Anda di halaman 1dari 58

Edisi

61
Tahun VII
2017

www.bi.go.id

Sorot
Sistem Pembayaran
Integrasi
Etalase
GNTT Picu
Hingga
Perkembangan Efisiensi
E-Commerce
Daftar Isi
02 Pedoman
04 Editorial

Penanggung Jawab:
Tirta Segara

07 Sorot Pemimpin Redaksi:


Arbonas Hutabarat

Integrasi Hingga Redaksi Pelaksana:


Edhie Haryanto

Efisiensi Wahyu Indra Sukma


Ernawati Jatiningrum
Surya Nanggala
BI terus mengupayakan sistem pembayaran
Any Ramadhaningsih
yang lebih baik dan andal dari waktu ke Yadi Yuhardinata
waktu. Tujuannya, memberikan manfaat T. Rafael Lardhana
pada perekonomian nasional dan memberikan
Kontributor:
perlindungan bagi konsumen. Mualam Noor
Angiola Harry
Rahmat Dwi Cahyono
43 Aktifitas Yusi Rahimah
Elektronifikasi
Di Berbagai Daerah Alamat Redaksi:
Departemen Komunikasi
Sejak tahun lalu, BI telah menginisiasi program Bank Indonesia
elektronifikasi. Program ini telah digelar di berbagai Jl. M.H. Thamrin No.2
daerah. Jakarta
Telp. Contact Center
BICARA:
(021) 131
e-mail: bicara@bi.go.id
website: www.bi.go.id

@bank_indonesia

fl ip.it/7A9uk

Rahmi Artati Sofwan Kurnia bankindonesia


Kepala Divisi Pengelolaan Kepala Divisi Perizinan dan
Program Elektronifikasi dan Perlindungan Konsumen Sistem
BankIndonesiaChannel
Keuangan Inklusif Pembayaran
Hal. 50 Hal. 52
Redaksi menerima
kiriman naskah dan
11 SOROT 31 EKSPOSE mengedit naskah
sebelum dipublikasikan.
23 Lensa 35 AKTIVITAS Naskah dikirim ke
27 Dinamika 38 ETALASE bicara@bi.go.id

Gerai Info l bank Indonesia 1 Edisi 61 l tahun 7 l 2017


Pedoman

Berkomitmen
Terus Mengembangkan
Elektronifikasi dan
Keuangan Inklusif

B
ank Indonesia (BI) sebagai regulator sistem
pembayaran mengacu pada empat prinsip
kebijakan sistem pembayaran yakni,
keamanan, efisiensi, kesetaraan akses dan
perlindungan konsumen. Untuk mendukung
itu semua, BI melakukan elektronifikasi
dengan mendorong metode pembayaran dari manual
menjadi elektronik, mengubah sebagian besar mekanisme
pembayaran dari fisik menjadi digital dan meningkatkan
akses keuangan yang terbatas menjadi luas (inklusif).
Inisiatif BI dalam elektronifikasi dilakukan melalui Gerakan
Nasional Non Tunai (GNNT) yang diluncurkan pada tanggal
14 Agustus 2014. Inisiatif ini diturunkan melalui berbagai
program, baik dari sisi Government to Person maupun Person
to Government.
Salah satu tujuan dari elektronifikasi
adalah meningkatkan akses keuangan,
atau sering dikenal dengan keuangan
inklusif (KI). Inisiatif ini telah dilakukan
oleh BI sejak 2011 yang ditandai dengan
adanya Strategi Nasional Keuangan
Inklusif (SNKI), yang saat ini telah
disempurnakan dan telah ditandatangani
Presiden Joko Widodo pada 1 September
2016.
Keuangan inklusif
dilakukan BI dengan
menggunakan berbagai
cara, diantaranya
edukasi keuangan,
penyusunan model
bisnis, perluasan

Gerai Info l bank Indonesia 2 Edisi 61 l tahun 7 l 2017


Pedoman

saluran distibusi layanan keuangan serta


mendorong pelaku Usaha Mikro Kecil
dan Menengah (UMKM) untuk
menggunakan layanan keuangan
digital.
Program non-tunai yang
berhubungan dengan keuangan
inklusif dan yang menjadi
prioritas BI adalah penyaluran
bansos secara non tunai, hal ini
dilakukan untuk mendorong
pemulihan ekonomi melalui
perbaikan daya beli sektor rumah
tangga yang sesuai dengan arahan
Presiden Joko Widodo. BI sangat
mendukung penyaluran bansos dilakukan
secara non tunai sehingga mampu mendukung
pencapaian 6 T yakni Tepat Waktu, Tepat Sasaran,
Tepat Jumlah, Tepat Kualitas, Tepat Harga, Tepat
Administrasi. Sebagai lembaga yang diberikan
kewenangan oleh Undang-Undang untuk bertindak
sebagai otoritas sistem pembayaran, tentunya BI
mengupayakan agar penyaluran bansos non tunai harus
terkoordinasi dan sejalan dengan kebijakan sistem
pembayaran yang dikembangkan BI.
Sedangkan jika bercermin dari angka index keuangan
inklusif Indonesia menunjukan hasil yang signifikan, di
mana pada tahun 2011 jumlah banked people hanya
20%, dan mengalami peningkatan menjadi 36% pada
tahun 2014. Target banked people pada tahun 2019
adalah 75%. Tentunya pencapaian target ini diupayakan
BI sesuai dengan tujuan sistem pembayaran yang
aman, lancar, efisien, dan andal dengan memperhatikan
perluasan akses dan kepentingan nasional.

Salam,
Agus D. W. Martowardojo
Gubernur Bank Indonesia

Gerai Info l bank Indonesia 3 Edisi 61 l tahun 7 l 2017


Editorial

Tirta Segara
Kepala Departemen Komunikasi
Bank Indonesia

Berinisiatif
Untuk Kemajuan
BI terus melakukan inovasi dan inisiatif sebagai upaya
memberikan kontribusi bagi kemajuan bangsa.
Salah satunya terkait dengan sistem pembayaran.

D
ari waktu ke waktu, Bank Indonesia
(BI) terus mengupayakan sistem
pembayaran yang lebih baik dan
andal. Pengembangan sistem
pembayaran dilakukan BI
disesuaikan dengan perkembangan teknologi dan
kebutuhan yang ada serta perkembangan
ekonomi. BI akan terus berperan sebagai regulator,
fasilitator, dan overseer untuk tercapainya sistem
pembayaran yang aman, lancar, efisien,
memerhatikan perluasan akses dan
mengedepankan kepentingan nasional.
Berbagai pengembangan dan inisiatif telah dan
tengah ditempuh BI dalam sistem pembayaran. Di
antaranya, National Payment Gateway (NPG),
penggunaan cip dan pin pada alat pembayaran
menggunakan kartu (APMK), penyelenggaraan
pemrosesan transaksi pembayaran,
pengembangan financial technology (fintech), dan
penyaluran program bantuan pemerintah.

Gerai Info l bank Indonesia 4 Edisi 61 l tahun 7 l 2017


Editorial

Terkait dengan penyaluran bantuan, untuk


mendukung efisiensi, ketepatan tujuan
penggunaan rekening, dan sustainabilitas bagi
bank penyalur, ke depan integrasi bantuan sosial
akan dilakukan dalam satu rekening serta data
disimpan secara nasional. Model bisnis ini akan
diperluas dengan melibatkan institusi atau
lembaga lain sehingga dapat mendorong
keuangan inklusif di Indonesia.
Bermacam kegiatan sudah dilakukan BI untuk
meningkatkan penetrasi program elektronifikasi
ini. Mulai dari mendorong pelaku UMKM untuk
menggunakan layanan keuangan, program
pemberian bantuan sosial secara nontunai,
meningkatkan pembayaran dengan
menggunakan uang elektronik, hingga aneka
kegiatan lainnya.
Melalui berbagai pengembangan dan inisiatif
BI, diharapkan tercipta sistem pembayaran yang
makin andal, efektif, dan efisien. Ujungnya,
diharapkan dapat meningkatkan produktivitas
dan meningkatkan perekonomian nasional. l

Gerai Info l bank Indonesia 5 Edisi 61 l tahun 7 l 2017


Q: Saya mau bertanya, bagaimana caranya untuk
mendapatakan uang kertas yang masih dalam ukurañ
besar atau belum dipotong? Terima kasih.

Jamil Raya Oie Pang

A: Yth. Jamil Raya Oie Pang, untuk mendapat uang khusus


(Uncut Banknotes) bapak dapat mengunjungi Lobby
Gedung C, Kantor Pusat BI pada hari Senin dan Kamis,
pukul 08.00-11.30. Untuk saat ini Uncut Banknotes yang
tersedia adalah pecahan Rp.100.000,00 tersambung 2
(dua) dan 4 (empat).

Q: Kami memiliki beberapa kartu A: Yth. Ester Yohana, Kami turut


kredit dan KTA yang dipergunakan bersimpati atas permasalahan
untuk bisnis kecil-kecilan. Hingga yang Anda alami. Sehubungan
akhir 2015, tagihan costumer kami dengan email Anda terkait
pun mandek, ada toko yang tutup angsuran pembiayaan, dapat kami
dan kami tidak tahu sampaikan bahwa Bank Indonesia
keberadaannya. Sehingga tidak mengatur hal tersebut.
perputaran keuangan kami pun Angsuran pembiayaan merupakan
sulit, dan puncaknya pun kebijakan dan kewenangan penuh
pertengahan tahun ini di mana ada dari masing-masing bank. Anda
beberapa tagihan yang tidak bisa lakukan konfirmasi dengan
tertagih. Dikarenakan hal tersebut bank bersangkutan. Mengenai
maka pembayaran kami pun kinerja buruk penagihan kartu
kepada bank menjadi tertunda kredit bank, dapat kami
hingga saat ini. Kami pun sudah sampaikan bahwa penagihan
menjelaskannya kepada penagih terhadap kewajiban konsumen
kartu kredit mengenai masalah yang belum diselesaikan dalam hal
kami, dan kami minta dijadikan ini dapat dilakukan sendiri oleh
cicilan tapi bank tersebut bank (pegawai bank tersebut)
menjawab tidak ada program atau dilakukan oleh pihak lain
tersebut, dan kalaupun ada yang ditunjuk bank.
bunganya cukup tinggi.
Penghasilan kami sedang tidak
bagus. Kami mohon kiranya BI bisa
memberikan kami jalan keluar atau
mungkin bisa memfasilitasi kami
Balance Transfer sehingga kami
hanya membayar pada 1 pihak saja
dengan penghapusan bunga.

esteryohana_nice@yahoo.com

Gerai Info l bank Indonesia 6 Edisi 61 l tahun 7 l 2017


Sorot

Integrasi
Hingga Efisiensi
Sistem pembayaran pada prinsipnya merupakan sistem yang
dinamis. Di tengah dinamika tersebut, BI terusmendorong
perkembangan sistem pembayaran ke arah yang lebih sehat,
efisien, aman, dan andal dari waktu ke waktu.

