Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
Adapun Metode Pelaksanaan Pekerjaan yang kami paparkan mengacu pada tahapan atau urutan
pekerjaan di lapangan sesuai yang tertuang dalam Rencana Anggaran Biaya.
Tahapan pelaksanaan yang kami ajukan disesuaikan dengan mengacu pada Syarat-syarat Teknis yang
terlampir dalam Dokumen Pengadaan yang mensyaratkan pekerjaan ini dilaksanakan secara bertahap,
yang berarti proses tahapan pekerjaan di lokasi, baik persiapan (pengukuran), pengadaan dan
penyimpanan serta pengujian material, pembongkaran beton dermaga eksisting, pemotongan tiang
pancang eksisting, pengadaan tiang pancang, pemancangan tiang pancang tegak di darat,
pemancangan tiang pancang tegak di laut, pemancangan tiang pancang miring di laut, pengujian daya
dukung tiang, proteksi splash zone, pengadaan dan pemasangan cathodic protection serta pekerjaan
lainnya, dilaksanakan dengan penyelesaian secara berjalan dan sesuai persyaratan yang teruang guna
menghindari gangguan terhadap publik serta mengacu pada kontrak.
Adapun jadwal rencana penyelesaian pekerjaan ini kami tuangkan dalam Time Schedule (terlampir).
Sistem step by step tersebut akan kami laksanakan dengan memperhitungkan waktu pelaksanaan
dengan cara yang efektif dan efisien dengan mengutamakan hasil sesuai yang dipersyaratkan serta
sesuai waktu yang dijadwalkan dan tanpa kecelakaan kerja.
TAHAP PELAKSANAAN PEKERJAAN
MOBILISASI
Yakni mencakup antara lain: Program Mobilisasi (pre-construction meeting), pengerahan Personil
dan Peralatan Kerja, penyediaan Fasilitas Pelaksana, serta Demobilisasi.
Sebagai kegiatan awal, Mobilisasi langsung akan dimulai pada minggu pertama pelaksanaan
pekerjaan/sejak penandatanganan kontrak dan/atau Gunning.
Program Mobilisasi / Pengajuan Kesiapan Kerja / Pra-Konstruksi
1) Dalam kurun waktu 7 hari setelah Penandatangan Kontrak, Pelaksana akan segera melaksanakan
Rapat Pra-Pelaksanaan (Pre-Construction Meeting) yang dihadiri Direksi Pekerjaan, Wakil Direksi
Pekerjaan (bila ada), dan Pelaksana Pekerjaan untuk membahas semua hal menyangkut jadwal
proses pelaksanaan pekerjaan ini secara detil, baik teknis maupun non teknis. Dalam periode ini
para Personil Inti sudah berada di lokasi pekerjaan.
2) Pre-Construction Meeting juga dimaksudkan sebagai bahan acuan antara Direksi Pekerjaan dan
Pelaksana dalam rangka penjadwalan dan kriteria yang tertuang dalam item mobilisasi ini.
3) Guna mempercepat proses pelaksanaan pekerjaan, maka dalam kurun waktu 3 (tiga) hari setelah
Rapat Pra-Pelaksanaan, kami selaku Pelaksana akan segera menyerahkan hasil Program Mobilisasi
dan jadwal rencana kemajuan pelaksanaan mobilisasi kepada Direksi Pekerjaan untuk mendapat
persetujuan.
4) Adapun Program mobilisasi menetapkan waktu untuk semua kegiatan mobilisasi yang disyaratkan:
1. Lokasi base camp dengan denah lokasi umum dan denah detil di lapangan yang menunjukkan
lokasi kantor Pelaksana, Gudang/Bengkel, dan Barak pekerja. Bilamana dipersyaratkan juga
menyangkut lokasi Laboratorium.
2. Jadwal pengiriman peralatan yang menunjukkan lokasi asal dari semua peralatan yang
tercantum dalam Daftar Peralatan Utama yang diusulkan dalam Penawaran, bersama dengan
usulan cara pengangkutan dan jadwal kedatangan serta penyimpanan peralatan di lapangan.
3. Setiap perubahan pada peralatan maupun personil yang diusulkan dalam Penawaran harus
memperoleh persetujuan dari Direski Pekerjaan.
Daftar detail yang menunjukkan struktur yang memerlukan perkuatan (bila ada) agar aman
dilewati alat-alat berat, usulan metodologi pelaksanaan dan jadwal tanggal mulai dan tanggal
selesai untuk perkuatan setiap struktur.
Adanya jadwal kemajuan yang lengkap dalam format bagan balok (bar chart) yang menunjukkan
tiap kegiatan mobilisasi utama dan suatu kurva kemajuan untuk menyatakan persentase
kemajuan mobilisasi.
Bilamana perkuatan jembatan atau pembuatan jembatan darurat atau pembuatan timbunan
darurat pada jalan yang berdekatan dengan proyek diperlukan untuk memperlancar
pengangkutan peralatan milik Pelaksana, detil pekerjaan darurat ini juga harus diserahkan
bersama dengan Program Mobilisasi sesuai dengan ketentuan yang dipersyaratkan.
Mobilisasi Personil dan Peralatan serta Mobilisasi lainnya
1. Personil: Untuk memperoleh hasil pekerjaan yang sesuai dengan harapan baik dari segi kuantitas
maupun kualitas maka diperlukan Tenaga Ahli/Tenaga Terampil termasuk Tenaga Pendukung
(pekerja), dalam hal ini personil yang memiliki kompetensi dan kemampuan profesi keahlian
kerja dibidang jasa konstruksi pembangunan dermaga/replacement menurut disiplin keilmuan
dan/atau keterampilan sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan sebagaimana tercantum
dalam Dokumen Pengadaan serta posisinya dalam manajemen pelaksanaan pekerjaan sesuai
dengan organisasi pelaksanaan yang diajukan untuk melaksanakan pekerjaan.
2. Peralatan: Selain Tenaga Ahli/Tenaga Terampil, yang diyakni mampu memberi kontribusi
signifikan dalam pelaksanaan pekerjaan ini yakni Alat dan/atau Peralatan berat dalam bidang
konstruksi pembangunan pekerjaan pembangunan dermaga/replacement yang digunakan juga
merupakan faktor penting di dalam proyek. Tujuan penggunaan alat-alat berat tersebut untuk
memudahkan dalam melaksanakan pekerjaan, sehingga hasil yang diharapkan dapat tercapai
dengan mudah pada waktu yang relatif lebih singkat dari jadwal yang ditentukan, dan memiliki
jenis, kapasitas serta komposisi yang sesuai dengan persyaratan dalam Dokumen Pengadaan dan
atas petunjuk Direksi Pekerjaan.
3. Papan Nama Proyek: Yakni memuat tentang informasi tentang pelaksanaan pekerjaan. Adapun
jumlah Papan Nama Proyek minimal sebanyak 1 (satu) buah dan atau sesuai petunjuk Direksi
Pekerjaan. Ukuran, bahan, sesuai dalam RAB, serta penempatan juga atas petunjuk Direksi
pekerjaan.
5. Pembuatan Kantor Lapangan, Base Camp (Bangsal), Gudang, dan bangunan fasilitas
lainnya: diadakan/dibangun dengan luas 60 m2 di sekitar lokasi pekerjaan (sewa lahan),
termasuk fasilitasnya (Ruang meeting, ruang peralatan, ruang administrasi, dilengkapi wc), dengan
persetujuan dari Direksi pekerjaan. Disamping itu juga membuat barak kerja dengan ukuran 75
m2.
Pembangunan ini dilaksanakan setelah pihak pelaksana memberikan hasil dari Program
Mobilisasi dan disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
Pelaksana juga harus menyediakan, memelihara dan melengkapi satu ruangan dengan ukuran yang
disetujui oleh Direksi Pekerjaan yang akan digunakan oleh staf Direksi Pekerjaan (Pengawas).
Area lapangan juga harus memiliki ruang K3, serta memiliki peralatan komunikasi lapangan.
9. Air Kerja; Untuk keperluan pekerjaan dan pekerja, Pelaksana harus memiliki atau mendapatkan
sumber air yang layak atau menggunakan air PDAM. Kualitas air yang didapat harus treatment
sehingga memenuhi syarat. Air yang digunakan untuk penyiraman atau pemakaian lainnya harus
bersih, dan bebas dari bahan yang merugikan seperti minyak, garam, asam, basa, gula atau
organik. Air harus memenuhi ketentuan dalam AASHTO T26. Air yang diketahui dapat diminum
dapat digunakan tanpa pengujian.
10. Penerangan/Listrik: yakni mencakup penerangan lokasi pekerjaan dan penempatan titik lampu
penerangan. Bila pekerjaan harus dilakukan pada malam hari maka keperluan pencahayaan yang
memadai agar pekerjaan dapat tetap dilaksanakan secara efektif harus tersedia. Selama periode
pekerjaan, selain di lokasi base camp, akses ke tempat pekerjaan harus juga diberi pencahayaan
yang jelas. Semua bahan dan sistem pengkabelan untuk pasokan listrik dan sumbernya harus
dipasang secara sesuai.
11. Wilayah Kerja dan jalan masuk : Pelaksana melakukan segala kegiatan pekerjaan di area yang
telah ditentukan oleh direksi pekerjaan. Tata letak yang meliputi jalan masuk, lokasi penyimpanan
bahan bangunan dan jalur pengangkutan material dibuat oleh pelaksana dengan persetujuan
direksi pekerjaan.
12. Pembuatan Shop Drawing: Pelaksana membuat Shop Drawing sebelum suatu komponen
konstruksi dilaksanakan sebagai penjelasan detail dari gambar desain demi kesemurnaan
konstruksi.
16. Laporan : Pelaksana Pekerjaan wajib membuat dan menyerahkan laporan tertulis berisi rincian
mengenai segala kegiatan yang dilakukan, kondisi lingkungan, rincian jumlah pekerja yang
bekerja setiap harinya, hambatan/masalah yang timbul, dan perkembangan pekerjaan.
Pelaksana Pekerjaan diwajibkan mengusulkan format laporan harian, mingguan dan bulanan
untuk mendapatkan persetujuan dari Direksi Pekerjaan/Konsultan Pengawas.
a. Laporan Harian
Pelaksana Pekerjaan membuat laporan harian dan menyediakan Buku Harian di tempat
pekerjaan.
Segala kejadian yang menyangkut pelaksanaan pekerjaan dicatat setiap harinya.
17. Ijin-Ijin : Pembuatan ijin-ijin yang diperlukan dan berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan,
antara lain: ijin pengambilan material, ijin pembuangan, ijin trayek dan pemakaian jalan, ijin
penggunaan bangunan serta ijin-ijin lain yang diperlukan sesuai dengan ketentuan/peraturan
daerah setempat, harus cepat diselesaikan dan tembusannya disampaikan kepada Direksi
Pekerjaan. Termasuk pengurusan Ijin Mendirikan Bangunan kepada pemerintah setempat.
18. Ijin Tahapan Kerja : Untuk setiap tahapan pekerjaan yang akan dilaksanakan, Pelaksana wajib
membuat ijin tahapan pekerjaan yang diajukan kepada Direksi pekerjaan dan setelah mendapat
persetujuan Direksi maka pekerjaan baru boleh dilaksanakan.
19. Material dan Mutu Pekerjaan
a. Material yang dipakai dalam pekerjaan-pekerjaan ini diutamakan produksi dalam Negeri yang
memenuhi persyaratan teknis yang ditentukan.
b. Jika Pelaksana mengajukan bahan lain yang akan digunakan selain yang disyaratkan, maka
mutunya minimal harus sama dengan yang disyaratkan, dalam Dokumen Tender, sebelum
pemesanan bahan harus diberitahukan pada direksi pekerjaan yang meliputi jenis, kwalitas
bahan yang dipesan untuk mendapatkan persetujuan.
c. Semua bahan yang dipergunakan untuk melaksanakan setiap jenis pekerjaan harus terdiri dari
kualitas sesuai dengan yang tercantum dalam Rencana Kerja dan Syarat Teknis (Spesifikasi
Teknis) Pekerjaaan. Hasil pekerjaan dan mutu termasuk bahan bahan yang terpakai terlebih
dahulu harus dilaporkan, diterima dan disetujui Direksi pekerjaan sebelum dipergunakan.
d. Untuk bahan-bahan yang mutunya belum diatur dalam peraturan standar maupun ketentuan
dalam Spesifikasi Teknis, harus mendapat persetujuan dari Direksi pekerjaan sebelum
dipergunakan.
e. Untuk bahan-bahan yang mutunya masih berdasarkan standar Internasional, apabila
diperlukan, Direksi pekerjaan dapat meminta Pelaksana untuk menunjukkan sertifikat tes dari
agen, distributor yang menjual atau pabrik yang memproduksi bahan tersebut.
f. Apabila diperlukan, Direksi pekerjaan dapat meminta copy pembelian (faktur) yang dipesan
Pelaksana kepada leveransir atau distributor untuk pembelian bahan-bahan yang akan
dipakai.
g. Sebelum bahan-bahan yang dipesan dikirim ke lokasi proyek, Pelaksana harus menunjukkan
contoh dari bahan bersangkutan kepada Direksi untuk diperiksa dan diteliti mengenai jenis,
mutu, berat, kekuatan dan sifat-sifat penting lainnya dari bahan tersebut.
h. Apabila bahan-bahan yang dikirim ke lokasi proyek ternyata tidak sesuai dengan contoh yang
ditunjukkan, baik dalam hal mutu, jenis, bobot maupun kekuatannya, maka Direksi berwenang
untuk menolak bahan tersebut dan mengharuskan Pelaksana untuk menyingkirkannya dan
diganti dengan bahan-bahan yang sesuai dengan contoh yang telah diperiksa terdahulu.
i. Semua bahan yang disimpan di lokasi proyek harus diletakkan dan dilindungi sedemikian rupa
sehingga tidak akan terjadi kontaminasi atau mengalami proses lainnya yang dapat
mengakibatkan rusaknya atau menurunnya mutu bahan-bahan tersebut.
j. Sesuai dengan ketentuan yang berlaku, Pelaksana dilarang menyimpan bahan-bahan
berbahaya seperti minyak, cairan lainnya yang mudah terbakar, gas dan bahan kimia
sedemikian rupa sehingga keselamatan orang dan keamanan lingkungan sekitarnya dapat
dijamin.
k. Penggunaan bahan-bahan dalam pelaksanaan pekerjaan harus mengikuti pedoman atau
petunjuk dari pabrik yang memproduksinya. Kelalaian dalam hal ini merupakan tanggung
jawab Pelaksana.
l. Direksi pekerjaan dapat menunjuk seorang ahli dalam memeriksa mutu bahan-bahan yang
diajukan oleh Pelaksana, baik di lokasi proyek maupun di gudang leveransir atau dilokasi
pabrik atau produsen. Dalam melaksanakan tugasnya ahli mempunyai wewenang untuk
mewakili Direksi dalam menguji dan menilai bahan-bahan yang diajukan Pelaksana.
21. Cuaca
Pekerjaan harus diberhentikan apabila cuaca tidak mengijinkan yang mengakibatkan penurunan
mutu suatu pekerjaan.
22. Rambu Pengaman
a. Sebelum pelaksanaan pekerjaan dimulai hingga selesainya pekerjaan, Pelaksana harus
memasang Rambu Pengaman pada tempat-tempat yang rawan kecelakaan pada lokasi
pekerjaan maupun terhadap pihak-pihak lain (publik), dan atas persetujuan Direksi pekerjaan.
b. Adapun bentuk Rambu yang dipasang berupa Papan Peringatan, Garis Batas Pekerjaan,
Segitiga Pengaman, atapun tanda tanda visual lain yang bisa mendukung kegiatan tersebut.
c. Adapun isi dari pada dalam bentuk Papan Peringatan dan tanda-tanda perhatian harus atas
persetujuan Direksi pekerjaan.
d. Pada malam hari di tempat-tempat yang berbahaya harus dipasang lampu merah yang cukup
jelas dan terang menurut petunjuk Direksi untuk menghindari terjadinya kecelakaan.
e. Alat-alat dan bahan-bahan yang berada di tepi jalan pada malam hari juga harus diberi lampu
merah atau tanda yang jelas seperti tersebut diatas.
f. Penutupan jalur lintasan secara total tidak dibenarkan, kecuali setelah ada persetujuan tertulis
dari Direksi pekerjaan.
g. Pelaksana harus menjaga agar lalu lintas sekitar area pekerjaan tetap berjalan. Pelaksana
harus menyediakan minimal 2 (dua) orang untuk mengatur lalu lintas tersebut.
h. Penempatan alat-alat dan bahan-bahan diusahakan sedapat mungkin tidak mengganggu lalu
lintas. Bila karena terpaksa, bahan-bahan harus dituangkan di tepi jalan ke tempat yang tidak
mengganggu lalu lintas selambat-lambatnya dalam waktu 1x24 jam sesudah penurunan
bahan-bahan tersebut.
i. Setiap kecelakaan yang ditimbulkan oleh sebab kelalaian Pelaksana, sepenuhnya adalah
tanggung jawab Pelaksana.
