KEKR Provinsi Kalimantan Barat November 2018 PDF
KEKR Provinsi Kalimantan Barat November 2018 PDF
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas segala rahmat
dan karunia-Nya kami dapat menyusun buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR)
Provinsi Kalimantan Barat edisi November 2018. Buku KEKR ini kami susun dengan tujuan untuk
menyajikan informasi terkini kepada para pemangku kepentingan baik eksternal maupun internal
seputar perkembangan ekonomi daerah, keuangan pemerintah daerah, inflasi, stabilitas
keuangan daerah, akses keuangan, sistem pembayaran, pengelolaan uang rupiah,
ketenagakerjaan, serta prospek ekonomi dan inflasi ke depan. Selain itu, kami juga berharap
buku KEKR ini dapat menjadi salah satu referensi yang dapat diandalkan bagi para pemangku
kepentingan untuk mengambil keputusan.
Dalam penyusunan buku KEKR ini, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan
Barat telah mendapatkan banyak dukungan data dan informasi dari berbagai pihak. Sehubungan
dengan hal tersebut, pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan
kepada seluruh pihak yang telah bersedia memberikan data dan informasi yang kami perlukan
dalam menyusun buku ini.
Sebagai penutup, kami menyadari bahwa dalam penyusunan buku KEKR ini masih
terdapat kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca
agar kualitas kajian ini dapat terus ditingkatkan.
Prijono
Grafik 1. 1 Pertumbuhan Ekonomi Triwulanan Kalimantan Barat dan Nasional 2014-2018 ....... 2
Grafik 1. 2 Pertumbuhan Ekonomi Tahunan Kalimantan Barat dan Nasional 2012-2017 ........... 2
Grafik 1. 3 Pemetaan Matriks Komponen PDRB Sisi Permintaan Triwulan III 2018 ..................... 4
Grafik 1. 4 Pemetaan Matriks Komponen PDRB Sisi Permintaan Triwulan III 2017 ..................... 4
Grafik 1. 5 Perkembangan Indeks Tendensi Konsumen Kalimantan Barat ................................. 5
Grafik 1. 6 Perkembangan Kredit Konsumsi ............................................................................ 5
Grafik 1. 7 Realisasi APBN & APBD Kalimantan Barat ............................................................... 7
Grafik 1. 8 Perkembangan PMA.............................................................................................. 9
Grafik 1. 9 Perkembangan Jumlah Proyek PMA ....................................................................... 9
Grafik 1. 10 Perkembangan PMDN ......................................................................................... 9
Grafik 1. 11 Perkembangan Jumlah Proyek PMDN ................................................................... 9
Grafik 1. 12 Komposisi PMDN............................................................................................... 10
Grafik 1. 13 Komposisi PMA ................................................................................................. 10
Grafik 1. 14 Perkembangan Volume dan Nilai Ekspor Kalimantan Barat ................................. 11
Grafik 1. 15 Perbandingan Proporsi Komoditas Ekspor Kalimantan Barat ................................ 11
Grafik 1. 16 Perkembangan Ekspor Komoditas Karet ............................................................. 12
Grafik 1. 17 Perkembangan Ekspor Komoditas Alumina (SITC 285 + 522) .............................. 12
Grafik 1. 18 Distribusi Negara Tujuan Ekspor Kalimantan Barat Triwulan III 2018 .................... 12
Grafik 1. 19 Produksi Karet Olahan Bulanan Kalimantan Barat 2015-Oktober 2018 ................ 13
Grafik 1. 20 Perkembangan Volume dan Nilai Impor Kalimantan Barat ................................... 14
Grafik 1. 21 Pertumbuhan Impor Barang Bahan Baku ............................................................ 14
Grafik 1. 22 Pertumbuhan Impor Barang Konsumsi ............................................................... 14
Grafik 1. 23 Komposisi Komponen Impor .............................................................................. 14
Grafik 1. 24 Pergerakan Pertumbuhan Komponen Impor ....................................................... 14
Grafik 1. 25 Distribusi Negara Asal Impor Kalimantan Barat Triwulan III 2018 ......................... 15
Grafik 1. 26 Neraca Perdagangan Luar Negeri Kalimantan Barat ............................................ 16
Grafik 1. 27 Pemetaan Matriks Komponen PDRB Sisi Penawaran Triwulan III 2018 ................. 17
Grafik 1. 28 Pemetaan Matriks Komponen PDRB Sisi Penawaran Triwulan III 2017 ................. 18
Grafik 1. 29 Perkembangan Luas Lahan Tanam Kalimantan Barat .......................................... 20
Grafik 1. 30 Perkembangan Luas Lahan Panen Kalimantan Barat ........................................... 20
Grafik 1. 31 Perkembangan Luas Lahan Puso Kalimantan Barat ............................................. 20
Grafik 1. 32 Perkembangan Produksi TBS Kalimantan Barat ................................................... 21
Grafik 1. 33 Perkembangan Harga TBS ................................................................................. 21
Tabel 1. 1 Pertumbuhan PDRB Kalimantan Barat Triwulan III 2018 Sisi Permintaan ADHK Tahun
2010 ..................................................................................................................................... 3
Tabel 1. 2 Pertumbuhan PDRB Kalimantan Barat Triwulan III 2018 Sisi Penawaran ADHK Tahun
2010.................................................................................................................................... 17
Tabel 1. 3 Perkembangan Luas Lahan Panen Sawah Kabupaten/Kota di Kalimantan Barat (Ha) 20
Tabel 1. 4 Penyerapan Belanja APBN Kelompok Belanja Infrastruktur Provinsi Kalimantan Barat
........................................................................................................................................... 23
Tabel 1. 5 Pertumbuhan Produksi Industri Besar dan Menengah Kalimantan Barat (%, yoy) .... 25
Tabel 1. 6 Pertumbuhan Produksi Industri Mikro dan Kecil Kalimantan Barat (%, yoy)............. 25
Tabel 2. 1 Anggaran dan Realisasi Pendapatan Daerah Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2017 dan
2018.................................................................................................................................... 34
Tabel 2. 2 Anggaran dan Realisasi Belanja Daerah Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2017 dan
2018.................................................................................................................................... 36
Tabel 2. 3 Anggaran dan Realisasi Alokasi Belanja APBN di Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2017
dan 2018 ............................................................................................................................. 41
Tabel 3. 1 Perkembangan Inflasi Bulanan Kalimantan Barat (mtm) ......................................... 46
Tabel 3. 2 Komoditas Utama Penyumbang Inflasi Bulanan Kalimantan Barat (mtm) ................ 47
Tabel 3. 3 Perkembangan Inflasi Tahunan Kalimantan Barat (yoy) .......................................... 48
Tabel 3. 4 Perkembangan Inflasi Kota dan Provinsi Kalimantan Barat (mtm dan yoy) ............... 49
Tabel 3. 5 Perkembangan Inflasi Kota dan Provinsi Kalimantan Barat (yoy).............................. 50
Tabel 4. 1 Perkembangan Dana Pihak Ketiga (DPK) di Kalimantan Barat (Rp Triliun)* .............. 53
Tabel 4. 2 Perkembangan DPK Kalimantan Barat Per Kabupaten/Kota (Rp Triliun) ................... 54
Tabel 4. 3 Perkembangan Kredit Perbankan Kalimantan Barat (Rp Triliun)* ............................ 55
Tabel 4. 4 Perkembangan Nominal Kredit di Kalimantan Barat Berdasarkan Kabupaten/Kota (Rp
Miliar) .................................................................................................................................. 57
Tabel 4. 5 Perkembangan NPL di Kalimantan Barat Berdasarkan Kabupaten/Kota (Rp Miliar) ... 58
Tabel 5. 1 Uang Rupiah Yang Diragukan Keasliannya ............................................................ 80
Tabel 6. 1 Indikator Ketenagakerjaan Kalimantan Barat (Ribu Jiwa) ........................................ 84
Tabel 6. 2 Persentase Penduduk Bekerja Berdasarkan Lapangan Usaha di Kalimantan Barat (Ribu
Jiwa) .................................................................................................................................... 85
Tabel 6. 3 Jumlah Tenaga Kerja Berdasarkan Status Utama Pekerja (Ribu Jiwa) ....................... 86
Tabel 6. 4 Nilai Tukar Petani Provinsi Kalimantan Barat .......................................................... 88
Tabel 6. 5 Perbandingan NTP dengan Provinsi Lain di Kalimantan dan Nasional ...................... 88
Inflasi Kalimantan Barat Inflasi Kalimantan Barat pada triwulan III 2018 tercatat
pada triwulan III 2018 sebesar 2,91% (yoy) atau menurun dibandingkan triwulan II 2018
tercatat sebesar 2,91% yang sebesar 3,46% (yoy). Menurunnya inflasi bahan makanan
(yoy) atau menurun mendorong penurunan inflasi pada triwulan III 2018. Berdasarkan
dibandingkan dengan komoditasnya, penurunan inflasi triwulan III 2018 terutama
triwulan II 2018 yang disebabkan oleh menurunnya harga ikan kembung, tiket
sebesar 3,46% (yoy). angkutan udara, apel, kangkung, dan gula pasir. Di sisi lain, inflasi
pada upah tukang bukan mandor, harga daging ayam ras, beras,
bensin, dan rokok kretek filter menahan penurunan laju inflasi
lebih jauh pada triwulan III 2018. Hingga akhir triwulan IV 2018
inflasi diprakirakan akan lebih tinggi dibandingkan inflasi pada
triwulan III 2018. Permintaan masyarakat yang cenderung
DPK tumbuh lebih rendah Pada akhir triwulan III 2018, posisi DPK perbankan Kalimantan
dibandingkan dengan Barat tumbuh 6,71% (yoy) dengan total nominal sebesar Rp54,62
kredit, dengan rasio NPL triliun, dibandingkan dengan posisi DPK pada akhir triwulan II
yang rendah. 2018 yang sebesar Rp53,61 triliun. Posisi kredit berdasarkan
lokasi di Kalimantan Barat pada akhir triwulan III 2018 tumbuh
12,59% (yoy) dengan posisi baki debet sebesar Rp74,76 triliun.
Kualitas kredit sedikit membaik yang tercermin dari menurunnya
rasio NPL yaitu dari 1,88% pada akhir triwulan II menjadi 1,80%
pada akhir triwulan III 2018.
KPwBI Provinsi Transaksi kliring di Kalimantan Barat pada triwulan III 2018
Kalimantan Barat mencapai Rp5,80 triliun, meningkat dari Rp5,53 triliun pada
mengalami net inflow triwulan sebelumnya. Di sisi lain, nilai transaksi RTGS pada
seiring dengan berlalunya triwulan III meningkat menjadi Rp31,85 triliun dari Rp20,99 pada
HBKN dan liburan sekolah triwulan II 2018. KPwBI Provinsi Kalimantan Barat mengalami net
di triwulan sebelumnya. inflow sebesar Rp402,42 milyar di triwulan III 2018, dengan
jumlah uang yang masuk (inflow) mencapai Rp2,44 triliun.
Sebagaimana pola historisnya, kebutuhan uang tunai di triwulan
III 2018 mengalami penurunan pasca Hari Besar Keagamaan
Nasional (HKBN) dan liburan sekolah.
Tingkat inflasi pada Tekanan inflasi Kalimantan Barat pada triwulan I 2019
triwulan I 2019 dan diproyeksikan menurun sebagai dampak dari normalisasi harga
keseluruhan tahun 2019 pasca HBKN dan liburan akhir tahun serta prakiraan musim panen
diperkirakan berada yang akan meningkatkan stok bahan pangan. Namun demikian,
dalam kisaran 3,5+1% secara keseluruhan inflasi 2019 diperkirakan masih berada dalam
(yoy). rentang target inflasi nasional, 3,5+1% (yoy).
