Anda di halaman 1dari 106

DENAH DAN LOKASI PEKERJAAN

PENDAHULUAN

Adapun Metode Pelaksanaan Pekerjaan yang kami paparkan mengacu pada tahapan atau urutan
pekerjaan di lapangan sesuai yang tertuang dalam Rencana Anggaran Biaya.
Tahapan pelaksanaan yang kami ajukan disesuaikan dengan mengacu pada Syarat-syarat Teknis yang
terlampir dalam Dokumen Pengadaan yang mensyaratkan pekerjaan ini dilaksanakan secara bertahap,
yang berarti proses tahapan pekerjaan di lokasi, baik persiapan (pengukuran), pengadaan dan
penyimpanan serta pengujian material, pembongkaran beton dermaga eksisting, pemotongan tiang
pancang eksisting, pengadaan tiang pancang, pemancangan tiang pancang tegak di darat,
pemancangan tiang pancang tegak di laut, pemancangan tiang pancang miring di laut, pengujian daya
dukung tiang, proteksi splash zone, pengadaan dan pemasangan cathodic protection serta pekerjaan
lainnya, dilaksanakan dengan penyelesaian secara berjalan dan sesuai persyaratan yang teruang guna
menghindari gangguan terhadap publik serta mengacu pada kontrak.
Adapun jadwal rencana penyelesaian pekerjaan ini kami tuangkan dalam Time Schedule (terlampir).
Sistem step by step tersebut akan kami laksanakan dengan memperhitungkan waktu pelaksanaan
dengan cara yang efektif dan efisien dengan mengutamakan hasil sesuai yang dipersyaratkan serta
sesuai waktu yang dijadwalkan dan tanpa kecelakaan kerja.
TAHAP PELAKSANAAN PEKERJAAN

Adapun pelaksanan pekerjaan Pekerjaan Replacement Dermaga (Multi Years 2018-2019) Di


Pelabuhan Fak-Fak ini akan dilaksanakan dengan uraian pelaksanaan antara lain:
PEKERJAAN PERSIAPAN

MOBILISASI
Yakni mencakup antara lain: Program Mobilisasi (pre-construction meeting), pengerahan Personil
dan Peralatan Kerja, penyediaan Fasilitas Pelaksana, serta Demobilisasi.
Sebagai kegiatan awal, Mobilisasi langsung akan dimulai pada minggu pertama pelaksanaan
pekerjaan/sejak penandatanganan kontrak dan/atau Gunning.
Program Mobilisasi / Pengajuan Kesiapan Kerja / Pra-Konstruksi
1) Dalam kurun waktu 7 hari setelah Penandatangan Kontrak, Pelaksana akan segera melaksanakan
Rapat Pra-Pelaksanaan (Pre-Construction Meeting) yang dihadiri Direksi Pekerjaan, Wakil Direksi
Pekerjaan (bila ada), dan Pelaksana Pekerjaan untuk membahas semua hal menyangkut jadwal
proses pelaksanaan pekerjaan ini secara detil, baik teknis maupun non teknis. Dalam periode ini
para Personil Inti sudah berada di lokasi pekerjaan.
2) Pre-Construction Meeting juga dimaksudkan sebagai bahan acuan antara Direksi Pekerjaan dan
Pelaksana dalam rangka penjadwalan dan kriteria yang tertuang dalam item mobilisasi ini.
3) Guna mempercepat proses pelaksanaan pekerjaan, maka dalam kurun waktu 3 (tiga) hari setelah
Rapat Pra-Pelaksanaan, kami selaku Pelaksana akan segera menyerahkan hasil Program Mobilisasi
dan jadwal rencana kemajuan pelaksanaan mobilisasi kepada Direksi Pekerjaan untuk mendapat
persetujuan.
4) Adapun Program mobilisasi menetapkan waktu untuk semua kegiatan mobilisasi yang disyaratkan:

1. Lokasi base camp dengan denah lokasi umum dan denah detil di lapangan yang menunjukkan
lokasi kantor Pelaksana, Gudang/Bengkel, dan Barak pekerja. Bilamana dipersyaratkan juga
menyangkut lokasi Laboratorium.
2. Jadwal pengiriman peralatan yang menunjukkan lokasi asal dari semua peralatan yang
tercantum dalam Daftar Peralatan Utama yang diusulkan dalam Penawaran, bersama dengan
usulan cara pengangkutan dan jadwal kedatangan serta penyimpanan peralatan di lapangan.
3. Setiap perubahan pada peralatan maupun personil yang diusulkan dalam Penawaran harus
memperoleh persetujuan dari Direski Pekerjaan.
 Daftar detail yang menunjukkan struktur yang memerlukan perkuatan (bila ada) agar aman
dilewati alat-alat berat, usulan metodologi pelaksanaan dan jadwal tanggal mulai dan tanggal
selesai untuk perkuatan setiap struktur.
 Adanya jadwal kemajuan yang lengkap dalam format bagan balok (bar chart) yang menunjukkan
tiap kegiatan mobilisasi utama dan suatu kurva kemajuan untuk menyatakan persentase
kemajuan mobilisasi.
 Bilamana perkuatan jembatan atau pembuatan jembatan darurat atau pembuatan timbunan
darurat pada jalan yang berdekatan dengan proyek diperlukan untuk memperlancar
pengangkutan peralatan milik Pelaksana, detil pekerjaan darurat ini juga harus diserahkan
bersama dengan Program Mobilisasi sesuai dengan ketentuan yang dipersyaratkan.
Mobilisasi Personil dan Peralatan serta Mobilisasi lainnya
1. Personil: Untuk memperoleh hasil pekerjaan yang sesuai dengan harapan baik dari segi kuantitas
maupun kualitas maka diperlukan Tenaga Ahli/Tenaga Terampil termasuk Tenaga Pendukung
(pekerja), dalam hal ini personil yang memiliki kompetensi dan kemampuan profesi keahlian
kerja dibidang jasa konstruksi pembangunan dermaga/replacement menurut disiplin keilmuan
dan/atau keterampilan sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan sebagaimana tercantum
dalam Dokumen Pengadaan serta posisinya dalam manajemen pelaksanaan pekerjaan sesuai
dengan organisasi pelaksanaan yang diajukan untuk melaksanakan pekerjaan.

2. Peralatan: Selain Tenaga Ahli/Tenaga Terampil, yang diyakni mampu memberi kontribusi
signifikan dalam pelaksanaan pekerjaan ini yakni Alat dan/atau Peralatan berat dalam bidang
konstruksi pembangunan pekerjaan pembangunan dermaga/replacement yang digunakan juga
merupakan faktor penting di dalam proyek. Tujuan penggunaan alat-alat berat tersebut untuk
memudahkan dalam melaksanakan pekerjaan, sehingga hasil yang diharapkan dapat tercapai
dengan mudah pada waktu yang relatif lebih singkat dari jadwal yang ditentukan, dan memiliki
jenis, kapasitas serta komposisi yang sesuai dengan persyaratan dalam Dokumen Pengadaan dan
atas petunjuk Direksi Pekerjaan.

3. Papan Nama Proyek: Yakni memuat tentang informasi tentang pelaksanaan pekerjaan. Adapun
jumlah Papan Nama Proyek minimal sebanyak 1 (satu) buah dan atau sesuai petunjuk Direksi
Pekerjaan. Ukuran, bahan, sesuai dalam RAB, serta penempatan juga atas petunjuk Direksi
pekerjaan.

Papan/multipleks dilapis plastik


Bahan: Digital Print (contoh)

Tiang/balok penyangga 5/10 (contoh)

4. Pembersihan lapangan: dilakukan untuk mendapatkan tempat kerja, penumpukan bahan-bahan


atau material, bangunan, gudang, direksi keet dan lainnya.

5. Pembuatan Kantor Lapangan, Base Camp (Bangsal), Gudang, dan bangunan fasilitas
lainnya: diadakan/dibangun dengan luas 60 m2 di sekitar lokasi pekerjaan (sewa lahan),
termasuk fasilitasnya (Ruang meeting, ruang peralatan, ruang administrasi, dilengkapi wc), dengan
persetujuan dari Direksi pekerjaan. Disamping itu juga membuat barak kerja dengan ukuran 75
m2.
Pembangunan ini dilaksanakan setelah pihak pelaksana memberikan hasil dari Program
Mobilisasi dan disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
Pelaksana juga harus menyediakan, memelihara dan melengkapi satu ruangan dengan ukuran yang
disetujui oleh Direksi Pekerjaan yang akan digunakan oleh staf Direksi Pekerjaan (Pengawas).
Area lapangan juga harus memiliki ruang K3, serta memiliki peralatan komunikasi lapangan.

6. Pemasangan Pagar Sementara


Pagar proyek berfungsi untuk mengamankan proyek dari gangguan luar karena dapat
memudahkan dalam melakukan kontrol keamanan, selain itu pagar proyek juga berfungsi untuk
menjaga keselamatan masyarakat sekitar dari bahaya yang mungkin terjadi dalam aktifitas
pembangunan gedung. Bahan material untuk dinding partisi area proyek menggunakan seng.
Pagar didirikan pada batas-batas yang mengelilingi tapak kegiatan dengan tinggi 2 meter.
Pagar proyek terbuat dari seng gelombang, dipasang pada tiang rangka kayu kelas II, serta pada
tempat-tempat yang ditentukan dibuat pintu masuk untuk kendaraan angkutan dan pintu masuk
orang, pintu terbuat dari rangka kayu.
Untuk penyelenggaraan keamanan proyek, Pelaksana harus menyediakan tenaga keamanan
sendiri yang memenuhi kualifikasi yang diperlukan, dengan jumlah yang diperkirakan
mencukupi areal pekerjaan proyek, disertai pemasangan spanduk vynil yang berisikan gambar
proyek, rambu rambu keselamatan

7. Pengukuran dan Pemasangan Bowplank:


Pelaksana melakukan pengukuran dan menentukan posisi serta ketinggian rencana bangunan di
lapangan. Pengukuran sesuai dengan referensi “Bench Mark” atau titik tetap di lapangan seperti
yang ditunjukkan pada gambar atau petunjuk direksi pekerjaan. Pengukuran untuk penentuan
dilakukan dengan metode triangulasi dan hasilnya disampaikan ke direksi pekerjaan untuk
mendapatkan persetujuan. Jika terdapat perbedaan antara rencana dalam gambar dengan hasil
pengukuran, maka pelaksana harus melaporkan hal itu kepada direksi pekerjaan sebelum
melanjutkan pekerjaan untuk mendapatkan keputusan dan dinyatakan dalam Berita Acara.
Keputusan akan hasil pengukuran oleh pelaksana akan didasarkan atas keamanan konstruksi dan
kelancaran operasional penggunaan bangunan tersebut.
Direksi pekerjaan menetapkan dua “bench mark” sebagai referensi. Bench marks mengacu pada
elevasi dermaga eksisting yaitu + 3.00 MLWS. Batas ketinggian (elevasi) dinyatakan dalam satuan
metric terhadap Low Water Spring (LWS). Sedang ukuran-ukuran lainnya dinyatakan dalam satuan
metric, kecuali bila dinyatakan lain.
Pelaksana membuat bow plank dan memasang patok patok pembantu sebagai pedoman
pelaksanaan pekerjaan untuk menjamin ketelitian bentuk, posisi, arah elevasi dan lain-lain yang
harus dipelihara ketetapan letak dan ketinggian selama pekerjaan berlangsung.
Sebelum pekerjaan dimulai patok-patok pembantu/bowplank harus disetujui oleh direksi
pekerjaan. Patok-patok dan referensi lainnya tidak boleh disingkirkan sebelum diperintahkan oleh
direksi pekerjaan.
8. Administrasi dan Dokumentasi: meliputi Pekerjaan Administrasi dan Dokumentasi,
Pembuatan Laporan dan Administrasi lain (termasuk didalamnya Program Mobilisasi) dan yang
berhubungan dengan pekerjaan secara berurutan dari awal hingga akhir proyek dengan baik.
Dokumentasi diserahkan kepada Direksi Pekerjaan/Konsultan Pengawas pada setiap akhir
bulannya.
Hasil-hasil pemotretan yang dipilih dan dianggap baik oleh Direksi Pekerjaan/Konsultan
Pengawas bila diminta berupa foto digital yang didokumentasikan dalam bentuk softcopy
CD/DVD sebanyak 3 (tiga) set dalam waktu 2 (dua) hari sesudahnya.

9. Air Kerja; Untuk keperluan pekerjaan dan pekerja, Pelaksana harus memiliki atau mendapatkan
sumber air yang layak atau menggunakan air PDAM. Kualitas air yang didapat harus treatment
sehingga memenuhi syarat. Air yang digunakan untuk penyiraman atau pemakaian lainnya harus
bersih, dan bebas dari bahan yang merugikan seperti minyak, garam, asam, basa, gula atau
organik. Air harus memenuhi ketentuan dalam AASHTO T26. Air yang diketahui dapat diminum
dapat digunakan tanpa pengujian.

10. Penerangan/Listrik: yakni mencakup penerangan lokasi pekerjaan dan penempatan titik lampu
penerangan. Bila pekerjaan harus dilakukan pada malam hari maka keperluan pencahayaan yang
memadai agar pekerjaan dapat tetap dilaksanakan secara efektif harus tersedia. Selama periode
pekerjaan, selain di lokasi base camp, akses ke tempat pekerjaan harus juga diberi pencahayaan
yang jelas. Semua bahan dan sistem pengkabelan untuk pasokan listrik dan sumbernya harus
dipasang secara sesuai.

11. Wilayah Kerja dan jalan masuk : Pelaksana melakukan segala kegiatan pekerjaan di area yang
telah ditentukan oleh direksi pekerjaan. Tata letak yang meliputi jalan masuk, lokasi penyimpanan
bahan bangunan dan jalur pengangkutan material dibuat oleh pelaksana dengan persetujuan
direksi pekerjaan.

12. Pembuatan Shop Drawing: Pelaksana membuat Shop Drawing sebelum suatu komponen
konstruksi dilaksanakan sebagai penjelasan detail dari gambar desain demi kesemurnaan
konstruksi.

13. As Built Drawing dan Buku Penggunaan & Pemeliharaan Bangunan


Sebelum Penyerahan Pekerjaan, Pelaksana Pekerjaan sudah harus menyelesaikan gambar sesuai
pelaksanaan yang terdiri atas :
a. Gambar Rancangan Pelaksanaan yang tidak mengalami perubahan dalam pelaksanaannya.
b. Shop Drawing sebagai penjelasan detail maupun yang berupa gambar - gambar perubahan.
Penyelesaian yang dimaksud pada ayat a di atas harus diartikan telah memperoleh persetujuan
Direksi Pekerjaan/Konsultan Pengawas setelah dilakukan pemeriksaan secara teliti.
Gambar sesuai pelaksanaan (As Built Drawing) maupun buku penggunaan dan pemeliharaan
bangunan merupakan bagian pekerjaan yang harus diserahkan pada saat Penyerahan ke I.
Kekurangan dalam hal ini akan berakibat penyerahan Pekerjaan ke I tidak dapat dilakukan. As
built drawings dibuat dalam rangkap 3 (tiga) dan dalam bentuk soft copy (CD/DVD) 3 (tiga) set.

14. Gambar Rencana/Rks yang Harus Diikuti


a. Bila terdapat perbedaan antara gambar rencana dengan gambar detail maka gambar detail
yang diikuti.
b. Bila dimensi dalam gambar rencana tidak sesuai dengan angka ukuran, maka ukuran dengan
angka yang diikuti, kecuali bila terjadi kesalahan penulisan angka tersebut yang jelas akan
menyebabkan ketidak sempurnaan/ketidaksesuaian konstruksi, harus mendapatkan
keputusan Direksi Pekerjaan lebih dahulu.
c. Bila terdapat perbedaan antara RKS dan Gambar Rencana, maka RKS yang diikuti, kecuali bila
hal tersebut terjadi karena kesalahan penulisan, yang jelas mengakibatkan kerusakan/
kelemahan konstruksi, harus mendapatkan keputusan Direksi Pekerjaan.
d. RKS dan Gambar Rencana saling melengkapi bila di dalam Gambar Rencana menyebutkan
lengkap sedang RKS tidak, maka Gambar Rencana yang harus diikuti, demikian juga sebaliknya.
e. Bila ada hal yang tergambar di Gambar Rencana namun tidak tertera di BOQ, maka Gambar
rencana yang harus diikuti.
f. Yang dimaksud dengan RKS dan Gambar Rencana di atas adalah RKS dan Gambar Rencana
setelah mendapatkan perubahan/penyempurnaan di dalam Berita Acara Penjelasan Pekerjaan.
g. Bila dalam Gambar Rencana terdapat kekurangan notasi ukuran, namun tercantum ukuran
skala gambar, maka ukuran berdasarkan skala gambar dapat dipergunakan.

15. Penelitian Dokumen Pelaksanaan : Pelaksana Pekerjaan berkewajiban meneliti kembali


seluruh dokumen pelaksanaan secara seksama dan bertanggung jawab. Bila di dalam penelitian
tersebut dijumpai Gambar Rencana atau persyaratan pelaksanaan yang tidak memenuhi syarat
teknis yang bila dilaksanakan dapat menimbulkan kerusakan konstruksi atau kegagalan struktur,
maka Pelaksana Pekerjaan wajib melaporkannya kepada Direksi Pekerjaan/Konsultan Pengawas
secara tertulis, dan dapat menangguhkan pelaksanaannya sampai memperoleh keputusan yang
pasti dari Direksi Pekerjaan/Konsultan Pengawas.
Bila akibat kekurang-telitian Pelaksana Pekerjaan dalam melakukan pemeriksaan Dokumen
Pelaksanaan tersebut, terjadi ketidak-sempurnaan konstruksi atau kegagalan struktur bangunan
maka Pelaksana Pekerjaan harus melaksanakan pembongkaran terhadap konstruksi yang sudah
dilaksanakan tersebut dan memperbaiki/melaksanakannya kembali setelah memperoleh
keputusan Direksi Pekerjaan tanpa ganti rugi apapun dari pihak-pihak lain.

16. Laporan : Pelaksana Pekerjaan wajib membuat dan menyerahkan laporan tertulis berisi rincian
mengenai segala kegiatan yang dilakukan, kondisi lingkungan, rincian jumlah pekerja yang
bekerja setiap harinya, hambatan/masalah yang timbul, dan perkembangan pekerjaan.
Pelaksana Pekerjaan diwajibkan mengusulkan format laporan harian, mingguan dan bulanan
untuk mendapatkan persetujuan dari Direksi Pekerjaan/Konsultan Pengawas.
a. Laporan Harian
Pelaksana Pekerjaan membuat laporan harian dan menyediakan Buku Harian di tempat
pekerjaan.
Segala kejadian yang menyangkut pelaksanaan pekerjaan dicatat setiap harinya.

Catatan tersebut meliputi:


1) Kondisi cuaca
2) Hari-hari kerja, hari-hari tidak bekerja dan lain-lain
3) Jenis pekerjaan yang dikerjakan setiap hari
4) Jumlah Pekerja yang dipekerjakan
5) Bahan-bahan bangunan yang datang, yang telah dipergunakan dan yang di tolak atau
diterima
6) Kemajuan dari pekerjaan
7) Kejadian-kejadian di tempat pekerjaan yang menyangkut pelaksanaan pekerjaan.
Buku harian tersebut harus ditanda tangani bersama antara Pelaksana Pekerjaan dan
Konsultan Pengawas sebagai tanda persetujuan. Apabila terjadi perbedaan pendapat,
maka masing-masing dapat mengajukan persoalan kepada Direksi Pekerjaan untuk
mendapat penyelesaian.
Disamping buku harian, Pelaksana Pekerjaan harus menyediakan Buku Direksi Pekerjaan,
dimana dicatat semua instruksi Direksi Pekerjaan yang ditanda tangani oleh Direksi
Pekerjaan.
b. Laporan Mingguan
Pelaksana Pekerjaan diwajibkan untuk membuat laporan mingguan yang berisikan kemajuan
fisik proyek yang dicapai pada minggu sebelumnya dan sampai minggu dimaksud. Laporan ini
harus dijilid sebanyak 3 (tiga) set dan diserahkan kepada Direksi Pekerjaan/Konsultan
Pengawas paling lambat pada hari Senin siang.
c. Laporan Bulanan
Pelaksana Pekerjaan diwajibkan juga membuat laporan bulanan yang berisikan semua
kegiatan pada bulan yang bersangkutan termasuk hambatan-hambatan yang dihadapi,
perubahanperubahan pelaksanaan yang telah mendapat persetujuan dari Direksi
Pekerjaan/Konsultan Pengawas yang dilengkapi dengan Gambar Rencana. Laporan bulanan
harus dijilid sebanyak 3 (tiga) set dan harus diserahkan kepada Direksi Pekerjaan/Konsultan
Pengawas paling lambat tanggal 10 (sepuluh) pada bulan berikutnya.
d. Laporan Akhir Proyek
Pelaksana Pekerjaan diwajibkan membuat laporan akhir proyek setelah proyek dinyatakan
selesai dan dapat diterima oleh Direksi Pekerjaan/Konsultan Pengawas. Laporan ini berupa
rekapitulasi dari laporan bulanan yang harus memuat semua perubahan-perubahan penting
selama berlangsungnya proyek. Laporan ini dibuat dalam rangkap 5 (lima) dan diserahkan
selambatlambatnya 30 (tiga puluh) hari setelah Serah Terima Pekerjaan.

e. Laporan Masa Pemeliharaan


Pelaksana Pekerjaan diwajibkan membuat Laporan Masa Pemeliharaan yang berisi kegiatan
selama Masa Pemeliharaan. Laporan ini dibuat dalam rangka 5 (lima) dan diserahkan
selambatlambatnya 5 (lima) hari setelah berakhirnya Masa Pemeliharaan.
f. Laporan Khusus
Pelaporan mengenai hal-hal yang khusus yang tidak tercatat baik pada laporan harian,
mingguan, bulanan, akhir proyek maupun laporan masa pemeliharaan, akan dituliskan pada
laporan khusus proyek yang ditambahkan pada lampiran. Selain buku catatan, dokumentasi
laporan berupa rekaman video juga harus disiapkan oleh Pelaksana Pekerjaan sebagai
lampiran.

17. Ijin-Ijin : Pembuatan ijin-ijin yang diperlukan dan berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan,
antara lain: ijin pengambilan material, ijin pembuangan, ijin trayek dan pemakaian jalan, ijin
penggunaan bangunan serta ijin-ijin lain yang diperlukan sesuai dengan ketentuan/peraturan
daerah setempat, harus cepat diselesaikan dan tembusannya disampaikan kepada Direksi
Pekerjaan. Termasuk pengurusan Ijin Mendirikan Bangunan kepada pemerintah setempat.

18. Ijin Tahapan Kerja : Untuk setiap tahapan pekerjaan yang akan dilaksanakan, Pelaksana wajib
membuat ijin tahapan pekerjaan yang diajukan kepada Direksi pekerjaan dan setelah mendapat
persetujuan Direksi maka pekerjaan baru boleh dilaksanakan.
19. Material dan Mutu Pekerjaan
a. Material yang dipakai dalam pekerjaan-pekerjaan ini diutamakan produksi dalam Negeri yang
memenuhi persyaratan teknis yang ditentukan.
b. Jika Pelaksana mengajukan bahan lain yang akan digunakan selain yang disyaratkan, maka
mutunya minimal harus sama dengan yang disyaratkan, dalam Dokumen Tender, sebelum
pemesanan bahan harus diberitahukan pada direksi pekerjaan yang meliputi jenis, kwalitas
bahan yang dipesan untuk mendapatkan persetujuan.
c. Semua bahan yang dipergunakan untuk melaksanakan setiap jenis pekerjaan harus terdiri dari
kualitas sesuai dengan yang tercantum dalam Rencana Kerja dan Syarat Teknis (Spesifikasi
Teknis) Pekerjaaan. Hasil pekerjaan dan mutu termasuk bahan bahan yang terpakai terlebih
dahulu harus dilaporkan, diterima dan disetujui Direksi pekerjaan sebelum dipergunakan.
d. Untuk bahan-bahan yang mutunya belum diatur dalam peraturan standar maupun ketentuan
dalam Spesifikasi Teknis, harus mendapat persetujuan dari Direksi pekerjaan sebelum
dipergunakan.
e. Untuk bahan-bahan yang mutunya masih berdasarkan standar Internasional, apabila
diperlukan, Direksi pekerjaan dapat meminta Pelaksana untuk menunjukkan sertifikat tes dari
agen, distributor yang menjual atau pabrik yang memproduksi bahan tersebut.
f. Apabila diperlukan, Direksi pekerjaan dapat meminta copy pembelian (faktur) yang dipesan
Pelaksana kepada leveransir atau distributor untuk pembelian bahan-bahan yang akan
dipakai.
g. Sebelum bahan-bahan yang dipesan dikirim ke lokasi proyek, Pelaksana harus menunjukkan
contoh dari bahan bersangkutan kepada Direksi untuk diperiksa dan diteliti mengenai jenis,
mutu, berat, kekuatan dan sifat-sifat penting lainnya dari bahan tersebut.
h. Apabila bahan-bahan yang dikirim ke lokasi proyek ternyata tidak sesuai dengan contoh yang
ditunjukkan, baik dalam hal mutu, jenis, bobot maupun kekuatannya, maka Direksi berwenang
untuk menolak bahan tersebut dan mengharuskan Pelaksana untuk menyingkirkannya dan
diganti dengan bahan-bahan yang sesuai dengan contoh yang telah diperiksa terdahulu.
i. Semua bahan yang disimpan di lokasi proyek harus diletakkan dan dilindungi sedemikian rupa
sehingga tidak akan terjadi kontaminasi atau mengalami proses lainnya yang dapat
mengakibatkan rusaknya atau menurunnya mutu bahan-bahan tersebut.
j. Sesuai dengan ketentuan yang berlaku, Pelaksana dilarang menyimpan bahan-bahan
berbahaya seperti minyak, cairan lainnya yang mudah terbakar, gas dan bahan kimia
sedemikian rupa sehingga keselamatan orang dan keamanan lingkungan sekitarnya dapat
dijamin.
k. Penggunaan bahan-bahan dalam pelaksanaan pekerjaan harus mengikuti pedoman atau
petunjuk dari pabrik yang memproduksinya. Kelalaian dalam hal ini merupakan tanggung
jawab Pelaksana.
l. Direksi pekerjaan dapat menunjuk seorang ahli dalam memeriksa mutu bahan-bahan yang
diajukan oleh Pelaksana, baik di lokasi proyek maupun di gudang leveransir atau dilokasi
pabrik atau produsen. Dalam melaksanakan tugasnya ahli mempunyai wewenang untuk
mewakili Direksi dalam menguji dan menilai bahan-bahan yang diajukan Pelaksana.

20. Kode, Standard, Sertifikat & Literatur Dari Pabrik


Pelaksana Pekerjaan harus menyediakan di lapangan, antara lain Foto copy persyaratan, standard
bahan, katalog, rekomendasi, dan sertifikat dari pabrik dan informasi lainnya yang diperlukan
untuk semua material yang dipergunakan dalam proyek ini serta petunjuk pemasangan barang-
barang tersebut harus mengikuti prosedur yang direkomendasikan oleh pabrik.

21. Cuaca
Pekerjaan harus diberhentikan apabila cuaca tidak mengijinkan yang mengakibatkan penurunan
mutu suatu pekerjaan.
22. Rambu Pengaman
a. Sebelum pelaksanaan pekerjaan dimulai hingga selesainya pekerjaan, Pelaksana harus
memasang Rambu Pengaman pada tempat-tempat yang rawan kecelakaan pada lokasi
pekerjaan maupun terhadap pihak-pihak lain (publik), dan atas persetujuan Direksi pekerjaan.
b. Adapun bentuk Rambu yang dipasang berupa Papan Peringatan, Garis Batas Pekerjaan,
Segitiga Pengaman, atapun tanda tanda visual lain yang bisa mendukung kegiatan tersebut.
c. Adapun isi dari pada dalam bentuk Papan Peringatan dan tanda-tanda perhatian harus atas
persetujuan Direksi pekerjaan.
d. Pada malam hari di tempat-tempat yang berbahaya harus dipasang lampu merah yang cukup
jelas dan terang menurut petunjuk Direksi untuk menghindari terjadinya kecelakaan.
e. Alat-alat dan bahan-bahan yang berada di tepi jalan pada malam hari juga harus diberi lampu
merah atau tanda yang jelas seperti tersebut diatas.
f. Penutupan jalur lintasan secara total tidak dibenarkan, kecuali setelah ada persetujuan tertulis
dari Direksi pekerjaan.
g. Pelaksana harus menjaga agar lalu lintas sekitar area pekerjaan tetap berjalan. Pelaksana
harus menyediakan minimal 2 (dua) orang untuk mengatur lalu lintas tersebut.
h. Penempatan alat-alat dan bahan-bahan diusahakan sedapat mungkin tidak mengganggu lalu
lintas. Bila karena terpaksa, bahan-bahan harus dituangkan di tepi jalan ke tempat yang tidak
mengganggu lalu lintas selambat-lambatnya dalam waktu 1x24 jam sesudah penurunan
bahan-bahan tersebut.
i. Setiap kecelakaan yang ditimbulkan oleh sebab kelalaian Pelaksana, sepenuhnya adalah
tanggung jawab Pelaksana.

23. Perlindungan terhadap Lingkungan Hidup


a. Mengambil langkah-langkah yang tepat untuk menjaga lingkungan hidup di dalam maupun di
luar tempat dan menghindari kerusakan atau gangguan terhadap orang-orang atau harta
benda akibat pencemaran, kebisingan atau akibat-akibat lainnya yang timbul sebagai akibat
dari metode operasinya.
b. Melakukan tindakan pengamanan terhadap barang penemuan berupa fosil, uang logam,
barang berharga atau antik, dan struktur peninggalan lain atau benda-benda geologis atau
arkeologis yang ditemukan di lapangan dan harus ditempatkan di bawah pengawasan dan
penguasaan Direksi Pekerjaan.
c. Pelaksana Pekerjaan dalam hubungannya dengan pekerjaan akan menyediakan dan
memelihara atas biaya sendiri semua pelampung atau tanda-tanda lainnya, lampu, sinyal,
penjagaan, pagar atau petugas jaga bila dan dimana perlu seperti yang dikehendaki oleh pihak
yang mewakili Direksi Pekerjaan/Konsultan Pengaws dan juga menyediakan material-material
yang berhubungan dengannya atau untuk memberi pertanda yang tepat bagi pekerjaan
dibawah permukaan air atau tambatan bangunan terapung dan kapal bantu milik Pelaksana
Pekerjaan atau bagi keselamatan dan kemudahan pelayanan atau kepentingan umum atau
lainnya.
d. Pelaksana Pekerjaan akan mengganti kerugian dan tidak akan mempersalahkan Direksi
Pekerjaan
terhadap setiap kerusakan, kerugian atau luka-luka yang diakibatkan pada pihak ketiga oleh
kelalaian Pelaksana Pekerjaan.

