Anda di halaman 1dari 7

Pengaruh Terapi Family Psychoeducation (FPE) Terhadap Kemampuan

Keluarga Merawat Anggota Keluarga


Dengan Gangguan Jiwa

Ni Made Dian Sulistiowati


madedian.2010@gmail.com
Program Studi Ilmu Keperawatan Univ. Udayana, Bali

Abstract
The role of the family in the treatment of family members with mental disorder becomes
important where individuals initiate interpersonal relationships within the family
environment. The role of the family since the beginning of the client at the hospital will
increase the success of treatment and the ability of families to care for clients. Hence the
need for knowledge of the family to the healing process of handling family members with
mental disorder while in the hospital and within the community so that families are better
prepared for the client’s condition and help them become more independent and productive.
This study aims to look at the effectiveness of family psychoeducation (FPE) therapy on the
ability of families in caring the family members with mental disorder. The study design used a
quasi-experiment design (50 in the experimental group, 50 in the control group). The test
results obtained statistically significant relationship between FPE therapy on cognitive
abilities and psychomotor families in caring family members with mental disorders (p
<0.05). The results of the study have shown that FPE therapy is effective in increasing the
family ability such as psychomotor and cognitive in caring the family members with mental
disorder.

Keywords: family psychoeducation therapy, cognitive ability, psychomotor ability.

PENDAHULUAN baik dapat menyebabkan terjadinya


Kesehatan merupakan keadaan sejahtera gangguan jiwa. Gangguan jiwa merupakan
dari badan, jiwa dan sosial yang sekumpulan keadaan-keadaan yang tidak
memungkinkan seseorang hidup produktif normal, baik yang berhubungan dengan
baik secara sosial maupun ekonomi fisik maupun dengan mental.
(Undang-Undang RI No. 36 tahun 2009). Banyak metode yang dapat dilakukan
Kesehatan dapat menjadi investasi dalam dalam menangani pasien gangguan jiwa
meningkatkan kualitas sumber daya yaitu dengan pemberian psikofarmaka dan
manusia sehingga kesehatan memberikan penanganan secara psikologis baik yang
makna bahwa kesehatan harus dilihat dilakukan dokter maupun perawat melalui
secara keseluruhan dimana kesehatan jiwa pemberian terapi. Selain unsur dokter dan
menjadi salah satu bagian yang sangat perawat, keluarga juga sangat berperan
penting dalam hal tersebut. dalam proses penyembuhan gangguan jiwa
Kesehatan jiwa bisa dikatakan sebagai pada pasien. Peran serta keluarga dalam
suatu kondisi sehat baik emosional, penanganan pasien gangguan jiwa menjadi
psikologis, dan juga social yang penting dimana individu memulai
ditunjukkan dalam hubungan interpersonal hubungan interpersonalnya didalam
yang memuaskan antara individu dengan lingkungan keluarga. Keluarga juga
individu lainnya, memiliki koping yang membantu individu dalam belajar
efektif, konsep diri positif dan emosi yang mengembangkan nilai, keyakinan, sikap
stabil (Videbeck, 2010). Tidak serta perilaku sehingga individu siap
berkembangnya koping individu secara berperan didalam masyarakat. Salah satu

