A. PENDAHULUAN
Pada saat ini, bumi menghadapi pemanasan yang cepat, yang oleh para
ilmuwan dianggap disebabkan oleh aktifitas manusia agar hidupnya lebih enak.
Penyebab utama pemanasan ini adalah pembakaran bahan bakar fosil, seperti batu
bara, minyak bumi, dan gas alam, yang melepas karbondioksida dan gas-gas
lainnya yang dikenal sebagai gas rumah kaca (GRK) ke atmosfer. Ketika atmosfer
semakin kaya akan GRK ini, ia semakin menjadi insulator yang menahan lebih
banyak panas dari matahari yang dipancarkan ke bumi. Inilah yang disebut dengan
Efek Rumah Kaca. Keberadaannya meningkat terus, sejalan dengan meningkatnya
berbagai aktivitas manusia, termasuk pembangkitan energi dan perubahan
penggunaan lahan. Pada tahun 2000, total emisi GRK sekitar 42 GtCO2e, dengan
peningkatan laju konsentrasi kurang-lebih 2,7 ppm CO2e per tahun. Hal ini
menyebabkan rata-rata temperatur permukaan Bumi yang berada di kisaran 15°C
(59°F), selama seratus tahun terakhir ini, telah meningkat sebesarO,6°C (1°F). Para
ilmuwan memperkirakan pada tahun 2100 pemanasan akan mencapai 1,4°C -
5,8°C (2,5°F - 10,4°F).
Perubahan iklim global akan memberikan dampak yang sangat parah bagi
Indonesia karena posisi geografis yang terletak di ekuator, antara dua benua dan
dua samudera. Posisi geografis Indonesia menyebabkan bahwa pada setiap saat
ada musim-musim yang saling berlawanan dan bersifat ekstrim, di satu wilayah
terjadi kekeringan dan kekurangan air, di wilayah lain terjadi banjir. Salah satu
persoalan kebutuhan manusia yang terpengaruh sebagai dampak pemanasan
global tersebut adalah ketersedian air. Ketersediaan air merupakan permasalahan
yang penting yang terkait dengan perubahan iklim. Masalah air terjadi karena
adanya peningkatan penduduk bumi sehingga meningkatkan pula kebutuhan air.
Kebutuhan yang meningkat akan semakin menekan pada sistem air global yang
berkaitan dengan efek pemanasan global. Peningkatan jumlah penduduk dan
ekonomi menjadi pendorong utama kebutuhan air, sementara itu ketersediaannya
dipengaruhi oleh peningkatan evaporasi (penguapan) akibat peningkatan
1
temperatur permukaan bumi. Perubahan pola curah hujan juga menurunkan
ketersediaan air untuk irigasi dan sumber air bersih. Di pulau Lombok dan
Sumbawa antara tahun 1985 dan 2006, jumlah titik air menurun dari 580 menjadi
hanya 180 titik, kini makin banyak saja sungai yang makin dangkal seperti Larona-
Warau (Sulawesi Selatan).Di wilayah pesisir, berkurangnya air tanah disertai
kenaikan muka air laut juga telah memicu intrusi air laut ke daratan – mencemari
sumber-sumber air untuk keperluan air bersih dan irigasi.
Presipitasi diprediksi meningkat sekitar ± 20% dari tahun 1990 dan bumi
diperkirakan akan mengalami variabilitas presipitasi dimana meningkatnya curah
hujan dengan intensitas yang tinggi dan sehingga bumi rentan akan banjir dan
kekeringan. Banjir dan musim kemarau panjang merupakan dampak perubahan
iklim tidak saja berpengaruh terhadap ketersediaan air dan kualitas air permukaan
(IPCC, 2007). Kajian yang dilakukan oleh Joeri Rogelj, dkk memproyeksikan
kenaikan temperatur global hingga tahun 2100 (gambar 1).
B. PEMBAHASAN
Isu krisis air bersih sebagai salah satu dampak perubahan iklim telah lama
didengungkan. Namun demikian, potret kondisi air kita semakin suram saja. Secara
relatif, seiring meningkatnya populasi manusia, ketersediaan air bersih berkurang
akibat semakin besarnya kebutuhan akan air. Hingga tak pelak nantinya akan
2
terjadi “perang perebutan” untuk mendapatkan sumber daya ini. Beberapa langkah
menyisasati dampak perubahan iklim terhadap ketersediaan air, yakni:
”Menabung Air”/ Efisiensi pemanfaatan air tanah adalah hal mutlak yang harus
dilakukan. Pada musim hujan, banyak air sungai yang mengalir begitu saja ke
laut tanpa dimanfaatkan atau ditampung terlebih dahulu hingga pada saat
kemarau sungai menjadi kering dan tak ada lagi air yang dapat diambil.
