Anda di halaman 1dari 12

LATAR BELAKANG

Indonesia masih menghadapi permasalahan gizi yang berdampak


serius terhadap kualitas sumber daya manusia (SDM) seperti kegagalan
pertumbuhan, berat badan lahir rendah, pendek, kurus dan gemuk dimana
perkembangan selanjutnya seorang anak yang kurang gizi akan mengalami
hambatan kognitif dan kegagalan pendidikan sehingga berdampak pada
rendahnya produktivitas di masa dewasa. Kurang gizi yang dialami saat awal
kehidupan juga berdampak pada peningkatan risiko gangguan metabolik
yang berujung pada kejadian penyakit tidak menular seperti diabetes type II,
stroke, penyakit jantung, dan lainnya pada usia dewasa.

Salah satu kebijakan nasional dalam upaya perbaikan gizi masyarakat


tertuang dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 bahwa upaya
perbaikan gizi ditujukan untuk peningkatan mutu gizi perorangan dan
masyarakat. Selanjutnya, dalam rangka percepatan perbaikan gizi
pemerintah telah mengeluarkan Peraturan Presiden nomor 42 tahun 2013
tentang Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi yang fokus pada 1000
Hari Pertama Kehidupan (HPK). Gerakan ini mengedepankan upaya
bersama antara pemerintah dan masyarakat melalui penggalangan
partisipasi dan kepedulian pemangku kepentingan secara terencana dan
terkoordinasi untuk percepatan perbaikan gizi masyarakat dengan prioritas
pada 1000 HPK.

Agar gizi pada 1000 HPK dapat optimal, maka perlu memperhatikan: (1)
Pada saat sebelum kehamilan (keadaan gizi dan status kesehatan calon ibu),
(2) Pada saat ibu mengandung (keadaan gizi bumil), (3) Pada saat bayi
berusia 0 – 6 bulan (ASI eksklusif), dan (4) Pada saat anak berusia 6– 24
bulan (MP ASI serta pemberian makanan keluarga). Dari beberapa indiktor
keberhasilan 1000 HPK yang tersebut Puskesmas Situraja Mendapatkan
hasil yang belum mencapai target yang di inginkan yaitu kepatuhan ibu hamil
mengkonsumsi tablet tambah darah, hasilyang di daptkan adalah

IDENTIFIKASI MASALAH

Konsumsi tablet Fe di Puskesmas Situraja menjadi masalah proritas


saat ini dengan hasil cakupan 35%. Hasil cakupan puskesmas Situraja
sangat rendah sehingga perlu tindak lanjut untuk menangg ulangi masalah
konsumsi tablet Fe agar tidak menjadi masalah yang lebih besar dimasa
yang akan datang.

Identifikasi masalah :

1. Konsumsi tablet Fe merupakan salah satu idikator keberhsilan


program 1000 HPK dan menjadi awal dari kesehatan ibu dan bayi,
saat ini hasil cakupan konsumsi tablet Fe masih kurang dari target di
setiap wilayahnya sehingga menjadi.
2. Penanggulangan peningkatan konsumsi tablet Fe harus segera
dilakukan karena masih banyak kasus ibu hamil anemia dan bayi lahir
dengan berat badan kurang sehingga akan berdampak pada tumbuh
kembang anak nantinya.
3. Peningkatan cakupan konsumsi tabalet Fe sangat perlu dilakukan
karena menjadi tolok ukur keberhasilan program 1000 HPK dan
keberhasilan kinerja program kesehatan di wilayah kerja Puskesmas
Situraja.
4. Sesuai dengan visi misi untuk menjadikan masyarakat yang sehat dan
mandiri, penanggulangan masalah konsumsi tablet Fe sangat perlu
dilaksanakan dengan berbagai macam terobosan program baru yang
didukung oleh seluruh stakeholder.
5. Dengan peran Ahli Gizi pada masalah kosumsi tablet Fe sangat
dibutuhkan sebagai front man dalam penanggulangan peningkatan
cakupan.
6. Penanggulangan peningkatan konsumsi tablet Fe murni untuk
meningkatkan tingkat keberhasilan program 1000 HPK, tidak ada
maksud tambahan yang menyimpang dari tujuan 1000 HPK tersebut.

PENJAJAKAN WILAYAH

Membentuk tim : Ketua Tim : Petugas Gizi


penjajakan Anggota Tim : Bidan Desa
Petugas Promkes
Kader
Mengumpulkan data :  Gambaran umum wilayah kerja
sekunder Puskesmas Situraja
 Keadaan sarana prasarana
kesehatan
 Kebijakan pembangunan kesehatan
wilayah kerja Puskesmas Situraja
 Peraturan dan UU mengenai
Kesehatan dan Gizi
 Prevalensi Konsumsi Tablet Fe Ibu
Hamil
 Laporan Konsumsi Tablet Fe Ibu
Hamil
Menyusun rancangan : Data yang akan digunakan :
penjajakan  Hasil Laporan : LB3 Gizi, Kohort
Ibu hamil.
Teknik pengambilan data:
 Observasi
 Wawancara
 Pengambilan data dari Puskesmas,
Dinkes setempat, Dinkes provinsi,
data RISKESDAS Nasional

