Anda di halaman 1dari 3

Adaptasi Fisiologis Bayi Baru Lahir (BBL) Diluar Uterus

:Adaptasi Fisiologis BBL Terhadap Kehidupan Diluar Uterus

Transisi dari
kehidupan di
dalam kandungan
ke kehidupan luar
kandungan
merupakan
perubahan drastis, dan menuntut perubahan fisiologis yang bermakna dan
efektif oleh bayi, guna memastikan kemampuan bertahan hidup. Adaptasi bayi
terhadap kehidupan diluar kandungan meliputi :

a. Awal pernafasan

Pada saat lahir bayi berpindah tempat dari suasana hangat


dilingkungan rahim ke dunia luar tempat dilakukannya peran eksistensi
mandiri. Bayi harus dapat melakukan transisi hebat ini dengan tangkas.
Untuk mencapai hal ini serangkaian fungsi adaptif dikembangkan untuk
mengakomodasi perubahan drastis dari lingkungan di dalam kandungan ke
lingkungan diluar kandungan (Myles, 2009).

b. Adaptasi paru

Hingga saat lahir tiba, janin bergantung pada pertukaran gas daerah
maternal melalui paru maternal dan placenta. Setelah pelepasan placenta
yang tiba-tiba setelah pelahiran, adaptasi yang sangat cepat terjadi untuk
memastikan kelangsungan hidup. Sebelum lahir janin melakukan
pernapasan dan menyebabkan paru matang, menghasilkan surfaktan, dan
mempunyai alveolus yang memadai untuk pertukaran gas. Sebelum lahir
paru janin penuh dengan cairan yang diekskresikan oleh paru itu sendiri.
Selama kelahiran, cairan ini meninggalkan paru baik karena dipompa
menuju jalan napas dan keluar dari mulut dan hidung, atau karena bergerak
melintasi dinding alveolar menuju pembuluh limve paru dan menuju
duktus toraksis (Myles, 2009).

c. Adaptasi kardiovaskular

Sebelum lahir, janin hanya bergantung pada placenta untuk semua


pertukaran gas dan ekskresi sisa metabolik. Dengan pelepasan placenta
pada saat lahir, sistem sirkulasi bayi harus melakukan penyesuaian mayor
guna mengalihkan darah yang tidak mengandung oksigen menuju paru
untuk direoksigenasi. Hal ini melibatkan beberapa mekanisme, yang
dipengaruhi oleh penjepitan tali pusat dan juga oleh penurunan resistensi
bantalan vaskular paru.

Selama kehidupan janin hanya sekitar 10% curah jantung dialirkan


menuju paru melalui arteri pulmonalis. Dengan ekspansi paru dan
penurunan resistensi vaskular paru, hampir semua curah jantung dikirim
menuju paru. Darah yang berisi oksigen menuju kejantung dari paru
meningkatkan tekanan di dalam atrium kiri. Pada saat yang hampir
bersamaan, tekanan di atrium kanan berkurang karena darah berhenti
mengalir melewati tali pusat. Akibatnya, terjadi penutupan fungsional
foramen ovale. Selama beberapa hari pertama kehidupan, penutupan ini
bersifat reversibel , pembukaan dapat kembali terjadi bila resistensi
vaskular paru tinggi, misalnya saat menangis, yang menyebabkan serangan
sianotik sementara pada bayi. Septum biasanya menyatu pada tahun
pertama kehidupan dengan membentuk septum intra atrial, meskipun pada
sebagian individu penutupan anatomi yang sempurna tidak pernah terjadi.

d. Adaptasi suhu

Bayi memasuki suasana yang jauh lebih dingin pada saat pelahiran,
dengan suhu kamar bersalin 21°C yang sangat berbeda dengan suhu dalam
kandungan, yaitu 37,7°C. Ini menyebabkan pendinginan cepat pada bayi
saat cairan amnion menguap dari kulit. Setiap mili liter penguapan tersebut
memindahkan 560 kalori panas. Perbandingan antara area permukaan dan
masa tubuh bayi yang luas menyebabkan kehilangan panas, khususnya dari
kepala, yang menyusun 25% masa tubuh. Lapisan lemak subkutan tipis
dan memberikan insulasi tubuh yang buruk, yang berakibat cepatnya
perpindahan panas inti ke kullit, kemudian lingkungan, dan juga
mempengaruhi pendinginan darah. Selain kehilangan panas melalui
penguapan, kehilangan panas melalui konduksi saat bayi terpajan dengan
permukaan dingin, dan melalui konveksi yang disebabkan oleh aliran
udara dingin pada permukaan tubuh.

Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/07/adaptasi-fisiologis-bayi-baru-
lahir-bbl.html#ixzz2vimdJhQv ᄃ

Anda mungkin juga menyukai