24. Kerusakan yang Harus Dihindari


a. Pelaksana Pekerjaan akan menggunakan segala cara yang wajar dalam menjaga jalan jalan atau
jembatan-jembatan yang menghubungkan tempat atau semua jalur ke lokasi proyek dari
kerusakan akibat lalu lintas yang disebabkan oleh Pelaksana Pekerjaan atau Sub-Pelaksana
Pekerjaan dan, secara khusus akan menyeleksi jalur yang ada, memilih dan menggunakan
kendaraan dan membatasi beban dan mendistribusi beban itu antara kendaraan sehingga
kemacetan luar biasa yang tidak dapat dielakkan yang terjadi dikarenakan pemindahan
material, bangunan, peralatan Pelaksana Pekerjaan atau Pekerjaan sementara dari dan ke
lokasi proyek dibatasi sebanyak mungkin, sehingga jalan jalan dan jembatan-jembatan
terhindar dari kerusakan yang tidak perluterjadi.
b. Pelaksana Pekerjaan harus bertanggung jawab dan akan membayar biaya untuk memperkuat
jembatan-jembatan atau merubah atau memperbaiki setiap jalan atau semua jalur yang
menghubungkannya dengan lokasi proyek sebagai fasilitas bagi pergerakan peralatan
Pelaksana
Pekerjaan atau Pekerjaan sementara dan Pelaksana Pekerjaan harus mengganti kerugian dan
melindungi Direksi Pekerjaan terhadap semua tuntutan akibat kerusakan setiap jalan atau
jembatan akibat pengangkutan tersebut, termasuk tuntutan yang mungkin ditujukan langsung
kepada Direksi Pekerjaan, dan akan melakukan negosiasi dan membayar semua tuntutan yang
timbul semata-mata akibat kerusakan tersebut.
c. Diluar dari pada ayat a, setiap kerusakan yang terjadi pada jembatan atau jalur penghubung
atau yang menghubungkannya dengan lokasi proyek yang ditimbulkan sebagai akibat dari
pengangkutan material atau bangunan, oleh Pelaksana Pekerjaan harus diberitahukan kepada
Direksi Pekerjaan dengan tembusan kepada Direksi Pekerjaan, secepatnya setelah menyadari
adanya kerusakan tersebut atau secepatnya setelah ia menerima tuntutan dari pihak
berwenang yang berhak mengajukan tuntutan. Berdasarkan peraturan atau perundang-
undangan bila timbul kerusakan yang terjadi sebagai akibat dan muatan material atau
bangunan, maka Pelaksana Pekerjaan diwajibkan untuk mengganti segala kerugian kepada
badan yang berwenang mengelola jalan dimana Direksi Pekerjaan tidak akan bertanggung
jawab terhadap semua biaya, denda atau pengeluaran yang berkenaan dengan hal tersebut.
Pada kasus lain Direksi Pekerjaan dapat mengadakan negosiasi dalam mencapai penyelesaikan
dan membayar semua biaya sehubungan dengan tuntutan, kelangsungan pekerjaan,
kerusakan, biaya, denda dan pengeluaran yang ada hubungannya dengan hal tersebut dan
membebaninya kemudian kepada Pelaksana Pekerjaan.
d. Bila dalam pandangan Direksi Pekerjaan sesuatu tuntutan atau bagian daripadanya,
dikarenakan kelalaian dari pihak Pelaksana Pekerjaan dalam mengamati dan menjalankan
kewajibannya berdasarkan ayat a, maka besarnya biaya yang ditentukan oleh Direksi
Pekerjaan setelah berkonsultasi dengan Konsultan Pengawas dan Pelaksana Pekerjaan, harus
menjadi tanggungan Pelaksana Pekerjaan.
e. Bila keadaan Pekerjaan sedemikian rupa sehingga Pelaksana Pekerjaan harus menyediakan
kapal pengangkut, maka peraturan dalam pasal ini mengenai apa yang disebut "jalan" adalah
pintu air, dock, tanggul laut atau struktur lainnya yang ada hubungannya dengan jalur lalu
lintas air dan "kendaran" termasuk kapal dan akan dirumuskan dengan peraturan-peraturan
yang sesuai.

25. Kebersihan Lokasi Proyek


Pelaksana Pekerjaan harus menjaga agar lokasi proyek, bebas dari semua halangan yang tidak
perlu dan akan menyimpan atau menyisihkan setiap peralatan dan kelebihan material milik
Pelaksana Pekerjaan dan membersihkan serta memindahkan segala rongsokan dan sampah yang
tidak perlu dari lokasi pekerjaan.

26. Jam Kerja


a. Pelaksana Pekerjaan dapat mengatur jam kerjanya sendiri untuk memenuhi target
penyelesaian pekerjaan.
b. Untuk pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan pada malam hari atau hari libur, Pelaksana
Pekerjaan harus memberitahukan terlebih dahulu kepada Direksi Pekerjaan/Konsultan
Pengawas, dan harus menyediakan/menyiapkan sarana yang diperlukan, misalnya penerangan
lampu dan sebagainya demi kesempurnaan pekerjaan, atas tanggungan biaya Pelaksana
Pekerjaan dan mendapatkan persetujuan Direksi Pekerjaan/ Konsultan Pengawas.

27. Pekerjaan yang Tidak Memenuhi Syarat


Untuk pekerjaan-pekerjaan yang tidak memenuhi syarat-syarat karena tidak sesuai dengan
Gambar Rencana atau RKS, maka atas perintah Direksi Pekerjaan pihak Pelaksana Pekerjaan
harus membongkarnya dalam jangka waktu yang ditetapkan oleh Direksi Pekerjaan dan
memperbaiki kembali atas tanggungan biaya pihak Pelaksana Pekerjaan.

28. Force Majeure


Yang dimaksud dengan Force Majeure ialah hal-hal yang menghambat jalannya pelaksanaan
pekerjaan yang tidak dapat diatasi.
Yang termasuk Force Majeure adalah Gempa Bumi, Banjir, Badai dengan Gelombang sangat besar,
Tsunami, Sabotase, Huru-hara, Kebijakan Pemerintah dalam bidang ekonomi sehingga Pelaksana
Pekerjaan tidak mampu melanjutkan pekerjaan.
Bilamana terjadi Force Majeure, Pelaksana Pekerjaan harus memberitahukan secara tertulis
kepada Direksi Pekerjaan/Konsultan Pengawas disertai dengan bukti-bukti yang nyata dan sah
dari Pemerintah Daerah setempat atau Instansi Majeure tersebut dan harus diajukan sebagai
alasan kelambatan dalam batas waktu selambat-lambatnya 2 (dua) hari setelah peristiwa terjadi.
Jika batas waktu tersebut di atas dilampaui, maka Direksi Pekerjaan berhak menolak Force
Majeure tersebut.

29. Gambar-gambar dan Ukuran


a. Gambar-gambar yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan adalah:
1. Gambar yang termasuk dalam dokumen pengadaan;
2. Gambar perubahan yang disetujui Direksi (setelah pengukuran ulang);
3. Gambar lain yang disediakan dan disetujui Direksi.
b. Direksi akan membubuhkan tanda tangan persetujuan atau pendapat/revisi pada satu lembar
gambar tersebut dan mengembalikannya kepada Pelaksana. Setelah diperbaiki, pelaksana
harus mengajukan kembali gambar yang oleh Direksi diminta untuk direvisi.
c. Gambar tersebut harus digambar kembali diatas kertas kalkir dan setelah disetujui oleh
Direksi, maka pemborong akan menyerahkan kepada Direksi gambar asli dan 3 (tiga) lembar
hasil produksinya sebagai Shop Drawing.
d. Pelaksana diharuskan menyimpan satu set di kantor lapangan untuk dipergunakan setiap saat
apabila diperlukan.
e. Gambar-gambar pelaksanaan (shop drawing) dan detailnya harus mendapat persetujuan
Direksi sebelum dipergunakan dalam pelaksanaan pekerjaan.
f. Pada penyerahan terakhir pekerjaan yakni sesudah selesainya masa pemeliharaan harus
disertai Gambar hasil pelaksanaan (as built drawing).
g. Semua ukuran dinyatakan dalam sistem metrik.
h. Kalau terdapat perbedaan dengan spesifikasi maka yang benar dan berlaku adalah yang
ditetapkan oleh Direksi.

30. Tanggung Jawab Pelaksana


Sebelum pelaksanaan pekerjaan, Pelaksana wajib memeriksa area pekerjaan dan harus
mengkonsultasikan dengan Direksi pekerjaan, Pengawas, serta Perencana. Segala sesuatu
kerusakan yang timbul akibat kelalaian Pelaksana tidak melaksanakan pemeriksaan kekuatan
termasuk hal lainnya, maka hal tersebut menjadi tanggung jawab Pelaksana. Pada keadaan
apapun, dimana pekerjaan-pekerjaan yang dilaksanakan telah mendapat persetujuan Direksi
pekerjaan, tidak berarti membebaskan Pelaksana atas tanggung jawab pada pekerjaannya sesuai
dengan isi kontrak.

31. Manajemen dan Keselamatan Lalu Lintas


Dalam melaksanakan setiap tahapan pekerjaan, mulai dari awal (mobilisasi) sampai dengan
akhir kegiatan di lapangan, Pelaksana berkomitmen untuk berupaya menghilangkan atau
meminimalkan gangguan arus lalu lintas yang dapat muncul di sekitar lokasi pekerjaan.
Agar dalam pelaksanaan pekerjaan tidak terjadi kerugian dipihak pengguna jalan akibat
gangguan lalu lintas, maka Manajemen lalu lintas dapat dilaksanakan dengan cara sebagai
berikut:
- Mengatur secara tepat jadwal pelaksanaan setiap jenis pekerjaan di lapangan atau di setiap
titik/lokasi kerja.
- Memasang rambu-rambu di sekitar titik/lokasi pekerjaan, dan menempatkannya secara tepat
dan benar.
- Menempatkan petugas pengatur lalu lintas yang terdiri dari Koordinator dan pembantunya
untuk mengatur dan mengarahkan arus lalu lintas.
- Berkoordinasi dengan pihak yang berwenang terkait pengalihan dan/atau penutupan jalan
pada titik/lokasi pekerjaan.
- Pada saat pekerjaan, rambu-rambu diletakkan sepanjang daerah galian dan atau
penghamparan material. Rambu-rambu yang dipasang haruslah mempunyai cat dengan
pantulan cahaya (reflector) guna menghindari kecelakaan pada malam hari.
- Menerapkan dan mengaplikasikan sesuai yang tertuang dalam Rencana Kerja dan Syarat
Teknis.

32. Penerapan Sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


Yakni tersedianya Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja atau Occupational Health
and Safety Management System (SMK3/OHSMS) dimana system ini diperlukan untuk mencegah,
menurunkan atau meminimalisir insiden atau potensinya, sehingga tercipta tempat kerja yang
aman dan sehat serta untuk memberikan hasil pekerjaan yang baik dan tanpa masalah sekaligus
memberikan perlindungan kepada karyawan/tenaga kerja di lapangan dalam keselamatan dan
kesehatan kerja.
Item ini dilaksanakan terutama pada saat pekerjaan fisik dimulai untuk mencegah terjadinya
kecelakaan pada proses pembangunan lapangan penumpukan maupun kecelakaan kerja serta
menghindari gangguan arus lalu lintas, pada setiap waktu mulai berjalannya kontrak hingga
berakhirnya kontrak kerja.
Proses pelaksanaan pekerjaan lapangan penumpukan ini dilaksanakan dengan Struktur Personil
K3 secara terpisah dengan struktur Pelaksana Jalan. Penggunaan rambu lalu lintas dan rambu
keselamatan kerja (K3) disesuaikan dengan kebutuhan di lapangan.
Adapun secara detil tentang metode Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) ini lebih lanjut kami
tuangkan dalam tiap item bagian pekerjaan, dimana prinsip K3 tetap menjadi prioritas utama.
Selain itu juga kami tuangkan dalam Metode Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta
Lingkungan (K3L) serta Rencana Keselamatan dan Kesehatan Kerja Kontrak atau RK3K
(terlampir).

33. Manajemen Mutu


Meliputi kegiatan Laboratorium berupa Pemeriksaaan struktur material dan Pembuatan JMF dan
kontrol mutu hasil pekerjaan lapangan.
Quality Control atau pengendalian mutu adalah untuk menjamin agar diperoleh hasil kerja yang
baik sesuai dengan mutu yang disyaratkan terhadap pelaksanaan pekerjaan, yang antara lain
merupakan pengontrolan:
 Seluruh material yang digunakan;
 Pemilihan tenaga kerja;
 Perawatan alat;
 Test material di laboratorium dan lapangan.
Melakukan pemeriksaan secara teratur, baik terhadap bahan-bahan yang digunakan dalam
pelaksanaan pekerjaan, maupun terhadap cara pelaksanaan pekerjaannya sendiri. Meskipun
untuk hal-hal tersebut di atas sudah ada penanggungjawabnya langsung, kiranya perlu ditunjuk
petugas khusus Quality Control yang dikoordinasikan oleh bagian Teknik dan melakukan proses
Quality Control dan prosedurnya yang berlaku diproyek yang dilaksanakan.
Manajemen mutu di proyek akan melaksanakan semua kegiatan sistematik dan terencana yang
diterapkan sebagai bagian dari sistem mutu perusahaan untuk menjamin bahwa proses
pelaksanaan di proyek secara terkendali dan konsisten dapat mencapai semua sasaran dan
persyaratan mutu yang diminta dalam gambar-gambar pelaksanaan dan spesifikasi pekerjaan
pengendalian mutu di pelaksanaan akan dapat dijalankan dengan baik dengan adanya:
 Sasaran mutu yang jelas
 Sumber daya manusia yang profesional dan tanggung jawab yang jelas
 Organisasi proyek yang handal
 Sistem dan prosedur mutu yang baku
 Penerapan manajemen mutu yang konsisten

34. Peralatan Survey


Pelaksana Pekerjaan menyediakan peralatan yang sewaktu-waktu akan dipakai oleh Direksi
Pekerjaan dan staf, Alat-alat tersebut harus disetujui Direksi Pekerjaan. Selama pelaksanaan
pekerjaan Pelaksana wajib menyediakan Operator dari peralatan tersebut dan setelah pekerjaan
selesai seluruh peralatan tersebut akan dikembalikan kepada Pelaksana Pekerjaan.

35. Peralatan yang digunakan


Pelaksana menyediakan alat yang digunakan selama proses pekerjaan.
No Nama Alat Kapasitas Minimum Jumlah Umur
1 Tug Boat 320 HP 1 unit 25 tahun
2 Pile Driving Hammer 4,5 ton 1 unit 25 tahun
3 Crane Pancang 35 ton 1 unit 20 tahun
4 Ponton Pancang 120 Feet 1 unit 25 tahun
5 Ponton Service 100 Feet 1 unit 25 tahun
6 Genset 135 kVA 1 unit 20 tahun
7 Excavator + breaker 20 ton 1 unit 10 tahun
8 Jack Hammer - 3 unit 10 tahun
9 Concrete Vibrator 55 HP 2 unit 10 tahun
10 Total Station/Theodolit - 1 unit 10 tahun

36. Kualifikasi Tenaga Kerja


Pelaksana pekerjaan menyediakan personil inti minimal seperti dibawah ini dimana masing-
masing personil harus memiliki pendidikan minimal dan mempunyai sertifikat keahlian
sebagaimana disyaratkan dalam kriteria evaluasi dalam tabel.
Pengalaman
Sertifikat min
No Jabatan Pendidikan pada Sub. Bid
yang dimiliki
sejenis (thn)
Ahli Madya Manajemen
1 Project Manager S1 Teknik Sipil 5 Proyek/Manajemen Konstruksi &
Ahli K3 Konstruksi
2 Site Engineer S1 Sipil 5 Ahli Madya Teknik Dermaga
3 Surveyor D3 Geodesi/Sipil 5 Ahli Madya Geodesi
4 Administrator D3 5 -
Safety Health
5 D3 5 Ahli Madya K3
Officer
Quantity Ahli Madya Teknik Dermaga atau
6 D3 Sipil 5
Surveyor Teknik Bangunan Gedung
Ahli Madya Teknik Dermaga atau
7 Quality Control D3 Sipil 5
Teknik Bangunan Gedung
8 Welder SMA/ Sederajat 5 STK Juru Las/Welder Sertifikat
37. Pemberitahuan untuk Memulai Pekerjaan
Pelaksana memberikan penjelasan tertulis selengkapnya, apabila Direksi Pekerjaan dan/atau
Pengawas memerlukan tentang tempat-tempat asal material yang didatangkan untuk suatu tahap
pekerjaan yang akan dimulai.
Dalam keadaan apapun tidak dibenarkan untuk memulai pekerjaan yang sifatnya permanen tanpa
terlebih dahulu mendapat persetujuan dari Direksi Pekerjaan dan/ atau Pengawas.
Pemberitahuan tertulis lengkap dan jelas harus terlebih dahulu disampaikan kepada Direksi
Pekerjaan dan/ atau Pengawas dan dalam jangka waktu yang cukup tetapi tidak kurang dari 3
(tiga) hari kerja sebelum dimulainya pelaksanaan bagian pekerjaan, agar Direksi Pekerjaan
dan/atau Pengawas mempunyai waktu yang cukup apabila dipertimbangkan bahwa perlu
mengadakan penelitian dan pengujian terlebih dahulu atas persiapan pekerjaan tersebut.
Pemberitahuan kepada Direksi Pekerjaan/Pengawas harus disertai kelengkapan sebagai berikut:
a. Jadwal pekerjaan termasuk jadwal pengujian.
b. Metoda kerja (cara kerja, urutan-urutan kerja, jenis alat yang digunakan, pengujian dan lain-
lain).
c. Gambar rencana (shop drawing) untuk melaksanakan bagian-bagian pekerjaan yang
memerlukan penjelasan dalam bentuk gambar.

38. Pemilihan/Penetapan Sub Kontraktor


Subkontrak yang yang dipilih/ditetapkan berarti subkontraktor yang sudah dinyatakan
mempunyai kompetensi, sumber daya, dan kemampuan keuangan yang cukup oleh Pelaksana
Pekerjaan, serta mendapatkan persetujuan dari Direksi Pekerjaan.
39. Demobilisasi, dilaksanakan pada tahap pekerjaan dinyatakan telah selesai atau rampung oleh
Direksi Pekerjaan. Selain Demobilisasi Peralatan, juga termasuk pembongkaran lokasi base camp
(fasilitas Pelaksana) oleh Pelaksana pada saat akhir Kontrak, termasuk pemindahan semua instalasi,
peralatan dan perlengkapan dari tanah milik Pemerintah/sewa dan pengembalian kondisi base camp
menjadi kondisi seperti semula sebelum Pekerjaan dimulai.

40. Penerapan dan mengaplikasikan pola kerja dan mekanismenya sesuai yang tertuang dalam
Rencana Kerja dan Syarat Teknis pekerjaan.

Bahan-bahan yang Digunakan


Bahan-bahan yang akan digunakan pada pekerjaan ini harus mengutamakan penggunaan bahan-
bahan yang telah diproduksi di dalam negeri dan sesuai dengan spesifikasi yang disyaratkan dalam
Rencana Kerja dan Syarat Teknis (RKS).

Spesifikasi Standar
Kecuali ditentukan lain dalam spesifikasi atau diijinkan oleh Direksi Pekerjaan secara tertulis semua
bahan-bahan atau barang-barang harus sesuai dengan terbitan terbaru dari J.I.S. yang dapat
digunakan atau British Standard (selanjutnya disebut BS.) atau American Society For Testing And
Materials (selanjutnya disebut ASTM) dan Standar Nasional Indonesia (selanjutnya disebut SNI).
Bahan-bahan lain yang tidak sepenuhnya disebut didalamnya dan untuk mana tidak ada dalam
JIS, ASTM, BS, atau SNI, harus disetujui secara khusus oleh Direksi Pekerjaan.
Pemeriksaan dan Pengujian
o Semua bahan dan barang yang diajukan oleh Pelaksana Pekerjaan untuk digunakan di dalam
pekerjaan ini harus dapat diperiksa, diuji dan dianalisa setiap waktu, jika diminta oleh Direksi
Pekerjaan.
o Jika Direksi Pekerjaan menganggap perlu, maka Pelaksana atas biayanya sendiri harus dapat
melaksanakan pengujian sesuai standard pengujiannya dan menyertakan sertifikat dari pabrik
yang mengeluarkan produksi bahan dan barang/benda yang diminta.
o Dan atas biayanya sendiri, Pelaksana harus menyediakan dan mempersiapkan
bahan-bahan yang akan diuji yang sewaktu-waktu akan diminta.
o Hasil pemeriksaan/pengujian tersebut harus dipelihara dengan baik dan disimpan oleh
Pelaksana dan apabila diminta harus dapat menunjukkan kepada Direksi Pekerjaan setiap
saat.
o Setiap pengujian bahan atau pekerjaan yang telah selesai di lapangan harus disaksikan
Direksi Pekerjaan dan harus dilaksanakan dengan ketentuan-ketentuan yang diminta oleh
Direksi Pekerjaan.
o Semua bahan-bahan yang dipakai dalam proyek/pekerjaan, harus mendapat persetujuan
Direksi Pekerjaan sebelum dipakai/dipasang, meskipun bahan-bahan tersebut telah dinyatakan
dapat diterima pada waktu didatangkan di site.
o Setiap kerugian atau kerusakan yang disebabkan oleh tidak disetujuinya bahan-bahan tersebut
oleh Direksi Pekerjaan menjadi tanggungan Pelaksana.
o Direksi Pekerjaan mempunyai kebebasan untuk menolak salah satu atau semua bahan-bahan
yang tidak sama kualitas dan sifatnya seperti contoh-contoh yang telah disetujui dan Penyedia
Jasa harus segera memindahkan bahan-bahan atau membongkar pekerjaan yang dimaksud
atas tanggungannya.

1. BETON BERTULANG
Persyaratan serta standar-standar mengikuti SNI 03-2847-2002, ACI 318, JIS G 3112 , AWS D 21.1,
ASTM A 615 . Karakteristik beton untuk dermaga sebagai berikut:
a. Kuat tekan beton caping beam, dll adalah menggunakan fc’ 35 MPa atau setara K-400, serta
menggunakan tambahan zat additive silicafume dan superplastitizer.
b. Water cement ratio (W/C) berada pada rentang 0,4 – 0,42.
2. MATERIAL BAJA
a. Baja Tulangan
Setiap jenis baja tulangan yang digunakan untuk penulangan beton harus diproduksi oleh
pabrik baja yang dapat menunjukkan sertifikat standar mutu, sesuai dengan standar yang
diikuti dan harus disetujui oleh Direksi Pekerjaan/Pengawas Lapangan.
Persyaratan baja tulangan mengikuti standar JIS G 3112. Mutu baja tulangan memiliki
karakteristik sebagai berikut:
o Tulangan ϕ< 13mm (polos) : U-24; fy = 2400 kg/cm2; Es = 2,100,000 kg/cm2
o Tulangan D≥ 13mm (deformed) : U-40; fy = 4000 kg/cm2; Es = 2,100,000 kg/cm2
Sertifikat pabrik harus diberikan untuk persyaratan baja tulangan tersebut.
Penyimpanan Baja Tulangan
Baja tulangan tidak diijinkan ditempatkan langsung di atas permukaan tanah. Baja tulangan
harus ditempatkan di atas rak-rak kayu atau di atas lantai semen atau pasir.
Baja tulangan tersebut harus diberi tanda-tanda yang jelas dari berbagai mutu/jenis dan
diameter yang digunakan dan disusun secara terpisah menurut tanda yang telah diberikan,
untuk menghindari kesalahan penggunaannya/tertukar.
Penempatan baja tulangan di udara terbuka untuk jangka waktu lebih dari 1 (satu) bulan
harus dicegah yaitu dengan membangun gudang atau dilindungi dengan tenda/terpal tidak
tembus air.
b. Baut, Paku, dan Mur
Baut mutu tinggi yang digunakan untuk pengangkuran bollard harus dihasilkan pabrik yang
disertai sertifikat standard mutu serta harus mendapat persetujuan dari Direksi
Pekerjaan/Pengawas Lapangan. Untuk baut dan mur direncanakan memenuhi ASTM A.307
dan ASTM A.325, seluruhnya digalvanis.
c. Plat dan Baja Profil
Untuk baja profil, plat baja dan material baja struktural lainnya mengacu kepada JIS G3101
atau ASTM A36 dengan tegangan leleh minimum 2400 kg/cm2.
Jika dianggap perlu, Pengawas Lapangan dapat mengirim sample dari baja tersebut ke
laboratorium yang diakui untuk analisa mekanis dan kimiawi.
Pengangkutan dan penyimpanan profil baja
Dalam pengangkutan profil baja harus diambil langkah-langkah yang tepat untuk melindungi
profil baja menjadi bengkok, cacat cacat permanen.
Pada waktu pemuatan dan pembongkaran profil baja, semua profil baja harus diperlakukan
sedemikian sehingga tidak terjadi pelengkungan-pelengkungan yang besar. Profil baja tidak
boleh ditumpuk lebih dari 3,5 m dan balok- balok penumpunya ditempatkan
diantara lapisan dengan jarak antara sebesar 4,0 m. Ukuran standar balok, kayu penumpu
adalah 10x10 cm2. Dimana ada kemungkinan profil baja melendut, maka harus segera
dilakukan penumpukan/pengaturan kembali.
Pelaksana Pekerjaan harus mendapatkan sertifikat dari pabrik baja yang memprodusirnya dan
sertifikat tersebut harus dapat disetujui Pengawas Lapangan.
3. SEMEN
Jenis semen yang dipakai untuk beton dan adukan dalam pekerjaan ini adalah tipe 1 yang
memenuhi ketentuan dan syarat-syarat dalam SNI 03-2847-2002, atau type lain yang mendapat
persetujuan dari Direksi Pekerjaan. Semen ditambah bahan Additive Silica Fume yang sesuai
dengan JIS R 5210 atau ASTM C 150, terkecuali jika ditentukan lain.
Penggunaan bahan tambahan dan semen jenis lain misalnya yang dapat cepat mengeras, harus
mendapat persetujuan dari Direksi Pekerjaan/Pengawas Lapangan. Jika Pelaksana Pekerjaan
menginginkan, maka P.C. yang cepat mengeras boleh dipakai sebagai pengganti P.C. tahan sulfat
asal mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Pengawas Lapangan/Engineer/Pengawas.
Sertifikat Pengujian dan Lain-Lain
Setiap pengiriman semen harus disertai dengan pengiriman sertifikat dari pabrik yang
menunjukkan bahwa semen tersebut telah diuji dan dianalisa mengenai komposisi kimianya dan
bahwa uji dan analisa tersebut dalam semua hal sesuai dengan persyaratan - persyaratan yang
relevan dengan JIS, BS atau SNI. Setiap pengiriman semen, yang dikirim ke site harus diuji dan
dianalisa menurut persyaratan yang relevan dengan JIS, BS atau SNI. Sample akan dikumpulkan
sebagaimana ditentukan oleh Pengawas Lapangan dan pengujian harus dilaksanakan pada
laboratorium yang telah disetujuinya. Semen yang telah dipakai untuk sample tidak boleh dipakai
pada pekerjaan apapun sebelum uji-cobanya dan analisanya telah selesai dan hasilnya telah
diterima dengan baik oleh Pengawas Lapangan. Sebagai tambahan dari test dan analisa tersebut
diatas, Pengawas Lapangan dapat menguji semen yang telah disimpan di Site sebelum dipakai
untuk menentukan apakah semen yang didatangkan telah rusak selama pengangkutan atau
selama disimpan. Tidak boleh ada semen yang dipakai sebelum diterima dan dinyatakan baik oleh
Pengawas Lapangan. Banyaknya semen untuk test tidak ditentukan dan ongkos pengujiannya
harus dimasukkan dalam bill of quantity untuk masing-masing pekerjaan. Pengawas Lapangan
dapat menolak semen yang didatangkan/yang ada, berdasarkan hasil pengujian yang telah
dilakukan, meskipun semen itu telah mendapat sertifikat pabrik. Semua semen yang telah ditolak
harus segera dipindahkan dari Site, atas biaya Pelaksana Pekerjaan.
Pengangkutan dan Penyimpanan Semen
Umur semen pada waktu pengiriman di lapangan tidak boleh lebih dari 2 (dua) bulan dan harus
digunakan dalam waktu tidak lebih dari 3 (tiga) bulan setelah tiba di lapangan. Pengiriman semen
ke lapangan harus dalam kendaraan tertutup/terlindung dengan baik terhadap cuaca dan harus
disimpan dengan baik didalam gudang-gudang yang mempunyai cukup lubang udara (ventilasi),
tahan terhadap cuaca dan air untuk mencegah kerusakan karena kelembaban udara.
Lantai gudang semen harus terbuat dari kayu dengan tinggi minimum adalah 30 cm diatas tanah
dan diberi ventilasi.
Pengiriman semen harus dapat dipisah-pisahkan dan segera ditempatkan didalam gudang-gudang
tersebut diatas agar dapat dengan mudah diidentifikasikan, diperiksa, ditest, dikontrol
pengeluarannya, dan dipakai pada pelaksanaan sesuai dengan urutan datangnya.
Penumpukan semen dalam kantong/zak tidak boleh lebih dari 13 (tiga belas) tumpukan zak.
Semen dari jenis berbeda, harus disimpan secara terpisah agar dalam penggunaannya tidak
tertukar. Penggunaan semen dalam jumlah yang besar dapat dikerjakan dengan urutan pemakaian.
Semen yang telah menggumpal tidak diperbolehkan untuk digunakan lagi didalam pekerjaan
konstruksi.
Pelaksana Pekerjaan harus menyampaikan laporan mingguan kepada Direksi Pekerjaan/Pengawas
Lapangan mengenai sumber pengadaan, pengiriman, penyimpanan, dan menjelaskan berapa
banyak semen yang diterima dan dikeluarkan, serta penggunaannya pada jenis pekerjaan yang
telah dilakukan selama minggu tersebut.

4. AGREGAT UNTUK BETON


Agregat untuk beton harus diambil dari sumber-sumber yang disetujui dan memenuhi syarat-
syarat dalam SNI atau BS 882, 2201, Part 2, atau standar lain yang disetujui Pengawas Lapangan/
Engineer/Pengawas.
Apabila agregat dari sumber yang telah disetujui ternyata menyimpang dari contoh-contoh yang
telah disetujui dan tidak memenuhi syarat-syarat tersebut diatas, maka sumber tersebut dapat
ditolak.
Suatu jumlah stock yang telah disetujui Direksi Pekerjaan/Pengawas Lapangan harus selalu ada di
lapangan untuk memungkinkan pembuatan beton secara menerus dengan jangka waktu 2 (dua)
minggu tanpa berhenti.
Agregat Halus
Pada dasarnya persyaratan agregat halus harus mengikuti ASTM C 33. Agregat halus untuk beton
dapat berupa pasir alam sebagai hasil desintegrasi alami dari batuan atau berupa pasir buatan
yang dihasilkan dari alat pemecah batu.
Agregat halus harus terdiri atas butiran yang tajam dan keras yang bersifat kekal, artinya tidak
pecah atau hancur oleh pengaruh cuaca, seperti panas matahari dan hujan.
Pasir untuk beton harus bersih dan bebas dari clay atau zat-zat organik, dan harus mempunyai
gradasi sedemikian apabila dicampur dengan agregat kasar, akan menghasilkan beton dengan
kerapatan maximum.
Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 3% (ditentukan terhadap berat kering).
Apabila kadar lumpur melampaui 3%, agregat halus harus dicuci.
Yang diartikan dengan lumpur adalah butir-butir yang dapat melalui ayakan 0,063 mm. Agregat
halus tidak boleh mengandung bahan-bahan organis terlalu banyak, yang bila perlu dibuktikan
dengan percobaan warna dari Abrams-Harder (dengan larutan NaOH) sesuai ASTM C 40.
Agregat halus yang tidak memenuhi percobaan warna ini dapat juga dipakai, asalkan kekuatan
tekan sample mortar dengan agregat tersebut pada umur 7 (tujuh) dan 28 (dua puluh delapan)
hari tidak kurang dari 95% dari kekuatan adukan dengan agregat yang sama, tetapi dicuci dalam
larutan 3% NaOH yang kemudian dicuci dengan air hingga bersih pada umur yang sama. Test ini
harus dilakukan sesuai dengan ASTM C 87.
Gradasi dari agregat halus harus masuk dalam batasan yang ditentukan dalam BS 1198 – 1200
atau dalam SNI atau dalam tabel berikut ini dari JIS.
Prosentase terhadap berat yang lolos saringan (JIS A 1102 sieve)

10 5 2,5 1,2 0,60 0,30 0,15


% 100 90-100 80-100 50-90 25-65 10-35 2-10

Pasir dari pecahan batu dapat ditambahkan pada pasir alami untuk memperoleh pasir dengan
gradasi yang memenuhi syarat. Pasir dari pecahan batu saja dapat dipakai hanya atas persetujuan
Pengawas Lapangan.
Pasir laut tidak boleh dipakai sebagai agregat halus untuk semua mutu beton.
Agregat halus harus mempunyai gradasi sedemikian sehingga apabila dicampur dengan agregat
kasar akan menghasilkan beton, dengan kerapatan maksimum.
Pasir dari pecahan batu saja hanya dapat dipakai atas persetujuan Direksi Pekerjaan/Pengawas
Lapangan.

