Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Agar gizi pada 1000 HPK dapat optimal, maka perlu memperhatikan: (1)
Pada saat sebelum kehamilan (keadaan gizi dan status kesehatan calon ibu),
(2) Pada saat ibu mengandung (keadaan gizi bumil), (3) Pada saat bayi
berusia 0 – 6 bulan (ASI eksklusif), dan (4) Pada saat anak berusia 6– 24
bulan (MP ASI serta pemberian makanan keluarga). Dari beberapa indiktor
keberhasilan 1000 HPK yang tersebut Puskesmas Situraja Mendapatkan
hasil yang belum mencapai target yang di inginkan yaitu kepatuhan ibu hamil
mengkonsumsi tablet tambah darah, hasilyang di daptkan adalah
IDENTIFIKASI MASALAH
Identifikasi masalah :
PENJAJAKAN WILAYAH
Catatan:
Sasaran global tahun 2025 yang telah disepakati adalah sebagai berikut:
1) Menurunkan proporsi anak balita yang pendek (stunting) sebesar 40%;
2) Menurunkan proporsi anak balilta yang menderita kurus (wasting) < 5%;
3) Menurunkan anak yang lahir berat badan rendah (BBLR) sebesar 30%;
4) Tidak ada kenaikan proporsi anak yang mengalami gizi lebih;
5) Menurunkan proporsi ibu usia subur yang menderita anemia sebanyak
50%; 6) Meningkatkan presentase ibu yang memberikan ASI ekslusif
selama 6 bulan lebih kurang 50%.
Hasil capain hanya menjelaskan distribusi Fe kepada Ibu hamil tidak
menggambarkan keberhasilan konsumsi tablet Fe.
ISU STRATEGIS
Data World Health Organization (WHO) melaporkan bahwa
terdapat 52% ibu hamil mengalami anemia di negara berkembang. Di
Indonesia (Susenas dan Survei Depkes-Unicef) dilaporkan bahwa dari
sekitar 4 juta ibu hamil, separuhnya mengalami anemia gizi dan satu
juta lainnya mengalami kekurangan energi kronis. Ironisnya, diestimasi
dibawah 50% ibu tidak mempunyai cadangan zat besi yang cukup
selama kehamilannya, sehingga risiko defisiensi zat besi atau anemia
meningkat bersama dengan kehamilan.
Menurut WHO 40% kematian ibu dinegara berkembang
berkaitan dengan anemia pada kehamilan dan kebanyakan anemia
pada kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi dan perdarahan akut,
bahkan tidak jarang keduanya saling berinteraksi. Upaya pencegahan
telah dilakukan dengan pemberian tablet besi selama kehamilan. Akan
tetapi hasilnya belum memuaskan. karena dalam kehamilan, terjadi
peningkatan absorpsi dan kebutuhan besi dimana total besi yang
dibutuhkan adalah sekitar 1000 mg.
Kebutuhan yang tinggi dimana cadangan besi di tubuh kosong
maka hal ini tidak dapat dipenuhi melalui diet besi harian dan juga oleh
besi suplemen. Supelemen besi seharusnya diberikan pada periode
sebelum hamil untuk mengantisipasi rendahnya cadangan besi tubuh.
Kegagalan ini mungkin diakibatkan oleh rendahnya bahkan kosongnya
cadangan besi tubuh sewaktu pra-hamil, terutama di negara sedang
berkembang.
Berbagai upaya untuk penanggulangan masalah ini telah
dilakukan, antara lain sejak tahun 1975 Departemen Kesehatan
membuat program pemberian suplemen tablet Fe yang di distribusikan
melalui puskesmas dan posyandu. Akan tetapi banyak kendala yang
menyertai program ini, salah satunya adalah rendahnya kepatuhan ibu
hamil untuk mengkonsumsi tablet besi yang telah diberikan.
Pada intinya kepatuhan lah yang menjadi tolok ukur
keberhasilan program tersebut karena kepatuhan ibu hamil
mengkonsumsi tablet tambah darah akan berdampak baik
kedepannya. Hal ini terbukti dari hasil penelitian yang telah dilakukan
oleh Herlina di wilayah Puskesmas kota Bogor yaitu ibu hamil yang
kurang patuh mengkonsumsi tablet Fe mempunyai proporsi kejadian
anemia sebesar 58.8%, dengan risiko 2.429 kali lebih besar untuk
mengalami anemia.
Salah satu kegiatan yang dapat dilakukan adalah penyuluhan
kesehatan melalui pendekatan individu dan kelompok massa. Hal
tersebut dapat mempengaruhi kepatuhan berobat.
1. Input
a. SDM
Apakah ada tim inti ?
1) Kepala Desa
2) Kepala Puskesmas
3) Petugas Gizi
4) Petugas Promkes
5) Bidan Desa
6) Ketua TP PKK
7) Kader Posyandu
b. Apakah tim advokator pernah mendapatkan pelatihan advokasi?
Tidak tercantum dalam perencanaa.
c. Data
Apakah ada data yang dapat mendukung kegiatan advokasi ?
Terdapat data hasil studi berupa laporan program yang telah
dilaksanakan dengan hasil sebagai berikut:
1) Konsumsi Fe terdapat satu desa yang belum mencapai target
yaitu desa kaduwulung sebanyak 54% yang harusnya 63.5%
2. Proses
a. Berapa kali advokator melakukan lobi ?
Karena masih dalam perencanaan, jadi belum terlihat frekwensi lobi,
namun sudah ada dalam rencana kegiatan advokasi kepada kepala
desa, kepala puskesmas, ketua PKK, dan kader.
b. Apakah ada pertemuan mengenai masalah yang terkait Konsumsi
Tablet Fe?
Pada Saat Dinamisasi staf dan Minggon Desa
c. Melaksanakan seminar, penyuluhan terkait:
Terdepat kegiatan penyuluhan yang dilaksanakan oleh alhi gizi,
promkes dan bidan desa.
d. Pejabat telah menghadiri acara?
Pada saat minggon desa Telah hadir pejabat terkait seperti camat,
polsek, koramil, kepala desa, PKK untuk mendukung program
monitoring Konsumsi tablet Fe dan pendamping minum Fe ini
berjalan.
e. Apakah isu telah dicantumkan di media social?
Isu tentang Monitoring Konsumsi Tablet Fe dan Pendamping Minum
Fe sudah tersebar di medi sosial.
3. Output
a. Apakah ada kebijakan atau himbauan seperti peraturan daerah dan
surat keputuasan dari pemangku kebijakan terkait kegiatan
Monitoring Konsumsi Tablet Fe dan pendamping Minum Fe di
puskesmas?
Sejauh ini tidak ada peraturan yang mewajibkan program ini di
laksanakan namun di harapkan hasil proses advokasi dengan pihak
pemangku kebijakan dapat dihasilkan surat keputusan terkait
kegiatan tersebut.
b. Apakah ada dukungan terkait dana, tenaga, sarana dan prasarana
dalam mendukung program Monitoring KonsumsiTablet Fe dan
pendamping Minum Fe di puskesmas?
Di harapkan setelah dilaksanakan advokasi di dapatkan dukungan
berupa dana, tenaga, sarana dan prasarana dari pihak pemangku
jabatan.