Anda di halaman 1dari 8

HUKUM MANDI WAJIB

Oleh:
Rihadatun Aisy Santoso
Kelas VII-4

MTs Negeri 3 Medan

MARCH 5, 2018
A. Pengertian Mandi Wajib
Mandi dalam bahasa arab adalah ‫( ْالغُسْل‬ghusl), makna secara bahasa adalah
“mengalirkan”. Mandi wajib dalam istilah lain adalah mandi junub, yaitu mandi yang harus
dilakukan ketika junub.
Sedangkan secara istilah mandi wajib adalah meratakan air ke seluruh tubuh yang
diawali dengan niat membersihkan diri dari hadast besar. Mandi menimbulkan perasaan
nyaman dan percaya diri, baik saat beribadah maupun saat beraktivitas. Sedangkan tata
cara mandi wajib nya dengan mencontoh Nabi Muhammad SAW.
Sebenarnya hukum mandi berdasarkan hukumnya terbagi menjadi tiga, yakni
mandi wajib, mandi sunnah dan mandi haram. Pada kesempatan ini kita akan membahas
mengenai mandi wajib saja

B. Tata Cara Mandi Wajib


Berikut ini tata cara mandi wajib step by step:
1. Dimulai dengan niat mandi wajib. Niat adalah hal wajib yang harus dilakukan
sebelum mandi wajib. Inilah yang akan membedakan mandi wajib dan mandi biasa.
Niat mandi wajib boleh di dalam hati, dilafalkan dengan bahasa Arab atau Indonesia.
2. Membasuh Tangan. Sunnahnya membasuh tangan dilakukan 3 kali agar tangan
benar – benar bersih dari najis.
3. Membersihkan organ – organ tubuh yang kotor dengan tangan kiri. Organ
tubuh yang kotor seperti kemaluan, ketiak, dubur dan lain – lain.
4. Mencuci Tangan Kembali. Mencuci tangan yang digunakan untuk mencuci
kemaluan, yaitu dengan mengusap – usapkan ke tanah atau dengan sabun.
5. Berwudhu. Berwudhu seperti biasa.
6. Mengguyur kepala. Mengguyur kepala tiga kali sampai seluruh permukaan kulit
dan rambut basah oleh air.
7. Menyela – nyela rambut. Menyela-nyela rambut kepala menyilang dengan jari –
jari tangan.
8. Mengguyur seluruh bagian tubuh. Mengguyur seluruh bagian tubuh dimulai dari
kanan kemudian ke kiri.
9. Menggunakan Sabun dan Shampo. Setelah itu barulah diperbolehkan untuk
mencuci ulang tubuh dengan sabun, atau membilas rambut dengan shampoo.
Kewajiban ini dilakukan apabila kondisi dalam keadaan normal, dan dapat diganti
dengan tayamum menggunakan debu apabila tidak terdapat air atau ada mudhorot yang
dapat terjadi apabila dilakukan mandi wajib, seperti jika sedang sakit atau sedang berada
dalam pesawat terbang. Maksudnya, apabila 450 orang di dalam pesawat terbang
semuanya berwudhu atau mandi maka dapat membahayakan keselamatan penerbangan
karena berceceran air terlalu banyak.
Tata cara mandi wajib tersebut disari dari hadist Rasulullah Sallalaahu Alaihi
Wasallam berikut ini:
Hadist Pertama:
‫ كان رسول هللا صلى هللا عليه وسلم إذا اغتسل من الجنابة غسل‬: ‫عن عائشة رضي هللا عنها قالت‬
‫ ثم يخلل بيده شعره حتى إذا ظن أنه قد أروى بشرته‬، ‫ ثم اغتسل‬، ‫ ثم توضأ وضوءه للصالة‬، ‫يديه‬
‫ ثم غسل سائر جسده‬، ‫أفاض عليه الماء ثالث مرات‬
Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha; dia berkata, “Bahwa jika Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam mandi dari janabah maka beliau mulai dengan mencuci kedua telapak
tangannya, kemudian berwudhu sebagaimana wudhunya untuk shalat, kemudian
memasukkan jari-jarinya kedalam air kemudian menyela dasar-dasar rambutnya, sampai
beliau menyangka air sampai kedasar rambutnya kemudian menyiram kepalanya dengan
kedua tangannya sebanyak tiga kali kemudian beliau menyiram seluruh tubuhnya.” (HR.
Bukhari dan Muslim)
Hadits kedua
‫ كنت أغتسل أنا ورسول هللا صلى هللا عليه وسلم من إناء واحد‬: ‫وعن عائشة رضي هللا عنها قالت‬
‫نغترف منه جميعا‬
Aisyah radhiallahu ‘anha juga berkata, “Aku mandi bersama Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam dari satu tempayan, dan kami sama-sama mengambil air dari tempayan
tersebut.” (HR. Muslim)
Hadits ketiga
ُ‫ وضعت‬: ‫عن ميمونة بنت الحارث رضي هللا عنها زوجة النبي صلى هللا عليه وسلم أنها قالت‬
‫ ثم غسل‬، ‫ فأكفا بيمينه على يساره مرتين أو ثالثا‬، ‫لرسول هللا صلى هللا عليه وسلم َوضوء الجنابة‬
‫ ثم ضرب يده باألرض أو الحائط‬، ‫ ثم غسل – فرجه‬، ‫مرتين أو ثالثا – ثم تمضمض واستنشق‬
: ‫ قالت‬، ‫ ثم تن ّحى فغسل رجليه‬، ‫ ثم غسل سائر جسده‬، ‫ ثم أفاض على رأسه الماء‬، ‫وجهه وذراعيه‬
‫ وجعل ينفض الماء بيده‬، ‫فأتيته بخرقة فلم يُردها‬
Dari Maimunah binti Al-Harits radhiyallahu‘anha; dia mengatakan, “Saya menyiapkan air
bagi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk mandi junub. Kemudian
beliau menuangkan (air tersebut) dengan tangan kanannya di atas tangan kirinya
sebanyak dua kali – atau tiga kali, kemudian beliau cuci kemaluannya,
lalu menggosokkan tangannya di tanah atau di tembok sebanyak dua kali – atau tiga
kali. Selanjutnya, beliau berkumur-kumur dan ber-istinsyaq (menghirup air), kemudian
beliau cuci mukanya dan dua tangannya sampai siku. Kemudian beliau siram kepalanya
lalu seluruh tubuhnya. Kemudian beliau mengambil posisi/tempat, bergeser, lalu
mencuci kedua kakinya. Kemudian saya memberikan kepadanya kain (semacam handuk,
pen.) tetapi beliau tidak menginginkannya, lalu beliau menyeka air (di tubuhnya) dengan
menggunakan kedua tangannya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

C. Doa dan Niat Mandi Wajib


Mandi wajib harus diniatkan agar diterima sebagai amalan ibadah oleh Allah SWT,
dan supaya Allah menerima segala amalan yang dilakukan setelah mandi wajib. Pasalnya
penulis sendiri sering kali melakukan “mandi total” dengan tata cara yang sama persis
seperti mandi wajib, tetapi tidak diniatkan untuk menghilangkan hadast besar, maka dalam
kaidah islam seperti ini tidak tercatat sebagai amalan mandi wajib.
Niat mandi wajib tidak harus dilafalkan, bisa hanya di dalam hati berniat mandi
wajib untuk menghilangkan hadast besar. Tetapi sebagian ulama’ membuatkan lafal niat
mandi wajib untuk membantu kaum muslimin meluruskan niat sebelum melakukannya.
(a) Do’a niat mandi wajib secara umum

