Anda di halaman 1dari 7

Menyegarkan Kembali Pemahaman Teori...; HM.

Thalhah

Menyegarkan Kembali Pemahaman Teori


Demokrasi Melalui Pemikiran Hans Kelsen
HM Thalhah
Universitas Bojonegoro
Thalhah@ac.id

A state based on democratic principle, according to Han Kelsen, needs social consensus
about the significance of democracy, the works of democracy and the advantages of
democracy for their life. A strong democracy comes from the will of people, and intends to
achieve common good and advantages. Therefore, democracy must deal with representa-
tives of the will of people. Democracy must mean the availability of freedom of religion,
freedom of expression, and freedom of assembly. Democracy involves compromise, that
is the settlement of disputes through a norm which does not completely accommodate the
interest of one party, nor contravene the interest of another one. Representative principle
of Hans Kelsen has been, in fact, oriented to the process of responsibility to voters. This
means that democracy in the context of representative requires great responsibility, espe-
cially that of moral, to the voters, and not to political parties.
Keywords: democracy, representative, responsibility
kebaikan atau kemaslahatan bersama. Oleh
karena itu, demokrasi mesti berkaitan dengan
Pendahuluan persoalan perwakilan kehendak rakyat itu
(Mochtar, 1999). Dalam bingkai teori politik,
D emokrasi dipahami sebagai sebuah
ruang lingkup yang sangat luas. Apapun
bentuknya, fenomena demokrasi sangat
demokrasi lebih menekankan pada unsur
masyarakat sebagai sebuah variabel.
menarik untuk dibicarakan. Apalagi jika Terlepas dari pengertian demokrasi dengan
dikaitkan dengan kenyataan, bahwa negara beberapa pra syarat seperti di atas, ada banyak
Indonesia merupakan negara yang masih pemikir, khususnya di bidang politik, yang
menjadikan proses demokratisasi sebagai menggunakan wacana demokrasi sebagai
sebuah tumpuan. Secara substansial, bahan perbincangan. Sejauh ini, wacana
demokrasi tidak akan berjalan dengan efektif demokrasi hanya berkembang dalam tataran
tanpa berkembangnya pengorganisasian kurang fungsional. Di samping itu, banyak
internal partai, lembaga-lembaga pemikir demokrasi yang salah memisahkan diri
pemerintahan, maupun perkumpulan- dengan wacana hukum ketatanegaraan, padahal
perkumpulan masyarakat. di satu sisi, antara teori demokrasi dengan teori
ketatanegaraan banyak sangkut pautnya. Dalam
Kelestarian demokrasi memerlukan rakyat
konteks ini terutama jika menyangkut tatanan
yang bersepakat mengenai makna demokrasi,
yang berkaitan dengan kelembagaan negara
yang paham akan bekerjanya demokrasi dan
sebagai sebuah representasi kehendak rakyat.
kegunaannya bagi kehidupan mereka.
Demokrasi yang kuat bersumber pada Salah satu pemikir yang mencoba
kehendak rakyat dan bertujuan untuk mencapai menggabungkan kedua faktor tersebut

