Anda di halaman 1dari 49

Laporan Kasus

Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR)

Pembimbing :

Dr. Andhika Tiurmaida Hutapea, Sp.A (K)

Disusun Oleh:

Rio Yosua Saputra (112017086)

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT ANAK

SMF ILMU PENYAKIT ANAK RSUD CENGKARENG

FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA

PERIODE 04 FEBRUARI 2019 – 13 APRIL 2019


FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
(UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA)
Jl. Arjuna Utara No.6 Kebun Jeruk – Jakarta Barat

KEPANITERAAN KLINIK
STATUS ILMU PENYAKIT ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
Hari / Tanggal Presentasi Kasus : Senin, 11 Maret 2019
SMF ILMU PENYAKIT ANAK
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CENGKARENG

Nama : Rio Yosua Saputra Tanda Tangan


Nim : 112017086 .......................

Dr. Pembimbing : Dr. Andhika Tiurmaida Hutapea, Sp.A (K) ......................

IDENTITAS PASIEN

PASIEN
Nama lengkap : By Ny. NN Suku Bangsa : Jawa
Tanggal lahir (umur) : 01-03-2019 Agama : Islam
Jenis kelamin : Perempuan Pendidikan :-
Alamat : Pedongkelan Belakang RT/RW 16/13 No 4

Orang tua
Ayah
Nama lengkap : Tn. SF Agama : Islam
Tanggal lahir (umur) : 21 tahun Pendidikan : SMP
Suku Bangsa : Jawa Pekerjaan : Driver Gojek
Alamat : Pedongkelan Belakang RT/RW 16/13 No 4

1
Ibu
Nama lengkap : Ny. NN Agama : Islam
Tanggal lahir (umur) : 19 tahun Pendidikan : SMP
Suku Bangsa : Jawa Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Pedongkelan Belakang RT/RW 16/13 No 4

A. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan dengan alloanamnesis, yaitu Ibu dan Ayah pasien pada hari Senin, 4
Maret 2019 jam 18.45

RIWAYAT PENYAKIT

Keluhan utama : Pasien dengan keluhan kuning beberapa jam setelah lahir

Riwayat perjalanan penyakit

Bayi lahir di Puskesmas Kecamatan Cengkareng pada tanggal 01-03-2019 dengan usia
kehamilan 30 minggu, berat badan lahir 2000 gram, dan panjang badan 44 cm. Bayi dilahirkan
secara pervaginam spontan. Menurut ibu pasien, bayi lahir menangis kuat, dan aktif bergerak. Bayi
tampak kuning setelah lahir, tampak lemas dan malas menetek. Bayi tidak dapat ASI yang cukup
karena ASI ibu hanya sedikit. Selama di puskesmas, bayi hanya mendapat ASI dan tidak diberikan
nutrisi lain. Keluhan sesak (-), muntah (-), demam (-), dan kejang (-) selama di puskesmas
disangkal oleh ibu pasien. 2 hari kemudian pasien dirujuk ke RSUD Cengkareng karena kuning.

Riwayat penyakit dahulu

Pasien tidak mempunyai riwayat penyakit alergi, asma, kejang, flek paru, demam
berdarah, penyakit paru, penyakit hati.

Riwayat penyakit keluarga

Ibu pasien mempunyai penyakit diabetes mellitus, penyakit lain seperti asma, kejang, darah
tinggi, penyakit jantung, dan anemia tidak ada pada keluarga pasien.

2
Riwayat Kehamilan Ibu

Ibu pasien mengatakan ini merupakan kehamilan pertama, serta tidak pernah memiliki
riwayat keguguran sebelumnya. Ibu pasien baru 1 kali melakukan ANC selama masa
kehamilannya dengan bidan di puskesmas. Ibu pasien diberikan zat besi dan asam folat saat ANC.
HPHT ibu pasien pada tanggal 30 Juli 2018 dengan usia haid pertama 11 tahun, siklus haid teratur
selama 5-7 hari dan jumlah darah haid normal. Selama hamil, karena ibu os mempunyai penyakit
diabetes mellitus, ibu os mengkonsumsi obat diabetes (Sitagliptin 1x1) selama 3 bulan pertama
masa kehamilannya, lalu di-stop oleh saran dokter. Selain diabetes tidak ada penyakit lain seperti
darah tinggi selama kehamilan. Ibu pasien tidak merokok dan minum alkohol, ayah pasien juga
tidak merokok. Berat badan ibu meningkat dari 39 kg hingga 45 kg selama masa kehamilan. Nafsu
makan ibu ketika hamil berkurang terutama pada 2-3 bulan pertama kehamilan karena ibu pasien
merasa mual hebat. Ibu pasien juga mengaku asupan nutrisi yang dikonsumsi sama saja seperti
saat ibu tidak hamil, dengan porsi yang hanya sedikit lebih banyak dari biasanya. Ibu pasien
mengkonsumsi sayur dan buah, tetapi jarang mengkonsumsi daging. Keluhan seperti pandangan
kabur, nyeri ulu hati, nyeri kepala, kejang selama kehamilan disangkal.
Ibu pasien mengaku hanya mules sedikit saat usia kehamilannya sekitar 30 minggu, tetapi
ibu pasien memeriksakan dirinya ke puskesmas pada 27 Februari 2019 jam 10.00 dikarenakan
keluarnya air-air jernih tidak berbau disertai lendir darah. Hasil pemeriksaan dalam serviks tebal
lunak, pembukaan 3 cm, kepala Hodge I, dan ketuban masih ada. Ibu pasien mengatakan di
puskesmas diberikan pematangan paru selama 2 hari dan penekan kontraksi. Pada tanggal 01-03-
2019 pembukaan lengkap, ketuban pecah spontan, his adekuat, dan penurunan kepala baik,
sehingga bayi lahir spontan pervaginam jam 23.00 di puskesmas dengan laserasi perineum grade
I. Plasenta lahir normal tanpa ada kesulitan.

Riwayat Persalinan

Bayi lahir pervaginam spontan 30 minggu, ketuban jernih dengan berat badan lahir 2000
gram, panjang badan lahir 44 cm, lingkar kepala 31 cm, dan lingkar dada 28 cm. Pasien langsung
menangis, gerakan aktif, dan kulit kemerahan. Nilai APGAR score pada menit pertama 7 dan pada
menit kedua 9. Pasien tidak memiliki kelainan bawaan.

3
RIWAYAT PERKEMBANGAN

Pertumbuhan gigi pertama : Belum ada

Mengikuti objek dengan mata :+

Bereaksi terhadap suara/bunyi :+

Psikomotor :-

RIWAYAT IMUNISASI

Belum dilakukan imunisasi

RIWAYAT NUTRISI

ASI

PEMERIKSAAN FISIK

Tanggal : Senin, 4 Maret 2019 Jam 15.30

PEMERIKSAAN UMUM

Keadaan umum : Pasien tampak sakit sedang

Kesadaran : Compos mentis

Tanda vital :

Frekuensi nadi : 127 kali/menit, kuat, reguler

Tekanan darah :-

Frekuensi napas : 42 kali/menit, regular

Suhu : 36,9 0 C

Saturasi oksigen : -

Data antropometri

Berat badan lahir : 2000 gram

4
Berat badan masuk : 1800 gram

Panjang badan : 44 cm

Lingkar kepala : 31 cm

Lingkar dada : 28 cm

Interpretasi Fenton Growth Chart

1. Berat Badan : >P90% (Besar Masa Kehamilan)

2. Tinggi Badan : >P90% (Besar Masa Kehamilan)

5
3. Lingkar Kepala : >P90% (Besar Masa Kehamilan)

PEMERIKSAAN SISTEMATIS

Kepala

Bentuk dan ukuran : Makrosefali, ubun-ubun besar dan ubun-ubun kecil belum
menutup, tidak ada sefalhematoma dan caput succedaneum

Rambut dan kulit kepala : Berwarna hitam, lebih tebal di bagian belakang
dibandingkan bagian depan.

Mata : Pupil bulat isokor, konjungtiva tidak anemis, sklera


ikterik, tidak ada sekret

Telinga : Normotia, liang telinga lapang

Hidung : Simetris, liang hidung lapang, septum deviasi (-), nafas


cuping hidung (-), sekret (-)

Bibir : Bibir lembab tidak pecah-pecah, warna merah muda,


mukosa lembab, tidak sianosis

Gigi geligi : Belum ada

Lidah : Papil tidak atrofi

6
Tonsil : Sulit dinilai

Faring : Sulit dinilai

Leher

Tiroid : Tidak ada pembesaran

Kelenjar getah bening : Tidak ada pembesaran

Thoraks

Dinding toraks : Bentuk dinding toraks normal, pektus karinatum (-),


pektus ekskavatum (-), barrel chest (-), retraksi (-)

Paru

Inspeksi : Simetris kanan dan kiri saat statis dan dinamis, tidak ada
bagian yang tertinggal

Palpasi : Vokal fremitus sulit dinilai

Perkusi : Tidak dilakukan

Auskultasi : Vesikuler, Ronkhi -/-, Wheezing -/-

Jantung

Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak


Palpasi : Ictus cordis teraba kuat pada ICS IV garis midclavicularis
kiri
Perkusi : tidak dilakukan

Auskultasi : Bunyi jantung I-II reguler, murmur (-), gallop (-)

Abdomen
Inspeksi : Sedikit membuncit, tidak tampak lesi dan benjolan, tali
pusat tampak kering

7
Palpasi : Supel, massa (-), lesi (-)

Hati : Tidak teraba pembesaran

Lien : Tidak teraba pembesaran

Perkusi : Tidak dilakukan

Auskultasi : Bising usus (+)

Anus dan rectum : Anus (+)

Genitalia : Tidak tampak adanya kelainan, labia minor prominen

Anggota gerak : Deformitas (-), sianosis (-), CRT < 2 detik, akral hangat,
edema (-)

Tulang belakang : Benjolan (-), kelainan tulang belakang (-)

Kulit : Turgor kulit elastis, tampak kuning (+), sianosis (-)

Kelenjar getah bening : Tidak tampak pembesaran KGB

Pemeriksaan neurologis : Refleks moro +, refleks Babinski +, reflek menghisap +


dan reflek rooting +, refleks palmar +

Ballard Score

Neuromuskular :
Jumlah :11

8
Fisik :
Jumlah : 6

Total : 17

PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Tanggal (Jam)
Jenis Pemeriksaan 3/3/2019 3/3/2019 4/3/2019 5/3/2019 Rujukan Satuan
(12.04) (18.16) (7.11) (8.51)
Hemoglobin 19.8 - - - 15.0-24.6 g/dL
Hematokrit 58 - - - 50-82 %
Leukosit 12.9 - - - 9.4-34.0 x1000/uL
Trombosit 439 - - - 229-553 x1000/uL
Bilirubin Total 19.8 - 12.4 7.4 <7.0 mg/dL
Bilirubin Direk 0.6 - 0.4 0.2 0-0.2 mg/dL
Bilirubin Indirek 19.2 - 12 7.2 <0.6 mg/dL
Glukosa Sure Step 31 81 91 84 50-110 mg/dL

RINGKASAN

Pasien bayi lahir dari ibu diabetes tipe II umur 19 tahun G1P1A0 masa gestasi 30 minggu
presentasi kepala dan tunggal secara pervaginam spontan, ketuban jernih. APGAR score 7/9,
ballard score 30 minggu. Berat badan lahir 2000 gram, panjang badan 44 cm, lingkar kepala 31
cm, lingkar dada 28 cm. Frekuensi nadi 127x/menit, pernapasan 42x/menit, dan suhu 36.9 0C.
Anus (+), mekonium (+), dan tidak terdapat kelainan kongenital. Nutrisi ibu saat mengandung
kurang adekuat, berat badan ibu hanya bertambah 6 kg. Ibu os hanya 1 kali ANC selama masa
kehamilannya dengan bidan di puskesmas dan diberikan tablet besi dan asam folat untuk
dikonsumsi. Ibu juga mengkonsumsi obat diabetes Sitaglipin 1x1 selama 3 bulan pertama
kehamilannya. Pada saat lahir, bayi tampak kuning, lemas serta malas minum. Hasil pemeriksaan

9
fisik bayi tampak kuning sampai pangkal paha, dan sklera ikterik pada kedua mata. Hasil
pemeriksaan penunjang menunjukkan kadar bilirubin total 19.8 mg/dL dan glukosa 31 mg/dL.