S
istem pembayaran nasional terus berevolusi
sejalan dengan perkembangan zaman. Sejak
teknologi ATM dan kartu kredit pertama
kali diperkenalkan di era-1980-an, eksosis­
tem sistem pembayaran ritel non tunai
Indonesia mampu tumbuh eksponensial.
Namun demikian, capaian yang serba positif tersebut
tidak lalu menempatkan Bank Indonesia (BI) pada zona
nyaman. Berbagai tantangan datang silih berganti dan
menuntut respon, setidaknya ada tiga tantangan yang
perlu kita perhitungkan.
Pertama, ekosistem sistem pembayaran ritel nasional
belum efisien dan sangat tergantung pada peran asing.
Interkoneksi dan interoperabilitas praktis belum terbentuk
karena struktur industri yang terfragmentasi. Akibatnya,
economic dan social cost dari perolehan akses non tunai
menjadi relatif mahal, baik dalam bentuk tingginya biaya
transaksi dan biaya investasi, maupun potensi kebocoran
ekonomi dari hilangnya pendapatan pajak maupun income
transfer ke luar negeri.
Kedua, pesatnya laju evolusi alat pembayaran seiring
dengan arus inovasi teknologi industri keuangan. Inovasi
teknologi telah membuka peluang lebar bagi hadirnya

Gerai Info l bank Indonesia 7 Edisi 61 l tahun 7 l 2017


Sorot

instrumen baru serta masuknya pemain-pemain baru di


industri sistem pembayaran yang kita kenal dengan
FinTech. Di satu sisi, keberadaan FinTech men-disrupt
eksistensi dan peran institusi konvensional, khususnya
bank. Di sisi lain, model bisnis FinTech menawarkan
manfaat efisiensi bagi masyarakat penggunanya. Untuk
itu, dibutuhkan terobosan kebijakan yang mampu
menjamin keberlangsungan inovasi teknologi sistem
pembayaran secara sehat dan dalam koridor kehati-hatian.
Ketiga, masih rendahnya akseptasi masyarakat terhadap
transaksi non tunai. Kondisi ini terutama ditemukan pada
segmen masyarakat unbanked dan kelompok masyarakat
yang berdomisili di wilayah yang belum terjangkau
infrastruktur dasar secara memadai. Hal ini memperumit
implementasi misi Pemerintah untuk menyalurkan subsidi
dan transfer secara non-tunai guna meningkatkan akurasi
penyaluran.
Menanggapi tiga tantangan tersebut, BI tentunya tidak
tinggal diam. BI berperan sebagai regulator, fasilitator, dan
overseer untuk tercapainya sistem pembayaran yang aman,
lancar, efisien, dan andal dengan memperhatikan perluasan
akses dan mengedepankan kepentingan nasional. BI telah
melansir lima inisiatif pada awal September 2016.
Pertama, inisiatif National Payment Gateway (NPG).
Pada hakekatnya, NPG dikembangkan untuk sistem
pembayaran yang efisien, aman, dan mampu menjangkau
seluruh lapisan masyarakat. NPG merupakan sebuah
institutional arrangement yang mengintegrasikan berbagai
saluran (channel) pembayaran non tunai ritel nasional. NPG
juga merupakan brand nasional yang menjadi cikal-bakal
lahirnya platform domestik yang akan berdiri sejajar
dengan Visa, Master, Dinners Club, JCB, Union Pay, dan
Americal Express. BI telah merampungkan conceptual
design NPG sebagai basis implementasi NPG sebagai brand
nasional.
Kedua, implementasi standar nasional kartu ATM/Debit.
Penggunaan standar nasional pada transaksi kartu ATM/
Debit diharapkan mampu mewujudkan interkoneksi dan

Gerai Info l bank Indonesia 8 Edisi 61 l tahun 7 l 2017


Sorot

interoperabitas, serta kemandirian nasional pada


ekosistem instrumen dimaksud. Kebijakan ini merupakan
langkah awal yang strategis dalam mendorong efisiensi
mengingat transaksi kartu ATM/Debit menguasai sekitar
90% pangsa transaksi ritel nasional. Pada tahun 2015, BI
telah merilis ketentuan yang mengatur implementasi
secara bertahap sejak 1 JuIi 2017 sampai dengan 31
Desember 2021 setelah menimbang kesiapan industri
dan upaya mitigasi risiko lonjakan biaya migrasi. Saat ini,
Industri telah mengusulkan National Standard of
Indonesian Chip Card Specification (NSICCS) ke BI sebagai
standar nasional yang disepakati.
Langkah selanjutnya adalah mendorong pendirian
fungsi pengelolaan standar sebagai bagian integral dari
inisiatif NPG. Bersamaan dengan inisiatif tersebut, BI
juga mewajibkan penggunaan teknologi chip dan PIN
pada kartu ATM/Debit guna mengurangi risiko
pemalsuan dan pencurian data pada kartu (skimming).
Kewajiban penggunaan PIN online 6 digit akan berlaku
mulai 1 Juli 2017.
Ketiga, ialah penerbitan Peraturan Bank Indonesia
(PBI) yang mengatur penyelenggaraan pemrosesan
transaksi pembayaran. Ketentuan ini bertujuan untuk
mengakomodasi dan mengantisipasi inovasi di bidang
sistem pembayaran, terutama dengan tumbuh dan
berkembangnya e-commerce dan FinTech. Ketentuan ini
memayungi proses dan prosedur perizinan, pengawasan,
dan pemenuhan manajemen risiko, bagi Penyelenggara
Jasa Sistem Pembayaran (PJSP) termasuk yang
menawarkan layanan e-wallet dan payment gateway. PBI
ini juga mengatur pengenaan kewajiban atas pemrosesan
domestik, penempatan dana di bank domestik,
penyimpanan data di domestik, dan kewajiban
penggunaan rupiah untuk seluruh transaksi domestik
yang menggunakan instrumen dan layanan yang
diterbitkan oleh PJSP dalam negeri.
Keempat, pendirian FinTech Office (FO) dan Regulatory
Sandbox (RS). FO merupakan unit/gugus tugas yang

Gerai Info l bank Indonesia 9 Edisi 61 l tahun 7 l 2017


Sorot

akan mengevaluasi dan memitigasi risiko, serta menisiasi


riset terkait kegiatan FinTech. FO juga merupakan ajang
kolaborasi antar pelaku industri dengan regulator dan
antar regulator. Sementara itu, RS merupakan
laboratorium bagi pelaku bisnis dan regulator dalam
menguji produk atau model bisnis FinTech. RS juga
merupakan sarana bagi BI untuk memfasilitasi inovasi
dan media uji kebijakan. Kedua fungsi tersebut
merupakan wujud nyata dari komiten BI dalam
mendukung inovasi teknologi yang sehat, khususnya
mendukung perkembangan FinTech dalam koridor kehati-
hatian.
Kelima, perumusan dan fasilitasi model bisnis
penyaluran bantuan sosial pemerintah (government to
person) secara non tunai (bansos non tunai). BI telah
memprakasai model bisnis penyaluran bansos non-tunai
yang mengedepankan interkoneksi dan interoperabilitas,
serta mengutamakan kepentingan nasional. Salah satu
bentuk implementasi model bisnis bansos non-tunai
adalah melalui kerja sama dengan Himpunan Bank
Negara (HIMBARA) dan agen e-Warong Kelompok Usaha
Bersama Program KeluargaHarapan (KUBE PKH) yang
diinisiasi Kementerian Sosial. Guna mendukung efisiensi,
ketepatan tujuan penggunaan rekening, dan
sustainabilitas bagi bank penyalur, maka integrasi bansos
akan dilakukan dalam 1 rekening, serta data disimpan
secara nasional. Model bisnis ini akan diperluas dengan
melibatkan institusi atau lembaga Iainnya, sehingga
dapat mendorong keuangan inklusif di Indonesia. l

Oleh:
Enny V. Panggabean
Kepala Departemen
Kebijakan dan Pengawasan
Sistem Pembayaran

Gerai Info l bank Indonesia 10 Edisi 61 l tahun 7 l 2017


Sorot

Mengentaskan Kemiskinan
Melalui Keuangan Inklusif
Upaya pengentasan kemiskinan dan pemerataan
ekonomi terus dilakukan. Keuangan inklusif menjadi
salah satu cara yang terus digencarkan.

K
euangan yang inklusif memiliki peran
penting dalam pengentasan kemiskinan
dan pemerataan ekonomi. Selain itu,
sistem keuangan yang efisien dan inklusif
akan memberdayakan masyarakat,
memfasilitasi pertukaran barang dan jasa,
mengintegrasikan masyarakat dengan perekonomian,
serta memberi perlindungan terhadap guncangan
ekonomi.
Mengingat, pentingnya keuangan inklusif, pemerintah
telah melaksanakan berbagai inisiatif sejak beberapa
tahun lalu. Malah, saat ini, tepatnya pada 1 September
2016, telah dilansir Peraturan Presiden (Perpres) Nomor
82 Tahun 2016 tentang Strategi Nasional Keuangan
Inklusif (SNKI). Segenap pemangku kebijakan dan
stakeholders yang terkait pun sejak beberapa tahun
terakhir ini terus mendorong keuangan inklusif di negeri
ini, termasuk Bank Indonesia (BI).
Terkait hal tersebut, BI akan terus berperan aktif
mendorong keuangan inklusif dengan fokus pada
pengembangan inovasi berbasis teknologi digital untuk
meminimalkan hambatan masyarakat dalam mengakses
dan memanfaatkan layanan keuangan, sekaligus
memberikan perlindungan pada masyarakat. BI meyakini
bahwa dengan inovasi tersebut, layanan akses keuangan
akan mampu menyentuh masyarakat lapisan bawah.

Gerai Info l bank Indonesia 11 Edisi 61 l tahun 7 l 2017


Sorot

Hal tersebut ditunjukkan dengan penyusunan program


prioritas keuangan inklusif BI yang merupakan bagian
dari Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT). Program
prioritas keuangan inklusif dimaksud tidak hanya
ditujukan untuk memperluas akses keuangan, namun
juga diharapkan mampu meningkatkan efisiensi,
efektifitas dan akuntabilitas pengelolaan keuangan bagi
pemerintah, pelaku bisnis dan masyarakat.
Pertama, elektronifikasi penyaluran bantuan sosial
yaitu mengubah metode pembayaran bantuan sosial dari
tunai menjadi nontunai (elektronik) melalui sistem
keagenan bank yaitu Layanan Keuangan Digital (LKD)
sehingga akses keuangan menjadi luas. Hal ini telah
memperoleh dukungan dari Presiden RI (Ratas 26 April
2016) untuk dapat memenuhi prinsip 6 T (Tepat Sasaran,
Tepat Jumlah, Tepat Harga, Tepat Waktu, Tepat Kualitas
dan Tepat Administrasi). Ke depan BI mengupayakan
agar berbagai program penyaluran bansos non tunai
dapat dilakukan melalui instrument kartu Combo yang
dapat digunakan secara interoperability dan interkoneksi
dalam sistem perbankan nasional.
Kedua, pengembangan ekosistem GNNT melalui
perluasan LKD dengan menggunakan instrumen uang
elektronik registered yang memiliki karakteristik praktis,

Gerai Info l bank Indonesia 12 Edisi 61 l tahun 7 l 2017


Sorot

aman dan efisien. Hal ini dapat menjadi tahap awal


pengenalan masyarakat unbanked kepada layanan
keuangan serta sebagai jembatan bagi calon nasabah
untuk terhubung dengan bank. Dengan menggunakan
sarana teknologi dan jasa pihak ke 3 (agen), maka
perluasan akses keuangan dapat dicapai dengan lebih
cepat. Namun demikian perluasan LKD sebagai agen
bank harus tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian
dan perlindungan konsumen melalui pemenuhan
kapabilitas, reputasi, integritas dan pengalaman dari
agen.
Ketiga, perluasan elektronifikasi transaksi penerimaan
dan pembayaran pemerintah baik pusat maupun daerah.
Perluasan elektronifikasi ini akan memberikan akses
layanan pembayaran yang dapat menjangkau seluruh
wilayah dan lapisan masyarakat sehingga transaksi
seperti pembayaran retribusi dan tiket layanan publik
dapat dilakukan dengan lebih efisien dan dengan
akuntabilitas yang terjaga. Program yang telah
dikembangkan seperti smart card untuk mendukung
smart city yang dapat memfasilitasi pembayaran antara
lain sarana transportasi publik, sewa rumah susun dan
penerimaan bantuan sosial.
Inisiasi program prioritas keuangan inklusif tersebut
diikuti dengan program edukasi dan perlindungan
konsumen. Selain itu, BI juga mendukung sinergi antar
kementerian/lembaga terkait dalam rangka peningkatan
keuangan inklusif melalui peningkatan hak properti
masyarakat, pengembangan ekonomi dan keuangan
syariah, serta pengembangan UMKM.
Indonesia menargetkan indeks keuangan inklusif
mencapai 75 persen pada 2019. Target ini masih jauh dari
posisi Indeks Keuangan Inklusif Indonesia pada 2014
yang baru 36 persen. Posisi Indeks Keuangan Inklusif
Indonesia tertinggal dibanding Thailand (78 persen) dan
Malaysia (81 persen). Kendati demikian, secara
persentasi, akses keuangan di Indonesia lebih tinggi
ketimbang Filipina (31 persen) dan Vietnam (31 persen).

Gerai Info l bank Indonesia 13 Edisi 61 l tahun 7 l 2017


Sorot

Namun demikian, target atau peningkatan keuangan


inklusif menjadi pekerjaan bersama dari segenap
pemangku kebijakan dan stakeholders terkait.
Keterlibatan dalam keuangan inklusif tidak hanya terkait
dengan tugas BI, namun juga regulator, kementerian, dan
lembaga lainnya dalam upaya pelayanan keuangan
kepada masyarakat luas. Melalui SNKI diharapkan
kolaborasi antar lembaga pemerintah dan pemangku
kepentingan tercipta secara baik dan terstruktur.

