Geraiinfo-61-Sp-Integrasi-Hingga-Efisiensi 2 PDF
Geraiinfo-61-Sp-Integrasi-Hingga-Efisiensi 2 PDF
61
Tahun VII
2017
www.bi.go.id
Sorot
Sistem Pembayaran
Integrasi
Etalase
GNTT Picu
Hingga
Perkembangan Efisiensi
E-Commerce
Daftar Isi
02 Pedoman
04 Editorial
Penanggung Jawab:
Tirta Segara
@bank_indonesia
fl ip.it/7A9uk
Berkomitmen
Terus Mengembangkan
Elektronifikasi dan
Keuangan Inklusif
B
ank Indonesia (BI) sebagai regulator sistem
pembayaran mengacu pada empat prinsip
kebijakan sistem pembayaran yakni,
keamanan, efisiensi, kesetaraan akses dan
perlindungan konsumen. Untuk mendukung
itu semua, BI melakukan elektronifikasi
dengan mendorong metode pembayaran dari manual
menjadi elektronik, mengubah sebagian besar mekanisme
pembayaran dari fisik menjadi digital dan meningkatkan
akses keuangan yang terbatas menjadi luas (inklusif).
Inisiatif BI dalam elektronifikasi dilakukan melalui Gerakan
Nasional Non Tunai (GNNT) yang diluncurkan pada tanggal
14 Agustus 2014. Inisiatif ini diturunkan melalui berbagai
program, baik dari sisi Government to Person maupun Person
to Government.
Salah satu tujuan dari elektronifikasi
adalah meningkatkan akses keuangan,
atau sering dikenal dengan keuangan
inklusif (KI). Inisiatif ini telah dilakukan
oleh BI sejak 2011 yang ditandai dengan
adanya Strategi Nasional Keuangan
Inklusif (SNKI), yang saat ini telah
disempurnakan dan telah ditandatangani
Presiden Joko Widodo pada 1 September
2016.
Keuangan inklusif
dilakukan BI dengan
menggunakan berbagai
cara, diantaranya
edukasi keuangan,
penyusunan model
bisnis, perluasan
Salam,
Agus D. W. Martowardojo
Gubernur Bank Indonesia
Tirta Segara
Kepala Departemen Komunikasi
Bank Indonesia
Berinisiatif
Untuk Kemajuan
BI terus melakukan inovasi dan inisiatif sebagai upaya
memberikan kontribusi bagi kemajuan bangsa.
Salah satunya terkait dengan sistem pembayaran.
D
ari waktu ke waktu, Bank Indonesia
(BI) terus mengupayakan sistem
pembayaran yang lebih baik dan
andal. Pengembangan sistem
pembayaran dilakukan BI
disesuaikan dengan perkembangan teknologi dan
kebutuhan yang ada serta perkembangan
ekonomi. BI akan terus berperan sebagai regulator,
fasilitator, dan overseer untuk tercapainya sistem
pembayaran yang aman, lancar, efisien,
memerhatikan perluasan akses dan
mengedepankan kepentingan nasional.
Berbagai pengembangan dan inisiatif telah dan
tengah ditempuh BI dalam sistem pembayaran. Di
antaranya, National Payment Gateway (NPG),
penggunaan cip dan pin pada alat pembayaran
menggunakan kartu (APMK), penyelenggaraan
pemrosesan transaksi pembayaran,
pengembangan financial technology (fintech), dan
penyaluran program bantuan pemerintah.
esteryohana_nice@yahoo.com
Integrasi
Hingga Efisiensi
Sistem pembayaran pada prinsipnya merupakan sistem yang
dinamis. Di tengah dinamika tersebut, BI terusmendorong
perkembangan sistem pembayaran ke arah yang lebih sehat,
efisien, aman, dan andal dari waktu ke waktu.
S
istem pembayaran nasional terus berevolusi
sejalan dengan perkembangan zaman. Sejak
teknologi ATM dan kartu kredit pertama
kali diperkenalkan di era-1980-an, eksosis
tem sistem pembayaran ritel non tunai
Indonesia mampu tumbuh eksponensial.
