Transisi dari
kehidupan di
dalam kandungan
ke kehidupan luar
kandungan
merupakan
perubahan drastis, dan menuntut perubahan fisiologis yang bermakna dan
efektif oleh bayi, guna memastikan kemampuan bertahan hidup. Adaptasi bayi
terhadap kehidupan diluar kandungan meliputi :
a. Awal pernafasan
b. Adaptasi paru
Hingga saat lahir tiba, janin bergantung pada pertukaran gas daerah
maternal melalui paru maternal dan placenta. Setelah pelepasan placenta
yang tiba-tiba setelah pelahiran, adaptasi yang sangat cepat terjadi untuk
memastikan kelangsungan hidup. Sebelum lahir janin melakukan
pernapasan dan menyebabkan paru matang, menghasilkan surfaktan, dan
mempunyai alveolus yang memadai untuk pertukaran gas. Sebelum lahir
paru janin penuh dengan cairan yang diekskresikan oleh paru itu sendiri.
Selama kelahiran, cairan ini meninggalkan paru baik karena dipompa
menuju jalan napas dan keluar dari mulut dan hidung, atau karena bergerak
melintasi dinding alveolar menuju pembuluh limve paru dan menuju
duktus toraksis (Myles, 2009).
c. Adaptasi kardiovaskular
d. Adaptasi suhu
Bayi memasuki suasana yang jauh lebih dingin pada saat pelahiran,
dengan suhu kamar bersalin 21°C yang sangat berbeda dengan suhu dalam
kandungan, yaitu 37,7°C. Ini menyebabkan pendinginan cepat pada bayi
saat cairan amnion menguap dari kulit. Setiap mili liter penguapan tersebut
memindahkan 560 kalori panas. Perbandingan antara area permukaan dan
masa tubuh bayi yang luas menyebabkan kehilangan panas, khususnya dari
kepala, yang menyusun 25% masa tubuh. Lapisan lemak subkutan tipis
dan memberikan insulasi tubuh yang buruk, yang berakibat cepatnya
perpindahan panas inti ke kullit, kemudian lingkungan, dan juga
mempengaruhi pendinginan darah. Selain kehilangan panas melalui
penguapan, kehilangan panas melalui konduksi saat bayi terpajan dengan
permukaan dingin, dan melalui konveksi yang disebabkan oleh aliran
udara dingin pada permukaan tubuh.
Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/07/adaptasi-fisiologis-bayi-baru-
lahir-bbl.html#ixzz2vimdJhQv ᄃ