koentjaningrat, Metode-metode Penelitian Masyarakat, (Jakarta : PT,
Gramedia Pustaka Utama1993), h. 129.
51 Hamid Patilima, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Alfabeta 2005), h.37
3. Penyajian data

Data yang merupakan hasil dari proses reduksi akan langsung

disajikan atau dipaparkan atau sebagai suatu kumpulan informasi

terstruktur yang memungkinkan adanya penarikan kesimpulan serta

pengambilan tindakan dalam penelitian. Data yang dipaparkan secara

tertulis berdasarka fakta yang saling berkaitan

4. Pengambilan kesimpulan

Langkah terakhir yang dilakukan oleh peneliti adalah menarik suatu

kesimpulan atau pengambilan keputusan sesuai dengan data-data yang

telah di dapatkan dari informan sebagai hasil peneliti.

Anda mungkin juga menyukai