DIAGNOSIS KERJA

1. Hiperbilirubinemia
2. Hipoglikemi
3. Neonatus Kurang Bulan-Besar Masa Kehamilan (NKB-BMK)
4. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)

ANJURAN PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Cek golongan darah


2. Coombs Test

PENATALAKSANAAN
1. Non medikamentosa
 3/3/2019 di Perina :
- Diet ASI : 8 x 30-35 cc untuk nutrisi bayi per hari setelah hipoglikemi
teratasi
- Pertahankan bayi tetap hangat (36.5-37.5C (rawat dalam inkubator))
2. Medikamentosa
 3/3/2019 di IGD :
- IVFD D10% 2cc/kgBB/jam bolus untuk terapi hipoglikemi
- IVFD D10% 90cc/kgBB/hari drip untuk terapi hipoglikemi
 3/3/2019 di Perina :
- Blue light dengan target Bilirubin Total <10 mg/dL untuk terapi
hiperbilirubin

PROGNOSIS
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad fungsionam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam

10
ANALISIS KASUS

Hiperbilirubinemia

Hiperbilirubinemia adalah peningkatan kadar plasma bilirubin 2 standar deviasi atau lebih
dari kadar yang diharapkan berdasarkan umur bayi atau lebih dari persentil 90. Pada kasus ini, bayi
berumur 37-38 jam dengan kadar bilirubin total 19.8 mg/dL, sehingga dapat didiagnosa
hiperbilirubinemia dikarenakan kadar bilirubin lebih dari persentil 90.

Hiperbilirubin pada NKB-BBLR dapat terjadi akibat kelainan metabolisme bilirubin yang
disebabkan oleh hipoalbumin akibat imaturitas ginjal, sehingga bilirubin tidak terkonjugasi tidak
dapat dipindahkan dari plasma ke hepar karena butuh albumin untuk mengikat dan memindahkan
bilirubin tersebut. Selain itu, terjadinya defisiensi enzim UGT akibat imaturitas hepar, sehingga
biluribin tidak terkonjugasi tidak dapat dikonversi menjadi bilirubin terkonjugasi di retikulum
endoplasma halus. Pada kasus ini, hiperbilirubin juga terjadi akibat kurangnya intake enteral yang
didapat bayi setelah lahir. Hal ini mengakibatkan terjadi peningkatan sirkulasi enterohepatik, yaitu
perubahan kembali bilirubin terkonjugasi didalam usus akibat enzim beta glucuronidase menjadi
bilirubin tidak terkonjugasi, yang akan dibawa kembali ke hepar. Kurangnya intake enteral juga
mengakibatkan pengurangan uptake bilirubin ke hepar.
Tatalaksana yang dapat dilakukan pada hiperbilirubin adalah terapi sinar. Pemancaran sinar
dapat menurunkan kadar bilirubin akibat adanya reaksi fotoisomerisasi, dimana isomer natural dari
bilirubin tidak terkonjugasi dapat dikonversi menjadi polar isomer yang dapat berdifusi ke darah
dan di ekskresikan kedalam kandung empedu tanpa melalui fase konjugasi. Selain itu, juga terjadi
perubahan isomerisasi dari struktur bilirubin menjadi lumirubin yang dapat secara cepat di
11
ekskresikan melalui kandung empedu dan urin tanpa melalui fase konjugasi. Dalam hal ini,
dilakukan terapi dengan Blue Light sampai kadar bilirubin total <10 mg/dL agar mencapai target
menurut tabel yaitu dibawah garis tidak putus-putus (higher risk infants).

Hipoglikemia

Hipoglikemi adalah kadar glukosa darah kurang dari 50 mg/dL (<50 mg/dL). Didiagnosa
hipoglikemi atas dasar pemeriksaan glukosa darah saat masuk IGD yaitu 31 mg/dL. Penyebab
terjadinya hipoglikemi pada NKB-BBLR antara lain akibat kelainan metabolisme glukosa
(kurangnya aktivitas dari hepatic glucose phosphate yang berperan dalam glikolisis dan
glukoneogenesis), hipotermia (lebih sering pada BBLR) yang dapat mencetuskan hipoglikemi
akibat penggunaan glukosa lebih banyak dari seharusnya, cadangan glikogen yang sedikit, serta
kurangnya asupan pada bayi intrauterin dan ekstrauterin. Pada kasus ini, bayi lahir dari ibu
diabetik, sehingga hiperinsulinemia pada bayi baru lahir dapat terjadi, terutama pada ibu yang gula
darahnya tidak terkontrol saat kehamilan. Kadar glukosa darah ibu tidak diketahui secara pasti,
tetapi ibu hanya minum obat DM saat 3 bulan (12 minggu) pertama kehamilan.
Tatalaksana hipoglikemia pada kasus ini sudah sesuai dengan protap tatalaksana
hipoglikemi menurut buku ajar resusitasi neonatus dari IDAI, yaitu bolus D10% 2cc/kgBB selama
1 jam, diulang sebanyak 2x dengan dosis maintenance drip D10% 90cc/kgBB/hari. Pengulangan
bolus dilakukan hanya jika kadar glukosa tetap <50 mg/dL.

12
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)

Bayi berat lahir rendah adalah keadaan dimana berat bayi lahir kurang dari 2500 gram
(<2500 gram) tanpa memandang usia gestasi. Hal ini sesuai dengan diagnosa BBLR pada kasus
ini dikarenakan bayi lahir dengan berat badan 2000 gram. Faktor risiko yang dapat menyebabkan
BBLR adalah usia gestasi yang kurang (karena itu seringkali disertai oleh NKB). Selain
diakibatkan oleh usia gestasi yang kurang, pada kasus ini faktor risiko maternal cukup
mempengaruhi, seperti usia yang terlalu muda (19 tahun), penderita diabetes mellitus, kenaikan
berat badan <0.9 kg setiap 4 minggu, serta asupan gizi yang kurang selama masa kehamilannya.
Pada pasien BBLR, banyak masalah yang dapat terjadi, contohnya seperti hiperbilirubinemia,
hipoglikemia, maupun hipotermia.
Tatalaksana BBLR dilakukan sesuai dengan masalah yang ada. Pengontrolan suhu
dilakukan untuk mencegah bayi hipotermi, yaitu rawat dalam inkubator dengan suhu 36.5-37.5oC.
Diet ASI diberikan 8x30-35 cc untuk memenuhi status nutrisi bayi. Hal ini sesuai dengan panduan
minum pada bayi dengan BB 2000-2500 gram dalam pedoman pelayanan medis oleh IDAI, yaitu
pemberian ASI sebagai pilihan utama dengan pemberian minimal 8x atau lebih jika bayi mau (ad
libitum). Total cairan yang diberikan 60-80 cc/kgBB/hari ditingkatkan sampai 120-160/kgBB/hari
dalam minggu pertama.

Neonatus Kurang Bulan-Besar Masa Kehamilan (NKB-BMK)

Definisi bayi kurang bulan adalah masa gestasi <37 minggu. Diagnosis neonatus kurang
bulan sesuai pada kasus ini karena masa gestasi bayi hanya 30 minggu. Sedangkan definisi besar
masa kehamilan adalah jika berat badan menurut gestasi, lingkar kepala menurut gestasi, dan
panjang badan menurut gestasi berada diatas persentil 90 menurut grafik Fenton. Faktor risiko
yang menyebabkan bayi BMK pada kasus ini adalah bayi yang lahir dari ibu diabetik.
Tatalaksana cairan diberikan melalui OGT (Orogastric Tube) dikarenakan pasien baru 30
minggu, sehingga walaupun refleks menelan sudah mulai muncul, tetapi koordinasi refleks
menelan, menghisap, dan bernapas belum sempurna.

13
TINJAUAN PUSTAKA

Pendahuluan
Bayi prematur adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan kurang dari 37 minggu.
Diperkirakan sekitar 15 juta bayi lahir prematur di dunia setiap tahunnya dan jumlah ini semakin
meningkat. Dari 184 negara di dunia, prevalensi kelahiran prematur berkisar dari 5%-18% dari
seluruh bayi yang lahir. Bayi prematur membutuhkan asupan nutrisi yang cukup untuk proses
tumbuh kejar yang lebih cepat. Pemberian nutrisi adekuat bagi bayi prematur diharapkan dapat
mencapai tahapan tumbuh kembang yang optimal seperti bayi cukup bulan sehingga akan
diperoleh kualitas hidup yang juga optimal. Bayi prematur mempunyai kemampuan penyediaan
nutrisi yang terbatas, metabolisme yang belum matur, jalur penyerapan yang belum sempurna, dan
beberapa permasalahan yang berkaitan dengan belum matangnya proses perkembangan fungsi
oromotor sehingga berisiko terjadi kekurangan gizi. Indonesia merupakan negara kelima tertinggi
di dunia dengan jumlah kelahiran bayi prematur sekitar 675.700 per tahun. Kejadian hambatan
pertumbuhan pascakelahiran bayi prematur masih cukup tinggi. Oleh karena itu, manajemen
nutrisi pada bayi prematur dan bayi berat lahir rendah (BBLR) atau bayi berat lahir sangat rendah
(BBLSR) sangat penting untuk mencegah terjadinya gagal tumbuh pada bayi prematur. Menurut
Riskesdas tahun 2013, jumlah kelahiran BBLR tahun 2013 adalah 10,2%, mengalami penurunan
sedikit dibanding tahun 2010 sebesar 11,1%.1
BBLR sampai saat ini masih merupakan masalah di seluruh dunia, karena menjadi salah
satu penyebab utama kesakitan dan kematian pada masa neonatal. Prevalens BBLR masih cukup
tinggi terutama di negara-negara dengan sosio-ekonomi rendah. Secara statistik di seluruh dunia,
15.5% dari seluruh kelahiran adalah BBLR, 90% kejadian BBLR didapatkan di negara
berkembang dan angka kematiannya 20-35 kali lebih tinggi dibanding pada bayi dengan berat lahir
>2500 gram. Angka kejadian di Indonesia sangat bervariasi antara satu daerah dengan daerah lain,
yang berkisar antara 9-30%.2

Definisi dan Klasifikasi BBLR

BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram (sampai dengan
2499 gram), tanpa memandang usia gestasi. BBLR tidak harus selalu dalam keadaan kurang bulan,
walaupun BBLR paling sering disebabkan oleh kurangnya masa kehamilan. BBLR bisa saja cukup