Namun demikian, capaian yang serba positif tersebut
tidak lalu menempatkan Bank Indonesia (BI) pada zona
nyaman. Berbagai tantangan datang silih berganti dan
menuntut respon, setidaknya ada tiga tantangan yang
perlu kita perhitungkan.
Pertama, ekosistem sistem pembayaran ritel nasional
belum efisien dan sangat tergantung pada peran asing.
Interkoneksi dan interoperabilitas praktis belum terbentuk
karena struktur industri yang terfragmentasi. Akibatnya,
economic dan social cost dari perolehan akses non tunai
menjadi relatif mahal, baik dalam bentuk tingginya biaya
transaksi dan biaya investasi, maupun potensi kebocoran
ekonomi dari hilangnya pendapatan pajak maupun income
transfer ke luar negeri.
Kedua, pesatnya laju evolusi alat pembayaran seiring
dengan arus inovasi teknologi industri keuangan. Inovasi
teknologi telah membuka peluang lebar bagi hadirnya
Oleh:
Enny V. Panggabean
Kepala Departemen
Kebijakan dan Pengawasan
Sistem Pembayaran
Mengentaskan Kemiskinan
Melalui Keuangan Inklusif
Upaya pengentasan kemiskinan dan pemerataan
ekonomi terus dilakukan. Keuangan inklusif menjadi
salah satu cara yang terus digencarkan.
K
euangan yang inklusif memiliki peran
penting dalam pengentasan kemiskinan
dan pemerataan ekonomi. Selain itu,
sistem keuangan yang efisien dan inklusif
akan memberdayakan masyarakat,
memfasilitasi pertukaran barang dan jasa,
mengintegrasikan masyarakat dengan perekonomian,
serta memberi perlindungan terhadap guncangan
ekonomi.
Mengingat, pentingnya keuangan inklusif, pemerintah
telah melaksanakan berbagai inisiatif sejak beberapa
tahun lalu. Malah, saat ini, tepatnya pada 1 September
2016, telah dilansir Peraturan Presiden (Perpres) Nomor
82 Tahun 2016 tentang Strategi Nasional Keuangan
Inklusif (SNKI). Segenap pemangku kebijakan dan
stakeholders yang terkait pun sejak beberapa tahun
terakhir ini terus mendorong keuangan inklusif di negeri
ini, termasuk Bank Indonesia (BI).
Terkait hal tersebut, BI akan terus berperan aktif
mendorong keuangan inklusif dengan fokus pada
pengembangan inovasi berbasis teknologi digital untuk
meminimalkan hambatan masyarakat dalam mengakses
dan memanfaatkan layanan keuangan, sekaligus
memberikan perlindungan pada masyarakat. BI meyakini
bahwa dengan inovasi tersebut, layanan akses keuangan
akan mampu menyentuh masyarakat lapisan bawah.
Oleh:
Pungky P. Wibowo
Kepala Group Pengembangan Sistem
Pembayaran Retail dan Keuangan Inklusif
Cara Cepat
Salurkan Bansos
Bantuan sosial pemerintah secara bertahap telah beralih
ke nontunai. Penerapan ini dilakukan agar bantuan tepat
sasaran dan dapat meningkatkan transaksi nontunai serta
mendorong keuangan inklusif.
S
aat ini pemerintah tengah mendorong
program bantuan sosial (bansos) diberikan
secara non tunai. Program penyaluran
bantuan secara non tunai ini menjadi salah
satu prioritas Bank Indonesia (BI). BI sangat
mendukung penyaluran bansos dilakukan
secara non tunai sehingga mampu mendukung
pencapaian 6 T yaitu tepat waktu, tepat sasaran, tepat
jumlah, tepat kualitas, tepat harga, tepat administrasi.
BI mengembangkan model bisnis penyaluran bansos
secara non tunai untuk kepentingan penyaluran Program
Keluarga Harapan (PKH), Program Simpanan Keluarga
Sejahtera (PSKS), Program Indonesia Pintar (PIP), Beras
Sejahtera (Rastra), subsidi pupuk, dan bantuan dana
desa. Langkah yang dilakukan BI tersebut sejalan dengan
arahan Presiden dalam rapat terbatas tanggal 26 April
2016 yang memerintahkan agar seluruh penyaluran
bansos dilakukan secara non tunai.