Agregat Kasar Pengambilan Contoh dan Testing untuk Agregat


Agregat kasar terdiri dari kerikil/gravel yang telah disetujui atau pecahan batuan dengan ukuran
butir maximum tidak melebihi daftar dibawah ini.
Untuk seluruh pekerjaan beton agregat kasar harus memenuhi persyaratan gradasi yang
ditentukan dalam BS 882, 1201, Part 2, Table 1, untuk saringan 40 mm - 5 mm, 20 mm - 5 mm
ukuran nominal atau syarat dalam SNI atau dalam tabel berikut ini standar JIS.
Prosentase terhadap berat yang Lolos saringan (JIS A 1002 sieve)

Ukuran Ukuran Saringan (mm)


Agregat 50 40 30 25 20 15 10 5 2,5
45-50% 100 95-100 35-70 10-30 0-5
5-25% 100 95-100 30-70 0-10 0-5

Apabila dari analisa gradasi menunjukkan kekurangan ukuran agregat tertentu yang dapat
mempengaruhi kerapatan beton, Pengawas Lapangan dapat memberi petunjuk kepada Pelaksana
Pekerjaan untuk menambah kekurangan ukuran agregat tertentu tersebut diatas.
Agregat kasar harus terdiri dari butir-butir yang keras dan tidak berpori. Agregat kasar yang
mengandung butir-butir pipih hanya dapat dipakai apabila jumlah berat butir pipih tersebut tidak
melampaui 20% dari berat agregat seluruhnya.
Butir-butir agregat kasar harus bersifat kekal, artinya tidak pecah ataupun hancur oleh
pengaruh-pengaruh cuaca, seperti panas matahari dan hujan.
Agregat kasar tidak boleh mengandung zat yang dapat merusak beton, seperti zat-zat reaktif alkali.
Kekerasan dari butir-butir agregat kasar diperiksa dengan bejana uji dari Rudeloff dengan beban
penguji 20 ton, dimana harus dipenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
o tidak terjadi pembubukan sampai fraksi 9,5-19 mm, lebih dari 24% berat.
tidak terjadi pembubukan sampai fraksi 19-30 mm lebih dari 22% berat.
o Atau dengan mesin pengaus Los Angeles, dimana tidak boleh terjadi kehilangan berat lebih
dari 40%.
Besar butir agregat maximum tidak boleh lebih besar dari seperlima jarak terkecil antara
bidang-bidang samping dari cetakan, sepertiga dari tebal plat atau tiga perempat dari jarak bersih
minimum antara tulangan.
Kerapatan berbagai kelas beton akan ditentukan oleh Pengawas Lapangan setelah dilakukan
pengetesan dilapangan. Kerikil dari batu pecah haruslah keras, tidak lapuk, bersih dan tidak
mengandung clay atau pelapukan batuan. Batuan tersebut harus di pecah untuk mendapat ukuran
yang disyaratkan dengan jenis crusher yang disetujui. Bubuk atau partikel halus lolos saringan 5
mm harus dipisahkan dan kalau dikehendaki Pengawas Lapangan harus dicuci secara seksama.

Pengambilan Contoh dan Testing Untuk Agregat


Direksi Pekerjaan/Pengawas Lapangan dapat memerintahkan kepada Pelaksana Pekerjaan pada
setiap saat untuk mengambil contoh agregat dari lapangan atau sumber agregat untuk dilakukan
testing menurut cara yang diuraikan dalam ASTM D 75, SNI, BS 812 atau JIS A 1102.
Agregat yang tidak memenuhi syarat dalam test, harus diganti atau dicuci sampai test lebih lanjut
untuk membuktikan bahwa agregat dapat memenuhi persyaratan untuk dipakai. Semua biaya yang
dikeluarkan untuk dipenuhinya persyaratan ini menjadi tanggungan Pelaksana Pekerjaan.
Penyimpanan Agregat
Agregat halus dan kasar untuk bahan beton harus disimpan terpisah dalam bak atau lantai papan
yang direncanakan khusus untuk mencegah terpisahnya suatu komposisi agregat tertentu atau
tercampurnya agregat dari ukuran yang berbeda dan menghindarkan tercampurnya dengan tanah
dasar, debu, zat-zat organik atau bahan-bahan pencemar lainnya.
Agregat dengan ukuran tertentu harus disimpan secara terpisah kecuali disetujui lain oleh Direksi
Pekerjaan/Pengawas Lapangan .
Di tempat-tempat dimana tanahnya menjadi lembek dan terjadi genangan air, maka penggunaan
bak dengan lantai adukan semen dan pasir menjadi suatu keharusan.
5. AIR
Air yang akan digunakan untuk adukan beton harus bersih, tawar dan bebas dari zat-zat organik
atau inorganis yang larut atau mengambang dalam suatu jumlah yang dapat mengurangi kekuatan
atau keawetan beton.
Air untuk pembuatan dan perawatan beton tidak boleh mengandung minyak, asam, alkali, garam,
bahan-bahan organis atau bahan-bahan lain yang dapat merusak beton dan/atau baja tulangan.
Sumber air yang akan digunakan harus mendapat persetujuan dari Direksi Pekerjaan/ Pengawas
Lapangan.
Hanya air dengan kualitas yang telah disetujui yang dapat digunakan untuk pembuatan beton,
penyemprotan dan membasahi bekisting (form work) atau pengeringan beton.
Untuk penggunaan air yang diperoleh dari sumber sumur dalam lokasi proyek, maka seluruh biaya
pengadaan, pemeliharaan, sumber tenaga listrik dan lain-lain ditanggung oleh Pelaksana
Pekerjaan.
Apabila terjadi keragu-raguan mengenai kualitas air, maka harus diadakan percobaan
perbandingan antara kekuatan tekan campuran semen dan pasir dengan memakai air tersebut
diatas, dan dengan memakai air suling.
Air tersebut dianggap dapat dipakai, apabila kekuatan mortar dengan memakai air tersebut pada
umur 7 dan 28 hari paling sedikit adalah 95% dari kekuatan tekan mortar dengan memakai air
suling pada umur yang sama.

6. KAYU
Kayu pada spesifikasi ini digunakan sebagai tumpuan penyimpanan balok-balok baja, balok
precast, untuk pembuatan gudang penyimpanan bahan dan peralatan, Direksi keet sementara,
pagar, pembuatan bekisting untuk pengecoran kolom, balok dan pelat. Jenis kayu yang di gunakan
adalah kayu kamper kelas I. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan kayu
khususnya untuk cetakan bekisting antara lain kayu harus berkualitas baik, tua tidak bergetah,
kering udara, tidak pecah serta lurus. Kayu yang digunakan dapat berupa balok, papan tripleks
atau multiplex. Kayu yang digunakan harus bersifat baik dengan ketentuan bahwa segala sifat dan
kekurangan-kekurangan yang berhubungan dengan pemakainya tidak akan merusak atau
mengurangi nilai konstruksi.
Kualitas dan ukuran kayu yang digunakan disesuaikan dengan gambar kerja yang ada. Demikian
pula mutu dan kelas kuat kayu yang apabila tidak ditentukan lain maka harus mengikuti syarat-
syarat dan ketentuan-ketentuan dalam PPKI NI -5.
Kayu ini harus mempunyai kelembaban kurang dari 12 % untuk bahan yang mempunyai
ketebalan, kurang dari 15% untuk ketebalan lebih 25,4 mm (1 inch).
Dihindari adanya cacat-cacat kayu antara lain yang berupa putih kayu, pecah-pecah, mata kayu
melintang.
Syarat- syarat kelembaban kayu yang dipakai harus memenuhi syarat PKKI. Untuk kayu kamper
kelas I kelembabannya tidak dibenarkan melebihi 12%.
Toleransi terhadap ukuran kayu yang tertera pada Gambar Rencana hanya diperkenankan berbeda
tidak lebih dari 3 mm.
7. TIANG PANCANG BAJA
o Tiang pancang pipa baja dibuat dari bahan coil (bukan baja daur ulang) yang harus
mempunyai mutu sesuai standar ASTM A252 grade 2 atau setara dengan sistem "weldable
structural steels" dengan tegangan leleh minimal 240 Mpa dan diproduksi dengan bentuk las
spiral atau memanjang dengan menggunakan mesin las otomatis.
o Untuk memenuhi persyaratan standar ASTM A252 atau setara, toleransi pembuatan harus
sedemikian rupa, sehingga berat sebenarnya dan setiap bagian tidak akan berbeda lebih

dari - 2 % sampai + 5 % dari berat teori.


o Vadasi dimensi luar dari pipa baja harus tidak lebih dari + 1 % dari dimensi nominal dan
dimensi diameter pada ujung pipa tidak boleh berbeda lebih dari + 1.5 mm dari dimensi
nominal.
o Proses pembuatan dan prosedur pengendalian mutu dari tiang pancang pipa baja ini harus
sesuai dengan standar ASTM atau setara. Kecuali untuk ketentuan mengenai "non
destructive test" dapat dilaksanakan dengan cara "off line" tes atau dapat dilakukan pengujian
non destructive tidak bersamaan dengan proses pengelasan. Selain itu ketentuan untuk
pengujian hydrostatic yang disyaratkan dalam standar tersebut tidak harus dilaksanakan.
(disesuaikan dengan ASTM).
Spesifikasi Prosedur Pembuatan Pipa (MPS)
o Pabrikan pipa harus menyiapkan spesifikasi untuk manufaktur dan inspeksi pipa secara
detail. Prosedur menggambarkan proses pembuatan dan inspeksi pipa secara jelas dan
berurutan termasuk didalamnya parameter - parameter yang digunakan.
o Prosedur ini juga menyertakan karakteristik peralatan yang digunakan dan tata cara untuk
melakukannya.
Prosedur Kualifikasi Tata Cara Pembuatan Pipa
o Untuk mengkualifikasi prosedur, satu pipa jadi dipilih dari sekelompok pipa yang diproduksi
pada hari pertama (dengan dimensi dan kelas yang sama, dan berasal dari satu Pabrikan plat
baja / canai baja yang sama) untuk diuji dan diinspeksi. Pipa ini ditentukan oleh Inspektor
yang ditunjuk oleh Pembeli.
o Pabrikan pipa harus mengirimkan laporan kualifikasi prosedur yang berisi semua hasil
inspeksi dan pengujian. Laporan harus disetujui dan ditandatangi oleh Inspektor yang
menyaksikan pengujian dan inspkesi.
o Pabrikan pipa diperbolehkan untuk meneruskan pembuatan pipa tanpa harus menunggu
semua hasil inspeksi dan pengujian selesai atau menunggu persetujuan dari Inspektor
selama Pabrikan pipa sanggup menanggung sendiri risiko bila ternyata hasil kemudian hasil
kualifikasi tidak memenuhi persyaratan.
o Bila satu atau lebih hasil kualifikasi tidak memenuhi persyaratan maka semua pipa yang
diproduksi dengan prosedur tersebut ditolak oleh Pembeli. Penyebab kegagalan harus
dievaluasi dan dilaporkan ke Inspektor. Pabrikan dapat melanjutkan kembali proses
kualifikasi sesudah MPS diperbaiki dan disetujui oleh Inspektor serta sesudah dilakukan
pengujian dan inspeksi terhadap pipa pertama yang diproduksi dengan MPS ini dan hasilnya
memenuhi persyaratan.

Kelurusan Dari Tiang


Penyimpangan dari kelurusan tiang tidak boleh lebih dari 1/600 dari panjangnya dan untuk 2
(dua) atau lebih pipa yang disambung, penyimpangan dari kelurusan harus tidak lebih dari 1/960
dari keseluruhan panjang pipa tersebut.
Pabrikasi Tiang
Perbedaan tepi atau permukaan dari suatu tiang yang akan dilas harus tidak boleh lebih dari 25%
tebal tiang, atau tidak boleh lebih dari 3 mm.
Bila ketebalan pipa yang akan dilas tidak sama, maka yang tipis yang menentukan. Panjang tiang
harus dibuat sedemikian, sehingga adanya perbedaan ukuran dalam dimensi akan dibuat serata
mungkin.
Pertemuan Panjang Tiang Pancang
Pipa pancang baja dari hasil pengelasan spiral akan membentuk tiang pancang penuh yang
selurus mungkin, tetapi agar supaya memperoleh sambungan dari ujung-ujung tiang yang
memuaskan atau memenuhi syarat kelurusan, maka pengelasan memanjang atau pengelasan
spiral harus didekatkan yang satu dengan yang lain pada sambungan, kemudian harus dijajarkan
pada sekurang-kurangnya 100 mm.
Pengelasan Panjang Tiang Pancang
o Pelaksanaan pengelasan, kualifikasi ahli las (welder) serta pelaksanaan pekerjaan pengelasan
baja harus memenuhi persyaratan yang ada pada American Welding Society (AWS) Welding
Code AWS D1.1-86.
o Elektrode las yang digunakan harus mempunyai kuat tarik (tensile strength) minimal seberat
4920 kg/cm2, dan harus memiliki metalurgi yang serupa dengan baja yang akan dilas.
o Permukaan baja yang akan dilas harus dikeringkan dan dibersihkan dari kotoran sebelum
dilakukan pengelasan.
o Pelaksana Pekerjaan yang mengerjakan pengelasan pada dasarnya harus memperhatikan sifat
mampu las (weldability) material baja dengan berdasar pada 3 aspek pokok :
- Sifat-sifat kimia, metalurgi dan fisik material.
- Keamanan hasil las sesuai tujuan desain konstruksi.
- Cara-cara produksi sehubungan dengan metode pengelasan yang dipakai.
o Hasil pengelasan harus sesuai dengan standar AWS D1.1-86 atau BS 5135 “Metal are welding
of carbon and carbon magnese steels”.
o Pelaksana Pekerjan harus menyampaikan usulan mengenai prosedur mengenai pengelasan
untuk mendapatkan persetujuan dari Direksi Pekerjaan/ Konsultan Pengawas sebelum
melakukan pengelasan.
o Persetujuan ini tidak membebaskan Pelaksana Pekerjaan dari tanggung jawabnya untuk
melaksanakan pengelasan yang benar dan untuk memperkecil distorsi pada struktur.
o Pengelasan keliling antara 2 (dua) buah penampang pipa baja harus dilakukan dengan cara
sebagaimana ditunjukan dalam gambar dan harus dapat menghasilkan kekuatan penuh seperti
penampang yang disambung.
o Tiang pancang pipa baja tidak boleh dipancang kembali sebelum suhu permukaan yang baru
dilas turun dibawah 950 C dan sebelum dipastikan bahwa hasil pengelasan telah memuaskan
dengan dilakukan pengujian lagi.
Inspeksi dan Sertifikat Uji
Pelaksana Pekerjaan harus menyerahkan kepada Pemberi Tugas/ Konsultan pengawas sertifikat
uji, lembaran analisa dan koposisi material baja serta las.
Pelaksana Pekerjaan harus yakin bahwa informasi yang diberikan kepada Direksi Pekerjaan/
Konsultan Pengawas adalah cukup, bila akan memeriksa proses atau menyaksikan pengujian.
Persyaratan Pelaksanaan Pengelasan
Pelaksanaan pengelasan harus ahli dalam bidangnya, mempunyai sertifikat keahlian las yang
dikeluarkan oleh lembaga-lembaga pemerintah atau yang sederajat dan yang telah terbukti
keahliannya, serta mengetahui proses pengelasan sesuai dengan pengujian yang dipersyaratkan
oleh standar yang relevan, yang dikerjakan untuk pekerjaan permanen, kecuali pekerjaan itu ada
hubungannya dengan perbaikan kerusakan-kerusakan kecuali pada permukaan. Salinan sertifikat
sehubungan dengan ujian ahli pengelasan harus disampaikan kepada Direksi Pekerjaan/
Konsultan Pengawas.
Standar Untuk Uji Pengelasan
o Standar penerimaan dan penolakan hasil pengelasan dengan pengujian radiographi harus
sesuai dengan standar AWS D1.1-86.
o Pemeriksaan ultrasonik harus mengacu kepada standar ASTM.
o Bila amplitudo dari ultrasonik melebihi maksimum yang diijinkan, berarti harus diberikan
“tanda” pada daerah pengelasan, untuk pemeriksaan lebih lanjut.
o Sambungan pertama harus diuji secara penuh pada seluruh panjang pengelasan untuk
meyakinkan Direksi Pekerjaan/ Konsultan Pengawas bahwa pengelasan dengan hasil yang
memuaskan dan memenuhi syarat dapat dilaksanakan.
o Bila hasil dari setiap pengujian las tidak sesuai dengan persyaratan pengujian lebih lanjut
harus dilaksanakan pada 2 (dua) tempat yang sama pada panjang pipa pancang dan dalam hal
ada kegagalan dari salah satunya atau keduanya, maka hasil tersebut harus ditolak.
o Dilakukan pengujian ultrasonik online di pabrik.
o Apabila diminta oleh pengawas lapangan, maka perlu diadakan pengujian ultrasonik di
lapangan.

Pengujian Radiographi
Pengujian radiographi harus dilaksanakan sesuai dengan ketentuan berikut ini:
o Semua pengelasan yang akan diuji tidak boleh tertutup oleh lapisan perlindungan (uncoated).
o Kalibrasi peralatan pengujian radiographi harus dilakukan setiap 75 (tujuh puluh lima) meter
panjang pengujian las.
o Laporan tertulis dan resmi harus disiapkan dan berisikan data-data hasil pengelasan yang
diterima dan/atau ditolak atau hampir ditolak dengan indikasi sebagai berikut :
- Nomor tiang pancang
- Lokasi sepajang as-pengelasan (weld axis) dan panjang pengelasan.
- Lokasi pada potongan melintang pengelasan dan lebar las. Sketsa harus dibuat, untuk
menjelaskan hal tersebut.
- Jenis peraturan uji radiographi yang dipakai.
Pemeriksaan Produk Pipa Baja
Pipa baja yang dibentuk dari pengelasan longitudinal (memanjang) harus merupakan pengelasan
penuh dan pelat memanjang harus dipakai mulai dari pemulaan sampai dengan selesai pengelasan
untuk meyakinkan ketebalan yang penuh dan rata.
Seluruh panjang pengelasan harus diperiksa secara visual. Sebagai tambahan sambungan las pipa
baja harus diperiksa secara acak dengan pengujian radiographi. Frekuensi pemeriksaan harus
dilakukan minimal 1 (satu) spot check (panjang ± 300 mm) untuk setiap 6 (enam) meter panjang
pipa baja, pada lokasi yang ditentukan oleh Direksi Pekerjaan/Konsultan Pengawas.
Pelaksana harus membuktikan kepada Direksi Pekerjaan/ Konsultan Pengawas bahwa semua hasil
pengelasan berkualitas prima. Bila hasil dari setiap pengujian tidak sesuai dengan persyaratan
maka harus dilakukan pengujian dengan 2 (dua) spesimen tambahan dengan panjang yang sama.
Dalam hal kegagalan salah satu atau kedua-duanya dari pengujian tambahan ini, maka tiang
pancang yang dilakukan pengujian ini harus ditolak.
Penumpukan Tiang Pancang Baja
Tiang pancang baja harus sedemikian ditopang sehingga tidak merusak lapisan pelindung.
Pengikat dari baja, tali dan rantai yang dipakai untuk mengangkat komponen-komponen baja yang
telah dilapisi pelindung harus diberi alas lembaran karet atau sejenisnya agar tidak melukai
lapisan pelindung. Tiang pancang baja jangan saling ditumpuk dengan kontak permukaan masing-
masing.
Pabrikasi Tiang Pancang Di Lapangan
Bila perpanjangan tiang pancang harus dibuat dilapangan, maka semua prosedur pengujian dan
toleransi dimensi harus sesuai dengan pasal yang relevan pada spesifikasi ini.

Pengangkutan dan penyimpanan Tiang Pancang


Pipa dengan kampuh las menonjol (SAW dan atau GMAW) harus diletakan sedemikian rupa
sehingga kampuh lasnya tidak bersinggungan secara langsung dengan pipa lain.
Dalam pengangkutan tiang pipa harus diambil langkah - langkah yang tepat untuk melindungi
tiang pipa menjadi bengkok, patah, retak atau cacat cacat permanen.
Pada waktu pemuatan dan pembongkaran pipa, semua pipa harus diperlakukan sedemikian
sehingga tidak terjadi gaya-gaya dalam baik momen atau lintang yang besar yang dapat merusak
pipa-pipa tersebut.
Pipa tiang pancang tidak boleh ditumpuk lebih dari ketinggian tertentu. Balok-balok penumpunya
ditempatkan diantara lapisan dengan jarak antara tertentu. Ketentuan-ketentuan tersebut adalah
seperti yang diberikan oleh Pengawas Lapangan.
Ukuran standar balok, kayu penumpu adalah 10 x
10 cm2. Dimana ada kemungkinan pipa melendut,
maka harus segera dilakukan
penumpukan/pengaturan kembali.
Pelaksana Pekerjaan harus mendapatkan
sertifikat dari pabrik pipa yang memproduksinya
dan sertifikat tersebut harus dapat disetujui
Pengawas/Pengawas Lapangan.

8. SACRIFICIAL ANODE (CATHODIC PROTECTION)


Material untuk perlindungan Tiang Baja menggunakan INDIUM ACTIVATED ALUMINIUM ALLOY
(AlZn-In-Si Alloy) dengan berat 65 kg per unit. Adapun spesifikasi umum katodik yang digunakan
adalah sebagai berikut :
Min. Anode Weight (kg) Minimum Anode Dimension (mm)
Tiang Pancang
Netto Gross A B C D E F G
Φ 609 MM, T. 12,7 MM 55 65 371 250 220 105 176 266 178
Minimum Performance Data Minimum Anode Chemical Analysis
- Capacity : 2600 – 2800 Amp-Hr/Kg Main Element Composition
- Potential WRT Ag/AgCi - Zinc (Zn) 2.0 ~ 6.0
Ref. Electrode : -110 mVolt - Indium (In) 0.01 ~ 0.02
- Efficiency : 3.00 – 3.40 Kg/Amp-Years - Silicon (Si) 0.05 ~ 0.20
- Special Grafity : 2.6 – 2.8 gr/cm3 - Copper (Cu) 0.001 ~ Max
- Iron (Fe) 0.12 ~ Max
- Aluminium (Al) Remainder

9. TYPE BOLLARD
Material bollard dan utilitasnya harus memenuhi spesifikasi JIS G5101, JIS G 3101, dan ASTM A48.
Tipe Bollard yang digunakan berkapasitas sebesar 50 ton dengan dimensi dan bentuk bollard
adalah seperti tertera dalam gambar rencana.
Bollard dan seluruh aksesorisnya yang berupa logam exposed harus dilindungi terhadap korosi
dengan marine painting dengan standar yang diakui secara internasional.
Baut angkur untuk bollard harus terbuat dari baja minimal ASTM A-325, BS-3692 grade 8.8 (min.
BJTS40) menggunakan mild steel washer plate. Lokasi pemasangan angkur harus mendapat
persetujuan dari Konsultan Pengawas.

10. TYPE FENDER


Sistem fender mengikuti JIS G3101, JIS G4305, JIS G3105,
JIS G4051 dan ASTM A36. Produk fender
merupakan produk lokal yang memilikis sertifikat
penggunaan tanda SNI terhadap material karet fender dan
anchor-bolt yang dikeluarkan oleh pabrik yang berpengalaman dan banyak digunakan untuk
menahan beban tumbukan kapal sesuai bobot kapal-kapal rencana. Fender ini harus memenuhi
syarat untuk deflection yang terjadi sebesar 45 %, Energy Absorption (Ea) sebesar 47,4 kN-m
(4,74 ton-m), Reaksion Load (Rf) = 255 kN (25.5 ton) dengan toleransi ± 10%. Untuk angkur bolt
menggunakan baja galvanis BJTS40.
Sifat sifat fisik fender harus memenuhi standar yang berlaku, dan Pelaksana Pekerjaan harus
menyerahkan hasil tes dari pabrik kepada Pengawas untuk memperoleh persetujuan pemakaian
fender yang diusulkannya.
Fender yang digunakan SV.500H-
2500L yang digunakan yang memiliki
kapasitas 50 ton. Detail fender yang
digunakan adalah sebagai berikut :
H : 500 mm C : 160 mm
L : 2500 mm D : 1000 mm
A : 2750 mm E : 840 mm
B : 810 mm
11. ELEKTRODE
Elektrode yang dipakai untuk mengelas baja lunak (kecuali pipa baja) harus mengikuti
persyaratan D 4301 dari JIS Z 3211 atau BS 639. Elektrode yang dipakai untuk mesin las semi
automatic harus kawat komposit yang mempunyai diameter 2,4 sampai 3,2 mm sesuai dengan JIS
Z 3311. Untuk pengelasan sambungan tiang pancang menggunakan material berkualitas dari
ASME/AWS A5.1.E7016 atau setara dengan JIS Z321
D5016.
Elektrode las yang digunakan harus mempunyai kuat
tarik (tensile strength) minimal sebesar 4920 kg/cm'
dan harus memiliki metalurgi yang serupa dengan
baja yang akan dilas.
Contoh-contoh elektrode dan data-data
pengetesannya harus di sampaikan kepada Pengawas
Lapangan sebelum pelaksanaan untuk mendapat persetujuannya.

12. ADMIXTURES (BAHAN TAMBAH)


Untuk meningkatkan mutu beton, sifat-sifat pengerjaan, waktu pengikatan dan pengerasan
ataupun untuk maksud-maksud lain, dapat dipakai bahan-bahan tambahan. Jenis dan jumlah
bahan tambahan yang dipakai harus disetujui terlebih dahulu oleh Direksi Pekerjaan/Pengawas
Lapangan.
Silica Fume
Bahan Silica Fume harus sesuai dengan standar spesifikasi yang ditentukan dalam “Spesifikasi
silica fume untuk digunakan pada beton dan mortar semen-hidrolis” (ASTM C 1240).
Berdasarkan ACI 234R-06 Guide for the Use of Silica Fume in Concrete, bahan ini bertujuan untuk
meningkatkan keawetan beton dengan cara mengurangi keperluan air adukan dan mencegah
terjadinya peningkatan panas hidrasi berlebihan yang menyebabkan kurang padatnya beton
tercetak yang dihasilkan.
Menentukan takaran beton yang akan ditambakan bahan admixture silica fume harus mendapat
perhatian yang khusus dimana mutu dari silica fume dan bahan pencampur lain seperti semen dan
agregat harus secara ketat dimonitor dan dikontrol.
Beton silica fume yang akan digunakan mengacu pada spesifikasi berikut ini:
o Sifat tahan korosi
o Laporan hasil uji yang menunjukkan bahwa desain campuran yang diusulkan telah memenuhi
persyaratan dalam uji laboratorium sebelum menempatkan setiap beton silica fume. Setelah
itu, desain campuran tidak boleh diubah tanpa mengirimkan detail alternatif yang diusulkan,
bersama-sama dengan hasil RCP, resistivitas dan sorptivity, yang menunjukkan kesesuaian
dengan sifat-sifat di atas.
o Campuran beton silica fume digunakan dengan rasio w/c maksimum 0.4.
o Minimum silica fume yang digunakan dalam mix design sebesar 7% dari berat semen.
Manfaat dari bahan-bahan tambahan harus dapat dibuktikan dengan hasil-hasil percobaan. Selama
bahan tambahan ini dipakai, harus diadakan pengawasan yang cermat terhadap pemakaiannya.
Seluruh biaya pengambilan sample dari pelaksanaan tes menjadi tanggungan Pelaksana Pekerjaan.

Pengendalian Volume
Pengendalian Operasi Alat Pengangkut dan Pemancang
Pengendalian Pekerjaan Pemancangan
Pengendalian Pekerjaan Beton Bertulang
Pengendalian Mutu
PEKERJAAN PEMBONGKARAN DERMAGA EKSISTING

Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan, alat-alat dan pengangkutan yang
dibutuhkan untuk menyelesaikan semua “pekerjaan pembongkaran beton dermaga eksisting dan
pemotongan tiang pancang eksisting”, seperti tertera pada gambar rencana.
1. Pembongkaran Beton Dermaga Eksisting
Lingkup Pekerjaan
Persyaratan ini mencakup semua Pekerjaan pembongkaran beton dermaga eksisting. Pekerjaan
pembongkaran beton dermaga eksisting harus memenuhi syarat-syarat seperti yang ditentukan
dalam gambar. Batas-batas daerah pembongkaran seperti terlihat pada gambar, tetapi dengan
pertimbangan dan persetujuan Konsultan Pengawas dan Direksi Pekerjaan. Pembongkaran
dilakukan pada segmen dermaga eksisting di Pelabuhan Fakfak.
Batas-batas daerah pembongkaran
Batas-batas daerah pembongkaran seperti terlihat pada gambar, tetapi dengan pertimbangan dan
persetujuan Konsultan Pengawas dan Direksi Pekerjaan. Pembongkaran dilakukan pada segmen
dermaga eksisting di Pelabuhan Fakfak
Mekanisme pembongkaran beton dermaga eksisting
4 (Empat) minggu sebelum memulai setiap pekerjaan pembongkaran, Pelaksana Pekerjaan harus
menyampaikan kepada Konsultan Pengawas dan Direksi Pekerjaan mengenai metode / cara-cara
pekerjaan pembongkaran secara rinci untuk persetujuannya. Penyampaian tersebut harus disertai
rencana peralatan, prosedur pembongkaran, bentuk
dan ukuran bagian-bagian yang akan dibuang,
prosedur pembuangan, cara yang diusulkan untuk
menjaga kepentingan Direksi Pekerjaan dimana
diminta dan harus meliputi rincian sepenuhnya,
termasuk perhitungan dari pekerjaan sementara
yang manapun. Pembongkaran dilakukan terhadap
elemen struktur dermaga berupa Tiang pancang
beton diatas seabed, poer/pile cap beton, balok dan
pelat dermaga yang selanjutnya berpotensi
mengganggu proses pembangunan dermaga.
Bahan-bahan bekas bongkaran harus dibuang dengan cepat, pada lokasi yang ditentukan dan
disetujui Konsultan Pengawas dan Direksi Pekerjaan. Bahan-bahan bekas bongkaran atau bahan-
bahan lain apapun tidak diperkenankan dibuang/jatuh ke laut yang mengganggu alur pelayaran
dan kolam pelabuhan. Bila ada yang demikian harus segera dicari dan diambil. Hasil bongkaran
yang masih dapat dimanfaatkan antara lain besi, fender, bollard, dan tiang lampu harus diserahkan
kepada pemberi pekerjaan dan dibuatkan Berita Acara Serah Terima.
Tindakan Berhati-Hati dan Keamanan dalam Pembongkaran
- Setiap tindakan pembongkaran harus hati-hati untuk menghindarkan kerusakan-kerusakan
pada struktur dermaga/talud didekatnya sehingga tidak mengalami kerusakan.
- Pembongkaran dapat dilakukan dengan memperhitungkan keselamatan pekerjaan dan
keselamatan pelayaran, dimana hasil bongkaran harus dibuang ke lokasi yang tidak
mengganggu keselamatan pelayaran (kolam pelabuhan dan alur pelayaran).
- Pembongkaran agar meminimalisir penggunaan bahan peledak yang berpotensi merusak
lingkungan di sekitar proyek.
- Segala kerusakan struktur/bangunan disekitar proyek yang diakibatkan oleh proses
pembongkaran secara langsung menjadi tanggung jawab Pelaksana Pekerjaan.
- Prosedur yang dipakai dan batas keamanan harus sesuai dan mengacu pada rekomendasi
dalam BS 6187 : 1982 tentang “Demolition”.
- Pengamanan harus mengikuti Syarat-syarat Umum Kontrak yang dinyatakan dalam Dokumen
Kontrak.
Bahan-Bahan Yang Timbul Dari Pembongkaran
- Bahan-bahan bekas bongkaran harus dibuang dengan cepat, pada lokasi yang ditentukan dan
disetujui Konsultan Pengawas dan Direksi Pekerjaan.
- Bahan-bahan bekas bongkaran atau bahan-bahan lain apapun tidak diperkenankan
dibuang/jatuh ke laut yang mengganggu alur pelayaran dan kolam pelabuhan.
- Bila ada yang demikian harus segera dicari dan diambil.
- Hasil bongkaran yang masih dapat dimanfaatkan antara lain besi, fender, bollard, dan tiang
lampu harus diserahkan kepada pemberi pekerjaan dan dibuatkan Berita Acara Serah Terima.