273
UNISIA, Vol. XXXI No. 69 September 2008

adalah Hans Kelsen. Secara garis besar, Hal inilah yang juga disadari oleh Hans
pemikiran Hans Kelsen mengenai teori Kelsen. Uraiannya tentang demokrasi
hukum sangatlah lengkap.Banyak yang tak menjadi lebih tertata dan terstruktur. Ini untuk
menyangka bahwa Hans Kelsen ternyata membuktikan, bahwa demokrasi adalah
juga mempunyai teori pada bidang sebuah proses yang berkelanjutan menuju
demokrasi. Tak hanya berkutat pada konsep kesempurnaan. Awal dari datangnya ide
negara semata, pemikiran Hans Kelsen demokrasi menurut Hans Kelsen adalah
bergerak maju ke arah perkembangan yang adanya ide kebebasan yang berada dalam
lebih dinamis. Jika kita menilik pemikiran benak manusia. Pertama kali, kosakata
Hans Kelsen secara seksama, maka akan “kebebasan” dinilai sebagai sesuatu yang
kita temukan konsep hukum yang lengkap negatif. Pengertian “kebebasan” semula
sekaligus praktis. Dengan kata lain, dianggap bebas dari ikatan-ikatan atau
kelebihan Hans Kelsen dalam menata teori ketiadaan terhadap segala ikatan, ketiadaan
hukum ternyata juga didukung oleh terhadap segala kewajiban. Namun, hal
penerapan teori yang dimaksud. inilah yang ditolak oleh Hans Kelsen.
Pasalnya, ketika manusia berada dalam
Kajian Pustaka konstruksi kemasyarakatan, maka ide
“kebebasan” tidak bisa lagi dinilai secara
1. Dasar Teori Demokrasi Versi sederhana, tidak lagi semata-mata bebas
Hans Kelsen dari ikatan, namun ide “kebebasan”
dianalogikan menjadi prinsip penentuan
Mengutip teori Jean Jaques Rousseau, kehendak sendiri. Inilah yang kemudian
demokrasi adalah sebuah tahapan atau menjadi dasar pemikiran Hans Kelsen
sebuah proses yang harus dilalui oleh mengenai demokrasi. (Hans, 2006: 404).
sebuah negara untuk mendapatkan Pendapat Hans Kelsen mengenai ide
kesejahteraan. Pernyataan Rousseau ini “kebebasan” dalam konteks kehidupan
seakan mengatakan, bahwa demokrasi bagi bermasyarakat ini sejalan dengan pemikiran
sebuah negara adalah sebuah pembelajaran cendekiawan muslim, Abu Nashar bin
menuju ke arah perkembangan ketata- Mohammad bin Mohammad bin Tharkam bin
negaraan yang sempurna. Padahal disadari Unzalagh, atau yang lebih dikenal dengan
oleh Rousseau, bahwa kesempurnaan sebutan Farabi. Bagi Farabi, kehidupan manusia
bukanlah milik manusia. Oleh karenanya, tidak bisa lepas dari masyarakat karena pada
yang menjadi ukuran ada tidaknya sebuah hakekatnya manusia adalah makhluk sosial.
demokrasi dalam sebuah negara bukan Hakekat ini merupakan sebuah kecenderungan
ditentukan oleh tujuan akhir, melainkan lebih yang alami.Adapun kecenderungan untuk hidup
melihat pada fakta tahapan yang ada. bermasyarakat tidak semata-mata untuk
Demokrasi akan berjalan sesuai dengan memenuhi kebutuhan pokok, akan tetapi juga
perkembangan zaman dan akan sangat menghasilkan kelengkapan hidup yang akan
dipengaruhi oleh faktor budaya sebuah memberikan kepada manusia kebahagiaan,
negara. Dengan begitu Rousseau seolah tidak saja secara material, namun juga spiritual.
ingin mengatakan bahwa jika menempatkan Salah satu kelengkapan hidup adalah timbulnya
demokrasi secara kaku dan ideal, tidak akan bermacam pemikiran atau ide. Ini bisa diartikan
pernah ada demokrasi yang nyata dan tidak bahwa ide kebebasan dalam versi Farabi
akan pernah ada demokrasi. merupakan sebuah kecenderungan alami,

