Preeklampsia Berat
Diajukan untuk Memenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik dan Melengkapi Salah Satu Syarat
Menempuh Program Pendidikan Profesi Dokter
Bagian Ilmu Kandungan dan Kebidanan RSI Sultan Agung Semarang
Periode 20 Mei 2019 – 20 Juli 2019
Disusun oleh:
Tsalitsa Laili Akmalia
30101507574
Pembimbing:
dr. Muslich Azhari, Sp.OG
1
BAB I
PENDAHULUAN
3
BAB II
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. S
Umur : 42 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Wiraswasta
Nama Suami : Tn. S
Agama : Islam
Alamat : Gajah mungkur Semarang
Status Pernikahan : Menikah
Pendidikan Terakhir : SMA
Rekam Medis : 01 – 37 - ** - **
Ruang : Baitunnisa
Kelas : II
Asuransi : BPJS Non-PBI
Tanggal Masuk : 28 Mei 2019
Tanggal Keluar : 31 Mei 2019
II. ANAMNESA
Anamnesa dilakukan secara autoanamnesa pada tanggal 28 Mei 2019 pukul 10.00
WIB di Poli Obgyn RSI Sultan Agung Semarang
Keluhan Utama :
Kenceng-kenceng disertai nyeri kepala, nyeri tengkuk, pandangan dobel
4
bersih rumah. Kenceng-kenceng semakin hari semakin bertambah kuat dan
frekuensinya semakin sering diikuti dengan nyeri tengkuk dan padangan dobel.
Menurut ibu S keluhan berkurang saat istirahat dan dan bertambah saat
melakukan pekerjaan. Sebelumnya ibu mengatakan periksa ke Puskesmas Gajah
Mungkur pada tanggal 27 Mei 2019 pukul 13.00 dan dirujuk ke RSI Sultan
Agung semarang karena tekanan darah pasien 180/144 mmHg.
Riwayat Haid
Menarche : 17 tahun
Lama : 3 - 7 hari
Siklus : 28 hari (teratur)
HPHT : 5 September 2018
Dysmenorrhoe : tidak pernah
Riwayat Perkawinan
Menikah 1x
Pernikahan sudah 12 tahun (Istri : 42 tahun / Suami : 43 tahun)
Riwayat Obstetri :
G4 P2 A1
• G1 :Abortus, 3 Bulan, di kuret, dr. Sp OG
• G2 : laki-laki, lahir di rumah sakit secara Sc, BBL : 3000 gr, PB :
47 cm, tahun sehat
• G3 : laki-laki, lahir di rumah sakit secara Sc, BBL : 3200 gr, PB : 49
cm, 6 tahun sehat
• G4 : Hamil sekarang
• Riwayat ANC : 4x datang ke Puskesmas setiap kehamilan
• Riwayat Nifas : Nifas selama 30 hari tanpa ada pendarahan maupun tanda –
tanda infeksi lainnya
• Cara pemberian nurtrisi : diberikan Asi Ekslusif selama 6 bulan
5
Riwayat ANC : 4x (di Puskesmas)
Melakukan ANC teratur terakhir pada 2 Mei 2019
Diet rendah garam
Mengkonsumsi obat antihipertensi (Nifedipin)
Mendapat Riwayat TT
Riwayat KB : -
Riwayat Ginekologi : -
6
III. PEMERIKSAAN FISIK
Status Pasien :
KU : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda Vital
Suhu : 36,7 0C
TD : 180/144 mmHg
Nadi : 112 x / menit
RR : 20x / menit
SpO2 : 98%
GCS : E4 M6 V5 (GCS = 15)
TB : 162 cm
BB : 81 kg
Status Internus
1. Kepala : Normosefali, chloasma gravidarum (+)
2. Mata : Konjungtiva Anemis -/-, Sklera Ikterik -/-
3. Telinga : Discharge (-), bentuk normal
4. Hidung : Discharge (-), septum deviasi (-)
5. Mulut dan Tenggorok :
Bibir : Sianosis (-), Pucat (-)
Lidah : Kotor (-)
Uvula : Di tengah
Tonsil : Ukuran T1/T1, tenang, hiperemis (-)
Faring : hiperemis (-)
6. Leher : Trakea di tengah, kelenjar tiroid tidak membesar
7. KGB : Retroarikuler, submandibular, servikal, supra klavikula,
aksila, dan inguinal Pembesaran (-)
8. Payudara : Simetris kanan dan kiri. Areola mammae : hiperpigmentasi
(+/+) , nipple : Retraksi (-/-), Mammae : tidak teraba massa.