14
bulan, atau sebaliknya tidak semua bayi yang lahir >2500 gram lahir aterm. BBLR pada bayi
kurang bulan biasanya mengalami penyulit seperti gangguan nafas, jantung, metabolisme,
lambung, termoregulasi, resiko infeksi lebih tinggi dan lain-lain. Sementara BBLR yang cukup
atau lebih bulan pada umumnya organ tubuhnya sudah matur sehingga tidak terlalu bermasalah
dalam perawatannya, walaupun dalam pemberian nutrisinya tetap harus diperhatikan.3,4
BBLR dapat digolongkan menurut berat lahir dan menurut masa gestasinya. Menurut berat
lahir, klasifikasi Berat Badan lahir Rendah dibagi menjadi 3 yaitu BBLR (Berat Bayi Lahir
Rendah) jika berat badan bayi lahir 1500 hingga 2499 gram, BBLSR (Berat Bayi Lahir Sangat
Rendah) jika bayi lahir dengan rentang berat 1000-1499 gram sedangkan BBLASR (Berat Bayi
Lahir Amat Sangat Rendah) jika bayi lahir dengan berat dibawah 1000 gram. Jika digolongkan
menurut masa gestasinya, dibagi menjadi prematuritas murni dan dismaturitas. Pada prematuritas
murni, masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai dengan berat badan
untuk masa gestasi tersebut yaitu <37 minggu atau dikenal juga dengan istilah neonatus kurang
bulan sesuai untuk masa kehamilan (NKB-SMK). Kelompok BBLR ini sering mendapatkan
penyulit dan komplikasi akibat kurang matangnya organ karena masa gestasi yang kurang.
Sedangkan dismaturitas adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya
untuk masa gestasi itu, bisa terjadi pada neonatus cukup bulan kecil masa kehamilan (NCB-KMK),
neonatus lebih bulan kecil masa kehamilan (NLB-KMK), atau neonatus kurang bulan kecil masa
kehamilan (NKB-KMK). Salah satu penyebabnya adalah bayi mengalami restriksi pertumbuhan
intrauterin (Intrauterine Growth Restriction / IUGR). Hal ini dapat disebabkan oleh terganggunya
sirkulasi dan efisiensi plasenta yang paling disebabkan penyulit pada kehamilan (seperti darah
tinggi atau diabetes mellitus), kurang baik asupan nutrisi ibu selama kehamilan, ataupun hambatan
pertumbuhan dari bayi sendiri.3,4

15
Gambar 1. Klasifikasi Bayi Baru Lahir7

Definisi Prematur dan Terminologi

Definisi bayi prematur menurut WHO adalah bayi yang lahir sebelum usia gestasi 37
minggu. Selanjutnya berdasarkan usia gestasi, bayi dikelompokan sebagai berikut:1

- Amat sangat prematur (extremely preterm): Jika lahir pada usia gestasi <28 minggu
- Sangat prematur (very preterm): Jika lahir pada usia gestasi 28 minggu sampai sampai <32
minggu
- Moderate to late preterm: Jika lahir pada usia gestasi 32 minggu sampai <37 minggu

Beberapa terminologi yang berkenaan dengan kondisi prematur selain BBLR adalah
sebagai berikut:1

- Kecil masa kehamilan (KMK): bila berat lahir <P10 menurut masa gestasi grafik Lubchenco
- Sesuai masa kehamilan (SMK): bila berat lahir berada antara P10 dan P90 menurut masa
gestasi grafik Lubchenco
- Besar masa kehamilan (BMK): bila berat lahir >P90 menurut masa gestasi grafik
Lubchenco

16
Gambar 2. Grafik Masa Kehamilan

Anamnesis

Anamnesis yang perlu dilakukan untuk menegakkan diagnosis BBLR adalah umur ibu
(<20 th atau >40 th), Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT), kenaikan berat badan selama hamil,
aktivitas, penyakit yang diderita seperti hipertensi, diabetes mellitus, asma, penyakit jantung,
infeksi selama kehamilan, kelainan genetik, maupun riwayat operasi sebelumnya, selain itu obat-
obatan yang diminum selama hamil, gaya hidup seperti merokok dan minum alkohol atau riwayat
terkena radiasi juga ditanyakan.2,4
Riwayat perkawinan juga ditanyakan seperti sudah berapa kali menikah dan sudah berapa
lama menikah, apakah ada komplikasi atau penyulit pada kehamilan terdahulu, apakah pernah
keguguran dan berapa kali keguguran. Riwayat persalinan seperti sudah berapa kali bersalin,
riwayat persalinan terdahulu seperti komplikasi, berat badan bayi waktu lahir, persalinan secara
sectio cesarea atau pervaginam, apakah pervaginam secara spontan atau menggunakan ekstraksi
forceps ataupun vakum.2,4

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik pada bayi BBLR yang dapat ditemukan adalah berat badan <2500 g dan
tanda-tanda prematuritas bila bayi kurang bulan seperti refleks yang lemah, areola yang tidak jelas
atau belum prominen, alat kelamin jika perempuan maka labia mayor belum menutup labia minor
dan laki-laki belum terjadi penurunan testis & kulit testis rata. Selain itu tanda bayi cukup bulan
atau lebih bulan juga dapat ditemukan bila bayi kecil untuk masa kehamilan seperti kulit keriput
dan kuku lebih panjang.2,4

17
Pada bayi baru lahir dilakukan pemeriksaan untuk menilai adaptasi neonatus dari
kehidupan intrauterin ke ekstrauterin dengan cara menghitung APGAR score pada menit pertama
dan kedua kehidupan. Kriteria yang dinilai adalah laju jantung, usaha nafas, tonus otot, reflek
terhadap rangsangan dan warna kulit. Setiap kriteria diberi nilai 0,1,2 sehingga neonatus dapat
memperoleh nilai 0 sampai 10. Penilaian dilakukan pada menit pertama setelah lahir yang
memberikan petunjuk adaptasi neonatal .Neonatus yang beradaptasi dengan baik mempunyai nilai
apgar antara 7-10. Nilai 4-6 menunjukan asfiksia ringan sampai sedang sedangkan nilai 0-3
menunjukan derajat asfiksia berat.5,6

Tabel 1. Nilai APGAR6

Ballard Score paling baik dilakukan <12 jam jika masa gestasi bayi <26 minggu kehamilan.
Jika bayinya >26 minggu kehamilan, paling baik dilakukan <96 jam. Akurasi Ballard Score masih
bisa dipakai sampai dengan umur 2 minggu. Pemeriksaan ini terdiri dari 6 kriteria neuromuskuler
dan 6 kriteria fisik, ke 12 skor tersebut lalu dijumlahkan, dan skor tersebut menandakan usia
kehamilan. Pada kriteria neuromuskular, yang dinilai adalah :5,6

- Postur, skor 0 jika lengan dan kaki ekstensi, dan skor +1 jika bayi sudah mulai fleksi lutut
dan pinggul, dengan lengan posisi ekstensi, skor +2 terjadi fleksi penuh pinggul dan lutut,
skor +3 kaki fleksi dan abduksi, lengan fleksi ringan dan skor +4 fleksi penuh lengan dan
kaki.
- Pada square window (wrist), tangan fleksi pada pergelangan dan beri cukup tekanan untuk
mendapatkan posisi sefleksi mungkin, sudut antara emninensia hipotenar dan bagian
anterior lengan bawah di ukur secara visual dan dinilai sesuai dengan tabel.

18
- Pada arm recoil lenturkan lengan bawah selama 5 detik kemudian pegang tangan dan
sepenuhnya rentangkan lengan dan lepaskan. Jika lengan kembali kedalam keadaan fleksi
penuh, berikan skor +4. Untuk tingkat fleksi yang lebih rendah, skor seperti yang tercantum
dalam tabel.
- Pada sudut popliteal, tahan bagian paha di posisi mendekati dada, dan dengan tangan yang
lain kaki di ekstensikan dan sudut yang didapat dinilai seperti tabel.
- Pada tanda syal (scarf sign), ambil tangan bayi dan coba dan tarik melintasi leher sejauh
mungkin melewati bahu yang berlawanan. Skor sesuai diagram.
- Pada pemeriksaan tumit ke telinga, pegang kaki bayi dengan satu tangan dan gerakkan
kearah keapala sedekat mungkin tanpa melakukan paksaan. Kemudian nilai seperti pada
gambar.

Pada pemeriksaan kematangan fisik, yang dinilai adalah: 5,6

- Kulit, dengan melihat kulit secara seksama. Bayi yang sangat prematur memiliki kulit yang
lengket, dan transparan (skor +1).
- Lanugo, diperiksa pada punggung bayi diatas skapula bayi.
- Pada permukaan plantar, ukur panjang kaki dari ujung jempol kaki ke bagian belakang
tumit. Jika hasilnya <40 mm, berikan skor –2. Jika ukuran antara 40 dan 50 mm, berikan
skor –1. Jika ukurannya > 50 mm dan tidak ada lipatan yang terlihat di permukaan plantar,
berikan skor 0. Jika ada kerutan, beri skor yang sesuai dengan tabel.
- Pada pemeriksaan payudara dilakukan palpasi jaringan payudara dan dinilai berdasarkan
tabel.
- Pada pemeriksaan mata dan telinga. Kelopak mata yang sangat menyatu didefinisikan
sebagai tertutup, tetapi jika dengan traksi/penarikan dengan lembut dapat membuka,
skornya adalah –1, penilaian sisanya mengikuti tabel.
- Pada genitalia, skor sesuai dengan tabel.

19
Gambar 1. Ballard Score6

Pemeriksaan Penunjang

Pada pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain darah rutin, glukosa darah,
kalau perlu diperiksakan juga kadar elektrolit dan analisa gas darah, Foto rontgen dada diperlukan
pada bayi baru lahir dengan umur kehamilan kurang bulan dan mengalami sindrom gangguan
napas. Selain itu, USG kepala terutama pada bayi dengan umur kehamilan <35 minggu, dimulai
pada umur 3 hari dan dilanjutkan sesuai hasil yang didapat.2

20
Masalah pada BBLR

Masalah lebih sering dijumpai pada Bayi Kurang Bulan dan BBLR dibanding dengan Bayi
Cukup Bulan dan Bayi Berat Lahir Normal (2500-4000 g). Bayi kurang bulan dan BBLR sering
mempunyai masalah sebagai berikut:4,6,7,8

A. Ketidakstabilan suhu

Bayi memiliki kesulitan untuk mempertahankan suhu tubuh akibat peningkatan hilangnya
panas, kurangnya lemak sub kutan, rasio luas permukaan terhadap berat badan yang besar
sehingga lebih mudah kehilangan panas, produksi panas yang berkurang akibat lemak coklat
yang tidak memadai, ketidakmampuan bayi untuk menggigil, kemampuan vasokonstriksi
rendah, tonus dan kemampuan fleksi rendah dan kulit yang tipis. Hipotermia dapat
menimbulkan respon berupa vasokonstriksi pembuluh darah perifer, peningkatan aktivitas dan
postur tubuh fleksi, serta metabolisme lemak coklat guna menurunkan kehilangan panas dan
meningkatkan produksi panas, sehingga respon tersebut akan meningkatkan laju metabolisme
serta konsumsi oksigen dan glukosa yang lebih banyak sehingga dapat memicu terjadinya
hipoksia dan hipoglikemi.