2. Pemotongan tiang pancang eksisting


Mekanisme Pemotongan Tiang Pancang
Pekerjaan pemotongan tiang pancang eksisting
dilaksanakan atas persetujuan konsultan
perencana, hal ini dilakukan untuk mengikuti
ketentuan sesuai gambar rencana. Pada
kenyataan dilapangan setiap titik kadang
berbeda-beda kedalamannya, hal ini dikarenakan
beberapa faktor semisal kontur tanah. Berikut
tahapan dalam pelaksanaan pekerjaan
pemotongan tiang pancang baja. Adapun tahapan Pemotongan tiang pancang eksisting adalah
sebagai berikut:
- Melakukan Pengukuran untuk menentukan Elevasi dimana tiang harus dipotong lalu diberi
tanda dengan cat
- Setelah Elevasi tiang pancang ditentukan maka lakukan pemotongan tiang pancang baja
dengan menggunakan blender pemotong
- Hasil Pemotongan harus rata dan rapi
- Agar sisa potongan tiang pancang tidak jauh kelaut, tiang yang akan terpotong diikat dengan
sling baja
- Pemotongan ujung atas tiang pancang harus sesuai dengan cutting pile di gambar rencana.

PEKERJAAN TIANG PANCANG

Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan, alat-alat dan pengangkutan yang
dibutuhkan untuk menyelesaikan semua “pekerjaan pembongkaran beton dermaga eksisting dan
pemotongan tiang pancang eksisting”, seperti tertera pada gambar rencana.
Lingkup Pekerjaan
Persyaratan ini mencakup semua Pekerjaan tiang pancang. Pekerjaan tiang pancang harus memenuhi
syarat-syarat seperti yang telah ditentukan serta persetujuan Konsultan Pengawas dan Direksi
Pekerjaan. Pemancangan dilakukan di Pelabuhan Fakfak.
1. Penyediaan Tiang Pancang
Pelaksana Pekerjaan harus menyediakan tiang pancang yang sesuai dengan Gambar dan
ketentuan-ketentuan ini di lapangan sebelum pekerjaan pemancangan dimulai. Setiap tiang
pancang harus disetujui oleh Pengawas Lapangan sebelum digunakan untuk pemancangan. Tiang
pancang yang tidak memenuhi syarat harus dikeluarkan dari lokasi pekerjaan atas tanggungan
Pelaksana Pekerjaan.
Pelaksana Pekerjaan diharuskan menyerahkan
sertifikat tiang pancang dari pabrik pembuat
kepada Pengawas Lapangan sebagai
pertanggungan jawab kualitas bahan.
Pelaksana Pekerjaan diharuskan melindungi
semua tiang pancang terhadap kemungkinan
kerusakan yang terjadi selama tiang tersebut
dalam penyimpanan di lapangan dengan cara
yang disetujui oleh Pengawas Lapangan.

2. Jenis dan ukuran tiang pancang


a. Tiang pancang yang digunakan adalah tiang pancang baja yang dibuat sesuai dengan standard
ASTM A252 grade 2 dengan tegangan leleh (fy) minimal 240 N/mm2, atau yang ekivalen
dengan itu. Panjang kedalaman rencana pemancangan adalah 24 meter sehingga untuk
mengurangi penggunaan sambungan dilapangan sebaiknya digunakan hanya sekali
penyambungan. Konfigurasi top 12 meter (dengan coating 3LPE) dan bottom 12 meter atau
dapat diusulkan oleh Pelaksana Pekerjaan untuk disetujui oleh Direksi Pekerjaan. Ukuran tiang
pancang adalah sebagai berikut:
Karakteristik Tiang Pancang
Diameter Tiang Pancang (D) 609 mm
Tebal (t) 12.7 mm
Unit Mass (W) 186.90 kg/m
Daya dukung tiang minimum 160 Ton
b. Pelaksana harus menyerahkan sertifikat pabrik kepada Direksi Pekerjaan yang mengandung
keterangan-keterangan, termasuk kapan diproduksi, segala sesuatu yang perlu mengenai pipa
baja tersebut dan jaminan bahwa telah sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan, untuk
tiap kali pemasukan pipa baja kelapangan. Apabila Direksi Pekerjaan menilai tiang tersebut
tidak memenuhi syarat, Pelaksana harus menyingkirkannnya keluar proyek dan menggantinya
dengan yang baru.

3. Toleransi Ketebalan Tiang Baja


Toleransi ketebalan tiang baja yang diijinkan pada pelaksanaan pekerjaan adalah:
a. Untuk kekurangan ketebalan tiang baja; nilai toleransi maksimal adalah –1 mm dari ketentuan
gambar kerja.
b. Untuk kelebihan ketebalan tiang baja; nilai toleransi maksimal adalah tanpa batas.
Apabila Direksi Pekerjaan menilai ketebalan tiang baja melebihi batas toleransi (terutama pada
pasal 1 point a), maka Pelaksana harus menyingkirkannya keluar dari lokasi pekerjaan dan
mengganti dengan yang baru.

4. Pekerjaan Coating Tiang Pancang (3PLE Pabrikan)


a. Permukaan luar tiang pancang baja harus dilindungi dengan lapisan Coalter Epoxy (coating)
atau yang sejenis agar tidak mudah berkarat akibat air laut, yaitu sepanjang 12 m pada bagian
atas tiang tersebut. Pelapisan dilaksanakan 3 kali dengan tebal akhir tidak boleh kurang dari
500 mikron.
b. Setelah tiang pancang tiba di lokasi dan atau sebelum dan selama pemancangan, harus
dilakukan pemeriksaan terhadap coating untuk melihat apakah ada cacat atau rusak atau
terkupas akibat handling dan lain-lain. Coating yang terkupas atau cacat harus diperbaiki
kembali. Sebelum dicoating kembali bagian-bagian yang rusak harus dibersihkan terlebih
dahulu dengan sikat kawat baja dan dikeringkan lalu dilakukan pelapisan kembali yang sama
dengan coating semula.
c. Sebelum melakukan coating, Pelaksana wajib menyerahkan keterangan- keterangan yang
lengkap mengenai metode pelaksanaan coating dan jenis atau material yang akan dipakai
untuk mendapat persetujuan Direksi Pekerjaan. Pelaksanaan coating harus menurut petunjuk
produsen yang bersangkutan.
d. Pelaksana wajib menyediakan peralatan yang diperlukan untuk pemeriksaan tebal coating
pada permukaan tiang apabila Direksi Pekerjaan menilai perlu diadakan pengukuran.
e. Pelaksana wajib harus memperoleh penjaminan dari semua pabrikan-pabrikan pelindung
coating untuk masa sepuluh (10) tahun.

5. Penyimpanan Tiang Pancang Baja


a. Tiang pancang yang tiba di lokasi pekerjaan harus disimpan/ ditumpuk di tempat-tempat yang
aman dan terhindar dari pengaruh buruk air/ hawa laut.
b. Pipa baja agar ditumpuk diatas bantalan
kayu sehingga tidak langsung
berhubungan dengan tanah, berlapis-
lapis dengan tinggi maksimum tiga lapis.
c. Bilamana kondisi lapangan sangat korosif
Pelaksana wajib melindungi pipa-pipa
baja tersebut dengan terpal-terpal atau
plastik.

6. Penyambungan Pipa Baja


a. Pipa baja disambung untuk membentuk tiang pancang, dengan memakai metode “single V with
full penetration butt weld”. Sebelum menyambung pipa baja Pelaksana harus menyerahkan
kepada Direksi Pekerjaan untuk mendapat persetujuan rencana pelaksanaan penyambungan
tiang. Prosedur pengelasan untuk sambungan sesuai dengan AWS.
b. Sebelum pelaksanaan pengelasan untuk penyambungan tiang, Pelaksana harus melaksanakan
percobaan pengelasan untuk mendemonstrasikan prosedur pengelasan yang diusulkan dan
untuk memeriksa hasil pengelasan.
c. Pelaksana harus menyediakan peralatan dan mesin las listrik yang memadai kapasitasnya
serta elektroda yang digunakan harus memenuhi persyaratan yang sesuai dengan tiang yang
akan dilas dan harus dengan persetujuan Direksi Pekerjaan.
d. Ahli las yang melaksanakan pengelasan harus yang benar-benar “qualified” sesuai dengan AWS
DI-72 yang dibuktikan dengan sertifikat dari instansi yang berwenang.
e. Pipa baja sebelum disambung dan selama pengelasan harus dipegang erat-erat dengan suatu
konstruksi clamp yang cukup kaku untuk menjamin bahwa sumbu pipa-pipa/ segmen yang
disambung berada dalam satu garis lurus.
f. Penyambungan tiang baja pada ketebalan yang berbeda diperbolehkan hanya pada kedalaman
0,1 meter dari Sea bed, terkecuali pada tiang yang ketebalannya sama (lihat gambar rencana).
7. Pemeriksaan Hasil Pengelasan di Lapangan
a. Terhadap hasi pekerjaan las harus dilakukan pemeriksaan dan testing untuk menjamin bahwa
hasil pengelasan cukup memenuhi syarat yaitu padat dan tidak poreus serta ukurannya sesuai
dengan gambar kerja. Untuk itu Pelaksana harus menyediakan tenaga ahli, peralatan dan
bahan yang diperlukan untuk pekerjaan testing tersebut.
b. Hasil pengelasan harus ditest secara visual dengan menggunakan metode liquid penetrant dan
contrast sesuai dengan prosedure AWS.
c. Hasil pengelasan dilaporkan secara tertulis kepada Direksi Pekerjaan dalam waktu paling lama
24 jam untuk dielevasi dan mendapatkan persetujuan. Hasil yang tidak memenuhi persyaratan
yang ditentukan harus dperbaiki, diperkuat atau dipotong dan dilas kembali sesuai petunjuk
Direksi Pekerjaan.

8. Alat Pancang/Pile Driving Hammer


a. Pelaksana harus menyediakan peralatan
untuk pemancangan sedemikian
lengkap sehingga semua persyaratan
teknis yang diminta dapat dipenuhi.
Adapun kapasitas hammer yang
digunakan adalah minimal 4,5 ton.
b. Mesin pancang atau Hammer harus
jenis Diesel Hammer, dan steam
Hammer (single atau double acting). Mesin pancang Drop Hammer tidak diperkenankan.
c. Hammer harus dapat melakukan pemancangan secara kontinu sampai kedalaman yang
direncanakan. Penghentian pemancang sebelum mencapai setting atau kedalaman rencana
harus mendapat persetujuan Direksi Pekerjaan.
d. Alat pancang harus dilengkapi dengan ladder yang cukup panjang dan dapat digerakkan secara
hydrolik atau mekanis, untuk menjamin pemancangan tiang- tiang tegak dan tiang miring
dapat dilaksanakan.

9. Proses Pemancangan Tiang


a. Metoda Kerja
1) Pelaksana Pekerjaan harus menyerahkan metode kerja yang disertai ilustrasi/sketsa untuk
bahan evaluasi dan memperoleh persetujuan Direksi Pekerjaan dan/ atau Pengawas
Lapangan.
2) Secara berkala pelaksana pekerjaan harus membuat rencana titik pemancangan yang akan
dikerjakan dan harus dengan persetujuan konsultan pengawas.
3) Metoda kerja harus dibuat secara rinci termasuk peralatan (dengan menyebutkan merek,
jenis dan kapasitasnya), pekerjaan persiapan, sistem penentuan posisi maupun ketinggian
masing-masing tiang. Pelaksana Pekerjaan juga harus membuat dan menyerahkan
analisa/perhitungan yang menunjukkan bahwa pekerjaan pemancangan tidak akan
menyebabkan terjadinya tegangan yang berlebihan pada tiang pancang.
4) Pekerjaan Persiapan
a) Pelaksana Pekerjaan harus melakukan pengukuran yang cermat dalam menempatkan
titik-titik bidik dan tanda-tanda yang diperlukan untuk penentuan posisi maupun
ketinggian masing-masing tiang.
b) Titik-titik bidik dan tanda-tanda tersebut harus dijaga dengan baik dan tidak boleh
berubah hingga pekerjaan pemancangan selesai.
c) Pelaksana Pekerjaan dianjurkan untuk membuat panggung sementara di laut, jika
diperlukan, untuk mendapatkan posisi dan arah tiang yang tepat
d) Semua pekerjaan tersebut di atas harus dilaksanakan dengan persetujuan Direksi
Pekerjaan dan/ atau Pengawas Lapangan dan Pelaksana Pekerjaan harus menyerahkan
hasil pengukuran dan gambar yang berisi :
o Posisi tiang pancang
o Posisi titik bidik
o Jarak, sudut pembidikan horisontal dan vertical
o Perhitungan-perhitungan yang diperlukan
b. Pemancangan Tiang
1) Penentuan posisi tiang yang akan
dipancang dilakukan dengan
pembidikan dengan menggunakan
sekurang-kurangnya dua buah
theodolit dari titik-titik bidik yang
sudah disetujui.
2) Tiang yang sudah berada tepat pada
sumbunya harus dipukul terus
menerus tanpa henti (kecuali pada
saat penggantian alat pancang vibro dengan alat pancang diesel/hydraulic hammer)
sampai mencapai kedalaman di mana tanah mampu mendukung gaya-gaya yang terjadi
sebagai akibat dari beban-beban yang bekerja.
3) Sebelum dimulainya pekerjaan pemancangan, Pelaksana Pekerjaan harus mengajukan
perhitungan daya dukung tiang sehubungan dengan alat-alat pancang yang dipakai.
4) Urutan pemancangan tiang agar
direncanakan dengan cermat
sesuai kondisi lapangan
sedemikian sehingga pelaksanaan
pemancangan dapat berjalan
dengan lancar dan baik serta tidak
mengganggu atau terganggu oleh
tiang-tiang yang telah dipancang
lebih dahulu. Pelaksana Pekerjaan
harus mengajukan rencana kerja
pemancangan kepada Direksi Pekerjaan
dan/ atau Pengawas Lapangan untuk
dievaluasi dan diberi persetujuan tertulis
oleh Direksi Pekerjaan dan/ atau Pengawas
Lapangan.
5) Pemancangan tiang dilakukan hingga
mencapai final set dan atau seperti yang
tercantum dalam gambar, penghentian
pekerjaan pemancangan hanya
diperkenankan jika diperintahkan/disetujui Direksi Pekerjaan dan/ atau Pengawas
Lapangan setelah dilakukan evaluasi hasil pemancangan.
6) Pelaksana Pekerjaan tidak boleh memindahkan alat pancang dari kepala tiang tanpa
persetujuan Direksi Pekerjaan dan/ atau Pengawas Lapangan.
7) Pekerjaan pemancangan harus dengan didampingi Direksi Pekerjaan dan/ atau Pengawas
Lapangan dan harus tersedia fasilitas bagi Direksi Pekerjaan dan/ atau Pengawas
Lapangan untuk memperoleh informasi pemancangan tiang yang diperlukan. Pelaksana
Pekerjaan bertanggung jawab penuh atas pekerjaan ini.
8) Pelaksana Pekerjaan harus memberitahu Direksi Pekerjaan dan/ atau Pengawas Lapangan
dengan segera apabila terjadi perubahan-perubahan yang tidak normal selama
pemancangan tiang. Pelaksana Pekerjaan harus berhati-hati untuk mencegah timbulnya
gaya lateral pada tiang selama pemancangan yang diakibatkan oleh alat pancang.
9) Tiang yang tidak dipakai atau “over driving” atau tidak memenuhi toleransi yang diizinkan,
harus dicabut atas persetujuan Direksi Pekerjaan dan/ atau Pengawas Lapangan dan
menjadi tanggung jawab Pelaksana Pekerjaan.
10) Sebelum dipancang, tiap tiang harus diberi tanda sesuai dengan nomor titik pemancangan
dan setiap interval 50 cm yang dimulai dari kaki tiang agar dapat diketahui panjang tiang
yang terpancang.
Pelaksana Pekerjaan harus melakukan pencatatan pemancangan masing-masing tiang, yang
disampaikan kepada Direksi Pekerjaan dan/ atau Pengawas Lapangan untuk dievaluasi.
Pencatatan meliputi :
o Tanggal, hari dan waktu pemancangan.
o Nama petugas pencatat.
o Nomor tiang
o Panjang unit tiang
o Panjang total tiang dari ujung terbawah sampai sampai
cutting level.
o Ukuran penampang tiang.
o Data-data tertentu dari peralatan pancang yang
digunakan minimal sebagai berikut:
- Tipe, merk dan ukuran palu pancang (hammer),
berat dan tinggi jatuh hammer (ram stroke).
- Untuk single acting hammer: detail dari release
mechanism dan panjang drop
atau stroke.
- Untuk diesel hammer: panjang stroke dan jumlah pukulan (blow) per menit.
- Untuk double acting hammer: jumlah pukulan per menit.
o Data-data dari bantalan (cushion).
o Elevasi dasar tanah pada titik pancang.
o Tiang masuk tanpa dipukul.
o Dalamnya penetrasi.
o Jumlah pukulan untuk setiap 50 cm penetrasi dan jumlah pukulan untuk setiap 10 cm
penetrasi (pada penetrasi 100 cm terakhir)
o Besarnya rebound.
o Kemiringan tiang pancang.
o Deviasi dan toleransi baik terhadap sumbu maupun terhadap level dari yang
ditunjukkan dalam Gambar.
o Jumlah pukulan per benaman pada final set yaitu jumlah pukulan per 25 mm.
o Total pukulan per tiang.
o Driving log (kedalaman, jumlah pukulan per 200 mm untuk seluruh pemancangan,
adanya interupsi, adanya penghentian pemancangan, adanya pemancangan
kembali).
o Tinggi jatuh hammer (m).
o Data penyambungan tiang.
o Penyimpangan posisi/kemiringan dari rencana.
o Hal-hal khusus yang ditemui pada waktu pemancangan.
o Daya dukung tiang dapat diperkirakan dengan PDA atau dengan menggunakan
rumus Hiley.
o Informasi lain yang diminta oleh Direksi Pekerjaan dan/ atau Pengawas Lapangan.
Catatan yang disebutkan di atas harus dibuat untuk semua tiang yang dipancang. Disamping
itu, pelaksana pekerjaan wajib mendokumentasikan proses pelaksanaan pemancangan secara
visual (video) untuk setiap titik pemancangan.

c. Pengukuran Posisi Akhir Tiang


Setiap akhir pemancangan Pelaksana Pekerjaan harus mengukur kembali kedudukan akhir
tiang, pergeseran kepala tiang dan kemiringan tiang terhadap sumbu vertikal.

10. Kepala Tiang dan Poer (Pile Cap)


Pemotongan harus dilakukan dengan didasari tindakan-tindakan
untuk mencegah kerusakan kepala tiang pada saat
pemancangan. Kepala tiang harus diberi landasan selama
pemancangan agar tidak langsung terpukul oleh landasan
hammer. Kepala tiang pancang harus dipotong dengan baik dan
memenuhi beberapa persyaratan sebagai berikut :
a. Tiang-tiang harus dipotong pada elevasi yang tepat sesuai
dengan gambar.
b. Bagian ujung tiang pancang akan tertanam dalam poer (pile cap) minimal 10 cm.
c. Jarak bersih tiang pancang ke sisi luar poer adalah minimal setengah diameter tiang atau
seperti yang ditunjukkan dalam Gambar. Jika terjadi ketidaktepatan pemancangan, maka
Pelaksana Pekerjaan harus memperbesar poer sehingga jarak minimum ini tetap terpenuhi.
Segala biaya yang timbul dari ketidaktepatan pemancanngan ini sepenuhnya menjadi tanggung
jawab Pelaksana Pekerjaan.
Sebelum melaksanakan pekerjaan
pembesaran dimensi poer ini,
Pelaksana Pekerjaan harus
mengajukan permohonan secara
tertulis kepada Direksi Pekerjaan
dan/ atau Pengawas Lapangan
untuk mendapatkan
persetujuannya.
Di atas tiap-tiap tiang pancang akan dibuat poer untuk menyalurkan gaya dari balok ke tiang
pancang yang ukuran-ukuran dan penulangannya seperti ditunjukkan dalam gambar kerja.
Sebelum melakukan pengecoran, semua tulangan harus sudah terpasang dengan baik, bersih dari
kotoran dan pelaksanaan pengecoran harus diperhitungkan waktunya sedemikian rupa sehingga
adukan yang sudah dituangkan tidak terganggu oleh pasang surut sebelum beton mencapai umur
3 jam.
Apabila terdapat besi-besi bekas angker bekisting atau baja tulangan yang menonjol dari
permukaan beton, maka besi/baja tersebut harus dipotong sedemikian sehingga nantinya dapat
tertanam dan ditutup dengan adukan beton atau material lain yang kedap air minimal setebal
selimut beton.

11. Penyambungan Tiang Pancang


Penyambungan tiang pancang harus dilakukan melalui pengelasan dengan mengelas sambungan
pelat baja pada tiang. Pengelasan harus dikerjakan sedemikian rupa hingga kekuatan penampang
baja semula dapat ditingkatkan. Sambungan harus dirancang dan dilaksanakan dengan cara
sedemikian rupa hingga dapat menjaga alinyemen dan posisi yang benar pada ruas-ruas tiang
pancang. Bilamana tiang pancang akan diisi dengan beton setelah pemancangan, sambungan yang
dilas harus kedap air.
Untuk mendapatkan panjang tiang yang dikehendaki, dapat dilakukan penyambungan tiang
dengan pengelasan di pabrik atau di lapangan.
Sistem penyambungan tiang harus sesuai dengan rekomendasi dari pabrik pembuat tiang, dan
konstruksi sambungan harus diperhitungkan secara khusus seperti tertera dalam Rencana
Anggaran Biaya.
Penyambungan tiang pancang dapat dilakukan di darat maupun pada saat tiang sudah berada di
leader pancang. Tipe las yang digunakan untuk sambungan tiang pancang harus mengikuti
ketentuan dari Bab Pekerjaan Pengelasan. Penyambungan las harus dikerjakan oleh tukang las
yang berpengalaman dan harus sesuai dengan gambar yang tercantum dalam gambar
perencanaan. Setiap sambungan las tiang pancang baja harus dites dengan ultrasonik tes dan
apabila hasilnya memperlihatkan cacat, maka Pemborong wajib untuk memperbaiki sambungan
las tersebut.
Apabila akibat pemancangan tiang untuk mendapatkan daya dukung yang disyaratkan, ujung atas
tiang terletak di bawah elevasi rencana, maka Pelaksana Pekerjaan harus melakukan
penyambungan atau langkah lain, diantaranya dengan memperbesar poer/pile cap atas
ketetapan/petunjuk Direksi Pekerjaan dan/ atau Pengawas Lapangan.

12. Penghentian Pemancangan


Kedalaman tiang pancang yang terlihat pada gambar hanyalah petunjuk kasar, Pelaksana
Pekerjaan diijinkan menghentikan pemancangan apabila sudah mencapai final set atau setelah
dilakukan evaluasi terhadap tiang yang telah terpancang sesuai dengan daya dukung yang
disyaratkan dan disetujui oleh konsultan pengawas.

13. Final Set


Pelaksana Pekerjaan harus mengajukan merk Hammer dan perhitungan final set untuk setiap
konstruksi tiang pipa baja agar disetujui oleh konsultan pengawas. Perhitungan final set akan
ditentukan berdasarkan formula yang umum digunakan seperti Formula Enr atau formula lain
yang terlebih dahulu disetujui oleh Pengawas. Untuk pekerjaan ini final set ditentukan sebesar
2.5cm/10 blows.
Setelah tiang dipancang sampai mencapai final set, "elastic compression" total diukur dilapangan,
kemudian dihitung lagi final set berdasarkan "elastic compression" dilapangan tersebut dan tiang
dipancang sampai mencapai final set yang terakhir ini. Kemudian dilakukan PDA test untuk
mengetahui kebenaran perhitungan final set tersebut. Bila hasil PDA test tidak memenuhi
kebutuhan, perhitungan final set harus dikoreksi.

14. Jaminan
Pelaksana Pekerjaan harus menjamin bahwa semua kerusakan kerusakan yang diakibatkan proses
pemancangan akan diperbaiki atau diganti atas biaya Pelaksana Pekerjaan sepenuhnya.

15. Toleransi Tiang Terpancang


Tiang akan dipancang dengan cara yang tepat dan toleransi deviasi tiang maksimum yang diijinkan
adalah 10 cm pada semua arah dari sumbu horisontal yang benar. Deviasi maksimum yang
diijinkan untuk tiang tegak terhadap sumbu vertikal adalah ± 1:100 dari sumbu vertikal tiang yang
benar, atau sekitar ± 1.000.
Deviasi maksimum yang diijinkan untuk elevasi pemotongan kepala tiang yang terpancang adalah
± 5 cm.
Tiang yang dipancang melebihi toleransi tersebut harus diperkuat dengan konatruksi tertentu,
dipotong dan diganti dengan tiang yang baru pada posisi yang benar, atau dimensi superstruktur
yang berhubungan seperti pile cap dan balok diperbesar untuk mengakomodasi kemungkinan
terjadinya beban eksentris yang diakibatkan oleh tidak tepatnya posisi tiang. Semua perbaikan
tersebut dilaksanakan dengan biaya Pelaksana Pekerjaan.
Pelaksana Pekerjaan harus segera melaporkan tiang yang keluar dari toleransi dan mengajukan
usulan perbaikannya untuk mendapat persetujuan Direksi Pekerjaan dan/ atau Pengawas
Lapangan.

16. Tes PDA (Pile Driving Analysis)


Untuk mengetahui daya dukung axial fondasi tiang (tiang pancang) dari fondasi tiang yang telah
terpasang, dapat dilakukan Tes PDA (Pile Driving Analyzer), yang telah diatur dalam ASTM D4945-
89, yaitu “Standard Tes Method for High Strain Dynemic Testing”.
Hasil dari Tes PDA adalah Daya Dukung Axial Fondasi Tiang, Efisiensi dari Hammer alat pancang,
Panjang Tiang Efektif Terpancang, Kerusakkan pada Tiang didalam tanah. Tes ini sifatnya non
destructive.
Jumlah tiang yang dites adalah 5% dari jumlah total tiang atau sesuai dengan jumlah yang tertera
dalam BOQ (Bill of Quantity) yaitu 3 (tiga) titik untuk dermaga yang telah di Replacement.
Letak tiang yang akan dites ditentukan oleh Direksi Pekerjaan dan/ atau Pengawas Lapangan.
Dynamic Loading Test dilakukan dengan memasang strain transducers dan accelemeter pada
bagian atas tiang yang dites dan hasilnya dianalisa dengan Pile Dynamic Analyzer (PDA). PDA tes
dilakukan terhadap tiang-tiang yang ditentukan oleh Direksi Pekerjaan dan/ atau Pengawas
Lapangan. Loading Test ini harus dilakukan dengan mengikuti standard ASTM D- 4845-89 atau
standard lain yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan dan/ atau Pengawas Lapangan.
Untuk pelaksanaan pile driving analysis, Pelaksana Pekerjaan harus mengajukan nama perusahaan
yang berpengalaman melaksanakan pile driving analysis ini kepada Direksi Pekerjaan dan/ atau
Pengawas Lapangan untuk mendapatkan persetujuannya.
Pelaksana Pekerjaan harus menyediakan semua peralatan, material, tenaga kerja dan pekerjaan
sementara/alat bantu untuk melaksanakan loading test.
Rencana kerja harus terlebih dahulu diserahkan untuk mendapatkan persetujuan dari Pengawas
Lapangan, meliputi anker atau sistim reaksi, detail detail alat-alat testing, prosedur tes, cara
perletakan pada kepala tiang dan lain lain. Pelaksana Pekerjaan wajib menyerahkan usulan
rencana pelaksanaan PDA test secara rinci kepada Direksi Pekerjaan dan/ atau Pengawas
Lapangan untuk mendapatkan persetujuannya.
Pemancangan tiang yang akan dites harus dilakukan dengan peralatan dan cara yang sama seperti
yang akan dilakukan atas tiang-tiang yang akan digunakan dalam proyek ini. Semua informasi yang
dimintakan pada pelaksanaan pekerjaan pemancangan juga harus disediakan pada pemancangan
tiang yang akan dites ini.
Pelaksana Pekerjaan wajib menyerahkan kepada Direksi Pekerjaan dan/ atau Pengawas Lapangan
hasil pelaksanaan pile driving analysis yang dilengkapi dengan analisa dan rekomendasi/
kesimpulannya.
Pelaksana Pekerjaan wajib melakukan PDA test pada pemancangan awal untuk mengetahui
performa alat pancang yang digunakan. Efisiensi hammer pancang tidak diperbolehkan dibawah
30% selama pekerjaan pemancangan.
Hasil PDA test dianggap memenuhi apabila mencapai minimum 200% dari beban maksimum
rencana desain sesuai diameter tiang. Apabila hasil PDA test gagal memenuhi persyaratan, maka
Pelaksana Pekerjaan bertanggung jawab untuk melakukan usaha re-strike/pemancangan ulang
atau pengecekan peralatan yang digunakan.
Setelah selesai PDA test, tiang yang digunakan untuk pengujian dapat dipakai pada konstruksi,
dengan persetujuan Pengawas Lapangan.
Pada pelaksanaan pemancangan tiang akan dilakukan pencatatan atau recording untuk
mendapatkan data-data yang akan digunakan untuk analisa daya dukung tiang seperti di bawah
ini:
- Data penetrasi dan jumlah tumbukan selama pemancangan tiang, untuk digunakan dalam
rumus-rumus daya dukung dinamis tiang.
- Pencatatan data regangan dan kecepatan dengan menggunakan strain tranducers dan
accelerometer yang dipasang dibagian atas ring. Pile Driving Analyzer (PDA) akan mengubah
data-data yang tercatat menjadi besaran-besaran tahanan tanah, tegangan maksimum di dalam
tiang selama pemancangan, kinerja hammer, dan dapat diperoleh besarnya daya dukung tiang.
Dari tes tersebut butir 1, 2, di atas akan disimpulkan daya dukung tiang pancang dan panjang tiang
pancang yang akan digunakan.
Test pile harus ditempatkan dengan tepat pada lokasi yang ditetapkan oleh Pengawas Lapangan
dan posisinya selalu benar selama pemancangan. Pemancangan harus dilakukan terus menerus
tanpa terhenti pada tahap tahap terakhir dari pemancangan sampai final set tercapai dan telah
melewati kedalaman minimum yang disyaratkan. Hammer yang dipakai harus sama dengan
hammer yang dipakai pada pemancangan semua tiang. Pelaksana Pekerjaan harus memberikan
buku petunjuk mengenai data dan spesifikasi hammer yang dipakai kepada Pengawas Lapangan.
Pencatatan data-data pemancangan test pile harus dibuat dan harus sesuai dengan petunjuk-
petunjuk yang telah diberikan dalam bab-bab mengenai hal ini.