9. Thorax
Paru :
7
Inspeksi : Retraksi (-), Simetris kanan dan kiri
Palpasi : Stem fremitus kanan dan kiri sama kuat
Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi : Suara dasar vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-
Jantung :
Inspeksi : Tidak tampak iktus kordis
Palpasi : Iktus Kordis teraba di ICS V linea axillaris Sinistra
Perkusi : Kiri : ICS V, midclavicular line sinistra
Kanan : Sejajar ICS V midsternal line dextra
Pinggang Jantung : ICS III Parasternal line sinistra
Auskultasi : BJ I dan II reguler, Murmur (-), Gallop (-)
10. Abdomen
Inspeksi : Perut membesar, tampak membujur simetris, striae
gravidarum (+), linea alba (+)
Palpasi : Supel, nyeri tekan (+), pembesaran hepar dan lien (-)
Perkusi : Redup
Auskultasi : Bising usus (+) Normal
11. Anus dan Genitalia : Tak tampak adanya benjolan dari vagina
12. Ekstremitas atas : Akral hangat, oedem -/-, tonus otot baik
Ekstremitas bawah: Akral hangat, oedem +/+, tonus otot baik
13. Neurologis : Tidak ditemukan adanya defisit neurologis
Status Obstetri
TFU : 28 cm
TBJ : (28 – 11) x 155 = 2635 gram
DJJ : 12 x 12x 12 = 144 x/menit
HIS : 1 kali / 10 menit
Leopold : Janin 1 hidup intra uterin
Leopold I : Besar, bulat, lunak
Leopold II : Tahanan memanjang Kiri (PUKI)
Leopold III : Besar, bulat, keras
Leopold IV : Divergen (masuk PAP)
8
Status Ginekologi
Vagina toucher : belum ada pembukaan, kulit ketuban (+), emfisement : 0
%, tes lakmus (-), proteinuria positif (+) 3.
HEMATOLOGY
V. RESUME 16
Seorang pasien umur 42 tahun hamil 38 minggu datang ke PONEK RSI Sultan
Agung Semarang dengan keluhan kenceng-kenceng sejak tadi malam, keluhan
kenceng-kenceng dirasakan dalam 1 hari terakhir, saat ini kenceng-kenceng
dirasakan 1 kali dalam 10 menit, pasien juga mengeluhkan pusing, nyeri tengkuk
pandangan kabur disertai nyeri pada perut bagian bawah dan menjalar hingga ke
pinggang. HPHT 5 September 2018, hari perkiraan lahir 12 Juni 2019. Riwayat
9
trauma disangkal. Pasien tidak memiliki riwayat tekanan darah tinggi sebelum
hamil, diabetes mellitus, asma, penyakit jantung maupun alergi. Ibu pasien
memiliki riwayat hipertensi. Pada pemeriksaan status generalis didapatkan tanda
tanda vital, tekanan darah diatas normal yaitu 180/144 mmHg, didapatkan Status
obstetrik Leopold 1 teraba bulat lunak (bokong), Leopold 2 perut sebelah kiri
teraba memanjang punggung, perut sebelah kanan teraba kecil-kecil
ekstremitas, Leopold 3 teraba bulat keras (kepala), Leopold 4 divergen. TFU : 28
cm, dengan TBJ : 2635 gram, DJJ : 144x/menit, pada pemeriksaan dalam, vaginal
touche: tidak didapatkan pembukaan, eff (-), ketuban (+) teraba, teraba kepala
turun ke H1. pada pemeriksaan urine didapatkan proteinuria +3
VI. DIAGNOSA
G4 P2 A1, Umur 42 tahun, Hamil 38 minggu janin 1 hidup
intrauterine, letak kepala, belum inpartu, multigravida.
VII. PENATALAKSANAAN
Terminasi kehamilan
RL
Observasi keadaan umum dan tanda-tanda vital ibu dalam 1 jam
Jika tekanan darah tidak stabil/meningkat injeksi MgSO4 bolus 4gr dan drip 6gr.
Nifedipine 3 x 10 mg
VIII. PROGNOSIS
Ad Vitam : Dubia ad bonam
Ad Sanationam : Dubia ad bonam
Ad Functionam : Dubia ad bonam
10
IX. FOLLOW UP
S O A P
a
ngg
al29 puk
ul18.10
S O A P
S O A P
a
ngg
al30 puk
ul17.00
S O A P
11
FOLLOW PPO OPE A I
a
ngg
al31 puk
ul14.00
S O A P
12
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 DEFINISI
1.2 KLASIFIKASI
1. Kenaikan tekanan darah sistolik antara 140-160 mmHg dan tekanan darah
diastolik 90-110 mmHg 2. Proteinuria secara kuantitatif >0,3 gr/l dalam 24 jam
1. Tekanan darah sistolik >160 mmHg atau tekanan darah diastolik >110 mmHg
2. Trombosit 3 gr/ liter/24 jam) atau positif 3 atau 4, pada pemeriksaan kuantitatif
bisa disertai dengan: a. Oliguria (urine < 400 ml/24 jam) b. Keluhan serebral,
gangguan pengelihatan c. Nyeri abdomen d. Gangguan fungsi hati e. Gangguan
perkembangan Intrauterine
1.3 ETIOLOGI
Etiologi preeklampsia sampai sekarang belum diketahui dengan pasti.
Banyak teori dikemukakan, tetapi belum ada yang mampu memberi jawaban
yang memuaskan. Oleh karena itu, preeklampsia sering disebut sebagai “the
disease of theory” :
Terdapat empat hipotesis mengenai etiologi preeklampsia hingga saat ini, yaitu:
14
1. Iskemia plasenta, yaitu invasi trofoblas yang tidak normal terhadap arteri
spiralis sehingga menyebabkan berkurangnya sirkulasi uteroplasenta yang dapat
berkembang menjadi iskemia plasenta.
4. Genetik. Teori yang paling diterima saat ini adalah teori iskemia plasenta.
Namun, banyak faktor yang menyebabkan preeklampsia dan di antara faktor-
faktor yang ditemukan tersebut seringkali sukar ditentukan apakah faktor
penyebab atau merupakan akibat.
15
1.4 EPIDEMIOLOGI
16
1.5.2 Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik yang dapat ditemukan meliputi; peningkatan
tekanan sistolik 30mmHg dan diastolik 15 mmHg atau tekanan darah meningkat
lebih dari 140/90mmHg. Tekanan darah pada preeklampsia berat meningkat lebih
dari 160/110 mmHg dan disertai kerusakan beberapa organ. Selain itu kita juga
akan menemukan takikardia, takipnu, edema paru, perubahan kesadaran,
hipertensi ensefalopati, hiperefleksia, pendarahan otak (Michael, 2005).
Dua gejala yang sangat penting pada preeklampsia adalah hipertensi dan
proteinuria. Gejala ini merupakan keadaan yang biasanya tidak disadari oleh
wanita hamil. Pada waktu keluhan lain seperti sakit kepala, gangguan
penglihatan, dan nyeri epigastrium mulai timbul, hipertensi dan proteinuria yang
terjadi biasanya sudah berat.
1. Tekanan darah. Kelainan dasar pada preeklampsia adalah vasospasme arteriol
sehingga tanda peringatan awal muncul adalah peningkatan tekanan darah.
Tekanan diastolik merupakan tanda prognostik yang lebih baik dibandingkan
tekanan sistolik dan tekanan diastolik sebesar 90 mmHg atau lebih menetap
menunjukan keadaan abnormal.
2. Proteinuria. Derajat proteinuria sangat bervariasi menunjukan adanya suatu
penyebab fungsional dan bukan organik. Pada preeklampsia awal, proteinuria
mungkin hanya minimal atau tidak ditemukan sama sekali. Pada kasus yang
berat, proteinuria biasanya dapat ditemukan dan mencapai 10 gr/l. Proteinuria
hampir selalu timbul kemudian dibandingkan dengan hipertensi dan biasanya
terjadi setelah kenaikan berat badan yang berlebihan. 21-3
3. Nyeri kepala. Gejala ini jarang ditemukan pada kasus ringan, tetapi semakin
sering terjadi pada kasus yang lebih berat. Nyeri kepala sering terasa pada daerah
frontalis dan oksipitalis, dan tidak sembuh dengan pemberian analgesik biasa.
Pada Universitas Sumatera Utara wanita hamil yang mengalami serangan
eklampsia, nyeri kepala hebat hampir selalu mendahului serangan kejang
pertama.
4. Nyeri epigastrium. Nyeri epigastrium atau nyeri kuadran kanan atas merupakan
keluhan yang sering ditemukan pada preeklampsia berat dan dapat menjadi
presiktor serangan kejang yang akan terjadi. Keluhan ini mungkin disebabkan
oleh regangan kapsula hepar akibat edema atau perdarahan.
17
5. Gangguan penglihatan. Gangguan penglihatan yang dapat terjadi di antaranya
pandangan yang sedikit kabur, skotoma, hingga kebutaan sebagian atau total.
Keadaan ini disebabkan oleh vasospasme, iskemia, dan perdarahan petekie pada
korteks oksipital.
1.6 DIAGNOSIS
Preeklampsia berat, bila disertai keadaan sebagai berikut :
• Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih pada usia kehamilan >20 minggu.
• Proteinuria 5 gr/24 jam pada uji kuantitatif dan ≥ +2 pada tes celup.