B. Kesulitan pernapasan

Bayi dengan BBLR mengalami kesulitan pernapasan segera setelah lahir oleh karena
defisiensi surfaktan paru yang mengarah ke penyakit membrane hialin atau sekarang disebut
juga sindrom distress napas dimana surfaktan bekerja untuk mengurangi tekanan (surface
tension) sehingga alveoli tidak kolaps. Selain itu, risiko aspirasi juga dapat terjadi akibat belum
terkoordinasinya refleks batuk, refleks menghisap, dan refleks menelan. Dinding thoraks masih
dapat menekuk dan otot pembantu respirasi masih lemah. Masalah lain seperti pernapasan
periodik, bradipnea atau apnea juga dapat terjadi. Jika dibiarkan, maka dapat berlanjut ke BPD
(Bronchopulmonary Dysplasia) dimana didefinisikan sebagai ketergantungan terhadap oksigen
sampai dengan 28 hari kehidupan pertamanya. Kejadian BPD kurang lebih 30% pada BBLASR.

21
C. Kelainan gastrointestinal dan nutrisi

Masalah gastrointestinal yang dapat terjadi refleks hisap dan telan yang buruk terutama
sebelum 34 minggu, motilitas usus yang menurun, pengosongan lambung tertunda / lambat
sehingga bayi lebih mudah muntah, pencernaan dan absorpsi vitamin yang larut dalam lemak
berkurang, defisiensi enzim laktase pada brush border usus, menurunnya cadangan kalsium,
fosfor, protein, dan zat besi dalam tubuh, dan meningkatnya resiko EKN (Enterokolitis
nekrotikans). Sehingga hal ini dapat mengakibatkan nutrisi yang tidak cukup bagi
perkembangan bayi. Nutrisi yang tidak adekuat juga dapat meningkatkan sirkulasi
enterohepatik dan mengurangi uptake bilirubin ke reticulum endoplasma halus sehingga dapat
terjadi hiperbilirubin.

D. Imaturitas hati

Imaturitas hati dapat menyebabkan gangguan konjugasi akibat kurangnya kadar enzim
UGT (uridine diphosphoglucuronate glucuronyl transferase) dan ekskresi bilirubin yang
terganggu sehingga dapat menyebabkan timbulnya hiperbilirubin, serta terjadinya defisiensi
faktor pembekuan seperti contohnya vitamin K sehingga mudah untuk terjadi perdarahan.

E. Imaturitas ginjal

Pada bayi berat lahir rendah, imaturitas ginjal mengakibatkan ketidakmampuan untuk
mengekskresi solute load besar dan dapat terjadi akumulasi asam anorganik dengan asidosis
metabolik. Selain itu ketidakseimbangan elektrolit, misalnya hiponatremia atau hypernatremia,
hyperkalemia, hipoalbumin, dan glikosuria ginjal. Rendahnya kadar albumin juga dapat
mengakibatkan hiperbilirubinemia dikarenakan bilirubin tidak terkonjugasi tidak dapat dibawa
ke hepar dari pembuluh darah.

F. Imaturitas imunologis

Pada bayi berat lahir rendah, lebih tinggi untuk mengalami risiko infeksi lebih tinggi akibat
tidak banyaknya transfer IgG maternal melalui plasenta selama trimester ketiga, aktivitas
fagositosis yang terganggu, dan penurunan faktor komplemen.

22
G. Kelainan neurologis

Bayi berat lahir rendah masalah yang terjadi adalah refleks isap dan telan yang imatur,
penurunan motilitas usus, apnea dan bradikardia berulang, perdarahan intraventrikel dan
leukomalasia periventrikel, pengaturan perfusi serebral yang buruk, Hypoxic Ischemic
Encephalopathy (HIE), retinopati prematuritas, kejang, dan hipotonia.

H. Kelainan kardiovaskular

Hal yang umum ditemukan adalah Patent Ductus Arteriosus (PDA) yaitu tidak
menutupnya duktus arteriosus pada jantung, hipotensi ataupun hipertensi. Bradikardia atau
takikardia juga dapat terjadi.

I. Kelainan hematologis

Pada bayi berat lahir rendah dapat terjadi anemia (onset dini atau lanjut), Disseminated
Intravascular Coagulation (DIC), dan Hemorrhagic Disease of the Newborn (HDN).

J. Kelainan metabolisme

Pada bayi berat lahir rendah dapat terjadi hiperbilirubinemia, hipokalsemia, hipoglikemia
maupun hiperglikemia. Hipoglikemia dapat terjadi akibat kurangnya cadangan glikogen
pada BBLR, hiperinsulinemia pada bayi yang lahir dari ibu diabetik, hipotermia yang
mengakibatkan pemakaian glukosa berlebih, dan nutrisi tidak adekuat selama kehamilan.

K. Kelainan sensorik

Dapat terjadi gangguan pada mata dan telinga. Pada mata dapat terjadi kelainan refraksi,
ambliopia, strabismus, anisometropia, ataupun ROP (Retinopathy of prematurity). Pada
telinga dapat terjadi dis-sinkronisasi auditori tau auditori neuropati sehingga bayi dapat
mengalami gangguan pendengaran.

23
Etiologi

Penyebab terbanyak terjadinya BBLR adalah kelahiran prematur. Faktor lain selain usia
kehamilan terletak pada ibu, plasenta ataupun dari janinnya sendiri. Faktor ibu yaitu faktor umur
(<20 th dan >40 th), paritas, status gizi, asupan nutrisi, kebiasaan ibu seperti merokok, minum
alkohol, atau minum obat-obatan terutama narkotika, dan penyakit penyerta selama kehamilan
seperti hipertensi, pre-eklampsi, eklampsi, maupun diabetes mellitus, yang dimana penyakit
tersebut dapat mempengaruhi plasenta sehingga nutrisi yang didapat oleh bayi tidak adekuat.
Infeksi pada kehamilan maupun anemia pada ibu juga dapat mempengaruhi pertumbuhan janin.
Faktor janin yang dapat mempengaruhi kejadian BBLR adalah kelainan kromosom, kehamilan
kembar/ganda (gemeli), dan prematur.2,5

Tabel 2. Faktor Maternal pada BBLR6

Tabel 3. Faktor Plasenta pada BBLR6

24
Patofisiologi

Terdapat banyak penyebab gangguan pertumbuhan intrauterin dan efeknya terhadap janin
bervariasi sesuai dengan cara dan lama terpapar serta tahap pertumbuhan janin saat penyebab
tersebut terjadi. Walaupun setiap organ dapat terpengaruh, efeknya pada tiap organ tidak sama.
Jika gangguan pertumbuhan terjadi pada akhir kehamilan, pertumbuhan jantung, otak, dan tulang
rangka tampak paling sedikit terpengaruh, sedangkan ukuran hati, limpa, dan timus sangat
berkurang. Sebaliknya jika gangguan terjadi pada awal kehamilan tampak pertumbuhan otak dan
tulang rangka pun terganggu. Berikut adalah berbagai penyebab gangguan pertumbuhan
intrauterin.

 Plasenta
Pada pertumbuhan intrauterin normal, pertambahan berat plasenta sejalan dengan
pertambahan berat janin, tetapi walaupun untuk terjadinya bayi besar dibutuhkan plasenta
yang besar, tidak demikian sebaliknya. Namun demikian, berat lahir memiliki hubungan
yang berarti dengan berat plasenta. Berat lahir memiliki hubungan yang berarti dengan
berat plasenta dan luas permukaan villus plasenta. Aliran darah uterus, juga transfer
oksigan juga transfer oksifen dan nutrisi plasenta dapat berubah pada berbagai penyakit
vaskular yang diderita ibu. Disfungsi plasenta yang terjadi sering berakibat gangguan
pertumbuhan janin. Dua puluh lima sampai tiga puluh persen kasus gangguan pertumbuhan
janin dianggap sebagai hasil penurunan aliran darah uteroplasenta pada kehamilan dengan
komplikasi penyakit vaskular ibu. Keadaan klinis yang meliputi aliran darah plasenta yang
buruk meliputi kehamilan ganda, penyalah-gunaan obat, penyakit vaskular (hipertensi
dalam kehamilan atau kronik), penyakit ginjal, penyakit infeksi (TORCH), insersi plasenta
umbilikus yang abnormal, dan tumor vaskular.

 Malnutrisi
Ada dua variabel bebas yang diketahui mempengaruhi pertumbuhan janin, yaitu
berat ibu sebelum hamil dan pertambahan berat ibu selama hamil. Ibu dengan berat badan
kurang seringkali melahirkan bayi yang berukuran lebih kecil daripada yang dilahirkan ibu
dengan berat normal atau berlebihan. Selama embriogenesis status nutrisi ibu memiliki
efek kecil terhadap pertumbuhan janin. Hal ini karena kebanyakan wanita memiliki cukup

25
simpanan nutrisi untuk embrio yang tumbuh lambat. Meskipun demikian, pada fase
pertunbuhan trimester ketiga saat hipertrofi seluler janin dimulai, kebutuhan nutrisi janin
dapat melebihi persediaan ibu jika masukan nutrisi ibu rendah. Data upaya menekan
kelahiran BBLR dengan pemberian tambahan makanan kepada populasi berisiko tinggi
(riwayat nutrisi buruk) menunjukkan bahwa kalori tambahan lebih berpengaruh terhadap
peningkatan berat janin dibanding pernambahan protein.

 Infeksi
Infeksi virus tertentu berhubungan dengan gangguan pertumbuhan janin. Wanita-
wanita dengan status sosioekonomi rendah diketahui melahirkan bayi dengan gangguan
pertumbuhan maupun bayi kecil di samping memiliki insidensi infeksi perinatal yang lebih
tinggi. Bayi-bayi yang menderita infeksi rubella kongenital dan sitomegalovirus (CMV)
umumnya terjadi gangguan pertumbuhan janin, tidak tergantung pada umur kehamilan saat
mereka dilahirkan. Namun demikian, hubungan gangguan mental dengan infeksi tidak
menunjukkan sebab dan akibat secara jelas.

 Faktor genetik
Diperkirakan 40% dari seluruh variasi berat lahir berkaitan dengan kontribusi
genetik ibu dan janin. Wanita normal tertentu memiliki kecendrungan untuk berulang kali
melahirkan bayi kecil masa kehamilan (tingkat pengulangan 25%-50%). Demikian juga
wanita yang pernah melahirkan bayi besar memiliki kemungkinan yang lebih tinggi untuk
kembali melahirkan bayi besar, dan mereka sendiri cenderung berukuran besar pada saat
lahir. Hubungan antara berat lahir ibu dan janin berlaku pada semua ras.

Epidemiologi

Bayi prematur adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan kurang dari 37 minggu.
Diperkirakan sekitar 15 juta bayi lahir prematur di dunia setiap tahunnya dan jumlah ini semakin
meningkat. Dari 184 negara di dunia, prevalensi kelahiran prematur berkisar dari 5%-18% dari
seluruh bayi yang lahir. Indonesia merupakan negara kelima tertinggi di dunia dengan jumlah
kelahiran bayi prematur sekitar 675.700 per tahun. Menurut Riskesdas tahun 2013, jumlah

26
kelahiran BBLR tahun 2013 adalah 10,2%, mengalami penurunan sedikit dibanding tahun 2010
sebesar 11,1%.1,2

Penatalaksanaan Prematur dan BBLR

Penatalaksanaan Prematur dan BBLR meliputi :


1. Pemberian Vit K
- Injeksi 1 mg IM 1x pemberian, atau
- Per oral 2 mg 3 kali pemberian yang diberikan pada saat lahir, umur 3-10 hari,
dan umur 4-6 minggu
2. Mempertahankan suhu tubuh normal
- Gunakan salah satu cara menghangatkan dan mempertahankan suhu tubuh bayi,
seperti kontak kulit ke kulit, kangaroo mother care, pemancar panas, inkubator,
atau ruangan hangat yang tersedia di fasilitas kesehatan setempat sesuai
petunjuk. (Tabel 4)
- Jangan memandikan atau menyentuh bayi dengan tangan dingin.
- Ukur suhu tubuh sesuai jadwal.
Tabel 4. Cara Menghangatkan Bayi2

3. Pemberian minum
- ASI merupakan pilihan utama.
- Apabila bayi mendapat ASI, pastikan bayi menerima jumlah yang cukup dengan
cara apapun, perhatikan cara pemberian ASI dan nilai kemampuan bayi menghisap
paling kurang sehari sekali.