274
Menyegarkan Kembali Pemahaman Teori...; HM. Thalhah

dengan tujuan kebahagiaan hidup (Munawir, mayoritas dan minoritas terus menerus
1993). dilakukan agar terjadi sebuah kesepakatan
Dalam masyarakat, sudah barang tentu bersama dan menjadi pegangan bagi
akan terbentuk pemilahan-pemilahan ide masyarakat dalam melakukan kegiatannya.
atau kehendak. Pelbagai pendapat Pembahasan sebuah masalah tidak
mengenai sebuah persoalan akan muncul terbatas dalam parlemen semata, tetapi
secara acak. Dari titik inilah munculnya pola sebagian besar juga terjadi di lembaga-
kepentingan yang berujung pada adanya lembaga politik, di dalam surat kabar, buku,
suara mayoritas dan suara minoritas, yang dan sarana-sarana pendapat umum yang
masing-masing mempunyai hak dan lain. Sebuah negara berciri demokrasi
kewajiban. Dalam pandangan Hans Kelsen, mempunyai sarana-sarana yang luas
suara mayoritas tidak melahirkan dominasi terhadap keberadaan pendapat umum.
absolut atau dengan kata lain, dalam Menurut Hans Kelsen, pendapat umum
bahasa Hans Kelsen, adalah kediktatoran hanya dapat muncul jika kebebasan
mayoritas atas minoritas. Prinsip mayoritas intelektual, kebebasan berbicara,
dalam masyarakat demokratis, hanya dapat kebebasan pers, dan kebebasan beragama
dijalankan jika segenap warga masyarakat dijamin (Hans, 2006).
dalam sebuah negara diperbolehkan turut Jaminan kebebasan beragama dalam
serta dalam pembentukan tatanan hukum. kehidupan bernegara tidak hanya dijamin
Inilah yang kemudian melahirkan istilah keberlangsungannya, tetapi di jaga dan
kompromi (Hans, 2006). dipupuk agar berdampingan dengan agama
yang menjadi mayoritas pada sebuah
2. Demokrasi dan Kompromi negara. Selain diakui oleh Hans Kelsen,
Dalam Pemikiran Hans Kelsen pengakuan terhadap kebebasan beragam
Bertemunya suara mayoritas dan suara juga dijamin oleh pemikir Islam lainnya,
minoritas tentunya menghasilkan kompromi. yaitu Abdul Qodir Jaelani. Masalah agama
Menurut Hans Kelsen, salah satu esensi dan keyakinan tidak boleh berada dalam
demokrasi terletak pada ada tidaknya ruang lingkup pemaksaan, baik pemaksaan
sebuah kompromi yang menyatukan yang timbul dari daya tarik ekonomi atau
perbedaan pendapat untuk menentukan bahkan daya tarik seks. Untuk menentukan
sebuah tatanan bagi landasan sebuah pilihan dalam konteks agama dan
negara. Prinsip kompromi adalah keyakinan, sepenuhnya diserahkan kepada
penyelesaian sebuah masalah (konflik) individu yang bersangkutan (Abdul, 1995) .
melalui suatu norma yang tidak seluruhnya Dari semua yang ditawarkan oleh Hans
sesuai dengan kepentingan-kepentingan Kelsen, bahwa kompromi menjadi sebuah
dari salah satu pihak, tidak juga seluruhnya syarat utama dalam penentuan apakah
bertentangan dengan kepentingan- sebuah negara menganut prinsip demokrasi
kepentingan pihak lain ( Hans, 2006). ataukah tidak sama sekali. Tentu saja,
Dengan adanya kecenderungan seperti dalam prinsip demokrasi sangat bergantung
itu, demokrasi merupakan suatu pendekatan pada budaya, dan adat istiadat setempat.
ke arah cita-cita penentuan kehendak sendiri Hal itu disadari betul oleh Hans Kelsen, oleh
secara sempurna. Sejalan dengan hal karenanya ia menuturkan bahwa prinsip
tersebut, pembahasan yang terjadi di antara demokrasi sebuah negara tidak bisa

