Anda di halaman 1dari 6

Vaginosis Bakterial

Definisi

Vaginosis Bakterial (VB) adalah sindrom klinis akibat pergantian


Lactobacillus sp penghasil hidrogen peroksidase (H2O2), yang merupakan flora

normal pada vagina dengan bakteri anaerob konsentrasi tinggi (seperti :


Bacteriodes sp., Mobiluncus sp., Gardnerella vaginalis dan Mycoplasma hominis.
Vaginosis bakterial merupakan penyebab utama timbulnya sekret vagina yang
berbau tidak sedap pada wanita usia reproduktif.

Etiologi

Penyebab vaginosis bakterial bukan mikroorganisme tunggal. Pada suatu


analisis dari data flora vagina memperlihatkan bahwa ada 4 kategori dari bakteri
vaginayang berhubungan dengan vaginosis bakterial yaitu : Gardnerella
vaginalis, Bacteroides sp., Mobiluncus sp., Mycoplasma hominis. Vaginosis
bakterial ditandai oleh perubahan flora saluran genital, dominasi Lactobacillus,
digantikan oleh berbagai jenis organisme Gram positif maupun Gram negatif
seperti Gardnerella vaginalis, Mobiluncus sp., Bacteriodes sp., dan Mycoplasma
sp. Lactobacillus memproduksi H2O2 yang mempertahankan pH vagina dalam

keadaan asam sehingga mencegah berkembangnya bakteri-bakteri lain, dengan


terjadinya pergeseran dominasi flora di vagina. Perubahan mikrobiologis ini
menyebabkan perubahan biokimia berupa peningkatan pH vagina, produksi uap
amin dan peningkatan kadar endotoksin, enzim sialidase serta glikosidase bakteri

yang ditemukan pada cairan vagina. Penyebab VB belum diketahui dengan pasti,
namun secara epidemiologi dihubungkan dengan aktifitas seksual. Ekosistem

vagina normal sangat kompleks. Lactobacillus merupakan spesies bakteri yang


dominan pada vagina wanita usia produktif, tetapi terdapat juga bakteri-bakteri

lain yaitu bakteri aerob dan anaerob.

Pada saat terjadi VB, terdapat pertumbuhan berlebihan dari beberapa spesies
bakteri, dimana pada keadaan normal ada dalam konsentrasi rendah. Ada beberapa
bakteri vagina yang berhubungan dengan VB. Bakteri anaerob, Bacteroides sp.
diisolasi sebanyak 76% dan Peptostrepcoccus sebanyak 36% pada wanita dengan
VB, pada wanita normal, kedua tipe anaerob jarang ditemukan. Penemuan spesies
anaerob ini dihubungkan dengan penurunan laktat dan peningkatan suksinat dan
asetat pada cairan vagina. Mobiluncus sp., merupakan bakteri batang anaerob
lengkung yang bersama bakteri lain ditemukan pada VB.Mobiluncus hominis,
merupakan agen etiologi VB bersama-sama dengan Gardnerella vaginalis dan
bakteri anaerob. Konsentrasinya meningkat pada wanita dengan VB 100-1000 kali
daripada wanita normal.

Faktor Risiko

Vaginosis bakterial dapat terjadi pada seksual aktif, namun dapat juga terjadi

pada orang yang tidak seksual aktif.Studi kohort longitudinal memberikan bukti

bahwa yang mempunyai pasangan seksual baru maupun mempunyai pasangan

seksual banyak dan aktif menunjukkan peningkatan insiden VB. Pada wanita yang

frekuensi seksualnya meningkat, menunjukkan perubahan pH pada lingkungan

vagina selama dan setelah berhubungan seksual yang menyebabkan perubahan

flora normal vagina. Bakteri patogen mendominasi flora vagina normal dengan

menurunkan konsentrasi Lactobacillus yang menyebabkan pertumbuhan bakteri

aneorob.

Pemasangan IUD dengan adanya manipulasi secara langsung terhadap saluran


maupun organ reproduksi mulai dari vagina, endometrium dan uterus dan juga
terdapatnya benda asing didalam uterus akan menyebabkan reaksi inflamasi dan
menggangu fisiologi organ reproduksi. Ketidakseimbangan hormon yang terjadi
dengan pemasangan alat, serta tehnik, cara dan lama pemasangan adalah sangat

berisiko dan dapat menggangu flora normal vagina. Studi kohort terbaru dari 182
wanita menunjukkan bahwa terjadinya VB tidak hanya berhubungan dengan

pasangan seksual dan penurunan Lactobacillus penghasil H2O2, tetapi juga

berhubungan dengan penggunaan douching pada vagina. Pemakaian douching

vagina yang merupakan produk untuk menjaga kebersihan wanita bisa

menyebabkan terjadinya vaginosis bakterial. Douching dapat mempengaruhi

keseimbangan lingkungan vagina.