27
- Apabila bayi sudah tidak mendapatkan cairan IV dan beratnya naik 20 g/hari
selama 3 hari berturut-turut, timbang bayi 2 kali seminggu.
- Pemberian minum minimal 8x/hari. Apabila bayi masih menginginkan dapat
diberikan lagi (ad libitum).
- Indikasi nutrisi parenteral yaitu status kardiovaskular dan respirasi yang tidak
stabil, fungsi usus belum berfungsi/terdapat anomali mayor saluran cerna, NEC,
IUGR berat, dan berat lahir kurang dari 1000 gram.
- Pada bayi sakit, pemberian minum tidak perlu dengan segera ditingkatkan selama
tidak ditemukan tanda dehidrasi dan kadar natrium serta glukosa normal.

Panduan pemberian minum berdasarkan BB jika Berat lahir <1000 gram, bayi
minum melalui pipa lambung, pemberian minum awal ≤10 mL/kg/hari, pemebrian asi perah
selanjutnya minum ditingkatkan jika memberikan toleransi yang baik yaitu tambahan 0,5-
1 mL, interval 1 jam, setiap ≥24 jam, setelah 2 minggu berikan Asi perah + HMF (human
milk fortifier)/full-strength preterm formula sampai berat badan mencapai 2000 gram. Jika
berat lahir bayi 1000-1500 gram, pemberian minum melalui pipa lambung (gavage feeding)
dan pemberian minum awal ≤10 mL/kg/hari, dan selanjutnya minum ditingkatkan jika
memberikan toleransi yang baik tambahan 1-2 ml, interval 2 jam, setiap ≥24 jam, setelah 2
minggu berikan asi perah + HMF(human milk fortifier)/full-strength preterm formula
sampai berat badan mencapai 2000 gram.2
Pada bayi dengan berat lahir 1500-2000 gram, pemberian minum melalui pipa
lambung (gavage feeding), pemberian minum awal ≤10 ml/kg/hari, kemudian asi perah
selanjutnya minum ditingkatkan jika memberikan toleransi yang baik dengan tambahan 2-
4 ml, interval 3 jam, setiap ≥12-24 jam, setelah 2 minggu berikan asi perah dan HMF/full-
strength preterm formula sampai berat badan mencapai 2000 gram.2
Pada bayi dengan berat lahir 2000-2500 gram, apabila mampu sebaiknya diberikan
minum per oral dengan diberikan ASI Perah/term formula. Tanda kecukupan pemberian
ASI jika BAK minimal 6 kali/ 24 jam, bayi tidur lelap setelah pemberian ASI. BB naik
pada 7 hari pertama sebanyak 20 gram/ hari. Dan cek saat menyusui, apabila satu payudara
dihisap, ASI akan menetes dari payudara yg lain.2

28
Tabel 5. Terapi Cairan Inisial2

4. Suportif :
- Jaga dan pantau kehangatan
- Jaga dan pantau patensi jalan napas
- Bila terjadi penyulit segera kelola sesuai dengan penyulit yang timbul (misalnya
hipotermi, kejang, gangguan napas, hiperbilirubinemia, dan yang lain).
- Berikan dukungan emosional kepada ibu dan anggota keluarga lainnya.
- Anjurkan ibu untuk tetap bersama bayi. Bila tidak memungkinkan, biarkan ia
berkunjung setiap saat dan siapkan kamar untuk menyusui.
- Ijinkan dan anjurkan kunjungan oleh keluarga atau teman terdekat apabila
memungkinkan.
- Pantau kecukupan nutrisi dan elektrolit

Kecukupan Nutrisi pada Prematur


1. Kecukupan Cairan
Sekitar 90% komposisi tubuh janin mulai usia gestasi 24 minggu adalah
cairan yang mengisi ruang ekstraseluler. Pascalahir, fungsi diuresis terbagi tiga yaitu
fase pradiuresis (24-48 jam pascalahir), fase diuresis (2-4 hari pascalahir) dan fase
pascadiuresis (sampai minggu ke dua pascalahir). Pada fase diuresis, terjadi
gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit, sedangkan pada fase pasca diuresis,
terjadi penurunan berat badan 5-10% karena perubahan komposisi jumlah cairan
ekstraseluler dan peningkatan volume intraselular.1
Cairan yang dibutuhkan bayi prematur dipengaruhi oleh usia kehamilan,

29
kondisi klinis, dan penyakit yang mendasari. Perhitungan kebutuhan cairan
didasarkan pada insensible water loss (IWL) dan produksi urin. IWL meningkat pada
bayi prematur karena epidermisnya belum mengalami keratinisasi, sehingga perlu
dirawat pada inkubator berdinding ganda dengan kelembaban 70-80%. Pemberian
cairan bertujuan untuk menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit pada fase diuresis
dan mencegah kehilangan cairan ekstraseluler pada fase pascadiuresis. Jumlah
diuresis dipertahankan pada 1-3 mL/kgBB/jam. Jumlah cairan yang diberikan pada
fase pradiuresis adalah IWL ditambah jumlah diuresis minimal 1 mL/kgBB/jam.
Kebutuhan cairan ditingkatkan 10-20 mL/kgBB/hari sampai 140-160 mL/kgBB/hari
pada minggu pertama (fase pascadiuresis), maksimal 200 mL/kgBB/hari pada
minggu kedua agar tercapai pertumbuhan optimal intrauterin. Pemberian cairan tidak
saja ditujukan untuk mencegah dehidrasi pada bayi prematur tetapi juga dijaga tidak
berlebih untuk mengurangi risiko terjadinya PDA, displasia bronkopulmonar, EKN,
dan perdarahan intrakranial. Restriksi cairan secara bermakna meningkatkan risiko
terjadinya PDA dan EKN.1

Tabel 6. Kebutuhan Jumlah Cairan1

2. Kecukupan Energi
Bayi prematur membutuhkan energi untuk pertumbuhan dan
perkembangan. Kecukupan kalori berbanding lurus dengan kecukupan protein yang
digunakan untuk metabolisme. Jumlah yang dianjurkan diberikan secara parenteral
adalah 90–100 kkal/kg/hari dan secara enteral 115-120 kkal/kg/ hari. Jumlah kalori
tersebut digunakan untuk metabolisme protein sebesar 3,5-4 g/kg/hari. Besaran kalori
minimal untuk metabolisme basal sekitar 40–60 kkal/kg/hari, yang digunakan untuk
mencegah katabolisme protein 1.5 g/kg/hari sehingga dapat terjadi balans nitrogen
yang positif.1

30
3. Kecukupan Makronutrien
- Kecukupan Karbohidrat :
Kebutuhan metabolisme dan fisiologi mengalami perubahan yang sangat
besar dari nutrisi transplasenta pada kehidupan intrauterin ke ekstrauterin. Bila
bayi tidak menerima nutrisi parenteral atau enteral dini, bayi akan mengalami
katabolisme dengan kehilangan nitrogen. Glukosa merupakan sumber energi
utama proses metabolisme dalam tubuh, terutama untuk otak dan jantung bayi
prematur, sebelum oksidasi lipid berkembang dalam beberapa hari sampai
beberapa minggu kemudian. Rata-rata pemakaian glukosa pada bayi prematur dua
kali lebih tinggi dari bayi cukup bulan. Selain itu, akibat hemostasis glukosa yang
masih imatur maka bayi prematur tidak mampu menjamin ketersediaan glukosa
di hari-hari pertama kelahiran dan dapat terjadi abnormalitas hemostasis glukosa.1
Pemberian glukosa pada bayi prematur harus dimulai dalam 24 jam pertama
pascalahir dengan kecepatan infus glukosa (glucose infusion rate, GIR) 6-8
mg/kgBB/menit, kemudian ditingkatkan bertahap 1-2 mg/kgBB/ menit sampai
mencapai kecukupan maksimal dengan GIR 12-13 mg/kgBB/menit. Dalam
pemberian glukosa ini perlu pemantauan terhadap risiko terjadinya hiperglikemi.
Kadar gula darah dipertahankan 50- 120 mg/dL. Pada bayi hipoglikemia, dapat
diterapi dengan bolus D10% 2cc/kgBB dengan kecepatan 1ml/menit dan dapat
diulang sampai 3 kali pemberian, serta drip D10% 60-80 cc/kgBB/hari. Pantau
glukosa setiap 15-30 menit, selanjutnya setiap 30-60 menit, bila sudah diulang 3x
bolus dan tetap rendah, tingkatkan kadar drip D10% 100-120cc/kgBB/hari atau
tingkatkan konsentrasi glukosa menjadi D12,5% atau D15%.1,7

Gambar 2. Perhitungan GIR1

31
- Kecukupan Protein :
Asupan protein tinggi merupakan bagian dari nutrisi agresif dini sebagai
upaya mencegah gagal tumbuh kembang pascalahir pada bayi prematur. Bayi
prematur dengan berat lahir amat sangat rendah akan kehilangan protein 1-2%
atau 0,6-1,2 g/kgBB apabila sumber kalori hanya berasal dari karbohidrat.
Kehilangan protein semakin bertambah dengan semakin mudanya usia kehamilan.
Defisit protein pada bayi prematur menimbulkan morbiditas jangka pendek dan
panjang. Kejar pertumbuhan membutuhkan waktu lama, dan kurang nutrisi pada
awal kelahiran akan berdampak pada gangguan perkembangan, kognitif,
sebanding dengan adanya gangguan pertumbuhan.1
Penelitian merekomendasikan pemberian protein 1,5 g/kgBB/hari pada 24
jam pertama pascalahir, ditingkatkan 0,5-1 g/kgBB/hari. Dosis maksimal protein
pada minggu pertama untuk bayi dengan berat lahir ≥1000 gram dapat mencapai
3,5-4 g/kgBB/hari.1
Pemberian dosis 1,5 kgBB/hari pada hari pertama pascalahir ditoleransi
dengan baik karena dapat memenuhi kecukupan protein, mencegah katabolisme
protein, menjaga keseimbangan nitrogen sehingga tercapai peningkatan tumbuh
kembang. Manfaat lain adalah meningkatkan toleransi glukosa, mengurangi risiko
hiperglikemia melalui sekresi insulin endogen dan glukoneogenesis. Protein
dalam sediaan nutrisi neonatus harus mengandung conditionally essential amino
acid, yaitu tirosin, sistein, taurin, histidin, glisin, glutamin, dan arginin.1

- Kecukupan Lemak :
Lemak merupakan energi yang sangat dibutuhkan bayi. Cadangan lemak
dalam tubuh bayi merupakan cadangan energi terbesar pada saat lahir. Bayi berat
lahir sangat rendah (BBLSR) dan bayi berat lahir amat sangat rendah (BBLASR)
memiliki cadangan lemak yang sangat terbatas, sehingga sangat bergantung pada
nutrisi enteral dan parenteral. Bukti yang ada menunjukkan pemberian lemak pada
fase awal kehidupan akan menentukan luaran yang bervariasi pada masa
kehidupan mendatang termasuk terhadap pertumbuhan fisik dan perkembangan
intelektual. Pemberian lemak dalam dua hari pertama kehidupan pada bayi sangat

