A. Tinjauan Pustaka
Ikan Lele memiliki kandungan gizi yang penting bagi tubuh kita,
Ikan lele terdapat di perairan umum, seperti sungai, rawa, waduk, dan
kumis yang kaku memanjang. Kulit tubuh lele licin tidak bersisik
dumbo, lele phiton dan lele babon (lele Kalimantan). Namun, yang
pakan lebih mudah. Pada tahun 2009 jumlah produksi ikan lele
masukan (input) biaya yang besar. Ciri khas teknik budidaya ikan
lele secara intensif yaitu padat penebaran benih sangat tinggi, yaitu
450 kg lele, diperlukan pakan pelet 450 kg dengan harga pakan Rp.
bersih dan tidak kotor oleh sisa-sisa pakan dan kotoran lele dumbo
(Mahyuddin, 2008).
Habitat atau tempat hidup lele dumbo adalah air tawar. Air yang baik
untuk pertumbuhan lele dumbo adalah air sungai, air sumur, air
tanah, dan mata air. Namun, lele dumbo juga dapat hidup dalam
kondisi air yang kurang baik seperti di dalam lumpur atau air yang
Penyakit yang sering menyerang ikan lele yaitu bintik putih (white
berkmpul pada pintu air masuk. Biasanya, kematian ikan akan tinggi
mendukung, suhu air yang dingin, dan kepadatan ikan yang terlalu
sinyonya, ikan mas taiwan, ikan mas merah, ikan mas majalaya,ikan
mas yamato dan ikan mas lokal. Harga ikan mas lebih rendah
daripada ikan air tawar lainnya seperti gurami dan patin. Secara
Jenis kolam yang dipakai adalah kolam jaring terapung dan kolam
berat ikan Misalkan berat ikan 450 gram, maka pemberian makanan
17
per harinya adalah 13,5 – 22,5 gram yang diberikan dua kali, yaitu
2. Konsep Usahatani
tinggi pada waktu tertentu. Dikatakan efektif bila petani atau produsen
yang penting untuk diperhatikan adalah lahan, tenaga kerja, modal, dan
menjadi dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal
18
adalah faktor yang ada pada usahatani itu sendiri, seperti petani pengelola,
hasil dan bahan usahatani (harga hasil, harga saprodi, dan lain-lain),
yang sangat besar dalam pengambilan keputusan dan keputusan yang akan
bantuan untuk mengukur apakah kegiatan usahatani ini berhasil atau tidak.
19
bunga modal yang ditanamkan, dan (3) cukup untuk membayar tenaga
kerja yang dibayar atau bentuk upah lainnya untuk tenaga kerja yang tidak
alam, sumber modal, keahlian, tanah, dan input lain yang ketersediaannya
menghasilkan manfaat.
sebagai berikut :
TR = Y.Py
Keterangan :
TR = Total Penerimaan
Y = Produksi yang diperoleh dari suatu usahatani
Py = Harga produksi
π= Y. Py – Σ Xi.Pxi - BTT
20
Keterangan :
Biaya usahatani sifatnya dibagi menjadi dua, yaitu biaya tetap dan biaya
variabel. Biaya tetap adalah biaya yang relatif tetap jmlahnya dan terus
kecilnya produksi yang diperoleh. Biaya variabel adalah baiya yang besar
penerimaan total dan biaya total yang disebut dengan Revenue Cost Ratio
(R/C Ratio)
Keterangan :
menguntungkan.
21
b. Jika R/C = 1, maka usahatani yang dilakukan berada pada titik impas
c. Jika R/C <1, maka usahatani yang dilakukan tidak layak atau tidak
menguntungkan petani.
Faktor jumlah dan macam kerja yang dilakukan oleh petani dan
yang eksplisit.
harga.
