Anda di halaman 1dari 15

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk
menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada
baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu berupa sehar
fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah .

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak terdapat
kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran dari
pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi.
Demikian, dan apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-
besarnya.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Makassar, 25 Maret 2019

Daftar Isi

KATA PENGANTAR ……………………………………………… i

DAFTAR ISI …………………………………………………………. ii

BAB I PENDAHULUAN ……………………………………..

A. Latar Belakang …………………………………………..


B. Tujuan Penulisan ………………………………………..

BAB II PEMBAHASAN ……………………………………….

A. Pengertian Erosi Air ……………………………………

B. Penyebab Erosi Air ……………………………………..

C. Dampak Erosi Air ……………………………………….

D. Contoh Kasus Erosi Air ……………………………….

E. Cara Mengatasi Erosi Air …………………………….

F. Upaya Pencegahan Erosi Air ………………………..

BAB III PENUTUP ………………………………………………

A. Simpulan ……………………………………………………

B. Saran …………………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………….

1.1 LATAR BELAKANG

Beberapa anak yang lahir dengan masalah pinggul disebut dislokasi pinggul bawaan (displasia). Kondisi
ini biasanya didiagnosis segera setelah bayi lahir.Sebagian besar waktu, hal itu mempengaruhi pinggul
kiri pada anak pertama lahir, perempuan, dan bayi lahir dalam posisi sungsang.

Bagian atas tulang paha (femur) berbentuk seperti bola dan cocok ke dalam cangkir pencocokan
(acetabulum) pada sisi luar panggul. Berbagai masalah dapat mempengaruhi pinggul bayi karena
berkembang. Terkadang bola tidak terletak dengan aman dalam soket dan dipindahkan dari itu: ini
adalah apa yang dimaksud dengan dislokasi. Kadang-kadang, meskipun bola dalam soket, dapat
menyelinap masuk dan keluar dari tempatnya. Ini adalah apa yang dimaksud dengan pinggul yang
dislocatable. Kadang-kadang meskipun pinggul yang dalam soket tidak mendalam di tempat dan kita
sebut pinggul ini ‘subluxated’. Akhirnya, pada beberapa anak meskipun pinggul yang di tempat yang
tepat soket tidak tumbuh dengan baik dan terlalu dangkal. Jika soket pinggul dangkal ini memungkinkan
bola untuk bergerak dari posisi seharusnya menempati. 1 sampai 2 dalam 1.000 bayi yang lahir mungkin
memiliki pinggul yang terkilir saat lahir. Sebuah kelompok yang sedikit lebih besar dari anak-anak
memiliki pinggul yang tidak aman dalam soket atau soket adalah dangkal dari yang seharusnya. Secara
umum, anak perempuan lebih mungkin akan terpengaruh dibandingkan anak laki-laki. Pinggul kiri lebih
sering terkena daripada sisi kanan.

1.2 TUJUAN

1. Menjelaskan pengertian Congenital dislocatoin of hip

2. Menjelaskan etologi Congenital dislocatoin of hip

3. Menjelaskan patologi Congenital dislocatoin of hip

4. Menjelaskan manifestasi klinis Congenital dislocatoin of hip

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Pengertian

Congenital dislocatoin of hip atau biasa disebut pergeseran sendi atau tulang semenjak lahir. Suatu
bentuk kelainan pada persendian yang ditemukan pada bayi baru lahir.Congenital dislocatoin of hip
terjadi dengan kejadian 1,5 per 1.000 kelahiran dan lebih umum terjadi pada anak perempuan dibanding
anak laki-laki.penyebab hal ini belum diketahui tapi diduga melibatkan faktor genetik.

Kelainan ini sering dijumpai pada:

• Anak pertama
• Bayi perempuan

• Riwayat dislokasi pada keluarga.