1.8 KOMPLIKASI
Preeklampsia dapat menyebabkan kelahiran awal atau komplikasi pada neonatus
berupa prematuritas. Resiko fetus diakibatkan oleh insufisiensi plasenta baik akut
maupun kronis. Pada kasus berat dapat ditemui fetal distress baik pada saat
kelahiran maupun sesudah kelahiran (Pernoll, 1987). Komplikasi yang sering
terjadi pada preklampsia berat adalah (Wiknjosastro, 2006) :
1. Solusio plasenta. Komplikasi ini biasanya terjadi pada ibu hamil yang
menderita hipertensi akut. Di Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo 15,5 %
solusio plasenta terjadi pada pasien preeklampsia. 2. Hipofibrinogenemia. Pada
preeklampsia berat, Zuspan (1978) menemukan 23% hipofibrinogenemia. 3.
Hemolisis. Penderita dengan preeklampsia berat kadang-kadang menunjukan
gejala klinik hemolisis yang dikenal karena ikterus. Belum diketahui dengan pasti
apakah ini merupakan kerusakan sel-sel hati atau destruksi sel darah merah.
18
Nekrosis periportal hati yang sering ditemukan pada autopsi penderita eklampsia
dapat menerangkan mekanisme ikterus tersebut. 4. Perdarahan otak. Komplikasi
ini merupakan penyebab utama kematian maternal. 5. Kelainan mata. Kehilangan
penglihatan untuk sementara yang berlangsung selama seminggu dapat terjadi.
Perdarahan kadang-kadang terjadi pada retina, hal ini merupakan tanda gawat dan
akan terjadi apopleksia serebri. 6. Nekrosis hati. Nekrosis periportal hati pada
pasien preeklampsia-eklampsia diakibatkan vasospasmus arteriol umum.
Kerusakan sel-sel hati dapat diketahui dengan pemeriksaan faal hati. 7. Sindroma
HELLP, yaitu hemolysis, elevated liver enzymes dan low platelet. 8. Kelainan
ginjal. Kelainan ini berupa endoteliosis glomerulus berupa pembengkakan
sitoplasma sel endotelial tubulus ginjal tanpa kelainan struktur lainnya. Kelainan
lain yang dapat timbul ialah anuria sampai gagal ginjal. 9. Prematuritas,
dismaturitas dan kematian janin intrauterin. 10. Komplikasi lain berupa lidah
tergigit, trauma dan fraktur karena terjatuh akibat kejang, pneumonia aspirasi dan
DIC.
1.9 PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan Preeklampsia Berat
a. Penanganan umum.
Ibu dengan Preelampsia harus segera dirujuk ke Rumah Sakit
1. Tatalaksana kejang :
Bila kejang perhatikan jalan napas, pernapasan (oksigen), dan sirkulasi
(cairan intravena)
MgSO4 diberikan secara IV pada ibu Preeklampsia Berat (tatalaksana
pencegahan kejang) dan Eklampsia (tatalaksana kejang)
Lakukan intubasi jika terjadi kejang
Dosis awal ambil 4gr larutan MgSO4 (10 ml MgSO4 40%) larutkan
dengan 10 ml akuades, berikan secara IV selama 20 menit, jika akses IV sulit
berikan IM bokong kiri dan kanan masing-masing 5gr.
19
Dosis rumatan ambil 6gr MgSO4 (15ml MgSO4 40%) larutkan ringer
laktat 500ml berikan IV dengan 20-28 tpm selama 6 jam.
Syarat pemberian MgSO4 Tersedia Ca Glukonas 10%, refleks patella
+, urin minimal 0.5ml/KgBB/jam
Lakukan PF setap jam.
2. Tatalaksana Hipertensi :
ACEi, ARB, Klorothiazid Kontraindikasi pada ibu hamil
a) Nifedipin 4x10-30mg (short acting), 1x20-30mg (long acting)
b) Nikardipin 5mg/jam hingga maksimum 10 mg/jam
c) Metildopa 2x250-500 mg peroral dosis maksimal 2000mg/hari
20
1.10 PENCEGAHAN
Pelaksanaan antenatal care yang teratur dan teliti
Mengenali tanda bahaya sedini mungkin
Perhatikan faktor predisposisi
Pentingnya mengatur diet rendah garam, lemak, dan karbohidrat
Menjaga kenaikan berat badan
1.11 PROGNOSIS
Penderita preeklampsia/eklampsia yang terlambat penangannya akan dapat
berdampak pada ibu dan janin dikandungnya. Pada ibu dapat terjadi
perdarahan otak, dekompensasi kordis dengan edema paru, gagal ginjal dan
aspirasi isi lambung saat kejang. Pada janin dapat terjadi kematian kerana
hipoksia intrauterin dan kelahiran prematur (Wiknjosastro, 1999).
21
BAB IV
KESIMPULAN
22
DAFTAR PUSTAKA
23