Merokok dikatakan berhubungan dengan terjadinya vaginosis bakterial.


Berdasarkan penelitian Moris dkk di London dan Swedia, merokok berhubungan
pada vaginosis bakterial. Namun hasil penelitian – penelitian ini sangat terbatas.
Pada penelitian ini, merokok kemungkinan menekan infeksi sistem imun, tetapi

dikatakan pada penelitian ini merokok merupakan kebiasaan yang tidak sehat. Di
Amerika dan Inggris, kelompok ras hitam memiliki prevalensi yang tinggi

terhadap vaginosis bakterial. Kelompok ini dilaporkan juga memiliki angka

prevalensi tertinggi dibanding kelompok ras putih untuk penyakit seksual lainnya,

seperti gonore, dan infeksi klamidia.

Patogenesis

Patogenesis terjadinya masih belum sepenuhnya diketahui. Kebanyakan studi

mempelajari patogenesis VB memfokuskan perhatian pada perubahan yang terjadi

pada ekosistem mikrobial vagina. Vaginosis bakterial dihasilkan dari pergantian


flora normal vagina, Lactobacillus dengan flora campuran yang terdiri dari

Gardnerella vaginalis, bakteri anaerob dan Mobiluncus hominis.

Lactobacillus vagina secara invitro menghambat pertumbuhan Gardnerella


vaginalis, bakteri anaerob Gram negatif menghasilkan H2O2 yang bersifat toksik

dan melalui reaksi ion halide dengan peroksidase pada serviks yang merupakan
bagian dari sistem antibakteria H2O2-halide-peroxidase. Flora normal vagina

yang didominasi oleh Lactobacillus memilik pH < 4,5 yang disebabkan produksi
asam laktat, pada VB, pH > 4,5 akibat dominasi G. vaginalis dan bakteri anaerob.
Pada Gardnerella vaginalis dan bakteri anaerob dapat terjadi simbiosis, dimana
Gardnerella vaginalis menghasilkan asam amino yang akan diubah oleh bakteri
anaerob menjadi senyawa amin yang akan menaikkan pH yang merupakan
lingkungan yang baik bagi pertumbuhan Gardnerella vaginalis.

Diperkirakan produksi amin oleh flora mikrobial melalui aktivitas

derkarboksilase, menghasilkan bau amis (fishy odor) saat cairan vagina dicampur

dengan KOH10% atau disebut whiff test, diduga karena volatisasi dari aromatik

amin, meliputi putrescine, cadaverin dan trimethylamine pada pH alkali.

Mobiluncus diketahui juga menghasilkan trimethylamine, belum diketahui

mikroba lain yang merupakan sumber amin. Cairan vagina wanita VB mengalami

peningkatan kadar endotoksin, sialidase dan glikosidase yang menurunkan musin

dan viskositas. Peningkatan respon hospes terhadap VB didokumentasikan

sebagai peningkatan kadar sitokin dan kemokin pada mukus serviks wanita VB
dan penurunan sekresi leucocyte protease inhibitor. Efek VB pada epitel vagina
dan pergantian sel epitel belum diketahui. Namun peningkatan konsentrasi bakteri
anaerob patogen dan VB dapat meningkatkan resiko infeksi saluran genital atas,
termasuk servisitis dan endrometritis.

Gejala klinis
Gejala klinis yang umum terdapat pada VB adalah bau vagina yang khas

berupa bau amis seperti bau ikan. Hal ini disebabkan produksi senyawa amin

berupa trimethylamin, putresin dan cadaverin oleh bakteri anaerob. Senyawa

amin ini banyak menguap bila pH lingkungan meningkat, seperti saat

berhubungan seksual dan saat menstruasi. Duh tampak homogen, encer, bewarna

putih dan menempel pada dinding vagina atau sering kali tampak pada labia atau

fourchette.