275
UNISIA, Vol. XXXI No. 69 September 2008

dijadikan patokan bagi negara lain. Tipe demokrasi yang ideal diwujudkan
Tergantung pada banyak aspek dan dalam derajad yang berbeda-beda. Melalui
keberadaan lingkungan yang melingkupinya. konstitusi yang berbeda-beda pula.
Dewasa ini, banyak sekali varian demokrasi Demokrasi langsung adalah demokrasi yang
yang terjadi pada sebuah negara. Varian ini mempunyai derajad paling tinggi.
menyimpulkan, bahwa keberadaan budaya Demokrasi langsung dapat ditandai dengan
demokrasi tidak terjadi begitu saja, namun fakta, bahwa pembuat peraturan, dan juga
melalui proses. Proses awalnya, dalam fungsi eksekutif dan fungsi legislatif,
konsepsi Hans Kelsen, adalah adanya dilakukan oleh masyarakat di dalam
kompromi yang sehat yang terjadi di antara pertemuan akbar atau sebuah pertemuan
kehendak mayoritas dan kehendak umum. Pelaksanaan semacam ini hanya
minoritas. Hal tersebut tidak hanya terbentuk mungkin terjadi di dalam masyarakat-
pada parlemen semata, tetapi juga masyarakat kecil dan di bawah kondisi-
melembaga dalam kehidupan politik yang kondisi sosial yang sederhana. Oleh
lain. karenanya, dalam pendapat Hans Kelsen
Ada sebuah pegangan dalam dan sebagian besar pemikir politik dan
memahani sikap Hans Kelsen mengenai ketatanegaraan lainnya, demokrasi langsung
negara dengan bercirikan prinsip demokrasi, semacam ini tidak lagi mendapatkan
di antaranya adalah: tempat dalam konsep demokrasi modern
yang saat ini sedang diwacanakan oleh
1. Adanya kehendak mayoritas dan
banyak pemerintahan di dunia.
kehendak minoritas,
2. Kehendak mayoritas tidak bisa menjadi Hal yang paling mungkin terjadi adalah
dominasi absolut, suatu demokrasi dimana fungsi legislatif
3. Adanya kompromi di antara kehendak dijalankan oleh parlemen yang dipilih oleh
mayoritas dengan kehendak minoritas rakyat, dan fungsi eksekutif dan yudikatif
dalam menyikapi sebuah permasa- juga dijalankan melalui pemilihan umum yang
lahan dan dalam pembentukan sebuah dijamin keabsahannya. Pada kondisi ini,
tatatan, Hans Kelsen menyatakan pendapatnya
4. Tidak ada pemaksaan dalam beragama bahwa suatu pemerintahan adalah sebuah
dan berkeyakinan, “perwakilan” karena sepanjang pejabat-
5. Terdapat kebebasan berbicara, pejabatnya dipilih oleh rakyat, maka pejabat
kebebasan pers, dan pendapat untuk tersebut bertanggungjawab penuh terhadap
mengemukakan pendapat dijamin pemilihnya. Jika kemudian pemerintahan
keberadaannya, baik melalui konstitusi tidak bisa bertanggungjawab penuh terhadap
ataupun melalui kesepakatan adat pemilihnya, maka hal ini tidak bisa disebut
yang terjadi di sebuah negara, sebagai “perwakilan yang sesungguh-
6. Kompromi yang sehat menjadikan tidak nya”(Hans, 2006).
diketemukannya perbenturan Dalam demokrasi modern, secara
kepentingan antara kehendak mayoritas mencengangkan, Hans Kelsen berpendapat
dan kehendak minoritas yang biasanya bahwa apa yang terjadi dewasa ini di negara-
akan berbuah pada anarki. negara yang mengatasnamakan negara
demokrasi, ternyata tidak sepenuhnya
Pembahasan memahami proses keterwakilan ini. Prinsip
keterwakilan yang dipahami oleh Hans

276
Menyegarkan Kembali Pemahaman Teori...; HM. Thalhah

Kelsen ternyata berorientasi pada ada masing-masing The Republic dan The Laws.
tidaknya proses pertanggungjawabannya Dalam The Republic, Plato memberikan
terhadap pemilih. Ini artinya, demokrasi sebuah solusi atas pertentangan-
dalam konteks perwakilan mengharuskan pertentangan yang terjadi di dalam
adanya pertanggungjawaban yang besar, masyarakat. Penyelesaian atau solusinya
terutama secara moral, kepada para berada pada kaum cendekiawan yang
pemilihnya, dan bukan pertanggungjawaban mengerti hukum, yang oleh Plato disebut
terhadap partai politik yang mengusungnya. sebagai hakim.
Secara umum, pendapat-pendapat Pada buku The Laws, Plato kemudian
yang dikemukakan oleh Hans Kelsen memberikan sebuah jawaban terhadap
banyak sekali berdasar pada filsafat Plato permasalahan hukum yang sebelumnya ada
dan Aristoteles dan juga beberapa pemikir pada buku The Republic. Konsep “negara
lain yang hidup pada zaman Yunani kuno. hukum” menjadi sebuah pertimbangan
Ada beberapa alasan mengapa bangsa dalam menyatukan visi dan misi masyarakat
Yunani bisa memberikan kontribusi terhadap persoalan hukum. Dalam karyanya
pemikiran terhadap beberapa teori hukum ini, Plato tidak lagi memberikan konsep
yang fundamental terhadap perkembangan negara yang hanya diperintah oleh
hukum ke depan. Kecenderungan- kekuasaan serta orang-orang yang bebas.
kecenderungan untuk berpikir spekulatif Keadilan harus dijalankan melalui “norma-
serta persepsi intelektualnya untuk norma yang tertulis”. Negara harus
menyadari adanya kehidupan manusia dan dijalankan oleh penguasa negara yang tidak
konflik-konflik dalam kehidupan dunia ini, membeda-bedakan orang atau masyarakat.
seperti terlihat dalam karya-karya filsafat Pemikiran Plato ini kemudian
dan kesusasteraannya (Satjipto, 2000). disempurnakan oleh sang murid, yaitu
Perkembangan Polis (negara kota pada Aristoteles. Aristoteles melakukan
masa bangsa Yunani), membuat bangsa pembedaan yang esensial terhadap konsep
Yunani lebih tajam dalam memandang hukum tentang apa yang dinamakan
persoalan hukum. Banyaknya kekacauan, sebagai keadilan distributif dan keadilan
konflik-konflik, pergantian pemerintahan yang korektif. Bagi Aristoteles, keadilan distributif
begitu sering terjadi, serta masa-masa tirani, adalah konsep keadilan menyangkut soal
membuat bangsa Yunani dapat memberikan pembagian barang-barang dan kehormatan
bahan yang banyak sekali bagi pemikiran kepada masing-masing orang sesuai dengan
hukum yang sifatnya spekulatif mengenai tempatnya di masyarakat. Ia juga sepakat
persoalan hukum dan masyarakat. Secara dengan Plato, bahwa kedudukan semua
fundamental, hal tersebut membuat banyak orang di muka hukum adalah sama dan
sekali sumbangsih bangsa Yunani terhadap seimbang.
perkembangan hukum, terutama yang Sedangkan keadilan korektif, menurut
berhubungan dengan masyarakat atau publik. Aristoteles, dalam menjalankan hukum,
Harus diakui, bahwa pemikiran Plato harus ada standar tunggal dan sama yang
dan Aristoteles menjadi bahan referensi bagi sifatnya umum, sebagai sebuah
dunia perkembangan hukum. Plato konsekuensi dari suatu tindakan yang
memberikan sumbangan pemikiran dalam dilakukan orang dalam hubungannya dengan
dua bukunya yang begitu fenomenal,