40. Penerapan dan mengaplikasikan pola kerja dan mekanismenya sesuai yang tertuang dalam
Rencana Kerja dan Syarat Teknis pekerjaan.
Spesifikasi Standar
Kecuali ditentukan lain dalam spesifikasi atau diijinkan oleh Direksi Pekerjaan secara tertulis semua
bahan-bahan atau barang-barang harus sesuai dengan terbitan terbaru dari J.I.S. yang dapat
digunakan atau British Standard (selanjutnya disebut BS.) atau American Society For Testing And
Materials (selanjutnya disebut ASTM) dan Standar Nasional Indonesia (selanjutnya disebut SNI).
Bahan-bahan lain yang tidak sepenuhnya disebut didalamnya dan untuk mana tidak ada dalam
JIS, ASTM, BS, atau SNI, harus disetujui secara khusus oleh Direksi Pekerjaan.
Pemeriksaan dan Pengujian
o Semua bahan dan barang yang diajukan oleh Pelaksana Pekerjaan untuk digunakan di dalam
pekerjaan ini harus dapat diperiksa, diuji dan dianalisa setiap waktu, jika diminta oleh Direksi
Pekerjaan.
o Jika Direksi Pekerjaan menganggap perlu, maka Pelaksana atas biayanya sendiri harus dapat
melaksanakan pengujian sesuai standard pengujiannya dan menyertakan sertifikat dari pabrik
yang mengeluarkan produksi bahan dan barang/benda yang diminta.
o Dan atas biayanya sendiri, Pelaksana harus menyediakan dan mempersiapkan
bahan-bahan yang akan diuji yang sewaktu-waktu akan diminta.
o Hasil pemeriksaan/pengujian tersebut harus dipelihara dengan baik dan disimpan oleh
Pelaksana dan apabila diminta harus dapat menunjukkan kepada Direksi Pekerjaan setiap
saat.
o Setiap pengujian bahan atau pekerjaan yang telah selesai di lapangan harus disaksikan
Direksi Pekerjaan dan harus dilaksanakan dengan ketentuan-ketentuan yang diminta oleh
Direksi Pekerjaan.
o Semua bahan-bahan yang dipakai dalam proyek/pekerjaan, harus mendapat persetujuan
Direksi Pekerjaan sebelum dipakai/dipasang, meskipun bahan-bahan tersebut telah dinyatakan
dapat diterima pada waktu didatangkan di site.
o Setiap kerugian atau kerusakan yang disebabkan oleh tidak disetujuinya bahan-bahan tersebut
oleh Direksi Pekerjaan menjadi tanggungan Pelaksana.
o Direksi Pekerjaan mempunyai kebebasan untuk menolak salah satu atau semua bahan-bahan
yang tidak sama kualitas dan sifatnya seperti contoh-contoh yang telah disetujui dan Penyedia
Jasa harus segera memindahkan bahan-bahan atau membongkar pekerjaan yang dimaksud
atas tanggungannya.
1. BETON BERTULANG
Persyaratan serta standar-standar mengikuti SNI 03-2847-2002, ACI 318, JIS G 3112 , AWS D 21.1,
ASTM A 615 . Karakteristik beton untuk dermaga sebagai berikut:
a. Kuat tekan beton caping beam, dll adalah menggunakan fc’ 35 MPa atau setara K-400, serta
menggunakan tambahan zat additive silicafume dan superplastitizer.
b. Water cement ratio (W/C) berada pada rentang 0,4 – 0,42.
2. MATERIAL BAJA
a. Baja Tulangan
Setiap jenis baja tulangan yang digunakan untuk penulangan beton harus diproduksi oleh
pabrik baja yang dapat menunjukkan sertifikat standar mutu, sesuai dengan standar yang
diikuti dan harus disetujui oleh Direksi Pekerjaan/Pengawas Lapangan.
Persyaratan baja tulangan mengikuti standar JIS G 3112. Mutu baja tulangan memiliki
karakteristik sebagai berikut:
o Tulangan ϕ< 13mm (polos) : U-24; fy = 2400 kg/cm2; Es = 2,100,000 kg/cm2
o Tulangan D≥ 13mm (deformed) : U-40; fy = 4000 kg/cm2; Es = 2,100,000 kg/cm2
Sertifikat pabrik harus diberikan untuk persyaratan baja tulangan tersebut.
Penyimpanan Baja Tulangan
Baja tulangan tidak diijinkan ditempatkan langsung di atas permukaan tanah. Baja tulangan
harus ditempatkan di atas rak-rak kayu atau di atas lantai semen atau pasir.
Baja tulangan tersebut harus diberi tanda-tanda yang jelas dari berbagai mutu/jenis dan
diameter yang digunakan dan disusun secara terpisah menurut tanda yang telah diberikan,
untuk menghindari kesalahan penggunaannya/tertukar.
Penempatan baja tulangan di udara terbuka untuk jangka waktu lebih dari 1 (satu) bulan
harus dicegah yaitu dengan membangun gudang atau dilindungi dengan tenda/terpal tidak
tembus air.
b. Baut, Paku, dan Mur
Baut mutu tinggi yang digunakan untuk pengangkuran bollard harus dihasilkan pabrik yang
disertai sertifikat standard mutu serta harus mendapat persetujuan dari Direksi
Pekerjaan/Pengawas Lapangan. Untuk baut dan mur direncanakan memenuhi ASTM A.307
dan ASTM A.325, seluruhnya digalvanis.
c. Plat dan Baja Profil
Untuk baja profil, plat baja dan material baja struktural lainnya mengacu kepada JIS G3101
atau ASTM A36 dengan tegangan leleh minimum 2400 kg/cm2.
Jika dianggap perlu, Pengawas Lapangan dapat mengirim sample dari baja tersebut ke
laboratorium yang diakui untuk analisa mekanis dan kimiawi.
Pengangkutan dan penyimpanan profil baja
Dalam pengangkutan profil baja harus diambil langkah-langkah yang tepat untuk melindungi
profil baja menjadi bengkok, cacat cacat permanen.
Pada waktu pemuatan dan pembongkaran profil baja, semua profil baja harus diperlakukan
sedemikian sehingga tidak terjadi pelengkungan-pelengkungan yang besar. Profil baja tidak
boleh ditumpuk lebih dari 3,5 m dan balok- balok penumpunya ditempatkan
diantara lapisan dengan jarak antara sebesar 4,0 m. Ukuran standar balok, kayu penumpu
adalah 10x10 cm2. Dimana ada kemungkinan profil baja melendut, maka harus segera
dilakukan penumpukan/pengaturan kembali.
Pelaksana Pekerjaan harus mendapatkan sertifikat dari pabrik baja yang memprodusirnya dan
sertifikat tersebut harus dapat disetujui Pengawas Lapangan.
3. SEMEN
Jenis semen yang dipakai untuk beton dan adukan dalam pekerjaan ini adalah tipe 1 yang
memenuhi ketentuan dan syarat-syarat dalam SNI 03-2847-2002, atau type lain yang mendapat
persetujuan dari Direksi Pekerjaan. Semen ditambah bahan Additive Silica Fume yang sesuai
dengan JIS R 5210 atau ASTM C 150, terkecuali jika ditentukan lain.
Penggunaan bahan tambahan dan semen jenis lain misalnya yang dapat cepat mengeras, harus
mendapat persetujuan dari Direksi Pekerjaan/Pengawas Lapangan. Jika Pelaksana Pekerjaan
menginginkan, maka P.C. yang cepat mengeras boleh dipakai sebagai pengganti P.C. tahan sulfat
asal mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Pengawas Lapangan/Engineer/Pengawas.
Sertifikat Pengujian dan Lain-Lain
Setiap pengiriman semen harus disertai dengan pengiriman sertifikat dari pabrik yang
menunjukkan bahwa semen tersebut telah diuji dan dianalisa mengenai komposisi kimianya dan
bahwa uji dan analisa tersebut dalam semua hal sesuai dengan persyaratan - persyaratan yang
relevan dengan JIS, BS atau SNI. Setiap pengiriman semen, yang dikirim ke site harus diuji dan
dianalisa menurut persyaratan yang relevan dengan JIS, BS atau SNI. Sample akan dikumpulkan
sebagaimana ditentukan oleh Pengawas Lapangan dan pengujian harus dilaksanakan pada
laboratorium yang telah disetujuinya. Semen yang telah dipakai untuk sample tidak boleh dipakai
pada pekerjaan apapun sebelum uji-cobanya dan analisanya telah selesai dan hasilnya telah
diterima dengan baik oleh Pengawas Lapangan. Sebagai tambahan dari test dan analisa tersebut
diatas, Pengawas Lapangan dapat menguji semen yang telah disimpan di Site sebelum dipakai
untuk menentukan apakah semen yang didatangkan telah rusak selama pengangkutan atau
selama disimpan. Tidak boleh ada semen yang dipakai sebelum diterima dan dinyatakan baik oleh
Pengawas Lapangan. Banyaknya semen untuk test tidak ditentukan dan ongkos pengujiannya
harus dimasukkan dalam bill of quantity untuk masing-masing pekerjaan. Pengawas Lapangan
dapat menolak semen yang didatangkan/yang ada, berdasarkan hasil pengujian yang telah
dilakukan, meskipun semen itu telah mendapat sertifikat pabrik. Semua semen yang telah ditolak
harus segera dipindahkan dari Site, atas biaya Pelaksana Pekerjaan.
Pengangkutan dan Penyimpanan Semen
Umur semen pada waktu pengiriman di lapangan tidak boleh lebih dari 2 (dua) bulan dan harus
digunakan dalam waktu tidak lebih dari 3 (tiga) bulan setelah tiba di lapangan. Pengiriman semen
ke lapangan harus dalam kendaraan tertutup/terlindung dengan baik terhadap cuaca dan harus
disimpan dengan baik didalam gudang-gudang yang mempunyai cukup lubang udara (ventilasi),
tahan terhadap cuaca dan air untuk mencegah kerusakan karena kelembaban udara.
Lantai gudang semen harus terbuat dari kayu dengan tinggi minimum adalah 30 cm diatas tanah
dan diberi ventilasi.
Pengiriman semen harus dapat dipisah-pisahkan dan segera ditempatkan didalam gudang-gudang
tersebut diatas agar dapat dengan mudah diidentifikasikan, diperiksa, ditest, dikontrol
pengeluarannya, dan dipakai pada pelaksanaan sesuai dengan urutan datangnya.
Penumpukan semen dalam kantong/zak tidak boleh lebih dari 13 (tiga belas) tumpukan zak.
Semen dari jenis berbeda, harus disimpan secara terpisah agar dalam penggunaannya tidak
tertukar. Penggunaan semen dalam jumlah yang besar dapat dikerjakan dengan urutan pemakaian.
Semen yang telah menggumpal tidak diperbolehkan untuk digunakan lagi didalam pekerjaan
konstruksi.
Pelaksana Pekerjaan harus menyampaikan laporan mingguan kepada Direksi Pekerjaan/Pengawas
Lapangan mengenai sumber pengadaan, pengiriman, penyimpanan, dan menjelaskan berapa
banyak semen yang diterima dan dikeluarkan, serta penggunaannya pada jenis pekerjaan yang
telah dilakukan selama minggu tersebut.
Pasir dari pecahan batu dapat ditambahkan pada pasir alami untuk memperoleh pasir dengan
gradasi yang memenuhi syarat. Pasir dari pecahan batu saja dapat dipakai hanya atas persetujuan
Pengawas Lapangan.
Pasir laut tidak boleh dipakai sebagai agregat halus untuk semua mutu beton.
Agregat halus harus mempunyai gradasi sedemikian sehingga apabila dicampur dengan agregat
kasar akan menghasilkan beton, dengan kerapatan maksimum.
Pasir dari pecahan batu saja hanya dapat dipakai atas persetujuan Direksi Pekerjaan/Pengawas
Lapangan.
Apabila dari analisa gradasi menunjukkan kekurangan ukuran agregat tertentu yang dapat
mempengaruhi kerapatan beton, Pengawas Lapangan dapat memberi petunjuk kepada Pelaksana
Pekerjaan untuk menambah kekurangan ukuran agregat tertentu tersebut diatas.
Agregat kasar harus terdiri dari butir-butir yang keras dan tidak berpori. Agregat kasar yang
mengandung butir-butir pipih hanya dapat dipakai apabila jumlah berat butir pipih tersebut tidak
melampaui 20% dari berat agregat seluruhnya.
Butir-butir agregat kasar harus bersifat kekal, artinya tidak pecah ataupun hancur oleh
pengaruh-pengaruh cuaca, seperti panas matahari dan hujan.
Agregat kasar tidak boleh mengandung zat yang dapat merusak beton, seperti zat-zat reaktif alkali.
Kekerasan dari butir-butir agregat kasar diperiksa dengan bejana uji dari Rudeloff dengan beban
penguji 20 ton, dimana harus dipenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
o tidak terjadi pembubukan sampai fraksi 9,5-19 mm, lebih dari 24% berat.
tidak terjadi pembubukan sampai fraksi 19-30 mm lebih dari 22% berat.
o Atau dengan mesin pengaus Los Angeles, dimana tidak boleh terjadi kehilangan berat lebih
dari 40%.
Besar butir agregat maximum tidak boleh lebih besar dari seperlima jarak terkecil antara
bidang-bidang samping dari cetakan, sepertiga dari tebal plat atau tiga perempat dari jarak bersih
minimum antara tulangan.
Kerapatan berbagai kelas beton akan ditentukan oleh Pengawas Lapangan setelah dilakukan
pengetesan dilapangan. Kerikil dari batu pecah haruslah keras, tidak lapuk, bersih dan tidak
mengandung clay atau pelapukan batuan. Batuan tersebut harus di pecah untuk mendapat ukuran
yang disyaratkan dengan jenis crusher yang disetujui. Bubuk atau partikel halus lolos saringan 5
mm harus dipisahkan dan kalau dikehendaki Pengawas Lapangan harus dicuci secara seksama.
6. KAYU
Kayu pada spesifikasi ini digunakan sebagai tumpuan penyimpanan balok-balok baja, balok
precast, untuk pembuatan gudang penyimpanan bahan dan peralatan, Direksi keet sementara,
pagar, pembuatan bekisting untuk pengecoran kolom, balok dan pelat. Jenis kayu yang di gunakan
adalah kayu kamper kelas I. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan kayu
khususnya untuk cetakan bekisting antara lain kayu harus berkualitas baik, tua tidak bergetah,
kering udara, tidak pecah serta lurus. Kayu yang digunakan dapat berupa balok, papan tripleks
atau multiplex. Kayu yang digunakan harus bersifat baik dengan ketentuan bahwa segala sifat dan
kekurangan-kekurangan yang berhubungan dengan pemakainya tidak akan merusak atau
mengurangi nilai konstruksi.
Kualitas dan ukuran kayu yang digunakan disesuaikan dengan gambar kerja yang ada. Demikian
pula mutu dan kelas kuat kayu yang apabila tidak ditentukan lain maka harus mengikuti syarat-
syarat dan ketentuan-ketentuan dalam PPKI NI -5.
Kayu ini harus mempunyai kelembaban kurang dari 12 % untuk bahan yang mempunyai
ketebalan, kurang dari 15% untuk ketebalan lebih 25,4 mm (1 inch).
Dihindari adanya cacat-cacat kayu antara lain yang berupa putih kayu, pecah-pecah, mata kayu
melintang.
Syarat- syarat kelembaban kayu yang dipakai harus memenuhi syarat PKKI. Untuk kayu kamper
kelas I kelembabannya tidak dibenarkan melebihi 12%.
Toleransi terhadap ukuran kayu yang tertera pada Gambar Rencana hanya diperkenankan berbeda
tidak lebih dari 3 mm.