Selain itu, sesuai dengan kewenangan sebagai otoritas
dalam sistem pembayaran, tentunya BI mengupayakan
agar penyaluran bansos non tunai harus terkoordinasi
dan sejalan dengan kebijakan sistem pembayaran yang
CCT PKH
e-Warong
Target 2017
3.500.000 Target
2017
3.500
Target 2016
Keterangan
CCT PKH: Conditional
Cash Transfer
Oleh:
Ricky Satria
Kepala Divisi Riset dan
Pengembangan Sistem Pembayaran
Ritel dan Keuangan Inklusif
Uang Elektronik
Terus Berkembang
Berkembangnya teknologi akan mendorong
efektivitas dan efisiensi dalam bertransaksi.
Salah satunya melalui pengembangan uang elektronik.
P
erkembangan zaman dan kemajuan
teknologi mengubah perilaku masyarakat,
termasuk dalam bertransaksi. Sistem
pembayaran yang menggunakan teknologi
telekomunikasi atau berbasis elektronik
(electronic payment/e-payment) menjadi satu bagian
yang tak terpisahkan dari perkembangan tersebut.
Bank Indonesia (BI) sebagai otoritas sistem
pembayaran, BI mendukung dan berperan aktif untuk
terwujudnya sistem pembayaran yang aman, lancar,
andal dan efisien. Langkah-langkah yang dilakukan di
antaranya mendorong elektronifikasi sistem pembayaran
(non tunai) adalah melalui penyediaan infrastruktur,
instrumen, mekanisme, dan regulasi, serta program-
program yang dapat mendukung perubahan perilaku
masyarakat untuk menggunakan non tunai.
Berbagai kerja sama dan sinergi dengan instansi atau
pemerintah daerah dalam pengembangan pembayaran
non tunai telah dilakukan BI. Misalnya saja, kerjasama
dengan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Salah satu
bentuk kerja sama dengan Pemprov DKI Jakarta ialah
diperkenalkannya Kartu Jakarta One, yang merupakan
smart card, pada awal Juni lalu. Kartu pintar ini juga
berfungsi sebagai uang elektronik yang dapat digunakan
1. Diterbitkan atas dasar nilai uang yang disetor terlebih dahulu oleh
pemegang kepada penerbit.
2. Nilai uang disimpan secara elektronik dalam suatu media, seperti
server atau chip.
3. Digunakan sebagai alat pembayaran kepada pedagang yang bukan
merupakan penerbit uang elektronik tersebut.
4. Nilai uang elektronik yang disetor oleh pemegang dan dikelola oleh
penerbit bukan merupakan simpanan sebagaimana dimaksud dalam
undang-undang yang mengatur mengenai perbankan.
43,09
(Registered)
Rp1 juta
juta
(Unregistered)
JUMLAH PENERBIT
UANG ELEKTRONIK*
20 perusahaan
BANK NONBANK
PENGGUNAAN
Transportasi
Transaksi
Online
Pembelianbi g s ales
Black Friday
TIKET
0%
550%
KUOTA
BELANJA Pembelian
Pulsa
Financial Inclusion
dan Potensi Perempuan
B
elakangan, kata financial inclusion sering
didengungkan, terutama oleh para praktisi
ekonomi dan keuangan. Tak hanya di
Indonesia, banyak negara di dunia pun
mendengungkan hal itu. Di Indonesia,
Bank Indonesia (BI) melalui program-
programnya, seperti Indonesia Sharia Economic Festival
(ISEF), Islamic Financial Services Board (IFSB), dan
program tahunan bersama Islamic Development Bank,
juga kerap menyuarakan financial inclusion.
Secara penjabaran, makna financial inclusion cukup
luas. Namun, secara komprehensif tentang financial
inclusion ada baiknya menilik sekilas apa yang terjadi di
balik krisis ekonomi 1998. Sebelum 1997-1998, suntikan
modal dari perbankan bisa dibilang kurang bersahabat
bagi para pelaku usaha skala kecil dan menengah (UKM).
Dengan kata lain, perbankan hanya menggelontorkan
akses finansial secara besar. Akses keuangan tersebut
hanya terjangkau pelaku usaha besar di atas kelas
menengah.
