Anda di halaman 1dari 11

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN KEBUTUHAN ELIMINASI

BAB 1. LAPORAN PENDAHULUAN

Di susun oleh

PROGRAM STUDI S-1 ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DR. SOEBANDI JEMBER

2019
KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah swt, karena berkat rahmat dan inayah-Nya sehingga
kami bisa menyelesaikan tugas laporan pendahuluan dengan materi “asuhan keperawatan
dengan kebutuhan eliminasi”.

Shawalat serta salam selalu kami panjatkan kepada nabi akhirul zaman Muhammad
saw. Yang mana berkat perjuangan beliaulah kita dapat merasakan indahnya dinul islam.
Laporan pendahuluan ini masih banyak kekurangan karena pengalaman yang karena kami
memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu kami harapkan kepada pembaca untuk
memberikan saran yang bersifat membangun untuk laporan pendahuluan ini

Jember, 01 juli 2019

Penulis
DAFTAR ISI

COVER ........................... ............................................................................................ i


KATA PENGANTAR ................................................................................................ ii
DAFTAR ISI .............................................................................................................. iii

BAB I. PENDAHULUAN
1.1 PENGERTIAN .........................................................................................................
1.2 KEBUTUHAN FISIOLOGIS ELIMINASI .............................................................
1.3 FAKTOR YANG BERPENGARUH .......................................................................
1.4 MASALAH/ DIAGNOSA MEDIS ..........................................................................
1.5 KONSEP KEPERAWATAN ...................................................................................
1.1.1 PENGKAJIAN
1.1.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.1.3 KRITERIA HASIL DAN INTERVENSI
BAB II. PENUTUP
2.1 Kesimpulan...............................................................................................................
2.2 Saran.........................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Pengertian

Eliminasi merupakan suatu proses pengeluaran zat-zat sisa yang tidak


diperlukan oleh tubuh. Eliminasi dapat dibedakan menjadi 2 yaitu : eliminasi urine
dan eliminasi fekal.
Eliminasi urine
Sistem yang berperan dalam eliminasi urine adalah sistem perkemihan.
Dimana sistem ini terdiri dari ginjal, ureter, kandung kemoh, dan uretra. Proses
pembentukan urine di ginjal terdiri dari 3 proses yaitu : filtrasi, reabsorpsi dan sekresi.
1. Proses filtrasi berlangsung di glomelurus. Proses ini terjadi karena permukaan
aferen lebih besar dari permukaan eferen.
2. Proses reabsorpsi terjadi penyerapan kembali sebagian besar dari glukosa, sodium,
klorida, fosfat, dan beberapa ion karbonat.
3. Proses sekresi ini sisa reabsorpsi diteruskan keluar.
Eliminasi fekal
Eliminasi fekal sangat erat kaitannya dengan saluran pencernaan. Saluran
pencernaan merupakan saluran yang menerima makanan dari luar dan
mempersiapkannya untuk diserap oleh tubuh dengan proses penernaan (pengunyahan,
penelanan, dan pencampuran) dengan enzim dan zat cair dari mulut sampai anus.
Organ utama yang berperan dalam eliminasi fekal adla usus besar. Usus besar
memiliki beberapa fungsi utama yaitu mengabsorpsi cairan dan elektrolit, proteksi
atau perlindungan dengan mensekresikan mukus yang akan melindungi dinding usus
dari trauma oleh feses dan aktivitas bakteri, mengantarkan sisa makanan sampai ke
anus dengan berkontraksi.
Proses eliminasi fekal adalah suatu upaya pengosongan intestin. Pusat refleks
ini terdapat pada medula dan spinal cord. Refleks defekasi timbul karena adanya feses
dalam rektum.
Eliminasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang esensial dan
berperanpenting dalam menentukan kelangsungan hidup manusia. Eliminasi
dibutuhkan untuk mempertahankan homeostasis melalui pembuangan sisa-sisa
metabolisme. Secara garis besar sisa-sisa metabolisme tersebiut tetbagi kedalam dua
jenis yaitu sampah yang berasal dari saluran cerna yang dibuang sebagai feses
(nondigestible waste) serta sampah metabolisme yang dibuang baik bersama feses
ataupun melalui saluran lain seperti urine,nitrogen,CO2, dam H2O. (Asmadi, 2008)