17. Pengukuran hasil kerja


a. Pengadaan Tiang Pancang
Satuan untuk dasar pembayaran pengadaan tiang pancang adalah meter panjang. Jumlah
pekerjaan pengadaan yang akan dibayar adalah jumlah panjang tiang lengkap dengan
materialnya yang sesuai spesifikasi ini dan tersedia dengan baik di gudang Pelaksana
Pekerjaan dan diterima oleh Direksi Pekerjaan dan/atau Pengawas Lapangan.
Tidak akan dilakukan pembayaran untuk tiang-tiang yang rusak pada saat pengangkutan atau
pemancangan, dan harus diganti atas perintah Pemberi Tugas dan/ atau Pengawas Lapangan.
b. Pemancangan Tiang Pancang
Satuan pengukuran dan pembayaran hasil kerja untuk pemancangan tiang pancang adalah
meter panjang tiang yang dipancang diukur dari ujung bawah tiang sampai dengan titik
pemotongan akhir (cutting level).

PEKERJAAN BETON

1. Pekerjaan Beton Bertulang


Pekerjaan yang disyaratkan dalam seksi ini harus mencakup pembuatan seluruh struktur beton,
termasuk tulangan dan struktur komposit sesuai dengan persyaratan dan sesuai dengan garis,
elevasi, ketinggian, dan dimensi yang
ditunjukkan dalam Gambar, dan
sebagaimana diperlukan oleh
Pengawas Lapangan.
Pekerjaan ini harus meliputi pula
penyiapan tempat kerja dimana
pekerjaan beton akan ditempatkan
temasuk pengadaan penutup beton,
pemompaan atau tindakan lain untuk
mempertahankan agar pondasi tetap
kering, dan urugan kembali
disekelilirig struktur dengan urugan tanah yang dipadatkan.
Kelas dari beton yang akan digunakan pada masing-masing bagian dari pekerjaan dari Kontrak
haruslah seperti yang diminta dalam Gambar atau sebagaimana diperintahkan Pengawas
Lapangan.
Pekerjaan beton akan digunakan pada pekerjaan struktur antara lain :
a. Lantai Dermaga
b. Pile Cap
c. Balok Dermaga
d. Plank fender
Pekerjaan ini mencakup persiapan lapangan kerja, pengadaan bahan-bahan untuk beton,

pencampuran dan pengadukan pengangkutan dan perawatan sampai penyelesaian pekerjaan ini.
Konstruksi beton yang terbentuk harus memenuhi syarat menurut bentuk, dimensi dan volume
seperti yang tercantum dalam gambar rencana atau menurut petunjuk Direksi Pekerjaan /
Pengawas Lapangan.
Secara umum semua pekerjaan beton bertulang dalam pelaksanaannya harus memenuhi
persyaratan-persyaratan yang termuat dalam SNI 03-2847-02 dan ASTM baik mengenai material
koral/split, pasir, semen, baja maupun tata cara pelaksanaannya.

c. Standar & Mutu Beton


1) Standar
Seluruh perencanaan, pelaksanaan, bahan dan alat sehubungan dengan pekerjaan beton
bertulang ini harus dilaksanakan sepenuhnya mengikuti persyaratan persyaratan serta
standar standar yang disebutkan dalam
- SNI 03-2847-2002
- ACI 318
- JIS : G 3112
- AWS : D 21.1
- ASTM : A 615, A 616, A 617, C 31, C 33, C 949, C42, C94, C 143, C 150, C 171, C
172, C 173, C192, C 231, C 260, C 309, C 618.
- Persyaratan teknis dan keputusan keputusan Pengawas Lapangan.
2) Mutu Beton
Kecuali ditetapkan lain dalam Gambar Kontrak, mutu beton yang digunakan adalah sebagai
berikut :

Tabel 1 Mutu Beton Minimum untuk Bangunan Laut


DESKRIPSI MUTU BETON MINIMAL CATATAN
PADA 28 HARI
BETON COR SETEMPAT fc = 33 Mpa atau K-400 Semen Tipe 1 + Silicafume 7%
BETON PRECAST fc = 33 Mpa atau K-400 Semen Tipe 1 + Silicafume

Persetujuan Direksi Pekerjaan / Pengawas Lapangan mengenai campuran percobaan


termasuk kekuatan 28 (dua puluh delapan) hari harus didapat secara tertulis sebelum
pengecoran beton boleh dilaksanakan.

d. Selimut Beton
Jarak minimum untuk selimut beton adalah seperti sebagai berikut:
Tabel 2 Jarak Selimut Beton Minimum untuk Bangunan Laut
Selimut beton minimum (mm)
Deskripsi
atas samping Bawah
Pile cap 100 100 100

e. Penulangan
Pekerjaan penulangan untuk beton ini termasuk dari mendatangkan, menyimpan, menyiapkan
dan memasang tulangan untuk beton harus mengikuti spesifikasi ini dan gambar rencana atau
petunjuk Direksi Pekerjaan/Pengawas Lapangan. Bahan yang digunakan adalah bahan
standard JIS G 3112. Mutu baja tulangan memiliki karakteristik sebagai berikut
o Tulangan ϕ< 13mm (polos) : U-24; fy = 2400 kg/cm2; Es = 2,100,000 kg/cm2
o Tulangan D≥ 13mm (deformed) : U-40; fy = 4000 kg/cm2; Es = 2,100,000 kg/cm2
Gambar Kerja
Gambar-gambar kerja, daftar pembengkokan tulangan dan gambar-gambar penempatan
tulangan harus disiapkan oleh Pelaksana Pekerjaan dan disampaikan sebelum pelaksanaan
pekerjaan kepada Direksi Pekerjaan/Pengawas Lapangan untuk mendapat persetujuannya.
Detail detail mengenai ini harus sesuai dengan persyaratan-persyaratan dari SNI.
Persetujuan yang telah diberikan oleh Direksi Pekerjaan/Pengawas Lapangan tidak
membebaskan Pelaksana Pekerjaan dari tanggung jawabnya mengenai ketelitian dan/atau
kelengkapan pekerjaan detail.
Penyiapan Penulangan
Sebelum mendatangkan baja tulangan, seluruh daftar diameter dan daftar bengkokan baja
tulangan harus disiapkan oleh Pelaksana Pekerjaan dan diminta persetujuan kepada Direksi
Pekerjaan/Pengawas Lapangan, dan tidak ada bahan yang boleh didatangkan atau dikerjakan
sebelum daftar baja tulangan disetujui oleh Direksi Pekerjaan/Pengawas Lapangan.

Teknik pelaksanaan
1) Pembengkokan
Cara pembengkokan tulangan harus mengikuti SNI 03-2847-2002 kecuali ditentukan lain.
Tulangan tidak boleh dibengkokkan bila telah ditempatkan di pekerjaan, meskipun
tulangan tersebut sebagian ditempatkan pada beton yang telah mengeras, kecuali
ditentukan lain oleh Direksi Pekerjaan/Pengawas Lapangan.
Baja tulangan hendaknya dipotong, dibengkokkan atau diluruskan secara hati-hati.
Terutama pada baja tulangan dengan sifat yang getas (hard grade) tidak diperbolehkan
untuk membengkokan dua kali. Pemanasan baja tulangan tidak diijinkan, kecuali Direksi
Pekerjaan/Pengawas Lapangan menentukan lain, itupun harus dilaksanakan dengan
temperatur yang serendah mungkin dan dalam daerah yang seminimal mungkin.
Bila radius pembengkokan tidak disebutkan nyata pada gambar rencana, maka
pembengkokan besi tulangan harus paling sedikit 4 kali diameter dari batang yang
bersangkutan (untuk tulangan yang lebih kecil daripada D10) atau 6 kali diameter
tulangan yang bersangkutan (untuk tulangan D10 hingga D25) atau 8 kali diameter
tulangan (untuk tulangan D-29, D-32, dan D-36) atau 10 kali diameter tulangan (untuk D-
44 dan D-56).
2) Penempatan
Tulangan harus diletakkan dengan teliti dengan menggunakan ganjal-ganjal (beton
decking) dan dudukan-dudukan yang diikat erat kepadanya.
Batang-batang tulangan yang harus saling berhubungan, harus diikat dengan kawat baja
pengikat sebagaimana ditentukan.
Macam ganjal dan dudukan yang dipakai harus mendapat persetujuan Direksi
Pekerjaan/Pengawas Lapangan dan setiap bagian dari ganjal metal atau dudukan harus
sedikitnya mempunyai beton decking (cover) yang sama dengan tulangan.
Bagaimanapun, tulangan tidak boleh didudukan pada bahan metal, atau tulangan duduk
langsung pada bekisting yang akan menyebabkan bagian tulangan nanti langsung
berhubungan dengan udara luar.
Tulangan juga tidak boleh duduk pada kayu atau pertikel koral/agregat. Ganjal dari mortar
harus sama kekuatannya dengan beton yang akan dicor.
Kawat baja pengikat tidak boleh keluar dari beton. Sebelum dimulainya pengecoran maka
Direksi Pekerjaan / Pengawas Lapangan harus diberitahukan dan diberikan waktu yang
cukup untuk melakukan pemeriksaan penempatan tulangan.
3) Penyambungan
Sebaiknya tulangan tidak disambung pada seluruh panjang yang dibutuhkannya.
Sambungan yang dilakukan harus sesuai dengan dan pada tempat yang tertera pada
gambar rencana, kecuali atas ijin dan persetujuan Direksi Pekerjaan / Pengawas Lapangan.
Sambungan tidak dibolehkan pada tempat dengan tegangan maksimum dan sedapat
mungkin diselang seling, sehingga sambungan tidak semuanya/sebagian besar terjadi di
suatu tempat.
Panjang sambungan harus sesuai dengan persyaratan SNI 03-2847-02 kecuali jika
ditentukan lain dalam gambar.
Bila ruangan memungkinkan, pada sambungan dimana batang-batang saling melalui
(overlapping) diganjal dengan potongan - potongan tulangan agar tidak saling menempel,
dan kemudian harus diikat kuat minimum di dua tempat tiap sambungan. Panjang
sambungan harus seperti yang diterakan pada gambar rencana.
Bila tidak ditentukan dalam gambar rencana, maka panjang sambungan overlapping harus
dihitung sesuai SNI 03-2847-02 Pasal 14.
Penyambungan tulangan beton dengan cara pengelasan tidak dibenarkan kecuali telah
ditentukan pada gambar rencana atau ada perintah tertulis dari Direksi
Pekerjaan/Pengawas Lapangan. Cara pengelasan mengikuti ketentuan yang berlaku.
Sebelum pelaksanaan pengecoran, penulangan akan diperiksa mengenai ketepatan
penempatan dan kebersihannya dan kalau perlu harus dibetulkan.
Tulangan-tulangan yang menonjol dan pekerjaan sedang berlangsung atau selesai
dikerjakan tidak boleh dibengkokkan atau rusak dengan jalan mengikatnya pada
penyangga atau tumpuan-tumpuan lain.
Tulangan yang menonjol dalam arah horisontal pada siar-siar konstruksi harus ditumpu
dalam posisi yang benar selama pengecoran dengan menyediakan penyangga yang cukup
dan bagian-bagian pembuat jarak di mana tulangan akan diikatkan dan ditahan
ditempatnya.
Penutup beton untuk tulangan harus seperti yang tertera pada gambar. Toleransi yang
diijinkan adalah ± 4 mm.
Beton tidak boleh dicor sebelum penulangan diperiksa dan ijin pengecoran diberikan oleh
Direksi Pekerjaan/Pengawas Lapangan.

2. Bekisting Beton
a. Desain Konstruksi Bekisting
Bekisting beton adalah konstruksi cetakan yang terbuat dari kayu lapis atau baja digunakan
untuk membentuk beton muda agar jika telah mengeras dapat memberi bentuk seperti yang
tertera dalam gambar rencana.
Pelaksana Pekerjaan harus menyerahkan rencana konstruksi bekisting kepada Direksi
Pekerjaan/Pengawas Lapangan untuk memperoleh persetujuan sebelum ijin pengecoran beton
diberikan.
Meskipun rencana konstruksi bekisting telah disetujui Direksi Pekerjaan/Pengawas Lapangan,
Pelaksana Pekerjaan tetap bertanggung jawab terhadap pekerjaan perancah dan bekisting.
Konstruksi bekisting harus cukup kuat untuk menahan beban mati dan beban hidup yang
bekerja, tekanan beton dalam keadaan basah, getaran-getaran, tanpa mengalami distorsi.
Konstruksi bekisting harus memenuhi persyaratan SNI 03-2847-02 Pasal 8.
Bekisting dibawah muka air tinggi, harus kedap air dan dapat menahan beban-beban akibat
pengaruh pasang surut dan gelombang.

b. Bahan-bahan
Penggunaan semua bahan bangunan untuk bekisting, termasuk oli, minyak bekisting atau
coating harus mendapat persetujuan Direksi Pekerjaan/Konsultan Pengawas. Bahan bahan
bekisting tersebut harus rata dan bebas dari cacat cacat pada sisi yang akan berhubungan
dengan beton.
Bahan-bahan lain untuk bekisting dan pelaksanaannya akan menjadi tanggung jawab
Pelaksana Pekerjaan Pelaksana, yang harus mendapat persetujuan Direksi Pekerjaan/
Konsultan Pengawas.
Klem untuk bekisting merupakan batang baja pengikat yang kualitasnya memadai.

c. Pengerjaan bekisting
Sebelum dipasang, Pelaksana Pekerjaan Pelaksana harus menunjukkan kepada Direksi
Pekerjaan/Konsultan Pengawas bahwa persyaratan-persyaratan untuk pembuatan bekisting
sudah sesuai dengan rencana.
Panel-panel bekisting atau papan-papan penutup untuk beton exposed harus dipasang
menurut cara yang dapat diterima oleh Direksi Pekerjaan/Konsultan Pengawas.
Semua sambungan pada bekisting harus rapat untuk mencegah kebocoran adukan dan
terbentuknya bekas sambungan dan sarang-sarang agregat pada permukaan beton.
Lubang untuk kontrol bagian dalam bekisting dan untuk membuang air yang digunakan untuk
pembersih harus dengan mudah ditutup kembali sebelum pengecoran.
Baja yang dibuat secara khusus untuk dipergunakan sebagai tie rod atau sebagai alat pengatur
jarak (internal spacer) yang telah disetujui, harus ditempatkan pada tempat-tempat yang telah
ditetapkan sedemikian rupa sehingga mudah diangkat baik seluruhnya maupun sebagian, jika
bekisting dibuka dan lubang-lubang yang ada harus diisi dengan spesi dan harus ditutup
dengan baik.
Bekisting untuk balok dan pelat harus dibuat sedemikian sehingga bekisting pada sisi balok
dan penyangga bekisting pelat dapat dilepas tanpa mengganggu penyangga bekisting baloknya.
Seluruh pipa-pipa, baut-baut, pekerjaan-pekerjaan besi dan hal-hal lain yang harus
ditanamkan didalam beton atau menembus beton, harus ditempatkan dengan teliti didalam
bekisting, harus dipotong dengan baik dan disesuaikan dengan sambungan-sambungan dan
harus dibuat kedap air dimana perlu, untuk mencegah keluarnya adukan.
Demikian pula perlengkapan-perlengkapan (alat-alat lain untuk membuat lubang, kantong,
alur-alur dan lain-lain) harus ditempatkan pada bekisting sebelum beton yang basah mencapai
tempatnya.
Bagian dalam dari bekisting harus dibuat atau
dikerjakan sedemikian rupa sehingga mengurangi
melekatnya beton.
Jika dipakai minyak atau bahan-bahan serupa,
maka harus diusahakan agar tidak mengenai
tulangan.
Jika tidak mempergunakan kayu yang telah
direndam air, maka bekisting harus dibasahi
seluruhnya sebelum dimulai pengecoran.
Sebelum pengecoran beton dimulai, semua
bekisting harus disemprot dengan udara sampai bersih untuk menghilangkan kotoran-
kotoran, serutan-serutan, kotoran-kotoran gergaji dan sampah-sampah lain dan semua
bekisting harus diperiksa dan disetujui oleh Direksi Pekerjaan/Konsultan Pengawas, sebelum
beton dicor.
Udara yang dipompakan harus bebas dari minyak atau bahan apa saja dan harus diyakinkan
kemurniannya dan disaksikan dan dihadiri Direksi Pekerjaan/Konsultan Pengawas sebelum
pelaksanaan pengecoran.
d. Pembukaan Bekisting
Bekisting tidak boleh dibuka tanpa persetujuan Direksi Pekerjaan/Konsultan Pengawas, tapi
ijin ini tidak berarti bahwa Pelaksana Pekerjaan Pelaksana dibebaskan dari tanggung jawab
terhadap kekuatan dan keamanan konstruksi.
Pembukaan bekisting harus dilaksanakan dengan hati-hati untuk menghindarkan kerusakan
pada beton. Sebelum penyangga bekisting dilepas beton akan diperiksa dengan membuka
bekisting sisi atau dengan salah satu cara lain seperti yang diminta oleh Direksi
Pekerjaan/Konsultan Pengawas. Hal ini dilakukan untuk meyakinkan bahwa beton telah
mengeras.
Pembukaan bekisting harus dibongkar dengan cara sedemikian rupa agar tidak mengurangi
keamanan dan kemampuan layan struktur. Beton yang akan terpapar dengan adanya
pembongkaran bekisting harus memiliki kekuatan cukup yang tidak akan rusak oleh
pelaksanaan pembongkaran.
Bekisting-bekisting samping dari balok, kepala tiang dan pelat yang tidak menahan beban,
dapat dibuka setalah 3 x 24 jam setelah selesai pengecoran, asal betonnya sudah cukup kuat
dan tidak akan rusak dan persiapan-persiapan yang cukup untuk pengeringan telah dilakukan.
Bekisting-bekisting yang menahan beban dapat dibuka jika contoh beton yang telah
dikeringkan di tempat dengan membuka bekisting sisi atau dengan salah satu cara lain seperti
yang diminta oleh Direksi Pekerjaan/Konsultan Pengawas. Hal ini dilakukan untuk
meyakinkan bahwa beton telah mengeras.
Bekisting-bekisting yang menahan beban dapat dibuka jika contoh beton yang telah
dikeringkan di tempat pekerjaan dalam keadaan yang sama dengan keadaan sebenarnya,
mempunyai kekuatan yang cukup untuk menahan beban yang harus dipikul selama atau
setelah bekisting dibongkar dan bila Direksi Pekerjaan/Konsultan Pengawas telah
menganggap bahwa syarat-syarat yang diminta yang dinyatakan dalam pasal-pasal yang
berhubungan dengan ini telah dipenuhi.
Pembukaan bekisting dan konstruksi penyangganya harus dilaksanakan bertahap tanpa
menimbulkan gangguan pada beton. Pelaksanaannya harus diawasi oleh Pengawas
(Supervisor) yang kompeten.
Untuk beton yang tidak dibuat benda uji, penyangganya hanya dapat dibongkar setelah beton
berusia sekurang-kurangnya 21 hari. Waktu pembukaan bekisting yang dibutuhkan, dapat
berbeda-beda tergantung dari keadaan cuaca dan secara umum sesuai dengan standar SNI.
Khusus pada pekerjaan ini, jika tidak ditentukan lain oleh Direksi Pekerjaan/Konsultan
Pengawas bekisting untuk pelat lantai dermaga akan menggunakan pelat-pelat precast seperti
yang tertera pada gambar rencana.
Konstruksi beton tidak boleh diberi beban atau tekanan sebelum mendapat ijin dari Direksi
Pekerjaan/Konsultan Pengawas. Pekerjaan akan diperiksa oleh Direksi Pekerjaan/Konsultan
Pengawas setelah bekisting dibuka dan sebelum dilakukan perbaikan-perbaikan atas cacat-
cacat pada pekerjaan beton tersebut.
e. Waktu Pembukaan Bekisting
Waktu pembukaan bekisting untuk beton cast in situ yang bukan precast mengikuti ketentuan
berikut:
1) Dinding balok-balok 7 hari
2) Penunjang balok (penyangga) 28 hari
Waktu pembongkaran bekisting minimum untuk beton yang menggunakan semen Portland
yang mengandung bahan pengeras cepat adalah separuh dari waktu yang tertulis dalam
keterangan diatas.
Dalam hal penggunaan semen seperti tersebut diatas mendapat persetujuan Direksi Pekerjaan.
Konstruksi beton tidak boleh diberi beban atau tekanan sebelum mendapat ijin dari Direksi
Pekerjaan.
Pekerjaan akan diperiksa oleh Direksi Pekerjaan setelah bekisting dibuka dan sebelum
dilakukan perbaikan perbaikan atas pekerjaan tersebut.

f. Toleransi dan Cacat-cacat Pada Beton


Toleransi yang diijinkan untuk pekerjaan yang rata tidak boleh melebihi batas-batas yang
ditentukan. Meskipun didalam tabel dinyatakan batas-batas toleransi Direksi
Pekerjaan/Konsultan Pengawas dapat memaksakan pemakaian toleransi yang lebih kecil.
Jika menurut pandangan Direksi Pekerjaan/Pengawas Lapangan bekisting pecah, berlubang,
bengkok, menekuk atau rusak sehingga dapat merusak penampilan beton atau merusak
kekokohan atau lurusnya bekisting, maka bekisting ini akan ditolak.
Tabel Contoh-contoh Toleransi Yang Diijinkan
Keadaan Besarnya Toleransi
Perbedaan dalam ukuran potongan melintang
± 6 mm
pada bagian-bagian struktural
Penyimpangan dari alligment seperti tertera
± 10 mm
pada gambar (ujung ke ujung)
Penyimpangan dari level permukaan puncak
± 10 mm
seperti tertera pada gambar (ujung ke ujung)
Penyimpangan dari level sebelah bawah
± 10 mm
seperti tertera pada gambar (ujung ke ujung)
Perbedaan-berbedaan ukuran dari yang tertera
± 10 mm
pada gambar yang diukur dari sebelah template (patok ukur)

g. Tes Pendahuluan Untuk Menentukan Perbandingan Campuran Beton


Tes pendahuluan adalah untuk memperoleh adukan dengan kemampuan pengerjaan
(workability) yang diinginkan, dengan kekuatan standar perencanaan untuk mencakup
kemungkinan kegagalan hasil tes karena kondisi mesin pengaduk, peralatan, tingkat
pengawasan mutu dan lain-lain.
Campuran yang pada akhirnya ditentukan dari tes pendahuluan akan tetap dipertahankan
selama pekerjaan berlangsung, kecuali jika ditentukan lain dan dipandang perlu oleh Direksi
Pekerjaan /Pengawas Lapangan, karena adanya perubahan dalam bahan beton atau hasil-hasil
tes yang menyimpang.
Perbandingan antara semen, agregat halus dan kasar, air dan bahan-bahan penambah lainnya
yang digunakan untuk menghasilkan beton yang memenuhi persyaratan seperti yang tersebut
dalam tabel campuran beton harus ditentukan oleh Pelaksana Pekerjaan dari sejumlah
campuran-campuran percobaan yang dilakukan di laboratorium yang disetujui Direksi
Pekerjaan/Pengawas Lapangan atau laboratorium lapangan untuk beton yang akan digunakan
dalam pekerjaan.
Campuran-campuran percobaan tersebut diatas harus dibuat paling sedikit 60 hari sebelum
pengecoran beton dimulai dan harus cukup variasi perbandingan campurannya agar dapat
dipilih perbandingan campuran yang memenuhi persyaratan oleh Direksi Pekerjaan/Pengawas
Lapangan.
Kekuatan beton pada umur 7 hari dan 28 hari harus diperoleh dari hasil tes benda uji. Untuk
setiap perbandingan campuran percobaan di laboratorium, ditentukan sebagai hasil rata-rata
dari 5 contoh percobaan dan harus melampaui hasil rata-rata yang ditentukan.
Persetujuan Direksi Pekerjaan /Pengawas Lapangan mengenai campuran percobaan termasuk
kekuatan pada umur 28 hari harus didapat secara tertulis sebelum beton diijinkan untuk dicor.
Tidak diperkenankan mengadakan perubahan sumber atau sifat dari bahan-bahan beton yang
dilakukan tanpa pemberitahuan terlebih dahulu kepada Direksi Pekerjaan / Pengawas
Lapangan dan tidak diperkenankan mendatangkan bahan baru yang akan dipergunakan
sampai Direksi Pekerjaan/Pengawas Lapangan telah menerima bahan tersebut dan dilakukan
percobaan campuran yang baru berdasarkan percobaan campuran sebagaimana ditentukan
disini.
Jika perubahan akibat penggantian bahan tersebut memerlukan penambahan jumlah semen,
maka tidak akan ada pembayaran tambahan kepada pihak Pelaksana Pekerjaan sebagai akibat
dari penambahan semen tersebut.
Proporsi campuran beton ini juga harus disesuaikan dengan ketentuan ACI 305.1-06 untuk
pengecoran di udara panas (hot weather concreting).