Strategi Nasional Keuangan Inklusif


Terbitnya Perpres terkait SNKI menjadi pedoman dan
acuan bagi pengembangan keuangan inklusif di Tanah
Air. Dengan adanya Perpres ini maka kementerian atau
lembaga terkait bisa menyusun langkah-langkah
strategis terkait pengembangan keuangan inklusif. SNKI
merupakan strategi nasional yang dituangkan dalam
dokumen yang memuat visi, misi, sasaran dan kebijakan
keuangan inklusif dalam rangka mendorong
pertumbuhan ekonomi, percepatan penanggulangan
kemiskinan, pengurangan kesenjangan antar individu dan
antar daerah dalam rangka mewujudkan kesejahteraan
masyarakat Indonesia.
Terkait SNKI juga dibentuk Dewan Nasional Keuangan
Inklusif. Dewan ini bertugas melakukan koordinasi dan
sinkronisasi pelaksanaan SNKI. Serta, mengarahkan
langkah-langkah dan kebijakan untuk penyelesaian
permasalahan dan hambatan pelaksanaan SNKI dan
melakukan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan SNKI.
l

Oleh:
Pungky P. Wibowo
Kepala Group Pengembangan Sistem
Pembayaran Retail dan Keuangan Inklusif

Gerai Info l bank Indonesia 14 Edisi 61 l tahun 7 l 2017


Sorot

Cara Cepat
Salurkan Bansos
Bantuan sosial pemerintah secara bertahap telah beralih
ke nontunai. Penerapan ini dilakukan agar bantuan tepat
sasaran dan dapat meningkatkan transaksi nontunai serta
mendorong keuangan inklusif.

S
aat ini pemerintah tengah mendorong
program bantuan sosial (bansos) diberikan
secara non tunai. Program penyaluran
bantuan secara non tunai ini menjadi salah
satu prioritas Bank Indonesia (BI). BI sangat
mendukung penyaluran bansos dilakukan
secara non tunai sehingga mampu mendukung
pencapaian 6 T yaitu tepat waktu, tepat sasaran, tepat
jumlah, tepat kualitas, tepat harga, tepat administrasi.
BI mengembangkan model bisnis penyaluran bansos
secara non tunai untuk kepentingan penyaluran Program
Keluarga Harapan (PKH), Program Simpanan Keluarga
Sejahtera (PSKS), Program Indonesia Pintar (PIP), Beras
Sejahtera (Rastra), subsidi pupuk, dan bantuan dana
desa. Langkah yang dilakukan BI tersebut sejalan dengan
arahan Presiden dalam rapat terbatas tanggal 26 April
2016 yang memerintahkan agar seluruh penyaluran
bansos dilakukan secara non tunai.
Selain itu, sesuai dengan kewenangan sebagai otoritas
dalam sistem pembayaran, tentunya BI mengupayakan
agar penyaluran bansos non tunai harus terkoordinasi
dan sejalan dengan kebijakan sistem pembayaran yang

Gerai Info l bank Indonesia 15 Edisi 61 l tahun 7 l 2017


Sorot

dikembangkan. Penyaluran bansos secara non tunai


ditandai dengan penandatanganan Nota Kesepahaman
terkait koordinasi pelaksanaan elektronifikasi penyaluran
bantuan sosial oleh BI dan lima kementerian pada 26 Mei
2016.
Salah satu langkah yang telah dilakukan pemerintah
melalui Kementerian Sosial RI yang bekerja sama dengan
BI adalah dengan menghadirkan Elektronik Warung
Gotong Royong Kelompok Usaha Bersama Program
Keluarga Harapan (e-Warong KUBE PKH) salah satunya

CCT PKH
e-Warong
Target 2017
3.500.000 Target
2017

3.500
Target 2016

288.614 Target 2016


304

Keterangan
CCT PKH: Conditional
Cash Transfer

Gerai Info l bank Indonesia 16 Edisi 61 l tahun 7 l 2017


Sorot

bertempat di Kecamatan Johar Baru, Jakarta Pusat.


Peresmian e-Warong KUBE PKH tersebut dilakukan oleh
Menteri Sosial RI Khofifah Indar Parawansa bersama
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini
Soemarno, Menteri Komunikasi dan Informatika
Rudiantara, Gubernur Bank Indonesia Agus D.W.
Martowardojo, dan Ketua Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
Muliaman D Hadad.
Program ini merupakan upaya mengentaskan
kemiskinan. Ada empat hal yang menjadi tujuan
pembentukan e-Warong KUBE PKH, yaitu menyediakan
tempat pemasaran produk-produk KUBE dan hasil usaha
peserta PKH, menyediakan kebutuhan usaha dan
kebutuhan pokok sehari-hari dengan harga murah bagi
anggota KUBE dan Peserta PKH, menyediakan transaksi
keuangan secara non-tunai/elektronik, baik untuk
pencairan bansos maupun pembayaran lainnya, serta
menyediakan instrumen/sistem penyaluran bantuan
sosial tanpa penyelewengan didukung dengan layanan
pembayaran secara non-tunai.
Untuk penyediaan bahan pokok, e-Warong KUBE PKH
bekerja sama dengan Perum Bulog. Sedangkan, sistem
penyaluran bantuan sosial bekerja sama dengan
Himpunan Bank Negara (HIMBARA), yang terdiri dari
BNI, BRI, Bank Mandiri, Bank Tabungan Negara.
Melalui sistem pembayaran yang
diterapkan, masyarakat akan langsung mendapatkan
manfaat kemudahan dan kenyamanan. Masyarakat
dapat bertransaksi menggunakan uang elektronik dan
kartu ATM/debet (Kartu Combo Himbara) di e-Warong
KUBE PKH sehingga secara otomatis perluasan akses
keuangan akan didapatkan oleh masyarakat.
Sementara itu, pemberdayaan agen, baik Layanan
Keuangan Digital (LKD) maupun Laku Pandai melalui
e-Warong KUBE PKH ditetapkan dengan  prinsip kehati-
hatian dan perlindungan konsumen. Dalam hal ini BI
telah mengatur setidaknya empat hal yang perlu
diperhatikan untuk dapat menjadi Agen LKD, yaitu

Gerai Info l bank Indonesia 17 Edisi 61 l tahun 7 l 2017


Sorot

memiliki kemampuan, reputasi, dan integritas;


merupakan penduduk/unit usaha setempat; memiliki
usaha yang telah berjalan minimum 2 tahun; lulus due
diligence oleh bank; dan menempatkan sejumlah deposit
di bank.
Hingga akhir 2016 ditargetkan peluncuran e-Warong
bisa dilakukan di 27 kota/kabupaten. Sejauh ini
penyaluran bantuan non-tunai melalui e-Warong KUBE
PKH telah dilaksanakan di beberapa kabupaten/kota,
antara lain Kota Malang, Kabupaten Sidoarjo, Kota
Mojokerto, Kota Makassar, Kota Padang, Kota Surabaya,
Kota Jakarta Pusat, Bali, Solo, dan Blitar. Sedangkan
untuk jumlah e-Warong hingga akhir 2016 ditargetkan
sebanyak 304 agen.
Untuk tahun 2017, implementasi bansos non tunai
ditargetkan dapat diimplementasikan di 44 kota dengan
menggunakan bank yang ditunjuk, serta dilakukan
perluasan outlet oleh Kemensos dan Bulog melalui
e-Warong dengan target sebanyak 1.409 e-Warong dan
58.190 Rumah Pangan Kita dalam rangka mempermudah
penarikan bansos bantuan pangan (rastra) dan bantuan
sosial (PKH, KKS).
Langkah pemberian bansos secara non-tunai ini
merupakan salah satu upaya pemerintah untuk
mendorong keuangan inklusif. Serta, meningkatkan
penggunaan non-tunai dalan setiap transaksi di
masyarakat, maupun dalam menerima bansos yang
menggunakan fasilitas bank secara elektronik. Selain itu,
melalui pemberian secara non-tunai juga bertujuan agar
realisasi pembayaran berlangsung secara transparan. l

Oleh:
Ricky Satria
Kepala Divisi Riset dan
Pengembangan Sistem Pembayaran
Ritel dan Keuangan Inklusif

Gerai Info l bank Indonesia 18 Edisi 61 l tahun 7 l 2017


Sorot

Uang Elektronik
Terus Berkembang
Berkembangnya teknologi akan mendorong
efektivitas dan efisiensi dalam bertransaksi.
Salah satunya melalui pengembangan uang elektronik.

P
erkembangan zaman dan kemajuan
teknologi mengubah perilaku masyarakat,
termasuk dalam bertransaksi. Sistem
pembayaran yang menggunakan teknologi
telekomunikasi atau berbasis elektronik
(electronic payment/e-payment) menjadi satu bagian
yang tak terpisahkan dari perkembangan tersebut.
Bank Indonesia (BI) sebagai otoritas sistem
pembayaran, BI mendukung dan berperan aktif untuk
terwujudnya sistem pembayaran yang aman, lancar,
andal dan efisien. Langkah-langkah yang dilakukan di
antaranya mendorong elektronifikasi sistem pembayaran
(non tunai) adalah melalui penyediaan infrastruktur,
instrumen, mekanisme, dan regulasi, serta program-
program yang dapat mendukung perubahan perilaku
masyarakat untuk menggunakan non tunai.
Berbagai kerja sama dan sinergi dengan instansi atau
pemerintah daerah dalam pengembangan pembayaran
non tunai telah dilakukan BI. Misalnya saja, kerjasama
dengan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Salah satu
bentuk kerja sama dengan Pemprov DKI Jakarta ialah
diperkenalkannya Kartu Jakarta One, yang merupakan
smart card, pada awal Juni lalu. Kartu pintar ini juga
berfungsi sebagai uang elektronik yang dapat digunakan

Gerai Info l bank Indonesia 19 Edisi 61 l tahun 7 l 2017


Sorot

untuk berbagai keperluan transaksi, seperti pembayaran


transportasi, parkir, pajak dan retribusi, serta belanja di
toko-toko modern. Implementasi smart card ini
merupakan salah satu upaya untuk pengembangan
smart city.
Uang elektronik merupakan andalan dalam
mengembangkan transaksi non tunai di Tanah Air.
Pasalnya, berbeda dengan alat pembayaran
menggunakan kartu (APMK) yang terdiri atas kartu
Automatic Teller Machine (ATM)/debit dan kartu kredit
yang penggunanya harus terlebih dahulu memiliki
rekening bank, uang elektronik dapat digunakan oleh
masyarakat, meski belum terhubung dengan layanan
perbankan. Hal ini menjadi solusi mengingat sebagian
besar masyarakat Indonesia juga belum memiliki akses
perbankan (unbanked), sehingga pemanfaatan uang
elektronik punya peluang bisnis lebih besar.
Penggunaan uang elektronik di negeri ini terus
berkembang. Dari data yang ada, sepanjang 2009 hingga
2015 volume transaksi uang elektronik meningkat hampir
3.000%, dari 17,44 juta transaksi menjadi 535,58 juta
transaksi pada 2015. Sepanjang Januari hingga Agustus
2016 volume dan nilai transaksi uang elektronik tercatat
sebesar 418,27 juta transaksi atau tumbuh 912,74%
(YTD) dengan nilai transaksi sebesar Rp4,35 triliun atau
tumbuh 1023,56% (YTD). Apabila dibandingkan dengan
periode yang sama tahun 2015, volume dan nilai uang
elektornik pada periode Januari hingga Agustus 2016
tercatat tumbuh sebesar 22,32% (YOY) dan 25,48%
(YOY). l

Gerai Info l bank Indonesia 20 Edisi 61 l tahun 7 l 2017


Sorot

UNSUR UANG ELEKTRONIK

1. Diterbitkan atas dasar nilai uang yang disetor terlebih dahulu oleh
pemegang kepada penerbit.
2. Nilai uang disimpan secara elektronik dalam suatu media, seperti
server atau chip.
3. Digunakan sebagai alat pembayaran kepada pedagang yang bukan
merupakan penerbit uang elektronik tersebut.
4. Nilai uang elektronik yang disetor oleh pemegang dan dikelola oleh
penerbit bukan merupakan simpanan sebagaimana dimaksud dalam
undang-undang yang mengatur mengenai perbankan.

SALDO MAKSIMAL JUMLAH UANG


ELEKTRONIK BEREDAR*
Rp10 juta

43,09
(Registered)

Rp1 juta
juta
(Unregistered)

(update sampai September)

JUMLAH PENERBIT
UANG ELEKTRONIK*

20 perusahaan

BANK NONBANK

Gerai Info l bank Indonesia 21 Edisi 61 l tahun 7 l 2017


Sorot

PENGGUNAAN

Transportasi

Transaksi
Online

Pembelianbi g s ales
Black Friday
TIKET

0%
550%

KUOTA

BELANJA Pembelian
Pulsa

Ket: (*) sampai dengan Agustus 2016.


Sumber: Bank Indonesia (BI), diolah kembali oleh Biro Riset Infobank (birI).