7. TIANG PANCANG BAJA
o Tiang pancang pipa baja dibuat dari bahan coil (bukan baja daur ulang) yang harus
mempunyai mutu sesuai standar ASTM A252 grade 2 atau setara dengan sistem "weldable
structural steels" dengan tegangan leleh minimal 240 Mpa dan diproduksi dengan bentuk las
spiral atau memanjang dengan menggunakan mesin las otomatis.
o Untuk memenuhi persyaratan standar ASTM A252 atau setara, toleransi pembuatan harus
sedemikian rupa, sehingga berat sebenarnya dan setiap bagian tidak akan berbeda lebih
Pengujian Radiographi
Pengujian radiographi harus dilaksanakan sesuai dengan ketentuan berikut ini:
o Semua pengelasan yang akan diuji tidak boleh tertutup oleh lapisan perlindungan (uncoated).
o Kalibrasi peralatan pengujian radiographi harus dilakukan setiap 75 (tujuh puluh lima) meter
panjang pengujian las.
o Laporan tertulis dan resmi harus disiapkan dan berisikan data-data hasil pengelasan yang
diterima dan/atau ditolak atau hampir ditolak dengan indikasi sebagai berikut :
- Nomor tiang pancang
- Lokasi sepajang as-pengelasan (weld axis) dan panjang pengelasan.
- Lokasi pada potongan melintang pengelasan dan lebar las. Sketsa harus dibuat, untuk
menjelaskan hal tersebut.
- Jenis peraturan uji radiographi yang dipakai.
Pemeriksaan Produk Pipa Baja
Pipa baja yang dibentuk dari pengelasan longitudinal (memanjang) harus merupakan pengelasan
penuh dan pelat memanjang harus dipakai mulai dari pemulaan sampai dengan selesai pengelasan
untuk meyakinkan ketebalan yang penuh dan rata.
Seluruh panjang pengelasan harus diperiksa secara visual. Sebagai tambahan sambungan las pipa
baja harus diperiksa secara acak dengan pengujian radiographi. Frekuensi pemeriksaan harus
dilakukan minimal 1 (satu) spot check (panjang ± 300 mm) untuk setiap 6 (enam) meter panjang
pipa baja, pada lokasi yang ditentukan oleh Direksi Pekerjaan/Konsultan Pengawas.
Pelaksana harus membuktikan kepada Direksi Pekerjaan/ Konsultan Pengawas bahwa semua hasil
pengelasan berkualitas prima. Bila hasil dari setiap pengujian tidak sesuai dengan persyaratan
maka harus dilakukan pengujian dengan 2 (dua) spesimen tambahan dengan panjang yang sama.
Dalam hal kegagalan salah satu atau kedua-duanya dari pengujian tambahan ini, maka tiang
pancang yang dilakukan pengujian ini harus ditolak.
Penumpukan Tiang Pancang Baja
Tiang pancang baja harus sedemikian ditopang sehingga tidak merusak lapisan pelindung.
Pengikat dari baja, tali dan rantai yang dipakai untuk mengangkat komponen-komponen baja yang
telah dilapisi pelindung harus diberi alas lembaran karet atau sejenisnya agar tidak melukai
lapisan pelindung. Tiang pancang baja jangan saling ditumpuk dengan kontak permukaan masing-
masing.
Pabrikasi Tiang Pancang Di Lapangan
Bila perpanjangan tiang pancang harus dibuat dilapangan, maka semua prosedur pengujian dan
toleransi dimensi harus sesuai dengan pasal yang relevan pada spesifikasi ini.
9. TYPE BOLLARD
Material bollard dan utilitasnya harus memenuhi spesifikasi JIS G5101, JIS G 3101, dan ASTM A48.
Tipe Bollard yang digunakan berkapasitas sebesar 50 ton dengan dimensi dan bentuk bollard
adalah seperti tertera dalam gambar rencana.
Bollard dan seluruh aksesorisnya yang berupa logam exposed harus dilindungi terhadap korosi
dengan marine painting dengan standar yang diakui secara internasional.
Baut angkur untuk bollard harus terbuat dari baja minimal ASTM A-325, BS-3692 grade 8.8 (min.
BJTS40) menggunakan mild steel washer plate. Lokasi pemasangan angkur harus mendapat
persetujuan dari Konsultan Pengawas.
Pengendalian Volume
Pengendalian Operasi Alat Pengangkut dan Pemancang
Pengendalian Pekerjaan Pemancangan
Pengendalian Pekerjaan Beton Bertulang
Pengendalian Mutu
PEKERJAAN PEMBONGKARAN DERMAGA EKSISTING
Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan, alat-alat dan pengangkutan yang
dibutuhkan untuk menyelesaikan semua “pekerjaan pembongkaran beton dermaga eksisting dan
pemotongan tiang pancang eksisting”, seperti tertera pada gambar rencana.
1. Pembongkaran Beton Dermaga Eksisting
Lingkup Pekerjaan
Persyaratan ini mencakup semua Pekerjaan pembongkaran beton dermaga eksisting. Pekerjaan
pembongkaran beton dermaga eksisting harus memenuhi syarat-syarat seperti yang ditentukan
dalam gambar. Batas-batas daerah pembongkaran seperti terlihat pada gambar, tetapi dengan
pertimbangan dan persetujuan Konsultan Pengawas dan Direksi Pekerjaan. Pembongkaran
dilakukan pada segmen dermaga eksisting di Pelabuhan Fakfak.
Batas-batas daerah pembongkaran
Batas-batas daerah pembongkaran seperti terlihat pada gambar, tetapi dengan pertimbangan dan
persetujuan Konsultan Pengawas dan Direksi Pekerjaan. Pembongkaran dilakukan pada segmen
dermaga eksisting di Pelabuhan Fakfak
Mekanisme pembongkaran beton dermaga eksisting
4 (Empat) minggu sebelum memulai setiap pekerjaan pembongkaran, Pelaksana Pekerjaan harus
menyampaikan kepada Konsultan Pengawas dan Direksi Pekerjaan mengenai metode / cara-cara
pekerjaan pembongkaran secara rinci untuk persetujuannya. Penyampaian tersebut harus disertai
rencana peralatan, prosedur pembongkaran, bentuk
dan ukuran bagian-bagian yang akan dibuang,
prosedur pembuangan, cara yang diusulkan untuk
menjaga kepentingan Direksi Pekerjaan dimana
diminta dan harus meliputi rincian sepenuhnya,
termasuk perhitungan dari pekerjaan sementara
yang manapun. Pembongkaran dilakukan terhadap
elemen struktur dermaga berupa Tiang pancang
beton diatas seabed, poer/pile cap beton, balok dan
pelat dermaga yang selanjutnya berpotensi
mengganggu proses pembangunan dermaga.
Bahan-bahan bekas bongkaran harus dibuang dengan cepat, pada lokasi yang ditentukan dan
disetujui Konsultan Pengawas dan Direksi Pekerjaan. Bahan-bahan bekas bongkaran atau bahan-
bahan lain apapun tidak diperkenankan dibuang/jatuh ke laut yang mengganggu alur pelayaran
dan kolam pelabuhan. Bila ada yang demikian harus segera dicari dan diambil. Hasil bongkaran
yang masih dapat dimanfaatkan antara lain besi, fender, bollard, dan tiang lampu harus diserahkan
kepada pemberi pekerjaan dan dibuatkan Berita Acara Serah Terima.
Tindakan Berhati-Hati dan Keamanan dalam Pembongkaran
- Setiap tindakan pembongkaran harus hati-hati untuk menghindarkan kerusakan-kerusakan
pada struktur dermaga/talud didekatnya sehingga tidak mengalami kerusakan.
- Pembongkaran dapat dilakukan dengan memperhitungkan keselamatan pekerjaan dan
keselamatan pelayaran, dimana hasil bongkaran harus dibuang ke lokasi yang tidak
mengganggu keselamatan pelayaran (kolam pelabuhan dan alur pelayaran).
- Pembongkaran agar meminimalisir penggunaan bahan peledak yang berpotensi merusak
lingkungan di sekitar proyek.
- Segala kerusakan struktur/bangunan disekitar proyek yang diakibatkan oleh proses
pembongkaran secara langsung menjadi tanggung jawab Pelaksana Pekerjaan.
- Prosedur yang dipakai dan batas keamanan harus sesuai dan mengacu pada rekomendasi
dalam BS 6187 : 1982 tentang “Demolition”.
- Pengamanan harus mengikuti Syarat-syarat Umum Kontrak yang dinyatakan dalam Dokumen
Kontrak.
Bahan-Bahan Yang Timbul Dari Pembongkaran
- Bahan-bahan bekas bongkaran harus dibuang dengan cepat, pada lokasi yang ditentukan dan
disetujui Konsultan Pengawas dan Direksi Pekerjaan.
- Bahan-bahan bekas bongkaran atau bahan-bahan lain apapun tidak diperkenankan
dibuang/jatuh ke laut yang mengganggu alur pelayaran dan kolam pelabuhan.
- Bila ada yang demikian harus segera dicari dan diambil.
- Hasil bongkaran yang masih dapat dimanfaatkan antara lain besi, fender, bollard, dan tiang
lampu harus diserahkan kepada pemberi pekerjaan dan dibuatkan Berita Acara Serah Terima.
Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan, alat-alat dan pengangkutan yang
dibutuhkan untuk menyelesaikan semua “pekerjaan pembongkaran beton dermaga eksisting dan
pemotongan tiang pancang eksisting”, seperti tertera pada gambar rencana.
Lingkup Pekerjaan
Persyaratan ini mencakup semua Pekerjaan tiang pancang. Pekerjaan tiang pancang harus memenuhi
syarat-syarat seperti yang telah ditentukan serta persetujuan Konsultan Pengawas dan Direksi
Pekerjaan. Pemancangan dilakukan di Pelabuhan Fakfak.
1. Penyediaan Tiang Pancang
Pelaksana Pekerjaan harus menyediakan tiang pancang yang sesuai dengan Gambar dan
ketentuan-ketentuan ini di lapangan sebelum pekerjaan pemancangan dimulai. Setiap tiang
pancang harus disetujui oleh Pengawas Lapangan sebelum digunakan untuk pemancangan. Tiang
pancang yang tidak memenuhi syarat harus dikeluarkan dari lokasi pekerjaan atas tanggungan
Pelaksana Pekerjaan.
Pelaksana Pekerjaan diharuskan menyerahkan
sertifikat tiang pancang dari pabrik pembuat
kepada Pengawas Lapangan sebagai
pertanggungan jawab kualitas bahan.
Pelaksana Pekerjaan diharuskan melindungi
semua tiang pancang terhadap kemungkinan
kerusakan yang terjadi selama tiang tersebut
dalam penyimpanan di lapangan dengan cara
yang disetujui oleh Pengawas Lapangan.
14. Jaminan
Pelaksana Pekerjaan harus menjamin bahwa semua kerusakan kerusakan yang diakibatkan proses
pemancangan akan diperbaiki atau diganti atas biaya Pelaksana Pekerjaan sepenuhnya.
PEKERJAAN BETON
pencampuran dan pengadukan pengangkutan dan perawatan sampai penyelesaian pekerjaan ini.
Konstruksi beton yang terbentuk harus memenuhi syarat menurut bentuk, dimensi dan volume
seperti yang tercantum dalam gambar rencana atau menurut petunjuk Direksi Pekerjaan /
Pengawas Lapangan.
Secara umum semua pekerjaan beton bertulang dalam pelaksanaannya harus memenuhi
persyaratan-persyaratan yang termuat dalam SNI 03-2847-02 dan ASTM baik mengenai material
koral/split, pasir, semen, baja maupun tata cara pelaksanaannya.
d. Selimut Beton
Jarak minimum untuk selimut beton adalah seperti sebagai berikut:
Tabel 2 Jarak Selimut Beton Minimum untuk Bangunan Laut
Selimut beton minimum (mm)
Deskripsi
atas samping Bawah
Pile cap 100 100 100
e. Penulangan
Pekerjaan penulangan untuk beton ini termasuk dari mendatangkan, menyimpan, menyiapkan
dan memasang tulangan untuk beton harus mengikuti spesifikasi ini dan gambar rencana atau
petunjuk Direksi Pekerjaan/Pengawas Lapangan. Bahan yang digunakan adalah bahan
standard JIS G 3112. Mutu baja tulangan memiliki karakteristik sebagai berikut
o Tulangan ϕ< 13mm (polos) : U-24; fy = 2400 kg/cm2; Es = 2,100,000 kg/cm2
o Tulangan D≥ 13mm (deformed) : U-40; fy = 4000 kg/cm2; Es = 2,100,000 kg/cm2
Gambar Kerja
Gambar-gambar kerja, daftar pembengkokan tulangan dan gambar-gambar penempatan
tulangan harus disiapkan oleh Pelaksana Pekerjaan dan disampaikan sebelum pelaksanaan
pekerjaan kepada Direksi Pekerjaan/Pengawas Lapangan untuk mendapat persetujuannya.
Detail detail mengenai ini harus sesuai dengan persyaratan-persyaratan dari SNI.
Persetujuan yang telah diberikan oleh Direksi Pekerjaan/Pengawas Lapangan tidak
membebaskan Pelaksana Pekerjaan dari tanggung jawabnya mengenai ketelitian dan/atau
kelengkapan pekerjaan detail.
Penyiapan Penulangan
Sebelum mendatangkan baja tulangan, seluruh daftar diameter dan daftar bengkokan baja
tulangan harus disiapkan oleh Pelaksana Pekerjaan dan diminta persetujuan kepada Direksi
Pekerjaan/Pengawas Lapangan, dan tidak ada bahan yang boleh didatangkan atau dikerjakan
sebelum daftar baja tulangan disetujui oleh Direksi Pekerjaan/Pengawas Lapangan.
Teknik pelaksanaan
1) Pembengkokan
Cara pembengkokan tulangan harus mengikuti SNI 03-2847-2002 kecuali ditentukan lain.
Tulangan tidak boleh dibengkokkan bila telah ditempatkan di pekerjaan, meskipun
tulangan tersebut sebagian ditempatkan pada beton yang telah mengeras, kecuali
ditentukan lain oleh Direksi Pekerjaan/Pengawas Lapangan.
Baja tulangan hendaknya dipotong, dibengkokkan atau diluruskan secara hati-hati.
Terutama pada baja tulangan dengan sifat yang getas (hard grade) tidak diperbolehkan
untuk membengkokan dua kali. Pemanasan baja tulangan tidak diijinkan, kecuali Direksi
Pekerjaan/Pengawas Lapangan menentukan lain, itupun harus dilaksanakan dengan
temperatur yang serendah mungkin dan dalam daerah yang seminimal mungkin.
Bila radius pembengkokan tidak disebutkan nyata pada gambar rencana, maka
pembengkokan besi tulangan harus paling sedikit 4 kali diameter dari batang yang
bersangkutan (untuk tulangan yang lebih kecil daripada D10) atau 6 kali diameter
tulangan yang bersangkutan (untuk tulangan D10 hingga D25) atau 8 kali diameter
tulangan (untuk tulangan D-29, D-32, dan D-36) atau 10 kali diameter tulangan (untuk D-
44 dan D-56).
2) Penempatan
Tulangan harus diletakkan dengan teliti dengan menggunakan ganjal-ganjal (beton
decking) dan dudukan-dudukan yang diikat erat kepadanya.
Batang-batang tulangan yang harus saling berhubungan, harus diikat dengan kawat baja
pengikat sebagaimana ditentukan.
Macam ganjal dan dudukan yang dipakai harus mendapat persetujuan Direksi
Pekerjaan/Pengawas Lapangan dan setiap bagian dari ganjal metal atau dudukan harus
sedikitnya mempunyai beton decking (cover) yang sama dengan tulangan.
Bagaimanapun, tulangan tidak boleh didudukan pada bahan metal, atau tulangan duduk
langsung pada bekisting yang akan menyebabkan bagian tulangan nanti langsung
berhubungan dengan udara luar.
Tulangan juga tidak boleh duduk pada kayu atau pertikel koral/agregat. Ganjal dari mortar
harus sama kekuatannya dengan beton yang akan dicor.
Kawat baja pengikat tidak boleh keluar dari beton. Sebelum dimulainya pengecoran maka
Direksi Pekerjaan / Pengawas Lapangan harus diberitahukan dan diberikan waktu yang
cukup untuk melakukan pemeriksaan penempatan tulangan.
3) Penyambungan
Sebaiknya tulangan tidak disambung pada seluruh panjang yang dibutuhkannya.
Sambungan yang dilakukan harus sesuai dengan dan pada tempat yang tertera pada
gambar rencana, kecuali atas ijin dan persetujuan Direksi Pekerjaan / Pengawas Lapangan.
Sambungan tidak dibolehkan pada tempat dengan tegangan maksimum dan sedapat
mungkin diselang seling, sehingga sambungan tidak semuanya/sebagian besar terjadi di
suatu tempat.
Panjang sambungan harus sesuai dengan persyaratan SNI 03-2847-02 kecuali jika
ditentukan lain dalam gambar.
Bila ruangan memungkinkan, pada sambungan dimana batang-batang saling melalui
(overlapping) diganjal dengan potongan - potongan tulangan agar tidak saling menempel,
dan kemudian harus diikat kuat minimum di dua tempat tiap sambungan. Panjang
sambungan harus seperti yang diterakan pada gambar rencana.