h. Penggunaan Admixture dengan Silica Fume


Penggunaan admixture dapat digunakan setelah mendapat ijin dari Direksi
Pekerjaan/Pengawas Lapangan.
Dimana pengunaan admixture diijinkan, maka bahan ini harus ditambahkan pada beton dalam
tempat pengadukannya dengan mempergunakan alat pengukur otomatis, dan petunjuk-
petunjuk pabrik mengenai cara penggunaannya.
Istilah-istilah kimia, rumus-rumus dan jumlah bahan-bahan yang aktif, ukuran yang harus
dipakai dan efek mengenai bertambahnya atau berkurangnya penggunaan dosis bahan-bahan
secara terus menerus pada sifat-sifat fisik dan kimia beton basah dan sudah mengeras akan
diserahkan kepada Direksi Pekerjaan / Pengawas Lapangan untuk mendapat persetujuannya.
Pelaksana Pekerjaan harus menyediakan sample-sample dan melaksanakan percobaan-
percobaaan tersebut diatas sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan/Pengawas
Lapangan sebelum ijin penggunaan admixture diberikan untuk dipakai pada pelaksanaan.
Seluruh pengambilan sample dan pelaksanaan tes menjadi tanggungan Pelaksana Pekerjaan.
i. Tempat adukan
Atas persetujuan Direksi Pekerjaan/Pengawas Lapangan, dapat dilakukan pengadukan sendiri
dengan menggunakan mesin pengaduk beton. Pengadukan semen, agregat halus dan kasar
dilakukan dalam mesin pengaduk beton yang disetujui dan yang mempunyai alat
pengatur/penunjuk berat.
Air yang dimasukkan kedalam mesin pengaduk ini harus disalurkan dari tanki yang
mempunyai pengukur sehingga pemberian air dapat dilakukan dengan tepat.
Kadar kelembaban dari agregat harus diperhitungkan sehingga banyaknya air yang akan
dimasukkan dapat ditentukan dengan tepat.
Kadar kelembaban setiap agregat biasanya ditentukan dua kali sehari yaitu satu kali diwaktu
pagi dan satu kali diwaktu siang atau pada waktu-waktu lain yang dianggap perlu oleh Direksi
Pekerjaan/Pengawas Lapangan. Toleransi untuk pengadukan harus dalam batas 2 % untuk
semen dan 3 % untuk agregat.
Syarat pelaksanaan pekerjaan beton mulai dari mengaduk sampai perawatannya hendaknya
mengikuti syarat-syarat yang tercantum dalam SNI 03-2847-02 Pasal 7, dan syarat-syarat
dibawah ini.
j. Pengadukan Beton
Peralatan pengaduk beton harus sesuai baik type maupun kapasitasnya yang direncanakan
khusus untuk tujuan tersebut untuk mendapatkan mutu yang baik dalam pengadukan ini.
Kemampuan peralatan pembuat beton ini harus memenuhi persyaratan yang ditentukan
Pengawas Lapangan.
Waktu pengadukan harus lebih lama dari
1,5 menit dalam hal penggunaan
pengaduk yang dapat dimiringkan
(tilting mixer) dan lebih dari satu menit
dalam penggunaan forced mixer. Jika
waktu yang ditentukan telah
diperpanjang lebih dari 3 kali, maka
pengoperasian mixer harus segera
dihentikan. Tidak boleh dilakukan
penambahan bahan lagi ke dalam mixer sampai seluruh beton dikeluarkan dan dibersihkan.
Jika Pelaksana Pekerjaan menganggap lebih cocok untuk menggunakan mixer yang lebih kecil
untuk pekerjaan khusus atau bagian bagian pekerjaan yang jauh letaknya, maka hal ini dapat
disetujui Pengawas Lapangan asal mixer yang lebih kecil ini juga dilengkapi dengan alat
timbangan.
Dalam keadaan biasa pengadukan beton dengan mempergunakan tangan tidak diizinkan,
tetapi bila jumlah beton yang dicor sedikit atau pada bagian pekerjaan yang dianggap kurang
penting, pengadukan dapat dilakukan dengan tangan, hal mana sepenuhnya tergantung pada
pertimbangan Pengawas Lapangan.
k. Cuaca
Pengadukan, pengangkutan dan pengecoran beton sebaiknya dilaksanakan dalam cuaca yang
baik. Bila terjadi hujan atau cuaca panas, maka harus dilakukan usaha-usaha untuk melindungi
alat-alat pengadukan/pengerjaan pengadukan, pengangkutan dan pengecoran sedemikian
sehingga didapat jaminan bahwa nilai air semen tidak akan berubah karenanya.
Bila menurut Direksi Pekerjaan/Pengawas Lapangan usaha untuk melindungi pengadukan,
pengangkutan dan pengecoran beton tidak cukup atau dalam beberapa hal tidak dapat dijamin
nilai air semen dapat dipertahankan, maka Direksi Pekerjaan / Pengawas Lapangan dapat
memutuskan untuk menunda pengecoran sampai keadaan cuaca lebih baik.
Tidak ada penggantian biaya untuk Pelaksana Pekerjaan akibat penundaan tersebut karena
harus sudah diperhitungkan pada saat mengajukan harga penawaran.
Peralatan Beton, terutama untuk mutu setingkat dan diatas f’c 35 harus dicampur dengan alat
pengaduk mekanis di concrete mixing plant. Untuk beton mutu f’c 35 dan lebih tinggi,
peralatan hendaknya dari tipe yang dapat mengerjakan beton dengan nilai air semen yang
rendah.
Beton dengan mutu f’c 35 dan lebih tinggi haruslah berupa ready-mixed concrete. Semua
peralatan untuk keperluan pengadukan beton hendaknya mempunyai label yang terpasang
pada masing-masing alat tersebut, menyebutkan kapasitas alat itu dengan catatan-catatan lain
yang dibuat oleh pabriknya yaitu pembatasan-pembatasan yang seharusnya dipenuhi agar
alat-alat tersebut memberikan hasil optimum.
Alat-alat tersebut harus tetap dijaga dan dipelihara dengan baik. Terutama container
pengadukan harus tetap bersih dari sisa beton yang mengeras, dimana untuk itu Direksi
Pekerjaan/Pengawas Lapangan akan melakukan pemeriksaan pada waktu-waktu tertentu,
paling tidak sebelum atau sesudah pengerjaan pengadukan beton, alat tersebut harus
dibersihkan.
Peralatan pengaduk beton harus sesuai baik type maupun kapasitasnya yang direncanakan
khusus untuk tujuan tersebut.
l. Penggunaan Beton Ready Mix
Untuk setiap mutu beton yang diminta, Pelaksana Pekerjaan harus mengajukan mix desain
sesuai mutu beton dan persyaratan-persyaratan teknis yang diminta. Pengujian-pengujian
seperti slump, test tekan silinder dan sebagainya harus tetap dilakukan dengan segala
konsekuensinya.
m. Pengadukan Beton Pada Waktu Pengangkutan
Apabila adukan beton diangkut menggunakan truck mixer, hendaknya dari tipe yang
mempunyai revolving drum, kedap air, dengan konstruksi sedemikian sehingga dicapai
pengadukan hasil yang homogen. Semua bahan beton harus ditakar dengan betul pada mesin
pengaduk atau silo-silo yang telah diperiksa oleh Direksi Pekerjaan / Pengawas Lapangan. Air
dapat diberikan sekaligus ke dalam container pengaduk atau dapat juga diberikan sedikit demi
sedikit dari tanki yang tersedia pada truck mixer itu apabila pengadukan dilakukan dalam
truck-mixer. Jumlah air sesuai dengan kebutuhan pengadukan yang boleh dibawa oleh truck
itu, kecuali bila tanki air dilengkapi dengan alat takaran otomatis yang dapat diukur
pemakaiannya. Truck mixer harus juga dilengkapi dengan alat penyetel untuk waktu
pengadukan yang dapat dengan mudah diawasi oleh Direksi Pekerjaan/Pengawas Lapangan.
Ukuran container pengaduk tidak diperkenankan melebihi kapasitas yang ditentukan oleh
pabriknya atau kira-kira 60% dari isi drum.
Untuk beton yang dicampur dan pengadukan permulaan dikerjakan di concrete mixing plant,
pengangkutannya ke lokasi pengecoran ditempatnya harus dilakukan dengan revolving drums.
Untuk beton yang dicampur dan diaduk dengan mesin pengaduk langsung di atas ponton,
pengecoran dilakukan dengan kotak-kotak baja yang diangkat dengan crane untuk dituangkan
ketempatnya.
Pengadukan harus secara terus menerus dan tidak kurang dari 50 putaran sesudah semua
bahan termasuk air berada dalam container. Kecepatan putaran tidak kurang dari 4 rpm atau
harus lebih dari kecepatan 75 m per menit dari suatu titik yang terletak pada garis tengah
drum. Batas maksimum putaran adalah 150 putaran, pada kecepatan putaran lebih besar dari
6 rpm.
Pengadukan hendaknya dimulai tidak lebih lama dari 30 menit sesudah semen dimasukkan ke
dalam container pengaduk itu. Bila dipakai semen dengan sifat mengeras yang cepat, batas
tersebut harus dikurangi menjadi 15 menit.
Semua beton yang baru diaduk dan semua spesi harus diangkut secepat mungkin dari mixer
agar dijamin tidak terjadi blending atau segregasi dari campuran agregat dan slump akan
sesuai dengan nilai-nilai yang ditentukan.
Jika digunakan kereta dorong atau trolley maka harus dibuat tempat jalan yang rata agar beton
tidak bersegregasi selama diangkut.
n. Pengangkutan beton
Pengangkutan adukan beton dari tempat pengadukan ke tempat pengecoran harus dilakukan
dengan cara-cara dimana segregasi dan kehilangan bahan-bahan (air, semen atau butir halus)
tidak terjadi.
Cara pengadukan beton harus lancar sehingga tidak terjadi perbedaan waktu pengikatan yang
menyolok antara beton yang sudah dicor dan yang akan dicor. Memindahkan adukan beton
dari tempat pengadukan ke tempat pengecoran dengan perantaraan talang-talang miring
hanya dapat dilakukan setelah disetujui Direksi Pekerjaan / Pengawas Lapangan.
Dalam hal ini Direksi Pekerjaan/Pengawas Lapangan mempertimbangkan persetujuan
penggunaan talang-talang miring ini setelah mempelajari usulan dari Pelaksana Pekerjaan
mengenai konstruksi talang, kemiringan dan panjang talang itu.
Adukan beton pada umumnya sudah harus dicor dalam waktu satu jam setelah pengadukan air
dimulai. Jangka waktu ini harus mendapat perhatian, apabila diperlukan waktu pengangkutan
yang panjang.
Jangka waktu tesebut dapat diperpanjang sampai 2 jam, apabila adukan beton diputar kontinu
secara mekanis. Apabila diperlukan jangka waktu yang lebih panjang lagi, maka harus dipakai
bahan-bahan panghambat pengikatan yang berupa bahan pembantu yang penggunaannya
harus seijin Direksi Pekerjaan / Pengawas Lapangan.
Pengiriman beton segar didasarkan pada ASTM C 94/C94 M, beton segar harus dicor dalam
jangka waktu 1½ jam atu sebelum putaran truck mixer mencapai 300 putaran, atau mana saja
yang tercapai terlebih dahulu.
o. Pengecoran
Pengecoran beton tidak boleh dilakukan sebelum pekerjaan perancah, bekisting, pemasangan
penulangan, pembersihan dan pekerjaan persiapan pengecoran yang disebutkan pada
spesifikasi ini telah sempurna dikerjakan dan disetujui oleh Direksi Pekerjaan / Pengawas
Lapangan.
1) Persiapan
Sebelum pengecoran dimulai, semua alat-alat, bahan-bahan dan pekerja sudah harus siap
di tempat yang seharusnya, dan alat-alat dalam keadaan bersih serta siap untuk dipakai.
Permukaan sebelah dalam dari bekisting harus sudah dibersihkan dari bahan-bahan lepas,
kotoran maupun potongan kawat/besi.
Bekisting yang terbuat dari kayu lapis tebal 12 mm dimana dikhawatirkan adanya
peresapan air oleh kayu, harus terlebih dahulu dibasahi dengan air hingga jenuh.
Tulangan harus sudah seluruhnya mendapat persetujuan Direksi Pekerjaan/Pengawas
Lapangan mengenai penempatannya dan telah cukup diberi beton penutup sedemikian
sehingga pengecoran dan pemadatan beton nantinya tidak akan menyebabkan tulangan
bergeser atau terlalu dekat dengan permukaan luar beton.
Pemakaian bahan pembantu dengan maksud memudahkan pelepasan bekisting setelah
beton mengeras, harus sudah diperiksa sehingga tidak mengganggu pelekatan antara besi
dan beton.
Bidang beton lama yang akan berhubungan dengan beton yang akan dicor, harus terlebih
dahulu dikasarkan, dibersihkan dari bahan-bahan yang lepas dan rapuh dan telah
disiram/dibasahi dengan air hingga jenuh.
Dekat sebelum pengecoran beton baru, bidang-bidang kontak beton lama tersebut harus
telah disapu dengan spesi mortar dengan campuran yang sesuai dengan betonnya.
2) Pelaksanaan Pengecoran
Pengecoran beton selalu diawasi langsung oleh mandor (foreman) yang berpengalaman,
Pelaksana Pekerjaan harus memberitahukan kepada Direksi Pekerjaan/Pengawas
Lapangan bila akan melaksanakan pengecoran. Beton harus dicor sedemikian rupa
sehingga di dalam atau bagian pekerjaan, permukaannya rata.
Pengecoran hanya diperbolehkan pada siang hari dengan perlindungan, dengan atap terpal
dan atas persetujuan Direksi Pekerjaan / Pengawas Lapangan, bila pengecoran akan
dilakukan pada malam hari perlengkapan penerangan dan lain-lain yang diperlukan itu
telah dipersiapkan dengan baik sebelumnya.
Pengecoran sebaiknya dilakukan segera setelah selesai pengadukan dan sebelum beton
mulai mengeras. Penundaan pengecoran dalam hal ini masih diijinkan dalam batas dimana
beton masih dapat dikerjakan tanpa penambahan air, dan batas cor dibuat sesuai standar
SNI 03-2847-02.
Pengecoran dan pekerjaan beton harus diselesaikan dalam waktu 20 menit sesudah keluar
dari mixer, kecuali bila diberikan bahan-bahan pembantu dengan maksud untuk
melambatkan proses pengerasan beton. Cara pengerjaan hendaknya dikerjakan
sedemikian sehingga tidak terjadi pemisahan bahan (segregation).
Adukan beton tidak boleh dijatuhkan lebih tinggi dari 1,5 m dan tidak diperkenankan
menimbun beton dalam jumlah banyak di suatu tempat dengan maksud untuk kemudian
meratakannya sepanjang bekisting. Beton muda harus dituangkan/dicor sedekat mungkin
dengan tempat terakhirnya.
Pengecoran harus dilakukan terus menerus antara tempat sambungan yang direncanakan
atau disetujui tanpa terhenti, jika corong-corong dipakai untuk mengalirkan beton maka
kemiringan harus sedemikian rupa sehingga tidak terjadi segregasi dan harus disediakan
selang-selang penyemprotan atau pelat-pelat peluncur agar tidak terjadi segregasi selama
pengecoran.
Lubang untuk pengaliran air, atau keperluan lainnya, dapat dibuat dari bambu atau batang
pisang dengan maksud untuk memudahkan pengambilannya pada waktu pembongkaran
bekisting.
Pada beton mutu f’c 24.9 Mpa dan lebih tinggi pengecoran harus dilakukan secepatnya
sesudah selesai pengadukan. Beton, bekisting dan atau tulangan yang menonjol keluar
harus dicegah dari kemungkinan terinjak para pekerja atau getaran yang dapat menggangu
daya letaknya dengan beton. Kecuali Direksi Pekerjaan/Pengawas Lapangan menentukan
lain, untuk bagian-bagian beton pracetak atau pratekan, pengecoran harus dilaksanakan
dari suatu ujung menuju lainnya untuk setebal bagian dari balok itu. Pengerjaan secara
lapis-lapis horizontal tidak diperbolehkan.
3) Konsistensi (slump)
Slump test harus dilakukan selama pelaksanaan pekerjaan beton. Cara pelaksanaan slump
test harus sesuai dengan SNI 1972-2008 yaitu sebagai berikut :
o Sebuah kerucut terpancung dengan diameter atas 10 cm, diameter bawah 20 cm dan
tinggi 30 cm (disebut kerucut Abrams) diletakan diatas bidang alas yang rata tidak
menyerap air.
o Kerucut ini diisi dengan adukan beton, sambil ditekan ke bawah, pada penyokong-
penyokongnya. Adukan beton diisikan dalam tiga lapis yang kira-kira sama tebalnya
dan setiap lapis ditusuk-tusuk sepuluh kali dengan tongkat baja dengan diameter 16
mm dan panjang 60 cm dan dengan ujung yang dibulatkan, setelah bidang atasnya
disipat rata, maka dibiarkan 1/2 menit.
o Selama waktu ini adukan beton yang jatuh sekitar kerucut disingkirkan, segera setelah
itu kerucut diangkat vertikal dengan hati-hati, dan penurunan tinggi puncak kerucut,
terhadap tingginya semula diukur. Hasil pengukuran ini disebut slump dan merupakan
ukuran dari kekentalan adukan beton tersebut.
o Untuk semua pekerjaan beton pada pekerjaan dermaga ini, konsistensi adukan (slump)
beton yang disyaratkan adalah 9 s/d 12 cm, sedangkan untuk beton struktur pada areal
darat, nilai slump yang disyaratkan adalah sebagai berikut:

p. Pemadatan
Selama dan sesudah pengecoran, beton harus dipadatkan dengan alat-alat pemadat (internal
atau external vibrators) mekanis, kecuali bila Direksi Pekerjaan / Pengawas Lapangan
mengijinkan cara pemadatan secara manual.
Cara pemadatan dengan cara manual terdiri dari memukul-mukul bekisting dari sebelah luar,
merojok dan menusuk-nusuk adukan beton secara kontinyu.
Ketelitian dalam hal ini sangat perlu diperhatikan agar semua sudut-sudut terisi, sela-sela
diantara tulangan dan sekeliling tulangan terpenuhi tanpa menggeser kedudukan tulangan
tersebut agar permukaan menjadi rata dan halus, mengeluarkan gelembung-gelembung udara
dan mengisi semua rongga.
Harus juga diperhatikan agar penggetaran/pemadatan tidak terlalu lama dikerjakan yang
dapat mengakibatkan pemisahan bahan-bahan (segregation).
Tenaga yang mengerjakan pekerjaan ini harus telah berpengalaman dan pekerjaan pemadatan
dilaksanakan sesuai dengan petunjuk Direksi Pekerjaan / Pengawas Lapangan.
1) External Vibrator
Alat pemadat mekanis yang digunakan harus mampu menghasilkan getaran
sekurang-kurangnya 5.000 getaran per menit dan berat efektif sebesar 0,25 kg.
External vibrator harus diletakkan sedemikian pada bekisting sehingga akan menghasilkan
getaran-getaran mendatar. Bila lebih dari satu alat yang digunakan jaraknya harus diatur
sedemikian sehingga tidak menyebabkan peredaman getaran alat yang satu terhadap
lainnya.
Pada beton pracetak, dapat dibuat satu meja getar dari konstruksi yang disetujui oleh
Direksi Pekerjaan/Pengawas Lapangan dan dipakai alat penggetar yang dapat
menghasilkan sekurang-kurangnya 5.000
getaran per menit.
Untuk lantai beton atau pelat-pelat beton
pemakaian external vibrator yang diletakan
dibekisting harus atas ijin Direksi
Pekerjaan / Pengawas Lapangan.
2) Internal Vibrator
Internal vibrator digunakan dengan cara
memasukkan alat pulsator atau penggetar mekanis ke dalam adukan beton yang baru di
cor. Alat tersebut harus paling tidak memberikan 5.000 getaran per menit bila dimasukan
kedalam adukan beton yang akan memberikan daerah yang ikut bergetar pada radius tidak
kurang dari 45 cm.
Alat itu harus dimasukkan ke dalam adukan beton searah dengan sumbu memanjangnya,
sedalam menurut perkiraan bahwa beton itu secara keseluruhan tingginya telah
dipadatkan, kemudian ditarik keluar perlahan-lahan dimasukkan lagi pada posisi
selanjutnya.
Alat ini tidak boleh dibiarkan di suatu tempat lebih lama dari 30 detik karena akan
menyebabkan segregasi material dalam beton dan alat ini ditempatkan pada posisi yang
tidak lebih jauh dari 45 cm kedalaman beton yang sedang dilakukan pengecoran. Internal
vibrator tidak diperbolehkan untuk mendorong beton kesamping dan tidak boleh
menumpu pada tulangan.
3) Jumlah Vibrator Yang Digunakan
Jumlah minimum banyaknya internal vibrator untuk memadatkan beton akan diberikan
dibawah ini. Bila digunakan alat ini, maka cara dan jumlahnya akan ditentukan oleh
Pengawas Lapangan.
Jumlah Minimum Internal Vibrator
Kecepatan mengecor beton Jumlah alat
4 m3 beton/jam 2
8 m3 beton/jam 3
12 m3 beton/jam 4
16 m3 beton/jam 5
20 m3 beton/jam 6

Dianjurkan untuk menyediakan alat internal vibrator secukupnya agar apabila terjadi
kerusakan alat, pekerjaan tidak tertunda.
q. Pengecoran Beton di Dalam Air
Bila ditentukan pada gambar rencana atau atas dasar petunjuk Direksi Pekerjaan / Pengawas
Lapangan, cara pengecoran, peralatan dan bahan yang akan digunakan untuk keperluan
tersebut harus terlebih dahulu diketahui dan disetujui oleh Direksi Pekerjaan / Pengawas
Lapangan sebelum pekerjaan itu dimulai.
Konstruksi bekisting kedap air harus digunakan, sedemikian sehingga dapat mencegah arus air
yang mengganggu proses pengeringan dan pelekatan beton muda dengan tulangan. Selama
pengerjaan pengecoran, sampai saatnya beton mengeras, yaitu paling sedikit 48 jam sesudah
pengecoran, pemompaan tidak diperbolehkan.
Beton harus dicor secara kontinyu, bagian atas harus diusahakan selalu datar sampai dicapai
ketinggian yang disyaratkan atau paling tidak sampai lebih tinggi dari permukaan air. Cara
pengecoran yang kontinyu dimaksud agar dapat dicapai homogenitas beton secara
keseluruhan untuk menjamin sifat kedap air.
Penyambungan pengecoran, setelah beton yang dicor terdahulu mengeras, harus mendapat
perhatian khusus sehubungan dengan sifat kedap air tersebut.
Beton harus dicor dengan alat tremie atau drop-bottom-bucket, yang bentuk dan tipenya
memang khusus dipergunakan bagi keperluan tersebut dan telah disetujui Direksi
Pekerjaan/Pengawas Lapangan Tremie harus rapat air, dan cukup besar untuk memungkinkan
pengaliran beton dengan lancar.
Tremie harus selalu penuh pada saat pengecoran, bila pengaliran terhenti maka tremie harus
dicabut dan diisi penuh terlebih dahulu sebelum dimulai pengecoran lagi.
Dalam keadaan apapun dan dengan alat manapun tidak diperbolehkan adukan beton jatuh
atau melewati air. Baik tremie atau drop-bottom-bucket harus mengeluarkan adukan beton di
bawah permukaan beton muda yang sudah lebih dahulu di cor.
Jika ternyata pada saat laut pasang, deburan air laut sampai masuk ke bekisting dan tulangan
basah terkena air laut, maka sebelum pengecoran tulangan tersebut harus disemprot terlebih
dahulu dengan air bersih (tawar), agar kemungkinan korosi dapat dihindarkan/dikurangi.
r. Pengecoran pada daerah padang surut
Jika pengecoran harus dilakukan dalam daerah pasang surut, Pelaksana Pekerjaan harus
menjamin bahwa besi bebas karat dan dicuci bersih dengan air, dikeringkan, bebas dari
cetakan sebelum beton dicor.
Beton harus dicor dan dipadatkan sebelum air laut naik sampai ketinggian beton yang telah
dicor. Tidak boleh ada gangguan pada beton setelah air asin berhubungan. Permukaan atas
beton harus ditutup setelah pengerasan awal terjadi, untuk melindunginya terhadap gerakan
air jika resiko seperti ini terjadi.
Pelaksana Pekerjaan harus menyerahkan kepada Direksi Pekerjaan/Pengawas Lapangan untuk
disetujui, rincian lengkap dari cara yang diusulkannya untuk memastikan kesesuaiannya
dengan ketentuan yang terdahulu. Jika Direksi Pekerjaan/Pengawas Lapangan tidak
menyetujui usulan Pelaksana Pekerjaan maka Direksi Pekerjaan/Pengawas Lapangan dapat
memintanya untuk melakukan pembetonan dalam batas pasang surut sesuai dengan cara
untuk pengecoran bawah air seperti diuraikan dalam pasal-pasal yang berikut. Setiap
pengeluaran tambahan harus dipikul oleh Pelaksana Pekerjaan. Pembetonan menurut Bab ini
tidak boleh dilaksanakan kecuali dengan persetujuan tertulis dari Direksi Pekerjaan/Pengawas
Lapangan.
s. Spesi Beton
Campuran spesi harus dibuat dari semen Portland biasa dan pasir yang disetujui dan harus
diaduk dengan perbandingan yang ditentukan berdasarkan perbandingan campuran semen
dalam satu meter kubik spesi.
Semen Portland yang mengeras dengan cepat, dipakai pada pekerjaan spesi untuk
perlindungan tiang terhadap karat.
Banyaknya air yang dipakai dalam campuran harus disetujui oleh Direksi Pekerjaan/Pengawas
Lapangan dan merupakan kebutuhan minimum untuk suatu pekerjaan/maksud tertentu.
t. Sambungan Pengecoran
Untuk rencana pekerjaan pengecoran, Pelaksana Pekerjaan harus mengajukan gambar rencana
letak sambungan pengecoran kepada Direksi Pekerjaan/Pengawas Lapangan untuk mendapat
persetujuan.
Apabila sambungan pengecoran harus dibuat diluar yang ditunjukkan dalam gambar, karena
kerusakan mesin pengaduk beton atau keadaan yang tidak diduga, harus dibuat pengakhiran
sedemikian sehingga arahnya tegak lurus arah tegangan-tegangan utama.
Apabila letaknya berdekatan dengan tumpuan atau lokasi lain yang tidak dikehendaki Pemberi
Tugas/Pengawas Lapangan maka pengecoran harus dihentikan dan beton baru tersebut harus
dibongkar sampai tempat yang dianggap baik.
Permukaan beton didaerah sambungan dan sudah mengeras tersebut harus dikasarkan,
dibersihkan dari bagian-bagian yang terlepas dan kotoran-kotoran lainnya, serta disemprot
dengan air.
Air yang tertinggal harus dibuang sebelum pengecoran beton baru dikerjakan dan harus
dibersihkan secara baik pada bidang pertemuan tersebut sebelum pengecoran dimulai.
Permukaan beton lama harus dilapis dengan pelekat dengan bahan-bahan kimia pembantu
(bonding agent), bahan pelekat dan cara mengerjakannya harus disetujui oleh Direksi
Pekerjaan/Pengawas Lapangan dan sesuai dengan cara yang diajukan oleh pabrik yang
mengeluarkan bahan pembantu itu.
u. Permukaan Beton Jadi
Semua permukaan jadi dari pekerjaan beton harus rata, lurus, tidak nampak bagian-bagian
yang keropos, melendut atau bagian yang membekas pada permukaan.
Ujung atau sudut harus dibentuk penuh dan tajam. Segera sesudah pembongkaran bekisting,
bagian-bagian yang rapuh, kasar, lubang-lubang dan bagian-bagian yang tidak memenuhi
syarat harus segera diperbaiki dengan cara memahatnya dan mengisinya kembali dengan
adukan semen pasir yang sesuai baik kekuatan maupun warnanya, untuk kemudian diratakan
dengan kayu perata.
Bila perlu, apabila diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan/Pengawas Lapangan, seluruh
permukaan beton tersebut dapat dihaluskan dengan amplas, atau gurinda sehingga seluruh
permukaan jadi beton tersebut menjadi rata dan halus. Pekerjaan-pekerjaan itu sebaiknya
diselesaikan secepat mungkin dan tidak lebih dari maksimum 2 hari setelah pembongkaran
bekisting.
Pekerjaan plesteran pada permukaan beton jadi tidak diijinkan. Pada pekerjaan beton, Direksi
Pekerjaan/Pengawas Lapangan dapat menolak hasil pekerjaan beton yang pada
permukaannya menunjukan tanda-tanda rapuh, keropos atau bagian-bagian yang diperbaiki,
yang diduga akan membahayakan konstruksi.
v. Siar Dilatasi
Beton harus dicor secara kontinu sampai pada siar dilatasi, letak dan pengaturannya
ditunjukkan dalam gambar-gambar atau seperti yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan /
Pengawas Lapangan.
Apabila siar dilatasi harus dibuat di luar yang ditunjukkan oleh gambar, karena kerusakan
mesin pengaduk beton atau keadaan yang tidak terduga, harus dibuat lokasi pemberhentian
sedemikian sehingga arahnya tegak lurus arah tegangan-tegangan utama.
Apabila letaknya berdekatan dengan tumpuan atau lokasi lain yang tidak dikehendaki Direksi
Pekerjaan/Pengawas Lapangan maka pengecoran harus dihentikan dan beton baru tersebut
harus dibongkar sampai tempat yang dianggap baik.
Apabila pengecoran harus dilanjutkan pada permukaan beton yang sudah mengeras, maka
permukaan beton tersebut harus dikasarkan.
Kemudian permukaan tersebut harus dibersihkan dari bagian-bagian yang lepas dan
kotorankotoran lainnya, disemprotkan dengan air dan kemudian air yang tertinggal harus
dibuang sebelum pengecoran beton baru dikerjakan, yang harus dipadatkan secara baik pada
bidang pertemuan tersebut. Sebelum pengecoran, permukaan beton lama harus dilapis dengan
adukan semen dengan kualitas yang sama dengan adukan beton.
w. Perawatan Beton
Beton harus dilindungi selama proses pengerasan pertama dari pengaruh panas matahari yang
merusak, hujan, air yang mengalir atau angin yang keras.
Perlindungan harus segera diberikan sampai pengerasan beton dengan metoda yang dianggap
praktis, dari beberapa metoda metoda di bawah ini
Permukaan beton harus ditutup dengan lapisan karung, kanvas atau bahan sejenis, atau
lapisan pasir yang harus terus menerus dibasahi selama 7 hari.
Setelah permukaan beton dibasahi seluruhnya, lalu ditutup dengan lapisan kertas kedap air
yang disetujui atau membrane plastik yang harus tetap pada beton selama 7 hari.
Kecuali untuk perawatan permukaan beton dimana pengecoran beton selanjutnya tersambung
melalui lekatan, perawatan beton boleh menggunakan lapisan pengeras yang disetujui.
Aplikasinya menggunakan semprotan dengan tekanan rendah sesuai dengan rekomendasi
pabrik pembuatnya. Lapisan pengeras digunakan pada permukaan permukaan yang horizontal
segera setelah pengecoran beton dan pada permukaan permukaan vertikal segera setelah
pelepasan bekisting.
Metoda 3 ini digunakan juga untuk pengerasan sisi bawah balok dan pelat. Pengawas
Lapangan dapat menentukan penggunaan pelapisan ini untuk permukaan tegak atau miring.
Biaya untuk proses perawatan ini, harus sudah tercakup dalam harga satuan pekerjaan beton.
Air yang digunakan untuk tujuan perawatan harus dari kwalitas yang sama dengan air untuk
adukan beton dan tidak boleh meninggalkan bekas/warna pada permukaan beton.
Perlindungan terhadap beton yang telah dicor harus dilakukan untuk menghidari cracking
yang diakibatkan panas pada keadaan penurunan temperatur yang cepat, yang lebih besar dari
22°C (40°F) dalam jangka waktu 24 jam pertama setelah pengecoran, kecuali ditentukan lain.

3. Bahan Khusus
a. Admixture
Bahan pembantu yang digunakan dalam proyek ini adalah jenis silicafume. Bahan ini bertujuan
untuk meningkatkan keawetan beton dengan cara mengurangi keperluan air adukan dan
mencegah terjadinya peningkatan panas hidrasi berlebihan yang menyebabkan kurang
padatnya beton tercetak yang dihasilkan.
Bahan pembantu dapat terbuat dari campuran bahan bahan kimia yang dilakukan di pabrik
pembuat atau bahan alarm yang ditambang.
Bahan pembantu buatan dari campuran bahan kimia harus memenuhi standar ASTM C 494 81
jenis D, sedangkan untuk yang ditambang dari alam, harus jenis Pozzolan kelas N berdasarkan
ASTM C 618.
b. Perekat beton
Perekat beton jika diperlukan harus dari epoxy resin yang mampu melekat dalam keadaan
lembab atau basah. Tata cara pemberian perekat ini harus sesuai dengan petunjuk pabrik
pembuat perekat tersebut, demikian pula tata cara penyimpanan dan pengadukan kedua
komponennya.
Pekerja untuk melaksanakan perekatan beton dengan epoxy resin, harus pekerja yang telah
berpengalaman untuk pekerjaan serupa ini.
c. Bahan Pengisi (Grouting material)
Bahan pengisi dipergunakan untuk landasan kedudukan struktur penyambung, peralatan dan
perlengkapan lainnya.
Bahan pengisi ini harus dari jenis semen yang tidak menyusut dan mengembang sewaktu
pengerasan dengan memberikan kelembaban. Bahan pengisi juga harus dapat dituangkan
dalam keadaan cair sehingga mampu dengan sendirinya mengisi semua celah diantara pelat
landasan baja dudukan dengan permukaan beton yang telah ada. Bahan pengisi juga harus dari
bahan yang tidak menyebabkan berkaratnya baja yang bersentuhan dengannya.
Pelaksana Pekerjaan harus menyerahkan spesifikasi dari bahan bahan khusus ini untuk
mendapatkan persetujuan Pengawas sebelum penggunaannya. Pengisian beton pada pondasi
tiang dilakukan dalam kondisi kering dan pengecoran dilakukan dengan memakai peralatan
tremi dengan pengawasan oleh seorang tenaga ahli.