Namun, apa yang terjadi? Ternyata, pada 1998 terjadi
krisis moneter atau kerap disebut krismon. Terjadi
kejatuhan nilai mata uang rupiah terhadap dolar Amerika
Serikat (AS). Saat itu para pelaku usaha besar satu per
satu pailit lantaran bahan baku impor meningkat secara
drastis. Biaya cicilan utang mereka meningkat akibat nilai
tukar rupiah melemah tajam terhadap dolar AS.
Kondisi itu berdampak pada gagal bayarnya para
pelaku usaha kelas kakap tadi. Alhasil, pinjaman kelas
Investasi Tepat
Dari sekian banyak karya anak bangsa yang mampu
menopang ekonomi, BI pun mencoba melihatnya dari sisi
lain. Dari tangan-tangan terampil dan berbakat,
sebenarnya ada satu faktor yang melahirkan potensi
tersebut, yakni kaum perempuan. BI meyakini, para
pelaku usaha terampil itu lahir dari pendidikan yang baik,
yang disediakan oleh orang tuanya, khususnya kaum ibu.
Atas hal itu, BI meluncurkan program Perempuan bagi
Bangsa yang menekankan investasi bagi kaum
perempuan. Deputi Gubernur Senior BI, Mirza
Adityaswara, dalam peluncuran program Perempuan bagi
Bangsa di Museum Bank Indonesia, Senin, 10 Oktober
2016, mengungkapkan bahwa investasi yang tepat pada
hakikatnya ialah memberi akses keuangan kepada kaum
perempuan. Karena, uang tersebut dipastikan untuk
keperluan pembangunan mental keluarga, kesehatan,
dan pendidikan dasar generasi.
Program tersebut mengambil lokasi pilot project di
wilayah DKI Jakarta dan Banten. Karena, jumlah
penduduk menganggur di Jakarta dan Banten tergolong
di atas rata-rata angka pengangguran nasional.
Berdasarkan data yang dihimpun BI, pada 2015 tingkat
pengangguran terbuka di DKI Jakarta dan Banten
masing-masing sebesar 7,23% dan 9,55%. Keduanya di
atas rata-rata pengangguran nasional yang sebesar
6,18%.
Oleh:
T. Rafael Lardhana
Departemen Komunikasi
Bank Indonesia
Gerakan Non-Tunai
Menyasar
Generasi Muda
B
ank Indone Pesan kunci dari acara ini
sia (BI) adalah mensosialisasikan
menggelar Gerakan Nasional Non Tunai
“BI Goes To (GNNT) kepada generasi
Campus” di muda atau yang lebih
Semarang, dikenal dengan Gen-Y. Gen-Y
Jawa Tengah, pada 1 dinilai memiliki potensi
Desember 2016. Kali ini sebagai agen perubahan
tema yang diusung adalah untuk mengakselerasi laju
“Smart Money Wave“. transaksi non-tunai melalui
Melalui tema tersebut, BI edukasi tentang fungsi dan
mengajak masyarakat manfaat dari transaksi non
untuk bisa memanfaatkan tunai tersebut. Mahasiswa
sistem pembayaran yang dikenal memiliki sifat
dengan cara nontunai. terbuka terhadap peman
Kegiatan ini merupakan faatan media sosial diharap
kali keempat mengusung kan juga dapat memberikan
tema yang sama, sebelum dampak viral terhadap
nya digelar di kota komunikasi kebijakan dan
Banjarmasin, Makasar, dan nilai strategis Bank
Medan. Indonesia.
Oleh:
T. Rafael Lardhana
Departemen Komunikasi
Bank Indonesia
BI Tuan Rumah
Pertama
Pertemuan
Keuangan
Oleh:
Erma Kusumawati
Asisten Direktur Divisi Pengelolaan
ASEAN
euangan inklusif saat ini telah menjadi
Gubernur Bank
Indonesia, Agus D.W.
Martowardojo,
menghadiri pertemuan
gubernur-gubernur bank
sentral se-ASEAN
(ASEAN Central Bank
Governors Meeting –
ACGM) ke-12 di
Vientiane, Republik
Demokrasi Laos, pada
tanggal 4 April 2016. Pertemuan ini diselenggarakan dalam
rangka mendiskusikan upaya mempererat kerjasama ekonomi,
moneter, dan keuangan di wilayah ASEAN, khususnya dalam
menghadapi tantangan ekonomi global, serta Komunitas
Ekonomi ASEAN 2015.
Pada pertemuan kali ini secara khusus dilakukan pemba
hasan, antara lain mencakup pengembangan pasar keuangan,
penguatan surveillance regional, pembiayaan infrastruktur, serta
inklusi keuangan (financial inclusion). Seluruh kegiatan dan
upaya dilakukan untuk meningkatkan manfaat integrasi
keuangan bagi seluruh masyarakat ASEAN, dan
meminimalisasi risiko akibat dari integrasi keuangan itu sendiri.
Dalam pertemuan tersebut, para Gubernur bank sentral
ASEAN juga menyepakati rencana aksi untuk tahun 2025,
guna memperkuat integrasi keuangan, inklusi keuangan, dan
stabilitas keuangan regional. Hal ini dilakukan sebagai bagian
dari penguatan stabilitas ekonomi regional setelah
implementasi Komunitas Ekonomi Keuangan (KEA) 2015.
ACGM kali ini merupakan bagian dari rangkaian pertemuan
Gubernur Bank Sentral dan Menteri Keuangan ASEAN, yang
berlangsung pada tanggal 1- 4 April 2016.
GNNT Picu
Oleh:
Susiati Dewi
Asisten Direktur Divisi Riset dan
Perkembangan
Pengembangan Sistem Pembayaran
Ritel dan Keuangan Inklusif E-Commerce
Pengembangan teknologi informasi dan komunikasi
(TIK) serta penerapan elektronifikasi merupakan aspek
penting dalam pelaksanaan Gerakan Nasional Non
Tunai (GNNT). Hal itu pula yang turut memancing
berbagai pihak untuk mengembangkan industri berbasis
teknologi dan layanan internet.
Elektronifikasi
di Berbagai Daerah
Sejak tahun lalu, BI telah menginisiasi program
elektronifikasi. Program ini telah digelar di
berbagai daerah
B
program elektronifikasi di berbagai daerah
melalui kerja sama dengan pemerintah
daerah (Pemda), yakni pemerintah provinsi,
kabupaten, dan kota. Hal ini telah diinisiasi
BI sejak 2015 lalu. Kerja sama dengan
Pemda lainnya pun terus dilakukan.
Setelah menggelar kerja sama dengan sejumlah
Pemda melalui Kantor Perwakilan BI, dilakukan
pemetaan transaksi keuangan Pemda yang dapat
dikembangkan melalui elektronifikasi. Selain itu, BI juga
telah menyusun road map elektronifikasi, di mana
peningkatan elektronifikasi transaksi keuangan
pemerintah (termasuk pemda) menjadi salah satu key
success.
Sebut saja, kerja sama yang masih ‘hangat’ pada 2016
ini dilakukan BI ialah dengan Pemerintah Provinsi DKI
Jakarta untuk melakukan pengembangan elektronifikasi
informasi dan transaksi sistem pembayaran. Kerja sama
yang telah diwujudkan berupa kegiatan aplikasi Info
Pangan Jakarta (IPJ) dan Kartu Jakarta One.
Berikut ini beberapa program elektronifikasi yang telah
dilansir BI melalui kantor perwakilan (KPw) di beberapa
daerah yang dilakukan sejak tahun lalu.
Elektronifikasi di Sibolga
Kota Sibolga menjadi percontohan elektronifikasi. Kota
ini menjadi pilot project penggunaan uang elektronik 4
rumah ibadah berbeda secara serentak. Keempat rumah
ibadah yang dijadikan pilot project adalah Vihara Buddha
Sibolga, Masjid Agung Kota Sibolga, Gereja Katolik Paroki
Katedral St Theresia Lisieux, dan GPIB Siloam Aek
Parombun. Gagasan pelaksanaan program elektronifikasi
di rumah ibadah, selain menjadi akselerasi penggunaan
alat pembayaran non-tunai, juga menjadi perekat ker-
ukunan umat beragama di Sibolga.