32
prematur aman dan dapat ditoleransi dengan baik. Pemberian lipid intravena pada
bayi prematur dimulai dalam 24 jam pertama pascalahir dengan dosis 1
g/kgBB/hari dinaikkan bertahap sebanyak 0,5-1 g/kgBB/hari sampai mencapai
2,5-3,5 g/kgBB/hari.1
Pemberian lipid intravena diindikasikan karena merupakan sumber asam
lemak esensial dan juga sumber kalori yang tinggi. Bayi prematur yang mendapat
nutrisi parenteral tanpa lipid akan mengalami defisiensi asam lemak esensial
dalam waktu 2-3 hari.1
Pemberian lipid intravena konsentrasi 20% lebih dipilih dibandingkan
dengan 10% karena kadar fosfolipid lebih rendah untuk tiap gram trigliserida,
sehingga memudahkan ekskresinya dan mengurangi efek samping
hipertrigliseridemia, serta densitas kalori lebih tinggi (mengurangi pemberian
jumlah cairan). Pemberian lipid intravena yang dimulai di 24 jam pertama setelah
lahir terbukti peningkatan tumbuh kembang dan pengurangan morbiditas serta
mortalitas pada bayi prematur.1
Pada kondisi tertentu pemberian lipid intravena bisa dipertimbangkan untuk
diturunkan dosisnya atau dihentikan. Apabila kadar trigliserida dalam darah >200
mg/dL pemberian lipid intravena bisa dikurangi atau dihentikan. Begitu juga pada
kondisi sepsis, lipid intravena dapat diturunkan atau dihentikan berdasarkan
tingkat beratnya sepsis, karena saat sepsis terjadi penurunan ekskresi trigliserda
dan oksidasi asam lemak, yang berakibat meningkatkan kadar trigliserida dalam
plasma. Pada keadaan peningkatan kadar bilirubin yang mendekati ambang
tranfusi tukar, perlu penyesuaian dosis lipid intravena menjadi 0,5-1 g/kg/hari.1

4. Kecukupan Mikronutrien :
- Elektrolit
Pada bayi baru lahir terjadi perubahan fisiologis yang memengaruhi
metabolisme air dan elektrolit. Fase I adalah fase transisi yang ditandai dengan
penurunan berat badan bayi baru lahir dan kontraksi cairan ekstraseluler. Pada bayi
prematur sehat, fase ini berlangsung 3-5 hari. Fase II adalah fase intermediate yaitu
bayi mulai diperkenalkan nutrisi enteral, terjadi penurunan kehilangan air lewat

33
kulit transcutaneus water loss, diuresis.
Pada minggu pertama kehidupan, kebutuhan elektrolit relatif rendah karena
fungsi pemekatan urin masih belum sempurna. Kebutuhan natrium (Na) bervariasi
pada minggu pertama sebesar 0-3 mEq/kgBB/hari. Setelah terdapat diuresis awal,
dapat diberikan natrium (Na) dan kalium (K) dengan dosis 2-3 mEq/kgBB/hari
disesuaikan dengan kondisi klinis dan kadar elektrolit.
Dosis pemberian ion kalsium (Ca2+), fosfat (P) dan magnesium (Mg) sesuai
dengan kecukupan selama pertumbuhan intrauterin, yang bertujuan untuk
mencegah timbulnya osteopeni prematuritas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pemberian elektrolit tersebut akan meningkatkan konsentrasi P dan mineral tulang
mulai dari minggu pertama sampai ke-26 usia pascakonsepsi.
Pada trimester ketiga, terjadi sekresi harian Ca, P, dan Mg berturuturut 120,
70, dan 3 mg/kg/hari. Pemberian Ca dan P bersamaan pada nutrisi parenteral
tidaklah mudah karena masalah kelarutan keduanya. Saat asupan cairan mencapai
150 mL/KgBB/hari, cairan parenteral haruslah mengandung 12.5-15 mmol/L Ca
elemental and 13-15 mmol/L Phospor. Kebutuhan Ca, P, dan Mg dalam nutrisi
enteral bayi prematur dihitung berdasarkan kandungan komposisi Ca, P, dan Mg
dalam ASI dan variabilitas penyerapan elektrolit tersebut berdasarkan usia gestasi
(Ca2+:40-70 %, P:60- 95%, Mg:40%).
- Besi
Besi sangat penting dalam perkembangan otak fetus dan neonatus. Bayi
prematur berisiko tinggi menderita defisiensi besi yang akan berpengaruh pada
fungsi dan perkembangan otak. Defisiensi besi dan anemia terjadi karena 60%
penyimpanan total besi terjadi pada trimester ketiga kehamilan. Pada tahun 2005,
hasil metaanalisis dari 17 RCT menunjukkan suplementasi besi pada anak (bayi
baru lahir sampai remaja) memiliki efek positif pada indikator perkembangan
mental (LoE 1a). Sedangkan metaanalisis lain juga menunjukkan bahwa
suplementasi besi pada bayi (mulai 0-6 bulan kehidupan) memiliki efek positif
terhadap perkembangan motorik (LoE 1a). Bayi prematur yang mendapat
suplementasi besi memiliki kadar Hb yang lebih tinggi, cadangan besi yang lebih
baik dan risiko lebih rendah untuk mengalami anemia defisiensi besi. Namun masih

34
belum jelas, apakah suplementasi besi pada bayi prematur dan berat lahir rendah
memiliki keuntungan jangka panjang pada pertumbuhan dan neurodevelopmental.
American Academy of Pediatrics merekomendasikan pemantauan kadar
hemoglobin dan hematokrit pada bayi dengan risiko defisiensi besi atau anemia.
Pemberian suplementasi besi untuk BBLSR yang mendapat ASI sebanyak 2
mg/kgBB/hari, dimulai pada usia 2 minggu bila bayi telah memasuki fase
pertumbuhan (growing care) sampai usia 12 bulan. Telaah sistematik dari Cochrane
menyatakan belum terdapat bukti ilmiah yang jelas manfaat pemberian
suplementasi besi pada bayi prematur dan bayi berat lahir rendah terhadap
pertumbuhan dan luaran neurodevelopmental jangka panjang.
- Zink
Defisiensi zink masih sering dijumpai dan merupakan masalah pada anak
dan bayi terlebih bayi prematur. Zink bersifat esensial untuk berbagai enzim dan
berperan penting dalam pertumbuhan dan diferensiasi jaringan. Beberapa uji klinis
dengan berbagai dosis zink telah dilakukan dan didapati bahwa asupan zink
minimal 1,4-2 mg/kgBB/hari diperlukan untuk mencapai pertumbuhan optimal
pada bayi prematur. Rekomendasi terkini untuk asupan zink enteral pada bayi
prematur adalah 1-2 mg/kg/hari atau maksimal 1-3 mg/kg/hari.
- Vitamin (A, D, E)
Vitamin merupakan nutrisi esensial yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit
terutama untuk mendukung reaksi-reaksi enzim dan memelihara metabolisme
dalam tubuh.1
Vitamin A : telaah Cochrane menyimpulkan bahwa suplementasi vitamin
A dapat menurunkan kematian, kebutuhan oksigen pada 1 bulan, serta kebutuhan
oksigen pada usia 36 minggu masa gestasi, dengan Number Needed to Treat
(NNT) 13. Belum ada bukti-bukti yang menguntungkan atau merugikan terhadap
luaran jangka panjang perkembangan neurologi.1
Vitamin D : American Academy of Pediatrics merekomendasikan pada bayi
yang mendapat ASI eksklusif atau parsial untuk mendapat vitamin D 400 IU/ hari
selama minimal setahun pertama kehidupan. Bayi yang tidak mendapat ASI juga
sebaiknya mendapat suplementasi, sampai 32 fl.oz. (1000 ml) per hari susu

35
formula fortifikasi vitamin D. Untuk bayi prematur, pemenuhan dosis ini dapat
dipenuhi melalui pemberian multivitamin atau suplemen vitamin D tunggal. Dosis
400 IU/hari diperkirakan cukup adekuat untuk mempertahankan kadar serum 25
(OH) D >50 nmol/L untuk mencegah rikets akibat defisiensi vitamin D, tanpa
berrisiko intoksikasi vitamin D. Pada saat ini belum cukup data untuk memberikan
rekomendasi vitamin di daerah tropis. Oleh karena itu, rekomendasi untuk vitamin
D mengacu pada rekomendasi AAP 2014.1
Vitamin E : American Academy of Pediatrics merekomendasikan diet pada
bayi prematur sebaiknya mengandung minimal 1 IU vitamin E/gram asam
linoleat, setara ±0.6 mg d-∞-tocopherol/gram polyunsaturated fatty acids
(PUFA). Bayi prematur yang mendapat nutrisi enteral dan suplemen multivitamin,
di mana asupan setiap harinya mengandung 5 IU vitamin E, mendapat ±5–10
IU/kg/hari vitamin E, tetapi untuk nutrisi parenteral kadarnya lebih rendah.1

Tabel 7. Kebutuhan Enteral7

36
Tabel 8. Kebutuhan Parenteral7

Cara Pemberian Nutrisi


Cara pemberian nutrisi pada bayi prematur memperhatikan kematangan fungsi oral
yaitu kemampuan mengisap serta koordinasi mengisap, menelan, dan bernapas.

Tabel 9. Rute Pemberian Nutrisi1

37
Sebelum memberikan nutrisi oral pada bayi usia gestasi ≥32–34 minggu, harus
dipastikan bayi mempunyai kemampuan koordinasi mengisap, menelan, dan bernapas yang
baik. Metode pemberian nutrisi oral dapat dengan menyusu atau dengan nipples. Menyusui
merupakan metode yang paling dianjurkan. Apabila menyusui tidak memungkinkan,
alternatifnya adalah dengan menggunakan nipples. Prinsip menyusui bayi prematur sama
dengan neonatus pada umumnya. Sebaiknya ibu menyusui dari satu payudara sampai habis
sebelum menawarkan payudara lainnya agar produksi susu lebih baik. Ibu harus dikonseling
mengenai tanda bayi lapar, perlekatan puting yang benar, cara memposisikan bayi pada
payudara, dan frekuensi menyusu yang baik. Bayi prematur yang diberikan nutrisi per oral
lebih baik diberikan berdasarkan tanda lapar bayi dibandingkan diberikan terjadwal, kecuali
jika bayi tertidur lebih dari 3 jam setelah minum terakhir. Cara pemberian ini memperpendek
masa rawat bayi. Meskipun begitu, perbedaan yang ada tidak begitu signifikan dan kualitas
penelitian yang dipakai tidak terlalu baik.1
Jika lewat parenteral, pemberian nutrisi enteral diindikasikan pada bayi prematur
<32-34 minggu, bayi prematur dengan kemampuan mengisap, menelan dan/atau bernapas
yang belum baik, bayi prematur tidak bisa mendapat nutrisi per oral karena kondisi medis atau
sebagai suplementasi nutrisi oral yang tidak adekuat. Sebelum memulai nutrisi enteral
pastikan saluran cerna dan kondisi hemodinamik baik. Nutrisi enteral dapat diberikan melalui
NGT (nasogastric tube) atau OGT (orogastric tube). Kedua rute ini mempunyai keuntungan
dan kerugiannya masing-masing. NGT lebih mudah untuk difiksasi dibandingkan OGT,
namun neonatus bernapas melalui hidung dan NGT dapat menyebabkan obstruksi hidung
parsial, meningkatkan resistensi jalan napas dan meningkatkan usaha yang dibutuhkan untuk
bernapas. Kekurangan OGT adalah pergerakan berlebihan dari OGT bisa menyebabkan
trauma mukosa mulut dan dapat meningkatkan insiden apnea dan bradikardi karena stimulasi
vagal. Namun, sampai saat ini tidak ada perbedaan yang bermakna antara OGT dan NGT, baik
dalam hal peningkatan berat badan dan efek samping. Pada bayi prematur yang menggunakan
continous positive airway pressure (CPAP) atau alat bantu napas lain melalui hidung, lebih
dipilih penggunaan OGT. Ada dua metode pemberian nutrisi melalui NGT atau OGT, yaitu
bolus intermiten dan kontinyu. Bolus intermiten yaitu pemberian sejumlah susu diberikan
dalam 10–20 menit setiap 2 atau 3 jam dengan menggunakan gravitasi, sedangkan kontinyu
yaitu memberikan susu secara terus menerus melalui sonde menggunakan pompa infus.

38
Pemberian bolus intermiten bersifat lebih fisiologis karena meningkatkan
pengeluaran hormon saluran cerna secara siklik. Pemberian kontinyu menurunkan
pengeluaran energi, membantu fungsi duodenum dan tidak ada efek samping terhadap fungsi
paru. Telaah sistematik yang dilakukan menunjukkan tidak terdapat perbedaan waktu yang
dibutuhkan untuk mencapai pemberian makan enteral penuh. Volume dan interval waktu
pemberian (frekuensi pemberian) nutrisi enteral berhubungan dengan daya tampung serta
waktu pengosongan lambung. Volume pemberian nutrisi enteral yang besar pada bayi
prematur memicu timbulnya refluks gastroesofagus. Untuk menurunkan kejadian refluks
gastroesofagus direkomendasikan untuk memposisikan bayi miring ke kiri atau tengkurap
atau telentang dengan kepala lebih tinggi membentuk sudut 30o selama 30-60 menit (LoE 2b).
Frekuensi pemberian nutrisi enteral pada bayi prematur dengan berat lahir >1250 gram adalah
delapan kali atau interval waktu tiap tiga jam (LoE 2b). Sedangkan pada bayi prematur dengan
berat lahir <1250 gram belum ada penelitian yang membuktikan interval waktu optimal antara
dua dengan tiga jam sekali. Pada tabel berikut dipresentasikan frekuensi dan volume
pemberian nutrisi enteral pada bayi prematur.

Tabel 10. Frekuensi dan Volume Nutrisi Enteral1

Jenis Nutrisi
Terdapat dua jenis nutrisi yaitu parenteral dan enteral. Nutrisi parenteral terdiri dari
makronutrien dan mikronutrien. Makronutrien berupa karbohidrat, protein, dan lemak.
Karbohidrat dalam nutrisi parenteral diberikan dalam bentuk dekstrosa. Sediaan protein untuk
nutrisi parenteral harus mengandung asam amino conditionally essential yaitu tirosin, sistein,

39
taurin, histidin, glisin, glutamin, dan arginin. Konsentrasi emulsi lipid intravena yang
dianjurkan adalah 20%. Lipid dengan bahan dasar soy bean 100% tidak dianjurkan. Sediaan
lipid yang dianjurkan adalah campuran soy bean dan medium chain triglyceride (MCT), atau
campuran soy bean, MCT, olive oil, fish oil (SMOF). Berikut ini merupakan jenis nutrisi oral
atau enteral yang dapat diberikan untuk kejar tumbuh optimal bayi prematur :

- Air Susu Ibu (ASI)


Air susu ibu merupakan nutrisi yang direkomendasikan untuk bayi prematur karena
efek imunoprotektif, stimulasi maturitas fungsi gastrointestinal, dan faktor bioaktif yang
berkontribusi untuk luaran neurodevelopmental (LoE 3). ASI saja tidak selalu dapat
memenuhi kecukupan nutrisi bayi prematur, namun demikian, pemberian ASI untuk BBLSR
memiliki manfaat jangka pendek maupun panjang. Komposisi ASI dari ibu yang melahirkan
bayi prematur berbeda dari ibu yang melahirkan bayi cukup bulan. ASI prematur pada
awalnya mengandung lebih banyak protein, lemak, asam amino bebas, dan natrium, tetapi
beberapa minggu kemudian kadar zat gizi tersebut menurun. Kadar mineral ASI prematur
sama dengan ASI cukup bulan, kecuali untuk kalsium (lebih rendah di ASI prematur) dan
tembaga atau seng (lebih tinggi pada ASI prematur namun akan menurun seiring durasi
menyusui). Pemilihan ASI segar lebih dianjurkan karena mengandung komponen bioaktif
yang lebih tinggi dibandingkan ASI yang telah disimpan.1

- ASI Perah
Produksi ASI perah seharusnya dimulai segera setelah lahir. Teknik memerah ASI
secara manual dan mesin memiliki tingkat kebersihan dan efektifitas yang sama. Air susu ibu
perah dapat disimpan dalam botol kaca (pyrex), plastik keras (polypropylene) atau kantong
plastik (polyurethane). Plastik keras atau kaca merupakan tempat penyimpanan ASI yang
disertai segel kedap udara sehingga dapat menyimpan ASI lebih lama. Kaca dan
polypropylene memiliki pengaruh yang sama terhadap kandungan lemak, imunoglobulin A
dan jumlah sel darah putih. Kantong plastik khusus ASI dapat digunakan untuk penyimpanan
ASI dalam waktu yang lebih singkat (<72 jam). Kantong plastik khusus ASI tidak disarankan
untuk penggunaan jangka lama oleh karena mudah tumpah, terkontaminasi bakteri, dan
beberapa komponen ASI mudah melekat pada plastik. Air susu ibu perah dapat disimpan

40
dalam suhu ruang (maksimal 25°C) selama 6-8 jam, sehingga sulit diterapkan di Indonesia.
Oleh karena itu, ASI perah sebaiknya segera disimpan pada suhu 3-4°C. Berikut Rekomendasi
penyimpanan ASI perah menurut protokol Academy of Breastfeeding Medicine :
Tabel 11. Rekomendasi Penyimpanan ASI1

- ASI Donor
ASI donor merupakan pilihan kedua bila ASI tidak tersedia. Terdapat beberapa
aturan dan panduan yang mengatur mekanisme pendonoran, penyimpanan, dan penyiapan
ASI donor. Donor harus menjalani skrining untuk menghindari risiko infeksi (HIV, CMV,
hepatitis, sifilis) atau kontaminasi toksik (obat, narkotik, alkohol, tembakau). Tes
mikrobiologi dan pasteurisasi dilakukan pada ASI donor untuk menghindari kontaminasi
bakteri atau virus. Pengolahan dan pemberian ASI donor harus memenuhi persyaratan
tertentu dalam hal skrining donor ASI, penyimpanan, dan prosedur pengolahan untuk
memastikan keamanan ASI donor dan optimalisasi kandungan zat gizi ASI donor. Semua
ASI donor harus menjalani prosedur pasteurisasi untuk membasmi kuman patogen yang
dapat ditularkan melalui ASI. Prosedur pasteurisasi menurunkan kandungan atau
komponen bioaktif ASI terutama Konsensus Ikatan Dokter Anak Indonesia 35 protein,
sama seperti ASI perah beku yang dipanaskan.1
Ada dua metode pasteurisasi yang aman dan mudah dilakukan di rumah, yaitu flash

41
heating dan Pretoria. Pada metode flash heating, penelitan menunjukkan bahwa setelah
ASI dikeluarkan dari panci, maka suhu ASI akan mencapai 560 C-72,90 C selama 6 menit
15 detik, suhu ini merupakan suhu terendah yang digunakan pada metode pasteurisasi low
temperature long time. Metode flash heating menurunkan aktivitas antibakterial laktoferin
sebanyak 11,1% (7,8-14,3%) dan lisozim sebanyak 56,6% (47,1-64,5%). Metode Pretoria
dilakukan dengan menggunakan prinsip transfer panas. Penelitian menunjukkan bahwa
suhu ASI akan bertahan antara 560 C-620 C selama 10-15 menit setelah diletakkan di
dalam panci berisi air mendidih. Kisaran suhu dipengaruhi volume ASI, suhu awal ASI
saat diletakkan di dalam panci, dan suhu ruangan. Penelitian menunjukkan bahwa metode
flash heating dan Pretoria dapat menginaktivasi HIV-1 dalam ASI.1

- Human Milk Fortifier


Walaupun ASI prematur memiliki kandungan energi dan protein yang lebih tinggi,
namun tetap tidak dapat memenuhi kecukupan BBLSR yang sedang kejar tumbuh,
terutama untuk protein, fosfor, dan kalsium. Oleh karena itu, pemberian human milk
fortifier (HMF) perlu dilakukan pada BBLSR (berat lahir <1500 gram) yang mendapat ASI
(LoE 3). Tujuan utama fortifikasi adalah meningkatkan konsentrasi nutrien tertentu
sehingga memenuhi kebutuhan kejar tumbuh bayi prematur, termasuk meningkatkan
densitas kalori sehingga volume minum tidak terlalu besar. Zat gizi kunci HMF adalah
protein dan dapat dibuat dari susu sapi atau ASI, serta dapat berupa cair atau bubuk.
Beberapa HMF menggunakan protein susu sapi terhidrolisis parsial sedangkan lainnya
protein utuh. Pemberian HMF multikomponen meningkatkan secara signifikan
pertambahan berat badan, pertumbuhan linear (panjang badan), dan lingkar kepala (LoE
1).1
Terdapat beberapa jenis HMF dengan petunjuk penyiapan masing-masing. HMF
yang beredar di Indonesia saat ini adalah bentuk bubuk yang berasal dari susu sapi dari
beberapa produsen. Dalam menggunakan HMF, perlu diperhatikan petunjuk penyiapan
dan perhitungan kalori. Satu saset HMF yang dilarutkan ke dalam 25 ml ASI akan
menambah kalori sebanyak 4 kkal/oz sehingga kalori ASI+HMF menjadi 24 kkal/oz,
sedangkan bila satu saset HMF dilarutkan ke dalam 50 ml ASI akan menambah kalori
sebanyak 2 kkal/oz sehingga kalori ASI+HMF menjadi 22 kkal/oz. HMF juga mengandung

42
elektrolit, makromineral, mikromineral, dan vitamin sehingga dapat mencukupi kecukupan
bayi prematur yang lebih tinggi dari bayi cukup bulan. HMF meningkatkan osmolalitas
ASI sebanyak 36–95 mOsm/kg H2O.1

- Hind Milk
Pada beberapa kondisi dimana penyediaan HMF tidak memungkinkan, pemberian
hindmilk untuk membantu meningkatkan berat badan bayi prematur bisa dijadikan
alternatif. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pemberian hindmilk memberikan hasil
peningkatan berat badan yang lebih baik dibandingkan sebelum diberi hindmilk. Beberapa
penelitian menunjukkan hindmilk mempunyai kandungan kalori dan protein yang lebih
tinggi dibandingkan foremilk. Untuk memisahkan foremilk dan hindmilk ibu juga bisa
dikonseling pada saat memerah ASI untuk memperhatikan mulai keluar hindmilk apabila
ASI sudah mulai kental dan lebih gelap.1