4. Beton Pracetak (Precast)


Persyaratan umum yang berhubungan dengan beton bertulang biasa tetap berlaku, sedangkan
persyaratan lain yang berhubungan dengan pekerjaan beton bertulang pracetak terdapat
didalam pasal-pasal berikut ini.
Pelaksana Pekerjaan harus menyerahkan
usulan rencana secara terinci untuk
pelaksanaan fabrikasi beton pracetak,
perawatan dan kemudian pembongkaran,
serta pengangkutan dari tempat pencetakan
elemen-elemen beton pracetak. Semua
rencana tersebut harus mendapat persetujuan dari Direksi Pekerjaan/Konsultan Pengawas.
Pekerjaan ini juga terdiri dari fabrikasi struktur beton pratekan pracetak, bagian beton
pratekan pracetak dari struktur komposit yang dibuat sesuai dengan Spesifikasi ini mendekati
garis, elevasi, dan dimensi yang ditunjukkan dalam Gambar Rencana. Pekerjaan ini harus
mencakup pembuatan, pengangkutan dan penyimpanan balok, pelat dan elemen struktur dari
beton pracetak. Pekerjaan ini juga termasuk pemasangan semua elemen pratekan pracetak.
a. Pembuatan Beton Pracetak
1) Apabila beton pracetak tidak dibuat di pabrik, Pelaksana Pekerjaan dapat membuat
elemen beton pracetak di lapangan. Lokasi pembuatan beton pracetak harus mendapat
persetujuan dari Direksi Pekerjaan/Konsultan Pengawas dan sebelumnya Pelaksana
Pekerjaan wajib menyerahkan usulan rencana secara terinci untuk pelaksanaan
fabrikasi beton pracetak, perawatan dan kemudian pembongkaran, serta pengangkutan
dari tempat pencetakan elemen elemen beton pracetak.
2) Pelaksana Pekerjaan harus menyediakan lapangan yang cukup luas dengan lantai beton
yang kokoh dan rata untuk tempat pekerjaan pembuatan beton pracetak. Lapangan
dimana beton pracetak akan dibuat harus bersih dan mempunyai alas datar dari beton
tumbuk dengan system drainase yang baik.
3) Cetakan atau bekisting harus dibuat kokoh, rapat pada sambung-sambunganya, rapi
dan benar, serta harus direncanakan sedemikian rupa supaya mudah untuk dibuka dan
dipasang kembali. Bagian-bagian yang memerlukan ketelitian dan atau kerapian pada
elemen beton pracetak harus dibuat dengan cetakan yang terdiri dari lembaran plat
baja.
4) Cetakan harus ditempatkan dengan benar untuk mencegah penonjolan atau
penyimpangan bentuk hasil pengecoran.
5) Cetakan pada bagian pinggiran-pinggiran dari beton pracetak boleh dipindahkan
setelah 3 hari asalkan beton tersebut telah mengeras dan disetujui Direksi Pekerjaan.
6) Pelaksana Pekerjaan harus menyerahkan perhitungan rencana cetakannya dan gambar
kepada Direksi Pekerjaan/Konsultan Pengawas untuk persetujuan.
7) Pada pertemuan atau sambungan konstruksi antara unsur pracetak dan beton biasa,
maka semua permukaan horisontal dan vertikal dari unit beton pracetak harus
dibersihkan dengan sikat kawat untuk menyingkirkan semua benda dan kotoran atau
bagian-bagian agregat yangmenonjol.
8) Apabila beton pracetak dibuat di pabrik, sebelum dilakukan pembuatan secara masal,
Pelaksana Pekerjaan wajib menyerahkan detail mengenai kapasitas pabrik, metoda
pelaksanaan dan metoda pengangkatan. Direksi Pekerjaan/Konsultan Pengawas akan
meninjau pabrik sebelum pembuatan beton pracetak dilaksanakan atas biaya
Pelaksana Pekerjaan.
b. Bahan
1) Beton
Beton harus dibuat memenuhi ketentuan sesuai dengan mutu yang digunakan. Mutu
beton untuk tiap jenis unit harus sebagaimana yang ditunjukkan dalam Gambar
Rencana.
2) Bekisting
Bekisting harus terbuat dari bahan baja dan harus cukup kuat sehingga tidak akan
melendut melebihi batas-batas toleransi selama pengecoran. Penutup (seal) harus
dipasang pada sambungan bekisting untuk mencegah kehilangan pasta semen.
Penumpulan bekisting harus dilakukan pada semua sudut dan harus lurus dan sesuai
dengan bentuk dan garis yang tepat.
Pembentuk rongga harus dipasang dengan kencang dan harus dibungkus dengan pita
penutup berperekat sebagaimana yang diperlukan untuk mencegah masuknya adukan.
3) Grouting
Kecuali diperintahkan lain oleh Direksi Pekerjaan Pekerjaan, berdasarkan percobaan
penyuntikan (grouting), maka bahan penyuntikan harus terdiri dari semen portland
biasa dan air. Rasio air - semen haruslah serendah mungkin sesuai dengan sifat
kelecakan (workability) yang diperlukan tetapi tidak akan pernah melebihi 0,45.
Bahan tambah (aditif) dapat digunakan bilamana disetujui oleh Direksi Pekerjaan
Pekerjaan.
Bahan plasticizer yang umum diperdagangkan untuk penyuntikan (grouting) harus
digunakan sesuai dengan petunjuk pabrik pembuatnya. Bahan ini tidak boleh
mengandung chlorida, nitrat, sulfat atau sulfida.
4) Bahan Pengisi Celah Precast (Concrete Joint Fillers)
Pengisi sambungan beton harus mengikuti rekomendasi dari Konsultan Pengawas.
Kecuali ditentukan lain, bahan pengisi celah antara 2 precast dapat menggunakan
adukan semen biasaatau mortar.
5) Baja Tulangan
Batang baja dan tulangan anyaman harus sesuai dengan Spesifikasi bahan yang
terdapat pada sub bab Baja Tulangan.
6) Kayu penyangga beton precast
Jenis kayu yang digunakan sebagai penyangga elemen beton pracetak adalah kayu
kamper kelas I.
c. Penanganan, Pengangkutan Dan Penyimpanan Unit-Unit Beton Pracetak
1) Pemberian Tanda Unit-unit Beton Pracetak
Semua elemen beton pracetak harus mudah dikenal posisinya, tanggal pembuatannya
dengan huruf atau angka yang mudah dibedakan. Segera setelah pembongkaran
bekisting samping dan melaksanakan perbaikan kecil, maka unit-unit harus diberi
tanda untuk memudahkan indentifikasi di kemudian hari. Cat tahan cuaca harus
digunakan dalam menandai unit-unit tersebut. Data yang ditandakan pada semua unit
harus mencakup nomor rujukan dan tanggal pengecoran. Pelat pracetak harus
mempunyai data yang digoreskan pada permukaan atas segera setelah pengecoran.
Juga tiang pancang harus mempunyai tanda ukuran panjang yang jelas dan permanen
di sepanjang panjang tiang, dengan interval satu meter yang diukur dari ujung tiang
panjang. Sesuai dengan ketentuan pada SNI 7833:2012.
2) Penanganan, Penumpukan, Pengangkutan dan Erection
o Usulan Pelaksana Pekerjaan mengenai pengangkatan, pengangkutan, penumpukan,
pembongkaran dan penempatan/pemasangan seluruh elemen pracetak harus
disampaikan kepada untuk mendapatkan persetujuannya.
Unit-unit beton pracetak yang rusak akibat penyimpanan dan penanganan yang
tidak sebagaimana mestinya harus diganti oleh Pelaksana Pekerjaan dengan biaya
sendiri.
Bilamana cara pengangkatan dan pengangkutan gelagar tidak disebutkan dalam
Gambar Rencana, maka Pelaksana Pekerjaan harus menyerahkan cara yang
diusulkan kepada Direksi Pekerjaan.
Setelah disetujui oleh Direksi Pekerjaan, maka Pelaksana Pekerjaan harus
mengikuti cara yang telah disetujui.
Perhatian khusus harus diberikan dalam penanganan dan pemindahan unit-unit
beton pracetak serta penentuan titik angkat elemen-elemen beton pracetak dan
bagian-bagian pada elemen beton pracetak untuk kegiatan pengangkatan (seperti:
lifting hook, dll).
Gelagar dan pelat pracetak harus diangkat dengan alat pengangkat atau melalui
lubang-lubang dibuat pada unit-unit tersebut, dan harus diangkut dalam posisi
tegak.
Penanganan dilakukan sesuai dengan ketentuan pada SNI 7833:2012.
o Proses Pengangkatan
Proses pengangkatan beton pracetak dapat dijelaskan untuk contoh pengangkatan
tiang pancang pracetak sebagai berikut:
a) Pengangkatan tiang untuk disusun (dengan dua tumpuan)
Metode pengangkatan dengan dua tumpuan ini biasanya pada saat penyusunan
tiang beton, baik itu dari pabrik ke trailer ataupun dari trailer ke penyusunan
lapangan.
Persyaratan umum dari metode ini adalah jarak titik angkat dari kepala tiang
adalah 1/5L. Untuk mendapatkan jarak harus diperhatikan momen maksimum
pada bentangan, haruslah sama dengan momen minimum pada titik angkat
tiang sehingga dihasilkan
momen yang sama.
Pada prinsipnya
pengangkatan dengan dua
tumpuan untuk tiang beton
adalah dalam tanda
pengangkatan dimana tiang
beton pada titik angkat
berupa kawat yang terdapat
pada tiang beton yang telah ditentukan dan untuk lebih jelas dapat dilihat oleh
Gambar Rencana.
Gambar 5-1 Pengangkatan Tiang dengan Dua Tumpuan

b) Pengangkatan dengan satu tumpuan


Metode pengangkatan ini biasanya digunakan pada saat tiang sudah siap akan
dipancang oleh mesin pemancangan sesuai dengan titik pemancangan yang
telah ditentukan di lapangan.
Adapun persyaratan utama dari metode pengangkatan satu tumpuan ini adalah
jarak antara kepala tiang dengan titik angker berjarak L/3. Untuk mendapatkan
jarak ini, haruslah diperhatikan bahwa momen maksimum pada tempat
pengikatan tiang sehingga dihasilkan nilai momen yang sama.

Gambar 5-2 Pengangkatan Tiang dengan Satu Tumpuan


o Elemen pracetak harus diangkat tepat pada titik yang ditunjukkan di
Gambar Rencana atau apabila tidak disebutkan secara khusus dalam
gambar, maka Pelaksana Pekerjaan harus mengajukan usulan mengenai
detail cara pengangkatan kepada Direksi Pekerjaan/Konsultan Pengawas
untuk mendapatkan persetujuannya. Titik angkat, bentuk dan posisinya
harus disetujui oleh Direksi Pekerjaan. Penyangga dan penggantung yang
cocok harus digunakan setiap saat dan tidak boleh ada unit beton pracetak
yang akan digerakkan sampai sepenuhnya lepas dari permukaan tanah.
o Pelaksana Pekerjaan harus menyampaikan usulan mengenai bentuk kait
untuk tempat mengangkat yang akan ditanam dalam beton pracetak.
o Beton pracetak dapat diangkat dari tempat pengecorannya untuk dibawa ke
tempat penumpukan atau tempat penyimpanan, apabila kekuatannya telah
mencukupi. Untuk itu Pelaksana Pekerjaan wajib menyerahkan hasil tes
yang menyatakan bahwa pada umur pengangkatan tersebut kekuatan
sudah terpenuhi sehingga beton tidak retak.
o Elemen beton pracetak harus ditumpuk sedemikian rupa sehingga tidak
akan terjadi bridging yang dapat merusak elemen tersebut.
o Pemasangan/penempatan di lapangan harus dilakukan secara hati-hati,
sebelum melaksanakan penempatan elemen beton pracetak tersebut.
Pelaksana Pekerjaan wajib mengajukan usulan mengenai metoda
pelaksanaan secara detail kepada Direksi Pekerjaan/Konsultan Pengawas
untuk mendapatkan persetujuannya.
o Segala kerusakan yang terjadi selama pengangkutan, penimbunan dan
penempatan dari elemen beton pracetak sepenuhnya menjadi tanggung
jawab Pelaksana Pekerjaan.
o Elemen beton yang rusak dan cacat dan tidak diterima Direksi Pekerjaan,
harus segera dikeluarkan dari lokasi proyek.
c) Penyimpanan
Unit-unit harus ditempatkan bebas dari kontak langsung dengan permukaan
tanah dan ditempatkan pada penyangga kayu di atas tanah keras yang tidak
akan turun baik musim hujan maupun kemarau, akibat beban dari unit-unit
tersebut. Bilamana unit-unit tersebut disusun dalam lapisan-lapisan, maka
tidak melebihi dari 3 lapisan dengan penyangga kayu dipasang di antara tiap
lapisan. Penyangga untuk setiap lapisan harus dipasang di atas lapisan yang
terdahulu. Untuk gelagar dan tiang pancang, penyangga harus dipasang pada
jarak tidak lebih dari 20 % dari ukuran panjang unit, yang diukur dari setiap
ujung. Balok pracetak tidak boleh ditumpuk lebih dari 3,5 m dan balok- balok
penumpunya ditempatkan diantara lapisan dengan jarak antara sebesar 4,0 m.
Ukuran standar balok, kayu penumpu adalah 10x10 cm2. Dimana ada
kemungkinan beton pracetak melendut, maka harus segera dilakukan
penumpukan/ pengaturan kembali.
d. Pemasangan Unit-Unit Beton Pratekan
1) Penerimaan Unit-unit
Bilamana unit-unit difabrikasi di luar tempat kerja, maka Pelaksana Pekerjaan
harus memeriksa mutu dan kondisi pada saat barang tiba di tempat dan harus
segera melapor secara tertulis kepada Direksi Pekerjaan untuk setiap cacat atau
kerusakan. Pelaksana Pekerjaan bertanggungjawab atas semua kerusakan yang
terjadi pada unit-unit setelah barang tiba di tempat.

2) Pengaturan Posisi Unit-unit


Semua baut yang tertanam dan lubang untuk tulangan melintang, dan sebagainya
harus diluruskan dengan hati-hati selama pemasangan unit-unit tersebut. Batang
baja harus dipasang pada lubang untuk tulangan melintang sewaktu perakitan
berlangsung, agar dapat menjamin penempatan lubang dengan tepat.

e. Pengukuran Dan Pembayaran


1) Unit Beton Pracetak
Kuantitas yang diukur untuk pembayaran, harus merupakan jumlah aktual unit-
unit beton struktur pracetak dari berbagai jenis dan ukuran yang dipasang di
tempat, selesai dikerjakan dan diterima. Setiap unit harus mencakup beton, baja
tulangan, bekisting dan pelat, mur, alat pengangkat, dan bahan-bahan lain yang
terdapat di dalamnya atau disertakan pada unit-unit tersebut. Fabrikasi dan
pemancangan tiang pancang harus diukur terpisah dari Spesifikasi ini.
2) Unit-unit yang Ditolak
Unit-unit yang telah ditolak karena beton tidak memenuhi ketentuan, rusak selama
penanganan, penyimpanan, pengangkutan atau pemasangan, atau untuk setiap
alasan lainnya tidak boleh diukur untuk pembayaran.

f. Bahan Khusus
1) Perekat beton (Bonding Agent)
Perekat beton jika diperlukan harus dari epoxy resin 600 micron yang mampu
melekat dalam keadaan lembab atau basah. Tata cara pemberian perekat ini harus
sesuai dengan petunjuk pabrik pembuat perekat tersebut, demikian pula tata cara
penyimpanan dan pengadukan kedua komponennya.
Untuk menjamin kuat ikat antara beton dan epoxy serta baja dan epoxy, maka epoxy
yang digunakan harus memenuhi ketentuan yang berlaku yaitu:
a) Bahan perekat yang digunakan harus mempunyai daya rekat yang sangat baik
dan dapat merekatkan dengan sempurna struktur beton;
b) Bahan perekat harus dapat berpenetrasi sampai kedalaman retak yang paling
kecil yang terjadi pada struktur dengan sempurna dan untuk itu harus
mempunyai suatu kekentalan tertentu seperti disyaratkan pada spesifikasi ini;
c) Mempunyai sifat fleksibilitas yang dapat menahan vibrasi yang mungkin terjadi
di dalam retakan;
d) Tidak boleh menyusut pada waktu mengering;
e) Tahan terhadap air hujan, CO2, asam, dan bahan kimia lainnya;
f) Persyaratan bahan sesuai dengan AASHTO M 235M sebagai berikut:
o Viskositas minimum 2,0 Pa.s
o Waktu pengikatan awal minimum 30 menit
o Kuat leleh tekan (pada umur 7 hari) minimum 70 MPa
o Modulus elastisitas tekan minimum 1400 MPa
o Tegangan tarik (pada umur 7 hari) minimum 50 MPa
g) Sebelum digunakan harus dilakukan pengujian mutu epoksi sesuai dengan
persyaratan yang berlaku.
Pekerja untuk melaksanakan perekatan beton dengan epoxy resin, harus pekerja
yang telah berpengalaman untuk pekerjaan serupa ini.
Pelaksanaan perekatan beton dengan epoxy resin mengikuti ketentuan sebagai
berikut:
a) Persiapan dasar
Dasar harus bersih, kering sempurna, keras dan bebas dari kotoran – kotoran,
debu, minyak, oli ataupun tumpahan bahan lain. Jika perlu, lakukan pekerjaan
pembobokan untuk membuang kotoran ataupun dasar yang telah
terkontaminasi.
b) Cetakan/penutup celah
o Untuk aplikasi yang membutuhkan cetakan, cetakan boleh dibuat dari
papan, triplek ataupun mortar bermutu rendah, asalkan dibuat kedap
cairan, sehingga tidak bocor ketika epoxy dituang.
o Untuk aplikasi dengan cara diinjeksikan dengan tekanan, permukaan celah
ditutup rapat dengan menggunakan epoxy mortar atau campuran epoxy
resin dengan pasir halus secukupnya hingga didapatkan kekentalan yang
cukup dan dibiarkan mengeras dahulu hingga 24 jam.
c) Pengadukan
o Pengadukan dilakukan disebuah ember besar atau drum, bisa dengan
menggunakan mesin pengaduk, yang bisa diperoleh dari sebuah mesin bor
yang diberi mata pengaduk dari batang besi berspiral di ujungnya.
o Tuangkan dahulu seluruh komponen resin dan baru diikuti oleh
hardener(bila diperlukan) ke dalam drum sambil mesin pengaduk
dinyalakan.
o Ambil volume campuran secukupnya secara proporsional dan jangan
berlebihan karena setelah diaduk, epoxy resin yang sudah dicampur harus
diaplikasikan seluruhnya atau kelebihannya harus dibuang dan tidak dapat
digunakan kembali.
d) Penuangan/penginjeksian
o Penuangan hanya boleh dilakukan dari satu arah untuk menghindarkan
terperangkapnya udara ditengah-tengah.
o Penuangan dilakukan perlahan-lahan dan tidak boleh dijatuhkan dari
ketinggian lebih dari 20 cm dari ujung cetakan.
o Penuangan harus menerus untuk satu area hingga area tersebut penuh tanpa
terputus. Untuk itu pengadukan harus dilakukan menerus pula mengikuti
penuangan.
o Jangan menggunakan penggetar/ vibrator.
o Penginjeksian dilakukan dengan alat yang bertekanan cukup sesuai dengan
kondisi beton.
o Metoda kerja yang akurat bisa dikonsultasikan terlebih dahulu dengan
penyedia produk epoxy resin.
2) Bahan Pengisi (Grouting material)
Bahan pengisi (grouting) digunakan untuk pengisi landasan kedudukan struktur
penyambung, pemasangan angkur, rail crane, peralatan dan perlengkapan lainnya.
Bahan pengisi ini harus dari jenis semen yang tidak menyusut dan mengembang
sewaktu pengerasan dengan memberikan kelembaban. Bahan pengisi juga harus dapat
dituangkan dalam keadaan cair sehingga mampu dengan sendirinya mengisi semua
celah diantara pelat landasan baja dudukan dengan permukaan beton yang telah ada.
Bahan pengisi juga harus dari bahan yang tidak menyebabkan berkaratnya baja yang
bersentuhan dengannya. Semen Grouting yang baik yang mempunyai karakteristik
tidak susut dan dapat mengalir sangat baik,
memenuhi persyaratan standar corps of
engineering CDR C-621 dan ASTM C-1107.
Pelaksanaan pengunaan grouting adalah
sebagai berikut:
a) Persiapan dasar
o Dasar harus bersih, kering
sempurna, keras dan bebas dari
kotoran – kotoran, debu, minyak, oli, kotoran yang melekat ataupun tumpahan
bahan lain. Jika perlu, lakukan pekerjaan pembobokan untuk membuang
kotoran ataupun dasar yang telah terkontaminasi.
o Apabila sebagai grouting angkur, angkur yang akan digrouting harus
dibersihkan dengan bahan stoven/thener yang sesuai.
o Permukaan beton harus keras dan dikasarkan untuk mendapatkan daya lekat
yang baik.
o Sebelum diaplikasikan permukaan beton harus dibasahi hingga lembab/basah.
b) Bekisting/Cetakan
o Untuk grouting yang dituang harus dibuatkan terlebih dahulu bekisting untuk
menahan saat grouting diaplikasikan.
o Untuk tanpa kebocoran, bekisting harus dilapisi dengan minyak bekisting atau
bondbreaker yang dapat memudahkan pembukaan.
o Bekisting harus cukup tinggi sehingga dapat menjangkau kepala grouting jika
bekisting sulit dicapai gunakan bahan grouting dalam konsistensi agak kering.
c) Perawatan
o Lakukan perawatan selama minimum 3 hari dengan mengunakan karung
basah, lembaran plastik atau atau gunakan curing compound (Antisol).
3) Bahan Pelindung Beton di Bawah Lantai Dermaga
Bahan pelindung beton di bawah lantai dermaga digunakan untuk menutupi rongga-
rongga beton yang rentan dihinggapi uap air laut, sehingga akan menghambat laju
korosi tulangan dan memperpanjang umur beton. Bahan-bahan pelindung ini dapat
menggunakan bahan protective coating berupa epoxy, silane atau bahan admixture cair
yang dicampur ke dalam beton. Bahan coating menjadikan beton terlapisi dengan
material bersifat plastik atau cair yang kemudian membentuk lapisan yang
menyelimuti beton untuk mengantisipasi kondisi yang agresif dan korosif, sedangkan
bahan admixture cair yang dicampur ke dalam adukan beton yang dikombinasikan
dengan superplasticizer menjadikan beton bersifat waterproof dan anti-korosi. Bahan
pelindung beton ini harus memenuhi persyaratan standar ASTM D543, ASTM C579,
ASTM C884, AASHTO T277 atau BS 1881.
Pelaksana Pekerjaan harus menyerahkan spesifikasi dari bahan bahan khusus ini untuk
mendapatkan persetujuan Konsultan Pengawas sebelum penggunaannya.

5. Pengujian Beton
a. Pengujian kuat tekan
Ketentuan yang disyaratkan mengikuti hal-hal berikut:
1) Untuk keperluan pengujian kuat tekan beton, Pelaksana Pekerjaan Pelaksana harus
menyediakan benda uji beton berupa silinder dengan diameter 150 mm dan tinggi 300
mm dan harus dirawat sesuai dengan SNI 03-6898-2002 dan SNI 03-2493-1991. Benda
uji tersebut harus dicetak bersamaan dan diambil dari beton yang akan dicorkan, dan
kemudian dirawat sesuai dengan perawatan yang dilakukan di laboratorium. Untuk
pengujian kekuatan tekan yang merupakan pengujian nilai kekuatan tekan rata-rata,
minimal 2 buah silinder 150 x 300 mm atau 3 buah silinder 100 x 200 mm sesuai
dengan SNI 2847-2013 dan ACI 318M - 11.
2) Pelaksana Pekerjaan Pelaksana harus mendapatkan sejumlah hasil pengujian kuat
tekan benda uji beton dari pekerjaan beton yang dilaksanakan. Setiap hasil adalah nilai
rata-rata dari kuat tekan benda uji dalam dua puluh benda uji untuk satu umur, untuk
setiap kuat tekan beton dan untuk setiap jenis komponen struktur yang dicor terpisah
pada tiap hari pengecoran.
3) Jumlah minimum benda uji per hari pelaksanaan pengecoran = 1 benda uji Pengujian
harus dilakukan untuk setiap campuran beton yang berbeda, bak dari aspek bahan
yang digunakan ataupun proporsi campurannya.
4) Pada saat awal pelaksanaan sampai terkumpulnya 20 benda uji = 1 benda uji per 3 m 3
5) Setelah terkumpulnya 20 benda uji pertama : Benda uji harus diambil untuk uji
kekuatan setiap mutu beton yang dicor, tidak kurang dari satu kali sehari untuk setiap
110 m3 beton atau 460 m2 luasan permukaan lantai atau dinding (SNI 2847-2013).
o Volume total pengecoran di atas 60 m3 : 1 benda uji per 5 m3 beton
o Volume total penge0coran 60 m3 atau lebih kecil : diatur pembagiannya supaya
dalam keseluruhan pekerjaan diperoleh minimal 20 benda uji dengan randomisasi
yang baik dan merata.
6) Untuk keperluan evaluasi mutu beton sebagai dasar pembayaran harus menggunakan
data hasil uji kuat tekan beton sesuai dengan umur yang ditetapkan dalam Kontrak.
Hasil-hasil pengujian pada umur yang selain dari yang ditetapkan dalam Kontrak hanya
boleh digunakan untuk keperluan selain dari tujuan evaluasi mutu beton sebagai dasar
pembayaran. Nilai-nilai perbandingan kekuatan yang digunakan untuk keperluan ini
harus disesuaikan dengan grafik perkembangan kuat tekan campuran sebagai fungsi
waktu. (Dengan menggunakan ketentuan pada PBI 1971 mengenai hubungan waktu uji
dan kekuatan beton?)
7) Untuk pencampuran secara manual, maka pada pekerjaan beton dengan jumlah
masingmasing mutu beton ≤ 60 m3 harus diperoleh satu hasil uji untuk setiap
maksimum 5 m3 beton pada interval yang kira-kira sama, dengan minimum satu hasil
uji tiap hari. Dalam segala hal jumlah hasil pengujian tidak boleh kurang dari empat
hasil untuk masing-masing umur. Apabila pekerjaan beton mencapai jumlah > 60 m3,
maka untuk setiap maksimum 10 m3 beton berikutnya setelah jumlah 60 m3 tercapai
harus diperoleh satu hasil uji.
8) Untuk pengecoran hasil produksi ready mix, maka pada pekerjaan beton dengan
jumlah masing-masing mutu ≤ 60 m3 harus diperoleh satu hasil uji untuk setiap truk
mixer beton pada interval yang kira-kira sama, dengan minimum satu hasil uji tiap
hari. Dalam segala hal jumlah hasil pengujian tidak boleh kurang dari empat. Apabila
pekerjaan beton mencapai jumlah > 60 m3, maka untuk setiap maksimum 20 m3 beton
berikutnya setelah jumlah 60 m3 tercapai harus diperoleh satu hasil uji.
9) Seluruh beton yang digunakan dalam pekerjaan harus memenuhi kuat tekan yang
disyaratkan dalam Tabel di bawah ini atau yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan
Pekerjaan.
Mutu Beton Kuat tekan karakteristik (kg/cm2)
Benda Uji
Benda Uji Kubus
fc` σ`bk Silinder
150 x 150 x
(Mpa) (kg/cm2) 150mm –
150mm
300mm
50 K600 500 600
45 K500 450 500
40 K450 400 450
35 K400 350 400
30 K350 300 350
25 K300 250 300
20 K250 200 250
15 K175 150 175
10 K125 100 125

10) Kuat tekan karakteristik beton diperoleh dengan rumus berikut ini:

fck = Kuat tekan karakteristik beton


fcm = kuat tekan rata-rata beton
fci = nilai hasil pengujian
n = jumlah hasil
S = standar deviasi
k = 1,645 untuk tingkat kepercayaan 95%
Contoh :
Symbol-simbol digunakan untuk benda uji silinder 150 mm – 300 mm sedangkan

untuk benda uji kubus dapat digunakan symbol-simbol σbk, σbm, σi

sebagai pengganti

11) Mutu beton dan mutu pelaksanaan dianggap memenuhi apabila dipenuhi syarat-syarat
berikut:
o Tidak boleh lebih dari 5% ada di antara jumlah minimum (20 atau 30) nilai hasil
pemeriksaan benda uji berturut-turut terjadi kurang dari fc’ atau σ’bk.Nilai rata-
rata dari 3 test beruturan (6 silinder) setara atau melampaui nilai kekuatan f’c yang
ditentukan. Tidak ada uji tekan individual (rata-rata dari 2 silinder) yang kurang
dari 4,5 Mpa di bawah nilai kekuatan f’c yang telah ditentukan. (Sesuai dengan ACI
318 dan SNI 03-2847-2002)
o Apabila setelah selesai pengecoran seluruhnya untuk masing-masing mutu beton
dapat terkumpul jumlah minimum benda uji, maka hasil pemeriksaan benda uji
berturut-turut harus memenuhi fck ≥ (fcm – 1,645.S) atau σbk ≥(σbm – 1,645 S)
o Jika benda uji yang terkumpul kurang dari jumlah minimum yang telah ditentukan,
maka nilai standar deviasi (S) harus ditingkatkan dengan faktor modifikasi yang
diberikan dalam tabel faktor modifikasi Standar Deviasi.
o Apabila setelah selesai pengecoran beton seluruhnya untuk masing-masing mutu
beton terdapat jumlah benda uji kurang dari minimum, maka apabila tidak dinilai
dengan cara evaluasi menurut dalil-dalil matematika statistik yang lain, tidak boleh
satupun nilai rata-rata dari 4 hasil pemeriksaan benda uji berturut-turut, fcm,4
terjadi kurang dari (fc’ + 0,82.Sr), di mana Sr = deviasi standar rencana.
o Selisih antara nilai tertinggi dan terendah di antara 4 hasil pemeriksaan benda uji
berturut-turut tidak boleh lebih besar dari 4,3.Sr.

12) Bila dari hasil perhitungan dengan kuat tekan menunjukkan bahwa kapasitas daya
dukung struktur kurang dari yang disyaratkan, maka apabila pengecoran belum
selesai, pengecoran harus segera dihentikan dan dalam waktu singkat harus diadakan
pengujian tambahan yang tidak merusak (non-destructive) menggunakan alat seperti
palu beton (rebound hammer) atau pengujian beton inti (core drilling) pada daerah
yang diragukan berdasarkan aturan pengujian yang berlaku. Dalam hal dilakukan
pengambilan beton inti, harus diambil minimum 3 (tiga) buah benda uji pada tempat-
tempat yang tidak membahayakan struktur dan atas persetujuan Direksi Pekerjaan
Pekerjaan. Tidak boleh ada satupun dari benda uji beton inti mempunyai kekuatan
kurang dari 0,75fc’. Apabila dari pengujian tidak merusak menggunakan alat seperti
palu beton diperoleh suatu nilai kekuatan tekan beton karakteristik, atau kuat tekan
rata-rata dari pengujian beton inti yang tidak kurang dari 0,85fc’, maka bagian
konstruksi tersebut dapat dianggap memenuhi syarat dan pekerjaan yang dihentikan
dapat dilanjutkan kembali. Dalam hal ini, perbedaan umur beton saat pengujian
terhadap umur beton yang disyaratkan untuk penetapan kuat tekan
beton perlu diperhitungkan dan dilakukan koreksi dalam menetapkan kuat tekan
beton yang dihasilkan.
13) Apabila dari hasil pengujian yang ditentukan dalam Pasal di atas diperoleh hasil yang
tidak memenuhi syarat, maka Pelaksana Pekerjaan Pelaksana harus mengadakan
percobaan beban langsung dengan penuh keahlian. Apabila dari percobaan ini
diperoleh suatu hasil nilai kekuatan beton yang mencapai tidak kurang dari 0,70 fc’,
maka bagian konstruksi tersebut dapat dianggap memenuhi syarat. Tetapi apabila
hasilnya tidak mencapai nilai tersebut, maka bagian konstruksi yang bersangkutan
hanya dapat dipertahankan dan pekerjaan yang dihentikan dapat dilanjutkan kembali
setelah dipenuhi salah satu dari kedua tindakan berikut :
a) mengadakan perubahan-perubahan pada rencana semula sehingga pengaruh
beban pada konstruksi tersebut dapat dikurangi;
b) mengadakan perkuatan-perkuatan pada bagian konstruksi tersebut dengan cara
yang dapat dipertanggung jawabkan;
14) Apabila kedua tindakan di atas tidak dapat dilaksanakan, maka dengan perintah dari
Direksi Pekerjaan Pekerjaan, Pelaksana Pekerjaan Pelaksana harus segera
membongkar beton darikonstruksi tersebut.
Tabel Faktor Modifikasi Standar Deviasi
Untuk Jumlah Hasil Uji Untuk Jumlah Hasil Uji
Minimum 20 Minimum 30
Jumlah Hasil Uji Faktor Modifikasi Jumlah Hasil Uji Faktor Modifikasi
- - 10 1,36
- - 11 1,31
- - 12 1,27
- - 13 1,24
- - 14 1,21
- - 15 1,18
- - 16 1,16
- - 17 1,14
8 1,37 18 1,12
9 1,29 19 1,11
10 1,23 20 1,09
11 1,19 21 1,08
12 1,15 22 1,07
13 1,12 23 1,06
14 1,10 24 1,05
15 1,07 25 1,04
16 1,06 26 1,03
17 1,04 27 1,02
18 1,03 28 1,02
19 1,01 29 1,01
20 1 30 1

b. Pengambilan Contoh Beton Untuk Pengujian (Core Drilling)


1) Dalam hal mutu beton yang telah selesai dicor dianggap meragukan dan dalam hal-hal
lain dimana silinder-silinder percobaan tidak memenuhi syarat pengujian seperti telah
diutarakan di atas, maka harus dilakukan pengambilan contoh dari beton yang telah
mengeras dengan contoh yang berbentuk silinder yang mempunyai diameter luar 100
mm untuk diuji.
2) Peralatan dan cara pemotongan pengambilan contoh harus disampaikan kepada
Direksi Pekerjaan/Konsultan Pengawas sebelum pelaksanannya dan persiapan-
persiapan dan pengujiannya harus dilakukan sesuai dengan JIS A 1108.
3) Jika kekuatan contoh silinder yang diambil dari beton yang telah mengeras ini lebih
rendah dari persyaratan kekuatan yang diminta dan beton tidak memenuhi
persyaratan-persyaratan lain yang seharusnya dipenuhi, maka pekerjaan beton untuk
bagian ini dianggap tidak memenuhi persyaratan dan harus diganti atas biaya
Pelaksana Pekerjaan Pelaksana.
c. Kekuatan Tekan Beton Yang Dianggap Memenuhi Syarat
Kekuatan tekan beton hasil pengujian dianggap memenuhi syarat apabila:
1) Setiap nilai rata-rata kuat tekan dari 3 tes yang berurutan haruslah minimum sama
dengan fc’;
2) Tidak ada satupun nilai kuat tekan individu (rata-rata dari dua contoh silinder) yang
nilainya jatuh dibawah fc’ lebih daripada 3.5 MPa jika fc’ adalah 35 MPa atau kurang;
atau lebih daripada 0.10fc’ jika fc’ adalah lebih besar daripada 35 MPa.
d. Hasil Pengujian yang Tidak Memenuhi Syarat
1) Jika persyaratan yang ditentukan tidak dipenuhi, Pelaksana Pekerjaan Pelaksana harus
mengambil langkah-langkah untuk perbaikan seperti yang mungkin ditunjukkan oleh
Direksi Pekerjaan/Konsultan Pengawas dan sebelum pelaksanaannya, Pelaksana
Pekerjaan Pelaksana harus menyampaikan usulan detail pelaksanaan kepada Direksi
Pekerjaan/Konsultan Pengawas untuk mendapat persetujuannya dan harus menjamin
bahwa beton yang akan dicor untuk perbaikan akan memenuhi persyaratan.
2) Seluruh biaya mengenai pekerjaan perbaikan/pembongkaran dan pelaksanaan
kembali pekerjaan ini termasuk pengujian, peralatan, pemotongan dan peralatan lain-
lain, menjadi tanggungan Pelaksana Pekerjaan.