277
UNISIA, Vol. XXXI No. 69 September 2008

orang lain di sekitarnya. Standar tersebut 5. Prinsip keterwakilan yang dipahami


harus seimbang dan diterapkan tanpa oleh Hans Kelsen ternyata berorientasi
melihat orang. Standar yang digunakan juga pada ada tidaknya proses
harus obyektif. pertanggungjawabannya terhadap
Keberadaan hukum merupakan sebuah pemilih. Ini artinya, demokrasi dalam
prasyarat demi adanya keteraturan konteks perwakilan mengharuskan
kehidupan dalam bermasyarakat. Dalam adanya pertanggungjawaban yang
perkembangannya, hukum tidak hanya besar, utamanya secara moral, kepada
mengatur tingkah laku yang sudah ada para pemilihnya, dan bukan
dalam masyarakat dan mempertahankan pertanggungjawaban terhadap partai
kebiasaan yang telah ada. Lebih dari itu politik.
semua, hukum telah mengarah pada suatu
Saran-saran
alat atau sarana. Selain itu pendapat yang
mengatakan bahwa hukum merupakan 1. Sosialisasi terhadap tumbuh dan
sebuah ekspresi atau kehendak yang berkembangnya pemahaman
terwujud dalam masyarakat, juga dapat demokrasi perlu dilakukan terus
dipergunakan sebagai definisi hukum. kepada masyarakat, khususnya bagi
masyarakat yang tinggal di negara-
Penutup negara berkembang, dimana tata
lakasana proses transformasi informasi
1. Negara berdasarkan prinsip demokrasi,
masih menjadi kendala yang sangat
menurut Hans Kelsen memerlukan
besar.
rakyat yang bersepakat mengenai
2. Pengakuan kebebasan beragama dan
makna demokrasi, yang paham akan
kebebasan berpendapat dalam sebuah
bekerjanya demokrasi dan
negara demokrasi menjadi sebuah
kegunaannya bagi kehidupan mereka.
faktor yang sangat penting.
2. Demokrasi yang kuat bersumber pada
Pemahaman mengenai hal ini perlu
kehendak rakyat dan betujuan untuk
dilakukan oleh negara-negara yang
mencapai kebaikan atau kemaslahatan
memaklumatkan dirinya sebagai
bersama. Oleh karena itu, demokrasi
negara yang berdasar agama dan
mesti berkaitan dengan persoalan
negara dengan bentuk pementintahan
perwakilan kehendak rakyat itu.
monarkhi.
3. Demokrasi berarti tersedianya prinsip
3. Dalam wacana yang dikembangkan
kebebasan beragama, kebebasan
oleh Hans Kelsen, permasalahan
berpendapat dan kebebasan
proses demokrasi tidak terletak pada
berserikat.
proses sehat tidaknya sebuah partai
4. Demokrasi memuat konsepsi
politik, akan tetapi lebih kepada arah
kompromi, yaitu adalah penyelesaian
pertanggungjawaban pemerintah atau
sebuah masalah (konflik) melalui suatu
lembaga legislatif dan lembaga
norma yang tidak seluruhnya sesuai
yudikatif terhadap pemilu.l
dengan kepentingan-kepentingan dari
salah satu pihak, tidak juga seluruhnya Daftar Pustaka
bertentangan dengan kepentingan-
kepentingan pihak lain. Abdul Qodir Jaelani,1995. Negara Ideal
Menurut Konsepsi Islam,

278
Menyegarkan Kembali Pemahaman Teori...; HM. Thalhah

Surabaya:Karya Baru Press. Demokrasi, cetakan kedua,


Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Arbi Sanit,1997. Partai, Pemilu dan
Demokrasi, Yogyakarta:Pustaka Munawir Sjadzali,1983. Islam dan Tata
Pelajar. Negara; Ajaran, Sejarah, dan
Pemikiran, Edisi Kelima, Jakarta:UI
Hans Kelsen, 1006.Teori Umum Tentang Press.
Hukum dan Negara, Cetakan
pertama, Bandung:Penerbit Nuansa Nezar Patria dan Andi Arief,1999. Antonio
dan Penerbit Nusamedia. Gramsci; Negara dan Hegemoni,
Yogyakarta:Pustaka Pelajar.
Jean Jacques Rousseau, Du Contract So-
cial (Perjanjian Sosial),2007. Cetakan Ronald H.Chilcote,2003. Teori Perbandingan
Pertama, Jakarta:Visimedia. Politik; Penelusuran Paradigma,
Cetakan pertama, Jakarta:Rajawali
Miriam Budiardjo,1986. Dasar-Dasar Ilmu Press.
Politik, Cetakan. Kesepuluh,
Jakarta:Gramedia . Satjipto Rahardjo,2000. Ilmu Hukum,
cetakan ke lima,Bandung: Citra
Mochtar Mas’oed,1999. Negara, Kapital dan Aditya Bakti.

Soehino, S.H, Ilmu Negara,2002. Cetakan


rrr Kedua,Yogyakarta: Liberty.

279

Anda mungkin juga menyukai