Anda di halaman 1dari 12

33

KERTAS SENI BERBAHAN LIMBAH PEWARNA ALAM RUMPUT LAUT JENIS


SARGASSUM, ULVA DAN PELEPAH PISANG ABAKA
Art paper from abaca pulp and waste of seaweed natural dyes

Guring Briegel Mandegani, Hadi Sumarto dan Arif Perdana


Balai Besar Kerajinan dan Batik, Jalan Kusumanegara No. 7, Yogyakarta, Indonesia
Email: gbmandegani@kemenperin.go.id

Tanggal Masuk Naskah: 16 April 2016


Tanggal Revisi Naskah: 16 Juni 2016
Tanggal Disetujui: 24 Juni 2016

ABSTRAK
Kertas seni merupakan kerajinan tangan dengan bahan dasar berbagai macam tanaman berserat. Serat
pisang abaka, serat jerami dan serat padi telah mampu diolah menjadi kertas seni secara mandiri tanpa
bahan perekat tambahan. Selama ini industri kertas seni yang ada sebagian besar menggunakan bahan
baku pelepah pisang raja, pisang abaka, jerami, serat padi dan sebagainya. Oleh karena itu, perlu
adanya peningkatan keanekaragaman bahan baku, di antaranya dengan memanfaatkan material dari
rumput laut maupun limbah rumput laut limbah pewarna alam tekstil. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui karakter kertas seni yang terbuat dari limbah pewarna alam dari rumput laut
Sargassum sp. dan Ulva serta kombinasinya dengan material serat pisang abaka. Bahan baku pelepah
pisang abaka dan limbah rumput laut diolah dengan cara pencacahan dengan ukuran 2-3 cm, direbus
dengan soda api selama 2 jam, kemudian disaring dan didinginkan. Bahan kemudian saling
dikombinasi dan dijadikan pulp menggunakan mesin blender. Pulp kemudian dicetak dan dianalisis
secara fisik. Limbah rumput laut jenis Sargassum sp. dan Ulva dalam keadaan murni (100%) tidak
dapat digunakan sebagai bahan pembuatan produk kertas seni, dikarenakan kandungan selulosa yang
masih di bawah 40% sehingga kertas yang dihasilkan dari proses pencetakan bersifat rapuh, mudah
sobek dan tidak rekat antara satu dengan yang lain. Sedangkan kertas dengan campuran serat pisang
abaka, menghasilkan kualitas kertas seni dengan kekuatan fisik yang lebih baik daripada kertas seni
murni dari rumput laut Sargassum sp. dan Ulva.

Kata Kunci: kertas seni, rumput laut, Sargassum sp., Ulva, pisang abaka

ABSTRACT
Paper art is a craft that uses a wide variety of fibrous plants. Abaca, straw and rice fibers can be
processed into paper art independently without additional adhesive material. During this time, the
existing art paper industries use many raw materials such as banana, abaca, etc., Therefore, it is
necessary to conduct research and development in exploring new raw materials such as seaweed and
waste of natural dyes from seaweed. The purpose of this study is to determine the character of art
paper made from waste of natural dyes from Sargassum sp. and Ulva and its combination with abaca
fiber. Abacá and waste materials from the seaweed are processed by being cut into 2-3 cm of length,
boiled with caustic soda for 2 hours, then filtered and cooled. The materials are combined with each
other and converted into pulp using a blender. The pulp is then printed and analyzed physically.
Waste of seaweed Sargassum sp. and Ulva in a pure state (100%) cannot be used as materials for art
paper products because the content of cellulose is still below 40% so that the paper produced from
the printing process are fragile, easily brittle and no adhesion between one another. Meanwhile, the
34 | D i n a m i k a K e r a j i n a n d a n B a t i k , Vol. 33, No. 1, Juni 2016, 33-44

paper art that uses abaca fibers produces paper art with better physical quality than paper art with
100% seaweed Sargassum sp. and Ulva.

Keywords: Paper art, seaweed, Sargassum sp., Ulva

PENDAHULUAN 1. Kertas budaya (cultural paper)