ِ ‫س َل ِل َر ْف ِع ا ْل َح َد‬
‫ث اْالَ ْكبَ ِر فَ ْرضًا ِهللِ تَعَالَى‬ ْ ُ‫نَ َويْتُ ا ْلغ‬
Cara membacanya: “Nawaitul Ghusla Lifrafil Hadatsil Akbari Fardhan Lillahi Ta’aala”
Artinya: Aku berniat mandi wajib untuk menghilangkan hadast besar fardhu karena Allah
ta’aala”
Itulah lafal doa dan niat mandi wajib beserta artinya, silakan dihafalkan dan
dipahami artinya.
(b) Do’a niat mandi wajib setelah haid

‫ض ِهللِ تَعَالَى‬ ِ ‫س َل ِل َر ْف ِع َح َد‬


ِ ‫ث ا ْل َح ْي‬ ْ ُ‫نَ َويْتُ ا ْلغ‬
Cara membacanya: “Nawaitul Ghusla Lifrafil Hadatsil Haid Lillahi Ta’ala”
Artinya:”saya niat mandi wajib untuk menghilangkan hadast haid karena Allah
Ta’ala”
(c) Do’a niat mandi wajib setelah nifas
“Nawaitu Ghusla Liraf’il Hadatsil Akbar Minal Nifasi Fardhlon Lillahi Ta’ala.”
Artinya: “Aku berniat mandi wajib untuk menghilangkan hadast besar dari nifas fardu
karena Allah ta’ala”

D. Landasan Perintah Mandi Wajib


Perintah mandi wajib ada dalam surat Al-Maidah ayat 6:
‫س ُحوا بِ ُر ُءو ِس ُك ْم‬ َ ‫ق َو ْام‬ِ ِ‫ص َالةِ فَا ْغ ِسلُوا ُو ُجو َه ُك ْم َوأ َ ْي ِديَ ُك ْم إِلَى ْال َم َراف‬
َّ ‫يَا أَيُّ َها الَّذِينَ آ َمنُوا إِذَا قُ ْمت ُ ْم إِلَى ال‬
َ‫سفَ ٍر أ َ ْو َجا َء أ َ َحدٌ ِم ْن ُك ْم ِمن‬
َ ‫علَ ٰى‬ َ ‫ض ٰى أ َ ْو‬
َ ‫اط َّه ُروا ۚ َوإِ ْن ُك ْنت ُ ْم َم ْر‬َّ َ‫َوأ َ ْر ُجلَ ُك ْم إِلَى ْال َك ْعبَي ِْن ۚ َوإِ ْن ُك ْنت ُ ْم ُجنُبًا ف‬
ُ‫س ُحوا بِ ُو ُجو ِه ُك ْم َوأ َ ْيدِي ُك ْم ِم ْنهُ ۚ َما ي ُِريد‬ َ ‫ام‬ َ ‫ص ِعيدًا‬
ْ َ‫طيِّبًا ف‬ َ ‫سا َء فَلَ ْم ت َِجدُوا َما ًء فَتَيَ َّم ُموا‬ َ ِّ‫ْالغَائِ ِط أ َ ْو ََل َم ْست ُ ُم الن‬
َ‫علَ ْي ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم ت َ ْش ُك ُرون‬ َ ُ‫علَ ْي ُك ْم ِم ْن َح َرجٍ َو ٰلَ ِك ْن ي ُِريدُ ِلي‬
َ ُ‫ط ِ ّه َر ُك ْم َو ِليُتِ َّم نِ ْع َمتَه‬ َّ
َ ‫َّللاُ ِليَجْ َع َل‬
Artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka
basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh)
kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub maka mandilah, dan jika
kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau
menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayammumlah dengan
tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak
hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan
nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur”
Selanjutnya surat An-nisa ayat 43;
َ َّ‫ى ت َ ْعلَ ُمواْ َما تَقُولُونَ َوَلَ ُجنُبا ً إَِل‬
‫عابِ ِري‬ َ َّ ‫ارى َحت‬ ُ ‫صالَة َ َوأَنت ُ ْم‬
َ ‫س َك‬ َّ ‫يَا أَيُّ َها الَّذِينَ آ َمنُواْ َلَ ت َ ْق َربُواْ ال‬
ْ‫ى ت َ ْغت َ ِسلُوا‬
َ َّ ‫سبِي ٍل َحت‬
َ
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu
dalam keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan, (jangan pula
hampiri mesjid) sedang kamu dalam keadaan junub, terkecuali sekedar berlalu saja,
hingga kamu mandi”