• Bayi dalam letak bokong

kriteria untuk mengetahui diagnosis congenital dislocation dapat dilakukan dengan secara fisik dan
radiografi.tanda-tanda klinis tertentu telah diidentifikasi yang membantu dalam mengevaluasi bayi yang
baru lahir.diantaranya:

• pinggul tertekuk, karena shortening dan kontraksi adductors hip

• peningkatan kedalaman atau asimetri dari inguinalis atau lipatan paha;

• pemendekan satu kaki;

• posisi bawah lutut sisi terpengaruh ketika lutut dan pinggul yang tertekuk, karena lokasi femoralis
posterior kepala untuk acetabulum dalam posisi ini;

• Barlow’s test (“bunyi yang keluar” atau dislokasi sign);

• telescoping atau tindakan pistoning paha, karena kurangnya penahanan kepala femoralis dengan
acetabulum;

• Trendelenburg – drop pinggul normal ketika anak berdiri pada kedua kaki, mengangkat tungkai dan
dikenakan berat pada sisi yang terkena.

2.2. Etiologi

Dislokasi terjadi saat ligarnen memberikan jalan sedemikian rupa sehingga tulang berpindah dari
posisinya yang normnal di dalam sendi. Dislokasi dapat disebabkan oleh faktor penyakit atau trauma
karena dapatan (acquired) atau karena sejak lahir (kongenital).
congenital dislocation of hip biasanya sering dikaitkan dengan patah tulang/fraktur yang disebabkan
oleh berpindahnya ujung tulang yang sedemikian rupa karena cacat bawaan.

Kebanyakan bayi yang lahir dengan Congenital dislocatoin of hip memiliki orang tua yang jelas-jelas tidak
memiliki gangguan kesehatan maupun faktor resiko. Seorang wanita hamil yang telah mengikuti semua
nasihat dokternya agar kelak melahirkan bayi yang sehat, mungkin saja nanti melahirkan bayi yang
memilii kelainan bawaan. 60% kasus kelainan bawaan penyebabnya tidak diketahui; sisanya disebabkan
oleh faktor lingkungan atau genetik atau kombinasi dari keduanya.

• Gizi

Menjaga kesehatan janin tidak hanya dilakukan dengan menghindari teratogen, tetapi juga dengan
mengkonsumsi gizi yang baik.Salah satu zat yang penting untuk pertumbuhan janin adalah asam folat.
Kekurangan asam folat bisa meningkatkan resiko terjadinya spina bifida atau kelainan tabung saraf
lainnya. Karena spina bifida bisa terjadi sebelum seorang wanita menyadari bahwa dia hamil, maka
setiap wanita usia subur sebaiknya mengkonsumsi asam folat minimal sebanyak 400 mikrogram/hari.

• Faktor fisik pada rahim

Di dalam rahim, bayi terendam oleh cairan ketuban yang juga merupakan pelindung terhadap cedera.
Jumlah cairan ketuban yang abnormal bisa menyebabkan atau menunjukkan adanya kelainan bawaan.

• Faktor genetik dan kromosom

Genetik memegang peran penting dalam beberapa kelainan bawaan. Beberapa kelainan bawaan
merupakan penyakit keturunan yang diwariskan melalui gen yang abnormal dari salah satu atau kedua
orang tua.Gen adalah pembawa sifat individu yang terdapat di dalam kromosom setiap sel di dalam
tubuh manusia. Jika 1 gen hilang atau cacat, bisa terjadi kelainan bawaan.

Informasi yang diperoleh dari ortopedi Radiologi oleh Adam Greenspan tentang Congenital dislocatoin
of hip tentang pergeseran pada panggul adalah:

a) Y-line adalah garis yang ditarik melalui bagian superior dari tulang rawan triradiate. Pada bayi normal,
jarak yang diwakili oleh baris (ab) tegak lurus garis-Y pada titik paling proksimal leher femoralis harus
sama di kedua sisi panggul, sebagaimana seharusnya jarak diwakili oleh garis (bc) ditarik bertepatan
dengan garis-Y medial ke lantai acetabular. Pada bayi usia enam sampai tujuh bulan, nilai rata-rata untuk
jarak (ab) menjadi 19,3 mm + / – 1,5 mm; untuk jarak (bc), 18,2 mm + / – 1,4 mm. Indeks acetabular
adalah sudut yang dibentuk oleh garis singgung ditarik ke atap acetabular dari titik (c) di lantai
acetabular pada garis-Y. Nilai normal dari sudut ini berkisar antara 25 derajat hingga 29 derajat. Garis
Shenton-Menard adalah busur berjalan melalui aspek medial leher femoralis di perbatasan unggul
foramen obturatorius.. Harus halus dan tak terputus.

b) Garis Perkins-Ombredanne ditarik tegak lurus dengan garis-Y, melalui tepi paling lateral acetabular
tulang rawan kaku, yang benar-benar sesuai dengan spina iliaka anteroinferior pada bayi baru lahir
normal dan bayi, aspek medial femur atau leher kaku modal femoral epiphysis jatuh di dalam kuadran
yang lebih rendah. Munculnya salah satu dari struktur di kuadran luar atau lebih rendah menunjukkan
subluksasi atau dislokasi pinggul.

c) The Rosen von Andren-line,, yang diperoleh dengan setidaknya 45 derajat dari pinggul dan rotasi
internal, digambarkan sepanjang sumbu longitudinal batang femoralis. Dalam pinggul normal,
memotong panggul di tepi atas acetabulum tersebut.

d) Dalam subluksasi atau dislokasi pinggul, baris membagi-dua atau jatuh di atas tulang belakang
anteorsuperior iliaka.

2.3 Anatomi

Dalam dislokasi pinggul, bola di bagian atas tulang paha (kepala femoral) tidak duduk aman di soket
(acetabulum) dari sendi pinggul. Ligamen di sekitarnya juga mungkin longgar dan menggeliat. Bola
mungkin kendur dalam soket atau benar-benar di luar itu.

2.4 Patofisiologi

Dysplasia perkembangan pinggul (developmental dysplasia of the hip, DDH),atau congenital dislocation
of the hip, merupakan ketidaknormalan perkembangan antara kaput femur dan asetabulum. Pinggul
merupakan suatu bonggol (kaput femur) dan mangkuk (asetabulum) sendi yang memberikan gerakan
dan stabilitas pinggul. Terdapat tiga pola dalam CDH :

1. Dysplasia asetabular (perkembangan tidak normal )- keterlambatan dalam perkembangan


asetabulum sehingga lebih dangkal dari normal, kaput femur tetap dalam asetabulum ;

2. Subluksasi – dislokasi pinggul yang tidak normal ; kaput femur tidak sepenuhnya keluar dari
asetabulum dan dapat berdislokasi secara parsial ; dan
3. Dislokasi – pinggul berada pada posisi dislokasi, dan kaput femur tidak bersentuhan dengan
asetabulum. DDH pada akhirnya dapat berkembang menjadi reduksi permanen, dislokasi lengkap, atau
dysplasia akibat perubahan adaptif yang terjadi pada jaringan dan tulang yang berdekatan.

2.5 Manifestasi klinis

• Pergerakan yang terbatas di daerah yang terkena

• Posisi tungkai yang asimetris

• Lipatan lemak yang asimetris

• Setelah bayi berumur 3 bulan : rotasi tungkai asimetris dan tungkai pada sisi yang terkena tampak
memendek.

• ilangnya tonjolan tulang yang normal, misalnya trauma ekstensi dan eksorotasi pada dislokasi anterior
sendi bahu.

• Kedudukan yang khas untuk dislokasi tertentu, misalnya dislokasi posterior sendi panggul kedudukan
endorotasi, fleksi dan aduksi.

• Nyeri

2.6 Pemeriksaan diagnosik

Pemeriksaan yang paling penting adalah pemeriksaan USG,pada bayi yang agak besar atau anak-anak
dapat dilakukan rontgen.
1) Rontgen

Menunjukkan lokasi / luasnya fraktur / trauma

2) Scan tulang, tonogram, CT scan / MRI

Memperlihatkan fraktur, juga dapat digunakan untuk mengidentifikasikan kerusakan jaringan lunak.

2.7 Penatalaksanaan

1) Pada awal masa bayi, agar kaput femoralis tetap berada dalam kantungnya, bisa dipasang alat untuk
memisahkan tungkai dan melipatnya ke arah luar (seperti kodok).

2) Jika posisi diatas sulit dipertahankan, bisa digunakan gips yang secara periodik diganti sehingga
pertumbuhan tulang tidak terhambat.

3) Jika tindakan tersebut tidak berhasil atau jika dislokasi diketahui setelah anak cukup besar, maka
dilakukan tindakan pembedahan.

PENGKAJIAN

Pengkajian

– Pengkajian musculoskeletal

– Kaji tanda iritasi kulit

– Kaji respon anak terhadap traksi dan immobilisasi dalam balutan gips

– Pasca operasi kaji tanda vital dan drainase luka

– Kaji tingkat perkembangan anak


– Kaji kesiapan orang tua untuk merawat di rumah

3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa keperawatan adalah suatu penyatuan dari masalah pasien yang nyata maupun potensial
berdasarkan data yang telah dikumpulkan (boedihartono,1994).

a. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan dislokasi

b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri saat mobilisasi

c. Gangguan bodi image berhubungan dengan perubahan bentuk tubuh

3.3 RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan dislokasi

Tujuan :Nyeri dapat berkurang atau hilang

criteria hasil : Nyeri berkurang, Klien tampak tenang

• Kaji tingkat nyeri

• Beri posisi rileks


• Ajarkan tekhnik relaksasi

• Lakukan pendekatan pada klien dan keluarga

• Kolaborasi pemberian analgetik

2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri saat mobilisasi

Tujuan :Klien dapat bergerak bebas

Kriteria hasil :Klien dapat bergerak bebas

• Kaji tingkat mobilisasi klien

• Beri latihan ROM

• anjurkan alat bantu jika dibutuhkan

3. Gangguan body image berhubungan dengan perubahan bentuk tubuh

Tujuan :Masalah klien teratasi

kriteria hasil :Klien dapat menungkapkan masalahnya


• kaji konsep diri

• bantu klien mengungkapkan masalahnya

• bantu klien mengatasi masalahnya

3.4 EVALUASI

Hasil yang diharapkan

1. Pinggul bayi atau anak akan tetap pada posisi yang diharapkan

2. Kulit bayi atau anak akan tetap utuh tanpa kemerahan atau kerusakan

Orang tua akan mendemonstrasikan aktivitas perawatan untuk mengakomodasi alat bantu pengoreksi
bayi / anak atau gips spika pinggul.
BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan

1. CDH adalah deformitas ortopedik yang didapat sebelum atau saat kelahiran, kondisi ini mengacu
pada malformasi sendi panggul selama perkembangan janin.

2. Etiologi dari CDH yaitu 1.teratogenik; 2.gizi; 3.faktor fisik pada rahim; 4.faktor genetic dan
kromosom.

3. Pemeriksaan yang paling penting adalah pemeriksaan USG, pada bayi yang agak besar atau anak-
anak dapat dilakukan rontgen,scan tulang, tomogram, CT scan/MRI.

4. CDH terjadi dengan kejadian 1,5 per 1000 kelahiran dan lebih umum terjadi pada anak perempuan
disbanding anak laki-laki.kelainan yang sering dijumpai pada 1.anak pertama; 2.anak perempuan;
3.riwayat dislokasi pada keluarga; 4.bayi dalam letak bokong.

4.2 Saran

Agar para ibu menjaga gizi pada saat masa kehamilan .Salah satu yang paling penting untuk
pertumbuhan janin adalah asam folat. Hindari factor-faktor yang dapat menyebabkan CDH misalnya
sinar rontgen, radiasi, dan penggunaan obat-obatan.
DAFTAR PUSTAKA

1. http://hasgurstika.blogspot.com/2011/02/askep-cdh.html

2. Doenges, Marilynn E, dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan ; Pedoman Untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3. Jakarta EGC.
MAKALAH CONGENITAL DISLOCATION OF THE HIP

Oleh:

HASRI AINUN : PO713201171106


KELAS : I.C / DIII. KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2018/2019

Anda mungkin juga menyukai