Produk Domestik Regional Bruto (%, yoy) 6.33 4.08 4.63 4.55 6.29 4.43 6.26 3.89 4.94 4.79 5.13 5.80 5.09 5.18 5.01
Ekspor
- Nilai Ekspor Non Migas (USD Juta) 131.27 164.02 144.12 121.12 107.00 121.46 173.13 217.51 265.25 359.84 377.41 367.52 406.51 393.40 329.27
- Volume Ekspor Non Migas (ribu ton) 159.33 183.88 182.80 169.90 151.93 158.53 340.86 444.40 410.26 511.00 990.00 1,597.00 1,883.58 2,555.18 2,333.06
Impor
- Nilai Impor Non Migas (USD Juta) 118.67 145.84 162.15 69.30 59.67 33.95 126.43 45.20 36.27 34.82 39.82 53.42 78.49 75.74 82.73
- Volume Impor Non Migas (ribu ton) 122.00 117.00 119.00 56.00 73.00 59.00 78.00 33.00 56.17 45.63 65.77 56.36 81.65 73.55 95.94
Kredit Korporasi (Rp Miliar) 32,172 34,360 36,193 26,122 26,825 30,002 32,798 31,590 32,315 33,281 33,567 34,087 35,618 36,390 37,506
- Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan 12,393 14,007 15,605 13,921 15,144 17,523 20,180 19,806 20,488 21,025 21,140 21,431 21,945 22,289 23,420
- Pertambangan dan Penggalian 605 773 850 695 650 670 648 659 708 607 627 631 1,125 1,111 981
- Industri Pengolahan 3,765 4,023 3,825 3,978 4,084 4,493 4,530 3,233 3,272 3,137 2,826 2,696 3,406 3,404 3,137
- Listrik, Gas dan Air Bersih 81 76 72 54 50 49 44 68 90 145 203 224 248 243 235
- Bangunan 849 925 1,042 901 733 823 938 973 734 935 1,188 1,480 1,231 1,334 1,463
- Perdagangan, Hotel, dan Restoran 9,627 10,158 10,172 2,640 2,521 2,639 2,608 2,940 3,087 3,426 3,464 3,698 3,601 3,901 4,136
- Pengangkutan dan Komunikasi 1,678 1,665 1,635 1,911 1,349 1,407 1,368 1,422 1,311 1,257 1,272 1,189 1,132 1,109 1,103
- Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 2,043 2,076 2,318 1,800 1,758 2,119 2,191 2,207 2,370 2,467 2,577 2,458 2,576 2,691 2,701
- Jasa-Jasa 620 649 636 164 190 223 235 209 213 238 224 231 311 274 310
- Lainnya 511 9 38 57 347 57 57 71 44 45 44 50 43 36 21
Kredit Perseorangan (Rp Miliar) 26,291 26,918 27,423 28,983 29,230 30,801 31,036 31,659 31,732 32,511 32,822 34,079 38,794 36,483 37,254
- Modal Kerja 7,506 7,744 7,840 7,867 7,795 8,153 8,088 8,159 8,102 8,348 8,379 8,561 9,010 8,553 8,630
- Investasi 3,227 3,198 3,249 4,626 4,725 5,391 5,442 5,453 5,471 5,293 5,227 5,097 5,650 5,388 5,675
- Konsumsi / Sektor Rumah Tangga 15,558 15,975 16,334 16,490 16,710 17,258 17,506 18,047 18,159 18,870 19,216 20,420 24,134 22,542 22,948
Kredit Rumah Tangga (Rp Miliar) 15,558 15,975 16,334 16,490 16,710 17,258 17,506 18,047 18,159 18,870 19,216 20,420 22,121 22,542 22,948
- Perumahan 3,008 3,138 3,262 3,406 3,501 3,659 3,736 3,904 4,073 4,312 4,510 4,792 5,062 5,334 5,598
- Ruko/Rukan 832 864 853 851 843 886 876 871 851 868 831 838 820 807 791
- Kendaraan 1,893 1,897 1,925 1,682 1,690 1,678 1,723 1,664 1,645 1,659 1,664 1,737 1,870 1,980 2,046
- Peralatan 11 11 13 23 25 33 35 40 43 51 65 78 93 113 125
- Multiguna 9,471 9,711 9,907 10,089 10,236 10,545 10,651 11,046 11,071 11,307 11,454 12,236 13,699 13,743 13,807
- Lainnya 343 353 375 438 415 456 484 521 476 672 692 739 576 564 581
Kredit UMKM (Rp Miliar) 13,697 13,970 14,202 14,717 14,383 15,175 15,878 16,501 18,945 17,828 18,127 18,904 18,519 19,243 19,320
- Mikro 2,837 2,799 2,754 2,911 3,021 3,045 2,956 2,961 2,959 3,042 3,164 3,302 3,311 3,490 3,632
- Kecil 4,748 5,090 5,107 5,305 4,916 5,497 6,158 6,366 6,376 6,848 6,903 7,048 6,828 7,045 7,217
- Menengah 6,111 6,081 6,342 6,501 6,446 6,633 6,764 7,174 9,610 7,938 8,061 8,554 8,380 8,708 8,471
NPL Umum (%) 1.37 1.71 2.01 2.95 3.35 4.37 4.63 3.20 3.37 2.60 2.50 1.87 1.83 1.88 1.80
NPL Korporasi (%) 1.55 1.99 2.40 4.46 4.81 6.86 6.40 3.66 3.69 2.10 1.66 1.16 1.14 1.10 0.95
NPL Perseorangan (%) 1.46 1.71 1.80 1.60 2.02 1.95 2.75 2.76 3.04 3.11 3.36 2.58 2.32 2.66 2.65
NPL Rumah Tangga (%) 1.00 1.12 1.15 0.95 1.11 1.07 1.22 1.08 1.12 1.17 1.16 0.96 0.95 0.87 0.82
NPL UMKM (%) 2.57 3.06 3.17 3.22 3.98 4.00 3.87 3.10 4.18 4.54 4.90 3.75 3.87 3.99 6.96
Kliring
- Volume (lembar) 233,216 219,601 292,873 290,511 274,360 266,704 235,938 235,198 223,058 170,863 174,147 170,472 155,004 148,142 149,000
- Nominal (Rp miliar) 9,293 8,650 10,127 10,148 9,513 8,981 8,406 8,786 8,718 5,569 6,100 6,153 5,974 5,536 5,800
Sumber: BPS Prov. Kalbar, diolah Sumber: BPS Prov. Kalbar, diolah
Grafik 1. 1 Pertumbuhan Ekonomi Triwulanan Grafik 1. 2 Pertumbuhan Ekonomi Tahunan
Kalimantan Barat dan Nasional 2014-2018 Kalimantan Barat dan Nasional 2012-2017
Sumber: BPS Prov. Kalbar, diolah Sumber: BPS Prov. Kalbar, diolah
Grafik 1. 3 Pemetaan Matriks Komponen PDRB Grafik 1. 4 Pemetaan Matriks Komponen PDRB Sisi
Sisi Permintaan Triwulan III 2018 Permintaan Triwulan III 2017
2 Threshold yang digunakan dalam pemetaan matriks adalah 4,33% sebagai batas pada pertumbuhan
ekonomi daerah dan 18,58% sebagai batas pada pangsa komponen PDRB. Penentuan batas threshold
yang digunakan merupakan rata-rata pertumbuhan dan pangsa lapangan usaha pada triwulan berjalan.
Konsumsi rumah tangga tumbuh meningkat pada triwulan III 2018. Konsumsi rumah
tangga meningkat dari 5,30% (yoy) pada triwulan II 2018 menjadi 5,89% (yoy). Meningkatnya
konsumsi masyarakat disinyalir merupakan dampak dari penyelenggaraan beberapa kegiatan
berskala nasional di Kalimantan Barat sepanjang triwulan III 2018. Beberapa kegiatan tersebut di
antaranya adalah Apresiasi Persatuan Guru Taman Kanak-kanak/Pendidikan Anak Usia Dini
(PGTK/PAUD) Nasional dan Pesta Paduan Suara Gerejawi (Pesparawi) Nasional XII. Dampak dari
penyelenggaraan kegiatan-kegiatan tersebut tercermin pada peningkatan pertumbuhan sektor
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum (Akmamin) pada triwulan III 2018 sebesar 7,88% (yoy),
setelah pada triwulan II 2018 tumbuh sebesar 6,13% (yoy). Meningkatnya kinerja pada Sektor
Penyediaan Akmamin ini juga didukung oleh meningkatnya Tingkat Penghunian Kamar (TPK) di Kalbar
sepanjang triwulan III menjadi rata-rata sebesar 57,56%, dibandingkan dengan triwulan II 2018
sebesar 51,38%.
Meskipun pertumbuhan konsumsi rumah tangga meningkat, namun terdapat indikasi
bahwa peningkatan tersebut tidak mencerminkan adanya peningkatan pendapatan masyarakat
yang dapat mendorong konsumsi. Berdasarkan hasil Survei Konsumen (SK) Kantor Perwakilan Bank
Indonesia (KPwBI) Provinsi Kalimantan Barat maupun Indeks Tendensi Konsumen (ITK) yang
dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada triwulan III 2018, terlihat adanya penurunan
pendapatan masyarakat pada triwulan ini dibandingkan dengan triwulan II 2018. Demikian halnya
dengan dengan pertumbuhan kredit konsumsi yang tercatat melambat dari 19,42% (yoy) pada
triwulan II 2018 menjadi 19,37% (yoy) pada triwulan III 2018. Selain itu, Nilai Tukar Petani (NTP) juga
menunjukkan arah yang menurun. NTP Kalimantan Barat pada triwulan III 2018 justru berada pada
titik terendah (94,94) dibandingkan dengan dua triwulan awal 2018, masing-masing sebesar 96,22
dan 95,69.
Memasuki triwulan IV 2018, konsumsi rumah tangga diprakirakan tetap terjaga. Hal
tersebut terindikasi dari nilai ITK pada triwulan IV 2018 yang masih berada di atas 100, yang
berarti optimisme konsumen pada triwulan IV 2018 masih terjaga. ITK triwulan IV 2018 tercatat
sebesar 101,7. Faktor pendorong masih optimisnya penurunan ITK tersebut adalah indeks
Konsumsi pemerintah meningkat pada triwulan III 2018. Konsumsi pemerintah pada
triwulan II 2018 tercatat meningkat menjadi 6,68% (yoy) dibandingkan dengan pertumbuhan
1.2.4 Investasi
Kinerja investasi pada triwulan III 2018 melambat dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya. Kinerja investasi yang tercermin melalui indikator Pembentukan Modal Tetap Bruto
Sumber: DPMPTSP Prov. Kalbar, diolah Sumber: DPMPTSP Prov. Kalbar, diolah
Grafik 1. 10 Perkembangan PMDN Grafik 1. 11 Perkembangan Jumlah Proyek PMDN
Secara spasial, Kabupaten Ketapang menjadi tujuan investasi utama PMA sepanjang
triwulan III 2018, diikuti oleh Kabupaten Bengkayang dan Kabupaten Mempawah. Realisasi
investasi PMA di Kabupaten Ketapang pada triwulan III 2018 mencapai USD35,47 juta, sementara
Kabupaten Bengkayang dan Kabupaten Mempawah memperoleh realisasi PMA sebesar
USD13,78 juta dan USD13,77 juta. Sementara itu, realisasi investasi PMDN terbesar di triwulan III
2018 terdapat di Kabupaten Sekadau dengan realisasi investasi mencapai Rp470,27 miliar, disusul
Kabupaten Ketapang sebesar Rp339,08 miliar dan Kabupaten Sintang sebesar Rp239,18 miliar.
Tingginya PMDN di Kabupaten Sekadau disinyalir didorong oleh aktivitas terkait pembukaan
lahan sawit dan karet, sedangkan tingginya PMA di Ketapang terkait dengan keberadaan
Kawasan Industri Ketapang.
Pada triwulan IV 2018, kinerja investasi diprakirakan meningkat dibandingkan
dengan triwulan III 2018. Prakiraan peningkatan kinerja industri pengolahan pada triwulan IV
2018 yang diantaranya tercermin dari peningkatan produksi karet olahan pada Oktober 2018
yang mencapai titik tertingginya sepanjang 2018 ini. Peningkatan tersebut diprakirakan dapat
menjadi salah satu pendorong peningkatan terhadap penggunaan bahan baku yang meningkat
pada triwulan III 2018 ini. Sementara itu, relatif masih belum optimalnya realisasi belanja modal
pemerintah hingga triwulan III 2018 ini menyediakan ruang yang memadai bagi akselerasi
realisasi belanja modal proyek pembangunan infrastruktur pemerintah di triwulan IV 2018.
Pertumbuhan komponen investasi pada tahun 2018 diprakirakan akan meningkat
dibandingkan dengan tahun 2017 yang tercatat sebesar 2,33% (yoy). Peningkatan kinerja
Sumber: DPMPTSP Prov. Kalbar, diolah Sumber: DPMPTSP Prov. Kalbar, diolah
Grafik 1. 12 Komposisi PMDN Grafik 1. 13 Komposisi PMA
1.2.5 Ekspor-Impor
Komponen ekspor luar negeri kembali mengalami kontraksi pada triwulan III 2018.
Kinerja ekspor luar negeri Kalimantan Barat kembali terkontraksi dari -5,56% (yoy) pada triwulan
II 2018 menjadi -11,77% (yoy). Hal ini tidak terlepas dari menurunnya kinerja ekspor dari hampir
seluruh komoditas ekspor utama Kalimantan Barat, terutama alumina3 dan karet. Nilai ekspor
alumina pada triwulan III 2018 tercatat sebesar USD163,35 juta, menurun dari USD199,84 juta
pada triwulan II 2018. Secara pertumbuhan, nilai ekspor alumina melambat dari 120,0% (yoy)
pada triwulan II 2018 menjadi 66,7% (yoy) pada triwulan III 2018. Demikian halnya dengan nilai
ekspor karet pada triwulan III 2018 menurun dari USD71,34 juta pada triwulan II 2018 menjadi
USD82,15 juta. Secara pertumbuhan, nilai ekspor karet terkontraksi hingga -24,05% (yoy) pada
triwulan III 2018, melanjutkan kontraksi yang terjadi pada triwulan II 2018 sebesar -35,73% (yoy).
Penurunan kinerja ekspor alumina dipengaruhi oleh turunnya permintaan dari beberapa negara
tujuan ekspor alumina Kalbar seperti Malaysia, Kanada, dan Uni Emirat Arab (UAE). Sementara
3 Ekspor mineral olahan alumina tercatat pada dua klasifikasi SITC yang berbeda yaitu SITC 285: Alumunium
ores and concentrates dan 522: Inorganic Chemical Elements, Oxi-Des, dan Halgen Salts.