Kertas seni merupakan kerajinan tangan merupakan kertas dengan peruntukan
dengan bahan dasar berbagai macam percetakan dan tulis.
tanaman berserat. Serat pisang raja, pisang 2. Kertas industri (industrial paper)
abaka, serat jerami dan serat padi telah merupakan kertas yang biasa digunakan
mampu diolah menjadi kertas seni secara untuk pengemasan, pengepakan, dan
mandiri tanpa bahan perekat tambahan. industri lainnya.
Selama ini industri kertas seni yang ada 3. Kertas lainnya (other paper) merupakan
sebagian besar berbahan baku pelepah kertas dengan fungsi lain seperti tisu,
pisang raja, pisang abaka, jerami, enceng rumah tangga dan kertas sejenisnya
gondok dan sebagainya. Oleh karena itu (Perindustrian, 1982).
perlu adanya peningkatan keanekaragaman Kertas seni termasuk golongan kertas
bahan baku, di antaranya dengan lainnya. Secara umum, kertas seni memiliki
memanfaatkan material dari rumput laut kualitas fisik yang berbeda dengan kertas
maupun limbah rumput laut limbah pewarna lainnya dikarenakan penilaian kertas seni
alam tekstil. Penelitian ini bertujuan untuk didasarkan pada keindahan yang
mengetahui karakter kertas seni yang terbuat menampilkan serat-serat tertentu pada
dari limbah pewarna alam dari rumput laut permukaannya. Akan tetapi, dalam
Sargassum sp. dan Ulva serta kombinasinya perkembangannya kertas seni juga
dengan material serat pisang abaka. digunakan untuk pelapis karton (sebagai
packaging). Oleh karena itu ada hal-hal lain
Kertas yang perlu diperhatikan seperti kualitas
Kertas merupakan jaringan serat yang tahan sobek (Pasaribu & Sahwalita, 2007).
tersusun menjadi suatu lembaran. Serat
tersebut dapat berasal dari deposisi beberapa Selulosa
macam tanaman, mineral, bulu binatang Selulosa merupakan polimer glukosa.
ataupun bahan lain yang diolah dengan atau Selulosa memiliki bentuk rantai linier
tanpa penambahan zat lain dari suatu dengan ikatan β-1,4 glikosidik. Rantai linier
suspensi dalam cairan, uap atau gas. Hasil pada selulosa menjadikannya tidak mudah
proses tersebut menghasilkan suatu kesatuan larut dan bersifat kristalin. Selulosa tidak
lembaran kertas yang memiliki kekuatan mudah didegradasi secara kimia maupun
(Soekartawi, 1988). mekanis (Mosier dkk., 2005).

Kertas Seni
Secara umum, terdapat 3 penggolongan
jenis kertas secara fungsi. Golongan kertas
tersebut adalah: Gambar 1. Struktur selulosa (Lehninger,
1993).
K e r t a s S e n i B e r b a h a n . . . , M a n d e g a n i | 35

Pisang Abaka dapat tumbuh subur pada daerah tropis


Pisang Abaka (Musa textilis) dengan suhu perairan 27,25–29,3°C dan
merupakan tanaman budidaya anggota salinitas 32-33,5% (Kadi, 2005).
pisang-pisangan (Musaceae) yang Sargassum sp. merupakan rumput laut yang
menghasilkan serat panjang. Serat tersebut tergolong Divisi Phaeophyta (ganggang
memiliki kualitas tinggi, didapatkan dari coklat).
kelopak batang. Adapun klasifikasinya Spesies ini dapat tumbuh sampai
sebagai berikut: panjang 12 meter. Tubuhnya berwarna
Klasifikasi botani pisang abaka (Heyne, cokelat kuning kehijauan, dengan struktur
1987) tubuh terbagi atas holdfast yang berfungsi
Divisi : Spermatophyta sebagai struktur basa, sebuah stipe atau
Subdivisi : Angiospermae batang semu, dan sebuah frond yang
Kelas : Monocotyledonae berbentuk sebuah daun. Warna coklat pada
Ordo : Zyngiberales algae divisi Phaeophyta muncul akibat
Famili : Musaceae dominasi dari pigmen fukoxanthin, klorofil
Genus : Musa a dan c, beta-karoten, dan xanthofil lainnya.
Dinding selnya terbuat dari selulosa dan
Serat pisang abaka sering digunakan asam alginat (Guiry, 2007). Kandungan
sebagai bahan baku kabel bawah laut dan selulosa dari Sargassum sp. ada pada
tali kapal karena sifatnya fisik yang relatif kisaran 23,97-35,22% (Kawaroe, dkk,
kuat, tahan garam dan mudah mengapung. 2012). Selama ini pemanfaatan selulosa
Selain itu, serat pisang abaka juga pada Sargassum sp. digunakan sebagai
digunakan sebagai bahan baku uang kertas, bahan penstabil, pengental dan pengemulsi.
kertas saring, kertas dokumen, bahkan Selulosa dimanfaatkan pada bentuk
tekstil (Allia, 2001). Letak pelepah semu turunannya yakni carboxymethyl cellulose
pada pisang abaka menentukan kualitas (CMC) (Anonymus, 2013).
serat yang dihasilkan. Karakter pelepah Adapun bagan taksonomi Sargassum sp.
bagian luar menghasilkan serat yang kasar adalah sebagai berikut:
namun kuat, semakin ke dalam seratnya Kerajaan : Chromista
halus, berwarna putih namun kekuatannya Divisi : Phaeophyta
semakin berkurang (Hobir & Kadir, 1986). Kelas : Phaeophyceae
Ordo : Fucales
Rumput Laut Sargassum sp. Suku : Sargassaceae
Sargassum sp. tersebar luas di Marga : Sargassum
Indonesia dan tumbuh di perairan yang Jenis : Sargassum sp. (“Phaeophyta,”
terlindungi maupun yang berombak besar 2012)
pada habitat bebatuan (Aslan, 1997).
Sargassum sp. merupakan salah satu rumput
laut yang dibudidayakan oleh petani di
Indonesia (Sari & Muslimin, 2015). Rumput
laut ini tumbuh di daerah intertidal, subtidal,
sampai daerah tubir dengan ombak besar
dan arus deras. Kedalaman untuk Gambar 3. Rumput Laut Sargassum sp.
pertumbuhan dari 0,5-10 m. Sargassum sp. (Koleksi pribadi).
36 | D i n a m i k a K e r a j i n a n d a n B a t i k , Vol. 33, No. 1, Juni 2016, 33-44

Rumput Laut Ulva ton (Pregiwati, 2015). Salah satu


Ulva atau selada laut (sea lettuce) pemanfaatan rumput laut adalah untuk zat
adalah rumput laut yang tergolong dalam warna alam batik. Balai Besar Kerajinan dan
divisi Chlorophyta. Termasuk dalam divisi Batik (BBKB) Yogyakarta sedang
Chlorophyta karena sel-sel banyak mengembangkan zat warna alam rumput
mengandung klorofil sehingga memberikan laut dari beberapa jenis rumput laut, antara
warna hijau pada rumput laut ini. Habitatnya lain jenis Sargassum sp., dan Turbinaria
adalah di air laut dan morfologisnya berupa (Perpustakaan IKM Kementerian
thallus tipis dan gepeng seperti pedang yang Perindustrian, 2013).
terdiri atas 2 lapis sel. Tidak ada diferensiasi
jaringan dan seluruh sel memiliki bentuk METODOLOGI
yang kurang lebih identik. Masing-masing Bahan
sel pada spesies ini atas sebuah nukleus, Bahan yang digunakan dalam proses
dengan kloroplas berbentuk cangkir, dan pembuatan kertas seni adalah pulp pelepah
sebuah pirenoid (Guiry, 2007). pisang abaka, pulp limbah rumput laut
Pada daerah tropis, tumbuhan ini Sargassum sp. dan Ulva dari proses
biasanya terdapat di air yang dangkal. Pada pewarnaan alam pada batik, soda api
substrat yang tepat, seringkali melakukan (NaOH) serta air.
asosiasi dengan daerah yang memiliki
nutrien yang tinggi (contoh bakau) atau Alat
dekat sumber air tawar. Spesies ini memiliki Alat yang digunakan dalam penelitian
bentuk pedang (blade) berwarna hijau ini adalah pisau cacah, gunting, timbangan
terang, rapuh, berkerut, berbentuk lonjong digital, blender, mesin blender ukuran besar
atau bulat, memiliki diameter lembaran (niagara beater), bak plastik ukuran 90 L,
blade sepanjang 65 cm (Reine & Junior, saringan screen 60 mesh ukuran 30x40 cm,
2002).
Secara umum, spesies Ulva lactuca Pembuatan Kertas
mengandung (dalam 100 gram berat bersih); Pelaksanaan kegiatan pembuatan kertas
air 18,7%, protein 15-26%, lemak 0,1-0,7%, seni dibagi menjadi tujuh tahap yaitu :
karbohidrat 46-51%, serat 2-5%, abu 16- 1) Persiapan Bahan Baku
23%, dan juga mengandung vitamin B1, B2, Bahan baku yang digunakan dalam
B12, C dan E. Kandungan serat kasar Ulva penelitian ini adalah limbah zat warna alam
antara lain: hemiselulosa 16,42%, Selulosa rumput laut jenis Sargassum sp. dan Ulva
19,58% dan lignin 2,9% (Santi, dkk, 2012). serta pelepah pisang abaka. Limbah rumput
Ulva lactuca tumbuh baik pada pH 7,5-9 laut dan pelepah pisang dicuci, kemudian
(Aslan, 1997). Ulva lactuca hidup pada dikeringkan. Pelepah pisang yang sudah
kisaran suhu 28-31°C (Brotowidjoyo, dkk, dikeringkan kemudian dipotong dengan
1995). ukuran 2-3 cm.
Larutan kostik soda (NaOH) dengan
Zat Warna Alam Rumput Laut konsentrasi 10 g/L digunakan untuk
Rumput laut di Indonesia memiliki perebusan setiap bahan, kecuali pada bahan
potensi yang melimpah. Data Kementerian limbah rumput laut Ulva, karena
Kelautan dan Perikanan menunjukkan berdasarkan pengamatan fisik limbah
bahwa pada tahun 2014 mencapai 10,2 juta rumput laut Ulva sudah mempunyai karakter
K e r t a s S e n i B e r b a h a n . . . , M a n d e g a n i | 37

cukup lunak, sehingga tidak perlu HASIL DAN PEMBAHASAN


menggunakan kostik soda. Karakteristik Bahan
2) Perebusan Dalam pembuatan kertas, bahan baku
Masing-masing bahan yaitu limbah yang digunakan dianalisis kandungan
rumput laut Sargassum sp., Ulva dan selulosa terlebih dahulu. Adapun hasil
pelepah pisang abaka dimasukkan bersama pengujian kandungan selulosa, terdapat pada
dengan kostik soda ke dalam wadah Tabel 1.
perebusan (dandang besar/panci email), Material yang akan dijadikan pulp
kemudian masing-masing dimasukkan 20 kertas harus memiliki syarat-syarat yakni:
liter air. Bahan kemudian direbus selama 90 (a) Berserat, (b) Kadar α-selulosa lebih dari
menit dengan suhu 100°C sampai menjadi 40%, (c) Kadar lignin kurang dari 25%, (d)
lunak. Kadar air maksimal 10%, dan (e) Kadar abu
3) Pencucian sedikit (Harsini & Susilowati, 2000).
Setelah masing–masing bahan lunak,
perebusan dihentikan, kemudian bahan Tabel 1. Kandungan hemiselulosa, selulosa dan
dicuci dan dibilas menggunakan karung lignin pada bahan baku limbah rumput laut
(dalam %)
plastik sampai larutan kostik soda terlarut No Jenis Hemi Selulosa Lignin
dengan air. bahan selulosa
4) Penggilingan bahan pelepah pisang 1. Sargasss 25,94 35,74 6,47
abaka uma
Bahan pelepah pisang abaka kemudian 2. Ulvaa 30,79 30,95 8,09
digiling dengan dua mesin yaitu 3. Abakab 78,18 53,02 12,86
c
4. Abaka 89,22- 52,87- 7,45-
decanter/rolling serat Schrepdrum selama
89,87 68,62 8,18
15 menit dan alat holander Niagara selama 7 Keterangan:
menit, kemudian pulp kertas yang terbentuk a. Dilakukan di Lab. Pengujian Pangan Pusat
dikeringkan. Studi Pangan dan Gizi UGM
5) Penimbangan dan perendaman pulp b. Sumber (Haroen & Sugesti, 1997)
kertas seni c. Sumber (Yosep, 1999) dan (Lisnawati,
2000)
Pulp kertas yang kering dari masing-
masing bahan limbah rumput laut dan Berdasarkan Tabel 1, terlihat bahwa
pelepah pisang abaka kemudian ditimbang kandungan selulosa semua jenis limbah
untuk mendapatkan variasi berat kertas. rumput laut kurang memenuhi persyaratan
Pulp kertas direndam dalam air sebanyak 30 terbentuknya pulp. Hal tersebut dikarenakan
liter. kandungan selulosa yang masih di bawah
6) Pencetakan kertas seni 40%. Kandungan selulosa yang sedikit akan
Pulp kertas seni masing-masing menyebabkan pulp yang dihasilkan sulit
kombinasi bahan kemudian dicetak menjadi untuk saling merekat dan kertas yang akan
lembaran kertas seni. dicetak tidak bagus. Untuk membentuk
7) Penjemuran lembaran kertas seni kertas perlu dicampur dengan material lain
Penjemuran lembaran kertas seni misalnya pelepah pisang ataupun bahan
dilakukan dengan menggunakan triplek aditif lain yang bersifat merekatkan seperti
yang sudah dilapisi dengan kain blacu. pati, kaolin, ataupun bahan kimia yang lain.
Penjemuran dilakukan hingga kertas kering. Sedangkan kandungan lignin dari limbah
38 | D i n a m i k a K e r a j i n a n d a n B a t i k , Vol. 33, No. 1, Juni 2016, 33-44

rumput laut di bawah 25%, seperti Sifat Fisik, Kekuatan dan Karakter
persyaratan yang telah disebutkan. Kertas Seni Sargassum sp.-Abaka
Karakter limbah rumput laut dari Pulp yang dihasilkan dari proses
limbah zat warna alam pembatikan setelah pulping kemudian diproses menjadi kertas
melalui proses perebusan dan penggilingan dengan komposisi tertentu antara limbah
sangat berbeda dengan karakter pisang rumput laut dengan pelepah pisang abaka.
abaka yang sudah teruji mampu dicetak Dari Tabel 2, terlihat ada perbedaan
menjadi kertas. Limbah rumput laut nilai pada kertas seni Sargassum sp. dengan
Sargassum sp. memiliki karakter material kertas seni pasaran sebagai kontrol. Nilai
hasil penggilingan yang kasar, tidak saling indeks sobek pada kertas seni pasaran lebih
berikatan dan keruh. Hasil penggilingan rendah dari kertas seni Sargassum sp. Akan
limbah rumput laut Ulva memiliki karakter tetapi semakin banyak kandungan
lebih halus, mampu dicetak secara mandiri, Sargassum sp. dalam campuran kertas seni,
akan tetapi dalam proses pencetakan sulit semakin mudah mengalami tarikan dengan
rata karena sifatnya yang licin. Hasil nilai indeks tarik di bawah kertas seni di
penggilingan semua jenis limbah rumput pasaran. Indeks sobek tertinggi yakni 7,83
laut memiliki kesamaan yakni masih ada ada di jenis kertas S-ABAKA 1 dengan
batuan koral yang menempel pada limbah komposisi campuran 50:50 dan nilai indeks
rumput laut, sehingga timbul kerikil koral sobek terendah ada pada jenis kertas S-
dalam kertas yang dihasilkan. ABAKA 4 (80 SA : 20 AB).

Tabel 2. Sifat fisik kertas S-Abaka (Sargassum sp. dan abaka)


Sifat fisik kertas
Perbandingan komposisi
No. Gramatur Indeks sobek Indeks jebol Indeks tarik
(SA:AB) (g/g)
gsm mN.m2/g (kPa.m2/g) (Nm/g)
1 S-ABAKA 1 (50:50) 106 7,83 0,72 6,64
2 S-ABAKA 2 (50:75) 89 6,56 1,12 6,41
3 S-ABAKA 3 (75:50) 97 5,63 0,88 7,33
4 S-ABAKA 4 (80:20) 113 4,89 0,73 5,95
5 Kertas seni pasarana 3,80 0,60 10
6 Kertas abaka alkali 10%b 24.160 4,84 45,96
7 Kertas abaka alkali 12%b 44.840 4,31 50,04
8 Kertas abaka alkali 14%b 45.960 4,36 45,56
9 Abaka Bogor 4c 30.800 5,58 67,50
10 Abaka Bogor 34c 22.600 5,85 81,20
11 Abaka Bogor 35c 30.280 6,68 70,22
Keterangan:
SA : Sargassum sp.
AB : Abaka
a : (Sutyasmi, 2012)
b : (Haroen & Sugesti, 1997)
c : (Allia, 2001)
K e r t a s S e n i B e r b a h a n . . . , M a n d e g a n i | 39

Nilai indeks jebol dari kertas seni S- produktivitas yang berbeda-beda antar
ABAKA tidak berbeda jauh dengan kertas komposisi. Dari hasil Tabel 3 dapat
seni pasaran. Kertas seni pasaran memiliki diketahui bahwa dengan komposisi
nilai 0,60 kPa.m2/g dan nilai kertas seni S- Sargassum sp. yang semakin sedikit akan
ABAKA berturut-turut adalah 0,72; 1,12; menghasilkan persentase produksi kertas
0,88; dan 0,73 kPa.m2/g. Nilai tertinggi yang rendah. Kertas seni S-ABAKA 4
indeks jebol pada jenis kertas S-ABAKA 2 memiliki nilai persentase hasil kertas 54%,
dengan porsi bahan pisang abaka yang lebih jauh lebih rendah dibandingkan dengan S-
banyak yaitu 75 gram. Sifat serat pisang ABAKA 2 dengan nilai 86%. Kertas seni S-
abaka yang saling mengikat mampu ABAKA 2 memiliki komposisi bahan
memberikan tambahan kekuatan kertas seni Sargassum sp. 50:75 Abaka. Serat pelepah
campuran pada waktu pengujian daya jebol. pisang abaka memberikan ikatan yang
Sedangkan nilai indeks jebol paling rendah membantu melekatkan antar serat lebih
pada kertas seni jenis S-ABAKA 1. homogen dengan serat limbah rumput laut
Nilai indeks tarik kertas seni S-ABAKA sehingga produktivitasnya lebih tinggi.
berbagai macam komposisi tidak jauh
berbeda antara satu dengan yang lain. Tabel 3. Efisiensi bahan baku kombinasi
Secara berurutan dari jenis kertas seni S- Sargassum sp. dan Abaka
Perbandingan berat
ABAKA 1-4 adalah sebagai berikut: 6,64; produksi kertas
6,41; 7,33 dan 5,95 Nm/g. Akan tetapi nilai Perbandin
Berat
tersebut masih di bawah nilai indeks tarik gan
total
No. komposisi Berat
kertas seni pasaran. Campuran limbah pasca Persen
(SA:AB) awal
rumput laut Sargassum sp. memberikan pencet tase
(g/g) (gram)
akan
pengaruh terhadap nilai indeks tarik pada
(gram)
kertas seni. S-ABAKA 1
Gramatur dari kertas S-ABAKA 1 120 85 71
(50:50)
mencapai 113 gsm pada komposisi 80% S-ABAKA 2
2 125 107 86
Sargassum sp. dan 20% Abaka. Gramatur (50:75)
dari kertas S-ABAKA memiliki S-ABAKA 3
3 100 58 58
kecenderungan meningkat jika memiliki (75:50)
S-ABAKA 4
kandungan Sargassum sp. yang semakin 4 125 68 54
(80:20)
banyak. Hal ini dipengaruhi oleh proporsi Keterangan:
pulp dari masing-masing bahan. Semakin SA : Sargassum sp.
besar diameter pulp dari suatu serat, maka AB : Abaka
akan lebih mudah tertahan di cetakan pada
saat proses pembuatan kertas dibandingkan Sifat Fisik, Kekuatan dan Karakter
dengan diameter pulp yang lebih kecil dan Kertas Seni Ulva-Abaka
larut sehingga mempengaruhi nilai gramatur Limbah rumput laut Ulva memiliki
kertas tersebut (Sidebang, 2008). karakter yang menyerupai tanaman sayuran.
Produksi kertas seni S-ABAKA yang Proses penggolahan pulp limbah rumput laut
terdiri dari komposisi limbah limbah rumput Ulva dilakukan tanpa menggunakan NaOH
laut Sargassum sp. hasil pewarnaan alam karena sudah lunak.
untuk batik dengan pelepah pisang abaka, Berdasar Tabel 4, kertas seni U-
menghasilkan kertas seni dengan ABAKA memiliki nilai indeks sobek yang
40 | D i n a m i k a K e r a j i n a n d a n B a t i k , Vol. 33, No. 1, Juni 2016, 33-44

lebih besar daripada kertas seni yang ada di sama yaitu 50:50. Sedangkan nilai indeks
pasaran. Nilai indeks sobek kertas U- jebol terendah ada pada jenis kertas seni U-
ABAKA tertinggi pada jenis U-ABAKA 1 ABAKA 5 dengan nilai 2,13 kPa.m2/g.
yang memiliki komposisi pelepah pisang Faktor yang berpengaruh pada nilai indeks
abaka lebih banyak. Serat pisang abaka yang jebol adalah jumlah fraksi serat yang
ada pada kertas memberikan ikatan yang dihasilkan tiap material yang memberikan
lebih banyak pada kekuatan kertas. nilai indeks jebol berbeda-beda (Casey,
Sedangkan nilai indeks sobek terendah pada 1980). Semakin banyak fraksi serat pada
kertas U-ABAKA 5 dengan komposisi suatu material, maka semakin tinggi pula
limbah rumput laut Ulva yang lebih banyak nilai indeks jebol dari kertas yang
(85%). Indeks sobek yang rendah pada dihasilkan. Material limbah rumput laut
kertas dengan kandungan Ulva yang banyak Ulva kemungkinan tidak memiliki banyak
berkaitan dengan kemampuan serat untuk serat sehingga daya ketahanan jebolnya
saling mengikat satu dengan yang lain. rendah.
Kertas seni dari Ulva juga memiliki nilai Kertas seni U-ABAKA memiliki indeks
indeks sobek yang jauh lebih rendah tarik yang rendah. Nilai tertinggi indeks
daripada kertas abaka murni. tarik adalah jenis U-ABAKA 2 dengan
Nilai indeks jebol dari kertas seni U- komposisi perbandingan material campuran
ABAKA termasuk rendah, dengan kata lain 40:40. Sedangkan nilai terendah pada jenis
mudah jebol. Indeks jebol tertinggi ada pada U-ABAKA 4 dengan perbandingan
U-ABAKA 2 dengan komposisi material komposisi 75 g Ulva dan 25 g abaka.
limbah rumput laut dan pelepah pisang yang

Tabel 4. Sifat fisik kertas seni U-Abaka


Sifat fisik kertas
Perbandingan komposisi
No. Gramatur Indeks sobek Indeks jebol Indeks tarik
(UV:AB) (g/g)
(mN.m2/g) (kPa.m2/g) (Nm/g)
1 U-ABAKA 1 (25:55) 118 8,68 0,73 4,41
2 U-ABAKA 2 (40:40) 118 7,73 2,11 5,23
3 U-ABAKA 3 (55:25) 113 6,20 0,60 5,12
4 U-ABAKA 4 (75:25) 94 5,58 0,37 1,09
5 U-ABAKA 5 (85:15) 101 2,13 0,35 3,47
6 Kertas seni pasaran 3,80 0,60 10
7 Kertas abaka alkali 10%b 24.160 4,84 45,96
8 Kertas abaka alkali 12%b 44.840 4,31 50,04
9 Kertas abaka alkali 14%b 45.960 4,36 45,56
10 Abaka Bogor 4c 30.800 5,58 67,50
11 Abaka Bogor 34c 22.600 5,85 81,20
12 Abaka Bogor 35c 38.260 6,68 70,22
Keterangan:
UV : Ulva
AB : Abaka
a : sumber (Sutyasmi, 2012)
b : sumber (Haroen & Sugesti, 1997)
c : sumber (Allia, 2001)
K e r t a s S e n i B e r b a h a n . . . , M a n d e g a n i | 41

Tabel 5. Persentase Produksi Kertas Seni U-Abaka


Perbandingan Perbandingan berat produksi kertas
No. komposisi (UV:AB) Berat awal* Berat total pasca
(g/g) Persentase
(gram) pencetakan (gram)
1 U-ABAKA 1 (25:55) 80 71 89
2 U-ABAKA 2 (40:40) 80 71 89
3 U-ABAKA 3 (55:25) 80 68 85
4 U-ABAKA 4 (75:25) 100 75 75
5 U-ABAKA 5 (85:15) 100 81 81
Keterangan:
UV : Ulva
AB : Abaka
* : berat awal sebelum pencampuran dan pencetakan

Ketahanan tarik dari suatu kertas lebih banyak di atas 5 Nm/g, sedangkan U-
dipengaruhi oleh dimensi serat material. ABAKA justru di bawah 5 Nm/g.
Faktor ketebalan dinding sel dan diameter Nilai gramatur dari kertas Ulva dan
serat bekerja dengan cara saling kontak Abaka memiliki nilai maksimal pada
antar sel. Dinding sel yang tipis dengan kandungan Abaka 70% dan Ulva 30% yakni
diameter serat yang besar akan memberikan 118 gsm (Tabel 4). Akan tetapi, masing-
kekuatan lembaran kertas menjadi lebih kuat masing komposisi memiliki nilai yang tidak
(Tamolang & Wangaard, 1961). terlalu jauh satu dengan yang lainnya, yakni
Apabila limbah rumput laut Ulva akan 94, 101, 113, 118 dan 118 gsm. Limbah
dicetak menjadi lembaran secara tunggal, rumput laut Ulva memiliki sifat yang mudah
maka perlu penambahan bahan aditif lain larut dan tidak tersaring pada cetakan
yang berperan untuk mengikat serat yang sehingga menghasilkan kertas seni yang
ada secara menyeluruh. Hal tersebut sangat tipis. Pulp limbah rumput laut Ulva
berbeda dengan lembaran pulp pisang abaka dengan kombinasi pulp pisang abaka, akan
yang mampu dicetak secara mandiri. menghasilkan kertas seni yang didominasi
Kertas seni U-ABAKA memiliki pulp pisang abaka karena pulp Ulva terlarut
produktivitas relatif tinggi. Tabel 5 ke air.
menunjukkan bahwa hampir semua jenis
kertas berbagai komposisi campuran KESIMPULAN DAN SARAN
menghasilkan kertas yang mencapai 80% Kesimpulan
dari berat kering bahan sebelum Limbah rumput laut jenis Ulva dan
pencampuran dan pencetakan. Tingginya Sargassum sp. dapat digunakan sebagai
nilai produktivitas ini dimungkinkan karena bahan pembuatan produk kertas seni, akan
keterikatan serat yang relatif tinggi tetapi harus menggunakan bahan kombinasi
dibandingkan dengan Sargassum sp. Akan yang berguna untuk saling merekatkan
tetapi, meskipun terikat lebih banyak, tidak limbah rumput laut satu dengan yang
demikian dengan nilai indeks tarik yang lainnya. Kandungan selulosa masih di
terpengaruh dari dimensi serat. Nilai indeks bawah 40% sehingga kertas yang dihasilkan
tarik kertas seni S-ABAKA relatif lebih dari proses pencetakan bersifat rapuh,
tinggi daripada U-ABAKA, dengan nilai mudah sobek dan tidak rekat.
42 | D i n a m i k a K e r a j i n a n d a n B a t i k , Vol. 33, No. 1, Juni 2016, 33-44

Sebagian besar produk kertas seni Jakarta.


kombinasi limbah rumput laut Sargassum Harsini, T., & Susilowati. (2000). Pemanfaatan
Kulit Buah Kakao Dari Limbah
sp. dan Ulva dengan pelepah pisang abaka Perkebunan Kakao Sebagai Bahan Baku
yang dihasilkan mempunyai indeks sobek Pulp Dengan Proses Organosolv. Jurnal
dan indeks jebol yang lebih besar Ilmiah Teknik Lingkungan, 2(2), 80–89.
dibandingkan dengan kertas seni yang Heyne, K. (1987). Tumbuhan Beragam
Indonesia (I). Balitbang Kehutanan
berada di pasaran, sedangkan indeks tarik Indonesia.
seluruhnya lebih kecil daripada kertas seni Hobir, A., & Kadir, A. (1986). Pedoman
di pasaran. Bercocok Tanam Abaka (Musa textilis
Nee). Direktorat Jendral Perkebunan dan
Balai Penelitian Tanaman Rempah dan
Saran Obat. Bogor.
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut Kadi. (2005). Kesesuaian Perairan Teluk Klabat
mengenai teknologi pembuatan kertas seni Pulau Bangka untuk Usaha Budidaya
dengan menggunakan limbah rumput laut Rumput Laut. Yogyakarta.
Kawaroe, M., Santoso, J., & Adriani. (2012).
murni (100%) dengan filler tertentu, serta Domestikasi dan Seleksi Makroalga Merah
penelitian pembuatan kertas seni bahan (Red Algae) sebagai Penghasil Bioethanol
limbah rumput laut dengan bahan kombinasi di Kepulauan Seribu, DKI Jakarta. Bogor:
yang lain seperti enceng gondok, rami, Lembaga Penelitian dan Pengabdian
kepada Masyarakat.
kertas bekas, dan lain-lain sehingga Lehninger, A. L. (1993). Dasar - Dasar
menghasilkan kertas seni dengan nilai uji Biokimia. Jilid 1. Terjemahan. (M.
sobek, jebol, dan tarik yang lebih baik dan Thenawidjaja, Ed.). Jakarta: Erlangga.
dapat diterima di pasaran. Lisnawati. (2000). Biologi Serat Abaka (Musa
textilis Nee) dan Musa sp. lain
Berdasarkan Sifat Fisikokimia dan
DAFTAR PUSTAKA Kelayakannya untuk Bahan Baku Pulp dan
Allia. (2001). Sifat Pulp Abaka. Bogor. Kertas. Institut Pertanian Bogor.
Anonymus. (2013). Turunan Selulosa dan Mosier, N., Wyman, C., Dale, B., Elander, R.,
Aplikasinya dalam Teknologi Pangan. Lee, Y. Y., Holtzapple, M., & Ladisch, M.
Retrieved June 13, 2016, from (2005). Features of promising technologies
http://berandainovasi.com/turunan- for pretreatment of lignocellulosic
selulosa-dan-aplikasinya-dalam-teknologi- biomass. Bioresource Technology, 96(6),
pangan/ 673–86.
Aslan, L. M. (1997). Budidaya Rumput Laut http://doi.org/10.1016/j.biortech.2004.06.0
(Revisi). Yogyakarta: Kanisius Publisher. 25
Brotowidjoyo, M. D., Tribawono, D., & Pasaribu, G., & Sahwalita. (2007). Pengolahan
Mulbyantoro, E. (1995). Pengantar Eceng Gondok Sebagai Bahan Baku
lingkungan perairan dan budidaya air. Kertas Seni. Jakarta: Kementerian
Yogyakarta: Liberty. Pertanian.
Casey, J. P. (Ed.). (1980). Pulp and Paper: Perindustrian, D. (1982). Perkembangan Industri
Chemistry and Chemical Technology (3rd Kertas dan Pulp di Indonesia dan Dunia.
ed.). Toronto: Wiley and Sons. Jakarta: Departemen Perindustrian.
Guiry. (2007). Ulva Lactuca Linnaeus. Perpustakaan IKM Kementerian Perindustrian.
Retrieved January 1, 2011, from (2013). Diversifikasi Produk Rumput Laut
http.//www.algaebase.org/browse/taxonom Zat Warna Alam Industri Batik. Retrieved
y/?id=8416 June 12, 2016, from
Haroen, W. K., & Sugesti, S. (1997). Pelestarian http://ikm.kemenperin.go.id/PUBLIKASI/
Sumber Daya Alam Melalui Pemanfaatan bKumpulanArtikelb/tabid/67/articleType/
Abaka dan Ramie untuk Bahan Baku Pulp ArticleView/articleId/78/Default.aspx
Kertas. In International Workshop on Phaeophyta. (2012). Retrieved June 12, 2016,
Minimalization of Pulp and Paper Waste. from
K e r t a s S e n i B e r b a h a n . . . , M a n d e g a n i | 43

http://eol.org/pages/3533/hierarchy_entries Kantong Semen Bekas dengan Pulp


/50348894/overview Batang Kelapa Sawit. Universitas
Pregiwati, L. . (2015). Komoditas Rumput Laut Sumatera Utara. Retrieved from
Kian Strategis. Siaran Pers. Kementerian http://repository.usu.ac.id/handle/1234567
Kelautan dan Perikanan. Retrieved from 89/6091
http://kkp.go.id/index.php/pers/komoditas- Soekartawi. (1988). Komoditi Serat Karung di
rumput-laut-kian-strategis/ Indonesia. Jakarta: UI Press.
Reine, W. F. P. van, & Junior, G. C. . (2002). Sutyasmi, S. (2012). Daur Ulang Limbah
Plant Resources of South East Asia No. 15 Shaving Industri Penyamakan Kulit Untuk
(1) Cryptogams:Algae. Bogor: Proses Kertas Seni ( Recycling of Shaving Waste
Foundation. From Tanning Industry. Majalah Kulit,
Santi, R. ., Sunarti, T. C., Santoso, D., & Karet Dan Plastik, 28(2), 113–121.
Triwisari, D. A. (2012). Komposisi kimia http://doi.org/http://dx.doi.org/10.20543/m
dan Polisakarida rumput laut hijau. Jurnal kkp.v28i2.114
Akuatika, III(2), 105–114. Tamolang, F., & Wangaard, F. (1961).
Sari, W. K. P., & Muslimin. (2015). Budidaya Relationship between hardwood fibre
Rumput Laut Sargassum sp. Pada perairan characteristics and pulp-sheet properties.
dengan substrat dasar berbeda. Jurnal TAPPI, 44(3), 201–216.
STP (1st ed.). Jakarta: Sekolah Tinggi Yosep. (1999). Ciri Fisis dan Kimia Serat
Perikanan, Kementerian Kelautan dan Abaka (Musa textilis Nee). Asal Indonesia
Perikanan. Sebagai Bahan Baku Pulp dan Kertas.
Sidebang, E. B. (2008). Pembuatan dan Institut Pertanian Bogor.
Karakterisasi Kertas Yang Dibuat dari
44 | D i n a m i k a K e r a j i n a n d a n B a t i k , Vol. 33, No. 1, Juni 2016, 33-44

Anda mungkin juga menyukai