Mengumpulkan data :  Wawancara konsumsi tablet Fe


primer selama hamil.
Menganalisis dan : Konsumsi Fe:
kesimpulan  Target Kabupaten 91 %
 Capaian puskesmas 60,4 %
 Capaian tertinggi 100% Desa
Bangbayang
 Capaian terendah 54% Desa
Kaduwulung
 Analisis : Hasil target Puskesmas
masih jauh dari target kabupaten.
Hanya ada beberapa desa yang
sudah diatas target kabupaten.
Sehingga perlu perhatian khusus
untuk petugas agar target
puskesmas bisa melebihi target
kabupaten.
Data Hasil Penjajakan Wilayah Kerja PKM Situraja

Cakupn Fe Ibu Hamil


120.00
100.00
95.00
100.00 87.00 86.00
87.00 92.00 91.00
81.00 79.00
77.00 77.00
80.00 68.00 68.00 67.00
54.00 60.45
60.00
40.00
20.00
0.00

Catatan:

 Sasaran global tahun 2025 yang telah disepakati adalah sebagai berikut:
1) Menurunkan proporsi anak balita yang pendek (stunting) sebesar 40%;
2) Menurunkan proporsi anak balilta yang menderita kurus (wasting) < 5%;
3) Menurunkan anak yang lahir berat badan rendah (BBLR) sebesar 30%;
4) Tidak ada kenaikan proporsi anak yang mengalami gizi lebih;
5) Menurunkan proporsi ibu usia subur yang menderita anemia sebanyak
50%; 6) Meningkatkan presentase ibu yang memberikan ASI ekslusif
selama 6 bulan lebih kurang 50%.
 Hasil capain hanya menjelaskan distribusi Fe kepada Ibu hamil tidak
menggambarkan keberhasilan konsumsi tablet Fe.
ISU STRATEGIS
Data World Health Organization (WHO) melaporkan bahwa
terdapat 52% ibu hamil mengalami anemia di negara berkembang. Di
Indonesia (Susenas dan Survei Depkes-Unicef) dilaporkan bahwa dari
sekitar 4 juta ibu hamil, separuhnya mengalami anemia gizi dan satu
juta lainnya mengalami kekurangan energi kronis. Ironisnya, diestimasi
dibawah 50% ibu tidak mempunyai cadangan zat besi yang cukup
selama kehamilannya, sehingga risiko defisiensi zat besi atau anemia
meningkat bersama dengan kehamilan.
Menurut WHO 40% kematian ibu dinegara berkembang
berkaitan dengan anemia pada kehamilan dan kebanyakan anemia
pada kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi dan perdarahan akut,
bahkan tidak jarang keduanya saling berinteraksi. Upaya pencegahan
telah dilakukan dengan pemberian tablet besi selama kehamilan. Akan
tetapi hasilnya belum memuaskan. karena dalam kehamilan, terjadi
peningkatan absorpsi dan kebutuhan besi dimana total besi yang
dibutuhkan adalah sekitar 1000 mg.
Kebutuhan yang tinggi dimana cadangan besi di tubuh kosong
maka hal ini tidak dapat dipenuhi melalui diet besi harian dan juga oleh
besi suplemen. Supelemen besi seharusnya diberikan pada periode
sebelum hamil untuk mengantisipasi rendahnya cadangan besi tubuh.
Kegagalan ini mungkin diakibatkan oleh rendahnya bahkan kosongnya
cadangan besi tubuh sewaktu pra-hamil, terutama di negara sedang
berkembang.
Berbagai upaya untuk penanggulangan masalah ini telah
dilakukan, antara lain sejak tahun 1975 Departemen Kesehatan
membuat program pemberian suplemen tablet Fe yang di distribusikan
melalui puskesmas dan posyandu. Akan tetapi banyak kendala yang
menyertai program ini, salah satunya adalah rendahnya kepatuhan ibu
hamil untuk mengkonsumsi tablet besi yang telah diberikan.
Pada intinya kepatuhan lah yang menjadi tolok ukur
keberhasilan program tersebut karena kepatuhan ibu hamil
mengkonsumsi tablet tambah darah akan berdampak baik
kedepannya. Hal ini terbukti dari hasil penelitian yang telah dilakukan
oleh Herlina di wilayah Puskesmas kota Bogor yaitu ibu hamil yang
kurang patuh mengkonsumsi tablet Fe mempunyai proporsi kejadian
anemia sebesar 58.8%, dengan risiko 2.429 kali lebih besar untuk
mengalami anemia.
Salah satu kegiatan yang dapat dilakukan adalah penyuluhan
kesehatan melalui pendekatan individu dan kelompok massa. Hal
tersebut dapat mempengaruhi kepatuhan berobat.