Berdasarkan hasil liaison KPwBI Provinsi Kalimantan Barat kepada berbagai perusahaan
produsen karet olahan di Kalimantan Barat, diperoleh informasi bahwa penurunan produksi
disebabkan oleh sulitnya memperoleh pasokan karet mentah dengan spesifikasi yang sesuai
dengan kebutuhan industri. Usia sebagian tanaman karet di Kalimantan Barat sudah cukup tua
sehingga mempengaruhi produktivitas karet. Hal ini mendorong sebagian petani mencampur
hasil sadapan karet di luar spesifikasi untuk memperbesar volume produksi. Menyikapi kondisi
tersebut, beberapa perusahaan memilih untuk mengambil bahan baku karet mentah dari
Sumatera agar dapat terus berproduksi.
Ekspor luar negeri Kalimantan Barat pada triwulan IV 2018 diprakirakan meningkat.
Peningkatan kuota ekspor bauksit Kalimantan Barat dari 850.000 ton menjadi 3.250.000 ton
masih menjadi faktor pendorong utama. Selain itu, produksi karet olahan Kalimantan Barat pada
Oktober 2018 menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan dan mencapai titik tertingginya
sepanjang 2018 ini, dengan total sebanyak 22.063 ton. Namun demikian, masih berlanjutnya
ketegangan hubungan dagang AS-Tiongkok dapat menjadi risiko yang dapat menahan
Pertumbuhan ekspor luar negeri pada tahun 2018 diprakirakan akan melambat
dibandingkan dengan tahun 2017 yang tercatat sebesar 43,65% (yoy). Peningkatan
Melambatnya kinerja ekspor luar negeri ini tidak lepas dari kontraksi ekspor yang terjadi pada
triwulan II dan III 2018. Pada dua triwulan tersebut, terkontraksinya ekspor karet menjadi
penyebab utama penurunan kinerja ekspor. Secara umum, dinamika kondisi global khususnya
yang terkait dengan perang dagang AS-Tiongkok pada 2018 menjadi faktor yang mempengaruhi
kinerja ekspor Kalimantan Barat pada tahun 2018.
Impor luar negeri Kalimantan Barat meningkat pada triwulan III 2018. Aktivitas impor
luar negeri meningkat dari sebesar 11,44% (yoy) pada triwulan II 2018 menjadi 12,44% (yoy).
Tingginya pertumbuhan impor komponen barang modal mendorong peningkatan impor luar
negeri pada triwulan III 2018. Komponen impor barang modal tumbuh hingga 200,99% (yoy),
terakselerasi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mengalami kontraksi sebesar
-11,59% (yoy). Beberapa barang modal yang diimpor dan bernilai cukup besar pada triwulan III
2018 antara lain mesin pembangkit daya serta alat transportasi lainnya (kapal). Pertumbuhan
impor lebih lanjut tertahan oleh perlambatan yang dialami pada komponen barang konsumsi dan
bahan baku. Pada triwulan III 2018, impor barang konsumsi kembali mengalami kontraksi lebih
dalam sebesar -95,88% (yoy) dibandingkan dengan -81,69% (yoy) pada triwulan II 2018.
Demikian halnya dengan pertumbuhan impor barang bahan baku yang melambat, dari 272,17%
(yoy) pada triwulan II 2018 menjadi 57,80% (yoy) pada triwulan III 2018.
Sumber: Bea Cukai Prov. Kalbar, diolah Sumber: Bea Cukai Prov. Kalbar, diolah
Grafik 1. 21 Pertumbuhan Impor Barang Bahan Baku Grafik 1. 22 Pertumbuhan Impor Barang Konsumsi
Sumber: Bea Cukai Prov. Kalbar, diolah Sumber: Bea Cukai Prov. Kalbar, diolah
Grafik 1. 23 Komposisi Komponen Impor Grafik 1. 24 Pergerakan Pertumbuhan Komponen
Impor
Berdasarkan negara asalnya, pada triwulan III 2018 terdapat dua negara asal impor
utama Kalimantan Barat yaitu Malaysia dan Tiongkok dengan proporsi masing-masing yaitu
50,46% dan 38,10%. Tingginya impor dari Malaysia terkait dengan impor listrik yang dilakukan
di perbatasan, dimana sekitar 61,41% dari nilai impor yang berasal dari Malaysia berasal dari
impor listrik. Adapun komoditas impor terbesar dari Tiongkok adalah alat transportasi lainnya
seperti kapal serta pembangkit listrik, dengan pangsa masing-masing 33,89% dan 16,41% dari
total nilai impor Kalimantan Barat yang berasal dari Tiongkok pada triwulan III 2018.
4 Threshold yang digunakan dalam pemetaan matriks adalah 5,59% sebagai batas pada pertumbuhan
ekonomi daerah dan 5,88% sebagai batas pada pangsa komponen PDRB. Penentuan batas threshold yang
digunakan merupakan rata-rata pertumbuhan dan pangsa lapangan usaha pada triwulan berjalan.
1.3.1 Pertanian
Pertumbuhan LU pertanian pada triwulan III 2018 melambat. Pada triwulan III 2018
LU pertanian tumbuh 5,18% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan realisasi pertumbuhan
pada triwulan sebelumnya sebesar 6,73% (yoy). Melambatnya kinerja LU pertanian pada triwulan
III 2018 ini diantaranya tercermin dari tingkat pertumbuhan produksi tahunan padi Kalimantan
Barat yang tidak setinggi triwulan II 2018. Pertumbuhan produksi padi yang tercermin melalui
luas lahan panen pada triwulan III 2018 tercatat sebesar 5,46% (yoy), melambat dibandingkan
dengan triwulan II 2018 yang sebesar 17,49% (yoy). Hal ini menjelaskan bahwa meskipun secara
nominal terjadi peningkatan luasan lahan panen padi pada triwulan III 2018 dibandingkan
dengan triwulan II 2018, namun jika dilihat secara pertumbuhan tahunan terjadi penurunan
terhadap pertumbuhan luasan panen padi di Kalimantan Barat.
Peningkatan luasan lahan pada triwulan III 2018 tersebut terjadi di tujuh
Kabupaten/Kota di Kalimantan Barat. Kabupaten Sambas mengalami penambahan luas lahan
panen terbesar hingga 40,77 ribu hektar, yaitu dari 3,39 ribu hektar pada triwulan sebelumya
menjadi 44,16 ribu hektar. Di sisi lain, terdapat tujuh Kabupaten/Kota lain di Kalimantan Barat
yang mengalami penurunan luas lahan panen. Kabupaten Ketapang merupakan daerah yang
mengalami penurunan luas lahan panen terbesar yaitu mencapai 9,90 ribu hektar, dari 13,99 ribu
hektar pada triwulan II 2018 menjadi 4,09 ribu hektar pada triwulan III 2018.
Tabel 1. 3 Perkembangan Luas Lahan Panen Sawah Kabupaten/Kota di Kalimantan Barat (Ha)
2017 2018 Perubahan Luas Lahan Terhadap
Kabupaten/Kota
I II III IV I II III Tw II 2018 (ha) Tw III 2017 (ha)
Sambas 23,500 4,543 40,693 3,429 66,348 3,391 44,158 40,767 3,465
Bengkayang 14,211 510 7,459 768 15,045 2,613 9,546 6,933 2,103
Landak 29,706 6,070 16,372 9,204 29,607 5,739 - (5,739) (331)
Mempawah 11,864 2,025 10,620 845 12,361 1,753 10,798 9,045 (272)
Sanggau 22,299 5,044 10,446 16,068 24,799 8,124 17,010 8,886 3,080
Ketapang 17,735 12,866 3,893 295 19,845 13,986 4,085 (9,901) 1,120
Sintang 10,916 1,422 2,592 75 12,794 607 - (607) (815)
Kapuas Hulu 6,667 89 2,222 914 8,498 20 690 670 (69)
Sekadau 6,791 845 1,079 390 6,254 1,709 1,648 (61) 864
Melawi 4,653 215 640 - 4,100 358 - (358) 143
Kayong Utara 10,261 7,875 2,662 1,046 8,787 8,885 1,978 (6,907) 1,010
Kubu Raya 35,856 10,567 4,549 1,446 35,518 8,360 3,206 (5,154) (2,208)
Pontianak 178 - 38 21 175 - 62 62 -
Singkawang 2,611 213 2,898 205 2,562 342 1,908 1,566 129
Total 197,248 52,284 106,163 43,317 246,693 55,887 95,089
Pertumbuhan produksi yang tidak setinggi triwulan sebelumnya juga dialami oleh
Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit. Produksi TBS pada triwulan III 2018 tercatat tumbuh
melambat dari sebesar 8,37% (yoy) pada triwulan II 2018 menjadi 6,85% (yoy). Meskipun secara
nominal produksi TBS triwulan III 2018 meningkat dibandingkan dengan triwulan II 2018, namun
masih lebih rendah dibandingkan dengan produksi TBS pada triwulan III 2018. Peningkatan
produksi TBS tersebut juga belum berdampak pada harga TBS Kalimantan Barat yang semakin
menurun. Rata-rata harga TBS Kalimantan Barat pada triwulan II 2018 tercatat sebesar
Sumber: Dinas Perkebunan Prov. Kalbar, diolah Sumber: Dinas Perkebunan Prov. Kalbar, diolah
Grafik 1. 32 Perkembangan Produksi TBS Grafik 1. 33 Perkembangan Harga TBS
Kalimantan Barat Kalimantan Barat
Di sisi lain, produksi karet slab di Kalimantan Barat mulai meningkat, meskipun
secara pertumbuhan masih terkontraksi. Volume produksi karet slab meningkat dari 50,43 ribu
ton pada triwulan II 2018 menjadi 60,94 ribu ton pada triwulan III 2018, atau masih terkontraksi
dari -15,70% (yoy) menjadi -12,05% (yoy) pada triwulan III 2018. Dari sisi harga, karet slab juga
mengalami penurunan dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun sebelumnya. Harga
karet slab Kalimantan Barat pada triwulan III 2018 berkisar Rp17.350/Kg atau turun hingga
-4,01% (yoy) dari harga rata-rata karet slab pada triwulan III 2017 (Rp17.710/Kg). Hal tersebut
tercermin juga dari harga karet di tingkat petani saat ini yang berkisar Rp6.000-Rp9.000/Kg dari
yang sebelumnya dapat mencapai Rp12.000-Rp15.000. Dalam kondisi demikian, petani biasanya
akan menyimpan terlebih dahulu karet dengan cara dibekukan dan baru akan dijual ketika harga
sudah relatif stabil.5
5 Informasi anekdotal.
1.3.2 Konstruksi
LU konstruksi tumbuh sebesar 6,71% (yoy) pada triwulan III 2018, meningkat dari
pertumbuhan pada triwulan II 2018 sebesar 3,14% (yoy). Hal ini terkonfirmasi salah satunya
dari meningkatnya nominal kredit konstruksi di Kalimantan Barat dari Rp1,33 triliun pada triwulan
II 2018 menjadi dari Rp1,46 triliun pada triwulan IIII 2018. Meskipun secara pertumbuhan kredit
konstruksi pada triwulan III 2018 mengalami penurunan dibandingkan dengan triwulan II 2018,
namun secara kualitas kredit konstruksi terpantau membaik dengan penurunan NPL dari 3,44%
pada triwulan II 2018 menjadi 3,33% pada triwulan III 2018. NPL yang masih berada di bawah
batas aman 5% tersebut mengindikasikan bahwa kinerja kredit konstruksi di Kalimantan Barat
masih cukup baik.