Diagnosis

Karena tidak terdapat etiologi tunggal pada VB, kriteria klinis-kriteria Amsel
digunakan untuk menegakkan diagnosis VB. Berdasarkan kriteria ini dikatakan
VB apabila terdapat 3 dari 4 kriteria berikut : duh tampak homogen, encer dan
bewarna putih keabu-abuan, peningkatan pH vagina > 4,5, adanya fishy odor dari
cairan vagina yang ditetesi KOH 10% (whiff test) dan ditemukan adanya clue
cells pada pemeriksaan mikroskop. Identifikasi clue cells dapat dilakukan dengan
menggunakan Nacl 0,9% (sediaan basah). Pemeriksaan mikroskop pada sediaan
basah kurang akurat dibandingkan dengan pewarnaan Gram.Pada pewarnaan
Gram semua sediaan hapusan menunjukkan bakteri lain yang melekat pada sel
epitel vagina. Dalam mendiagnosis vaginosis bakterial dengan menggunakan
kriteria Amsel, menunjukkan lebih dari 20 % clue cells dari total populasi sel.

Metode lain yang digunakan adalah metode diagnostik secara mikrobiologis,


yaitu pemeriksaan pewarnaan Gram dengan melihat skor Nugent, dimana metode
ini telah terbukti memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi dan digunakan
sebagai baku emas diagnostik. Pewarnaan Gram adalah pemeriksaan laboratorium
yang cepat yang berguna untuk melihat polimorfonuklear dan flora mikrobial.
Metode Nugent pada pewarnaan Gram berguna untuk mendeteksi pergeseran flora
normal vagina oleh mikroorganisme lain. Sistem skoring pada pewarnaan Gram
dipakai sebagai metode standar untuk diagnosis VB. Skoring berdasarkan tiga
morfotipe, yaitu : bakteri batang Gram positif besar (Lactobacillus), bakteri
batang Gram negatif kecil atau variabel (Gardnerella dan bakteri anaerob) dan
bakteri batang bengkok Gramnegatif/batang Gram variabel. Pemeriksaan ini
berdasarkan pergeseran morfotipe dari Lactobacillus yang dominan menjadi
Gardnerella vaginalis dan bakteri anerob serta Mobiluncus. Pulasan vagina pada
pewarnaan Gram dilihat dibawah mikroskop dengan pembesaran 100 kali. Skor
yang diberikan adalah 0 sampai 10 berdasarkan proporsi relatif dari morfologi
bakteri, yaitu apakah bentuk batang Gram positif besar, bentuk batang Gram
negatif kecil dan variabel atau bentuk batang bengkok Gram negatif/batang Gram
variabel.

Penatalaksanaan

Pengobatan direkomendasikan pada wanita dengan gejala VB. Tujuan terapi


pada wanita tidak hamil adalah untuk menghilangkan tanda dan gejala infeksi
vagina dan mengurangi kemungkinan mendapatkan C. trachomatis, N.

gonorrhoea, HIV dan penyakit IMS lainnya. Pengobatan VB yang

direkomendasikan pada Sexual Transmitted Disease Treatment Guideline 2010

oleh Centre for Disease Control and Prevention (CDC) berupa metronidazol oral

2 x 500 mg selama 7 hari atau metronidazol gel 0,75% 1 aplikator penuh (5

gram), intra vagina sekali sehari selama 5 hari atau klindamisin krim 2% 1

aplikator penuh (5 gram) saat mau tidur, selama 7 hari. Selain metronidazol dapat

juga diberikan terapi berupa klindamisin oral dengan dosis 2 x 300 mg selama 7

hari. Pengobatan alternatif yang dianjurkan berupa tinidazol oral 1 x 2 gram

selama 2 hari, klindamisin ovules 100 mg intravagina saat mau tidur selama 3

hari.

Pada masa kehamilan, pengobatan VB yang direkomendasikan pada Sexual


Transmitted Disease Treatment Guidelines 2010 oleh Centre for Disease Control
and Prevention (CDC) dapat diberikan metronidazol oral 2 x 500 mg selama 7
hari, metronidazol 3 x 250 mg selama 7 hari, dan klindamisin oral 2 x 300 mg
selama 7 hari. Keuntungan terapi VB pada wanita hamil adalah dapat menurunkan
gejala dan tanda-tanda infeksi pada vagina dan menurunkan risiko infeksi
komplikasi yang berhubungan VB pada wanita hamil.

Anda mungkin juga menyukai