Elektronifikasi di Banjarmasin
Upaya elektronifikasi pembayaran khususnya
pembayaran ritel terlihat nyata di Banjarmasin. Salah
satu buktinya terlihat dari pesatnya jumlah agen
Layanan Keuangan Digital di kota tersebut. Salah
seorang agen bernama Mohammad Misbahul Munir atau
Munir memulai usahanya sebagai agen LKD dengan
membuka usaha konter pulsa telepon seluler.
Prestasi Munir sudah terlihat sejak ia berhasil menjadi
konter pulsa telepon seluler dengan jumlah dan nominal
transaksi tertinggi di Banjarmasin pada tahun 2010
hingga 2013.Namun karena perkembangan teknologi
yang semakin memudahkan masyarakat untuk
melakukan pengisian pulsa telepon dan beralihnya era
telepon dan sms menuju era internet, bisnis pulsa
telepon pun menurun.
Namun perkembangan teknologi tersebut belum dapat
mengubah perilaku masyarakat pelabuhan sekitar
domisili Munir yang mayoritas unbanked menjadi banked.
Kebutuhan layanan perbankan pun menjadi tinggi,
namun tidak dibarengi dengan ketersediaan akses
layanan keuangan. Melihat potensi tersebut, Munir
mendaftarkan diri menjadi agen Layanan Keuangan
Digital di salah satu perbankan penyelenggara.
Terbukti, layanan perbankan dan keuangan yang
Elektronifikasi
Rahmi Artati Dukung
Smart City
Kepala Divisi Pengelolaan
Program Elektronifikasi
dan Keuangan Inklusif
P
erekonomian wilayah atau regional di
Indonesia akan menentukan perekonomian
nasional secara keseluruhan. Terkait hal
itu, Bank Indonesia (BI) selalu berupaya
mendorong dan membangun
perekonomian di setiap regional yang ada,
termasuk perekonomian perkotaan.
Saat ini perekonomian perkotaan di berbagai wilayah
terus didorong kemajuannya melalui pengembangan
konsep smart city. Kebijakan ataupun langkah yang
ditempuh BI dalam pengembangan kota pintar ini adalah
dengan mendorong elektronifikasi sistem pembayaran
dan Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT). Pembangunan
ekonomi regional yang dilakukan BI juga diiringi dengan
pengembangan keuangan inklusif.
Pengembangan smart city sejalan dengan program
pemerintah yang telah menetapkan peta jalan pembangun
an perkotaan dalam Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019. Yakni, adanya
pengembangan 7 kawasan metropolitan yang sudah ada
saat ini, 5 kawasan metropolitan baru, 10 kota baru publik,
20 kota otonom, dan 39 pusat pertumbuhan baru.
Peran BI di
Sofwan Kurnia Tengah Maraknya
Cyber Crime
Kepala Divisi Perizinan dan
Perlindungan Konsumen
Sistem Pembayaran
T
im Kejahatan dan Kekerasan Polda Metro
Jaya menangkap warga negara asing asal
Ukraina, OS (28) di sebuah vila Puri
Jimbaran, Kuta Selatan, Bali. Ia ditangkap
karena diduga sebagai pelaku penipuan
yang memanfaatkan celah keamanan di
internet banking, yaitu dengan cara membuat malware,
perangkat lunak yang diciptakan untuk merusak sistem
komputer. Malware itu disebarkan melalui situs terlarang
seperti website porno, judi dan lainnya melalui software
bajakan dan virus.Malware itu berisi script internet
banking yang bisa membelokkan transaksi asli nasabah
ke rekening tujuan pelaku yang sudah disiapkan
sebelumnya. Tapi, nasabah tidak melihat kejanggalan
transaksi pada personal computer (PC) atau device
nasabah.
Polresta Palembang menangkap RAS (26) terkait
penggandaan sim card. Diduga lewat penggandaan
tersebut, RAS membobol rekening korban. Pihak
provider sim card melaporkan bahwa sim card nomor
korban yang berdomisili di Semarang telah digandakan
seseorang di Palembang. Atas penggandaan nomor sim
Catatan Referensi
Moch. Harun Syah, “Belokkan Tansfer di Internet Banking, WNA Bobol
Dana Nasabah”, Liputan6, http://news.liputan6.com/read/2316666/
belokkan-transfer-di-internet-banking-wna-bobol-dana-nasabah,
diakses pada tanggal 24 November 2016.