Gerai Info l bank Indonesia 22 Edisi 61 l tahun 7 l 2017


Lensa

Financial Inclusion
dan Potensi Perempuan

B
elakangan, kata financial inclusion sering
didengungkan, terutama oleh para praktisi
ekonomi dan keuangan. Tak hanya di
Indonesia, banyak negara di dunia pun
mendengungkan hal itu. Di Indonesia,
Bank Indonesia (BI) melalui program-
programnya, seperti Indonesia Sharia Economic Festival
(ISEF), Islamic Financial Services Board (IFSB), dan
program tahunan bersama Islamic Development Bank,
juga kerap menyuarakan financial inclusion.
Secara penjabaran, makna financial inclusion cukup
luas. Namun, secara komprehensif tentang financial
inclusion ada baiknya menilik sekilas apa yang terjadi di
balik krisis ekonomi 1998. Sebelum 1997-1998, suntikan
modal dari perbankan bisa dibilang kurang bersahabat
bagi para pelaku usaha skala kecil dan menengah (UKM).
Dengan kata lain, perbankan hanya menggelontorkan
akses finansial secara besar. Akses keuangan tersebut
hanya terjangkau pelaku usaha besar di atas kelas
menengah.
Namun, apa yang terjadi? Ternyata, pada 1998 terjadi
krisis moneter atau kerap disebut krismon. Terjadi
kejatuhan nilai mata uang rupiah terhadap dolar Amerika
Serikat (AS). Saat itu para pelaku usaha besar satu per
satu pailit lantaran bahan baku impor meningkat secara
drastis. Biaya cicilan utang mereka meningkat akibat nilai
tukar rupiah melemah tajam terhadap dolar AS.
Kondisi itu berdampak pada gagal bayarnya para
pelaku usaha kelas kakap tadi. Alhasil, pinjaman kelas

Gerai Info l bank Indonesia 23 Edisi 61 l tahun 7 l 2017


Lensa

berat dari perbankan tersendat pengembaliannya.


Banyak bank yang bangkrut karena kredit macet. Bank
yang masih bisa menyelamatkan diri memilih merger
atau bergabung. Kondisi pun berubah menjadi krisis
ekonomi sehingga Indonesia mengalami bencana
perekonomian hebat saat itu.
Meski begitu, selalu saja ada pelangi di balik mendung,
ada hikmah di balik badai bencana. Indonesia ternyata
memiliki penopang ekonomi yang cukup kokoh di tengah
badai perekonomian, yaitu usaha mikro, kecil, dan
menengah (UMKM).
Beberapa alasan mengapa UMKM dapat bertahan di
tengah krisis moneter 1998 ialah tidak memiliki utang
luar negeri, tidak banyak utang ke perbankan karena
mereka dianggap unbankable, menggunakan input lokal,
dan berorientasi ekspor. Sehingga, secara umum, UMKM
berputar lebih cepat dan terkendali karena skalanya yang
tidak terlampau besar dan kompleks.
Kembali ke financial inclusion, berkaca dari kondisi ter­
se­but, selanjutnya perbankan mulai memperbaiki sistem
penyaluran permodalan mereka dengan mengubah gaya
penyaluran kredit yang kurang menyentuh usaha mikro
dan kecil. Perbankan mulai mengenalkan akses keuangan

Gerai Info l bank Indonesia 24 Edisi 61 l tahun 7 l 2017


Lensa

ke masyarakat hingga tingkat terbawah. Masyarakat


kecil pun mulai mendapat kemudahan untuk
memperoleh bantuan permodalan usaha skala mikro.
Mereka juga mendapat pendampingan, mulai dari
peningkatan kapasitas sumber daya manusia (SDM),
pemanfaatan peluang usaha, hingga penyusunan laporan
pertanggungjawaban pinjaman. Alhasil, terciptalah
masyarakat-masyarakat kecil produktif. Banyak tercipta
produk dengan standar lebih dari sekadar layak pakai
atau produk berkualitas hasil karya anak bangsa.

Investasi Tepat
Dari sekian banyak karya anak bangsa yang mampu
menopang ekonomi, BI pun mencoba melihatnya dari sisi
lain. Dari tangan-tangan terampil dan berbakat,
sebenarnya ada satu faktor yang melahirkan potensi
tersebut, yakni kaum perempuan. BI meyakini, para
pelaku usaha terampil itu lahir dari pendidikan yang baik,
yang disediakan oleh orang tuanya, khususnya kaum ibu.
Atas hal itu, BI meluncurkan program Perempuan bagi
Bangsa yang menekankan investasi bagi kaum
perempuan. Deputi Gubernur Senior BI, Mirza
Adityaswara, dalam peluncuran program Perempuan bagi
Bangsa di Museum Bank Indonesia, Senin, 10 Oktober
2016, mengungkapkan bahwa investasi yang tepat pada
hakikatnya ialah memberi akses keuangan kepada kaum
perempuan. Karena, uang tersebut dipastikan untuk
keperluan pembangunan mental keluarga, kesehatan,
dan pendidikan dasar generasi.
Program tersebut mengambil lokasi pilot project di
wilayah DKI Jakarta dan Banten. Karena, jumlah
penduduk menganggur di Jakarta dan Banten tergolong
di atas rata-rata angka pengangguran nasional.
Berdasar­kan data yang dihimpun BI, pada 2015 tingkat
pengangguran terbuka di DKI Jakarta dan Banten
masing-masing sebesar 7,23% dan 9,55%. Keduanya di
atas rata-rata pengangguran nasional yang sebesar
6,18%.

Gerai Info l bank Indonesia 25 Edisi 61 l tahun 7 l 2017


Lensa

Sedikitnya 5.000 kaum perempuan di Jakarta dan


Banten yang berkontribusi positif tersebut mendapat
dukungan dari Program Sosial BI. Melalui program
tersebut, mereka dilatih secara proaktif dalam hal
bagaimana menangkap peluang usaha. Salah satunya,
aktivitas kaum perempuan di rumah susun yang
memanfaatkan setiap jengkal lahan mereka untuk
berkebun (urban farming) sehingga menghasilkan
tanaman konsumsi. Alhasil, apa yang mereka raih bisa
membantu kebutuhan hidup mereka sendiri.
Strategi selanjutnya adalah optimalisasi di sisi
pemasaran. Pemasaran sangat penting agar produk hasil
pemberdayaan masyarakat dapat diterima secara luas di
kandang sendiri. Harus diakui bahwa Indonesia saat ini
cukup jauh tertinggal dalam hal pemasaran produk hasil
karya sendiri. Saat ini yang mungkin sangat dibutuhkan
para pelaku usaha pribumi adalah personal branding.
Bisa dibilang, baru batik saja yang percaya diri
melakukan branding internasional. Padahal, seperti
diketahui, Indonesia memiliki Standar Nasional Indonesia
(SNI) yang lebih dari sekadar memadai bagi para
konsumennya. Hendaklah Indonesia menggencarkan
personal branding karena pada hakikatnya Indonesia
telah mampu menciptakan produk-produk yang
berkualitas tinggi dari tangan-tangan terampil dan
berbakat.
Dengan begitu, roda perekonomian yang berputar
agak kesat bisa mendapatkan pelumas dan berputar
lebih cepat. Financial inclusion pun berdampak lebih
menyeluruh dan mampu membangkitkan semangat
berwirausaha hingga ke seluruh tingkatan masyarakat.
Mantan Wakil Presiden Republik Indonesia, Mohammad
Hatta, mengungkapkan bahwa idealnya 2% dari total
penduduk suatu negara adalah pengusaha. Tentunya,
pengusaha menengah ke atas. Namun, untuk bisa
mencapai angka ideal itu, harus dimulai dari hal kecil.
Pintunya adalah branding UMKM. l

Gerai Info l bank Indonesia 26 Edisi 61 l tahun 7 l 2017


Dinamika

Oleh:
T. Rafael Lardhana
Departemen Komunikasi
Bank Indonesia

BI Goes To Campus SEMARANG:

Gerakan Non-Tunai
Menyasar
Generasi Muda

B
ank Indone­ Pesan kunci dari acara ini
sia (BI) adalah mensosialisasikan
menggelar Gerakan Nasional Non Tunai
“BI Goes To (GNNT) kepada generasi
Campus” di muda atau yang lebih
Semarang, dikenal dengan Gen-Y. Gen-Y
Jawa Tengah, pada 1 dinilai memiliki poten­si
Desem­ber 2016. Kali ini sebagai agen perubahan
tema yang diusung adalah untuk meng­akse­le­rasi laju
“Smart Money Wave“. transaksi non-tunai melalui
Melalui tema tersebut, BI edukasi tentang fungsi dan
mengajak masyarakat manfaat dari transaksi non
untuk bisa memanfaatkan tunai tersebut. Mahasiswa
sistem pembayaran yang dikenal memiliki sifat
dengan cara nontunai. terbuka terhadap peman­
Kegiatan ini merupakan faatan media sosial diharap­
kali keempat mengusung kan juga dapat memberikan
tema yang sama, sebelum­ dampak viral terhadap
nya digelar di kota komunikasi kebijakan dan
Banjarmasin, Makasar, dan nilai strategis Bank
Medan. Indonesia.

Gerai Info l bank Indonesia 27 Edisi 61 l tahun 7 l 2017


Dinamika

Kegiatan BI Goes to ini menjadi salah satu


Campus yang diadakan di komitmen BI dalam
gedung serba guna mengedukasi masyarakat,
Akademi Kepolisian ini khususnya generasi muda,
merupakan bentuk dan mendorong
sosialisasi BI kepada pembayaran nontunai.
generasi muda, terutama Selanjutnya, untuk
untuk para civitas pembukaan dilakukan oleh
academica di wilayah Kepala Kantor Perwakilan
tersebut. Ratusan BI Regional Jawa Tengah
mahasiswa hadir dalam Iskandar Simorangkir.
kegiatan tersebut. Iskandar mengatakan,
Opening remark acara ini pendidikan yang bagus dan
disampaikan oleh Arbonas penguasaan teknologi bisa
Hutabarat, Direktur meningkatkan
Departemen Komunikasi perekonomian bangsa
BI. Arbonas mengatakan, secara signifikan.
acara BI Goes to Campus Produktivitas masyarakat

Gerai Info l bank Indonesia 28 Edisi 61 l tahun 7 l 2017


Dinamika

bisa meningkat. Hal ini mendorong layanan


telah dicontohkan Jepang. keuangan digital di tengah
Terkait peningkatan pesatnya penggunaan
teknologi dalam telepon seluler atau
mendorong ekonomi, BI smartphone.
mendorong program Selain dari BI, acara ini
pembayaran non-tunai. juga dihadiri Wakil Ketua
Penggunaan nontunai akan Dewan Perwakilan Rakyat
mendorong dan Republik Indonesia (DPR RI)
meningkatkan efisiensi dan Taufik Kurniawan,
efektivitas dalam ekonomi. Sekretaris Daerah Provinsi
Selain itu, juga akan Jawa Tengah Sri Puryono,
mendorong keuangan Rektor Universitas
inklusif, mengingat saat ini Diponegoro Yos Johan
masih banyak masyarakat Utama, dan Dosen Utama
yang belum tersentuh Akademi Kepolisian
layanan jasa keuangan. Semarang Eka Tjahyanto.
Peningkatan transaksi Dalam sambutannya
nontunai sebesar 10 persen Taufik menyatakan, bahwa
akan meningkatkan program ini sangat penting
transaksi ekonomi sebesar dan bermanfaat untuk
0,5 persen. memberikan pemahaman
BI akan terus dan pengertian pada
meningkatkan inovasi segenap stakeholders,
dalam mendorong khususnya mahasiswa.
pembayaran nontunai. Melalui edukasi dan
Misalnya saja, saat ini BI sosialisasi diharapkan

Gerai Info l bank Indonesia 29 Edisi 61 l tahun 7 l 2017


Dinamika

berbagai kebijakan dan Iskandar Zulkarnaen,


program BI bisa dipahami penulis aktif di
dan mudah dijalankan. Kompasiana. Pada sesi ini,
Pada acara talkshow peserta yang hadir
diisi oleh para pembicara diberikan teknik-teknik
yang sudah mumpuni di yang harus dilakukan
bidangnya. Sebagai dalam membuat blog yang
moderator Farida atraktif. Selain pembuatan
Peranginangin, Direktur blog, juga ada pelatihan
Departemen Kebijakan dan pembuatan video citizen
Pengawasan Sistem journalist.
Pembayaran BI; dan Di sela-sela acara juga
pembicara di antaranya diumumkan juga
Head of Marketplace kompetisi blog yang
Zalora Priyanto Lim, Group diadakan oleh BI.
Head Mobile Financial Kompetisi yang
Services Indosat Ooredoo mengusung tema “Smart
Randy Pangalila, Head of Money Wave“. Kompetisi
Mobile Financial Services ini dilakukan dalam rangka
XL Axiata Alfie Tjahyo mendukung GNNT
Prasetyo, dan Vice tersebut.
President Mobile Financial Pada sesi penutup, sesi
Services Telkomsel Rudy hiburan, diisi oleh Pandji
Hamdani. Pragiwaksono. Hiburan
Usai talkshow tambah meriah dengan
dilanjutkan dengan hadirnya penyanyi muda
pelatihan untuk membuat Rizki Febian yang menjadi
blog. Hadir sebagai pamungkas dalam
narasumber adalah kegiatan ini. l