1
faktor yang menjadi penyebab tingginya dimaksudkan untuk memberikan
angka kekambuhan gangguan jiwa adalah dorongan, semangat, dan motivasi agar
tidak tahunya keluarga cara menangani penderita tidak merasa putus asa dan
klien gangguan jiwa ketika kembali berada memiliki semangat juang. Terapi keluarga
pada lingkungan keluarga. Seperti yang merupakan suatu hal yang lebih berperan
disampaikan oleh Iyus (2007) dalam dalam membantu proses penyembuhan si
seminar tentang kesehatan jiwa masyarakat pasien. Penelitian ini bertujuan untuk
bahwa klien dengan diagnosa skizofrenia mendapatkan gambaran tentang pengaruh
diperkirakan akan kambuh 50% pada terapi FPE terhadap peningkatan
tahun pertama, 70% pada tahun kedua dan kemampuan keluarga merawat anggota
100% pada tahun kelima setelah pulang keluarga dengan gangguan jiwa yang
dari rumah sakit karena mendapatkan dirawat dirumah sakit Dr. Marzoeki Mahdi
perlakuan yang salah selama di rumah atau Bogor maupun yang dirawat dirumah
di masyarakat. Peran keluarga sejak awal dalam lingkungan kelurahan
klien di rumah sakit akan meningkatkan Baranangsiang Bogor.
keberhasilan perawatan dan kemampuan
keluarga dalam merawat klien. Peran METODE PENELITIAN
keluarga dalam perawatan klien gangguan Desain penelitian yang digunakan pada
jiwa cenderung lebih baik setelah penelitian ini adalah Quasi Ekperiment
mendapat terapi keluarga. Pre-Post Test With Control Group”
Nurbani (2009), juga menyampaikan dengan pemberian terapi FPE pada
bahwa psikoedukasi yang diberikan pada kelompok intervensi. Kemampuan kognitif
keluarga (caregiver) dapat menurunkan dan psikomotor keluarga pada kedua
ansietas secara bermakna dimana kelompok akan diukur dengan
psikoedukasi keluarga dapat digunakan menggunakan kuesioner yang akan
sebagai terapi yang dilakukan untuk diberikan pada awal dan akhir terapi.
mengatasi masalah psikososial di rumah Partisipan
sakit umumnya dalam menurunkan Partisipan merupakan keluarga yang
ansietas dan beban. Terapi bagi penderita memiliki anggota keluarga yang
gangguan jiwa bukan hanya pemberian mengalami gangguan jiwa baik yang
obat dan rehabilitasi medis, namun sedang dirawat di RSMM Bogor maupun
diperlukan peran keluarga dan masyarakat yang berada dilingkungan kelurahan
guna resosialisasi dan pencegahan Baranangsiang Bogor. Sebanyak 100
kekambuhan. Psikofarmaka penanganan pasien dipilih melalui teknik sampling.
penderita gangguan jiwa dengan cara ini Kelompok kontrol dan ekperimen disebar
adalah dengan memberikan terapi obat- pada tiga ruang rawat dirumah sakit dan
obatan yang akan ditujukan pada gangguan tiga RW dikelurahan Baranangsiang yang
fungsi neurotransmitter sehingga gejala- digunakan berdasarkan pada karakteristik
gejala klinis tadi dapat dihilangkan. Terapi secara umum (tabel 1 dan 2). Karakteristik
obat diberikan dalam jangka waktu yang umum keluarga seperti umur, jenis
relatif lama, berbulan-bulan bahkan kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan,
bertahun-tahun. pendapatan per bulan, hubungan dengan
Psikoterapi adalah terapi kejiwaan yang klien sedangkan karakteristik umum pasien
harus diberikan apabila penderita telah gangguan jiwa seperti umur, jenis kelamin,
diberikan terapi psikofarmaka dan telah rutinitas obat, jumlah kekambuhan dan
mancapai tahapan dimana kemampuan jumlah dirawat. Dari 100 pasien yang
menilai realitas sudah kembali pulih dan memenuhi kriteria penelitian, dibagi
pemahaman diri sudah baik. Psikoterapi menjadi kelompok intervensi (50 pasien)
ini bermacam-macam bentuknya, antara dan kelompok kontrol (50 pasien).
lain psikoterapi suportif yang