1.2 kebutuhan fisiologis eliminasi


1. Fisiologi Defeksi
Rektum biasanya kosong sampai menjelang defekasi. Seorang yang mempunyai
kebiasaan teratur akan merasa kebutuhan membuang air besar kira-kira pada waktu
yang sama setiap hari. Hal ini disebabkan oleh refleks gastro-kolika yang biasanya
bekerja sesudah makan pagi. Setelah makan ini mencapai sekum mulai bergera. Isi
kolon pelvis masuk ke dalam rektum,serentak peristaltik keras terjadi didalam kolon
dan terjadi perasaan didaerah perineum. Tekanan intra-abdominal bertambah dengan
penutupan glotis dan kontraksi daifragma dan otot abdominal, sfinkter anus
mengendor dan kerjanya berakhir (pearce,2002)
2. Fisiologi Miksi
Sistem tubuh yang berperan dalam terjadinya proses eliminasi urine adalah ginjal,
ureter, kandung kemih dan uretra. Proses ini terjadi dari dua langkah utama yaitu :
kandung kemih secara progresif terisi sampai tegangan di dindingnya meningkat
diatas nilai ambang, yang kemudian mencetuskan langkah kedua yaitu timbul refleks
miksi (refleks berkemih) yang berusaha mengosongkan kamdung kemih atau jika ini
gagal, setidak-tidaknya menimbulkan kesadaran akan keinginan untuk berkemih.
1.3 Faktor yang berpengaruh
1. Diet dan asupan (intake)
Jumlah dan tipe makanan merupakan faktor yang mempengaruhi aoutput urine dan
jumlah (urine) protein dan natrium dapat menentukan jumlah urine yang dibentuk.
Selain itu, minum kopi juga dapat meningkatkan pembentukan urine
2. Respon keinginan awal untuk berkemih
Kebiasaan mengabaikan keinginan awal untuk berkemih dapat menyebabkan urine
banyak tertahan didalam vesika urinaria, sehingga mempengaruhi ukuran vesika
urinaria dan jumlah pengeluaran urine
3. Gaya hidup
Perubahan gaya hidup dapat mempengaruhi pemenuhan kebutuhan eliminasi. Hal ini
terkait dengan tersedianya fasilitas toilet
4. Stress psikologis
Meningkatkan stress dapat dapat meningkatkan frekuensi keinginan berkemih. Hal ini
dapat meningkatkatnya sesitivitas untuk keinginan berkemih dan jumlah urine yang
diproduksi
5. Tingkat aktivitas
Eliminasi urine membutuhkan tonus otot vesika urinaria yang bak untuk fungsi
spincter. Kemampuan tonus otot didapatkan dengan beraktivitas.
6. Tingkat perkembangan
Tingkat pertumbuhan dan perkembanagan juga dapat mempengaruhi berkemih, hal
tersebut dapat ditemukan pada anak yang lebih memiliki kesulitan untuk mengontrol
buang air kecil. Namun, kemampuan dalam mengontrol buang air bersih
meningkatdengan bertambahnya usia
7. Kondisi penyakit
Kondisi penyakit dapat mempengaruhi produksi urine, seperti diabetes melitus
8. Sosiokultural
Budaya dapat mempengaruhi pemenuhan kebutuhan elimnasi urine, seperti adanaya
kultur pada masyaaraakat tertentu yanga melaranaga untuk buang air kecil ditempat
tertentu
9. Kebiasaan seseorang
Seseorang yang memliki kebiasaan berkemih di toilet, biasanaya mengalami kesulitan
untuk berkemih dengan melalui urineal atau pot urine bila dalam keadaan sakit
10. Tonus otot
Tonus otot yang berperan penting dalam membantu proses berkemih adalah otot
kandung kemih, otot abdomen, dan pelvis. Ketiganya sangaat berperan dalam kontraksi
sebagai pengontrolan pengeluran urine
11. Pembedahan
Pembedahan berefek menurunkan filtasi glomelururs sebagai dampak dari pemberian
obat anastesi sehingga menyebabkan penurunan jumlah produksi urine
12. Pengobatan
Pemberian tindakan pengobatan dapat berdampak pada terjadinya peningkatan atau
enurunan proses perkemihan. Misalnya, pemberian diuretic dapat meningkatkan jumlah
urine, sedangkan pemberian obat anti kolinergik dan anti hipertensi dapat menyebabkan
retensi urine
13. Pemeriksaan diagnostic
Pemeriksaan diagnostic ini dapat mempengaruhi kebutuhan eliminasi urine, khususnya
prosedur-prosedur yang berhubungan dengan tindakan pemeriksaan saluran kemih
seperti intravenous pyelogram (IVP). Pemeriksaan ini dapat membetasi jumlah asupan
sehingga mengeurangi produksi urine. Selain itu, tindakan sistoskopi dapat
menimbulkan edema lokal pada uretra sehingga pengeluaran urine terganggu (A.Aziz
Alimul Hidayat, 2008)
1.4 MASALAH/DIAGNOSE MEDIS
Kelemahan otot detrusor
1.5 KONSEP KEPERAWATAN
1.1.1 PENGKAJIAN
1. Pengkajian
a. Riwayat keperawatan
Tanyakan pada klien secara cermat dan menyeluruh tentang hal – hal sebagai
berikut :
1) Pola perkemihan
Pertanyaan terkait pola berkemih sifatnya individual. Ini bergantung pada
individu apakah pola berkemihnya termasuk dalam kategori normal atau
apakah ia merasa ada perubahan pada pola berkemihnya.
2) Frekuensi berkemih
a) 5 kali / hari, tergantung kebiasaan seseorang.
b) 70% miksi pada siang hari, sedangkan sisanya dilakukan pada malam hari,
menjelang dan sesudah bangun tidur.
c) Berkemih dilakukan saat bangun tidur dan sebelum tidur.
3) Volume berkemih
Kaji perubahan volume berkemih untuk mengetahui adanya ketidakseimbangan
cairan dengan membandingkannya dengan volume berkemih normal.
4) Asupan dan haluaran cairan
a) Catat haluaran urine selama 24 jam
b) Kaji kebiasaan minum klien setiap hari
c) Catat asupan cairan peroral, lewat makanan, lewat cairan infus, atau NGT
jika ada.
1.1.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Retensi urine yang berhubungan dengan kelemahan otot detrusor.
2. Rencana Tindakan dan Rasionalisasi
Intervensi Rasional
Minta klien untuk berusaha Melatih mengosongkan kandung
berkemih pada waktu yang kemih secara teratur dapat
terjadwal secara teratur. mengurangi terjadinya
pengeluaran air kemih dalam
bentuk tetesan.
Instruksikan klien untuk melakukan Latihan dasar panggul membantu
latihan dasar panggul di luar waktu memperkuat otot-otot panggul
berkemihnya. Minta klien pada saat saraf panggul utuh.
melakukan latihan ini setiap kali
berkemih.
Minta klien menggunakan Metode Crede membantu
kompresi kandung kemih(metoda menstimulasi mikturisi dan
Crede) selama berkemih mengosongkan kandung kemih.