E. Hal-hal yang Menyebabkan Mandi Wajib


Tata cara mandi wajib harus dilakukan apabila kita mendapati hal-hal berikut ini:
1) Setelah selesai darah haid bagi wanita
Dalil mengenai hal ini adalah hadits ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam berkata pada Fathimah binti Abi Hubaisy,
‫ص ِلّى‬ ْ ‫صالَة َ َو ِإذَا أَدْبَ َر‬
َ ‫ت فَا ْغ ِس ِلى َع ْن ِك الد ََّم َو‬ َ ‫ت ْال َح ْي‬
َّ ‫ضةُ فَد َ ِعى ال‬ ِ َ‫فَإِذَا أ َ ْقبَل‬
“Apabila kamu datang haidh hendaklah kamu meninggalkan shalat. Apabila darah
haidh berhenti, hendaklah kamu mandi dan mendirikan shalat.” (HR. Bukhari no.
320 dan Muslim no. 333).
2) Setelah Darah Nifas Bagi Wanita
Untuk nifas hukumnya sama dengan darah haid.
3) Keluarnya Mani Dengan Syahwat
Perlu diketahui bahwa mani berbeda dengan wadi dan madzi. Perbedaannya sebagai
berikut:
Mani: adalah air yang keluar dari alat kelamin pada saat orgasme, baik karena
bersetubuh atau karena mimpi basah. Mani keluar dengan memancar/muncrat,
disertai syahwat yang memuncak. Setelah keluar badan terasa lemas. Mani berwarna
putih dan memiliki bau khas seperti telur kering. Bila salah satu dari tanda – tanda
tersebut ada maka cairan tersebut disebut mani. Mani bersifat tidak najis, tapi
keluarnya harus mandi wajib.
Madzi: adalah cairan yang keluar dari alat kelamin seseorang karena bergejolaknya
syahwat, namun syahwatnya belum memuncak (sempurna). Keluarnya tidak sampai
menyebabkan lemas. Madzi berwarna bening, encer, lengket tapi tidak berbau.
Cairan madzi termasuk najis ringan, apabila keluar maka tidak membatalkan puasa
dan cukup berwudhu untuk mensucikannya.
Wadi: adalah cairan yang keluar dari alat kelamin seseorang karena kelelahan atau
karena angkat – angkat yang terlalu berat, atau kadang – kadang keluarnya pada saat
kencing. Wadi berwarna putih, agak kental dan keruh. Wadi juga termasuk najis
ringan sehingga harus disucikan dengan wudhu tapi tidak harus mandi.
Kesimpulannya: jika yang keluar adalah mani maka mandi wajib. Tapi jika yang
keluar madzi atau wadi maka tidak mandi wajib.
4) Setelah Bertemunya Dua Kemaluan Meskipun Tidak Keluar Mani
Hal ini berdasarkan hadist dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
‫ب ْالغَ ْس ُل‬
َ ‫ فَقَدْ َو َج‬، ‫شعَبِ َها األ َ ْربَعِ ث ُ َّم َج َهدَهَا‬ َ َ‫إِذَا َجل‬
ُ َ‫س بَيْن‬
“Jika seseorang duduk di antara empat anggota badan istrinya (maksudnya:
menyetubuhi istrinya , pen), lalu bersungguh-sungguh kepadanya, maka wajib
baginya mandi.” (HR. Bukhari no. 291 dan Muslim no. 348)
Meskipun tidak sampai keluar mani maka tetap harus mandi. Hadist dari
‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata,
َ ِ‫ام ُع أ َ ْهلَهُ ث ُ َّم يُ ْك ِس ُل ه َْل َعلَ ْي ِه َما ْالغُ ْس ُل َو َعائ‬
ُ ‫شة‬ ِ ‫الر ُج ِل يُ َج‬ ُ ‫سأ َ َل َر‬
َّ ‫سو َل‬
َّ ‫ َع ِن‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ِ‫َّللا‬ َ ً‫إِ َّن َر ُجال‬
ُ ‫ فَقَا َل َر‬.ٌ‫سة‬
َّ ‫سو ُل‬
‫صلى هللا عليه وسلم‬- ِ‫َّللا‬ َ ‫ َجا ِل‬- « ‫» ِإنِّى أل َ ْفعَ ُل ذَلِكَ أَنَا َو َه ِذ ِه ث ُ َّم نَ ْغت َ ِس ُل‬.
“Seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang
seorang laki-laki yang menyetubuhi istrinya namun tidak sampai keluar air mani.
Apakah keduanya wajib mandi? Sedangkan Aisyah ketika itu sedang duduk di samping,
maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Aku sendiri pernah
bersetubuh dengan wanita ini (yang dimaksud adalah Aisyah, pen) namun tidak keluar
mani, kemudian kami pun mandi.” (HR. Muslim no. 350)
5) Ketika Orang Kafir Baru Masuk Islam (mu’alaf)
Dalil yang digunakan dalam hal ini adalah hadist yang diriwayatkan oleh Qois bin
Ashim RA:
‫سلَّ َم أ َ ْن يَ ْغت َ ِس َل بِ َماءٍ َو ِسد ٍْر‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ‫َّللاُ َعلَ ْي ِه َو‬ ُّ ِ‫أَنَّهُ أ َ ْسلَ َم فَأ َ َم َرهُ النَّب‬
َ ‫ي‬
“Beliau masuk Islam, lantas Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkannya
untuk mandi dengan air dan daun sidr (daun bidara).” (HR. An Nasai no. 188, At
Tirmidzi no. 605, Ahmad 5/61. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits
ini shahih).
6) Ketika Seseorang Meninggal Dunia
Ketika seseorang meninggal dunia maka dia wajib mandi, tapi dilakukan oleh orang
lain. Hukum memandikan mayat adalah fardhu kifayah. Artinya cukup beberapa
orang yang melakukannya maka sudah menggugurkan kewajiban yang lain.
Dalilnya adalah perintah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada Ummu ‘Athiyah
dan kepada para wanita yang melayat untuk memandikan anaknya,
ً ‫ا ْغس ِْلنَ َها ثَالَثًا أ َ ْو َخ ْم‬
‫سا أ َ ْو أ َ ْكث َ َر َم ْن ذَلِكَ إِ ْن َرأَ ْيت ُ َّن ذَلِكَ ِب َماءٍ َو ِسد ٍْر‬
“Mandikanlah dengan mengguyurkan air yang dicampur dengan daun bidara tiga
kali, lima kali atau lebih dari itu jika kalian anggap perlu dan jadikanlah yang
terakhirnya dengan kafur barus (wewangian).” (HR. Bukhari no. 1253 dan Muslim
no. 939).
Setiap muslim yang mati harus dimandikan, baik laki – laki maupun perempuan,
muda maupun tua. Muslim yang tidak perlu dimandikan hanya yang mati syahid.
7) Bayi yang Meninggal (keguguran) Tetapi Sudah Memiliki Ruh
Menurut hadist dan ilmu medis, ruh ditiupkan ke bayi pada usia kehamilan diatas
120 hari.

Anda mungkin juga menyukai