Diperlukan gerakan massal menabung air guna menyiasati kekeringan.
Menabung air dapat dilakukan dengan pembuatan sumur-sumur resapan, berupa
sumur gali yang berfungsi menampung, meresapkan, dan mengalirkan air hujan
yang jatuh di permukaan tanah, bangunan, juga atap rumah. Diperlukan pula
sumur-sumur resapan yang mampu memberikan dampak penampungan dan
pengendalian secara cepat, misalnya pembangunan dan atau revitalisasi danau-
danau besar, danau-danau kecil (embung), dam penahan, dam pengendali,
selain juga kegiatan rehabilitasi dan reboisasi dari hutan yang ada. Dengan
adanya embung-embung penampung air, kita dapat memanen air pada saat
datang musim hujan, dan menyimpannya di embung tersebut untuk selanjutnya
dapat dimanfaatkan pada musim kemarau/kering.
Pemanfaatan sumber daya air alternatif lainnya. Kita dapat memanfaatkan air
laut melalui proses desalinasi dengan bantuan teknologi Reverse Osmosis (RO).
Teknologi ini digunakan untuk pemurnian air dengan mengubah air laut menjadi
air tawar hingga siap diminum.
Daur Ulang Air, air limbah harus diolah sebelum dibuang. Air hasil olahan
tersebut bisa digunakan kembali.
3
serta ketersediaan air di dalam tanah. Sebaliknya dinamika kebutuhan air berubah
setiap saat tergantung pada perkembangan setiap sector pengguna air seperti
untuk pertanian, domestik, industri, minisipal, transportasi, wisata dll. Menghadapi
kedua fenomena tersebut perlu pengelolaan sumberdaya air secara terintegrasi
dengan cara membuat prioritas pemanfaatan, merencanakan alokasi air secara
tepat, melakukan konservasi air secara berkelanjutan, mengontrol kemungkinan
terjadinya polusi dan tindakan-tindakan pengelolaan sumberdaya air lainnya.
4
pengguna air harus ditetapkan. Panen air (water harvesting) dan konservasi air
(water conservation) harus disosialisasikan kepada masyarakat dan menanamkan
kesadarannya untuk menerapkan upaya tersebut.
Mengingat begitu seriusnya dampak perubahan iklim kiranya sangat penting
untuk melakukan upaya-upaya pencegahan terutama dimulai dari hal-hal kecil yang
dapat kita lakukan pada skala rumah tangga seperti di bawah ini
1. Hemat penggunaan listrik; a. Gunakan lampu hemat energi b. Pilih alat-alat
elektronik yang kapasitasnya sesuai kebutuhan rumahtangga kita; c.
Gunakan mesin cuci sesuai kapasitasnya; d. Matikan alat-alat elektronik yang
sedang tidak digunakan; e. Upayakan rumah berventilasi baik sehingga tidak
terlalu tergantung pada penggunaan Air Condition (AC); f. Upayakan rumah
mendapatkan cahaya matahari secara optimal sehingga pada siang hari tidak
perlu menggunakan lampu.
4. Hemat penggunaan bahan bakar; a. Lakukan perawatan yang baik pada mesin
kendaraan anda; b. Periksa tekanan ban kendaraan anda, tekanan ban yang
akurat dapat menghemat BBM; c. Hindari penggunaan kendaraan yang sistem
pembakaran pada mesinnya sudah tidak efisien; d. Gunakan kendaraan sesuai
kebutuhan;
5
membakar sampah; d. Bila berbelanja bawalah tas belanjaan sendiri, sehingga
menghindari penggunaan tas plastik.
C. KESIMPULAN
2. Untuk mengatasi krisis air bersih akibat dampak perubahan iklim maka perlu
upaya penyelamatan lingkungan, termasuk penyelamatan sumber-sumber
air yang harus dilakukan secara terintegrasi dan berkelanjutan, efisiensi
pemanfaatan air, pemanfaatan sumberdaya air alternatif serta daur ulang air.
Selain itu, peran serta masyarakat sangat besar, yakni dengan melakukan
hal-hal kecil dalam rumah tangga untuk pencegahan perubahan iklim.
DAFTAR PUSTAKA
Fabby Tumiwa. 2010. Perubahan Iklim Semakin Nyata, Demikian juga dengan
Ketidakadilan Iklim. Institute for Essential Services Reform.Indonesia.
6
7