1.1.3 KRITERIA HASIL DAN INTERVENSI


1. Eliminasi Urine
1). Retensi Urine
a. Kandung kemih tidak akan distensi setelah berkemih
b. Klien akan menyangkal adanya rasa penuh pada kandung kemihnya setelah
berkemih
c. Klien akan mencapai pengosongan urine total dalam 24 jam setelah kateter
diangkat
2). Inkontinensia
a. Individu melaporkan tidak ada atau berkurangnyaperiode inkontinensia
b. Individu dapat menahan keinginan berkemih setelah sampai di toilet

3). Eliminasi Fekal

a. Konstipasi
a) Mempertahankan bentuk feces lunak 1-3 hari
b) Bebas dari ketidaknyamanan dan konstipasi
c) Mengidentifikasi indikator untuk mencegah konstipasi
d) Feces lunak dan berbentuk
b. Diare
a) Feces berbentuk, BAB sehari samapi tiga hari sekali
b) Menjaga daerah sekitar rektal dari iritasi
c) Tidak mengalami diare
d) Menjelaskan penyebab diare dan rasional tindakan
e) Mempertahankan turgor kulit
BAB II
PENUTUP
2.1 Kesimpulan
Kebutuhan eliminasi terdiri dari dua yakni, eliminasi urine (kebutuhan buang air
kecil/bak) dan eliminasi feses (kebutuhan buang air besar/bab). Dalam pemenuhan
kebutuhan eliminasi urine terjadi proses berkemih. Berkemih merupakan proses
pengosongan vesika urinaria (kandung kemih). Faktor-faktor yang mempengaruhi
eliminasi urine adalah diet dan asupan (intake), respon keinginan awal untuk
berkemih, gaya hidup, stress psikologis, tingkat aktivitas, tingkat perkembangan,
kondisi penyakit,sosiokultural, kebiasaan seseorang,tonus otot, pembedahan,
pengobatan, pemeriksaan diagnostic
2.2 Saran
Kita harus mampu memberikan edukasi yang baik terhadap masyarakat atau klien
untuk harus lebih memperhatikan kebutuhan eliminasi urine dan feses agar dapat
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Serta selalu menjaga kebersihan daerah
tempat keluarnya urine dan feses. Selain itu, harus menjaga pola makan dan lebih
sering meminum air putih, karena air putih lebih baik dari air yang berwarna yang
memiliki banyak kandungan, sehingga membuat sistem eliminasi bekerja lebih keras.
Daftar pustaka
A.Aziz Alimul Hidayat, M. U. (2008). Keterampilan Dasar Praktik Klinik. Jakarta: Penerbit
Salemba Medika.

Asmadi. (2008). Teknik Prosedural Keperawatan Konsep dan Aplikadi kebutuhan dasar
klien. Jakarta: Selemba Medika.

M.Black, J., & Jane, H. H. (2014). Keperawatan Medikal Bedah manajement klinis untuk
hasil yang diharapkan. jakarta: CV. pentasada media edukasi.

Sudahrt, B. a. (2001). Buku Ajar keperawatan Medikal Bedah. jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai