Anda di halaman 1dari 3

RECOVERY PASCA BLACK OUT, MENGAPA LAMA ?

1. Beban Rendah
Pada umumnya black out terjadi pada hari-hari libur, karena hari libur bebannya
rendah.

Beban rendah itu walaupun frekuensinya normal 50 Hz, tetapi unstabil, sistem mudah
dipengaruhi.
Bila terpengaruh, maka sistem oleng.

Kronologi olengnya begini :


Begitu satu dua Unit trip, maka Unit-unit pembangkit lainnya tidak kuat menyangga
beban --> Tegangan dan frekuensi drop/ turun --> UFR (Under Frequency Relay) atau
Relai Frekuensi Rendah kerja --> Seluruh Unit trip/ lepas.

Unit pembangkit frekuensinya tidak boleh kurang dari 47 Hz, karena akan merusak
peralatan. Oleh sebab itu pada frekuensi rendah tersebut Unit harus di trip kan -->
Black out.

Maka P3B lebih waspada pada beban rendah.

2. Sistem Island
Sebenarnya sistem di disain agar tidak terjadi black out.
Caranya dibentuk koordinasi proteksi dengan membentuk pulau-pulau (Island).

Kalau terjadi sistem oleng, maka khususnya pulau-pulau disekitar pembangkit tidak
boleh trip (tetap menyala)

Ini dimaksudkan agar mempermudah dan mempersingkat proses recovery.

Yang dimaksud pulau-pulau adalah area-area, misal Saguling dan sekitarnya adalah
salah satu pulau.

Pembentukan pulau-pulau melalui perhitungan koordinasi proteksi.

3. Koordinasi Proteksi
Untuk mengamankan Unit pembangkit dan konsumen, maka selalu dibentuk koordinasi
proteksi, agar kalau terjadi gangguan, daerah gangguan dapat diisolir dan tidak
meluas serta menimbulkan kerusakan baik terhadap peralatan pembangkit maupun
konsumen.

Khusus untuk membentuk Island, ada koordinasi proteksi exclusive tersendiri, hanya
UFR (Under Frequency Relay) yang dikoordinasikan. Koordinasinya dari sistem 20 kV
hingga sistem 500 kV. Cukup rumit.

Kronologinya begini :
Di gardu-gardu induk itu ada feeder-feeder 20 kV yang mengarah ke konsumen.

Setiap feeder bebannya max 8 MW. Feeder ini dilengkapi dengan UFR.
Bila ada gangguan atau Unit trip, maka frekuensi akan turun. Untuk agar pembangkit
lainnya tetap bertahan dan menghindari frekuensi terus turun, maka frekuensi harus
dinaikkan. Catanya beberapa feeder step 1 ditrip kan (dibuang), misal pada
frekuensi 48,5 Hz sebagian feeder dibuang.

Bila frekuensi terus turun, misal pada 48 Hz, feeder-feeder step 2 dibuang dan
seterusnya, istana negara adalah yang prioritas harus tetap nyala.

4. Sudah Dibuat Island, Mengapa Tetap Black Out ?.


Sistem tenaga listrik itu berkembang. Setiap perkembangan install capacity
pembangkit maupun perkembangan beban konsumen, arus hubung singkat pun berubah
lebih besar.

Arus hubung singkat ini salah satu yang melatarbelakangi perhitungan koordinasi
proteksi.

Dari perkembangan sistem tersebut selalu saja ada celah. Oleh sebab itu selepas
black out pasti dilanjut dengan tinjauan koordinasi proteksi.

5. Recovery Pasca Black Out


Recovery pasca black out itu paling rawan. Kondisinya lebih rawan dari beban rendah
sebelum black out.

Kalau beban rendah sebelum black out, kondisi frequensinya stabil. Cuma mudah
terpengaruh.

Akan tetapi kalau proses recovery, setiap ada penambahan beban, frekuensi sedikit
hunting. Maka penambahan beban harus terkoordinasi, sabar, bertahap dan sangat
hati-hati.

6. Pemasukan Trafo-Trafo
Pemasukan Trafo-trafo juga harus bertahap. Karena setiap kali masuk Trafo, inrush
current nya dirasakan oleh generator. Maka tidak boleh ada miss coordinasi,
pemasukan trafo-trafo juga harus bertahap, kecuali bila sistem sudah kuat.

7. Perilaku Pelanggan
Perilaku pelanggan juga ikut mempengaruhi recovery pasca black out.
Begitu terlihat lampu sudah menyala, maka buru-buru menghidupkan semua peralatan.

8. Tidak Boleh Parallel


Saat proses line charging, sebelum bebannya cukup, tidak boleh ada pembangkit lain
yang parallel. Karena akan terjadi hammer yang menimbulkan hunting.
Ketika terjadi hunting frekuensi, maka under frekuensi akan men trip kan Unit dan
sistem rontok kembali.

9. Seperti Karet
Jaringan yang panjang adalah kesulitan tersendiri saat recovery. Dia itu seperti
karet.
Karakter karet ketika disisi sini diputar, disisi sana diam sebentar baru bergerak.
Yang membuat katakter seperti itu adalah charging current.

Saat beban rendah, karet itu lentur. Ketika beban semakin tinggi, maka karet itu
semakin padat. Artinya sistem semakin stabil

10. Seperti Pesawat Terbang


Kalau P3B waspada pada hari-hari libur karena beban rendah, maka pilot pesawat
terbang waspada ketika proses landing, juga karena beban rendah. Karakternya persis
sama.

Jadi beban rendah dalam sistem tenaga listrik dapat diilustrasikan seperti pesawat
terbang yang sedang landing.

Ketika pesawat sedang dalam proses landing, bebannya rendah, sebenarnya pilot bisa
mengurangi bahan bakar karena proses turun pesawat dibantu oleh gravitasi bumi.

Akan tetapi bila itu dilakukan, maka pesawat akan oleng (tidak stabil).
Untuk terhindar dari oleng (oleng ini kalau di sistem tenaga listrik = hunting),
maka ketika landing, pesawat justru di gas, tetapi di rem. Kecuali sesaat sebelum
menyentuh bumi.

Kalau pesawat, ketika landing sudah ada solusinya. Akan tetapi dalam proses
recovery sistem tenaga listrik belum ada solusinya kecuali Sabar .

Terima kasih.

Anda mungkin juga menyukai