Oleh:
T. Rafael Lardhana
Departemen Komunikasi
Bank Indonesia

Gerai Info l bank Indonesia 30 Edisi 61 l tahun 7 l 2017


Ekspose

Upaya BI Dorong Uang


Elektronik dan LKD

Berbagai langkah ditempuh BI untuk


meningkatkan penggunaan uang elektronik
dan LKD. Misalnya saja, melalui perubahan
dan penerbitan SE-BI baru.

ank Indonesia (BI) melansir perubahan

B aturan uang elektronik (electronic money)


dan Layanan Keuangan Digital (LKD).
Perubahan aturan mengenai uang elektronik
termaktub dalam Surat Edaran BI (SE BI)
Nomor 18/21/DKSP perihal Perubahan atas SE-BI
No.16/11/DKSP perihal Penyelenggaraan Uang Elektronik
(Electronic Money) yang diterbitkan 27 September 2016.
Sedangkan untuk LKD aturannya tertuang dalam SE-BI
Nomor 18/22/DKSP tanggal 27 September 2016 perihal
Penyelenggaraan Layanan Keuangan Digital.
Terbitnya dua surat edaran tersebut sebagai upaya BI
yang terus melakukan penyempurnaan. Serta, dalam
rangka mendorong Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT),
dan keuangan inklusif.
SE-BI Uang Elektronik
SE BI Uang Elektronik dilansir sebagai upaya
meningkatkan penggunaan uang elektronik oleh
masyarakat, termasuk untuk mendukung keuangan
inklusif melalui penyelenggaraan LKD. Di antaranya,
melalui peningkatan batas paling banyak nilai Uang
Elektronik registered dari semula sebesar Rp5 juta
menjadi sebesar Rp10 juta.

Gerai Info l bank Indonesia 31 Edisi 61 l tahun 7 l 2017


Ekspose

Peningkatan ini juga


dapat diterapkan
bagi uang
elektronik
registered
yang telah
diterbitkan.
Namun demikian,
ketentuan mengenai
batas nilai transaksi uang
elektronik dalam satu bulan
tidak mengalami perubahan, yaitu
sebesar Rp20 juta, baik unregistered
maupun registered.
Boks (Grafis)
Secara garis besar, pokok-pokok materi perubahan
yang dimuat dalam SEBI Uang Elektronik mencakup:
Peningkatan batas paling banyak nilai Uang Elektronik
registered dari yang semula sebesar Rp5.000.000,00
(lima juta rupiah) menjadi sebesar Rp10.000.000,00
(sepuluhjuta rupiah).
Penyesuaian pengaturan pelaksanaan ujicoba
penyelenggaraan Uang Elektronik dalam tahap
pemrosesan izin dan ujicoba penyelenggaraan LKD.
Penyesuaian pengaturan terkait penyelenggaraan LKD
baik melalui Agen LKD individu maupun Agen LKD Badan
Hukum. Penyesuaian dilakukan dengan mencabut/
menghapus ketentuan yang terkait dengan
penyelenggaraan LKD melalui Agen LKD dan diatur
kembali dalam SEBI No.18/22/DKSP tanggal 27
September 2016 perihal Penyelenggaraan Layanan
Keuangan Digital.
Perubahan pengaturan terkait pengembangan produk
baru dan kerja sama penyelenggaraan Uang Elektronik
yang sebelumnya dilakukan dengan penyampaian
laporan menjadi wajib terlebih dahulu memperoleh
persetujuan Bank Indonesia.

Gerai Info l bank Indonesia 32 Edisi 61 l tahun 7 l 2017


Ekspose

Penambahan pengaturan pemberian kemudahan oleh


Bank Indonesia kepada Penyelenggara Uang Elektronik
yang telah memperoleh izin atas proses persetujuan
kerja sama dalam rangka penggunaan atau perluasan
penggunaan Uang Elektronik untuk mendukung
kebijakan nasional.
Penambahan ketentuan terkait fasilitas Uang
Elektronik dalam pengembangan sistem yang saling
dikoneksikan dengan Penyelenggara Uang Elektronik lain
dalam memproses transaksi.
Penyesuaian alamat korespondensi Bank Indonesia
terkait penyampaian rencana penerbitan Uang Elektronik
dengan jenis, nama yang berbeda, pengembangan dan/
atau penambahan fasilitas baru, rencana kerja sama dan
laporan penyelenggaraan Uang Elektronik.
SE-BI LKD
SE BI mengenai LKD diterbitkan untuk
menyempurnakan pengaturan LKD yang sebelumnya
diatur dalam SE-BI Nomor 16/12/DPAU tanggal 22 Juli
2014 perihal Penyelenggaraan Layanan Keuangan Digital
dalam rangka Keuangan Inklusif Melalui Agen Layangan
Keuangan Digital Individu dan memperluas perluasan
ekosistem Layanan Keuangan Digital. Serta, melihat
kebutuhan penyaluran bantuan sosial secara non tunai
untuk mendukung keuangan inklusif. Di antaranya,
penyesuaian kriteria dan persyaratan Bank yang dapat
menjadi penyelenggara LKD melalui Agen LKD Individu,
penambahan pengaturan mengenai tata cara registrasi
Uang Elektronik dalam rangka LKD, penerapan prosedur
Customer Due Diligence (CDD) yang lebih sederhana, dan
penyesuaian pengaturan pelaksanaan uji coba
penyelenggaraan LKD.
Adapun ruang lingkup dari SE-BI LKD ini mencakup
pengaturan penyelenggaraan LKD, baik yang dilakukan
melalui Agen LKD Individu maupun melalui Agen LKD
Badan Hukum. Pihak yang dapat menjadi penyelenggara

Gerai Info l bank Indonesia 33 Edisi 61 l tahun 7 l 2017


Ekspose

LKD melalui Agen LKD individu adalah bank umum


dengan kategori bank umum berdasarkan kegiatan usaha
(BUKU) 3 dan 4, serta Bank Pembangunan Daerah (BPD)
kategori BUKU 1 dan 2, yang memiliki sistem teknologi
informasi yang memadai, serta profil mandat penyaluran
program bantuan sosial. l

Secara garis besar, pokok-pokok pengaturan yang terdapat


dalam SE-BI LKD mencakup hal berikut:
• Kriteria dan persyaratan pengajuan permohonan sebagai
penyelenggara LKD;
• Pemrosesan permohonan persetujuan sebagai
penyelenggara LKD oleh Bank Indonesia;
• Realisasi penyelenggaraan kegiatan LKD;
• Penyelenggaraan LKD, yang mencakup produk dan
layanan, penggunaan nomor telepon genggam sebagai
nomor uang elektronik, registrasi LKD, tata cara registrasi
LKD oleh calon pemegang, tata cara registrasi secara
massal (bulk registration), kerahasiaan data, batas nilai
uang elektronik dalam rangka LKD, biaya layanan,
penerapan manajemen risiko, penggunaan sistem
teknologi informasi, transparansi, edukasi, penanganan
pengaduan, dan pelaksanaan uji coba;
• Kerja sama penyelenggara LKD dengan agen LKD, yang
mencakup persyaratan pihak yang dapat menjadi agen
LKD, layanan agen LKD, penunjukan agen LKD,
operasionalisasi agen LKD, penghentian kerja sama, dan
pemindahan lokasi;
• Pengawasan oleh penyelenggara LKD terhadap agen LKD;
• Pengawasan oleh Bank Indonesia terhadap
penyelenggaraan LKD;
• Laporan penyelenggaraan LKD; dan
• Tata cara pengenaan sanksi administratif.

Gerai Info l bank Indonesia 34 Edisi 61 l tahun 7 l 2017


Aktivitas

BI Tuan Rumah
Pertama
Pertemuan
Keuangan
Oleh:
Erma Kusumawati
Asisten Direktur Divisi Pengelolaan

Inklusif Program Elektronifikasi dan Keuangan


Inklusif Departemen Komunikasi

ASEAN
euangan inklusif saat ini telah menjadi

K agenda prioritas global yang bertujuan


mendorong pertumbuhan ekonomi.
Keuangan inklusif juga menjadi salah satu
pilar utama dari agenda pembangunan
global dengan fokus utama memperluas jangkauan
layanan keuangan untuk masyarakat, sehingga mencapai
pertumbuhan ekonomi yang inklusif.
Di regional ASEAN, keuangan inklusif telah menjadi
prioritas kebijakan mengingat masih terdapat sekitar
44% penduduk dewasa di regional ASEAN yang belum
memiliki akses kepada layanan keuangan. Hal ini telah
diputuskan dalam pertemuan Menteri Keuangan dan
Gubernur Bank Sentral ASEAN (AFMGM) pada Maret
2015.
Kemudian, sebagai tindak lanjut didirikanlah Komite
Kerja ASEAN untuk Keuangan Inklusif atau ASEAN
Working Committee on Financial Inclusion (WC-FINC),

Gerai Info l bank Indonesia 35 Edisi 61 l tahun 7 l 2017


Aktivitas

untuk membuat pilihan kebijakan, mendorong


keterlibatan pemangku kebijakan dan mengkoordinasikan
inisiatif dalam pengembangan keuangan inklusif di
regional ASEAN.  WC-FINC saat ini menjadi platform
untuk berbagi pengalaman, keahlian, dan informasi.
Serta, memfasilitasi negara-negara ASEAN dalam
mengembangkan strategi nasional dan inisiatif keuangan
inklusif, dengan tidak melibatkan inisiatif yang bersifat
cross border. Dalam hal ini Indonesia (Bank Indonesia) dan
Malaysia (Bank Negara Malaysia) menjadi co-chair WC-
FINC untuk jangka waktu dua tahun pertama (2016-
2018)
Pertemuan pertama komite WC-FINC pertama
dilakukan pada akhir Mei 2016 lalu. Sebagai tuan rumah
pertemuan ini adalah Bank Indonesia (BI). Dalam
sambutan di pertemuan ini, Deputi Gubernur BI Ronald
Waas, mengatakan, “Keuangan inklusif adalah alat untuk
mencapai tujuan, bukan tujuan itu sendiri. Sebagai
pendukung, keuangan inklusif memberi kontribusi antara
lain untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan upaya
pengentasan kemiskinan”. Keuangan inklusif saat ini
telah menjadi agenda prioritas global yang bertujuan
mendorong pertumbuhan ekonomi. Keuangan inklusif
juga menjadi salah satu pilar utama dari agenda
pembangunan global dengan fokus utama memperluas
jangkauan layanan keuangan untuk masyarakat,
sehingga mencapai pertumbuhan ekonomi yang inklusif.
Dalam dua hari pertemuan tersebut, Komite Kerja
menggodok rencana kerja detil dari Rencana Aksi
Strategis yang meliputi strategi nasional keuangan
inklusif, peningkatan kapasitas, keuangan inklusif digital,
serta edukasi keuangan dan perlindungan konsumen.
Rencana Aksi tersebut akan menjadi panduan bagi WC-
FINC untuk mencapai target yang ditetapkan, yakni
pengurangan tingkat keuangan inklusif untuk regional
ASEAN dari 44% menjadi 30% pada 2025. l

Gerai Info l bank Indonesia 36 Edisi 61 l tahun 7 l 2017


Aktivitas

Gubernur BI Hadir di ACGM ke-12


Gubernur bank sentral se-ASEAN aktif mendorong kerja
sama keuangan dan ekonomi di regional.Upaya ini dilakukan
sebagai upaya membangun kemajuan ekonomi dan inklusi
keuangan di wilayah ASEAN.