Program Kerja / Tujuan Advokasi yang Ingin Dicapai:

Meningkatkan capaian konsumsi tablet tambah darah ibu hamil


melebihi target puskesmas
Konsumsi tablet tambah darah untuk ibu hamil merupakan
sesuatu yang penting karena anemia pada ibu hamil dapat berdampak
buruk bagi kesehatan jangka panjang. Di wilayah kerja Puskesmas
Situraja masih terdapat desa yang cakupan konsumsi tablet tambah
darahnya dibawah target puskesmas sehingga perlu diberikan
perhatian lebih dengan cara memberikan penyuluhan dan sosialisasi
mengenai pentingnya konsumsi tablet tambah darah bagi ibu hamil
agar menumbuhkan kesadaran terhadap konsumsi tablet tambah
darah, selain itu perlu juga dilakukan sosialisasi mengenai pentingnya
memeriksakan kehamilan agar konsumsi tablet tambah darah ibu
hamil terpantau setiap bulannya.
Kerangka Perencanaan Advokasi

Tim Inti Tupoksi Pendekatan


Kepala Desa 1. Sebagai pemberi Dengan me-
kebijakan lobi dan
negosiasi
kepala desa
untuk
memberikan
kebijakan atas
kegiatan yang
akan
dilaksanakan.
Kepala Puskesmas 1. Menghimbau petugas Dengan
kesehatan untuk melakukan lobi
membentuk program kepala
mengenai peningkatan Puskesmas
Kepatuhan Konsumsi agar terlibat
Tablet Fe dalam
program
pembentukan
Tin Montoring
Konsumsi Fe
Petugas Kesehatan
1. Ahli Gizi 1. Membentuk tim
monitoring Konsumsi Fe
dan pendamping minum
tablet Fe
2. Memberikan
penyuluhan mengenai
program Monitoring
tablet Fe dan
pendamping minum Fe
3. Promkes 1. Memberikan
penyuluhan mengenai
program Monitoring
Konsumsi tablet Fe dan
pendamping minum Fe
4. Bidan Desa 1. Membentuk tim
monitoring konsumsi
tablet Fe dan
pendamping minum
tablet Fe.
2. Menunjuk Pendamping
minum tablet Fe dari
keluarga terdekat ibu
hamil
Ketua PKK 1. Memberikan arahan
(Pembinaan mengenai program
Kesejahteraan yang akan di buat
Keluarga) kepada ibu hamil
Kader Posyandu 1. Menjadi monitoring
pertama kepada ibu
hamil dalam pelaksanan
monitoring tablet Fe
Evaluasi

1. Input
a. SDM
 Apakah ada tim inti ?

Ada tim inti dalam perencanaan advokasi kegiatan


Monitoring Konsumsi Tablet Fe dan Pendamping Minum Tablet
Fe

1) Kepala Desa
2) Kepala Puskesmas
3) Petugas Gizi
4) Petugas Promkes
5) Bidan Desa
6) Ketua TP PKK
7) Kader Posyandu
b. Apakah tim advokator pernah mendapatkan pelatihan advokasi?
Tidak tercantum dalam perencanaa.
c. Data
Apakah ada data yang dapat mendukung kegiatan advokasi ?
Terdapat data hasil studi berupa laporan program yang telah
dilaksanakan dengan hasil sebagai berikut:
1) Konsumsi Fe terdapat satu desa yang belum mencapai target
yaitu desa kaduwulung sebanyak 54% yang harusnya 63.5%

2. Proses
a. Berapa kali advokator melakukan lobi ?
Karena masih dalam perencanaan, jadi belum terlihat frekwensi lobi,
namun sudah ada dalam rencana kegiatan advokasi kepada kepala
desa, kepala puskesmas, ketua PKK, dan kader.
b. Apakah ada pertemuan mengenai masalah yang terkait Konsumsi
Tablet Fe?
Pada Saat Dinamisasi staf dan Minggon Desa
c. Melaksanakan seminar, penyuluhan terkait:
Terdepat kegiatan penyuluhan yang dilaksanakan oleh alhi gizi,
promkes dan bidan desa.
d. Pejabat telah menghadiri acara?
Pada saat minggon desa Telah hadir pejabat terkait seperti camat,
polsek, koramil, kepala desa, PKK untuk mendukung program
monitoring Konsumsi tablet Fe dan pendamping minum Fe ini
berjalan.
e. Apakah isu telah dicantumkan di media social?
Isu tentang Monitoring Konsumsi Tablet Fe dan Pendamping Minum
Fe sudah tersebar di medi sosial.
3. Output
a. Apakah ada kebijakan atau himbauan seperti peraturan daerah dan
surat keputuasan dari pemangku kebijakan terkait kegiatan
Monitoring Konsumsi Tablet Fe dan pendamping Minum Fe di
puskesmas?
Sejauh ini tidak ada peraturan yang mewajibkan program ini di
laksanakan namun di harapkan hasil proses advokasi dengan pihak
pemangku kebijakan dapat dihasilkan surat keputusan terkait
kegiatan tersebut.
b. Apakah ada dukungan terkait dana, tenaga, sarana dan prasarana
dalam mendukung program Monitoring KonsumsiTablet Fe dan
pendamping Minum Fe di puskesmas?
Di harapkan setelah dilaksanakan advokasi di dapatkan dukungan
berupa dana, tenaga, sarana dan prasarana dari pihak pemangku
jabatan.

Anda mungkin juga menyukai