Definisi
Etiologi
yang ditemukan pada cairan vagina. Penyebab VB belum diketahui dengan pasti,
namun secara epidemiologi dihubungkan dengan aktifitas seksual. Ekosistem
Pada saat terjadi VB, terdapat pertumbuhan berlebihan dari beberapa spesies
bakteri, dimana pada keadaan normal ada dalam konsentrasi rendah. Ada beberapa
bakteri vagina yang berhubungan dengan VB. Bakteri anaerob, Bacteroides sp.
diisolasi sebanyak 76% dan Peptostrepcoccus sebanyak 36% pada wanita dengan
VB, pada wanita normal, kedua tipe anaerob jarang ditemukan. Penemuan spesies
anaerob ini dihubungkan dengan penurunan laktat dan peningkatan suksinat dan
asetat pada cairan vagina. Mobiluncus sp., merupakan bakteri batang anaerob
lengkung yang bersama bakteri lain ditemukan pada VB.Mobiluncus hominis,
merupakan agen etiologi VB bersama-sama dengan Gardnerella vaginalis dan
bakteri anaerob. Konsentrasinya meningkat pada wanita dengan VB 100-1000 kali
daripada wanita normal.
Faktor Risiko
Vaginosis bakterial dapat terjadi pada seksual aktif, namun dapat juga terjadi
pada orang yang tidak seksual aktif.Studi kohort longitudinal memberikan bukti
seksual banyak dan aktif menunjukkan peningkatan insiden VB. Pada wanita yang
flora normal vagina. Bakteri patogen mendominasi flora vagina normal dengan
aneorob.
berisiko dan dapat menggangu flora normal vagina. Studi kohort terbaru dari 182
wanita menunjukkan bahwa terjadinya VB tidak hanya berhubungan dengan
dikatakan pada penelitian ini merokok merupakan kebiasaan yang tidak sehat. Di
Amerika dan Inggris, kelompok ras hitam memiliki prevalensi yang tinggi
prevalensi tertinggi dibanding kelompok ras putih untuk penyakit seksual lainnya,
Patogenesis
dan melalui reaksi ion halide dengan peroksidase pada serviks yang merupakan
bagian dari sistem antibakteria H2O2-halide-peroxidase. Flora normal vagina
yang didominasi oleh Lactobacillus memilik pH < 4,5 yang disebabkan produksi
asam laktat, pada VB, pH > 4,5 akibat dominasi G. vaginalis dan bakteri anaerob.
Pada Gardnerella vaginalis dan bakteri anaerob dapat terjadi simbiosis, dimana
Gardnerella vaginalis menghasilkan asam amino yang akan diubah oleh bakteri
anaerob menjadi senyawa amin yang akan menaikkan pH yang merupakan
lingkungan yang baik bagi pertumbuhan Gardnerella vaginalis.
derkarboksilase, menghasilkan bau amis (fishy odor) saat cairan vagina dicampur
dengan KOH10% atau disebut whiff test, diduga karena volatisasi dari aromatik
mikroba lain yang merupakan sumber amin. Cairan vagina wanita VB mengalami
sebagai peningkatan kadar sitokin dan kemokin pada mukus serviks wanita VB
dan penurunan sekresi leucocyte protease inhibitor. Efek VB pada epitel vagina
dan pergantian sel epitel belum diketahui. Namun peningkatan konsentrasi bakteri
anaerob patogen dan VB dapat meningkatkan resiko infeksi saluran genital atas,
termasuk servisitis dan endrometritis.
Gejala klinis
Gejala klinis yang umum terdapat pada VB adalah bau vagina yang khas
berupa bau amis seperti bau ikan. Hal ini disebabkan produksi senyawa amin
berhubungan seksual dan saat menstruasi. Duh tampak homogen, encer, bewarna
putih dan menempel pada dinding vagina atau sering kali tampak pada labia atau
fourchette.
Diagnosis
Karena tidak terdapat etiologi tunggal pada VB, kriteria klinis-kriteria Amsel
digunakan untuk menegakkan diagnosis VB. Berdasarkan kriteria ini dikatakan
VB apabila terdapat 3 dari 4 kriteria berikut : duh tampak homogen, encer dan
bewarna putih keabu-abuan, peningkatan pH vagina > 4,5, adanya fishy odor dari
cairan vagina yang ditetesi KOH 10% (whiff test) dan ditemukan adanya clue
cells pada pemeriksaan mikroskop. Identifikasi clue cells dapat dilakukan dengan
menggunakan Nacl 0,9% (sediaan basah). Pemeriksaan mikroskop pada sediaan
basah kurang akurat dibandingkan dengan pewarnaan Gram.Pada pewarnaan
Gram semua sediaan hapusan menunjukkan bakteri lain yang melekat pada sel
epitel vagina. Dalam mendiagnosis vaginosis bakterial dengan menggunakan
kriteria Amsel, menunjukkan lebih dari 20 % clue cells dari total populasi sel.
Penatalaksanaan
oleh Centre for Disease Control and Prevention (CDC) berupa metronidazol oral
gram), intra vagina sekali sehari selama 5 hari atau klindamisin krim 2% 1
aplikator penuh (5 gram) saat mau tidur, selama 7 hari. Selain metronidazol dapat
juga diberikan terapi berupa klindamisin oral dengan dosis 2 x 300 mg selama 7
selama 2 hari, klindamisin ovules 100 mg intravagina saat mau tidur selama 3
hari.