Gubernur Bank
Indonesia, Agus D.W.
Martowardojo,
menghadiri pertemuan
gubernur-gubernur bank
sentral se-ASEAN
(ASEAN Central Bank
Governors Meeting –
ACGM) ke-12 di
Vientiane, Republik
Demokrasi Laos, pada
tanggal 4 April 2016. Pertemuan ini diselenggarakan dalam
rangka mendiskusikan upaya mempererat kerjasama ekonomi,
moneter, dan keuangan di wilayah ASEAN, khususnya dalam
menghadapi tantangan ekonomi global, serta Komunitas
Ekonomi ASEAN 2015.
Pada pertemuan kali ini secara khusus dilakukan pemba­
hasan, antara lain mencakup pengembangan pasar keuangan,
penguatan surveillance regional, pembiayaan infrastruktur, serta
inklusi keuangan (financial inclusion). Seluruh kegiatan dan
upaya dilakukan untuk meningkatkan manfaat integrasi
keuangan bagi seluruh masyarakat ASEAN, dan
meminimalisasi risiko akibat dari integrasi keuangan itu sendiri.
Dalam pertemuan tersebut, para Gubernur bank sentral
ASEAN juga menyepakati rencana aksi untuk tahun 2025,
guna memperkuat integrasi keuangan, inklusi keuangan, dan
stabilitas keuangan regional. Hal ini dilakukan sebagai bagian
dari penguatan stabilitas ekonomi regional setelah
implementasi Komunitas Ekonomi Keuangan (KEA) 2015.
ACGM kali ini merupakan bagian dari rangkaian pertemuan
Gubernur Bank Sentral dan Menteri Keuangan ASEAN, yang
berlangsung pada tanggal 1- 4 April 2016.

Gerai Info l bank Indonesia 37 Edisi 61 l tahun 7 l 2017


Etalase

GNNT Picu
Oleh:
Susiati Dewi
Asisten Direktur Divisi Riset dan
Perkembangan
Pengembangan Sistem Pembayaran
Ritel dan Keuangan Inklusif E-Commerce
Pengembangan teknologi informasi dan komunikasi
(TIK) serta penerapan elektronifikasi merupakan aspek
penting dalam pelaksanaan Gerakan Nasional Non
Tunai (GNNT). Hal itu pula yang turut memancing
berbagai pihak untuk mengembangkan industri berbasis
teknologi dan layanan internet.

ndustri perdagangan elektronik atau

I e-commerce yang terus tumbuh dan


berkembang di seluruh dunia, juga turut
berdampak di Tanah Air. Saat ini,
perkembangan e-commerce di dalam negeri
memang sedang naik daun. Beberapa situs belanja online
semakin banyak yang bermunculan sesuai dengan
kebutuhan masing-masing pengguna. Bila merujuk pada
populasi penduduk Indonesia, potensi perkembangan
e-commerce di Tanah Air memang sangat besar. Belum
lagi didukung dengan wilayahnya yang berpulau-pulau,
semakin menguatkan bahwa negeri ini akan memiliki
industri e-commerce yang patut dibanggakan.
Melihat peluang yang besar tadi, tidak heran jika
Indonesia memiliki cita-cita untuk menjadi pelaku
ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara dengan
proyeksi transaksi mencapai USD130 miliar per tahun. Ke

Gerai Info l bank Indonesia 38 Edisi 61 l tahun 7 l 2017


Etalase

depannya, ASEAN memang menjadi target pasar yang


sangat menarik bagi industri ini. Dari sini, Indonesia
optimistis untuk bisa menjadi salah satu pemain yang
memiliki penetrasi terbesar.
Penetrasi pengguna internet yang terus tumbuh
secara signifikan adalah salah satu faktor percepatan
perkembangan e-commerce di Tanah Air. Harga
sambungan internet yang semakin terjangkau dengan
jangkauan yang semakin luas semakin mendorong minat
masyarakat untuk terus menggunakan internet dalam
berbagai aspek kehidupan mereka.
Bermacam produk dan jasa layanan online, mulai dari
yang paling mudah sampai yang paling canggih, telah
hadir menemani kita dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan kebiasaan yang mulai berubah ini, menjadi
kesempatan para pelaku usaha untuk mengembangkan
layanan produk dan jasa mereka di layanan digital.
Perkembangan teknologi yang memudahkan ini juga
diyakini mampu berkontribusi dalam membangun
perekonomian di Tanah Air, tidak hanya di daerah
perkotaan melainkan sampai ke daerah-daerah terpencil.
E-commerce sendiri dapat dibedakan menjadi beberapa
bentuk yang berbeda, yaitu, classified, market place,
shopping mall, toko online, dan media social shop.
Masing-masing memiliki fungsi dan peran yang berbeda-
beda.
Classified adalah bentuk paling sederhana, di mana
sang penyedia jasa tidak terlibat secara langsung dalam
proses jual beli; Market place, yang membedakan dengan
bentuk pertama adalah media promosi dan metode
pembayaran yang dilakukan; Shopping mall, hampir sama
seperti market place, namun para pihak yang menjadi
penjual hanyalah merk-merk yang telah dikenal di pasar
lokal; Toko online, penjual yang fokus terhadap barang
buatan sendiri; Media social shop, bentuk ini yang sedang
marak dilakukan saat ini, memanfaatkan penjualan dari
perkembangan sosial media.
Tidak hanya sebagai wadah bisnis, di dalam negeri,

Gerai Info l bank Indonesia 39 Edisi 61 l tahun 7 l 2017


Etalase

e-commerce juga dapat menjadi wadah komunikasi bagi


para pelaku industrinya. Pesatnya pertumbuhan industri
ini turut menciptakan persaingan yang positif dan
lingkungan yang ramah, baik bagi para pelaku industrinya
sendiri, para mitra, termasuk juga pemerintah.
Pentingnya peran setiap pelaku industri membuat
semakin banyak pemain yang tumbuh untuk
meramaikan pasar ini. Meski demikian, setiap pelaku
industri ini terus menjalin hubungan baik yang
berkesinambungan untuk menciptakan lingkungan

Gerai Info l bank Indonesia 40 Edisi 61 l tahun 7 l 2017


Etalase

industri yang lebih sehat. Targetnya, dengan penetrasi


yang tinggi seperti sekarang ini, Indonesia mampu
menjadi tuan rumah di negeri sendiri dan tuan rumah
bagi negara-negara tetangga. Optimisme ini juga
didukung oleh ekosistem industri dengan segala macam
unsur pendukungnya seperti payment gateway, logistik,
technology partners, dan marketing partners.
Di sini, Bank Indonesia mengambil peranan penting
untuk mengatur setiap sistem pembayaran yang
dilakukan oleh pelaku industri e-commerce. Setidaknya
akan ada dua Peraturan BI yang akan dikeluarkan, yaitu
PBI Pemrosesan Transaksi Pembayaran (PTP) dan PBI
mengenai e-wallet. Tidak hanya itu, peranan BI dalam
mengembangkan e-commerce juga terwujud dari
beberapa kegiatan lainnya. Hal ini dibuktikan dengan
membantu Kementerian Perdagangan dalam menyusun
Rancangan Peraturan Pemerintah, di mana BI menjadi
nara sumber.
Bukanlah industri berkembang jika dalam perjalannya
tidak mengalami hambatan atau tantangan. Pengolahan
pengarsipan yang masih belum baik adalah salah satu
kendala bagi setiap pelaku industri. Riwayat penulusuran
setiap transaksi menjadi kendala utama pada masalah
pengelolaan data ini. Selain itu, permasalahan modal dan
distribusi adalah kendala berikutnya yang ada di industri
ini, terutama jika perusahaan tersebut sedang dalam
masa-masa awal pengembangan. Untuk itu, beberapa
pelaku industri mencoba melakukan terobosan untuk
menyiasati masalah permodalan ini.
Salah satu contoh pelaku industri yang sudah
melakukannya adalah Bukalapak. Sebagai sebuah
marketplace, Bukalapak melibatkan secara langsung
antara penjual dengan pembeli. Tidak hanya itu, sistem
pembayarannya juga ikut disediakan.
Salah satu kunci sukses di industri e-commerce adalah
adanya virtous cycle, yakni semakin banyak penjual yang
tergabung, maka harga akan semakin kompetitif dan
terus berputar seperti siklus. Seperti yang dilakukan

Gerai Info l bank Indonesia 41 Edisi 61 l tahun 7 l 2017


Etalase

Bukalapak, dalam mengembangkan bisnis diperlukan


pendekatan kepada komunitas-komunitas tertentu.
Contoh lainnya adalah Gojek, e-commerce yang
awalnya fokus pada sektor transportasi, kini mulai
merambah dan memasuki segala macam lini industri. Ini
terjadi akibat beragamnya kebutuhan masyarakat yang
perlu untuk difasilitasi, sehingga kesempatan itu
memberikan peluang bagi siapa saja untuk masuk
sehingga bisa saling menguntungkan bagi pihak-pihak
terkait.
Sebagai industri yang multi sektor, ekosistem
pendukungnya wajib hadir untuk terus meningkatkan
pertumbuhan e-commerce. Melalui Bekraf (Badan
Ekonomi Kreatif), lembaga pemerintah non kementerian,
regulasi terus digalakkan. Platform pembayaran multi
sektor yang aman juga terus diciptakan. Program-
program yang dicanangkan Bekraf adalah pemanfaatan
big data untuk pemetaan pelaku industri kreatif,
pembangunan SDM, KUR kreatif, dan revitalisasi
infrastrutktur. Bekraf juga menjadi wadah komunikasi
bagi industri terkait untuk menciptakan iklim usaha yang
sehat. l

Gerai Info l bank Indonesia 42 Edisi 61 l tahun 7 l 2017


Aktivitas

Elektronifikasi
di Berbagai Daerah
Sejak tahun lalu, BI telah menginisiasi program
elektronifikasi. Program ini telah digelar di
berbagai daerah

ank Indonesia (BI) terus mengembangkan

B
program elektronifikasi di berbagai daerah
melalui kerja sama dengan pemerintah
daerah (Pemda), yakni pemerintah provinsi,
kabupaten, dan kota. Hal ini telah diinisiasi
BI sejak 2015 lalu. Kerja sama dengan
Pemda lainnya pun terus dilakukan.
Setelah menggelar kerja sama dengan sejumlah
Pemda melalui Kantor Perwakilan BI, dilakukan
pemetaan transaksi keuangan Pemda yang dapat
dikembangkan melalui elektronifikasi. Selain itu, BI juga
telah menyusun road map elektronifikasi, di mana
peningkatan elektronifikasi transaksi keuangan
pemerintah (termasuk pemda) menjadi salah satu key
success.
Sebut saja, kerja sama yang masih ‘hangat’ pada 2016
ini dilakukan BI ialah dengan Pemerintah Provinsi DKI
Jakarta untuk melakukan pengembangan elektronifikasi
informasi dan transaksi sistem pembayaran. Kerja sama
yang telah diwujudkan berupa kegiatan aplikasi Info
Pangan Jakarta (IPJ) dan Kartu Jakarta One.
Berikut ini beberapa program elektronifikasi yang telah
dilansir BI melalui kantor perwakilan (KPw) di beberapa
daerah yang dilakukan sejak tahun lalu.

Gerai Info l bank Indonesia 43 Edisi 61 l tahun 7 l 2017


Aktivitas

Smart Card di Bandung


Pada 2015, Kota Bandung terpilih sebagai finalis di
ajang World Smart City Awards untuk inovasi terkait
smart city yang diselenggarakan di Barcelona. Bersama
lima negara lainnya, yaitu Buenos Aires, Dubai, Moscow,
Peterborough, dan Curitiba, Kota Bandung diapresiasi
karena banyak memberikan ruang warga untuk
berinteraksi aktif dalam mengawasi pembangunan kota
dengan inovasi “coneted citizens: encouraging
participatory governance”.
Saat ini Pemerintah Kota Bandung telah menyusun
roadmap smart city di antaranya mencakup Command
Center, akses internet di tempat publik, pajak online,
lampu Caan Baranang, serta kartu pintar yang disebut
Bandung Smart Card. Kartu pintar ini bisa digunakan
untuk untuk berbagai macam kebutuhan di antaranya,
kartu identitas, kartu akses, kartu pembayaran, dan tiket
elektronik.
Dalam hal ini, BI menjalin sinergi terkait fungsi di
bidang sistem pembayaran. Fungsi Bandung Smart Card
di sisi model transaksi pembayaran, telah disinergikan
melalui Kesepakatan Bersama antara Walikota Bandung
dan Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi
Jawa Barat pada pertengahan tahun 2015. Walikota
Bandung Ridwan Kamil mengkehendaki penerapan
Bandung Smart Card dilakukan bertahap. Dimulai dari
PNS di lingkungan Balaikota dan pelajar.
Tahap awal implementasi Bandung Smart Card,
dengan penerbitan kartu uang elektronik tematik yang
berfungsi sebagai kartu pembayaran. Kartu tematik ini
bekerja sama dengan perbankan dan perusahaan
telekomunikasi yang telah mengatungi izin sebagai
penerbit kartu uang elektronik. Tahap selanjutnya,
Bandung Smart Card ini akan diinjeksikan data identitas,
akses, serta implementasi di sektor transportasi seperti
parkir di pinggir jalan dan pembayaran tiket Trans Metro
Bandung.