- Formula Prematur
Formula prematur merupakan formula medis khusus dengan energi berkisar 80
kkal/100 ml, protein 2,0-2,4 g/100 ml dan diperkaya mineral, vitamin, dan trace elements
untuk mendukung kecukupan nutrisi bayi prematur agar dapat mencapai laju pertumbuhan
intrauterin. Formula ini umumnya digunakan untuk bayi prematur sebelum dipulangkan
dari rumah sakit. Formula prematur diberikan bila ASI yang difortifikasi HMF tidak cukup
untuk mencapai kejar tumbuh (berat badan ideal) atau indikator antropometri (berat,
panjang, dan lingkar kepala) di bawah persentil 25 grafik Infant Health and Development
Program (IHDP).1
Berdasarkan telaah literatur, E. sakazakii dan S. enterica merupakan organisme
kontaminan yang sering berhubungan dengan penggunaan susu bubuk formula pada bayi.
WHO-FAO expert working group menyimpulkan bahwa, neonatus dan bayi usia dibawah
dua bulan terutama bayi prematur, BBLR, dan imunokompromais merupakan kelompok
umur yang mempunyai risiko paling tinggi. Bayi prematur memiliki risiko infeksi E.
sakazakii lebih tinggi dimana akan berkembang menjadi bakteremia setelah umur 1 bulan,
sedangkan BBLR akan berkembang menjadi meningitis selama periode neonatus.1

43
- Nutrient-enriched Formula
Nutrient-enriched formula atau post-discharge formula (PDF) pada awalnya
dirancang khusus untuk bayi prematur yang dipulangkan dari rumah sakit. Kandungan
energi berkisar 72-74 kkal/100 ml, kandungan protein 1,8-1,9 g/100 ml dan diperkaya
dengan mineral, vitamin, dan trace elements. Telaah Cochrane terhadap 15 uji klinis
terkontrol berkualitas baik (total subjek 1128 bayi prematur) yang menguji efikasi
pemberian PDF dibandingkan formula standar pada bayi prematur setelah pulang dari
rumah sakit menunjukkan bahwa pemberian PDF untuk bayi prematur setelah pulang dari
rumah sakit tidak didukung oleh bukti ilmiah yang cukup (LoE 1).1
Nutrient-enriched formula tidak termasuk formula medis khusus dan sampai saat
ini masih tersedia di pasaran. Pemberian PDF dilakukan saat berat bayi mencapai 1800-
2000 gram, saat bayi akan dipulangkan, dan indikator antropometri (berat badan, panjang
badan, dan lingkar kepala) sudah mencapai persentil 25 atau lebih pada grafik IHDP (LoE
3).1

- Formula Standar
Formula standar dirancang untuk bayi cukup bulan berdasarkan komposisi ASI
matur, yaitu kandungan energi 66-68 kkal/100 ml, konsentrasi protein berkisar 1,4-1,7
g/100 ml, kalsium sekitar 50 mg/100 ml dan fosfat 30 mg/100 ml. Komposisi tersebut tidak
cukup untuk memenuhi kebutuhan nutrisi BBLSR (<1500 gram) dalam fase kejar tumbuh.
Formula standar dapat diberikan pada bayi prematur yang telah mencapai usia koreksi 0
minggu dan indikator anthropometri menurut grafik WHO 2006 menunjukkan BB menurut
usia berada antara -2 sampai +2 z-score dan panjang bayi mencapai 45 cm (LoE 3).1

Pemantauan

Pemantauan jangka pendek meliputi tumbuh kembang dengan memantau berat badan bayi
secara periodik, bayi akan kehilangan berat badan selama 7-10 hari pertama (sampai 10% untuk
bayi dengan berat lahir ≥1500 gram dan 15% untuk bayi dengan berat lahir <1500). Bila bayi
sudah mendapatkan ASI secara penuh (pada semua kategori berat lahir) dan telah berusia lebih
dari 7 hari dapat ditingkatkan jumlah ASI dengna 20 ml/kg/hari sampai tercapai jumlah 180
ml/kg/hari, tingkatkan jumlah ASI sesuai dengan peningkatan berat badan bayi agar jumlah

44
pemberian ASI tetap 180 ml/kg/hari dan apabila kenaikan berat badan tidak adekuat, tingkatkan
jumlah pemberian ASI hingga 200 ml/kg/hari kemudian ukur berat badan setiap hari, panjang
badan dan lingkar kepala secara berkala.1,2

Kecepatan penambahan berat badan (weight velocity) diukur setiap hari, dalam rangka
mendeteksi dini adanya weight faltering dan melakukan tatalaksana yang tepat untuk
menanggulanginya. Penilaian pertumbuhan bukan saja kenaikan berat badan, tetapi juga
pertambahan panjang badan dan lingkar kepala. Umumnya kenaikan 15 g/kg/hari dikatakan
sebagai ambang batas yang baik, sedangkan dikatakan weight faltering jika antropometri bayi
tersebut berada. Target terapi nutrisi pada bayi prematur yaitu mencapai laju pertumbuhan yang
sama dengan janin normal yang sesuai usia gestasi, menyerupai komposisi tubuh janin, dan
mencapai luaran fungsional serupa dengan bayi lahir cukup bulan yaitu:1,2

- Penambahan berat badan bayi prematur 15 g/kg/hari.


- Penambahan panjang badan : 0,8-1,0 cm/minggu
- Penambahan lingkar kepala: 0,5-0,8/minggu

Pemantauan jangka panjang yang diperlukan adalah pemantauan terhadap osteopenia


prematuritas. Selama tiga bulan terakhir usia kehamilan, sejumlah besar kalsium dan fosfor
ditransfer dari ibu ke bayi. Ketika lahir prematur, bayi tidak menerima sejumlah besar kalsium dan
fosfor untuk membentuk tulang yang kuat. Penurunan densitas tulang pada bayi prematur, bayi
berat lahir rendah, disebut osteopenia prematuritas. Pada bayi prematur, deteksi dan pemantauan
osteopenia prematuritas sebaiknya dilakukan bila umur gestasi <34 minggu dan BB lahir <1800
gram. Temuan yang khusus pada osteopenia prematuritas ini berupa penurunan kadar ion kalsium
(Ca2+) dan fosfor serta peningkatan serum alkali phospatase (ALP). Serum alkali phospatase
merupakan indikator tidak langsung untuk melihat aktivitas sel tulang. Pemeriksaan laboratorium
ini biasanya diprioritaskan pada saat keluar rumah sakit dan harus di cek sampai tiga bulan usia
koreksi.
Pemantauan jangka panjang lain terhadap masalah yang mungkin timbul untuk mencegah/
mengurangi kemungkinan untuk terjadinya komplikasi setelah pulang seperti gangguan
perkembangan, gangguan pertumbuhan, retinopati karena prematuritas, gangguan pendengaran,
penyakit paru kronik, kenaikan angka kesakitan dan sering masuk rumah sakit dan kenaikan

45
frekuensi kelainan bawaan. Maka dari itu perlu dilakukan pemantauan sesudah pulang hari ke-2,
ke-10, ke-20, ke-30, yang dilanjutkan setiap bulan. Lakukan juga tes perkembangan seperti Denver
Development Screening Test (DDST) dan awasi adanya kelainan bawaan. Indikasi bayi BBLR
pulang jika suhu bayi stabil, toleransi minum oral baik terutama ASI dan ibu sanggup merawat
BBLR di rumah, tidak ada tanda bahaya dan infeksi berat, berat badan bertambah hanya dengan
ASI. Lakukan konseling pada orang tua sebelum bayi pulang mengenai pemberian ASI eksklusif,
menjaga bayi tetap hangat, jika terdapat tanda bahaya untuk mencari pertolongan, timbang berat
badan, nilai minum dan kesehatan secara umum setiap minggu hingga berat badan bayi mencapai
2.5 kg.1,2,9

Tabel 12. Pemantauan Kadar Laboratorium1

46
Komplikasi

Komplikasi langsung yang dapat terjadi pada bayi berat lahir rendah antara lain hipotermia,
hipoglikemia, gangguan cairan dan elektrolit, hiperbilirubinemia, sindroma gawat nafas, paten
duktus arteriosus, infeksi, perdarahan intraventrikuler, Apnea of Prematurity, Cerebral Palsy (CP)
dan anemia. Sedangkan komplikasi jangka panjang yang dapat terjadi adalah gangguan tumbuh
kembang (cognitive delay), serta gangguan penglihatan dan pendengaran.2

Prognosis

Kelahiran prematur dan BBLR menyumbang sekitar 70% kematian neonatal dan 36%
kematian bayi, serta 25-50% kasus gangguan neurologis jangka panjang pada anak-anak. Roberts
et al menemukan bahwa anak-anak yang lahir pada usia kehamilan 22-27 minggu memiliki risiko
tinggi mengalami kecacatan neurodevelopmen pada usia 8 tahun.10

Pencegahan

Hal yang dapat dilakukan untuk mencegah kejadian BBLR adalah dengan rutin melakukan
ANC selama minimal 4x dalam masa kehamilan, jika diketahui ada penyakit saat hamil, segera
berobat ke institusi terdekat dan memantau faktor risiko maternal, plasenta, ataupun janin yang
berhubungan dengan BBLR. Penyuluhan kepada pasien hamil juga dapat dilakukan untuk
memberikan informasi terhadap kejadian BBLR dan cara mencegahnya seperti asupan nutrisi yang
adekuat serta mengontrol penyakit yang menjadi penyulit kehamilan jika ada, dan menyarankan
untuk tidak hamil di usia yang terlalu muda.2,6

47
DAFTAR PUSTAKA

1. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Konsensus asuhan nutrisi pada bayi prematur; 2016.h.14, 46-
60.
2. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Bayi berat lahir rendah. Dalam : pedoman pelayanan medis;
2009.h.23-9
3. Fewtrell M, michaelsen KF, Beek EVD, Elburg RV. Growth in early life : growth trajectory
and assessment, influencing factors and impact of early nutrition. Australia : Essential
Knowledge Briefing; 2016.h.82-125.
4. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Bayi berat lahir rendah. Dalam : Buku ajar neonatologi; 2008.
h.12-9.
5. Wahidayat I dan Sastroasmoro S. Pemeriksaan klinis pada bayi dan anak. Edisi 3. Jakarta:
Sagung Seto; 2014. h. 5-17, 40-1, 110-1
6. Gomella TL, Cunningham MD, Eyal FG. Neonatology: management, procedur, on-call
problem, desease, and drug. 7th ed. New York : Lange McGraw Hill; 2013. h.29-34, 67-8,
360-1, 1039.
7. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Hipoglikemi. Dalam: resusitasi neonatusl 2014.h.
8. Cloherty JP, Eichenwald EC, Hansen AR, Stark AR. Manual of neonatal care. 7th ed. New
York: Lippincott Williams and Wilkins; 2012.h.185-90, 304.
9. WHO. Bayi berat lahir rendah. Dalam : pelayanan kesehatan anak di rumah sakit diadpatasi
oleh Pocket Book of Hospital Care for Children, Guidelines for the Management of Common
Illnesses with Limited Resources; 2009.h.63-4.
10. Furdon AS. Prematurity. Diakses dari https://emedicine.medscape.com/article/975909-
overview#showall, Diunduh 7 Maret 2019.

48

Anda mungkin juga menyukai