Bila tidak ditentukan dalam gambar rencana, maka panjang sambungan overlapping harus
dihitung sesuai SNI 03-2847-02 Pasal 14.
Penyambungan tulangan beton dengan cara pengelasan tidak dibenarkan kecuali telah
ditentukan pada gambar rencana atau ada perintah tertulis dari Direksi
Pekerjaan/Pengawas Lapangan. Cara pengelasan mengikuti ketentuan yang berlaku.
Sebelum pelaksanaan pengecoran, penulangan akan diperiksa mengenai ketepatan
penempatan dan kebersihannya dan kalau perlu harus dibetulkan.
Tulangan-tulangan yang menonjol dan pekerjaan sedang berlangsung atau selesai
dikerjakan tidak boleh dibengkokkan atau rusak dengan jalan mengikatnya pada
penyangga atau tumpuan-tumpuan lain.
Tulangan yang menonjol dalam arah horisontal pada siar-siar konstruksi harus ditumpu
dalam posisi yang benar selama pengecoran dengan menyediakan penyangga yang cukup
dan bagian-bagian pembuat jarak di mana tulangan akan diikatkan dan ditahan
ditempatnya.
Penutup beton untuk tulangan harus seperti yang tertera pada gambar. Toleransi yang
diijinkan adalah ± 4 mm.
Beton tidak boleh dicor sebelum penulangan diperiksa dan ijin pengecoran diberikan oleh
Direksi Pekerjaan/Pengawas Lapangan.
2. Bekisting Beton
a. Desain Konstruksi Bekisting
Bekisting beton adalah konstruksi cetakan yang terbuat dari kayu lapis atau baja digunakan
untuk membentuk beton muda agar jika telah mengeras dapat memberi bentuk seperti yang
tertera dalam gambar rencana.
Pelaksana Pekerjaan harus menyerahkan rencana konstruksi bekisting kepada Direksi
Pekerjaan/Pengawas Lapangan untuk memperoleh persetujuan sebelum ijin pengecoran beton
diberikan.
Meskipun rencana konstruksi bekisting telah disetujui Direksi Pekerjaan/Pengawas Lapangan,
Pelaksana Pekerjaan tetap bertanggung jawab terhadap pekerjaan perancah dan bekisting.
Konstruksi bekisting harus cukup kuat untuk menahan beban mati dan beban hidup yang
bekerja, tekanan beton dalam keadaan basah, getaran-getaran, tanpa mengalami distorsi.
Konstruksi bekisting harus memenuhi persyaratan SNI 03-2847-02 Pasal 8.
Bekisting dibawah muka air tinggi, harus kedap air dan dapat menahan beban-beban akibat
pengaruh pasang surut dan gelombang.
b. Bahan-bahan
Penggunaan semua bahan bangunan untuk bekisting, termasuk oli, minyak bekisting atau
coating harus mendapat persetujuan Direksi Pekerjaan/Konsultan Pengawas. Bahan bahan
bekisting tersebut harus rata dan bebas dari cacat cacat pada sisi yang akan berhubungan
dengan beton.
Bahan-bahan lain untuk bekisting dan pelaksanaannya akan menjadi tanggung jawab
Pelaksana Pekerjaan Pelaksana, yang harus mendapat persetujuan Direksi Pekerjaan/
Konsultan Pengawas.
Klem untuk bekisting merupakan batang baja pengikat yang kualitasnya memadai.
c. Pengerjaan bekisting
Sebelum dipasang, Pelaksana Pekerjaan Pelaksana harus menunjukkan kepada Direksi
Pekerjaan/Konsultan Pengawas bahwa persyaratan-persyaratan untuk pembuatan bekisting
sudah sesuai dengan rencana.
Panel-panel bekisting atau papan-papan penutup untuk beton exposed harus dipasang
menurut cara yang dapat diterima oleh Direksi Pekerjaan/Konsultan Pengawas.
Semua sambungan pada bekisting harus rapat untuk mencegah kebocoran adukan dan
terbentuknya bekas sambungan dan sarang-sarang agregat pada permukaan beton.
Lubang untuk kontrol bagian dalam bekisting dan untuk membuang air yang digunakan untuk
pembersih harus dengan mudah ditutup kembali sebelum pengecoran.
Baja yang dibuat secara khusus untuk dipergunakan sebagai tie rod atau sebagai alat pengatur
jarak (internal spacer) yang telah disetujui, harus ditempatkan pada tempat-tempat yang telah
ditetapkan sedemikian rupa sehingga mudah diangkat baik seluruhnya maupun sebagian, jika
bekisting dibuka dan lubang-lubang yang ada harus diisi dengan spesi dan harus ditutup
dengan baik.
Bekisting untuk balok dan pelat harus dibuat sedemikian sehingga bekisting pada sisi balok
dan penyangga bekisting pelat dapat dilepas tanpa mengganggu penyangga bekisting baloknya.
Seluruh pipa-pipa, baut-baut, pekerjaan-pekerjaan besi dan hal-hal lain yang harus
ditanamkan didalam beton atau menembus beton, harus ditempatkan dengan teliti didalam
bekisting, harus dipotong dengan baik dan disesuaikan dengan sambungan-sambungan dan
harus dibuat kedap air dimana perlu, untuk mencegah keluarnya adukan.
Demikian pula perlengkapan-perlengkapan (alat-alat lain untuk membuat lubang, kantong,
alur-alur dan lain-lain) harus ditempatkan pada bekisting sebelum beton yang basah mencapai
tempatnya.
Bagian dalam dari bekisting harus dibuat atau
dikerjakan sedemikian rupa sehingga mengurangi
melekatnya beton.
Jika dipakai minyak atau bahan-bahan serupa,
maka harus diusahakan agar tidak mengenai
tulangan.
Jika tidak mempergunakan kayu yang telah
direndam air, maka bekisting harus dibasahi
seluruhnya sebelum dimulai pengecoran.
Sebelum pengecoran beton dimulai, semua
bekisting harus disemprot dengan udara sampai bersih untuk menghilangkan kotoran-
kotoran, serutan-serutan, kotoran-kotoran gergaji dan sampah-sampah lain dan semua
bekisting harus diperiksa dan disetujui oleh Direksi Pekerjaan/Konsultan Pengawas, sebelum
beton dicor.
Udara yang dipompakan harus bebas dari minyak atau bahan apa saja dan harus diyakinkan
kemurniannya dan disaksikan dan dihadiri Direksi Pekerjaan/Konsultan Pengawas sebelum
pelaksanaan pengecoran.
d. Pembukaan Bekisting
Bekisting tidak boleh dibuka tanpa persetujuan Direksi Pekerjaan/Konsultan Pengawas, tapi
ijin ini tidak berarti bahwa Pelaksana Pekerjaan Pelaksana dibebaskan dari tanggung jawab
terhadap kekuatan dan keamanan konstruksi.
Pembukaan bekisting harus dilaksanakan dengan hati-hati untuk menghindarkan kerusakan
pada beton. Sebelum penyangga bekisting dilepas beton akan diperiksa dengan membuka
bekisting sisi atau dengan salah satu cara lain seperti yang diminta oleh Direksi
Pekerjaan/Konsultan Pengawas. Hal ini dilakukan untuk meyakinkan bahwa beton telah
mengeras.
Pembukaan bekisting harus dibongkar dengan cara sedemikian rupa agar tidak mengurangi
keamanan dan kemampuan layan struktur. Beton yang akan terpapar dengan adanya
pembongkaran bekisting harus memiliki kekuatan cukup yang tidak akan rusak oleh
pelaksanaan pembongkaran.
Bekisting-bekisting samping dari balok, kepala tiang dan pelat yang tidak menahan beban,
dapat dibuka setalah 3 x 24 jam setelah selesai pengecoran, asal betonnya sudah cukup kuat
dan tidak akan rusak dan persiapan-persiapan yang cukup untuk pengeringan telah dilakukan.
Bekisting-bekisting yang menahan beban dapat dibuka jika contoh beton yang telah
dikeringkan di tempat dengan membuka bekisting sisi atau dengan salah satu cara lain seperti
yang diminta oleh Direksi Pekerjaan/Konsultan Pengawas. Hal ini dilakukan untuk
meyakinkan bahwa beton telah mengeras.
Bekisting-bekisting yang menahan beban dapat dibuka jika contoh beton yang telah
dikeringkan di tempat pekerjaan dalam keadaan yang sama dengan keadaan sebenarnya,
mempunyai kekuatan yang cukup untuk menahan beban yang harus dipikul selama atau
setelah bekisting dibongkar dan bila Direksi Pekerjaan/Konsultan Pengawas telah
menganggap bahwa syarat-syarat yang diminta yang dinyatakan dalam pasal-pasal yang
berhubungan dengan ini telah dipenuhi.
Pembukaan bekisting dan konstruksi penyangganya harus dilaksanakan bertahap tanpa
menimbulkan gangguan pada beton. Pelaksanaannya harus diawasi oleh Pengawas
(Supervisor) yang kompeten.
Untuk beton yang tidak dibuat benda uji, penyangganya hanya dapat dibongkar setelah beton
berusia sekurang-kurangnya 21 hari. Waktu pembukaan bekisting yang dibutuhkan, dapat
berbeda-beda tergantung dari keadaan cuaca dan secara umum sesuai dengan standar SNI.
Khusus pada pekerjaan ini, jika tidak ditentukan lain oleh Direksi Pekerjaan/Konsultan
Pengawas bekisting untuk pelat lantai dermaga akan menggunakan pelat-pelat precast seperti
yang tertera pada gambar rencana.
Konstruksi beton tidak boleh diberi beban atau tekanan sebelum mendapat ijin dari Direksi
Pekerjaan/Konsultan Pengawas. Pekerjaan akan diperiksa oleh Direksi Pekerjaan/Konsultan
Pengawas setelah bekisting dibuka dan sebelum dilakukan perbaikan-perbaikan atas cacat-
cacat pada pekerjaan beton tersebut.
e. Waktu Pembukaan Bekisting
Waktu pembukaan bekisting untuk beton cast in situ yang bukan precast mengikuti ketentuan
berikut:
1) Dinding balok-balok 7 hari
2) Penunjang balok (penyangga) 28 hari
Waktu pembongkaran bekisting minimum untuk beton yang menggunakan semen Portland
yang mengandung bahan pengeras cepat adalah separuh dari waktu yang tertulis dalam
keterangan diatas.
Dalam hal penggunaan semen seperti tersebut diatas mendapat persetujuan Direksi Pekerjaan.
Konstruksi beton tidak boleh diberi beban atau tekanan sebelum mendapat ijin dari Direksi
Pekerjaan.
Pekerjaan akan diperiksa oleh Direksi Pekerjaan setelah bekisting dibuka dan sebelum
dilakukan perbaikan perbaikan atas pekerjaan tersebut.
p. Pemadatan
Selama dan sesudah pengecoran, beton harus dipadatkan dengan alat-alat pemadat (internal
atau external vibrators) mekanis, kecuali bila Direksi Pekerjaan / Pengawas Lapangan
mengijinkan cara pemadatan secara manual.
Cara pemadatan dengan cara manual terdiri dari memukul-mukul bekisting dari sebelah luar,
merojok dan menusuk-nusuk adukan beton secara kontinyu.
Ketelitian dalam hal ini sangat perlu diperhatikan agar semua sudut-sudut terisi, sela-sela
diantara tulangan dan sekeliling tulangan terpenuhi tanpa menggeser kedudukan tulangan
tersebut agar permukaan menjadi rata dan halus, mengeluarkan gelembung-gelembung udara
dan mengisi semua rongga.
Harus juga diperhatikan agar penggetaran/pemadatan tidak terlalu lama dikerjakan yang
dapat mengakibatkan pemisahan bahan-bahan (segregation).
Tenaga yang mengerjakan pekerjaan ini harus telah berpengalaman dan pekerjaan pemadatan
dilaksanakan sesuai dengan petunjuk Direksi Pekerjaan / Pengawas Lapangan.
1) External Vibrator
Alat pemadat mekanis yang digunakan harus mampu menghasilkan getaran
sekurang-kurangnya 5.000 getaran per menit dan berat efektif sebesar 0,25 kg.
External vibrator harus diletakkan sedemikian pada bekisting sehingga akan menghasilkan
getaran-getaran mendatar. Bila lebih dari satu alat yang digunakan jaraknya harus diatur
sedemikian sehingga tidak menyebabkan peredaman getaran alat yang satu terhadap
lainnya.
Pada beton pracetak, dapat dibuat satu meja getar dari konstruksi yang disetujui oleh
Direksi Pekerjaan/Pengawas Lapangan dan dipakai alat penggetar yang dapat
menghasilkan sekurang-kurangnya 5.000
getaran per menit.
Untuk lantai beton atau pelat-pelat beton
pemakaian external vibrator yang diletakan
dibekisting harus atas ijin Direksi
Pekerjaan / Pengawas Lapangan.
2) Internal Vibrator
Internal vibrator digunakan dengan cara
memasukkan alat pulsator atau penggetar mekanis ke dalam adukan beton yang baru di
cor. Alat tersebut harus paling tidak memberikan 5.000 getaran per menit bila dimasukan
kedalam adukan beton yang akan memberikan daerah yang ikut bergetar pada radius tidak
kurang dari 45 cm.
Alat itu harus dimasukkan ke dalam adukan beton searah dengan sumbu memanjangnya,
sedalam menurut perkiraan bahwa beton itu secara keseluruhan tingginya telah
dipadatkan, kemudian ditarik keluar perlahan-lahan dimasukkan lagi pada posisi
selanjutnya.
Alat ini tidak boleh dibiarkan di suatu tempat lebih lama dari 30 detik karena akan
menyebabkan segregasi material dalam beton dan alat ini ditempatkan pada posisi yang
tidak lebih jauh dari 45 cm kedalaman beton yang sedang dilakukan pengecoran. Internal
vibrator tidak diperbolehkan untuk mendorong beton kesamping dan tidak boleh
menumpu pada tulangan.
3) Jumlah Vibrator Yang Digunakan
Jumlah minimum banyaknya internal vibrator untuk memadatkan beton akan diberikan
dibawah ini. Bila digunakan alat ini, maka cara dan jumlahnya akan ditentukan oleh
Pengawas Lapangan.
Jumlah Minimum Internal Vibrator
Kecepatan mengecor beton Jumlah alat
4 m3 beton/jam 2
8 m3 beton/jam 3
12 m3 beton/jam 4
16 m3 beton/jam 5
20 m3 beton/jam 6
Dianjurkan untuk menyediakan alat internal vibrator secukupnya agar apabila terjadi
kerusakan alat, pekerjaan tidak tertunda.
q. Pengecoran Beton di Dalam Air
Bila ditentukan pada gambar rencana atau atas dasar petunjuk Direksi Pekerjaan / Pengawas
Lapangan, cara pengecoran, peralatan dan bahan yang akan digunakan untuk keperluan
tersebut harus terlebih dahulu diketahui dan disetujui oleh Direksi Pekerjaan / Pengawas
Lapangan sebelum pekerjaan itu dimulai.
Konstruksi bekisting kedap air harus digunakan, sedemikian sehingga dapat mencegah arus air
yang mengganggu proses pengeringan dan pelekatan beton muda dengan tulangan. Selama
pengerjaan pengecoran, sampai saatnya beton mengeras, yaitu paling sedikit 48 jam sesudah
pengecoran, pemompaan tidak diperbolehkan.
Beton harus dicor secara kontinyu, bagian atas harus diusahakan selalu datar sampai dicapai
ketinggian yang disyaratkan atau paling tidak sampai lebih tinggi dari permukaan air. Cara
pengecoran yang kontinyu dimaksud agar dapat dicapai homogenitas beton secara
keseluruhan untuk menjamin sifat kedap air.
Penyambungan pengecoran, setelah beton yang dicor terdahulu mengeras, harus mendapat
perhatian khusus sehubungan dengan sifat kedap air tersebut.
Beton harus dicor dengan alat tremie atau drop-bottom-bucket, yang bentuk dan tipenya
memang khusus dipergunakan bagi keperluan tersebut dan telah disetujui Direksi
Pekerjaan/Pengawas Lapangan Tremie harus rapat air, dan cukup besar untuk memungkinkan
pengaliran beton dengan lancar.
Tremie harus selalu penuh pada saat pengecoran, bila pengaliran terhenti maka tremie harus
dicabut dan diisi penuh terlebih dahulu sebelum dimulai pengecoran lagi.
Dalam keadaan apapun dan dengan alat manapun tidak diperbolehkan adukan beton jatuh
atau melewati air. Baik tremie atau drop-bottom-bucket harus mengeluarkan adukan beton di
bawah permukaan beton muda yang sudah lebih dahulu di cor.