Gerai Info l bank Indonesia 44 Edisi 61 l tahun 7 l 2017


Aktivitas

Setelah melakukan soft launching pada tahun 2015


lalu, Kota Bandung terus meningkatkan kinerja oleh
berbagai pihak untuk mencapai Smart City Environment.
Hal ini ditunjukkan dengan pengembangan penggunaan
kartu Bandung Smart Card kepada beberapa kegiatan
seperti pembayaran tiket Trans Metro Bandung (TMB),
pembayaran Ont The Street Parking, dan pembayaran
ritel lainnya yang dapat dilakukan dengan menggunakan
Alat Pembayaran Menggunakan Kartu (APMK).
Perkembangan penggunaan APMK yang telah dilakukan
antara lain integrasi dengan event besar PON XIX,
partisipasi kartu BSC pada event Bandung Great Sale,
elektronifikasi pembayaran e-samsat, dll.
Pengembangan penggunaan kartu BSC turut
diintegrasikan dengan program-program unggulan di
Jawa Barat. Salah satu program unggulan yang saat ini
tengah digarap adalah program Budaya Elektronifikasi
Bank Sampah, dengan menggunakan kartu BSC sebagai
salah satu alat pembayaran. Uang yang sebelumya
diberikan kepada nasabah secara tunai, saat ini dapat
dibayarkan melalui kartu BSC masing-masing nasabah.
Uang yang sudah terkumpul didalam kartu BSC dapat

Gerai Info l bank Indonesia 45 Edisi 61 l tahun 7 l 2017


Aktivitas

digunakan dalam transaksi pemenuhan kebutuhan


sehari-hari seperti belanja ritel, beli pulsa, listrik, tagihan,
dll.
Dalam rangka Kota Bandung menuju Smart City
Environment, seluruh transaksi penerimaan dan
pembayaran Pemerintah Kota Bandung sudah mulai
dialihkan menjadi pembayaran secara non tunai, dan
dapat di pantau melalui data yang tersaji di Bandung
Command Center.
Elektronifikasi transaksi tidak hanya dikhususkan pada
masyarakat yang berada di perkotaan saja. untuk
menjangkau masyarakat yang lebih jauh lagi, Kantor
Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat terus
mendukung dan menggalakkan program Layanan
Keuangan Digital (LKD). Selain di lingkungan masyarakat
umum, LKD turut diimplementasikan di kawasan pondok
pesantren seperti di Pondok Pesantren Daarut Tauhid
yang bekerjasama dengan perusahaan telekomunikasi
serta Pondok Pesantren Al-Ittifaq yang bekerjasama
dengan perbankan. Perluasan implementasi LKD di
kawasan pondok saat ini yaitu pada Pondok Pesantren
Al-Ma’soem dengan jaringan yayasan yang sangat luas di
Jawa Barat. Kerjasama perluasan LKD dilakukan antara
pondok pesantren dengan perusahaan telekomunikasi
dan saat ini tengah menjalani proses penyusunan draft
kesepakatan bersama antara kedua pihak.

Elektronifikasi di Sibolga
Kota Sibolga menjadi percontohan elektronifikasi. Kota
ini menjadi pilot project penggunaan uang elektronik 4
rumah ibadah berbeda secara serentak. Keempat rumah
ibadah yang dijadikan pilot project adalah Vihara Buddha
Sibolga, Masjid Agung Kota Sibolga, Gereja Katolik Paroki
Katedral St Theresia Lisieux, dan GPIB Siloam Aek
Parombun. Gagasan pelaksanaan program elektronifikasi
di rumah ibadah, selain menjadi akselerasi penggunaan
alat pembayaran non-tunai, juga menjadi perekat ker-
ukunan umat beragama di Sibolga.

Gerai Info l bank Indonesia 46 Edisi 61 l tahun 7 l 2017


Aktivitas

Penerapan elektronifikasi di rumah ibadah kota Sibol-


ga diharapkan membantu masyarakat dalam memberi-
kan sumbangan dana dengan menggunakan uang elek-
tronik. Penggunaan uang elektronik mempermudah
pengurus rumah ibadah dalam mempertanggungjawab-
kan penerimaan sumbangan dari masyarakat. Sejumlah
bank pelaksana seperti BNI, Bank Mandiri, BRI, dan Bank
Sumut, telah memfasilitasi keberadaan mesin transaksi
non-tunai untuk memperlancar transaksi pembayaran di
masing-masing rumah ibadah tersebut.
Setelah melalui tahapan-tahapan persiapan sejak
pertengahan tahun 2015, akhirnya program
elektronifikasi di rumah ibadah Sibolga diresmikan.
Program ini diresmikan pejabat tinggi pemerintah daerah
dan perwakilan Bank Indonesia pada bulan Agustus 2015.
Pada kesempatan tersebut, Walikota Sibolga, Syarfi
Hutauruk, mengungkapkan bahwa dewasa ini penggu-
naan uang elektronik di masyarakat terus berkembang
pesat. Seiring berjalannya waktu, budaya less cash socie-
ty atau era sistim pembayaran nontunai cenderung men-
galami tren peningkatan.
Sementara itu, Direktur Kantor Perwakilan Bank Indo-
nesia Provinsi Sumatera Utara, Subintoro, mengatakan
bahwa era globalisasi dan informasi yang didukung pe-
satnya teknologi berpengaruh signifikan terhadap sistem
pembayaran nontunai. Hal tersebut membuat mas-
yarakat bisa bergerak cepat menyelesaikan berbagai uru-
san bisnis dan memperoleh kemudahan dalam pemba-
yaran.
Mewakili tokoh agama, Hardi Virgo, pemuka agama
Buddha di Sibolga, mengapresiasi kinerja Walikota
Sibolga Syarfi Hutauruk. Sebab, Kota Sibolga ditetapkan
sebagai pilot project launching program elektronifikasi di
rumah ibadah. Ia berharap kegiatan ini dapat
menginspirasi penggunaan transaksi non-tunai di seluruh
Indonesia. Penggunaan uang elektronik di rumah ibadah
hingga saat ini masih terus berjalan dan semakin dimina-
ti masyarakat.

Gerai Info l bank Indonesia 47 Edisi 61 l tahun 7 l 2017


Aktivitas

KPw BI Sibolga yang memiliki wilayah kerja 16 Kabu-


paten, diantaranya terdapat 2 daerah wisata yakni Toba
Samosir dan Nias juga sedang diupa­yakan penggunaan
uang elektronik, sehingga kedepannya sistem pemba-
yaran masyarakat di daerah tersebut semakin mudah
dan lancar. Diharapkan cakupan penggunaan uang elek-
tronik bukan saja di rumah ibadah, tapi di pasar perbel-
anjaan maupun di rumah penginapan lainnya. Besar hara-
pan kiranya kepala daerahnya dapat menerima dan
mengapresiasi seperti kepala daerah sibolga sehingga
upaya memasyarakatkan uang elektronik dapat berjalan
sesai dengan harapan.

Elektronifikasi di Banjarmasin
Upaya elektronifikasi pembayaran khususnya
pembayaran ritel terlihat nyata di Banjarmasin. Salah
satu buktinya terlihat dari pesatnya jumlah agen
Layanan Keuangan Digital di kota tersebut. Salah
seorang agen bernama Mohammad Misbahul Munir atau
Munir memulai usahanya sebagai agen LKD dengan
membuka usaha konter pulsa telepon seluler.
Prestasi Munir sudah terlihat sejak ia berhasil menjadi
konter pulsa telepon seluler dengan jumlah dan nominal
transaksi tertinggi di Banjarmasin pada tahun 2010
hingga 2013.Namun karena perkembangan teknologi
yang semakin memudahkan masyarakat untuk
melakukan pengisian pulsa telepon dan beralihnya era
telepon dan sms menuju era internet, bisnis pulsa
telepon pun menurun.
Namun perkembangan teknologi tersebut belum dapat
mengubah perilaku masyarakat pelabuhan sekitar
domisili Munir yang mayoritas unbanked menjadi banked.
Kebutuhan layanan perbankan pun menjadi tinggi,
namun tidak dibarengi dengan ketersediaan akses
layanan keuangan. Melihat potensi tersebut, Munir
mendaftarkan diri menjadi agen Layanan Keuangan
Digital di salah satu perbankan penyelenggara.
Terbukti, layanan perbankan dan keuangan yang

Gerai Info l bank Indonesia 48 Edisi 61 l tahun 7 l 2017


Aktivitas

disediakan oleh fitur Layanan Keuangan Digital (LKD)


berhasil menjadi entry point bagi para masyarakat
pelabuhan untuk mengenal dan mencoba layanan
keuangan perbankan secara langsung. Fitur yang
disediakan berhasil memenuhi kebutuhan keuangan
dasar seperti keeping, setor tunai, tarik tunai hingga
layanan transfer antar akun uang elektronik registered.
Manfaat tidak hanya diterima oleh masyara­kat sekitar
yang dimudahkan dalam mengakses layanan keuangan,
namun manfaat finansial juga dirasakan oleh agen LKD
seperti Munir. Buah dari kerja kerasnya, pada 2015, Munir
mendapatkan penghargaan sebagai salah satu dari
sepuluh best Agent BRILink di regional Kalimantan.
Pecapaian ini dikarenakan nilai transaksi Munir telah
mencapai hampir Rp1 miliar setiap bulannya. l

Gerai Info l bank Indonesia 49 Edisi 61 l tahun 7 l 2017


Perspektif

Elektronifikasi
Rahmi Artati Dukung
Smart City
Kepala Divisi Pengelolaan
Program Elektronifikasi
dan Keuangan Inklusif

Pengembangan smart city menjadi solusi dalam kehidupan


masyarakat perkotaan ke depan. Salah satu langkah yang
harus diupayakan ialah pengembangan sistem pembayaran
dan transaksi keuangan yang efektif dan efisien.

P
erekonomian wilayah atau regional di
Indonesia akan menentukan perekonomian
nasional secara keseluruhan. Terkait hal
itu, Bank Indone­sia (BI) selalu berupaya
men­dorong dan membangun
perekonomian di setiap regional yang ada,
termasuk perekonomian perkotaan.
Saat ini perekonomian perkotaan di berbagai wilayah
terus didorong kemajuannya melalui pengembangan
konsep smart city. Kebijakan ataupun langkah yang
ditempuh BI dalam pengem­bangan kota pintar ini adalah
dengan mendorong elektronifikasi sistem pembayaran
dan Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT). Pembangunan
ekonomi regional yang dilakukan BI juga diiringi dengan
pengembangan keuangan inklusif.
Pengembangan smart city sejalan dengan program
pemerintah yang telah menetapkan peta jalan pembangun­
an perkotaan dalam Rencana Pem­bangun­an Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019. Yakni, adanya
pengembangan 7 kawasan metropolitan yang sudah ada
saat ini, 5 kawasan metropolitan baru, 10 kota baru publik,
20 kota otonom, dan 39 pusat pertumbuhan baru.

Gerai Info l bank Indonesia 50 Edisi 61 l tahun 7 l 2017


Perspektif

Kerja Sama dengan Pemda


Pengembangan smart city tidaklah mudah. Harus ada
kerja sama dan sinergi antar-instansi, serta segenap
stakeholders yang ada di pemerintahan. Hal inilah yang
dilakukan BI melalui kerja sama dengan Pemda.
Adapun kerja sama terbaru ialah dengan Pemerintah
Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta untuk melakukan pengem­
bangan elektronifikasi informasi dan transaksi sistem
pembayaran. Hal ini diwujudkan melalui kegiatan aplikasi
Info Pangan Jakarta (IPJ) dan Kartu Jakarta One. Kegiatan
launching ini dilakukan dalam Festival Smart City, Smart
Money yang digelar di Jakarta pada awal Juni 2016.
Aplikasi IPJ merupakan aplikasi yang dapat
dimanfaatkan oleh masyarakat untuk mengakses
perkembangan harga pangan utama yang difokuskan
pada 34 komoditas utama di 12 pasar yang tersebar di
Jakarta. Sedangkan kartu Jakarta one adalah smart card
yang memiliki multifungsi dan digunakan oleh
masyarakat sebagai identitas penduduk dan sarana
penerapan kebijakan/program pemerintah Provinsi DKI
Jakarta. Serta, dapat digunakan sebagai akses layanan
publik di Jakarta dalam rangka mewujudkan smart city.
Dalam rangka mempercepat elektronifikasi transaksi
keuangan, BI dan Pemprov DKI Jakarta menggelar lima
kegiatan. Pertama, penyusunan masterplan
elektronifikasi. Kedua, koordinasi dengan kementerian
atau lembaga dan instansi terkait. Ketiga, fasilitasi
elektronifikasi transaksi pemerintah. Keempat, insentif
penggunaan transaksi non tunai. Kelima, kajian
elektronifikasi pemerintah daerah.
Selain itu, BI juga telah meluncurkan kartu Layanan
Keuangan Terintegrasi (Lantera) yang dikhususkan untuk
nelayan, dan diluncurkan di Batam pada Agustus 2016.
Saat ini program elektronifikasi dan keuangan inklusif
tengah diimplementasikan oleh 33 KPw BI Provinsi
dengan mengacu pada roadmap program yang telah
disusun dan disepakati antara BI dan Pemerintah Daerah.
l

Gerai Info l bank Indonesia 51 Edisi 61 l tahun 7 l 2017


Perspektif

Peran BI di
Sofwan Kurnia Tengah Maraknya
Cyber Crime
Kepala Divisi Perizinan dan
Perlindungan Konsumen
Sistem Pembayaran

Kemajuan teknologi menimbulkan efek negatif berupa kejahatan


dunia maya. Keamanan dan kenyamanan menjadi unsur penting
bagi konsumen dalam bertransaksi.