Tabel 1. 4 Penyerapan Belanja APBN Kelompok Belanja Infrastruktur Provinsi Kalimantan Barat
Triwulan III
No Proyek Pagu
Realisasi %
1 Pembangunan Stasiun Karantina PLBN Entikong 5.97 2.74 45.94
2 Peningkatan Layanan Transportasi Darat Wilayah XIV 158.81 85.17 53.63
Pembangunan Sarana Pemasaran di Daerah Tertinggal,
3 0.92 0.25 26.98
Perbatasan dan Pasca Bencana
4 Rehabilitasi Jalan dan Jembatan 45.22 20.43 45.19
5 Peningkatan Layanan Kenavigasian 17.84 8.36 46.86
6 Peningkatan Layanan Bandar Udara 60.69 45.23 74.52
7 Peningkatan Layanan Pelabuhan 20.70 4.78 23.10
8 Pararel Perbatasan Nanga Badau-Entikong-Aruk-Temajok 612.00 276.80 45.23
9 Pelaksanaan Jalan Nasional Wilayah I Prov. Kalimantan Barat 321.59 175.89 54.70
10 Pelaksanaan Jalan Nasional Wilayah II Prov. Kalimantan Barat 298.16 193.36 64.85
11 Pelaksanaan Jalan Nasional Wilayah III Prov. Kalimantan Barat 704.78 347.60 49.32
12 Pelaksanaan Jaringan Pemanfaatan Air Sungai Kapuas 234.49 119.65 51.03
13 Pelaksanaan Jaringan Sumber Air Sungai Kapuas 43.07 21.61 50.17
14 Pembangunan Stasiun Pengawasan SDKP 1.38 0.47 34.32
Jumlah Belanja Modal Infrastruktur 2,525.60 1,302.33 51.57
Sumber: Kanwil DJPb Prov. Kalbar, diolah
Tabel 1. 5 Pertumbuhan Produksi Industri Besar dan Menengah Kalimantan Barat (%, yoy)
2015 2016 2017 2018
Industri Manufaktur dan Sedang
I II III IV I II III IV I II III IV I II III
g Prod. IBS Kalimantan Barat (% yoy) 9.16 7.76 5.77 3.73 4.71 3.76 6.43 6.07 3.48 0.91 0.31 1.31 1.31 -10.72 2.67
g Prod. IBS Nasional (% yoy) 5.06 5.44 4.00 -1.41 4.13 5.54 4.87 2.06 4.33 3.89 5.46 5.15 5.13 4.36 5.04
Sumber: BPS Prov. Kalbar, diolah
Tabel 1. 6 Pertumbuhan Produksi Industri Mikro dan Kecil Kalimantan Barat (%, yoy)
2015 2016 2017 2018
Industri Mikro dan Kecil
I II III IV I II III IV I II III IV I II III
g Prod. IMK Kalimantan Barat (% yoy) 10.07 8.46 2.11 1.19 4.71 0.39 2.40 -0.16 0.38 -0.19 4.44 11.67 11.45 7.99 4.16
g Prod. IMK Nasional (% yoy) 5.65 4.57 6.87 5.79 5.91 6.56 5.75 4.88 6.63 2.50 5.34 4.59 5.25 4.93 3.88
Sumber: BPS Prov. Kalbar, diolah
Sumber: Dinas Perkebunan Prov. Kalbar, diolah Sumber: Dinas Perkebunan Prov. Kalbar dan Bloomberg,
Grafik 1. 42 Produksi CPO Kalimantan Barat diolah
Grafik 1. 43 Perkembangan Harga CPO Kalimantan
Barat dan Internasional
Rasa bangga menyelimuti Indonesia yang telah berhasil menyelesaikan tugasnya dengan
sukses menjadi tuan rumah bagi 189 negara dalam ‘Pertemuan Tahunan IMF-Bank Dunia 2018’ pada
bulan Oktober lalu di Bali. Ternyata, kebanggaan tersebut juga menular ke Kalimantan Barat.
Bagaimana bisa? Rupanya dalam event tersebut Gubernur Bank Indonesia, Bapak Perry Warjiyo,
sempat mengenakan pakaian tenun Sambas dengan motif tabur batu. Sebelumnya tenun Sambas
dengan motif tabur batu sendiri menjadi satu dari sepuluh pilihan kain favorit beliau dalam acara
Pameran Karya Kreatif (KKI) 2018 pada Agustus 2018 lalu di Jakarta. Acara KKI tersebut diikuti oleh
UMKM binaan dari 46 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Dalam Negeri (KPwBI), termasuk KPwBI
Kalimantan Barat. Berbagai produk kerajinan berkualitas tinggi milik provinsi Kalimantan Barat juga
dipamerkan dan dipasarkan melalui momentum tersebut, mulai dari tikar bidai, aksesoris hingga kain
tenun khas Sambas yang telah lama melegenda.
Semua ini diawali oleh perkenalan KPwBI Provinsi Kalimantan Barat dengan beberapa
kelompok penenun di Desa Sumber Harapan, Kabupaten Sambas. Kelompok penenun tersebut
beranggotakan beberapa orang wanita yang memang melestarikan keterampilan mereka dalam
memproduksi kain tenun dengan pola tertentu. Awalnya, beberapa wanita penenun tersebut hanya
berupaya untuk melestarikan tradisi budaya yang telah berlangsung lama secara turun temurun.
Sementara, umumnya mereka berprofesi utama sebagai petani, guru, berdagang di toko maupun di
bidang kuliner. Produk tenun mereka pun juga hanya sebatas pesanan, dan dijual melalui perantara
tertentu dengan harga yang tak jarang jauh lebih rendah dibandingkan dengan harga produk akhir.
Selain itu, fasilitas serta sarana mereka dalam mengembangkan tenun juga masih terbilang minim
akibat terbatasnya akses permodalan. Namun demikian, kekhasan kain tenun Sambas ini membuatnya
memiliki potensi yang besar jika dapat dikelola dengan baik sehingga tidak kalah bersaing dengan kain
tenun Nusantara lainnya.
Melihat potensi yang dimiliki, KPwBI Provinsi Kalimantan Barat mencoba untuk ikut
berpartisipasi dalam memperbaiki kondisi tenun Sambas beserta penenunnya. Pada tahun 2012,
KPwBI Provinsi Kalimantan Barat mulai memberikan beberapa unit mesin dan bahan baku (benang)
sebagai bantuan awal kepada para penenun. Bantuan tersebut juga dilengkapi dengan serangkaian
bimbingan teknis kepada para penenun agar dapat menjalankan proses produksi lebih baik dari yang
sebelumnya. Secara bertahap pula, KPwBI Provinsi Kalimantan Barat bekerja sama dengan dinas
terkait dan lembaga lainnya, mulai memperkenalkan jalur distribusi produk yang lebih singkat ke
pasar. Dengan demikian porsi keuntungan yang diperoleh para penenun akan jauh lebih besar
dibandingkan dengan sebelumnya dan kesejahteraan bagi para penenun juga meningkat.
Sebagai upaya untuk mengangkat tenun Sambas di kancah nasional, pada 8 November 2018,
KPwBI Provinsi Kalimantan Barat bekerja sama dengan Indonesia Fashion Chamber, mengikutsertakan
tenun Sambas dalam Jakarta Fashion Trend 2019. Dari beragam motif tenun Sambas yang ada, motif
Suji Bilang (Pucuk Rebung) yang berbentuk segitiga runcing serupa bentuk puncak tunas bambu atau
rebung menjadi topik utama dalam peragaan busana kali ini. Motif pucuk rebung tersebut
mengandung makna filosofis, yakni sebagai pengingat agar masyarakat Sambas berupaya untuk terus
maju, seperti halnya pucuk rebung yang terus bertumbuh. Umumnya, tenun Sambas menggunakan
motif bunga pada bagian badan (tengah) kain, antara lain Bunga Cengkeh dan Bunga Cempaka.
Melalui acara ini pula, desainer Wignyo Rahadi menghadirkan koleksi ready to wear bergaya
kontemporer bertema ‘Sintas’. Koleksi tersebut menonjolkan modifikasi kemeja dengan celana, baik
dengan cape maupun coat. Material yang digunakan oleh Wignyo adalah tenun Sambas yang
dipadupadankan dengan tenun ATBM (alat tenun bukan mesin) hasil kreasinya. Sementara itu,
desainer Chaera Lee menampilkan koleksi modest wear bertema ‘Filantropility’ dalam pilihan gaya
abaya, celana, dan tunik, serta dipadu dengan outer yang bernuansa romantis dengan permainan
draperi yang ringan. Para desainer terlihat sangat memanfaatkan karakter kuat dari warna tenun
Sambas, untuk digabungkan dengan warna lembut dari satin silk, chiffon silk dan tulle.
Langkah Selanjutnya
Upaya Gubernur Bank Indonesia dalam memperkenalkan tenun Sambas kepada dunia
internasional pada acara ‘Pertemuan Tahunan IMF-Bank Dunia 2018’ dan kiprah KPwBI Provinsi
Kalimantan Barat dalam Jakarta Fashion Trend 2019 merupakan bagian dari langkah strategis bagi
Secara umum, hingga kini geliat UMKM di Kalimantan Barat menunjukkan prospek yang cerah.
Hal tersebut salah satunya terindikasi dari pangsa kredit UMKM pada perbankan di Kalimantan Barat
per September 2018 yang mencapai 25,84%, atau lebih tinggi dari target Bank Indonesia sebesar 20%.
Belum lagi pertumbuhan kreditnya yang secara tahunan mencapai 6,64% (yoy). Tumbuhnya kredit
tersebut dapat menjadi tanda adanya peningkatan kinerja UMKM di Kalimantan Barat.
Di tengah lesunya kinerja perkebunan karet dan sawit yang menjadi komoditas utama
Kalimantan Barat beberapa waktu belakangan ini, tentunya pengembangan UMKM yang berpotensi
tinggi dan memiliki produk berdaya saing tinggi baik ditingkat lokal maupun internasional dapat
menjadi salah satu alternatif untuk menopang ekonomi Kalimantan Barat ke depan. Untuk saat ini,
UMKM tenun Sambas merupakan salah satu dari UMKM potensial tersebut. Ke depan, diharapkan
dengan adanya sinergi antar pemangku kepentingan dalam tenun Sambas ini dapat mendorong tenun
Sambas menjadi salah satu produk ekspor Kalimantan Barat. Dengan demikian, tenun Sambas dapat
menjadi salah satu sumber devisa bagi Kalimantan Barat dan secara makro dapat berkontribusi positif
dalam neraca pembayaran Indonesia.
Persentase realisasi pendapatan APBD Provinsi Kalimantan Barat hingga triwulan III
2018 tercatat sebesar 79,35% atau lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan
III 2017 yang sebesar 78,75%. Selain itu, persentase realisasi belanja APBD di
Kalimantan Barat hingga triwulan III 2018 tercatat sebesar 58,48%, lebih tinggi
dibandingkan triwulan III 2017 yang sebesar 55,61%. Peningkatan penyerapan
APBD pada triwulan III 2018 didorong oleh peningkatan penyerapan
komponen Belanja Pegawai dan Hibah. Sementara itu, persentase realisasi
Belanja Modal hingga triwulan III 2018 masih belum optimal, yaitu baru sebesar
31,34% dari total pagunya. Sementara itu, persentase realisasi belanja APBN di
Kalimantan Barat hingga triwulan III 2018 tercatat sebesar 57,35% atau lebih
rendah dibandingkan triwulan III 2017 yang mencapai 61,34%.
Rasio Kemandirian Fiskal (RKF) Provinsi Kalimantan Barat dalam realisasi pendapatan
hingga triwulan III 2018 meningkat. RKF Kalimantan Barat pada triwulan III 2018 tercatat
sebesar 38,11%, meningkat dibandingkan dengan triwulan III 2017 yang sebesar 34,88%.
Namun demikian, perlu diperhatikan secara nominal realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) jauh
masih lebih rendah jika dibandingkan dengan realisasi Dana Perimbangan. Hal tersebut
menunjukkan masih adanya ketergantungan Kalimantan Barat terhadap anggaran dari
pemerintah pusat dalam menjalankan kegiatannya.
Persentase realisasi belanja APBD Provinsi Kalimantan Barat hingga triwulan III 2018
meningkat. Persentase realisasi belanja tersebut mencapai 58,48%, lebih tinggi dibandingkan
triwulan III 2017 yang mencapai 55,61%. Peningkatan realisasi belanja Provinsi Kalimantan Barat
didorong oleh peningkatan realisasi pada seluruh komponen belanja baik secara nominal maupun
persentase.
Realisasi belanja pegawai meningkat baik secara nominal maupun persentase.
Peningkatan tersebut tercatat dari sebesar Rp868,17 miliar (71,33%) di triwulan III 2017 menjadi
Rp900,07 (86,81%) pada akhir triwulan III 2018. Komponen lain yang mengalami peningkatan
realisasi hingga triwulan III 2018 baik secara nominal adalah komponen belanja barang dan
belanja hibah dengan peningkatan masing-masing sebesar Rp488,01 miliar (31,84%) dan
Rp1.148 miliar (86,22%) dari sebelumnya sebesar Rp440,94 miliar (33,16%) dan Rp735,38 miliar
(86,22%) di triwulan III 2017.
Adapun komponen belanja modal pada tahun 2018 secara nominal sebesar
Rp785,51 miliar, mengalami penurununan dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebesar
Rp985,02 miliar. Realisasi komponen belanja modal hingga triwulan III tahun 2018 mengalalami
penurunan dari sebesar 34,91% pada periode sama tahun sebelumnya menjadi 31,34%.
Sementara itu, belanja hibah mengalami peningkatan dengan persentase sebesar 79,54% dari
sebelumnya 86,22% pada triwulan III 2017. Secara umum, proporsi realisasi belanja Kalimantan
Barat hingga triwulan III 2018 didominasi oleh belanja hibah dan belanja pegawai dengan porsi
masing-masing sebesar 41,25% dan 32,34%.
Realisasi Transfer ke daerah lain dalam APBD Provinsi Kalimantan Barat yang berupa
Bagi Hasil Pajak, hingga triwulan III 2018 mengalami penurunan baik secara nominal
maupun persentase. Realisasi Bagi Hasil Pajak hingga triwulan III 2018 sebesar Rp393 miliar atau
sebesar 53,37%, menurun dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp445,81 miliar
atau sebesar 70,38%. Namun demikian, secara nominal terdapat peningkatan pada anggaran
Transfer di 2018 menjadi sebesar Rp737,31 miliar dibandingkan dengan tahun sebelumnya
sebesar Rp633,41 miliar atau meningkat sebesar 16,40%.
Rasio realisasi Belanja Modal terhadap total realisasi Belanja hingga triwulan III 2018
tercatat sebesar 7,73% atau menurun dibandingkan triwulan III 2017 yang sebesar 12,15%.
Semakin besarnya rasio Belanja Modal terhadap total belanja mencerminkan semakin besarnya
perhatian pemerintah untuk penyediaan infrastruktur yang lebih baik di Kalimantan Barat.