Jika ternyata pada saat laut pasang, deburan air laut sampai masuk ke bekisting dan tulangan
basah terkena air laut, maka sebelum pengecoran tulangan tersebut harus disemprot terlebih
dahulu dengan air bersih (tawar), agar kemungkinan korosi dapat dihindarkan/dikurangi.
r. Pengecoran pada daerah padang surut
Jika pengecoran harus dilakukan dalam daerah pasang surut, Pelaksana Pekerjaan harus
menjamin bahwa besi bebas karat dan dicuci bersih dengan air, dikeringkan, bebas dari
cetakan sebelum beton dicor.
Beton harus dicor dan dipadatkan sebelum air laut naik sampai ketinggian beton yang telah
dicor. Tidak boleh ada gangguan pada beton setelah air asin berhubungan. Permukaan atas
beton harus ditutup setelah pengerasan awal terjadi, untuk melindunginya terhadap gerakan
air jika resiko seperti ini terjadi.
Pelaksana Pekerjaan harus menyerahkan kepada Direksi Pekerjaan/Pengawas Lapangan untuk
disetujui, rincian lengkap dari cara yang diusulkannya untuk memastikan kesesuaiannya
dengan ketentuan yang terdahulu. Jika Direksi Pekerjaan/Pengawas Lapangan tidak
menyetujui usulan Pelaksana Pekerjaan maka Direksi Pekerjaan/Pengawas Lapangan dapat
memintanya untuk melakukan pembetonan dalam batas pasang surut sesuai dengan cara
untuk pengecoran bawah air seperti diuraikan dalam pasal-pasal yang berikut. Setiap
pengeluaran tambahan harus dipikul oleh Pelaksana Pekerjaan. Pembetonan menurut Bab ini
tidak boleh dilaksanakan kecuali dengan persetujuan tertulis dari Direksi Pekerjaan/Pengawas
Lapangan.
s. Spesi Beton
Campuran spesi harus dibuat dari semen Portland biasa dan pasir yang disetujui dan harus
diaduk dengan perbandingan yang ditentukan berdasarkan perbandingan campuran semen
dalam satu meter kubik spesi.
Semen Portland yang mengeras dengan cepat, dipakai pada pekerjaan spesi untuk
perlindungan tiang terhadap karat.
Banyaknya air yang dipakai dalam campuran harus disetujui oleh Direksi Pekerjaan/Pengawas
Lapangan dan merupakan kebutuhan minimum untuk suatu pekerjaan/maksud tertentu.
t. Sambungan Pengecoran
Untuk rencana pekerjaan pengecoran, Pelaksana Pekerjaan harus mengajukan gambar rencana
letak sambungan pengecoran kepada Direksi Pekerjaan/Pengawas Lapangan untuk mendapat
persetujuan.
Apabila sambungan pengecoran harus dibuat diluar yang ditunjukkan dalam gambar, karena
kerusakan mesin pengaduk beton atau keadaan yang tidak diduga, harus dibuat pengakhiran
sedemikian sehingga arahnya tegak lurus arah tegangan-tegangan utama.
Apabila letaknya berdekatan dengan tumpuan atau lokasi lain yang tidak dikehendaki Pemberi
Tugas/Pengawas Lapangan maka pengecoran harus dihentikan dan beton baru tersebut harus
dibongkar sampai tempat yang dianggap baik.
Permukaan beton didaerah sambungan dan sudah mengeras tersebut harus dikasarkan,
dibersihkan dari bagian-bagian yang terlepas dan kotoran-kotoran lainnya, serta disemprot
dengan air.
Air yang tertinggal harus dibuang sebelum pengecoran beton baru dikerjakan dan harus
dibersihkan secara baik pada bidang pertemuan tersebut sebelum pengecoran dimulai.
Permukaan beton lama harus dilapis dengan pelekat dengan bahan-bahan kimia pembantu
(bonding agent), bahan pelekat dan cara mengerjakannya harus disetujui oleh Direksi
Pekerjaan/Pengawas Lapangan dan sesuai dengan cara yang diajukan oleh pabrik yang
mengeluarkan bahan pembantu itu.
u. Permukaan Beton Jadi
Semua permukaan jadi dari pekerjaan beton harus rata, lurus, tidak nampak bagian-bagian
yang keropos, melendut atau bagian yang membekas pada permukaan.
Ujung atau sudut harus dibentuk penuh dan tajam. Segera sesudah pembongkaran bekisting,
bagian-bagian yang rapuh, kasar, lubang-lubang dan bagian-bagian yang tidak memenuhi
syarat harus segera diperbaiki dengan cara memahatnya dan mengisinya kembali dengan
adukan semen pasir yang sesuai baik kekuatan maupun warnanya, untuk kemudian diratakan
dengan kayu perata.
Bila perlu, apabila diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan/Pengawas Lapangan, seluruh
permukaan beton tersebut dapat dihaluskan dengan amplas, atau gurinda sehingga seluruh
permukaan jadi beton tersebut menjadi rata dan halus. Pekerjaan-pekerjaan itu sebaiknya
diselesaikan secepat mungkin dan tidak lebih dari maksimum 2 hari setelah pembongkaran
bekisting.
Pekerjaan plesteran pada permukaan beton jadi tidak diijinkan. Pada pekerjaan beton, Direksi
Pekerjaan/Pengawas Lapangan dapat menolak hasil pekerjaan beton yang pada
permukaannya menunjukan tanda-tanda rapuh, keropos atau bagian-bagian yang diperbaiki,
yang diduga akan membahayakan konstruksi.
v. Siar Dilatasi
Beton harus dicor secara kontinu sampai pada siar dilatasi, letak dan pengaturannya
ditunjukkan dalam gambar-gambar atau seperti yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan /
Pengawas Lapangan.
Apabila siar dilatasi harus dibuat di luar yang ditunjukkan oleh gambar, karena kerusakan
mesin pengaduk beton atau keadaan yang tidak terduga, harus dibuat lokasi pemberhentian
sedemikian sehingga arahnya tegak lurus arah tegangan-tegangan utama.
Apabila letaknya berdekatan dengan tumpuan atau lokasi lain yang tidak dikehendaki Direksi
Pekerjaan/Pengawas Lapangan maka pengecoran harus dihentikan dan beton baru tersebut
harus dibongkar sampai tempat yang dianggap baik.
Apabila pengecoran harus dilanjutkan pada permukaan beton yang sudah mengeras, maka
permukaan beton tersebut harus dikasarkan.
Kemudian permukaan tersebut harus dibersihkan dari bagian-bagian yang lepas dan
kotorankotoran lainnya, disemprotkan dengan air dan kemudian air yang tertinggal harus
dibuang sebelum pengecoran beton baru dikerjakan, yang harus dipadatkan secara baik pada
bidang pertemuan tersebut. Sebelum pengecoran, permukaan beton lama harus dilapis dengan
adukan semen dengan kualitas yang sama dengan adukan beton.
w. Perawatan Beton
Beton harus dilindungi selama proses pengerasan pertama dari pengaruh panas matahari yang
merusak, hujan, air yang mengalir atau angin yang keras.
Perlindungan harus segera diberikan sampai pengerasan beton dengan metoda yang dianggap
praktis, dari beberapa metoda metoda di bawah ini
Permukaan beton harus ditutup dengan lapisan karung, kanvas atau bahan sejenis, atau
lapisan pasir yang harus terus menerus dibasahi selama 7 hari.
Setelah permukaan beton dibasahi seluruhnya, lalu ditutup dengan lapisan kertas kedap air
yang disetujui atau membrane plastik yang harus tetap pada beton selama 7 hari.
Kecuali untuk perawatan permukaan beton dimana pengecoran beton selanjutnya tersambung
melalui lekatan, perawatan beton boleh menggunakan lapisan pengeras yang disetujui.
Aplikasinya menggunakan semprotan dengan tekanan rendah sesuai dengan rekomendasi
pabrik pembuatnya. Lapisan pengeras digunakan pada permukaan permukaan yang horizontal
segera setelah pengecoran beton dan pada permukaan permukaan vertikal segera setelah
pelepasan bekisting.
Metoda 3 ini digunakan juga untuk pengerasan sisi bawah balok dan pelat. Pengawas
Lapangan dapat menentukan penggunaan pelapisan ini untuk permukaan tegak atau miring.
Biaya untuk proses perawatan ini, harus sudah tercakup dalam harga satuan pekerjaan beton.
Air yang digunakan untuk tujuan perawatan harus dari kwalitas yang sama dengan air untuk
adukan beton dan tidak boleh meninggalkan bekas/warna pada permukaan beton.
Perlindungan terhadap beton yang telah dicor harus dilakukan untuk menghidari cracking
yang diakibatkan panas pada keadaan penurunan temperatur yang cepat, yang lebih besar dari
22°C (40°F) dalam jangka waktu 24 jam pertama setelah pengecoran, kecuali ditentukan lain.
3. Bahan Khusus
a. Admixture
Bahan pembantu yang digunakan dalam proyek ini adalah jenis silicafume. Bahan ini bertujuan
untuk meningkatkan keawetan beton dengan cara mengurangi keperluan air adukan dan
mencegah terjadinya peningkatan panas hidrasi berlebihan yang menyebabkan kurang
padatnya beton tercetak yang dihasilkan.
Bahan pembantu dapat terbuat dari campuran bahan bahan kimia yang dilakukan di pabrik
pembuat atau bahan alarm yang ditambang.
Bahan pembantu buatan dari campuran bahan kimia harus memenuhi standar ASTM C 494 81
jenis D, sedangkan untuk yang ditambang dari alam, harus jenis Pozzolan kelas N berdasarkan
ASTM C 618.
b. Perekat beton
Perekat beton jika diperlukan harus dari epoxy resin yang mampu melekat dalam keadaan
lembab atau basah. Tata cara pemberian perekat ini harus sesuai dengan petunjuk pabrik
pembuat perekat tersebut, demikian pula tata cara penyimpanan dan pengadukan kedua
komponennya.
Pekerja untuk melaksanakan perekatan beton dengan epoxy resin, harus pekerja yang telah
berpengalaman untuk pekerjaan serupa ini.
c. Bahan Pengisi (Grouting material)
Bahan pengisi dipergunakan untuk landasan kedudukan struktur penyambung, peralatan dan
perlengkapan lainnya.
Bahan pengisi ini harus dari jenis semen yang tidak menyusut dan mengembang sewaktu
pengerasan dengan memberikan kelembaban. Bahan pengisi juga harus dapat dituangkan
dalam keadaan cair sehingga mampu dengan sendirinya mengisi semua celah diantara pelat
landasan baja dudukan dengan permukaan beton yang telah ada. Bahan pengisi juga harus dari
bahan yang tidak menyebabkan berkaratnya baja yang bersentuhan dengannya.
Pelaksana Pekerjaan harus menyerahkan spesifikasi dari bahan bahan khusus ini untuk
mendapatkan persetujuan Pengawas sebelum penggunaannya. Pengisian beton pada pondasi
tiang dilakukan dalam kondisi kering dan pengecoran dilakukan dengan memakai peralatan
tremi dengan pengawasan oleh seorang tenaga ahli.
f. Bahan Khusus
1) Perekat beton (Bonding Agent)
Perekat beton jika diperlukan harus dari epoxy resin 600 micron yang mampu
melekat dalam keadaan lembab atau basah. Tata cara pemberian perekat ini harus
sesuai dengan petunjuk pabrik pembuat perekat tersebut, demikian pula tata cara
penyimpanan dan pengadukan kedua komponennya.
Untuk menjamin kuat ikat antara beton dan epoxy serta baja dan epoxy, maka epoxy
yang digunakan harus memenuhi ketentuan yang berlaku yaitu:
a) Bahan perekat yang digunakan harus mempunyai daya rekat yang sangat baik
dan dapat merekatkan dengan sempurna struktur beton;
b) Bahan perekat harus dapat berpenetrasi sampai kedalaman retak yang paling
kecil yang terjadi pada struktur dengan sempurna dan untuk itu harus
mempunyai suatu kekentalan tertentu seperti disyaratkan pada spesifikasi ini;
c) Mempunyai sifat fleksibilitas yang dapat menahan vibrasi yang mungkin terjadi
di dalam retakan;
d) Tidak boleh menyusut pada waktu mengering;
e) Tahan terhadap air hujan, CO2, asam, dan bahan kimia lainnya;
f) Persyaratan bahan sesuai dengan AASHTO M 235M sebagai berikut:
o Viskositas minimum 2,0 Pa.s
o Waktu pengikatan awal minimum 30 menit
o Kuat leleh tekan (pada umur 7 hari) minimum 70 MPa
o Modulus elastisitas tekan minimum 1400 MPa
o Tegangan tarik (pada umur 7 hari) minimum 50 MPa
g) Sebelum digunakan harus dilakukan pengujian mutu epoksi sesuai dengan
persyaratan yang berlaku.
Pekerja untuk melaksanakan perekatan beton dengan epoxy resin, harus pekerja
yang telah berpengalaman untuk pekerjaan serupa ini.
Pelaksanaan perekatan beton dengan epoxy resin mengikuti ketentuan sebagai
berikut:
a) Persiapan dasar
Dasar harus bersih, kering sempurna, keras dan bebas dari kotoran – kotoran,
debu, minyak, oli ataupun tumpahan bahan lain. Jika perlu, lakukan pekerjaan
pembobokan untuk membuang kotoran ataupun dasar yang telah
terkontaminasi.
b) Cetakan/penutup celah
o Untuk aplikasi yang membutuhkan cetakan, cetakan boleh dibuat dari
papan, triplek ataupun mortar bermutu rendah, asalkan dibuat kedap
cairan, sehingga tidak bocor ketika epoxy dituang.
o Untuk aplikasi dengan cara diinjeksikan dengan tekanan, permukaan celah
ditutup rapat dengan menggunakan epoxy mortar atau campuran epoxy
resin dengan pasir halus secukupnya hingga didapatkan kekentalan yang
cukup dan dibiarkan mengeras dahulu hingga 24 jam.
c) Pengadukan
o Pengadukan dilakukan disebuah ember besar atau drum, bisa dengan
menggunakan mesin pengaduk, yang bisa diperoleh dari sebuah mesin bor
yang diberi mata pengaduk dari batang besi berspiral di ujungnya.
o Tuangkan dahulu seluruh komponen resin dan baru diikuti oleh
hardener(bila diperlukan) ke dalam drum sambil mesin pengaduk
dinyalakan.
o Ambil volume campuran secukupnya secara proporsional dan jangan
berlebihan karena setelah diaduk, epoxy resin yang sudah dicampur harus
diaplikasikan seluruhnya atau kelebihannya harus dibuang dan tidak dapat
digunakan kembali.
d) Penuangan/penginjeksian
o Penuangan hanya boleh dilakukan dari satu arah untuk menghindarkan
terperangkapnya udara ditengah-tengah.
o Penuangan dilakukan perlahan-lahan dan tidak boleh dijatuhkan dari
ketinggian lebih dari 20 cm dari ujung cetakan.
o Penuangan harus menerus untuk satu area hingga area tersebut penuh tanpa
terputus. Untuk itu pengadukan harus dilakukan menerus pula mengikuti
penuangan.
o Jangan menggunakan penggetar/ vibrator.
o Penginjeksian dilakukan dengan alat yang bertekanan cukup sesuai dengan
kondisi beton.
o Metoda kerja yang akurat bisa dikonsultasikan terlebih dahulu dengan
penyedia produk epoxy resin.
2) Bahan Pengisi (Grouting material)
Bahan pengisi (grouting) digunakan untuk pengisi landasan kedudukan struktur
penyambung, pemasangan angkur, rail crane, peralatan dan perlengkapan lainnya.
Bahan pengisi ini harus dari jenis semen yang tidak menyusut dan mengembang
sewaktu pengerasan dengan memberikan kelembaban. Bahan pengisi juga harus dapat
dituangkan dalam keadaan cair sehingga mampu dengan sendirinya mengisi semua
celah diantara pelat landasan baja dudukan dengan permukaan beton yang telah ada.
Bahan pengisi juga harus dari bahan yang tidak menyebabkan berkaratnya baja yang
bersentuhan dengannya. Semen Grouting yang baik yang mempunyai karakteristik
tidak susut dan dapat mengalir sangat baik,
memenuhi persyaratan standar corps of
engineering CDR C-621 dan ASTM C-1107.
Pelaksanaan pengunaan grouting adalah
sebagai berikut:
a) Persiapan dasar
o Dasar harus bersih, kering
sempurna, keras dan bebas dari
kotoran – kotoran, debu, minyak, oli, kotoran yang melekat ataupun tumpahan
bahan lain. Jika perlu, lakukan pekerjaan pembobokan untuk membuang
kotoran ataupun dasar yang telah terkontaminasi.
o Apabila sebagai grouting angkur, angkur yang akan digrouting harus
dibersihkan dengan bahan stoven/thener yang sesuai.
o Permukaan beton harus keras dan dikasarkan untuk mendapatkan daya lekat
yang baik.
o Sebelum diaplikasikan permukaan beton harus dibasahi hingga lembab/basah.
b) Bekisting/Cetakan
o Untuk grouting yang dituang harus dibuatkan terlebih dahulu bekisting untuk
menahan saat grouting diaplikasikan.
o Untuk tanpa kebocoran, bekisting harus dilapisi dengan minyak bekisting atau
bondbreaker yang dapat memudahkan pembukaan.
o Bekisting harus cukup tinggi sehingga dapat menjangkau kepala grouting jika
bekisting sulit dicapai gunakan bahan grouting dalam konsistensi agak kering.
c) Perawatan
o Lakukan perawatan selama minimum 3 hari dengan mengunakan karung
basah, lembaran plastik atau atau gunakan curing compound (Antisol).
3) Bahan Pelindung Beton di Bawah Lantai Dermaga
Bahan pelindung beton di bawah lantai dermaga digunakan untuk menutupi rongga-
rongga beton yang rentan dihinggapi uap air laut, sehingga akan menghambat laju
korosi tulangan dan memperpanjang umur beton. Bahan-bahan pelindung ini dapat
menggunakan bahan protective coating berupa epoxy, silane atau bahan admixture cair
yang dicampur ke dalam beton. Bahan coating menjadikan beton terlapisi dengan
material bersifat plastik atau cair yang kemudian membentuk lapisan yang
menyelimuti beton untuk mengantisipasi kondisi yang agresif dan korosif, sedangkan
bahan admixture cair yang dicampur ke dalam adukan beton yang dikombinasikan
dengan superplasticizer menjadikan beton bersifat waterproof dan anti-korosi. Bahan
pelindung beton ini harus memenuhi persyaratan standar ASTM D543, ASTM C579,
ASTM C884, AASHTO T277 atau BS 1881.
Pelaksana Pekerjaan harus menyerahkan spesifikasi dari bahan bahan khusus ini untuk
mendapatkan persetujuan Konsultan Pengawas sebelum penggunaannya.
5. Pengujian Beton
a. Pengujian kuat tekan
Ketentuan yang disyaratkan mengikuti hal-hal berikut:
1) Untuk keperluan pengujian kuat tekan beton, Pelaksana Pekerjaan Pelaksana harus
menyediakan benda uji beton berupa silinder dengan diameter 150 mm dan tinggi 300
mm dan harus dirawat sesuai dengan SNI 03-6898-2002 dan SNI 03-2493-1991. Benda
uji tersebut harus dicetak bersamaan dan diambil dari beton yang akan dicorkan, dan
kemudian dirawat sesuai dengan perawatan yang dilakukan di laboratorium. Untuk
pengujian kekuatan tekan yang merupakan pengujian nilai kekuatan tekan rata-rata,
minimal 2 buah silinder 150 x 300 mm atau 3 buah silinder 100 x 200 mm sesuai
dengan SNI 2847-2013 dan ACI 318M - 11.
2) Pelaksana Pekerjaan Pelaksana harus mendapatkan sejumlah hasil pengujian kuat
tekan benda uji beton dari pekerjaan beton yang dilaksanakan. Setiap hasil adalah nilai
rata-rata dari kuat tekan benda uji dalam dua puluh benda uji untuk satu umur, untuk
setiap kuat tekan beton dan untuk setiap jenis komponen struktur yang dicor terpisah
pada tiap hari pengecoran.
3) Jumlah minimum benda uji per hari pelaksanaan pengecoran = 1 benda uji Pengujian
harus dilakukan untuk setiap campuran beton yang berbeda, bak dari aspek bahan
yang digunakan ataupun proporsi campurannya.
4) Pada saat awal pelaksanaan sampai terkumpulnya 20 benda uji = 1 benda uji per 3 m 3
5) Setelah terkumpulnya 20 benda uji pertama : Benda uji harus diambil untuk uji
kekuatan setiap mutu beton yang dicor, tidak kurang dari satu kali sehari untuk setiap
110 m3 beton atau 460 m2 luasan permukaan lantai atau dinding (SNI 2847-2013).
o Volume total pengecoran di atas 60 m3 : 1 benda uji per 5 m3 beton
o Volume total penge0coran 60 m3 atau lebih kecil : diatur pembagiannya supaya
dalam keseluruhan pekerjaan diperoleh minimal 20 benda uji dengan randomisasi
yang baik dan merata.
6) Untuk keperluan evaluasi mutu beton sebagai dasar pembayaran harus menggunakan
data hasil uji kuat tekan beton sesuai dengan umur yang ditetapkan dalam Kontrak.
Hasil-hasil pengujian pada umur yang selain dari yang ditetapkan dalam Kontrak hanya
boleh digunakan untuk keperluan selain dari tujuan evaluasi mutu beton sebagai dasar
pembayaran. Nilai-nilai perbandingan kekuatan yang digunakan untuk keperluan ini
harus disesuaikan dengan grafik perkembangan kuat tekan campuran sebagai fungsi
waktu. (Dengan menggunakan ketentuan pada PBI 1971 mengenai hubungan waktu uji
dan kekuatan beton?)
7) Untuk pencampuran secara manual, maka pada pekerjaan beton dengan jumlah
masingmasing mutu beton ≤ 60 m3 harus diperoleh satu hasil uji untuk setiap
maksimum 5 m3 beton pada interval yang kira-kira sama, dengan minimum satu hasil
uji tiap hari. Dalam segala hal jumlah hasil pengujian tidak boleh kurang dari empat
hasil untuk masing-masing umur. Apabila pekerjaan beton mencapai jumlah > 60 m3,
maka untuk setiap maksimum 10 m3 beton berikutnya setelah jumlah 60 m3 tercapai
harus diperoleh satu hasil uji.
8) Untuk pengecoran hasil produksi ready mix, maka pada pekerjaan beton dengan
jumlah masing-masing mutu ≤ 60 m3 harus diperoleh satu hasil uji untuk setiap truk
mixer beton pada interval yang kira-kira sama, dengan minimum satu hasil uji tiap
hari. Dalam segala hal jumlah hasil pengujian tidak boleh kurang dari empat. Apabila
pekerjaan beton mencapai jumlah > 60 m3, maka untuk setiap maksimum 20 m3 beton
berikutnya setelah jumlah 60 m3 tercapai harus diperoleh satu hasil uji.
9) Seluruh beton yang digunakan dalam pekerjaan harus memenuhi kuat tekan yang
disyaratkan dalam Tabel di bawah ini atau yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan
Pekerjaan.
Mutu Beton Kuat tekan karakteristik (kg/cm2)
Benda Uji
Benda Uji Kubus
fc` σ`bk Silinder
150 x 150 x
(Mpa) (kg/cm2) 150mm –
150mm
300mm
50 K600 500 600
45 K500 450 500
40 K450 400 450
35 K400 350 400
30 K350 300 350
25 K300 250 300
20 K250 200 250
15 K175 150 175
10 K125 100 125
10) Kuat tekan karakteristik beton diperoleh dengan rumus berikut ini:
sebagai pengganti
11) Mutu beton dan mutu pelaksanaan dianggap memenuhi apabila dipenuhi syarat-syarat
berikut:
o Tidak boleh lebih dari 5% ada di antara jumlah minimum (20 atau 30) nilai hasil
pemeriksaan benda uji berturut-turut terjadi kurang dari fc’ atau σ’bk.Nilai rata-
rata dari 3 test beruturan (6 silinder) setara atau melampaui nilai kekuatan f’c yang
ditentukan. Tidak ada uji tekan individual (rata-rata dari 2 silinder) yang kurang
dari 4,5 Mpa di bawah nilai kekuatan f’c yang telah ditentukan. (Sesuai dengan ACI
318 dan SNI 03-2847-2002)
o Apabila setelah selesai pengecoran seluruhnya untuk masing-masing mutu beton
dapat terkumpul jumlah minimum benda uji, maka hasil pemeriksaan benda uji
berturut-turut harus memenuhi fck ≥ (fcm – 1,645.S) atau σbk ≥(σbm – 1,645 S)
o Jika benda uji yang terkumpul kurang dari jumlah minimum yang telah ditentukan,
maka nilai standar deviasi (S) harus ditingkatkan dengan faktor modifikasi yang
diberikan dalam tabel faktor modifikasi Standar Deviasi.
o Apabila setelah selesai pengecoran beton seluruhnya untuk masing-masing mutu
beton terdapat jumlah benda uji kurang dari minimum, maka apabila tidak dinilai
dengan cara evaluasi menurut dalil-dalil matematika statistik yang lain, tidak boleh
satupun nilai rata-rata dari 4 hasil pemeriksaan benda uji berturut-turut, fcm,4
terjadi kurang dari (fc’ + 0,82.Sr), di mana Sr = deviasi standar rencana.
o Selisih antara nilai tertinggi dan terendah di antara 4 hasil pemeriksaan benda uji
berturut-turut tidak boleh lebih besar dari 4,3.Sr.
12) Bila dari hasil perhitungan dengan kuat tekan menunjukkan bahwa kapasitas daya
dukung struktur kurang dari yang disyaratkan, maka apabila pengecoran belum
selesai, pengecoran harus segera dihentikan dan dalam waktu singkat harus diadakan
pengujian tambahan yang tidak merusak (non-destructive) menggunakan alat seperti
palu beton (rebound hammer) atau pengujian beton inti (core drilling) pada daerah
yang diragukan berdasarkan aturan pengujian yang berlaku. Dalam hal dilakukan
pengambilan beton inti, harus diambil minimum 3 (tiga) buah benda uji pada tempat-
tempat yang tidak membahayakan struktur dan atas persetujuan Direksi Pekerjaan
Pekerjaan. Tidak boleh ada satupun dari benda uji beton inti mempunyai kekuatan
kurang dari 0,75fc’. Apabila dari pengujian tidak merusak menggunakan alat seperti
palu beton diperoleh suatu nilai kekuatan tekan beton karakteristik, atau kuat tekan
rata-rata dari pengujian beton inti yang tidak kurang dari 0,85fc’, maka bagian
konstruksi tersebut dapat dianggap memenuhi syarat dan pekerjaan yang dihentikan
dapat dilanjutkan kembali. Dalam hal ini, perbedaan umur beton saat pengujian
terhadap umur beton yang disyaratkan untuk penetapan kuat tekan
beton perlu diperhitungkan dan dilakukan koreksi dalam menetapkan kuat tekan
beton yang dihasilkan.
13) Apabila dari hasil pengujian yang ditentukan dalam Pasal di atas diperoleh hasil yang
tidak memenuhi syarat, maka Pelaksana Pekerjaan Pelaksana harus mengadakan
percobaan beban langsung dengan penuh keahlian. Apabila dari percobaan ini
diperoleh suatu hasil nilai kekuatan beton yang mencapai tidak kurang dari 0,70 fc’,
maka bagian konstruksi tersebut dapat dianggap memenuhi syarat. Tetapi apabila
hasilnya tidak mencapai nilai tersebut, maka bagian konstruksi yang bersangkutan
hanya dapat dipertahankan dan pekerjaan yang dihentikan dapat dilanjutkan kembali
setelah dipenuhi salah satu dari kedua tindakan berikut :
a) mengadakan perubahan-perubahan pada rencana semula sehingga pengaruh
beban pada konstruksi tersebut dapat dikurangi;
b) mengadakan perkuatan-perkuatan pada bagian konstruksi tersebut dengan cara
yang dapat dipertanggung jawabkan;
14) Apabila kedua tindakan di atas tidak dapat dilaksanakan, maka dengan perintah dari
Direksi Pekerjaan Pekerjaan, Pelaksana Pekerjaan Pelaksana harus segera
membongkar beton darikonstruksi tersebut.
Tabel Faktor Modifikasi Standar Deviasi
Untuk Jumlah Hasil Uji Untuk Jumlah Hasil Uji
Minimum 20 Minimum 30
Jumlah Hasil Uji Faktor Modifikasi Jumlah Hasil Uji Faktor Modifikasi
- - 10 1,36
- - 11 1,31
- - 12 1,27
- - 13 1,24
- - 14 1,21
- - 15 1,18
- - 16 1,16
- - 17 1,14
8 1,37 18 1,12
9 1,29 19 1,11
10 1,23 20 1,09
11 1,19 21 1,08
12 1,15 22 1,07
13 1,12 23 1,06
14 1,10 24 1,05
15 1,07 25 1,04
16 1,06 26 1,03
17 1,04 27 1,02
18 1,03 28 1,02
19 1,01 29 1,01
20 1 30 1
PEKERJAAN BOLLARD
Bagian ini meliputi semua pekerjaan yang dibutuhkan untuk menyediakan dan memasang Bollard
yang disesuaikan dengan gambar dan dokumen lainnya yang berhubungan dengan pekerjaan ini.
1. Penyediaan Bollard
Sebagai fasilitas tambat dermaga digunakan bollard kapasitas 50 ton. Bahan yang dipakai harus
memenuhi syarat sebagai berikut :
a. Dimensi dan kapasitas dari Bollard harus disesuaikan dengan kekuatannya dan harus terbuat
dari baja cor yang dicat anti karat. Standar yang dipakai adalah BS-1452 atau ASTM A-48
b. Gelang tambat (mooring Ring) harus berukuran seperti pada gambar, bahannya adalah baja
yang digalvanis.
c. Sebelum diadakan pemesanan semua pengujian bahan tersebut diatas harus sesuai
perhitungan dan harus mendapat persetujuan Pengawas Lapangan.
Tanpa diminta secara tertulis oleh Pengawas Lapangan, Pelaksana Pekerjaan diharuskan
menyerahkan kepada Pengawas Lapangan, 2 (dua) copy dari mill test certificates dari material
diatas. Pelaksana Pekerjaan harus menyerahkan gambar kerja dan spesifikasi yang menunjukkan
ukuran, berat dan kebutuhan kebutuhan lainnya.
2. Pemasangan Bollard
Bersamaan dengan pengecoran lantai depan dan plank fender angkur bollard sudah disetting
dengan mal (pengarah) sesuai dengan ukuran bollard yang akan dipasang. Setelah beton mengeras
sempurna, kemudian bollard dapat dipasang, angker berupa rangkaian besi tulangan dengan
ukuran 4 D 16 dengan begel D 10-150 yang sudah tertanam pada saat pengecoran pelat bersama
tulangannya, dibersihkan dan dipasangkan bollard ke posisinya kemudian dicor setempat.
Semua bahan bahan Bollard harus dipasang pada tempat
seperti tertera dalam gambar sesuai persyaratan pabrik
dan gambar kerja yang telah disetujui oleh Pengawas
Lapangan.
Material bollard dan perlengkapannya direncanakan
harus memenuhi atau setara dengan
spesifikasi berikut:
a. Body JIS G 5101 Grade 3 SC 46;
b. Foundation bolt JIS G 3101 Grade 2 SS 41 or JIS B
0205 M64-6;
c. Nut JIS B 1181 Grade 1 Class 3 4T, M64-6;
d. Washer JIS B 1256 Steel bars;
e. Foundation plate JIS G3101, SS41 or JIS G5101, SC46;
Pemasangan Fender
Pemasangan fender seperti ditunjukkan pada gambar rencana dengan menggunakan angker-angker
terbuat dari baja tahan karat sesuai rekomendasi pabrik pembuat Fender dengan diameter dan
panjang yang ditentukan pada gambar rencana. Pemasangan angker dilakukan sebelum pengecoran
lisplank depan dermaga.
1. Lingkup Pekerjaan
Bagian ini meliputi semua pekerjaan yang dibutuhkan untuk menyediakan dan memasang sistim
fender yang disesuaikan dengan gambar dan dokumen dokumen lainnya yang berhubungan
dengan pekerjaan ini.
2. Penyediaan Fender
Bagian ini meliputi semua pekerjaan yang dibutuhkan untuk menyediakan dan memasang sistim
fender yang disesuaikan dengan gambar dan dokumen dokumen lainnya yang berhubungan
dengan pekerjaan ini.
3. Standar yang Dipakai
o JIS G 4303 Stainless Steel Bars
o JIS H 8641 Galvanizing
o Standar lain yang setara.
4. Rubber Fender
Fender harus diperoleh dari pabrik pembuat yang
disetujui oleh Direksi Pekerjaan/Pengawas (setara produk
SLP, Atlas, Kemenangan dll). Suplier harus memiliki
riwayat produksi yang sangat baik selama kurun waktu 20
tahun. Hal ini sebagai bukti yang cukup untuk
menunjukkan durabilitas dari produk nya. Semua harus
diproduksi oleh supplier di pabrik sendiri. Tidak diijinkan
pengadaan diluar produk asli (OEM (original equipment
manufacturer)).
Unit harus dapat dipasang pada balok dari beton dengan baut-baut, seperti pada gambar rencana.
Seluruh permukaan harus dilapisi Neopren type Synthetic rubber yang ditekan dan di vulkanis agar
dapat terikat pada material intinya.
Material yang dipakai untuk membentuk inti dari harus dari bahan karet alam berkualitas tinggi,
dan mempunyai kelenturan yang cukup, awet, tahan cuaca dan tahan terhadap keausan untuk
memenuhi kondisi pelayanan normal.
Material harus homogen keseluruhannya, bebas dari campuran-campuran, poreus dan retak.
Pengetesan dilakukan untuk tiap 1 dari 10 (10%) yang digunakan meliputi strength test dan shear
test. Dilakukan juga actual fatigue testing pada prototype . pada actual fatigue testing dianggap
memenuhi kriteria cukup ketika dites untuk karakteristik performanya menunjukkan jumlah
energy minimal yang diserap dicapai sebelum melampaui gaya reaksi maksimum. Jika ada satu
saja yang gagal memenuhi kriteria cukup, maka tersebut harus ditolak dan digantikan dengan yang
baru, kemudian harus dilakukan tes pada semua . Tidak diijinkan adanya yang tidak memenuhi
kriteria dalam proyek.
Pelaksana Pekerjaan menunjuk dua orang yang dinominasikan oleh Direksi Pekerjaan dan/ atau
Pengawas Lapangan untuk menjadi saksi pada tes yang dilakukan di pabrik pembuatan . Semua
biaya untuk pengadaan saksi ini, menjadi tanggungan Pelaksana Pekerjaan. Biaya tanggungan ini
harus sudah dimasukkan ke dalam kontrak.
Direksi Pekerjaan dan/ atau Pengawas Lapangan dapat meminta sampel lain dari pihak ketiga.
Segala biaya yang muncul akibat pelaksanaan kegiatan ini menjadi tanggungan Pelaksana
Pekerjaan dan harus sudah dimasukkan ke dalam kontrak.
Unit harus mengacu pada persyaratan di atas dalam keadaan sebagai berikut berdasarkan PIANC
2002 Guidelines :
a. Defleksi harus tidak melebihi dari standar pabrik.
b. Sudut dari kapal yang akan merapat didermaga = 100, terhadap sumbu memanjang dermaga.
c. Semua dimensi memliki toleransi ± 3 % atau ± 2mm
d. Bolt hold spacing (jarak lubang baut) memiliki toleransi jarak ± 4 mm
Material harus memenuhi persyaratan pengujian sebagai berikut:
a. Tensile Strength
o Testing Standard : DIN 53504 ; ASTM D 412 Die C ; AS 1180.2 ; BS ISO 37 ; JIS K 6251
o Condition original , requirement 16.0 Mpa (min)
o Condition aged for 96 hours at 70 ˚ C , requirement 12.8 Mpa (min)
b. Elongation at break
o Testing Standard : DIN 53504 ; ASTM D 412 Die C ; AS 1180.2 ; BS ISO 37 ; JIS K 6251
o Condition original , requirement 350 %
o Condition aged for 96 hours at 70 ˚C , requirement 280 %
c. Hardness
o Testing Standard : DIN 53505 ; ASTM D 2240 ; ASI 1683 ; JIS K 6253
o Condition original , requirement 78 ˚ Shore A (max)
o Condition aged for 96 hours at 70 ˚C , Original + 8 ˚ Shore A (max)
d. Compression set
o Testing Standard : ASTM D395 Method B ; AS 1683.13 Method B ; BS 903 A6 ; ISO 815 ;
JIS K 6262
o Condition 22 hours at 70 ˚C, requirement 30 % (max)
e. Tear Resistance
o Testing Standard : ASTM D 624; Die B ; AS 1683.12; BS ISO 34-1 ; JIS K 6252
o Condition Original, requirement 70 kN/m (min)
f. Ozone Resistance
o Testing Standard : DIN 53509 ; ASTM D 1149; AS 1683-24; BS ISO 1431-1; JIS K 6259
o Condition 50 pphm at 20% strain - 40˚C – 100 hours , requirement no cracks
g. Seawater Resistance
o Testing Standard : BS ISO 1817; ASTM D471
o Condition 28 days 95˚C – 100 hours , requirement Hardness = ± 10 ˚ Shore A (max),
requirement volume = + 10 /-5% (max).
h. Abrasion
o Testing Standard : ASTM D5963-04 ; BS ISO 4649:2002 ; BS 903 A9, Method B
o Condition original, requirement 100mm3 (max)
o Condition 3000 revolutions, requirement 1.5 cc (max)
i. Bond Strength
o Testing Standard : ASTM D429 Method B; BS 903.A21 section 21.1
o Condition rubber to steel, requirement 7N/mm (min)
o Pengetesan dilakukan untuk tiap 1 dari 10 (10%) yang digunakan.
o Rangka baja dibuat dari baja dengan karbon rendah dari hot rolled steel sheet, yang akan
dilekatkan pada karet dengan pemanasan dan tekanan.
o dilengkapi frontal pad dengan ukuran seperti pada gambar.
o Frontal pad dilapisi dengan lapisan panel pad yang terbuat dari UHMW – PE (Ultra High
Molecular Weight – Polyethylene)
j. Ageing
o Testing Standard : ASTM D573, DIN 53508; BS ISO 188; JIS K6257
o Condition 96 hours at 70°C
o Hardness change (shore A) +8 (max)
o Tensile Strength 12.8 MPa (min)
o Elongation at Break 280% (min)
k. Actual Fatigue Testing
o Testing Standard : PIANC2002 Section 5, PIANC2002 Appendix A, Section 7.2 Durability
o Pengetesan dilakukan pada prototype
o Compressing pada kondisi 3,000 cycles at high speed (300mm/s or more) at 70°C
o Sesuai dengan ketentuan durabilitas
Pelaksana Pekerjaan harus mengajukan rencana penggunaan kepada Direksi untuk
mendapatkan persetujuan, sebelum dilakukan pemesanan tersebut kepada pihak pabrik.
Angker-angker dari karet harus terbuat dari baja tahan karat (stainless steel), dengan diameter
yang ditentukan dalam gambar.
Pemasangan bagian angker yang nantinya akan berada dalam beton harus sudah terpasang
sebelum dilakukan pengecoran beton.
Pelaksana Pekerjaan harus dapat menyerahkan surat jaminan asli dari manufacturer mengenai
jaminan supply material, jaminan dukungan teknis dan jaminan garansi selama 5 tahun.
5. Resin Untuk Baut
Panil harus didesain oleh pabrik pembuat dan harus menerima tekanan lambung kapal (hull
pressure) tidak lebih dari 20 ton/m2.
Semua elemen baja harus dilindungi dengan 2 lapisan cat coal tar epoxy yang telah disetujui,
dengan total ketebalan “dry film” 375 +/- 25 micron.
Persiapan permukaaan dan pekerjaan pengecatan harus sesuai dengan rekomendasi dari pabrik
pembuat cat untuk kondisi pelayanan tercelup.
6. Bahan-bahan yang memenuhi syarat
Pembelian barang-barang tersebut diatas harus baru dan belum pernah terpakai serta harus
sesuai dengan spesifikasi yang ada.
Pelaksana Pekerjaan harus menyerahkan gambar kerja dari sistim yang menunjukkan
pelaksanaan, pemasangan dan urutan kerjanya.
a. Karet
Karet yang digunakan harus berkualitas tinggi, dan mempunyai kelenturan yang cukup, awet,
tahan cuaca dan tahan terhadap keausan untuk memenuhi kondisi pelayanan normal.
Table 9-1 Komposisi Campuran Kimia untuk Karet
Tes Standar Specification
Density ISO 2781 Max. 1.2 g/cc
Polymer % ASTM D6370 Min. 45%
Carbon Black % ASTM D6370 Min. 30%
Ash % SATM D297 Max. 5%
Rbber Filler Ratio <1.2
b. Toleransi Dimensi
1) Panjang : +4% -2%
2) Lebar : +4% -2%
3) Tinggi : +4% -2%
4) Ketebalan : +8% -2 (Standard)
+10% -5% (Exceptional)
Toleransi untuk keadaan exceptional dari ketebalan hanya berlaku untuk dengan ketinggian
tidak lebih dari 300mm.
Jika dalam pemasangan menggunakan baut, maka toleransi untuk lubang baut pada adalah
sebagai berikut:
1) Dimeter lubang + atau -2mm
2) Pitch + atau-4mm
c. Instalasi
o Pelaksana Kegiatan harus memastikan bahwa permukaan beton yang akan menyokong
harus cukup lebar, benar-benar rata, serta dalam posisi vertikal untuk menyediakan
permukaan bagi. Inspeksi pada semua permukaan oleh Pengawas Lapangan wajib
dilakukan sebelum instalasi. Semua permukaan yang tidak rata harus dicongkel dan diberi
plesteran baru dengan plester semen berkekuatan tinggi atau dengan mortar epoxy yang
tahan air supaya menghasilkan permuakaan yang rata. Tidak boleh ada benda apapun
diantara dan permukaan beton.
o Untuk pemasangan karet , diijinkan menggunakan sling dan hoist, namun harus dilakukan
dengan hati-hati untuk menghindari rusaknya karet . Dianjurkan untuk menggunakan
canvas sling atau alat perlindungan lain.
o Penggunaan lapisan stainless steel (stainless steel cut washers) pada baut sangat dianjurkan
untuk menghindari rusaknya karet.
o Semua benda yang akan ditanam dalam harus menyatu dengan selama pengecoran atau
laminasi
o Pemasangan harus dilakukan secara akurat pada permukaan beton dengan menggunakan
template atau alat lain yang diperlukan
o Perlindungan terhadap harus dilakukan selama pemasangan hingga terpasang dengan baik
o Instruksi dari pabrik harus diikuti untuk menghindari terjadinya kerusakan pada
d. Kontrol Kualitas (Quality Control / Quality Assurance)
Pelaksana Pekerjaan harus menyediakan dan melakukan kegiatan kontrol kualitas (Quality
Control / Quality Assurance) sesuai dengan ijin Pengawas Lapangan untuk semua fabrikasi dan
segala komponennya. Kegiatan ini harus menyertakan referensi berupa acuan standard dan
perhitungan kualitas pekerjaan. Adapun biaya pengujian/pengetesan menjadi tanggungjawab
Pelaksana Pekerjaan.
o Pengetesan
Pelaksana Pekerjaan membuat jadwal untuk pengetesan pada sebagaimana yang
disyaratkan oleh Pengawas Pekerjaan dibawah pengawasan dari organisasi independen
yang ditunjuk, baik organisasi dari dalam negeri maupun luar negeri.
o Pengetesan Material
Pengawas Lapangan dapat menugaskan pengetesan terhadap komponen apapun dari
untuk memastikan daya layan dari semua komponen agar sesuai dengan standar dan
spesifikasi yang dikeluarkan oleh pabrik. Material yang dimaksud antara lain karet,
polyethylene, dan lapisan pelindung.
Syarat-syarat Lain
1. Pelaksanaan diwajibkan membuat gambar revisi bila diperlukan dan gambar detail dari pekerjaan
yang akan dilaksanakan. Gambar tersebut diajukan kepada Direksi Pekerjaan untuk disetujui.
Gambar revisi atau gambar detail harus dibuat dalam rangkap dua dan diserahkan kepada Direksi
Pekerjaan. Pelaksana wajib membuat gambar pelaksanaan (As Built Drawings) yang harus
diserahkan Pelaksana kepada Direksi Pekerjaan pada waktu penyerahan Pekerjaan Pertama.
2. Pengukuran ijin-ijin yang diperlukan dalam rangka pelaksanaan pemasangan instalasi sementara
untuk air dan listrik, bila diperlukan sampai berfungsi dengan baik serta seluruh biaya yang
diperlukan adalah tanggung jawab Pelaksana.
3. Pelaksana dan Direksi Pekerjaan tidak terlepas dari tanggung jawab terhadap hal-hal yang tidak
diinginkan pada pekerjaan yang dilaksanakan atau yang diawasi akibat pelaksanaan dan
gambar/design yang salah.
4. Selama masa pelaksanaan kegiatan proyek, pihak Pelaksana harus memenuhi kewajibannya
kepada pihak Pelabuhan sebagai berikut :
o Membayar uang pas untuk pelabuhan bagi semua tenaga kerja yang terlibat dalam
pelaksanaaan proyek selama untuk kepentingan pribadi masing-masing, kecuali pada areal
kerja lokasi kegiatan proyek.
o Membayar uang pas kendaraan, baik kendaraan roda dua, roda empat, atau jenis lainnya sesuai
ketentuan yang berlaku, kecuali pada areal kerja/lokasi kegiatan proyek.
o Membangun pagar sementara pada batas lahan yang disediakan .disarankan untuk sementara
selama pelaksanaan proyek kepada pihak-pihak proyek/Pelaksana atas beban Pelaksana.
Pagar sementara harus dibersihkan kembali dan menyingkirkan bahan-bahan bekas
bongkarannya ketempat yang ditentukan oleh Kantor Pelabuhan atas beban Pelaksana.
o Lahan yang diserahkan kepada Pelaksana untuk lokasi kegiatan proyek termsuk untuk lokasi
Direksi keet kantor Pelaksana, gudang bahan dan lapangan penumpukan dibebaskan dari
kewajiban pembayaran sewa tanah dan lapangan penumpukan oleh pihak Pelaksana.
o Ponton pancang dan ponton-ponton transport yang beroperasi di daerah perairan pelabuhan
selama jangka waktu pelaksanaan proyek dibebaskan dari pungutan jasa kepelabuhannan,
kecuali apabila ponton tersebut bertambat pada dermaga/tambatan yang tidak diserahkan
untuk kegiatan proyek.
Perubahan-Perubahan
1. Semua ketentuan-ketentuan dalam RKS ini dan gambar-gambar kerja dapat dirubah, ditambah,
dihilangkan sesuai kebutuhan dimana perlu, akan tetapi semua hal tersebut harus dilakukan pada
waktu pemberian penjelasan dari pekerjaan ini (aanwizjing) dan dituangkan dalam berita acara.
2. Perubahan-perubahan pada waktu pelaksanaan apabila menurut Dieksi diperlukan, akan diproses
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
PERATURAN PENUTUP
1. Apabila terdapat pekerjaan yang tidak memenuhi ketentuan yang tercantum dalam Rencana Kerja
dan Syarat-Syarat, tidak sesuai dengan gambar dan tidak sesuai dengan petunjuk- petunjuk Direksi
Pekerjaan maupun Staf Teknik/Pemimpin Proyek, maka pekerjaan tersebut harus dibongkar dan
pembuatannya kembali seluruhnya menjadi tanggungan Pelaksana.
2. Sebelum dilakssnakan Serah Terima Pertama dan Kedua Pekerjaan, Pelaksana diharuskan
membersihkan kotoran-kotoran yang berada di dalam maupun di luar bangunan sampai bersih.
3. Jika dalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat ini tidak disebut perkataan “yang dilever Pelaksana”
atau yang dipasang Pelaksana, maka perkataan tersebut dianggap telah dicantumkan apabila
ternyata pekerjaan tersebut jelas-jelas termasuk pekerjaan Pelaksana dan tidak diterangkan
sebaliknya.
4. Kalau dianggap perlu maka Pelaksana diwajibkan membuat gambar-gambar revisi pada gambar-
gambar bestek dan detail yang telah dilaksanakan.
5. Gambar-gambar revisi tersebut harus dibuat dan diserahkan kepada Pengawas Proyek/Direksi
Pekerjaan dan Pemimpin Proyek pada waktu penyerahan pertama pekerjaan.
6. Jika dalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat ini belum tercakup beberapa jenis pekerjaan ataupun
persyaratan lainnya, maka hal tersebut akan diatur dalam Addendum-Addendum RKS dan Berita
Acara Penjelasan Pekerjaan (Aanwijzing) serta perintah tertulis dari Pengawas Proyek/Direksi
Pekerjaan atas persetujuan Kuasa Pengguna Anggaran/Pelaksana Kegiatan pada waktu
pelaksanaan pekerjaan berlangsung.
a.
Metode Pelaksanaan Kesehatan danb. Project Manager memimpin dan mengkoordinasikan kegiatan
Keselamatan Kerja (K3) serta Lapangan termasuk bidang yang menangani K3.
c. Petugas K3 melakukan pembahasan atas persoalan yang
Lingkungan diajukan dalam rapat, serta melaksanakan tugas-tugas yang
diberikan Perusahaan.
d. Untuk dapat melaksanakan tugas pokok dan fungsinya,
Petugas bidang K3 mengumpulkan data dan informasi
mengenai pelaksanaan K3 di lokasi pekerjaan. Sumber data
antara lain dari bagian personalia meliputi angka sakit, tidak
hadir tanpa keterangan, angka kecelakaan, catatan lama sakit
dan perawatan rumah sakit khususnya yang berkaitan dengan
akibat kecelakaan kerja. Dan sumber yang lain bisa dari
tempat pengobatan antara lain jumlah kunjungan, P3K dan
tindakan medik kerena kecelakaan, rujukan ke rumah sakit
bila perlu pengobatan lanjutan dan lama perawatan serta lama
berobat. Dari bagian teknik bisa didapat data kerusakan akibat
kecelakaan dan biaya perbaikan. Informasi juga dikumpulkan
dari hasil monitoring tempat kerja dan lingkungan kerja
Konstruksi terutama yaang berkaitan dengan sumber bahaya
potensial baik yang berasal dari kondisi berbahaya maupun
tindakan berbahaya serta data dari bagian K3 berupa laporan
pelaksanaan K3 dan analisanya. Data dan informasi dibahas
dalam organisasi atau unit pelaksana Konstruksi untuk
menemukan penyebab masalah dan merumuskan tindakan
korektif maupun tindakan preventif. Hasil rumusan
disampaikan dalam bentuk rekomendasi kepada bagian
pelayanan kesehatan. Rekomendasi berisi saran tindak lanjut
dari organisasi atau unit pelaksana pelayanan kesehatan serta
alternatif-alternatif pilihan serta perkiraan hasil/konsekuensi
setiap pilihan. Organisasi atau unit pelaksana Konstruksi
membantu melakukan upaya promosi dilingkungan Proyek
baik pada Karyawan, Pekerja maupun rekanan/mitra yaitu
mengenai segala upaya pencegahan kecelakaan pada
pelaksanaan pekerjaan Konstruksi.
e.
Konsep dan Solusi Konsep dan solusi K3 meliputi:
Kesehatan dan Keselamatan Kerja 1. Penyuluhan K3 semua Karyawan, Pekerja dan Kemitraan.
2. Pelatihan K3 yang disesuaikan dengan kebutuhan individu
(K3) serta Lingkungan dalam
dengan perilaku tertentu agar berperilaku sesuai dengan
sejumlah jenis pekerjaan
yang telah ditentukan sebelumnya sebagai produk akhir
dari pelatihan.
3. Melaksanakan program K3 sesuai peraturan yang berlaku,
diantaranya:
Pemeriksaan kesehatan setiap individu.
Penyediaan alat pelindung diri dan keselamatan kerja.
Penyiapan pedoman pencegahan dan penanggulangan
keadaan darurat.
Penempatan pekerja pada pekerjaan yang sesuai
kondisi kesehatan.
Pengobatan pekerja yang menderita sakit.
Menciptakan lingkungan kerja yang higienis secara
teratur melalui monitoring lingkungan kerja dari hazard
yang ada.
Melakukan biological monitoring.
Melakukan surveilans kesahatan kerja.
Metode dan Solusi Kesehatan kerja (Occupational health) merupakan bagian dari
Kesehatan dan Keselamatan Kerja kesehatan masyarakat yang berkaitan dengan semua
(K3) serta Lingkungan pekerjaan yang berhubungan dengan faktor potensial yang
mempengaruhi kesehatan pekerja. Bahaya pekerjaan (akibat
kerja), Seperti halnya masalah kesehatan lingkungan lain,
bersifat akut atau kronis (sementara atau berkelanjutan) dan
efeknya mungkin segera terjadi atau perlu waktu lama. Efek
terhadap kesehatan dapat secara langsung maupun tidak
langsung.
Kesehatan para karyawan dan tenaga kerja perlu diperhatikan,
oleh karena selain dapat menimbulkan gangguan tingkat
produktifitas, secara satu system dapat menurunkan kualitas
hasil pekerjaan itu sendiri.
Sasaran kesehatan kerja khususnya adalah para pekerja dan
peralatan kerja di lingkungan Konstruksi, melalui usaha-usaha
pemahaman pentingnya kesehatan di lingkungan kerja, maka
potensi adanya penyakit akibat dampak pencemaran
lingkungan maupun akibat aktivitas kerja terhadap
masyarakat baik di lingkungan Proyek maupun masyarakat
luas dapat terkontrol dan terjaga.
Tujuan kesehatan kerja adalah:
Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat pekerja di semua lapangan pekerjaan ketingkat
yang setinggi-tingginya, baik fisik, mental maupun
kesehatan sosial.
Mencegah timbulnya gangguan kesehatan pekerja yang
diakibatkan oleh tindakan/kondisi lingkungan kerjanya.
Memberikan perlindungan bagi pekerja dalam pekerjaanya
dari kemungkinan bahaya yang disebabkan olek faktor-
faktor yang membahayakan kesehatan.
Menempatkan dan memelihara pekerja di suatu lingkungan
pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan fisik dan psikis
pekerjanya. Kesehatan kerja mempengaruhi manusia dalam
hubunganya dengan pekerjaan dan lingkungan kerjanya, baik
secara fisik maupun psikis yang meliputi, antara lain: metode
bekerja, kondisi kerja dan lingkungan kerja yang mungkin
dapat menyebabkan kecelakaan, penyakit ataupun perubahan
dari kesehatan seseorang. Pada hakekatnya ilmu kesehatan
kerja mempelajari dinamika, akibat dan problematika yang
ditimbulkan akibat hubungan interaktif tiga komponen utama
yang mempengaruhi seseorang bila bekerja yaitu:
Kapasitas kerja: Status kesehatan kerja, gizi kerja, dan lain-
lain.
Beban kerja: fisik maupun mental.
Beban tambahan yang berasal dari lingkungan kerja antara
lain: bising, panas, debu, dan lain-lain.
Bila ketiga komponen tersebut serasi maka bisa dicapai suatu
kesehatan kerja yang optimal. Sebaliknya bila terdapat
ketidakserasian dapat menimbulkan masalah kesehatan kerja
berupa penyakit ataupun kecelakaan akibat kerja yang pada
akhirnya akan menurunkan produktifitas kerja.
Pengawasan Kesehatan dan Tujuan audit K3:
Keselamatan Kerja (K3) serta Untuk menilai potensi bahaya, gangguan kesehatan dan
Lingkungan keselamatan di lokasi kerja.
Memastikan dan menilai pengelolaan K3 telah
dilaksanakan sesuai ketentuan.
Menentukan langkah untuk mengendalikan bahaya
potensial serta pengembangan mutu.
Perbaikan dan pencegahan didasarkan atas hasil temuan
dari audit, identifikasi, penilaian risiko direkomendasikan
kepada manajemen puncak. Tinjauan ulang dan
peningkatan oleh pihak manajemen secara
berkesinambungan untuk menjamin kesesuaian dan
keefektifan dalam pencapaian kebijakan dan tujuan K3.
Metode Pelaporan Kesehatan dan 1. Pencatatan dan pelaporan K3 terintegrasi ke dalam
Keselamatan Kerja (K3) serta sistem pelaporan manajemen Proyek, yang meliputi:
Lingkungan o Pencatatan dan pelaporan K3.
o Pencatatan semua kegiatan K3.
o Pencaatan dan pelaporan KAK.
o Pencatatan dan pelaporan PAK.
2. Inspeksi dan pengujian, Inspeksi K3 merupakan suatu
kegiatan untuk menilai kegiatan K3 secara umum dan
tidak terlalu mendalam. Inspeksi K3 dilakukan secara
berkala, terutama oleh petugas K3 sehingga kejadian PAK
(penyakit akibat kerja) dan KAK (kecelakaan akibat
kerja) dapat dicegah sedini mungkin. Kegiatan lain
adalah pengujian baik terhadap lingkungan maupun
pemeriksaan terhadap pekerja beresiko seperti biological
monitoring (pemantauan secara biologis).
3. Melaksanakan audit K3, Audit K3 meliputi falsafah dan
tujuan, administrasi dan pengelolaan, karyawan dan
pimpinan, fasilitas dan peralatan, kebijakan dan
prosedur, pengembangan karyawan dan program
pendidikan, evaluasi dan pengendalian.
METODE PELAPORAN
Adapun dokumen-dokumen yang dihasilkan dalam Pengukuran Ulang (dibahas pada bagian
Mobilisasi) selanjutnya digunakan sebagai acuan dalam pembuatan Laporan Harian, Mingguan,
Bulanan, dan Kurva S.
Bagian ini kami memaparkan proses pelaporan pekerjaan dari awal hingga selesainya pekerjaan.
Laporan Harian
Laporan yang dibuat dari data prestasi pekerjaan harian yang dibuat oleh Pelaksana. Laporan ini
memuat sekurang-kurangnya:
1. Identitas Pekerjaan
2. Hari ke…. Minggu ke… dan Bulan ke….
3. Isi Laporan Harian:
Laporan Utama
Daftar Tenaga Kerja yang terlibat.
Daftar Peralatan yang digunakan.
Cuaca.
Alasan Percepatan/Kelambatan Pekerjaan.
4. Laporan Utama:
Acuan RAB Uitzet
Dibuat Bobot Persentase per Item Pekerjaan.
Bobot Prestasi Pekerjaan Hari Lalu, Hari Ini, dan Total Bobot Prestasi
Sisa Bobot Pekerjaan setelah dikurangi Total Capaian Bobot Prestasi Pekerjaan sampai
dengan Hari ini.
Format Laporan Harian secara umum dapat dilihat pada tabel berikut:
* Prestasi Pekerjaan didapat dari input lapangan, **∑P = Total Nilai Paket Pekerjaan
Para pihak yang bertanda tangan di dalam laporan harian: Petugas Lapangan dari masing-masing
Pelaksana Pelaksana, Petugas Lapangan yang ditunjuk oleh Direksi Pekerjaan, dan Petugas Lapangan
Direksi Pekerjaan (bila ada).
Laporan Mingguan
Laporan Mingguan adalah rekapitulasi laporan harian selama 1 (satu) minggu. Hal-hal yang dimuat
dalam Laporan Mingguan antara lain:
1. Identitas Pekerjaan
2. Minggu ke…. Bulan ke…
3. Laporan Utama:
Acuan Laporan Harian 7 hari dalam minggu yang bersangkutan.
Dibuat Bobot Persentase per Item Pekerjaan.
Bobot Prestasi Pekerjaan Minggu Lalu, Minggu Ini, dan Total Bobot Prestasi
Sisa Bobot Pekerjaan setelah dikurangi Total Pencapaian Bobot Prestasi Pekerjaan sampai dengan
Minggu ini.
Format Laporan Mingguan dapat dilihat pada tabel berikut:
* Diambil dari Prestasi Pekerjaan Hari ke-7 tiap Minggu, **∑P = Total Nilai Paket Pekerjaan
Laporan Bulanan
Laporan Bulanan adalah rekapitulasi pekerjaan Mingguan. Hal-hal yang dimuat dalam Laporan
Bulanan adalah antara lain:
1. Identitas Pekerjaan
2. Minggu ke….
3. Laporan Utama:
Acuan Laporan Mingguan (4 Minggu) dalam bulan yang bersangkutan.
Dibuat Bobot Persentase per Item Pekerjaan.
Bobot Prestasi Pekerjaan Bulan Lalu, Bulan Ini, dan Total Bobot Prestasi
Sisa Bobot Pekerjaan setelah dikurangi Total Pencapaian Bobot Prestasi Pekerjaan sampai
dengan Bulan ini.
Format Laporan Bulanan dapat dilihat pada tabel berikut:
* Diambil dari Prestasi Pekerjaan Minggu tiap Bulan, **∑P = Total Nilai Paket Pekerjaan
Kurva S
Jadual Pelaksanaan Pekerjaan dapat dituangkan dalam berbagai cara, tapi yang paling umum
digunakan dalam pekerjaan pemerintah adalah Kurva S. Yang dimuat dalam Kurva S adalah
antara lain: Identitas Pekerjaan, Para Pihak yang bertanggung jawab dalam Pekerjaan; Direksi
Pekerjaan, Konsultan Supervisi (Pengawas), dan Pelaksana.
*Dibagi sesuai dengan kebutuhan waktu yang tersedia, **Input diambil dari Laporan Mingguan, Minggu terakhir
Kurva S dipakai untuk melihat progress pekerjaan harian, mingguan, dan bulan. Dengan melihat
deviasinya, dapat diketahui suatu pekerjaan terlambat atau mendahului dari target. Target yang
dimaksud adalah jadual sesuai dengan kurva Rencana Prestasi Pekerjaan. Direksi Pekerjaan,
Konsultan Supervisi, dan Pelaksana Pelaksana dapat mengetahui sejak dini tentang prestasi
pekerjaan agar dapat dikoordinasikan dengan para pihak untuk mencegah masalah-masalah.
Ciri suatu pekerjaan mengalami keterlambatan, apabila garis kurva realisasi prestasi pekerjaan
berada di bawah garis rencana. Sebaliknya, suatu pekerjaan mendahului (lebih cepat), apabila
garis realisasi berada di atas kurva S rencana. Deviasi yang diperbolehkan dalam pekerjaan
biasanya < -10%. Kalau keterlambatan (deviasi) sudah mencapai -10%, konsultan supervisi dan
PPK sudah memberi surat peringatan kepada Pihak Pelaksana Pekerjaan.
Opname Pekerjaan (Pemeriksaan Pekerjaan di Lapangan):
Kuantitatif
Opnam kuantitatif adalah opnam volume yang dikerjakan di lapangan (realisasi). Hal-hal yang
diperlukan dalam opnam kuantitatif adalah: Dokumen Kontrak, Dokumen Perubahan, RAB Awal,
RAB Perubahan, Gambar Rencana, Gambar Perubahan, dan Gambar As Built Drawing. Namun
yang utama dalam opnam kuantitatif adalah bahwa volume harus sesuai dengan RAB terakhir
yang telah disepakati.
Kualitatif
Opnam kualitatif adalah pemeriksaan mutu (kualitas) suatu pekerjaan. Hal-hal yang diperlukan
dalam opnam kualitatif adalah antara lain: Dokumen Kontrak, Dokumen Perubahan, Spesifikasi
Teknis, Rencana Mutu Kontrak, Sertifikasi-sertifikasi yang Dipakai sebagai Standarisasi, Uji
Laboratorium, Uji (test) Lapangan, Mutu Pekerjaan di lapangan, Estetika, dan hal-hal yang
terkait dengan kualitas pekerjaan.
Pembenahan (Revisi)
Hal-hal yang ditemukan baik berkaitan dengan kuantitas maupun kualitas pekerjaan,
dituangkan dalam Dokumen Pembenahan (Revisi). Dokumen Pembenahan harus dikerjakan
sesuai kesepakatan para pihak, karena hal ini terkait dengan Pengakuan suatu pekerjaan.
Direksi Keet
Direksi Keet merupakan salah satu sarana yang berupa catatan-catatan para pihak terhadap
penyelesaian (proses) pekerjaan. Variasi direksi keet, disesuaikan dengan kualifikasi pekerjaan.
Catatan-catatan yang dituangkan dalam buku Direksi pekerjaan misalnya digunakan sebagai
catatan resmi yang harus ditindaklanjuti oleh para pihak.
Pemeliharaan Pekerjaan
Pemeliharaan adalah tahap di mana Pelaksana Pekerjaan melaksanakan pemeliharaan terhadap
hasil pekerjaan selama waktu 180 (seratus delapan puluh) hari kalender sesuai yang ditetapkan
dalam Dokumen Kontrak. Pemeliharaan dimaksudkan untuk menjaga hasil pekerjaan agar
sesuai dengan spesifikasi, kualitas, dan menjamin hingga umur rencana tercapai dengan
memperkirakan hasil deteksi selama masa pemeliharaan. Tujuan pemeliharaan juga adalah
untuk mempertahankan kondisi struktur beton tetap baik sesuai dengan tingkat pelayanan dan
kemampuannya pada saat struktur beton tersebut selesai dibangun dan dioperasikan sampai
dengan tercapainya umur rencana yang telah ditentukan.
Suatu struktur beton sekuat apapun tanpa didukung oleh sistem pengaliran air yang baik akan
dengan mudah menurunkan kekuatan struktur tersebut sebagai akibat dari melemahnya
kepadatan struktur yang telah dibuat. Pemeliharaan terhadap aliran air pada bagian permukaan
harus senantiasa mengalir dengan lancar karena genangan air hujan dapat melemahkan
struktur secara menyeluruh.