T
im Kejahatan dan Kekerasan Polda Metro
Jaya menangkap warga negara asing asal
Ukraina, OS (28) di sebuah vila Puri
Jimbaran, Kuta Selatan, Bali. Ia ditangkap
karena diduga sebagai pelaku penipuan
yang memanfaatkan celah keamanan di
internet banking, yaitu dengan cara membuat malware,
perangkat lunak yang diciptakan untuk merusak sistem
komputer. Malware itu disebarkan melalui situs terlarang
seperti website porno, judi dan lainnya melalui software
bajakan dan virus.Malware itu berisi script internet
banking yang bisa membelokkan transaksi asli nasabah
ke rekening tujuan pelaku yang sudah disiapkan
sebelumnya. Tapi, nasabah tidak melihat kejanggalan
transaksi pada personal computer (PC) atau device
nasabah.
Polresta Palembang menangkap RAS (26) terkait
penggandaan sim card. Diduga lewat penggandaan
tersebut, RAS membobol rekening korban. Pihak
provider sim card melaporkan bahwa sim card nomor
korban yang berdomisili di Semarang telah digandakan
seseorang di Palembang. Atas penggandaan nomor sim

Gerai Info l bank Indonesia 52 Edisi 61 l tahun 7 l 2017


Perspektif

card tersebut, rekening tabungan korban diduga dikuras


melalui SMS banking dengan tiga kali tahapan transfer
dan pembelian pulsa.
Menurut data Statista, pengguna internet di Indonesia
pada tahun 2016 sebanyak 104,2 juta pengguna,
bertumbuh pesat dari 96,5 juta pengguna di tahun 2015.
Hal tersebut menobatkan Indonesia sebagai salah satu
pasar online besar di dunia. Pengguna internet
diperkirakan akan meningkat seiring dengan upaya
Pemerintah meluncurkan Paket Kebijakan Ekonomi 14
untuk mengembangkan bisnis e-commerce.
Tingginya angka pengguna internet di Indonesia
menjadi potensi pasar yang sangat menarik bagi bisnis
layanan finansial secara elektronik, antara lain mobile
banking, internet banking, layanan keuangan digital dan
financial technology (fintech). Hal tersebut selaras dengan
upaya Pemerintah dan Bank Indonesia untuk
meningkatkan inklusi keuangan masyarakat Indonesia
dan mendorong penggunaan instrumen nontunai dalam
transaksi masyarakat dalam Gerakan Nasional Non Tunai
(GNNT). Dengan perkembangan fitur layanan finansial
yang semakin canggih melalui teknologi digital,
masyarakat dan penyedia layanan finansial sama-sama
mendapatkan manfaat. Masyarakat mendapatkan
manfaat dalam kecepatan dan kemudahan transaksi,
sedangkan penyedia layanan finansial dapat
meningkatkan eksposur atau portofolio produk dan jasa
layanan yang dimilikinya. Pesatnya perkembangan jasa
dan instrumen secara digital berhasil mewujudkan
layanan finansial tanpa batas-batas negara dan tanpa
batas waktu. Transaksi keuangan dapat diakses
kapanpun dan dimanapun.
Kemajuan teknologi pada Sistem Pembayaran satu sisi
semakin memudahkan masyarakat dalam bertransaksi,
namun pada sisi lain memiliki risiko berupa ancaman
kejahatan dunia maya yang dikenal dengan cyber crime.
Keamanan dan kenyamanan bagaikan dua sisi uang yang
selalu berdampingan. Menurut Interpol, cyber crime

Gerai Info l bank Indonesia 53 Edisi 61 l tahun 7 l 2017


Perspektif

merupakan perkembangan kejahatan konvensional yang


menyerang perangkat keras dan perangkat lunak
komputer serta menyalahgunakan kecanggihan teknologi
informasi. Interpol memperkirakan cyber crime
menimbulkan dampak bagi kerugian ekonomi global
mencapai miliaran dollar Amerika.

Di Indonesia, menurut kajian Polri, 60% kejahatan


dunia maya dilakukan oleh pihak internal bank itu sendiri.
Beberapa faktor yang menjadi pemicu timbulnya fraud
(kecurangan) yang dilakukan oleh pegawai bank, yakni
pressure (dorongan atau niat), opportunity (peluang), dan
rationalization (rasionalisasi). Seketat apapun tingkat
keamanan dalam sebuah sistem elektronik, para
fraudster akan selalu mencoba meretas sistem
keamanan dari satu layanan elektronik apabila terdapat
niat, peluang dan rasionalisasi. Hal ini tentunya menjadi
tantangan ke depan bagi otoritas dan penyelenggara
layanan transaksi pembayaran untuk terus
mengembangkan sistem keamanan agar kerugian akibat
cyber crime dapat dimitigasi.
Industri perbankan sendiri selalu menjadi target utama
bagi cyber crime karena maraknya penggunaan produk-
produk berbasis teknologi informasi di dalam industri
finansial yang bertujuan untuk meningkatkan
kenyamanan nasabah dalam bertransaksi. Pengelolaan
data dan informasi yang tidak tepat menjadi celah bagi
orang-orang yang tidak bertanggung jawab dalam

Gerai Info l bank Indonesia 54 Edisi 61 l tahun 7 l 2017


Perspektif

mengakses segala informasi perusahaan atau pribadi


seseorang. Industri perbankan khususnya pada sistem
pembayaran menjadi rentan diretas sehingga merugikan
industri perbankanmaupun nasabahnya.
Selain di industri perbankan, belakangan ini pada
sistem pembayaran non-bank juga menjadi incaran para
pelaku cyber crime. Di sisi lain, lembaga pemerintahan di
negara-negara luar juga marak menjadi incaran para
pelaku cyber crime. Hal tersebut tentu dapat menjadi
pembelajaran bagi Indonesia untuk menangkal serangan
tersebut. Pasalnya, kejahatan dunia maya sangat
berdampak besar terhadap industri perbankan itu sendiri.
Berdasarkan data Polri, tercatat ada sebanyak 497
tersangka kasus cyber crime, di mana 389 di antaranya
adalah warga negara asing. Tidak tanggung-tanggung,
nilai kerugian yang ditimbulkan setiap kasus cyber crime
dapat mencapai puluhan miliar.
Kejahatan yang terus berkembang seperti ini harus
terus ditanggulangi. Institusi perbankan dianggap
menjadi bagian penting dalam penanganan cyber crime
dan diperlukan juga sinergi dengan pemangku
kepentingan. Ditambah lagi kasus cyber crime kini sudah
tidak berdiri sendiri, artinya strukturnya sudah berubah.
Cyber crime sudah sama dengan kejahatan yang lain
seperti pencucian uang, dan lain-lain.
Melihat kondisi ini, masyarakat juga harus mengerti
bagaimana cara menghindari kejahatan duniamaya
tersebut. Upaya pencegahan cyber crime diawali dari
kesadaran individu melalui peningkatan kualitas
pengetahuan kepada seluruh masyarakat merupakan
langkah paling strategis dan fundamental karena hanya
dengan peningkatan kualitas pendidikan dapat
menurunkan tingkat kejahatan cyber crime.
Menurut Bank Indonesia (BI), kasus kejahatan di
bidang sistem pembayaran saat ini tercatat masih relatif
rendah dibandingkan negara lain, namun memiliki modus
operandi yang semakin bervariasi. Dengan demikian,
sangat diperlukan kewaspadaan dan upaya peningkatan

Gerai Info l bank Indonesia 55 Edisi 61 l tahun 7 l 2017


Perspektif

keamanan dalam rangka memitigasi risiko. Kewaspadaan


dan peningkatan keamanan tidak dapat dilakukan hanya
oleh penyelenggara dan otoritas, namun masyarakat
juga diminta lebih berhati-hati sebelum melakukan
transaksi melalui berbagai jalur transaksi seperti internet
banking, mobile banking, sms banking, transaksi melalui
automatic teller machine (ATM) dan electronic data
capture (EDC). Nasabah juga diharapkan senantiasa
untuk menjaga perangkat yang digunakan dengan tidak
membuka situs-situs yang tidak aman, serta senantiasa
dalam melakukan pengkinian anti virus.
Sebagai regulator, BI memandang potensi cyber crime
sangat riskan sehingga seluruh stakeholder baik bank
maupun lembaga keuangan lainnya agar memenuhi
penerapan manajemen risiko. Dalam penerapan
manajemen risiko ini setiap entitas bisnis diarahkan
untuk melakukan pengendalian risiko melalui upaya
pencegahan (preventif), melakukan deteksi dini (early
warning), serta investigasi dalam memperbaikisistem
(remedy). Bank Indonesia terus melakukan upaya untuk
memitigasi risiko akibat berbagai kasus kejahatan dalam
penggunaan internet banking di bidang sistem
pembayaran. Salah satunya dengan melakukan
kerjasama dan koordinasi yang semakin intensif dengan
otoritas terkait, seperti Polri dan pelaku industri sistem
pembayaran. Kerja sama dengan Polri terkait penindakan
cyber crime ini diharapkan dapat dilaksanakan juga di
daerah-daerah melalui sinergi antara Kantor Perwakilan
Bank Indonesia dengan Kepala Polisi Daerah.
Bank Indonesia juga mengembangkan kebijakan untuk
meminimalisir risiko terjadinya tindak kejahatan
perbankan (fraud) antara lain melalui koordinasi, edukasi,
dan sosialisasi serta selalu mengikuti perkembangan
terkini di industri Sistem Pembayaran. Salah satu wadah
yang digunakan adalah Working Group Internet Banking
yang mengikutsertakan Asosiasi Sistem Pembayaran
Indonesia dan penyelenggara jasa sistem pembayaran.
Selain itu, Bank Indonesia juga menyediakan forum

Gerai Info l bank Indonesia 56 Edisi 61 l tahun 7 l 2017


Perspektif

penyelesaian sengketa sebagai alternative dispute


resolution bagi nasabah yang menjadi korban kejahatan
cyber crime.
Bagi nasabah, terdapat beberapa tips aman dalam
bertransaksi agar nasabah bank dapat terhindar dari
masalah cyber crime. Pertama, nasabah harus memahami
betul produk bank secara detil, hal ini dilakukan guna
mengurangi adanya potensi kejahatan yang dilakukan
pihak lain dengan modus memberikan iming-iming palsu
lewat internet dan modus lainnya. Kedua, hindari
penempatan password, PIN serta data pribadi pada inbox
email. Antisipasi ini dilakukan untuk menghindari adanya
kebocoran data yang dilakukan cracker. Ketiga, tidak
menggunakan password yang sama dengan akun media
sosial ataupun yang mudah ditebak seperti tanggal lahir
untuk menghindari brute force oleh pelaku cyber crime.
Terakhir, hal yang harus diantisipasi nasabah adalah
hindari membuka atau mengunggah situs-situs yang
berpotensi menimbulkan virus di komputer pribadi. Virus
ini dikhawatirkan dapat memanipulasi tampilan laman
internet banking yang seolah-olah laman tersebut benar-
benar berasal dari bank dan meminta password atau PIN
nasabah. Jika nasabah benar-benar kurang yakin akan
tampilan laman tersebut, ada baiknya langsung
menelpon call center atau customer service bank yang
bersangkutan. l

Catatan Referensi
Moch. Harun Syah, “Belokkan Tansfer di Internet Banking, WNA Bobol
Dana Nasabah”, Liputan6, http://news.liputan6.com/read/2316666/
belokkan-transfer-di-internet-banking-wna-bobol-dana-nasabah,
diakses pada tanggal 24 November 2016.

Chaidir Anwar Tanjung, “Gandakan Sim Card, Warga Palembang


Diduga Kuras Rekening Orang Lain”, Detik Online, http://news.detik.
com/berita/3230711/gandakan-sim-card-warga-palembang-diduga-
kuras-rekening-orang-lain, diakses pada tanggal 24 November 2016.

Gerai Info l bank Indonesia 57 Edisi 61 l tahun 7 l 2017

Anda mungkin juga menyukai