sebagai berikut :
π = p. f. (x1,....... xm ; z1 ......zn) – ∑𝑚
𝑖=1 wi xi (2)
Dimana :
π = keuntungan jangka pendek
P = harga output
Xi = jumlah input variabel ke – i ( i = 1,2,............m)
Zj = jumlah input tetap ke-j ( j = 1,2..........n)
Wi = harga input variabel ke – i
Asumsi perusahaan memaksimalkan keuntungan, maka kondisi nilai
marjinal produk sama dengan harga input variabel yang bersangkutan, atau
secara matematis:
𝛿(𝑋𝑖𝑍𝑗)
p. ( . ) = Wi , i = 1, ......m . (3)
𝛿𝑋𝑖
𝛿(𝑋𝑖𝑍𝑗)
persamaan sebagai berikut =Wi *, i = 1, ......m (4)
𝛿𝑋𝑖
23
UOP (Unit Output Price profit function) jumlah optimal dari input variabel
produksi dan produksi yang telah dinormalkan dengan harga tertentu. Hal
Y = A F(X,Z) (8)
Y = produksi
A = besaran yang menunjukkan tingkatan efisiensi teknik
X = faktor produksi variabel
Z = faktor produksi tetap
keterangan:
π = besarnya keuntungan
A = besarnya efisiensi teknik
p = harga produksi persatuan
Xi = faktor produksi variabel yang digunakan, dengan j =
1,.....n
ci = harga faktor produksi per satuan
fj = harga faktor produksi tetap
Z = faktor produksi tetap
pendek maka faktor produksi tetap seperti banyaknya cangkul atau alat
ln (π / p) =ln A+∑𝑚
𝑖=1 αi ln (Xi / p ) +∑𝑛𝑗=1 βj lnZj (11)
ln π* = ln A +∑𝑚
𝑖=1 αi ln Xi +∑𝑛𝑗=1 βj lnZj
ln π* = ln A+∑𝑚
𝑖=1 αi ln wi*+∑𝑛𝑗=1 βj lnZj (12)
keterangan:
digunakan dalam ukuran risiko. Misalnya jika biaya usahatani lebih besar,
usahatani tersebut dapat secara normal memiliki standar deviasi yang lebih
𝑉
CV =
𝐸
Keterangan :
CV = Koefisien variasi
V = Standar deviasi
E = Rata-rata hasil (mean)
agribisnis dan mengurus keluarga petani lebih besar dari pada bidang lain-
orang atau pihak lain; dan kelima, karena sakit, kecelakaan, atau kematian.
ketidakpastiannya.
dari hasil yang diharapkan dan risiko yang dihadapi petani. Petani
27
yang tingi dengan risiko yang rendah sehingga akan selalu menghindari
Semakin tinggi risiko yang harus dihadapi, semakin tinggi hasil yang
∑ni=1 Ei
E=
n
Keterangan :
Risiko secara statistik dapat diukur dengan ukuran ragam (variance) atau
berikut :
∑ni=1(Ei − E)2
V2 =
(n − 1)
sedangkan simpangan baku merupakan akar dari ragam, atau yang secara
∑ni=1(Ei − E)2
𝑉=√
(n − 1)
Keterangan :
V2 = Ragam
28
V = Simpangan baku
E = Nilai rata-rata (hasil)
Ei = Keuntungan pada periode ke-i
N = jumlah periode pengamatan
L = E – 2V
Keterangan :
L = Batas bawah
E = Rata-rata keuntungan
V = Simpangan baku
nilai CV >0,5 maka usahatani yang dilakukan memiliki risiko yang tinggi
analisis pendapatan dan risiko, dan ada peneliti lain memiliki analisis
pendapatan dan risiko dari dua komoditas ikan air tawar yang berbeda yaitu
ikan lele dan ikan mas. Tujuannya untuk mengkaji usahatani ikan yang
2. Analisis Pendapatan, a. Menghitung nilai a. Analisis a. Pendapatan rata-rata petani yaitu Rp. 40.110.696,80 per
Risiko, dan Efisiensi keuntungan yang pendapatan. 0,18 Ha per produksi.
Sistem Pemasaran Ikan diperoleh petani dari a. Ukuran b. Peluang risiko yang dihadapi tinggi dengan nilai
Gurami di Kecamatan usaha budidaya ikan ragam koefisien variasi yaitu 0,86 dan batas bawah sebesar
Pagelaran Kabupaten gurami (variance) Rp. -28.529.605,68.
Pringsewu (Oktaviana, b.Mengetahui risiko usaha dan c. Sistem pemasaran belum efisien dilihat dari struktur
2013) budidaya ikan gurami simpangan pasar yaitu pasar oligopoli, kondisi pasar yang terjadi
c. Menganalisis efisiensi baku pembeli yang bebas keluar masuk pasar, dan terdapat 4
pemasaran ikan gurami. (standard saluran pemasaran yang terbentuk dengan saluran
deviation). pemasaran paling efisien adalah Saluran III yang
b. Analisis ditunjukkan dengan produser share sebesar 93,25%.
model S-C-P
30
3. Analisis Efisiensi Usaha a. Menganalisis faktor- a. Analisis a. Faktor-faktor produksi yang berpengaruh nyata secara
Budidaya Ikan Mas faktor yang berpengaruh Cobb- simultan adalah benih, pakan dan tenaga kerja.
(Cyprinus carpio) dalam nyata terhadap produksi. Douglas Sedangkan faktor produksi yang tidak berpengaruh
Keramba Jaring Apung b. Menganalisis elastisitas nyata adalah faktor produksi tenaga kerja.
di Waduk Cirata, produksi pada faktor b. Besaran penjumlahan elastisitas faktor-faktor produksi
Kecamatan Mande, yang mempengaruhi yang digunakan dalam usaha budidaya ikan mas di
Kabupaten Cianjur, produksi. Keramba Jaring Apung menunjukkan bahwa usaha KJA
Propinsi Jawa Barat c. Menganalisis alokasi di Waduk Cirata berada pada kondisi kenaikan hasil
(Manalu, 2000) penggunaan input yang yang semakin berkurang (Decreasing return to scale).
optimal pada kondisi c. Alokasi pengunaan faktor-faktor produksi benih dan
keuntungan maksimum. pakan secara optimal masing-masing sebesar 277,04 kg
d. Menganalisis seberapa dan 1.788,22 kg per musim pemeliharaann sehingga
besar pendapatan yang dapat dicapai tingkat keuntungan maksimum.
dapat diterima petani d. Hasil analisis pendapatan menunjukkan bahwa kondisi
ikan. setelah dilakukan proses optimalisasi pada usaha KJA
lebih menguntungkan dari kondisi aktual (sebelum
dilakukan proses optimalisasi).
4. Analisis Efisiensi a. Menganalisis alokasi a. Model Fungsi a. Nilai efisiensi teknik sebesar 0,94 dapat ditarik
Budidaya Ikan Lele di penggunaaan faktor- Produksi kesimpulan bahwa usaha budidaya ikan lele di daerah
Kabupaten Boyolali faktor produksi Frontier penelitian tidak efisien secara teknis sehingga
(Taufiq, 2011) budidaya ikan lele b. Analisis penggunaan input harus dikurangi.
dumbo di Kabupaten Pendapatan b. Variabel yang berpengaruh signifikan adalah luas lahan
Boyolali. c. Pendekatan dan benih. Sedangkan variabel yang tidak signifikan
b.Menganalisis tingkat rasio varians adalah tenaga kerja, pakan dan pupuk.
efisiensi pemakaian
input pada budidaya
ikan lele dumbo
31
5. Analisis Risiko Produksi a. Mengetahui a. Analisis a. Hasil analisis probabilitas yaitu standar pada nilai tabel
Pembesaran Ikan Lele Isiko produksi yang deskriptif z sebesar 0,352 artinya, kemungkinan CV Jumbo Lestari
Dumbo ( Clarias dihadapi oleh CV kualitatif mampu menghasilkan derajat kelangsungan hidup ikan
gariepinus) di CV Jumbo Jumbo Bintang Lestari b. Analisis lele dumbo lebih dari derajat kelangsungan hidup ikan
Bintang Lestari b.Menganalisis sumber kuantitatif lele normal.
Gunungsindur Kabupaten risiko produksi yang dengan b. Sumber-sumber risiko produksi tersebut adalah kualitas
Bogor (Dewiaji, 2011) terdapat pada usaha analisis dan pasokan benih, mortalitas, kualitas pakan, penyakit,
pembesaran ikan lele probabilitas cuaca, dan sumber daya manusia.
dumbo CV Jumbo c. Strategi yang dilakukan dengan cara pengawasan
Bintang Lestari produksi benih bagi petani mitra, persiapan kolam,
c.Menganalisis strategi pemberian probiotik, pemberian vitamin, penanganan
yang dilakukan untuk terhadap benih yang ditebar dan peningkatan keamanan
mengatasi risiko lokasi budidaya.
produksi ikan lele
dumbo di CV Jumbo
Bintang Lestari.
6. Analisis Risiko Produksi a.Menganalisisrisiko a. Analisis a. Berdasarkan hasil analisis risiko yang dilakukan pada
Ikan Hias pada PT produksi ikan hias yang risiko ( PT Taufan Fish Farm menunjukkan bahwa perusahaan
Taufan Fish Farm di dihadapi PT Taufan variance, mengalami risiko produksi dalam menjalankan
Kabupaten Bogor Fish Farm. standard usahanya. Sumber risiko berasal dari perubahan
Provinsi Jawa Barat b.Menganalisis strategi deviation, kondisi cuaca dan kualitas pakan yang buruk.
(Silaban, 2011) yang dilakukan untuk dan b. Strategi penanganan risiko yang digunakan yaitu
mengatasi risiko ikan coefficient strategi diversifikasi, dimana perusahaan
hias di PT Taufan Fish variation). mengusahakan beberapa gabungan aset yang ada.
Farm.
32
7. Analisis Efisiensi a. Mengetahui pendapatan a. Analisis a. Total penerimaan rata-rata pembudidaya pertahun
Pemasaran Ikan Mas di usaha yang diterima Pendapatan sebesar Rp. 48.342.667. Total biaya rata-rata yang
Kecamatan Pagelaran, pembudidaya ikan mas b. Analisis dikeluarkan Rp. 29.255.285. Keuntungan rata-rata
Kabupaten Tanggamus, b.Menganalisis pola saluran yang dihasilkan sebesar Rp. 19.087.381 dengan
Provinsi Lampung saluran pemasaran ikan pemasaran keuntungan per musim Rp. 4.771.845.
(Setiorini, 2008) mas, fungsi pemasaran b. Terdapat empat saluran pemasaran. Saluran pertama
dan lembaga pemasaran melibatkan pembudidaya, pedagang pengumpul,
yang terlibat. pedagang pengumpul luar kecamatan, pedagang
pengecer luar kecamatan, rumah makan. Saluran kedua
melibatkan pembudidaya, pedagang pengumpul dan
pedagang eceran. Saluran ke tiga melibatkan
pembudidaya, pedagang luar kecamatan, pedagang
eceran luar kecamatan. Saluran keempat melibatkan
pembudidaya, pedagang pengumpul, pedagang
pengumpul luar kecamatan dan pemancingan.
8. Analisis Biaya Produksi Mengetahui bagaimana Korelasi Berdasarkan hasil penelitian bahwa selama tahun 2008-
dan Pendapatan pengaruh biaya produksi sederhana 2011 menunjukkan jumlah produksi ikan patin di
Budidaya Ikan Patin secara parsial atau dengan uji t Kabupaten Kapuas perfluktuasi dari tahun ketahun, dimana
(Pangasius pangasius) di individu terhadap sangat mempengaruhi pendapatan petani ikan patin di
Kabupaten Kapuas pendapatan pembudidaya Kabupaten Kapuas. Hubungan tingkat produksi dan
(Lukas, 2012) ikan patin di Kabupaten pendapatan adalah erat positif dengan nilai koefisien
Kapuas. korelasi r= 0,50 atau 50%.
33
34
B. Kerangka Pemikiran
optimal dengan biaya yang seminimal mungkin. Budidaya ikan air tawar
menjadi salah satu aspek pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Ikan lele dan
ikan mas merupakan jenis ikan air tawar yang memiliki potensi besar untuk
tersebut. Ikan lele dan ikan mas juga memiliki gizi yang cukup baik untuk
dikonsumsi dan harga yang relatif murah jika dibandingkan ikan budidaya
lainnya. Harga jual ikan lele dan ikan mas fluktuatif dari tahun ke tahun.
Pada tahun 2012, harga jual ikan lele Rp 11.000,00/kg dan harga jual ikan
mas Rp 16.000,00/kg.
Baik ikan mas maupun ikan lele sama-sama menjadi pendapatan utama di
berusahatani ikan lele dan ikan mas yaitu harga bibit ikan, harga pakan ikan,
harga obat ikan, harga tenaga kerja, dan luas kolam ikan. Banyaknya
Dengan asumsi luas lahan yang sama antara petani yang berusahatani ikan
mas dan ikan lele terdapat perbedaan pendapatan dikarenakan total biaya
yang diterima juga akan semakin tinggi. Risiko yang harus dihadapi petani
Risiko dalam berusahatani ikan air tawar disebabkan oleh kondisi cuaca
yang tidak pasti dan serangan hama penyakit yang sulit diduga sebelumnya.
Tingkat pendapatan dan risiko merupakan hal yang harus diperhatikan dalam
pendapatan dan risiko petani ikan lele dan ikan mas di Kabupaten Pringsewu
Faktor Produksi :
1. Jumlah Bibit
2. Jumlah Pakan
3. Jumlah Obat
4. Jumlah Vitamin
5. Jumlah Tenaga Kerja
6. Luas lahan Budidaya
Risiko
Produksi
Produksi
Harga
Risiko
Harga
Harga
Faktor-faktor yang
Pendapatan / Risiko
mempengaruhi Pendapatan
pendapatan Keuntungan
Harga bibit ikan (W1)
Harga pakan ikan (W2)
Harga obat ikan (W3)
Upah tenaga kerja (W4)
C. Hipotesis
mas.
ikan, harga pakan ikan, harga obat ikan, dan upah tenaga kerja
3. Diduga tingkat risiko usahatani ikan mas berbeda dengan usahatani ikan
lele.