Ketersediaan infrastruktur yang berkualitas dapat menjadi faktor yang mendorong masuknya
investasi serta memperlancar arus distribusi barang dan jasa sehingga diharapkan dapat
memberikan multiplier effect terhadap perekonomian daerah.
*) Data unaudited
Sumber: BPKAD Prov. Kalbar & Kanwil DJPb Prov. Kalbar
Grafik 2. 8 Rincian Belanja Kabupaten/Kota di Kalimantan Barat Per Jenis Belanja Triwulan III 2018
Rasio realisasi Belanja Modal terhadap total realisasi Belanja hingga triwulan III 2018
di tiap kabupaten/kota di Kalimantan Barat masih relatif rendah. Kabupaten Ketapang
merupakan kabupaten/kota yang memiliki rasio realisasi belanja modal tertinggi terhadap total
realisasi belanja yaitu sebesar 25,12%. Di sisi lain, Kabupaten Sanggau merupakan
kabupaten/kota yang memiliki rasio realisasi belanja modal terendah terhadap total realisasi
belanja yaitu sebesar 8,73%.
*) Data unaudited
Sumber: Kanwil Ditjen Perbendaharaan Prov. Kalimantan Barat
Grafik 2. 10 Pangsa Realisasi Belanja APBN di Kalimantan Barat Berdasarkan Fungsi Triwulan III 2018
Pembelanjaan dalam fungsi Ekonomi memiliki proporsi belanja terbesar dengan porsi
mencapai 32,30% dari total belanja. Pembangunan infrastruktur masih menjadi fokus utama
dalam pembelanjaan fungsi Ekonomi di Kalimantan Barat. Di antara pembangunan tersebut
adalah peningkatan kapasitas bandara di Supadio, pembangunan bandara di Kabupaten Sintang,
pembangunan pelabuhan internasional di Kabupaten Mempawah, dan pembangunan jalan
paralel di perbatasan Nanga Badau, Entikong, Aruk dan Temajok. Fungsi lain yang memiliki
proporsi belanja besar adalah fungsi Ketertiban Keamanan; Pendidikan dan Pertahanan dengan
porsi masing-masing sebesar 18,39%, 16,62% dan 13,74%.
Inflasi Kalimantan Barat pada triwulan III 2018 tercatat sebesar 2,91%
(yoy) atau menurun dibandingkan triwulan II 2018 yang sebesar 3,46% (yoy).
Menurunnya inflasi bahan makanan mendorong penurunan inflasi pada
triwulan III 2018. Berdasarkan komoditasnya, penurunan inflasi triwulan III 2018
terutama disebabkan oleh menurunnya harga ikan kembung, tiket angkutan
udara, apel, kangkung, dan gula pasir. Di sisi lain, inflasi pada upah tukang
bukan mandor, harga daging ayam ras, beras, bensin, dan rokok kretek filter
menahan penurunan laju inflasi lebih jauh pada triwulan III 2018.
Realisasi IHK bulan Juli 2018 tercatat inflasi 0,51% (mtm). Tekanan inflasi pada Juli
2018 mereda diibandingkan dengan bulan sebelumnya, didorong oleh penurunan inflasi pada
kelompok bahan makanan, kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar serta
kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan. Penurunan harga pada kelompok bahan
makanan didorong oleh menurunnya harga kangkung dan wortel seiring dengan normalnya
pasokan. Adapun penurunan harga pada kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan ini
disebabkan oleh menurunnya tarif angkutan udara pasca berlalunya HBKN dan periode liburan
sekolah.
Pada pertengahan triwulan III 2018, realisasi IHK terdeflasi menjadi -0,52% (mtm).
Deflasi Agustus 2018 utamanya didorong oleh penurunan harga lebih lanjut yang terjadi pada
kelompok bahan makanan serta transpor, komunikasi dan jasa keuangan. Kedua kelompok
tersebut mencatatkan deflasi masing-masing sebesar -1,45% (mtm) dan 1,71% (mtm).
Inflasi Kota
Secara tahunan, pada triwulan III 2018 realisasi inflasi di kedua kota sampel inflasi
Kalimantan Barat yaitu Kota Pontianak dan Singkawang tercatat searah, dengan arah yang
menurun. Realisasi inflasi tahunan di Kota Pontianak pada triwulan III 2018 mencapai 2,58%
(yoy), menurun dibandingkan dengan inflasi pada triwulan II 2018 sebesar 3,22% (yoy). Demikian
halnya dengan realisasi inflasi Kota Singkawang pada triwulan III 2018 yang tercatat sebesar
4,49% (yoy), menurun dari inflasi pada triwulan II 2018 yang sebesar 4,67% (yoy).
Tabel 3. 4 Perkembangan Inflasi Kota dan Provinsi Kalimantan Barat (mtm dan yoy)
Secara umum, pada triwulan III 2018 turunnya harga pada kelompok bahan
makanan menjadi faktor pendorong penurunan inflasi tahunan di kedua kota sampel
tersebut, terutama di Kota Pontianak. Menurunnya harga kelompok bahan makanan menjadi
pendorong inflasi di Kota Pontianak, selain kelompok barang lainnya seperti makanan jadi,
minuman, rokok dan tembakau; kesehatan serta pendidikan, rekreasi dan olah raga. Sementara
itu di Kota Singkawang, kelompok barang lain yang juga mengalami penurunan harga selain
bahan makanan adalah perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar serta pendidikan, rekreasi
dan olah raga. Penurunan inflasi lebih lanjut di kedua kota tersebut secara bersamaan tertahan
oleh meningkatnya tekanan inflasi pada kelompok sandang serta transport, komunikasi dan jasa
keuangan.
Pada akhir triwulan III 2018, posisi DPK perbankan Kalimantan Barat
tumbuh 6,71% (yoy) dengan total nominal sebesar Rp54,62 triliun, dibandingkan
dengan posisi DPK pada akhir triwulan II 2018 yang sebesar Rp53,61 triliun. Posisi
kredit berdasarkan lokasi di Kalimantan Barat pada akhir triwulan III 2018
tumbuh 12,59% (yoy) dengan posisi baki debet sebesar Rp74,76 triliun. Kualitas
kredit sedikit membaik yang tercermin dari menurunnya rasio NPL yaitu dari
1,88% pada akhir triwulan II menjadi 1,80% pada akhir triwulan III 2018.
Posisi DPK yang berhasil dihimpun oleh perbankan Kalimantan Barat pada akhir
triwulan III 2018 adalah sebesar Rp54,62 triliun. Jumlah tersebut hanya sekitar 1,00% dari
total DPK Nasional yang mencapai Rp5.482 triliun. Di wilayah Kalimantan, jumlah nominal DPK
perbankan Kalimantan Barat berada di posisi kedua setelah Kalimantan Timur. Begitu juga
dengan tingkat pertumbuhan DPK perbankan Kalimantan Barat berada di posisi kedua setelah
Kalimantan Tengah.9 DPK perbankan Kalimantan Barat pada triwulan berjalan tumbuh sebesar
6,71% (yoy) dan lebih rendah dibandingkan dengan triwulan II 2018 (8,03%, yoy) dan triwulan
III 2017 (11,90%, yoy).
Tabel 4. 1 Perkembangan Dana Pihak Ketiga (DPK) di Kalimantan Barat (Rp Triliun)*
2015 2016 2017 2018
Cakupan
I II III IV I II III IV I II III IV I II III
Nasional 4,198.58 4,319.75 4,464.35 4,413.24 4,468.95 4,574.67 4,604.58 4,837.13 4,916.67 5,045.62 5,142.89 5,285.73 5,293.10 5,398.82 5,482.49
Kalbar 39.83 42.18 43.50 44.09 43.69 45.85 45.74 46.38 47.30 49.63 51.19 51.87 52.45 53.61 54.62
Kaltim 87.80 93.50 93.91 83.74 83.28 86.74 82.43 83.78 85.41 87.37 87.59 77.81 79.23 80.60 83.71
Kalsel 37.65 40.48 41.68 38.92 40.02 43.24 42.28 41.95 43.18 46.00 47.22 44.62 47.43 47.68 48.86
Kalteng 17.74 19.18 19.48 17.83 19.82 20.65 19.49 19.95 21.67 24.06 23.18 22.48 23.39 25.10 24.81
*) Data DPK Kalimantan Utara masih terhitung di dalam DPK Kalimantan Timur
DPK perbankan Kalimantan Barat tersebut terdiri dari sebesar 98,09% (Rp53,58
triliun) dalam jenis valuta Rupiah dan sisanya sebesar 1,91% (Rp1,04 triliun) berbentuk
valas. Kontribusi perbankan konvensional terhadap pengumpulan DPK adalah sebesar 95,22%
(Rp52,01 triliun) yang tumbuh sebesar 6,60% (yoy). Sedangkan kontribusi perbankan syariah
hanya sebesar 4,78% (Rp2,61 triliun) namun tumbuh tinggi sebesar 9,05% (yoy).
Dari sisi jenis DPK, tabungan masih mendominasi dengan pangsa sebesar 53,13%
diikuti oleh deposito dan giro dengan pangsa masing-masing 31,56% dan 15,31%.
Tabungan mengalami pertumbuhan pada level 8,82% (yoy), sedangkan deposito mengalami
pertumbuhan pada level 3,06% (yoy) dan giro tumbuh 7,32% (yoy). Suku bunga tertimbang
(SBT) tabungan dan giro cenderung stabil. SBT Deposito mengalami peningkatan sebesar 0.36%
8 Hanya menggunakan data bank umum, data bank perkreditan rakyat (BPR) tidak dimasukkan.
9 Data perbankan Kalimantan Utara masih masuk dalam data perbankan Kalimantan Timur.
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional | November 2018
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Barat
53
dibandingkan triwulan II 2018 seiring dengan meningkatnya suku bunga acuan Bank Indonesia
7-day (Reverse) Repo Rate (BI 7DRR)10 selama triwulan III 2018. BI 7DRR selama triwulan III 2018
mengalami peningkatan dua kali dengan peningkatan sebesar 50 bps dari 5,25% pada bulan Juli
2018 menjadi 5,75% pada bulan September 2018.
Grafik 4. 3 Perkembangan Jenis DPK Perbankan di Grafik 4. 4 Perkembangan SBT DPK Perbankan di
Kalimantan Barat Kalimantan Barat
Secara spasial, DPK Kalimantan Barat masih terpusat di Kota Pontianak baik secara
nominal maupun jumlah rekeningnya. Pada triwulan III 2018, pangsa DPK secara nominal untuk
kota Pontianak mencapai 49,53% (Rp27,06 triliun). Selanjutnya Kabupaten Mempawah menjadi
kota dengan jumlah nominal DPK terbesar kedua dengan pangsa sekitar 8,17% (Rp4,46 triliun)
dan disusul oleh Kota Singkawang dengan pangsa sebesar 7,70% (Rp4,20 triliun). Ketiga daerah
tersebut menjadi pusat konsentrasi DPK karena merupakan pusat aktivitas bisnis dan keuangan
di Kalimantan Barat. Dari sisi pertumbuhan spasial, pada triwulan berjalan, Kabupaten Sintang
mencatatkan pertumbuhan nominal DPK tertinggi dengan tumbuh sebesar 20,82% (yoy), disusul
oleh Kabupaten Sekadau dan Kabupaten Bengkayang yang masing-masing tumbuh sebesar
17,94% (yoy) dan 16,10% (yoy). Secara umum, hal ini mengindikasikan tingginya kinerja dan
upaya perbankan dalam menjangkau daerah Kabupaten/Kota dan semakin tingginya kesadaran
masyarakat untuk menyimpan dana di perbankan.
Tabel 4. 2 Perkembangan DPK Kalimantan Barat Per Kabupaten/Kota (Rp Triliun)
2015 2016 2017 2018
Wilayah
I II III IV I II III IV I II III IV I II III
Kalimantan Barat 39.73 42.08 43.33 43.94 43.58 45.69 45.74 46.38 47.30 49.63 51.19 51.87 52.61 53.61 54.62
Kab. Mempawah 3.97 4.08 4.14 4.26 4.44 4.14 4.41 4.39 4.59 4.14 4.22 4.30 4.42 4.26 4.46
Kab. Sambas 1.94 2.09 2.17 2.06 2.15 2.31 2.42 2.43 2.48 2.66 2.72 2.86 2.88 2.91 3.00
Kab. Ketapang 2.41 2.78 2.79 2.64 2.75 2.90 2.76 2.78 2.98 3.16 3.10 3.15 3.55 3.58 3.51
Kab. Sanggau 2.08 2.24 2.36 2.40 2.41 2.45 2.74 2.58 2.69 2.74 2.84 2.81 2.81 2.83 2.89
Kab. Sintang 1.62 1.80 1.82 1.77 1.94 1.97 1.90 1.89 2.00 2.16 2.17 2.32 2.60 2.69 2.63
Kab. Kapuas Hulu 1.05 1.19 1.31 1.11 1.18 1.26 1.27 1.24 1.25 1.39 1.43 1.35 1.49 1.58 1.57
Kab. Bengkayang 0.62 0.76 0.86 0.69 0.73 0.86 1.02 0.86 0.88 1.03 0.91 0.88 0.98 1.04 1.06
Kab. Landak 0.77 0.84 0.93 0.70 0.77 0.95 0.90 0.79 0.87 1.04 0.99 0.87 1.01 1.09 1.08
Kab. Sekadau 0.51 0.60 0.63 0.51 0.55 0.63 0.60 0.52 0.60 0.65 0.65 0.60 0.70 0.79 0.77
Kab. Melawi 0.62 0.70 0.76 0.59 0.68 0.77 0.72 0.62 0.73 0.85 0.77 0.74 0.81 0.90 0.87
Kab. Kayong Utara 0.24 0.29 0.31 0.18 0.24 0.24 0.24 0.17 0.24 0.25 0.28 0.20 0.30 0.29 0.29
Kab. Kubu Raya 0.53 0.68 0.73 0.47 0.59 0.62 0.67 0.61 0.75 0.87 1.10 1.21 1.05 1.24 1.23
Kota Pontianak 20.58 21.07 21.41 23.45 21.96 23.22 22.68 24.10 23.81 25.06 26.17 26.72 26.00 26.25 27.06
Kota Singkawang 2.78 2.97 3.10 3.12 3.18 3.37 3.43 3.42 3.43 3.62 3.84 3.85 4.01 4.16 4.20
10BI 7-day (Reverse) Repo Rate merupakan suku bunga acuan Bank Indonesia yang baru (pengganti BI
Rate), yang mulai berlaku efektif sejak 19 Agustus 2016, namun telah diumumkan pertama kali sejak
tanggal 21 April 2016.