2
Etik consideration merawat anggota keluarga dengan
Semua partisipan diberikan penjelasan gangguan jiwa.
mengenai tujuan dan proses dari penelitian
serta hak mereka sebagai partisipan. HASIL PENELITIAN
Mereka juga menandatangani informed Pada tabel 1 diperlihatkan bahwa jumlah
consent sebagai bagian dari penelitian. responden laki-laki sebanyak 63 orang dan
Nama dan informasi pribadi mengenai wanita sebanyak 37 orang. Rentang usia
partisipan akan disimpan secara aman dan responden antara 25 sampai dengan 56
rahasia. tahun. Responden paling banyak memiliki
tingkat pendidikan SMP, responden
sebagian besar bekerja dan memiliki
Instruments pendapatan perbulan sebesar > Rp
Kemampuan keluarga dalam merawat 950,000. Hubungan responden dengan
dievaluasi dengan menggunakan instrumen klien sebagian besar adalah orang tua
yang telah dimodifikasi oleh Ridwan klien.
(2012) yang didalamnya mengukur Pada tabel 2 diperlihatkan bahwa anggota
kemampuan kognitif dan psikomotor dan keluarga yang mengalami gangguan jiwa
sudah dilakukan ujicoba validitas dan berada pada rentang usia antara 16 sampai
reabilitas. Kuesioner yang mengukur dengan 55 tahun. Laki-laki sebanyak 74
kemampuan kognitif terdiri dari 19 item orang dan wanita sebanyak 26 orang.
dengan kriteria 4 point likert. Total skor Sebagian besar penderita rutin minum
antara 19 hingga 76 dengan skor paling obat, mengalami kekambuhan 1-3 kali, dan
tinggi menunjukkan kemampuan kognitif dirawat dirumah sakit sebanyak 1-3 kali.
paling baik. Hasil uji reabilitas didapatkan Dari hasil diatas tampak tidak ada
Cronbach’s alpha coefficient untuk perbedaan yang signifikan antara
instrument ini adalah 0.96 (r=0.622- kelompok kontrol dengan kelompok
0.855). Kuesioner untuk mengukur ekperimen (P value: >0,05).
kemampuan psikomotor keluarga terdiri
dari 20 item dengan kriteria 4 point likert.
Total skor antara 20 hingga 80 dengan Tabel 1. Homogenitas karakteristik umum
skor paling tinggi menunjukkan responden (n=100)
Karakteristik Intervensi (n=50) Kontrol
kemampuan psikomotor paling baik. Hasil n (%) (n=50)
uji reabilitas didapatkan Cronbach’s alpha n (%) P
18-30 11 (22,0%) 8 (16,0%) 0,853
coefficient untuk instrument ini adalah Usia 31-43 14 (28,0%) 16 (32,-0%)
0.95 (r=0.539-0.822). 44-55 25 (50,0%) 26 (52,0%)
Jenis Laki-laki 34 (68,0%) 29 (58,0%) 0,407
kelamin Perempuan 16 (32,0%) 21 (42,0%)
Analisis data Tidak sekolah 0 0 0,912
SD 0 0
Chi-square test, dan t-test digunakan untuk Tingkat SMP 26 (52,0%) 24 (48,0%)
melihat homogenitas antara kelompok pendidikan SMA 18 (36,0%) 19 (38,0%)
PT 6 (12,0%) 7 (14,0%)
kontrol dan kelompok intervensi.
Perbandingan kemampuan keluarga Tidak bekerja 14 (28,0%) 8 (16,0%) 0,227
Pekerjaan
merawat anggota keluarganya yang Bekerja 36 (72,0%) 42 (84,0%)
Pendapatan <950.000 4 (8,0%) 6 (12,0%) 0,739
mengalami gangguan jiwa pada awal dan perbulan >950.000 46 (92,0%) 44 (88,0%)
akhir terapi antara kelompok kontrol dan Orangtua 30 (60,0%) 31 (62,0%) 0,975
Suami/istri 2 (4,0%) 2 (4,0%)
intervensi dianalisis dengan menggunakan Hubungan Anak 5 (10,0%) 6 (12,0%)
paired t-test. Analisis regresi linier ganda dengan Saudara 2 (4,0%) 1 (2,0%)
klien kandung 11 (22,0%) 10 (20,0%)
digunakan untuk melihat dari beberapa Bukan keluarga
variabel counfounding yang ada, variable inti
mana yang paling berkontribusi terhadap
peningkatan kemampuan keluarga

3
Tabel 2. Homogenitas karakteristik umum klien
gangguan jiwa (n=100)
Karakteristik Intervensi Kontrol
(n=50) (n=50)
n (%) n (%) P
16-30 27 (54,0%) 26 (52,0%) 0,653
Usia 31-43 20 (40,0%) 18 (36,0%)
44-55 3 (6,0%) 6 (12,0%)
Jenis Laki-laki 36 (72,0%) 38 (76,0%) 0,820
kelamin Wanita 14 (28,0%) 12 (24,0%)
Rutin minum obat 38 (76,0%) 36 (72,0%) 0,820
Rutinitas
Tidak rutin 12 (24,0%) 14 (28,0%)
minum obat
minum obat
Jumlah 1-3 kali 31 (62,0%) 34 (68,0%) 0,675
kekambuhan >3 kali 19 (38,0%) 16 (32,0%)
Belum pernah 35 (70,0%) 0 1,000
Jumlah
1-3 kali 15 (30,0%) 34 (68,0%)
dirawat
>3 kali 0 16 (32,0%) Gambar 1. Perubahan tingkat kemampuan kognitif
keluarga sebelum dan sesudah pemberian terapi
FPE pada kelompok intervensi dan kelompok
Hasil rata-rata kemampuan keluarga secara kontrol.
kognitif pada kelompok intervensi
sebelum dilakukan pemberian terapi FPE Gambar 2 dibawah ini memperlihatkan
adalah 42,58 dan kemampuan keluarga hasil rata-rata kemampuan psikomotor
secara psikomotor adalah 46,12. keluarga mengalami peningkatan sebesar
Sedangkan pada kelompok kontrol hasil 9.44 (46.12 menjadi 55.56) pada kelompok
rata-rata kemampuan keluarga secara intervensi setelah diberikan terapi FPE,
kognitif sebelum diberikan terapi FPE sedangkan pada kelompok kontrol hanya
adalah 42,36 dan kemampuan secara mengalami peningkatan sebesar 2.16
psikomotor berada pada nilai 44,60. Nilai (44.60 menjadi 46.76). Rata-rata
p value pada kemampuan kognitif keluarga kemampuan psikomotor keluarga dalam
dalam merawat adalah sebesar 0,887 merawat anggota keluarganya yang
sedangkan pada kemampuan psikomotor mengalami gangguan jiwa ternyata lebih
nilai p value sebesar 0,360. Hal ini berarti signifikan meningkat pada kelompok
secara keseluruhan kemampuan kognitif intervensi dibandingkan dengan kelompok
dan psikomotor pada kelompok intervensi kontrol setelah diberikan terapi FPE.
dan kontrol sebelum dilakukan terapi FPE
adalah setara (p value > 0.05).
Pada gambar 1 diperlihatkan hasil rata-rata
kemampuan kognitif keluarga mengalami
peningkatan sebesar 15.64 (42.58 menjadi
58.22) pada kelompok intervensi setelah
diberikan terapi FPE, sedangkan pada
kelompok kontrol mengalami juga
mengalami peningkatan hanya sebesar
2.34 (42.36 menjadi 44.70). Rata-rata
kemampuan kognitif keluarga ternyata
lebih signifikan meningkat pada kelompok
intervensi dibandingkan dengan kelompok
kontrol setelah diberikan terapi FPE.
Gambar 2. Perubahan tingkat kemampuan
psikomotor keluarga sebelum dan sesudah
pemberian terapi FPE pada kelompok intervensi
dan kelompok kontrol

4
Tabel 3 menunjukkan bahwa jumlah kali merawat, baik stress maupun beban yang
dirawat memiliki hubungan yang sedang timbul pada keluarga saat merawat klien.
dengan peningkatan kemampuan kognitif Ketika masalah sudah diketahui maka
keluarga (r= .303, p= .000) sedangkan dapat dilakukan pemberian edukasi tentang
Tabel 4 menunjukkan bahwa jumlah kali cara merawat klien sesuai dengan masalah
dirawat dan jumlah kekambuhan memiliki yang timbul pada klien. Selain itu juga bila
hubungan yang sedang dengan ada stress atau beban pada keluarga yang
peningkatan kemampuan psikomotor timbul saat merawat klien dapat dilakukan
keluarga (r= .298, p= .000). manajemen stress dan beban sehingga hal
tersebut tidak lagi menjadi hambatan
keluarga dalam melakukan perawatan
klien. Kemudian keluarga dibantu untuk
Tabel 3. Pemodelan terakhir karakteristik menggunakan sumber daya dilingkungan
yang berkontribusi dalam kemampuan sekitar tempat tinggalnya untuk membantu
kognitif keluarga merawat anggota menjaga kondisi klien agar tetap stabil dan
keluarga dengan gangguan jiwa tidak terjadi kekambuhan.
Pada penelitian ini, kemampuan yang
Karakteris Kemampuan Kognitif Keluarga dinilai adalah kemampuan keluarga secara
tik B SE β P r R2
(Constant) 60.981 1.327 .000 .30 .092 kognitif dan psikomotor dalam merawat
3 anggota keluarga dengan gangguan jiwa.
Jumlah -2.124 .963 - .032
kali rawat .30 Seperti yang dikemukakan oleh Bloom
3 dalam As’ari Djohar (2003) dimana ada
tiga kategori dalam domain perilaku
Tabel 4. Pemodelan terakhir karakteristik individu yaitu kognitif, afektif dan
yang berkontribusi dalam kemampuan psikomotor. Domain kognitif berkenaan
psikomotor keluarga merawat anggota dengan perkembangan kecakapan dan
keluarga dengan gangguan jiwa. keterampilan intelektual. Domain afektif
berkenaan dengan perubahan minat, sikap,
Karakteris Kemampuan Kognitif Keluarga
tik B SE β P r R2
nilai-nilai, perkembangan apresiasi dan
(Constant) 55.220 2.313 .000 .298 .089 kemampuan menyesuaikan diri. Domain
Jumlah 2.875 1.540 .282 .068
kali rawat
psikomotor berkenaan dengan
Jumlah -2.462 1.454 -.256 .097 keterampilan-keterampilan gerak. Cara
kambuh
mengevaluasi hasil kemampuan setelah
pemberian terapi adalah dengan cara
pemberian kuesioner yang diisi oleh
Pembahasan responden dan pengamatan menggunakan
Pada penelitian ini, didapatkan lembar observasi yang dilakukan langsung
peningkatan kemampuan keluarga secara oleh peneliti. Menilai hasil belajar dapat
kognitif maupun psikomotor dalam dilakukan melalui (1) pengamatan
merawat anggota keluarga dengan langsung dan penilaian tingkah laku
gangguan jiwa baik pada kelompok peserta didik selama proses pembelajaran
intervensi maupun kontrol hanya saja pada praktik berlangsung, (2) sesudah
kelompok intervenai peningkatannya lebih mengikuti pembelajaran, yaitu dengan
signifikan dibandingkan pada kelompok jalan memberikan tes kepada peserta didik
kontrol. Hal ini dikarenakan pelaksanaan untuk mengukur pengetahuan,
terapi FPE pada keluarga dilakukan keterampilan, dan sikap, (3) beberapa
dengan cara mengajarkan keluarga untuk waktu sesudah pembelajaran selesai dan
mengidentifikasi masalah-masalah yang kelak dalam lingkungan kerjanya. Hal ini
terjadi ketika merawat klien serta masalah sesuai dengan yang diungkapkan oleh
pribadi keluarga/care giver sendiri ketika Bandura (1986, dalam Woolfolk, 2009)

5
yang menyatakan dalam observational psikomotor keluarga setelah
learning ada elemen penting yang meliputi pemberian terapi FPE.
memperhatikan, menyimpan informasi, 5. Karakteristik jumlah kali dirawat
menghasilkan perilaku dan termotivasi memiliki kontribusi dalam
dalam mengulangi perilaku. Oleh karena meningkatkan kemampuan kognitif
itu dengan adanya pengetahuan keluarga keluarga dalam merawat klien.
secara kognitif maupun psikomotor 6. Karakteristik jumlah kali dirawat dan
tentang cara merawat dapat meningkatkan jumlah kekambuhan memiliki
kemampuan keluarga dan dapat menjadi kontribusi dalam meningkatkan
sumber koping bagi klien dalam kemampuan psikomotor keluarga
memperbaiki kondisinya menjadi lebih dalam merawat klien.
baik sehingga memudahkan klien untuk
kembali ke lingkungan keluarga dan Daftar rujukan
masyarakat. a. American Psychiatric Association.
Pada hasil analisa diatas didapatkan juga (2010). Schizophrenia and other
bahwa jumlah kali dirawat memiliki psychotic, Disorders Wilson
kontribusi dalam meningkatkan Boulevard, Suite 1825, Arlington,
kemampuan kognitif keluarga. Sedangkan Va. 22209-3901phone: 703-907-
jumlah dirawat dan jumlah kekambuhan 7300 email: apa@psych.org
mempengaruhi kemampuan psikomotor http://www.dsm5.org/Proposed
keluarga dalam merawat klien. Revisions/Pages/Schizophreniaand
OtherPsychoticDisorders.aspx,
KESIMPULAN didapat 5 Februari 2012.
Berdasarkan hasil penelitian yang sudah b. Carson.V, Elizabeth Varcarolis &
dilakukan maka dapat disimpulkan antara Nancy Shoemaker.(2006).
lain: Foundations of psychiatric mental
1. Karakteristik keluarga yang menjadi health nursing : a clinical
responden dalam penelitian ini approach. Philadelphia: W.B.
adalah sebagian besar berjenis Sauders Company
kelamin laki-laki, memiliki tingkat c. Friedman, M. (2010). Keperawatan
pendisikan SMP, bekerja dan keluarga teori dan praktek 5th ed.
hubungan dengan klien adalah Jakarta: EGC
sebagai orangtua. d. Nurbani.(2009). Pengaruh
2. Rata-rata kemampuan kognitif psikoedukasi keluarga terhadap
keluarga pada kelompok yang masalah psikososial ansietas dan
mendapatkan terapi FPE meningkat beban keluarga (caregiver) dalam
secara bermakna sebesar 15.64 merawat pasien stroke. Tesis S2
sedangkan pada kelompok yang tidak FIK UI: Tidak dipublikasikan.
mendapatkan terapi FPE hanya e. Ridwan, M. (2012). Pengaruh
mengalami peningkatan sebesar 2.34. Family Psychoeducation (FPE)
3. Rata-rata kemampuan psikomotor terhadap kemampuan anggota
keluarga pada kelompok yang keluarga dengan harga diri rendah
mendapatkan terapi FPE meningkat di Kab. Tasikmalaya. Tesis S2 FIK
secara bermakna sebesar 9.44 UI: Tidak dipublikasikan
sedangkan pada kelompok yang tidak f. Stuart,G. (2009). Principles and
mendapatkan terapi FPE hanya practice of psychiatric nursing. 9th
mengalami peningkatan sebesar 2.16. ed. St Louis: Mosby
4. Kemampuan kognitif keluarga g. Townsend, C.M. (2010). Essentials
meningkat lebih besar dibandingkan of psychiatric mental health
dengan peningkatan kemampuan

6
nursing. (5th Ed.). Philadelphia: j. WHO. (2009). Improving health
F.A. Davis Company system and service for mental
h. Undang-Undang Nomor 39 Tahun health : WHO library cataloguing-
2009 tentang Kesehatan. in-publication data.
i. Videbeck, S.L. (2010). Psychiatric k. Yosep, Iyus (2007). Keperawatan
mental health nursing. 5th ed. jiwa. Bandung : Refika Aditama.
Philadelphia: Lippincott Williams l. Woolfolk (2009). Educational
& Wilkins. psychology active learning edition.
Boston : Pearson Education, Inc.

Anda mungkin juga menyukai