Dari sisi pembiayaan, pada akhir triwulan III 2018 posisi baki debet kredit perbankan
di Kalimantan Barat mencapai Rp74,76 triliun. Jumlah tersebut hanya sekitar 1,44% dari total
penyaluran kredit perbankan Nasional yang mencapai Rp5.175 triliun. Bila dibandingkan dengan
wilayah lainnya di Kalimantan maka nilai penyaluran kredit di Kalimantan Barat berada di bawah
Kalimantan Timur, sedangkan tingkat pertumbuhannya berada di bawah Kalimantan Tengah dan
Kalimantan Selatan. Berdasarkan pertumbuhannya, kredit perbankan di Kalimantan Barat
tumbuh 13,60% (yoy) pada triwulan berjalan, lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan
triwulan sebelumnya (11,63%, yoy) serta triwulan III 2017 (4,02%, yoy).
Tabel 4. 3 Perkembangan Kredit Perbankan Kalimantan Barat (Rp Triliun)*
2015 2016 2017 2018
Cakupan
I II III IV I II III IV I II III IV I II III
Kalimantan Barat 47.78 50.38 52.57 55.15 56.06 60.81 63.84 63.38 64.12 65.86 66.40 68.29 71.35 72.88 74.85
Kalimantan Tengah 33.71 33.95 35.46 34.30 32.82 33.74 34.18 34.61 39.91 41.74 41.78 47.90 46.14 50.88 50.03
Kalimantan Selatan 48.79 49.61 50.40 51.17 51.07 48.57 49.05 50.70 52.08 54.76 56.51 59.10 60.28 62.31 63.90
Kalimantan Timur 103.00 102.79 105.53 104.61 103.32 105.90 107.34 107.53 108.09 106.40 105.85 94.76 100.67 104.50 106.24
Nasional 3,713.54 3,861.17 3,990.46 4,092.33 4,029.92 4,200.21 4,243.80 4,413.46 4,402.97 4,526.61 4,580.52 4,777.76 4,788.78 5,028.75 5,175.05
*) Data DPK Kalimantan Utara masih terhitung di dalam DPK Kalimantan Timur
Dari total penyaluran kredit di Kalimantan Barat, sekitar Rp49,07 triliun (65,63%)
yang dipenuhi oleh perbankan yang berlokasi di Kalimantan Barat. Jumlah tersebut
meningkat dibandingkan dengan triwulan lalu yang sebesar Rp48,24 triliun. Sisanya merupakan
pembiayaan perbankan yang berlokasi di provinsi lain terutama Jakarta yang mencapai Rp18,04
triliun (24,13%) atau meningkat Rp1,04 triliun dibandingkan dengan triwulan II 2018. Namun
sebaliknya, perbankan berlokasi di Kalimantan Barat menyalurkan kredit sebesar Rp1,84 triliun
ke provinsi lain atau sekitar 3,62% dari total kredit yang disalurkan oleh perbankan yang berlokasi
di Kalimantan Barat yang sebesar Rp50,91 triliun. Porsi terbesar disalurkan ke DKI Jakarta sebesar
Rp565,51 miliar dan Kalimantan Tengah sebesar Rp578,74 miliar.
Grafik 4. 5 Lokasi Bank Asal Penyalur Kredit ke Grafik 4. 6 Lokasi Penyaluran Kredit oleh
Kalimantan Barat Perbankan Asal Kalimantan Barat
Perbankan konvensional mendominasi penyaluran kredit di Kalimantan Barat. Total
penyaluran kredit perbankan konvensional Rp69,69 triliun (93,22%) jauh di atas perbankan
syariah yang hanya menyalurkan sebesar Rp5,07 triliun (6,78%). Kredit perbankan konvensional
tumbuh 12,91% (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya (10,70%,
Grafik 4. 7 Kredit Perbankan di Kalimantan Barat Grafik 4. 8 SBT Kredit Perbankan di Kalimantan
Barat
Dari sisi kinerja, jumlah aset perbankan Kalimantan Barat mencapai sebesar Rp74,21
triliun, yakni tumbuh 6,89% (yoy). Pertumbuhan tersebut lebih rendah dibandingkan dengan
pertumbuhan triwulan sebelumnya yang sebesar 11,43% (yoy). Salah satu indikator yang dapat
merepresentasikan intermediasi perbankan adalah indikator tingkat loan to deposit ratio (LDR)
yang pada triwulan III 2018 berada pada level 93,20%, mengalami penurunan bila dibandingkan
triwulan sebelumnya yang sebesar 93,70%.
Meskipun tingkat LDR cukup tinggi, namun tingkat risiko kredit di Kalimantan Barat
yang dicerminkan dari rasio non performing loans (NPL) masih berada di bawah batas aman.
NPL kredit perbankan di Kalimantan Barat pada triwulan III 2018 tercatat sebesar 1,80%,
menurun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar 1,88%. Secara berturut-turut
tingkat NPL untuk kredit investasi, kredit modal kerja dan kredit konsumsi adalah 0,82%, 4,25%
dan 1,02%. NPL modal kerja sedikit meningkat bila dibandingkan NPL triwulan sebelumnya
sebesar 4,18%. Namun NPL investasi dan konsumsi mengalami penurunan dibandingkan NPL
triwulan sebelumnya yang masing-masing adalah sebesar 0,97% dan 1,08%.
Secara spasial, dari 14 kota/kabupaten yang ada di Kalimantan Barat lebih dari
seperempat penyaluran kredit disalurkan ke Kota Pontianak yakni sebesar Rp1 9,49 triliun
(26,08%). Daerah lain yang memiliki pangsa di atas 10% hanya Kabupaten Mempawah dan
Kabupaten Ketapang masing masing sebesar Rp13,80 triliun (18,47%) dan Rp9,24 triliun
(12,37%). Adapun daerah dengan pangsa penyaluran kredit terendah di Kalimantan Barat pada
triwulan III 2018 adalah Kabupaten Sekadau dan Kabupaten Melawi, dengan besaran kredit
masing-masing Rp907 miliar (1,21%) dan Rp1.22 triliun (1,64%).
Dari sisi pertumbuhan kredit, Kabupaten Bengkayang dan Melawi merupakan
daerah yang paling tinggi pertumbuhannya yakni masing-masing sebesar 83,27% (yoy) dan
22,18% (yoy). Penyumbang terbesar pertumbuhan di Kabupaten Bengkayang adalah lapangan
usaha pertanian, sedangkan lapangan usaha perdagangan menyumbang pertumbuhan kredit
terbesar di Kabupaten Melawi. Lebih lanjut, Kabupaten Sintang, dan Kabupaten Kapuas Hulu
menjadi daerah dengan pertumbuhan kredit negatif yakni masing-masing sebesar -7,41% (yoy),
dan -9,40% (yoy).
Tabel 4. 4 Perkembangan Nominal Kredit di Kalimantan Barat Berdasarkan Kabupaten/Kota (Rp Miliar)
Baki Debet Kredit (Rp miliar)
Wilayah 2016 2017 2018
I II III IV I II III IV I II III
Kalimantan Barat 56,057.84 60,805.02 63,835.23 63,376.50 64,119.25 65,858.35 66,401.70 68,291.16 71,345.46 72,876.72 74,761.88
Kab. Mempawah 8,433.97 10,286.63 11,423.77 11,489.97 11,373.54 11,327.57 11,187.30 11,492.70 11,790.53 12,084.19 13,805.68
Kab. Sambas 2,100.51 2,686.61 2,622.82 2,707.29 2,471.89 2,574.56 2,402.25 2,738.42 2,828.19 2,912.05 2,953.35
Kab. Ketapang 6,704.88 7,077.47 7,092.73 7,061.13 7,185.35 7,684.98 7,801.67 8,417.16 9,344.45 9,380.75 9,248.53
Kab. Sanggau 4,116.39 4,111.36 4,320.32 4,159.73 4,130.67 4,181.64 4,184.26 4,383.97 4,472.06 4,566.84 4,480.96
Kab. Sintang 5,590.07 5,819.65 5,916.84 5,675.41 5,652.97 5,610.76 5,654.37 5,547.35 5,558.25 5,611.15 5,235.47
Kab. Kapuas Hulu 2,059.34 2,315.64 2,124.31 2,460.12 2,672.35 2,734.63 2,772.68 2,521.42 2,413.80 2,458.57 2,512.01
Kab. Bengkayang 1,133.74 1,318.50 2,653.24 2,205.80 2,158.72 1,742.53 1,695.66 1,634.54 3,096.86 3,155.06 3,107.66
Kab. Landak 1,375.11 1,831.07 1,820.03 1,811.82 1,832.02 1,838.41 1,852.39 1,709.99 1,864.12 2,035.94 2,039.63
Kab. Sekadau 673.12 681.94 717.47 696.77 702.18 723.29 754.74 778.69 858.63 893.24 907.28
Kab. Melawi 690.44 716.58 733.93 738.93 796.56 820.27 841.47 944.61 1,039.28 1,073.68 1,224.96
Kab. Kayong Utara 1,411.03 1,492.40 1,526.27 1,539.66 1,549.73 1,389.78 1,386.49 1,412.05 1,442.75 1,432.34 1,421.25
Kab. Kubu Raya 1,613.27 2,302.20 2,687.16 3,061.02 3,635.56 4,119.53 4,513.74 4,578.45 4,718.61 5,127.12 5,514.94
Kota Pontianak 15,514.26 15,483.89 15,493.86 16,467.77 16,686.96 18,291.97 18,674.07 19,382.83 19,187.95 19,404.37 19,498.14
Kota Singkawang 4,641.72 4,681.08 4,702.48 3,301.08 3,270.72 2,818.41 2,680.60 2,748.99 2,729.99 2,741.42 2,812.01
Pangsa perbankan syariah di Kalimantan Barat masih relatif kecil dari sisi aset,
perbankan syariah hanya memiliki aset sebesar Rp5,14 triliun atau 6,92% dari keseluruhan
aset perbankan di Kalimantan Barat. Pangsa tersebut mengalami penurunan dibandingkan
dengan triwulan sebelumnya yang sebesar 7,03%. Meskipun secara pangsa mengalami
penurunan, namun pertumbuhan aset perbankan syariah mengalami peningkatan. Pada triwulan
berjalan, aset perbankan syariah tumbuh menjadi sebesar 3,54% (yoy) dari pertumbuhan aset
perbankan syariah pada periode triwulan sebelumnya yang sebesar 2,91% (yoy).
Kondisi yang terjadi pada penghimpunan dana perbankan syariah juga terjadi pada
penyaluran pembiayaan perbankan syariah di Kalimantan Barat, dimana penyaluran
pembiayaan perbankan syariah di Kalimantan Barat masih tergolong relatif minim. Pangsa
pembiayaan syariah pada triwulan berjalan hanya mencapai Rp5,07 triliun, menurun
11Mulai triwulan I 2016, kredit kepada sektor korporasi dipersempit pengertiannya dengan mengeluarkan
beberapa unsur berdasarkan golongan pemilik yakni (i) penduduk yang merupakan pemerintah pusat,
pemerintah daerah serta badan-badan dan lembaga-lembaga pemerintah, (ii) bukan penduduk, dan (iii)
bank. Selain itu, untuk pembahasan ketahanan sektor korporasi juga ditambahkan perhitungan DPK
dengan berdasarkan penggolongan pemilik yang sama.
Harga pada triwulan III 2018 secara keseluruhan mengalami peningkatan yang
tercermin dari nilai likert scale sebesar 0,37, lebih tinggi dari nilai triwulan sebelumnya
sebesar 0,00 poin (Grafik 4.22). Namun, peningkatan harga tersebut tidak sejalan dengan
Grafik 4. 21 Perkembangan Likert Scale Harga Jual dan Grafik 4. 22 Indeks Harga Malaysian Palm Oil
Margin
Grafik 4. 23 Perkembangan DPK Sektor Korporasi Grafik 4. 24 Pangsa DPK Sektor Korporasi pada
pada KC/KCP berlokasi di Kalimantan Barat KC/KCP berlokasi di Kalimantan Barat
Pada triwulan berjalan, rasio NPL untuk kredit kepada sektor korporasi berada di
bawah batas aman yakni sebesar 0,95%. NPL tersebut membaik dibandingkan dengan
triwulan sebelumnya yang sebesar 1,10%. Korporasi penyumbang NPL terbesar adalah korporasi
yang bergerak di lapangan usaha industri pengolahan, sekaligus menjadi lapangan usaha dengan
rasio NPL berada di atas batas aman yakni 8,09%.
Grafik 4. 25 Penyaluran Kredit kepada Sektor Grafik 4. 26 NPL Kredit kepada Sektor Korporasi
Korporasi di Kalimantan Barat di Kalimantan Barat
Mayoritas kredit disalurkan melalui skema multiguna (60,16%) dan diikuti oleh
perumahan serta kendaraan bermotor (24,39% dan 8,92%). Sisa pangsa kredit (6,53%)
terbagi untuk kredit ruko/rukan lainnya, kredit peralatan dan kredit rumah tangga lainnya. Lebih
lanjut, kredit multiguna kembali tumbuh 20,54% (yoy), sedangkan kredit perumahan tumbuh
24,12% (yoy). Kredit kendaraan bermotor pada triwulan III 2018 kembali mengalami
pertumbuhan positif 22,99% (yoy), lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar
19,33% (yoy). Dari sisi risiko, seluruh jenis kredit rumah tangga masih memiliki tingkat NPL di
bawah batas aman 5%.
Sementara itu, dari sisi penggunaan kartu kredit oleh perseorangan, posisi baki
debetnya mencapai Rp219 miliar atau secara pertumbuhan terkontraksi sebesar -3,95%
(yoy). Kontraksi tersebut lebih dalam dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mencatat
kontraksi sebesar -1,09% (yoy). Secara kualitas kredit, NPL masih berada di bawah batas aman
5%. NPL kartu kredit membaik menjadi sebesar 2,27% dibandingkan dengan NPL pada akhir
triwulan sebelumnya yang sebesar 2,48%.
Berdasarkan hasil Survei Konsumen (SK) Bank Indonesia, rasio debt to service (DSR) 12
masih dalam level sehat, yakni hanya 7,6%, di bawah batas normal yang sebesar 30%.
Secara agregat, jumlah rumah tangga yang memiliki DSR dibawah batas normal berjumlah 87,0%
dari total rumah tangga yang menjadi responden SK. Hal tersebut menunjukkan bahwa kondisi
keuangan mayoritas rumah tangga masih dalam keadaan sehat dan mampu membayar
kewajiban kepada perbankan/IKNB.
12 DSR merupakan rasio maksimal kredit yang dapat diberikan bank atas dasar perbandingan besarnya
angsuran kredit maksimal terhadap pendapatan calon debitur yang disetujui bank.
13 Pengertian UMKM adalah sesuai UU No. 20 Tahun 2008. Mulai triwulan I 2016, pengertian kredit kepada
sektor UMKM dipersempit yakni kredit kepada UMKM yang merupakan bagian dari sektor korporasi dan
perseorangan yang merupakan penduduk.
Sebagai upaya untuk menjawab tantangan di atas, Bank Indonesia menyusun sebuah metode
yang disebut sebagai Financial Account and Balance Sheet Indonesia (FABSI). FABSI diharapkan
mampu menggambarkan keterkaitan transaksi keuangan antarsektor dalam perekonomian sehingga
dapat mendeteksi seberapa besar kerentanan suatu sektor dilihat dari berbagai perspektif risiko.
Risiko tersebut antara lain likuiditas, nilai tukar, kredit, dan ketidakseimbangan keuangan. FABSI juga
merangkun posisi keuangan tujuh sektor besar, yaitu bank sentral, perbankan, institusi keuangan
nonbank (IKNB), korporasi nonfinansial, rumah tangga, pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan
sektor eksternal (luar negeri). Adapun instrumen keuangan yang dicermati transaksinya terdiri atas
delapan instrumen yaitu emas moneter dan hak tarik khusus, uang kartal dan simpanan, surat utang,
pinjaman, ekuitas/saham, asuransi dan dana pensiun, derivatif keuangan, serta piutang/utang usaha.
Metodologi pencatatan FABSI mengikuti standar internasional berdasarkan konsep System of National
Account (SNA2008) dan Monetery and Financial Statistic Manual (MFSM).
FABSI tidak hanya berbicara pada tataran nasional, namun juga dapat menganalisis likuiditas,
ketidakseimbangan keuangan dan risiko sistemik pada suatu wilayah atau regional. Meskipun
berbicara tataran wilayah, melalui Regional Financial Account and Balance Sheet (RFABS) juga dapat
menggambarkan keterkaitan antar unit institusi dalam perekonomian baik regional, luar regional (Rest
of Indonesia) maupun internasional (Rest of The World). Penyusunan RFABS merupakan upaya untuk
mengisi gap ketersediaan kerangka data regional yang mampu menggambarkan sistem keuangan
regional secara komprehensif serta mampu mengidentifikasi regional imbalances.
Di tingkat regional, KPwBI Provinsi Kalimantan Barat telah mencoba menyusun RFABS
Kalimantan Barat untuk periode triwulan II 2018. Sebelum masuk ke dalam analisis hasil penyusunan
RFABS Provinsi Kalimantan Barat triwulan II, kita perlu mengingat kembali bagaimana kondisi
perekonomian Kalimantan Barat pada triwulan tersebut. Perekonomian Kalimantan Barat pada
Persentase realisasi pendapatan APBD Provinsi Kalimantan Barat pada triwulan II 2018
tercatat sebesar 53,56% atau lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan II 2017 yang sebesar 53,09%.
Selain itu, persentase penyerapan belanja APBD di Kalimantan Barat pada triwulan II 2018 tercatat
sebesar 36,42%, lebih tinggi dibandingkan triwulan II 2017 yang sebesar 34,84%. Peningkatan
penyerapan APBD pada triwulan II 2018 didorong oleh peningkatan penyerapan komponen Bantuan
Sosial, Hibah dan Belanja Pegawai. Sementara itu, persentase realisasi belanja modal pada triwulan II
2018 masih cukup kecil, yaitu 4,98% dari pagunya. Di sisi lain, persentase realisasi belanja
Kementerian/Lembaga di Kalimantan Barat hingga triwulan II 2018 tercatat sebesar 44,58% dari pagu
anggaran atau lebih rendah dibandingkan dengan persentase realisasi pada triwulan II 2017 yang
sebesar 48,65%.
Berdasarkan hasil analisis penyusunan RFABS Kalimantan Barat triwulan II 2018, bahwa Aset
Kalimantan Barat pada triwulan II 2018 didominasi oleh aset finansial sebesar 55% dengan tren
meningkat pada instrumen currency & deposits dengan pangsa sebesar 48%. Pertumbuhan aset
finansial diikuti dengan peningkatan pada currency & deposit dan equity. Sedangkan pangsa
kepemilikan kewajiban Kalimantan Barat pada triwulan II 2018 sebagian besar pembiayaan bersifat
utang daripada ekuitas. Berdasarkan pangsa instrumen keuangan pada kepemilikan kewajiban paling
besar didominasi oleh pinjaman sebesar 45,83%.
Grafik B2.1 Pangsa Kepemilikan Aset Grafik B2.2 Pangsa Kepemilikan Kewajiban
Grafik B2.3 Pangsa Aset per Instrumen Grafik B2.4 Pangsa Kewajiban per Instrumen
Secara umum, Kalimantan Barat memegang aset keuangan paling banyak dalam bentuk
currency deposits dan juga loans. Apabila dilihat per sektornya maka kepemilikan aset dalam bentuk
currency & deposits paling besar dimiliki oleh IKNB, Korporasi, Rumah Tangga, serta Pemda.
Kepemilikan aset dalam bentuk loans paling besar dimiliki perbankan dan regional lain, dimana aset
Grafik B2.5 Interkoneksi dan Potensi Transmisi Grafik B2.6 Komposisi Kewajiban per Sektor
Risiko Antarsektor.
Analisis posisi keuangan suatu sektor relatif terhadap sektor sektor lain dapat menggunakan
matriks Net Financial Position (selisih antara aset keuangan dan kewajiban). Berdasarkan matriks Net
Financial Position, bahwa sektor yang memiliki risiko cukup signifikan terhadap risiko sistemik regional
adalah sektor Korporasi Nonfinansial (NFC). Korporasi memiliki neto kewajiban sebesar -42,51%
terhadap PDRB. Korporasi secara perilaku bisnisnya cenderung neto liabilitas dalam rangka membiayai
proses produksi, ekspansi usaha maupun operasionalnya. Semua sektor menjadi sumber pembiayaan
korporasi. Pembiayaan paling banyak berasal dari Regional Lain (ROI) sebesar Rp19,57 triliun, Luar
Negeri (ROW) sebesar Rp13,44 triliun, Perbankan (ODC) sebesar Rp9,01 triliun, serta Rumah Tangga
(HH) sebesar Rp8,84 triliun.
Keterkaitan antarsektor juga dapat dilihat melalui matriks whom to whom, dimana pada
triwulan II 2018, sektor NFC terdapat penambahan kewajiban sebesar Rp934,29 miliar. Kewajiban
untuk instrumen loans berasal dari dua sektor yaitu sektor perbankan Rp363,54 miliar, serta regional
lain sebesar Rp329,00 miliar. Penambahan kewajiban tertinggi untuk sektor NFC berada pada
instrumen loans sebesar Rp692,54 miliar, dan equity Rp169,38 miliar. Hal ini mengkonfirmasi sektor
korporasi yang memiliki neto kewajiban dalam bentuk pinjaman. Kewajiban NFC terhadap regional
lain kemungkinan merupakan pinjaman dari perbankan yang berlokasi di luar Kalimantan Barat, hal
tersebut terlhat pada pertumbuhan kredit berdasarkan lokasi proyek di Kalimantan Barat.
Terakhir, melalui network analysis dapat dianalisis interkoneksi dan potensi transmisi risiko
antar sektor. Analisis ini dilakukan berdasarkan grafik yang menunjukan posisi suatu sektor yang
digambarkan sebagai nodes dan dihubungkan oleh edges dengan ukuran eksposur yang saling
terkoneksi. Network tersebut memuat informasi mengenai posisi bilateral exposure antar sektor
institusi. Bilateral exposure mencerminkan sektoral pada balance sheet yang saling terkoneksi
sehingga dapat melihat potensi pemicu peningkatan risiko sistemik saat terjadi guncangan (shock)
pada salah satu sektor.
Berdasarkan visualisasi network transaksi, terlihat bahwa sektor Pemerintah Daerah (Pemda)
mengalami net outflow serta terdapat aliran yang cukup besar ke sektor Perbankan. Berdasarkan
matriks WTW, diketahui bahwa aliran tersebut berbentuk simpanan (currency & deposits). Besarnya
net outflow Pemda ke Perbankan berkaitan dengan siklus pola belanja Pemda. Dari struktur
komponen pendapatan APBD, sejumlah aset (dana) telah tersedia di Prbankan. Namun demikian,
Pemda belum mengoptimalkan dana tersebut untuk belanja. Hal tersebut sejalan dengan persentase
realisasi belanja APBD Provinsi Kalimantan Barat yang hingga triwulan II (Juni) 2018 baru sebesar
38,22%. Pada visualisasi network transaksi ini juga terlihat adanya aliran ke Korporasi dari seluruh
sektor dalam bentuk pinjaman, ekuitas, dan debt securities.
Selanjutnya berdasarkan visualisasi network posisi, terlihat bahwa sektor Perbankan memiliki
interkoneksi paling tinggi dengan sektor rumah tangga. Hal tersebut terkonfirmasi dengan tumbuhnya
kredit rumah tangga pada triwulan II 2018 sebesar 22,02% (yoy) lebih tinggi dibandingkan triwulan
sebelumnya sebesar 19,46% (yoy). Korporasi memiliki net liabilities cukup besar yaitu sebesar Rp54
triliun, yang sebagian besarnya berbentuk loans. Hal tersebut sejalan dengan pertumbuhan kredit
modal kerja di Kalimantan Barat pada triwulan II yang sebesar 2,80% (qtq). Di sisi lain, interkoneksi
NFC cukup besar terhadap ROI dan ROW. Terhadap ROI, korporasi memiliki interkoneksi dalam
instrumen loans. Sedangkan terhadap ROW, sebagian besar interkoneksinya terwujud dalam
instrumen equity. Hal ini mengindikasikan bahwa sebagian korporasi di Kalimantan Barat
mendapatkan pembiayaan/kredit dari daerah di luar Kalimantan Barat. Sebagian Korporasi di
Kalimantan Barat juga mendapatkan modal usaha dari eksternal/luar negeri dikarenakan terdapat
beberapa korporasi yang merupakan perusahaan penanaman modal asing (PMA).
Transaksi kliring di Kalimantan Barat pada triwulan III 2018 mencapai Rp5,80
triliun, meningkat dari Rp5,53 triliun pada triwulan sebelumnya. Di sisi lain, nilai
transaksi RTGS pada triwulan III meningkat menjadi Rp31,85 triliun dari Rp20,99
pada triwulan II 2018. KPwBI Provinsi Kalimantan Barat mengalami net inflow
sebesar Rp402,42 milyar di triwulan III 2018, dengan jumlah uang yang masuk
(inflow) mencapai Rp2,44 triliun. Sebagaimana pola historisnya, kebutuhan
uang tunai di triwulan III 2018 mengalami penurunan pasca Hari Besar
Keagamaan Nasional (HKBN) dan liburan sekolah.
14 Kegiatan penukaran uang rusak dilakukan setiap hari Rabu. Untuk penukaran uang kecil dapat dilakukan
pada bank umum.
15 Pada kegiatan kas keliling, masyarakat dapat menukarkan rusak dan uang yang tidak layak edar yang
angkatan kerja terhadap jumlah penduduk usia kerja (di atas 15 tahun).
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional | November 2018
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Barat
83
sebesar 68,62%. Kondisi tersebut mencerminkan peningkatan jumlah tenaga kerja di Kalimantan
Barat perlahan dapat diimbangi dengan penyerapan oleh lapangan kerja yang tersedia. Hal
tersebut terkonfirmasi dengan TPT di Kalimantan Barat pada Agustus 2018 yang menurun
menjadi sebesar 4,26% setelah pada periode yang sama pada tahun lalu mencapai 4,36% atau
setara dengan penurunan hingga 2,30% (yoy).
Sumber: BPS Prov. Kalimantan Barat, diolah Sumber: BPS Prov. Kalimantan Barat, diolah
Grafik 6. 1 Perbandingan Tingkat Partisipasi Angkatan Grafik 6. 2 Perbandingan Tingkat Pertumbuhan
Kerja (TPAK) dan Tingkat Pengangguran Terbuka Indikator Ketenagakerjaan Kalimantan Barat
(TPT) Kalimantan Barat
Sumber: BPS Prov. Kalimantan Barat, diolah Sumber: BPS Prov. Kalimantan Barat, diolah
Grafik 6. 3 Perkembangan Tingkat Penyerapan Grafik 6. 4 Perkembangan Tingkat Pengangguran
Angkatan Kerja (TPAK) Kalimantan Barat dan Terbuka (TPT) Kalimantan Barat dan Nasional
Nasional
Ditinjau dari sisi LU, penyerapan tenaga kerja utama di provinsi Kalimantan Barat
pada Februari 2018 didominasi oleh tiga LU utama, yaitu pertanian, perdagangan dan jasa -
jasa. Secara kumulatif ketiga LU tersebut telah mampu menyerap 80,27% dari total pasokan
Tabel 6. 2 Persentase Penduduk Bekerja Berdasarkan Lapangan Usaha di Kalimantan Barat (Ribu Jiwa)
Ags '18 Terhadap
Lapangan Pekerjaan 2014 2015 2016 2017 2018
Ags '17
Utama
Feb Ags Feb Ags Feb Ags Feb Ags Feb Ags Growth Indikator
Pertanian 1,321 1,286 1,158 1,293 1,138 1,113 1,294 1,192 1,303 1,196 0.34%
Industri 73 82 100 87 111 125 140 127 172 146 14.96%
Perdagangan 341 311 433 352 418 412 279 362 301 378 4.42%
Jasa-Jasa 292 253 270 268 339 321 145 323 131 310 -4.02%
Lainnya *) 281 294 295 236 299 318 541 298 547 317 6.38%
Sumber: BPS Prov. Kalimantan Barat, diolah
*) Lapangan usaha Lainnya terdiri dari Pertambangan & Penggalian, Listrik, Gas dan Air, Bangunan, Pengangkutan dan
Komunikasi serta Lembaga Keuangan.
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional | November 2018
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Barat
85
Sementara itu, apabila dilihat berdasarkan status pekerjaan utama, sebagian besar
angkatan kerja di Kalimantan Barat masih bekerja di lapangan usaha informal 18. Jumlah
pekerja informal di Kalimantan Barat pada Februari 2018 mencapai 1,4 juta jiwa, atau setara
dengan 59,48% dari total penduduk bekerja. Sisanya 950 ribu pekerja atau 40,52% bekerja di
lapangan usaha formal. Pekerja formal mengalami peningkatan terhadap periode yang sama
tahun lalu yang hanya sebesar 38,57% dari total penduduk bekerja. Dengan klasifikasi status
pekerjaan utama informal mengalami penurunan sebesar 1,55% dari periode yang sama tahun
sebelumnya. Sedangkan jumlah pekerja pada klasifikasi status pekerjaan formal mengalami
peningkatan 7,10% (yoy). Peningkatan pada klasifikasi status pekerjaan formal terutama
didorong oleh meningkatnya jumlah Berusaha dibantu buruh tetap/buruh dibayar dengan
peningkatan sebesar 9,52% (yoy). Sementara itu, penurunan pada status pekerjaan informal lebih
didorong oleh penurunan jumlah pekerja bebas sebesar 28,14% (yoy) dibandingkan dengan
Agustus 2017.
Tabel 6. 3 Jumlah Tenaga Kerja Berdasarkan Status Utama Pekerja (Ribu Jiwa)
2013 2014 2015 2016 2017 2018 Perubahan Ags '18 terhadap
STATUS PEKERJAAN
Feb Ags Feb Ags Feb Ags Feb Ags Feb Ags Feb Ags Feb '18 (%) Ags '17 (%)
INFORMAL 1,529 1,691 1,514 1,457 1,442 1,406 1,450 1,414 1,521 1,418 1,548 1,396 -9.82% -1.55%
Berusaha sendiri 373 336 381 338 431 339 362 477 393 483 432 455 5.32% -5.80%
Berusaha dibantu buruh tidak tetap 498 425 494 449 418 443 456 402 464 367 462 417 -9.74% 13.62%
Pekerja Bebas 46 595 103 111 145 123 161 132 131 167 143 120 -16.08% -28.14%
Pekerja Keluarga 612 336 536 559 448 501 471 403 533 401 511 404 -20.94% 0.75%
FORMAL 726 699 795 770 815 770 856 873 877 887 906 950 4.86% 7.10%
Berusaha dibantu buruh tetap/buruh dibayar 73 54 81 74 62 71 73 97 74 63 76 69 -9.21% 9.52%
Buruh/ karyawan/pegawai 653 644 714 696 753 699 783 776 803 824 830 881 6.14% 6.92%
Sumber: BPS Prov. Kalimantan Barat, diolah
18Status pekerjaan formal adalah pekerja yang mempunyai status selain lapangan usaha formal yaitu
berusaha dibantu buruh tetap/buruh dibayar dan buruh/karyawan/pegawai.
Sumber: BPS Prov Kalbar, diolah Sumber: BPS Prov Kalbar, diolah
Grafik 6. 6 Perkembangan NTP Kalimantan Barat Grafik 6. 7 Perkembangan NTP Provinsi Kalimantan
Barat Berdasarkan Klasifikasi Sublapangan Usaha
Sumber: BPS Prov Kalbar, diolah Sumber: BPS Prov Kalbar, diolah
Grafik 6. 8 Pergerakan NTP Provinsi Kalimantan Grafik 6. 9 Perbandingan NTP Sublapangan Usaha
Padi dan Palawija antar Provinsi di Kalimantan
Inflasi Pedesaan
Indeks konsumsi rumah tangga (IKRT) pada triwulan III 2018 tercatat sebesar 134,05.
Bila dibandingkan secara triwulanan dan tahunan, maka terjadi peningkatan IKRT masing-masing
sebesar 0,15% (qtq) dan 2,95% (yoy). Inflasi pedesaan di Kalimantan Barat pada triwulan III 2018
secara umum bersumber dari peningkatan harga yang terjadi pada kelompok komoditas
Kesehatan serta Transportasi dan Komunikasi dengan peningkatan masing-masing sebesar
1,07% (qtq) dan 0,97% (qtq).
Sumber: BPS Prov Kalbar, diolah Sumber: BPS Prov Kalbar, diolah
Grafik 6. 11 Perbandingan Tingkat Kemiskinan di Grafik 6. 12 Perkembangan Presentase Tingkat
Kalimantan dan Nasional Maret 2018 Kemiskinan di Kalimantan Barat
Penduduk miskin di Kalimantan Barat pada Maret 2018 berjumlah 387.080 jiwa atau
menurun dibandingkan Maret 2017 yang berjumlah 387.430 jiwa. Penduduk miskin tersebut
mayoritas berada di pedesaan dengan jumlah sebesar 302.560 jiwa. Sementara itu, jumlah
penduduk miskin di perkotaan berjumlah 84.520 jiwa. Penurunan jumlah penduduk miskin di
Kalimantan Barat terutama bersumber dari penurunan yang terjadi di wilayah pedesaan yang
sebesar 8.710 jiwa. Di sisi lain, terjadi peningkatan jumlah penduduk miskin di wilayah perkotaan
sebesar 8.360 jiwa.
19 Nilai IPM yang digunakan merupakan angka IPM dengan menggunakan metode perhitungan IPM Tahun
2010. Terdapat penambahan komponen perhitungan pada aspek pendidikan, yakni lama sekolah.
Sementara itu, komponen yang diperhitungkan pada aspek standar hidup diubah menjadi PNB per kapita
dari sebelumnya PNB per kapita. Metoda agregasi indeks juga mengalami perubahan dari rata-rata hitung
(aritmatik) pada IPM standar perhitungan tahun 2000 menjadi rata-rata ukur (geometrik) pada IPM tahun
2010
Peningkatan pada IPM Kalimantan Barat pada tahun 2017 utamanya didorong oleh
peningkatan pada dimensi pengetahuan. Dimensi pengetahuan pada IPM dibentuk oleh dua
indikator, yaitu Harapan Lama Sekolah (HLS) dan Rata-rata Lama Sekolah (RLS). Pada tahun 2017,
HLS di Kalimantan Barat adalah sebesar 12,5 hal ini dapat diartikan bahwa anak-anak usia 7
tahun memiliki peluang untuk berada pada jenjang pendidikan formal hingga 12,5 tahun atau
hingga lulus SMA/SMK. Sejalan dengan peningkatan pada HLS, RLS di wilayah Kalimantan Barat
turut menunjukkan peningkatan dari 6,98 tahun pada 2016 menjadi 7,05 tahun pada 2017.
Berdasarkan indikator ini diketahui bahwa rata-rata penduduk usia 25 tahun ke atas telah
mengenyam pendidikan hingga kelas VII atau setara dengan SMP Kelas I.
Secara spasial, saat ini hanya terdapat dua wilayah di Kalimantan Barat dengan
status pembangunan manusia tinggi (nilai IPM 70-80). Kedua wilayah tersebut adalah Kota
Pontianak dan Kota Singkawang dengan nilai IPM masing-masing 77,93 dan 70,25. Sementara
itu, status pembangunan manusia di dua belas wilayah lainnya termasuk dalam klasifikasi sedang
(nilai IPM 60-70).
Sumber: IMF, Consensus Forecast, Bank Indonesia Sumber: IMF commodity prices
Grafik 7. 1 Harga Komoditas Internasional
Clean money policy adalah kebijakan Bank Indonesia untuk menarik uang tidak layak edar dan
menyediakan uang layak edar bagi masyarakat.
CPO (Crude Palm Oil) atau dikenal sebagai minyak sawit mentah. Minyak sawit atau minyak
kelapa sawit adalah minyak nabati yang dapat dikonsumsi, yang didapatkan dari mesocarp buah
pohon kelapa sawit.
Dana Alokasi Umum (DAU) adalah salah satu transfer dana pemerintah kepada pemerintah
daerah yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan
kemampuan keuangan antardaerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka
desentralisasi.
Dana Bagi Hasil (DBH) adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan
kepada daerah dengan memperhatikan potensi daerah penghasil berdasarkan angka persentase
tertentu untuk menandai kebutuhan daerah dalam rangka desentralisasi.
Dana Perimbangan adalah sumber pendapatan daerah yang berasal dari APBN untuk
mendukung pelaksanaan kewenangan pemerintah daerah dalam mencapai tujuan pemberian
otonomi daerah.
Dana Pihak Ketiga (DPK) adalah dana yang dihimpun perbankan dari masyarakat yang berupa
giro, tabungan, atau deposito.
Disagregasi Inflasi adalah penguraian komponen inflasi menjadi 3 kelompok (inti, volatile foods,
dan administered prices) berdasarkan faktor yang mempengaruhinya.
Ekspor adalah keseluruhan barang yang keluar dari suatu wilayah/daerah baik yang bersifat
komersil maupun bukan komersil.
Impor adalah seluruh barang yang masuk ke suatu wilayah/daerah baik yang bersifat komersil
maupun bukan komersil.
Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) adalah salah satu komponen pembentuk IKK. Indeks ini
menunjukan tingkat keyakinan konsumen terhadap ekspektasi kondisi ekonomi saat ini.
Indeks Harga Konsumen (IHK) adalah indeks yang merupakan ukuran perubahan rata-rata
harga barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat pada suatu periode tertentu. Sejak januari
2014 menggunakan tahun dasar 2012 = 100.
Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) adalah indeks yang menunjukkan tingkat keyakinan
konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini dan ekspektasi kondisi ekonomi enam bulan
mendatang.