PEKERJAAN FASILITAS DERMAGA

PEKERJAAN BOLLARD
Bagian ini meliputi semua pekerjaan yang dibutuhkan untuk menyediakan dan memasang Bollard
yang disesuaikan dengan gambar dan dokumen lainnya yang berhubungan dengan pekerjaan ini.
1. Penyediaan Bollard
Sebagai fasilitas tambat dermaga digunakan bollard kapasitas 50 ton. Bahan yang dipakai harus
memenuhi syarat sebagai berikut :
a. Dimensi dan kapasitas dari Bollard harus disesuaikan dengan kekuatannya dan harus terbuat
dari baja cor yang dicat anti karat. Standar yang dipakai adalah BS-1452 atau ASTM A-48
b. Gelang tambat (mooring Ring) harus berukuran seperti pada gambar, bahannya adalah baja

yang digalvanis.
c. Sebelum diadakan pemesanan semua pengujian bahan tersebut diatas harus sesuai
perhitungan dan harus mendapat persetujuan Pengawas Lapangan.
Tanpa diminta secara tertulis oleh Pengawas Lapangan, Pelaksana Pekerjaan diharuskan
menyerahkan kepada Pengawas Lapangan, 2 (dua) copy dari mill test certificates dari material
diatas. Pelaksana Pekerjaan harus menyerahkan gambar kerja dan spesifikasi yang menunjukkan
ukuran, berat dan kebutuhan kebutuhan lainnya.
2. Pemasangan Bollard
Bersamaan dengan pengecoran lantai depan dan plank fender angkur bollard sudah disetting
dengan mal (pengarah) sesuai dengan ukuran bollard yang akan dipasang. Setelah beton mengeras
sempurna, kemudian bollard dapat dipasang, angker berupa rangkaian besi tulangan dengan
ukuran 4 D 16 dengan begel D 10-150 yang sudah tertanam pada saat pengecoran pelat bersama
tulangannya, dibersihkan dan dipasangkan bollard ke posisinya kemudian dicor setempat.
Semua bahan bahan Bollard harus dipasang pada tempat
seperti tertera dalam gambar sesuai persyaratan pabrik
dan gambar kerja yang telah disetujui oleh Pengawas
Lapangan.
Material bollard dan perlengkapannya direncanakan
harus memenuhi atau setara dengan
spesifikasi berikut:
a. Body JIS G 5101 Grade 3 SC 46;
b. Foundation bolt JIS G 3101 Grade 2 SS 41 or JIS B
0205 M64-6;
c. Nut JIS B 1181 Grade 1 Class 3 4T, M64-6;
d. Washer JIS B 1256 Steel bars;
e. Foundation plate JIS G3101, SS41 or JIS G5101, SC46;

Pemasangan Fender
Pemasangan fender seperti ditunjukkan pada gambar rencana dengan menggunakan angker-angker
terbuat dari baja tahan karat sesuai rekomendasi pabrik pembuat Fender dengan diameter dan
panjang yang ditentukan pada gambar rencana. Pemasangan angker dilakukan sebelum pengecoran
lisplank depan dermaga.
1. Lingkup Pekerjaan
Bagian ini meliputi semua pekerjaan yang dibutuhkan untuk menyediakan dan memasang sistim
fender yang disesuaikan dengan gambar dan dokumen dokumen lainnya yang berhubungan
dengan pekerjaan ini.
2. Penyediaan Fender
Bagian ini meliputi semua pekerjaan yang dibutuhkan untuk menyediakan dan memasang sistim
fender yang disesuaikan dengan gambar dan dokumen dokumen lainnya yang berhubungan
dengan pekerjaan ini.
3. Standar yang Dipakai
o JIS G 4303 Stainless Steel Bars
o JIS H 8641 Galvanizing
o Standar lain yang setara.
4. Rubber Fender
Fender harus diperoleh dari pabrik pembuat yang
disetujui oleh Direksi Pekerjaan/Pengawas (setara produk
SLP, Atlas, Kemenangan dll). Suplier harus memiliki
riwayat produksi yang sangat baik selama kurun waktu 20
tahun. Hal ini sebagai bukti yang cukup untuk
menunjukkan durabilitas dari produk nya. Semua harus
diproduksi oleh supplier di pabrik sendiri. Tidak diijinkan
pengadaan diluar produk asli (OEM (original equipment
manufacturer)).
Unit harus dapat dipasang pada balok dari beton dengan baut-baut, seperti pada gambar rencana.
Seluruh permukaan harus dilapisi Neopren type Synthetic rubber yang ditekan dan di vulkanis agar
dapat terikat pada material intinya.
Material yang dipakai untuk membentuk inti dari harus dari bahan karet alam berkualitas tinggi,
dan mempunyai kelenturan yang cukup, awet, tahan cuaca dan tahan terhadap keausan untuk
memenuhi kondisi pelayanan normal.
Material harus homogen keseluruhannya, bebas dari campuran-campuran, poreus dan retak.
Pengetesan dilakukan untuk tiap 1 dari 10 (10%) yang digunakan meliputi strength test dan shear
test. Dilakukan juga actual fatigue testing pada prototype . pada actual fatigue testing dianggap
memenuhi kriteria cukup ketika dites untuk karakteristik performanya menunjukkan jumlah
energy minimal yang diserap dicapai sebelum melampaui gaya reaksi maksimum. Jika ada satu
saja yang gagal memenuhi kriteria cukup, maka tersebut harus ditolak dan digantikan dengan yang
baru, kemudian harus dilakukan tes pada semua . Tidak diijinkan adanya yang tidak memenuhi
kriteria dalam proyek.
Pelaksana Pekerjaan menunjuk dua orang yang dinominasikan oleh Direksi Pekerjaan dan/ atau
Pengawas Lapangan untuk menjadi saksi pada tes yang dilakukan di pabrik pembuatan . Semua
biaya untuk pengadaan saksi ini, menjadi tanggungan Pelaksana Pekerjaan. Biaya tanggungan ini
harus sudah dimasukkan ke dalam kontrak.
Direksi Pekerjaan dan/ atau Pengawas Lapangan dapat meminta sampel lain dari pihak ketiga.
Segala biaya yang muncul akibat pelaksanaan kegiatan ini menjadi tanggungan Pelaksana
Pekerjaan dan harus sudah dimasukkan ke dalam kontrak.
Unit harus mengacu pada persyaratan di atas dalam keadaan sebagai berikut berdasarkan PIANC
2002 Guidelines :
a. Defleksi harus tidak melebihi dari standar pabrik.
b. Sudut dari kapal yang akan merapat didermaga = 100, terhadap sumbu memanjang dermaga.
c. Semua dimensi memliki toleransi ± 3 % atau ± 2mm
d. Bolt hold spacing (jarak lubang baut) memiliki toleransi jarak ± 4 mm
Material harus memenuhi persyaratan pengujian sebagai berikut:
a. Tensile Strength
o Testing Standard : DIN 53504 ; ASTM D 412 Die C ; AS 1180.2 ; BS ISO 37 ; JIS K 6251
o Condition original , requirement 16.0 Mpa (min)
o Condition aged for 96 hours at 70 ˚ C , requirement 12.8 Mpa (min)
b. Elongation at break
o Testing Standard : DIN 53504 ; ASTM D 412 Die C ; AS 1180.2 ; BS ISO 37 ; JIS K 6251
o Condition original , requirement 350 %
o Condition aged for 96 hours at 70 ˚C , requirement 280 %
c. Hardness
o Testing Standard : DIN 53505 ; ASTM D 2240 ; ASI 1683 ; JIS K 6253
o Condition original , requirement 78 ˚ Shore A (max)
o Condition aged for 96 hours at 70 ˚C , Original + 8 ˚ Shore A (max)
d. Compression set
o Testing Standard : ASTM D395 Method B ; AS 1683.13 Method B ; BS 903 A6 ; ISO 815 ;
JIS K 6262
o Condition 22 hours at 70 ˚C, requirement 30 % (max)
e. Tear Resistance
o Testing Standard : ASTM D 624; Die B ; AS 1683.12; BS ISO 34-1 ; JIS K 6252
o Condition Original, requirement 70 kN/m (min)
f. Ozone Resistance
o Testing Standard : DIN 53509 ; ASTM D 1149; AS 1683-24; BS ISO 1431-1; JIS K 6259
o Condition 50 pphm at 20% strain - 40˚C – 100 hours , requirement no cracks
g. Seawater Resistance
o Testing Standard : BS ISO 1817; ASTM D471
o Condition 28 days 95˚C – 100 hours , requirement Hardness = ± 10 ˚ Shore A (max),
requirement volume = + 10 /-5% (max).
h. Abrasion
o Testing Standard : ASTM D5963-04 ; BS ISO 4649:2002 ; BS 903 A9, Method B
o Condition original, requirement 100mm3 (max)
o Condition 3000 revolutions, requirement 1.5 cc (max)
i. Bond Strength
o Testing Standard : ASTM D429 Method B; BS 903.A21 section 21.1
o Condition rubber to steel, requirement 7N/mm (min)
o Pengetesan dilakukan untuk tiap 1 dari 10 (10%) yang digunakan.
o Rangka baja dibuat dari baja dengan karbon rendah dari hot rolled steel sheet, yang akan
dilekatkan pada karet dengan pemanasan dan tekanan.
o dilengkapi frontal pad dengan ukuran seperti pada gambar.
o Frontal pad dilapisi dengan lapisan panel pad yang terbuat dari UHMW – PE (Ultra High
Molecular Weight – Polyethylene)
j. Ageing
o Testing Standard : ASTM D573, DIN 53508; BS ISO 188; JIS K6257
o Condition 96 hours at 70°C
o Hardness change (shore A) +8 (max)
o Tensile Strength 12.8 MPa (min)
o Elongation at Break 280% (min)
k. Actual Fatigue Testing
o Testing Standard : PIANC2002 Section 5, PIANC2002 Appendix A, Section 7.2 Durability
o Pengetesan dilakukan pada prototype
o Compressing pada kondisi 3,000 cycles at high speed (300mm/s or more) at 70°C
o Sesuai dengan ketentuan durabilitas
Pelaksana Pekerjaan harus mengajukan rencana penggunaan kepada Direksi untuk
mendapatkan persetujuan, sebelum dilakukan pemesanan tersebut kepada pihak pabrik.
Angker-angker dari karet harus terbuat dari baja tahan karat (stainless steel), dengan diameter
yang ditentukan dalam gambar.
Pemasangan bagian angker yang nantinya akan berada dalam beton harus sudah terpasang
sebelum dilakukan pengecoran beton.
Pelaksana Pekerjaan harus dapat menyerahkan surat jaminan asli dari manufacturer mengenai
jaminan supply material, jaminan dukungan teknis dan jaminan garansi selama 5 tahun.
5. Resin Untuk Baut
Panil harus didesain oleh pabrik pembuat dan harus menerima tekanan lambung kapal (hull
pressure) tidak lebih dari 20 ton/m2.
Semua elemen baja harus dilindungi dengan 2 lapisan cat coal tar epoxy yang telah disetujui,
dengan total ketebalan “dry film” 375 +/- 25 micron.
Persiapan permukaaan dan pekerjaan pengecatan harus sesuai dengan rekomendasi dari pabrik
pembuat cat untuk kondisi pelayanan tercelup.
6. Bahan-bahan yang memenuhi syarat
Pembelian barang-barang tersebut diatas harus baru dan belum pernah terpakai serta harus
sesuai dengan spesifikasi yang ada.
Pelaksana Pekerjaan harus menyerahkan gambar kerja dari sistim yang menunjukkan
pelaksanaan, pemasangan dan urutan kerjanya.
a. Karet
Karet yang digunakan harus berkualitas tinggi, dan mempunyai kelenturan yang cukup, awet,
tahan cuaca dan tahan terhadap keausan untuk memenuhi kondisi pelayanan normal.
Table 9-1 Komposisi Campuran Kimia untuk Karet
Tes Standar Specification
Density ISO 2781 Max. 1.2 g/cc
Polymer % ASTM D6370 Min. 45%
Carbon Black % ASTM D6370 Min. 30%
Ash % SATM D297 Max. 5%
Rbber Filler Ratio <1.2

b. Toleransi Dimensi
1) Panjang : +4% -2%
2) Lebar : +4% -2%
3) Tinggi : +4% -2%
4) Ketebalan : +8% -2 (Standard)
+10% -5% (Exceptional)

Toleransi untuk keadaan exceptional dari ketebalan hanya berlaku untuk dengan ketinggian
tidak lebih dari 300mm.
Jika dalam pemasangan menggunakan baut, maka toleransi untuk lubang baut pada adalah
sebagai berikut:
1) Dimeter lubang + atau -2mm
2) Pitch + atau-4mm
c. Instalasi
o Pelaksana Kegiatan harus memastikan bahwa permukaan beton yang akan menyokong
harus cukup lebar, benar-benar rata, serta dalam posisi vertikal untuk menyediakan
permukaan bagi. Inspeksi pada semua permukaan oleh Pengawas Lapangan wajib
dilakukan sebelum instalasi. Semua permukaan yang tidak rata harus dicongkel dan diberi
plesteran baru dengan plester semen berkekuatan tinggi atau dengan mortar epoxy yang
tahan air supaya menghasilkan permuakaan yang rata. Tidak boleh ada benda apapun
diantara dan permukaan beton.
o Untuk pemasangan karet , diijinkan menggunakan sling dan hoist, namun harus dilakukan
dengan hati-hati untuk menghindari rusaknya karet . Dianjurkan untuk menggunakan
canvas sling atau alat perlindungan lain.
o Penggunaan lapisan stainless steel (stainless steel cut washers) pada baut sangat dianjurkan
untuk menghindari rusaknya karet.
o Semua benda yang akan ditanam dalam harus menyatu dengan selama pengecoran atau
laminasi
o Pemasangan harus dilakukan secara akurat pada permukaan beton dengan menggunakan
template atau alat lain yang diperlukan
o Perlindungan terhadap harus dilakukan selama pemasangan hingga terpasang dengan baik
o Instruksi dari pabrik harus diikuti untuk menghindari terjadinya kerusakan pada
d. Kontrol Kualitas (Quality Control / Quality Assurance)
Pelaksana Pekerjaan harus menyediakan dan melakukan kegiatan kontrol kualitas (Quality
Control / Quality Assurance) sesuai dengan ijin Pengawas Lapangan untuk semua fabrikasi dan
segala komponennya. Kegiatan ini harus menyertakan referensi berupa acuan standard dan
perhitungan kualitas pekerjaan. Adapun biaya pengujian/pengetesan menjadi tanggungjawab
Pelaksana Pekerjaan.
o Pengetesan
Pelaksana Pekerjaan membuat jadwal untuk pengetesan pada sebagaimana yang
disyaratkan oleh Pengawas Pekerjaan dibawah pengawasan dari organisasi independen
yang ditunjuk, baik organisasi dari dalam negeri maupun luar negeri.

o Pengetesan Material
Pengawas Lapangan dapat menugaskan pengetesan terhadap komponen apapun dari
untuk memastikan daya layan dari semua komponen agar sesuai dengan standar dan
spesifikasi yang dikeluarkan oleh pabrik. Material yang dimaksud antara lain karet,
polyethylene, dan lapisan pelindung.

o Pengetesan Ulang (Re-test)


Bila benda uji gagal memenuhi spesifikasi pada pengetesan material, maka harus diambil
dua benda uji lain untuk dilakukan pengetesan ulang (re-test). Apabila benda uji pada
pengujian ulang memenuhi spesifikasi, maka semua barang diterima, begitu pula
sebaliknya.

PERSYARATAN LAIN DAN PERUBAHAN-PERUBAHAN

Syarat-syarat Lain
1. Pelaksanaan diwajibkan membuat gambar revisi bila diperlukan dan gambar detail dari pekerjaan
yang akan dilaksanakan. Gambar tersebut diajukan kepada Direksi Pekerjaan untuk disetujui.
Gambar revisi atau gambar detail harus dibuat dalam rangkap dua dan diserahkan kepada Direksi
Pekerjaan. Pelaksana wajib membuat gambar pelaksanaan (As Built Drawings) yang harus
diserahkan Pelaksana kepada Direksi Pekerjaan pada waktu penyerahan Pekerjaan Pertama.
2. Pengukuran ijin-ijin yang diperlukan dalam rangka pelaksanaan pemasangan instalasi sementara
untuk air dan listrik, bila diperlukan sampai berfungsi dengan baik serta seluruh biaya yang
diperlukan adalah tanggung jawab Pelaksana.
3. Pelaksana dan Direksi Pekerjaan tidak terlepas dari tanggung jawab terhadap hal-hal yang tidak
diinginkan pada pekerjaan yang dilaksanakan atau yang diawasi akibat pelaksanaan dan
gambar/design yang salah.
4. Selama masa pelaksanaan kegiatan proyek, pihak Pelaksana harus memenuhi kewajibannya
kepada pihak Pelabuhan sebagai berikut :
o Membayar uang pas untuk pelabuhan bagi semua tenaga kerja yang terlibat dalam
pelaksanaaan proyek selama untuk kepentingan pribadi masing-masing, kecuali pada areal
kerja lokasi kegiatan proyek.
o Membayar uang pas kendaraan, baik kendaraan roda dua, roda empat, atau jenis lainnya sesuai
ketentuan yang berlaku, kecuali pada areal kerja/lokasi kegiatan proyek.
o Membangun pagar sementara pada batas lahan yang disediakan .disarankan untuk sementara
selama pelaksanaan proyek kepada pihak-pihak proyek/Pelaksana atas beban Pelaksana.
Pagar sementara harus dibersihkan kembali dan menyingkirkan bahan-bahan bekas
bongkarannya ketempat yang ditentukan oleh Kantor Pelabuhan atas beban Pelaksana.
o Lahan yang diserahkan kepada Pelaksana untuk lokasi kegiatan proyek termsuk untuk lokasi
Direksi keet kantor Pelaksana, gudang bahan dan lapangan penumpukan dibebaskan dari
kewajiban pembayaran sewa tanah dan lapangan penumpukan oleh pihak Pelaksana.
o Ponton pancang dan ponton-ponton transport yang beroperasi di daerah perairan pelabuhan
selama jangka waktu pelaksanaan proyek dibebaskan dari pungutan jasa kepelabuhannan,
kecuali apabila ponton tersebut bertambat pada dermaga/tambatan yang tidak diserahkan
untuk kegiatan proyek.

Perubahan-Perubahan
1. Semua ketentuan-ketentuan dalam RKS ini dan gambar-gambar kerja dapat dirubah, ditambah,
dihilangkan sesuai kebutuhan dimana perlu, akan tetapi semua hal tersebut harus dilakukan pada
waktu pemberian penjelasan dari pekerjaan ini (aanwizjing) dan dituangkan dalam berita acara.
2. Perubahan-perubahan pada waktu pelaksanaan apabila menurut Dieksi diperlukan, akan diproses
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

PERATURAN PENUTUP
1. Apabila terdapat pekerjaan yang tidak memenuhi ketentuan yang tercantum dalam Rencana Kerja
dan Syarat-Syarat, tidak sesuai dengan gambar dan tidak sesuai dengan petunjuk- petunjuk Direksi
Pekerjaan maupun Staf Teknik/Pemimpin Proyek, maka pekerjaan tersebut harus dibongkar dan
pembuatannya kembali seluruhnya menjadi tanggungan Pelaksana.
2. Sebelum dilakssnakan Serah Terima Pertama dan Kedua Pekerjaan, Pelaksana diharuskan
membersihkan kotoran-kotoran yang berada di dalam maupun di luar bangunan sampai bersih.
3. Jika dalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat ini tidak disebut perkataan “yang dilever Pelaksana”
atau yang dipasang Pelaksana, maka perkataan tersebut dianggap telah dicantumkan apabila
ternyata pekerjaan tersebut jelas-jelas termasuk pekerjaan Pelaksana dan tidak diterangkan
sebaliknya.
4. Kalau dianggap perlu maka Pelaksana diwajibkan membuat gambar-gambar revisi pada gambar-
gambar bestek dan detail yang telah dilaksanakan.
5. Gambar-gambar revisi tersebut harus dibuat dan diserahkan kepada Pengawas Proyek/Direksi
Pekerjaan dan Pemimpin Proyek pada waktu penyerahan pertama pekerjaan.
6. Jika dalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat ini belum tercakup beberapa jenis pekerjaan ataupun
persyaratan lainnya, maka hal tersebut akan diatur dalam Addendum-Addendum RKS dan Berita
Acara Penjelasan Pekerjaan (Aanwijzing) serta perintah tertulis dari Pengawas Proyek/Direksi
Pekerjaan atas persetujuan Kuasa Pengguna Anggaran/Pelaksana Kegiatan pada waktu
pelaksanaan pekerjaan berlangsung.

Makassar, Maret 2019


METODE KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA serta LINGKUNGAN (K3L)
Kesiapan Perusahaan Dalam Sudah menjadi kebijaksanaan Perusahaan agar setiap
Memperkirakan Gejala Kesehatan Karyawan dan Pekerja mendapatkan tempat yang aman dan
dan Keselamatan Kerja serta sehat dalam m elaksanakan tugas sehari-hari.
Lingkungan (K3L) Pada prinsipnya semua pihak harus berupaya serta
mengambil langkah-langkah positif sehingga seluruh
Karyawan, Pekerja dan Kemitraan terjamin dan bekerja
dengan aman dan sehat. Secara garis besar, kebijakan ini
adalah:
 Meningkatkan kesadaran dan memberikan pengertian
bahwa kecelakaan itu dapat dicegah.
 Memberikan pengertian bahwa target utama Perusahaan
adalah “zero accident”.
 Mengutamakan keselamatan Karyawan, Pekerja dan
Kemitraan dari penggunaan peralatan dan bahan di
Lampangan.
 Menjamin bahwa semua karyawan telah mengetahui dan
melaksanakan pekerjaannya secara produktif yaitu dengan
cara yang aman melalui petunjuk yang benar, instruksi
pekerjaan yang tepat, instruksi pemakaian peralatan yang
tepat, instruksi pemakaian bahan yang tepat melalui
pengawasan yang tepat.
 Menyediakan fasilitas, peralatan, perlengkapan
keselamatan kerja yang layak dan memadai serta
menjamin akan digunakan secara tepat.
 Memastikan bahwa yang diminta dan direkomendasikan
dalam kebijakan K3 telah diikuti.
 Meningkatkan perlindungan dan pelestarian lingkungan
dalam segala aktivitas dan meminimumkan kerusakan
yang mungkin terjadi akibat aktivitas tersebut.

Struktur Organisasi Kesehatan dan


Keselamatan Kerja (K3) serta
Lingkungan

a.
Metode Pelaksanaan Kesehatan danb. Project Manager memimpin dan mengkoordinasikan kegiatan
Keselamatan Kerja (K3) serta Lapangan termasuk bidang yang menangani K3.
c. Petugas K3 melakukan pembahasan atas persoalan yang
Lingkungan diajukan dalam rapat, serta melaksanakan tugas-tugas yang
diberikan Perusahaan.
d. Untuk dapat melaksanakan tugas pokok dan fungsinya,
Petugas bidang K3 mengumpulkan data dan informasi
mengenai pelaksanaan K3 di lokasi pekerjaan. Sumber data
antara lain dari bagian personalia meliputi angka sakit, tidak
hadir tanpa keterangan, angka kecelakaan, catatan lama sakit
dan perawatan rumah sakit khususnya yang berkaitan dengan
akibat kecelakaan kerja. Dan sumber yang lain bisa dari
tempat pengobatan antara lain jumlah kunjungan, P3K dan
tindakan medik kerena kecelakaan, rujukan ke rumah sakit
bila perlu pengobatan lanjutan dan lama perawatan serta lama
berobat. Dari bagian teknik bisa didapat data kerusakan akibat
kecelakaan dan biaya perbaikan. Informasi juga dikumpulkan
dari hasil monitoring tempat kerja dan lingkungan kerja
Konstruksi terutama yaang berkaitan dengan sumber bahaya
potensial baik yang berasal dari kondisi berbahaya maupun
tindakan berbahaya serta data dari bagian K3 berupa laporan
pelaksanaan K3 dan analisanya. Data dan informasi dibahas
dalam organisasi atau unit pelaksana Konstruksi untuk
menemukan penyebab masalah dan merumuskan tindakan
korektif maupun tindakan preventif. Hasil rumusan
disampaikan dalam bentuk rekomendasi kepada bagian
pelayanan kesehatan. Rekomendasi berisi saran tindak lanjut
dari organisasi atau unit pelaksana pelayanan kesehatan serta
alternatif-alternatif pilihan serta perkiraan hasil/konsekuensi
setiap pilihan. Organisasi atau unit pelaksana Konstruksi
membantu melakukan upaya promosi dilingkungan Proyek
baik pada Karyawan, Pekerja maupun rekanan/mitra yaitu
mengenai segala upaya pencegahan kecelakaan pada
pelaksanaan pekerjaan Konstruksi.
e.
Konsep dan Solusi Konsep dan solusi K3 meliputi:
Kesehatan dan Keselamatan Kerja 1. Penyuluhan K3 semua Karyawan, Pekerja dan Kemitraan.
2. Pelatihan K3 yang disesuaikan dengan kebutuhan individu
(K3) serta Lingkungan dalam
dengan perilaku tertentu agar berperilaku sesuai dengan
sejumlah jenis pekerjaan
yang telah ditentukan sebelumnya sebagai produk akhir
dari pelatihan.
3. Melaksanakan program K3 sesuai peraturan yang berlaku,
diantaranya:
 Pemeriksaan kesehatan setiap individu.
 Penyediaan alat pelindung diri dan keselamatan kerja.
 Penyiapan pedoman pencegahan dan penanggulangan
keadaan darurat.
 Penempatan pekerja pada pekerjaan yang sesuai
kondisi kesehatan.
 Pengobatan pekerja yang menderita sakit.
 Menciptakan lingkungan kerja yang higienis secara
teratur melalui monitoring lingkungan kerja dari hazard
yang ada.
 Melakukan biological monitoring.
 Melakukan surveilans kesahatan kerja.

Metode dan Solusi Kesehatan kerja (Occupational health) merupakan bagian dari
Kesehatan dan Keselamatan Kerja kesehatan masyarakat yang berkaitan dengan semua
(K3) serta Lingkungan pekerjaan yang berhubungan dengan faktor potensial yang
mempengaruhi kesehatan pekerja. Bahaya pekerjaan (akibat
kerja), Seperti halnya masalah kesehatan lingkungan lain,
bersifat akut atau kronis (sementara atau berkelanjutan) dan
efeknya mungkin segera terjadi atau perlu waktu lama. Efek
terhadap kesehatan dapat secara langsung maupun tidak
langsung.
Kesehatan para karyawan dan tenaga kerja perlu diperhatikan,
oleh karena selain dapat menimbulkan gangguan tingkat
produktifitas, secara satu system dapat menurunkan kualitas
hasil pekerjaan itu sendiri.
Sasaran kesehatan kerja khususnya adalah para pekerja dan
peralatan kerja di lingkungan Konstruksi, melalui usaha-usaha
pemahaman pentingnya kesehatan di lingkungan kerja, maka
potensi adanya penyakit akibat dampak pencemaran
lingkungan maupun akibat aktivitas kerja terhadap
masyarakat baik di lingkungan Proyek maupun masyarakat
luas dapat terkontrol dan terjaga.
Tujuan kesehatan kerja adalah:
 Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat pekerja di semua lapangan pekerjaan ketingkat
yang setinggi-tingginya, baik fisik, mental maupun
kesehatan sosial.
 Mencegah timbulnya gangguan kesehatan pekerja yang
diakibatkan oleh tindakan/kondisi lingkungan kerjanya.
 Memberikan perlindungan bagi pekerja dalam pekerjaanya
dari kemungkinan bahaya yang disebabkan olek faktor-
faktor yang membahayakan kesehatan.
Menempatkan dan memelihara pekerja di suatu lingkungan
pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan fisik dan psikis
pekerjanya. Kesehatan kerja mempengaruhi manusia dalam
hubunganya dengan pekerjaan dan lingkungan kerjanya, baik
secara fisik maupun psikis yang meliputi, antara lain: metode
bekerja, kondisi kerja dan lingkungan kerja yang mungkin
dapat menyebabkan kecelakaan, penyakit ataupun perubahan
dari kesehatan seseorang. Pada hakekatnya ilmu kesehatan
kerja mempelajari dinamika, akibat dan problematika yang
ditimbulkan akibat hubungan interaktif tiga komponen utama
yang mempengaruhi seseorang bila bekerja yaitu:
Kapasitas kerja: Status kesehatan kerja, gizi kerja, dan lain-
lain.
Beban kerja: fisik maupun mental.
Beban tambahan yang berasal dari lingkungan kerja antara
lain: bising, panas, debu, dan lain-lain.
Bila ketiga komponen tersebut serasi maka bisa dicapai suatu
kesehatan kerja yang optimal. Sebaliknya bila terdapat
ketidakserasian dapat menimbulkan masalah kesehatan kerja
berupa penyakit ataupun kecelakaan akibat kerja yang pada
akhirnya akan menurunkan produktifitas kerja.
Pengawasan Kesehatan dan Tujuan audit K3:
Keselamatan Kerja (K3) serta  Untuk menilai potensi bahaya, gangguan kesehatan dan
Lingkungan keselamatan di lokasi kerja.
 Memastikan dan menilai pengelolaan K3 telah
dilaksanakan sesuai ketentuan.
 Menentukan langkah untuk mengendalikan bahaya
potensial serta pengembangan mutu.
 Perbaikan dan pencegahan didasarkan atas hasil temuan
dari audit, identifikasi, penilaian risiko direkomendasikan
kepada manajemen puncak. Tinjauan ulang dan
peningkatan oleh pihak manajemen secara
berkesinambungan untuk menjamin kesesuaian dan
keefektifan dalam pencapaian kebijakan dan tujuan K3.
Metode Pelaporan Kesehatan dan 1. Pencatatan dan pelaporan K3 terintegrasi ke dalam
Keselamatan Kerja (K3) serta sistem pelaporan manajemen Proyek, yang meliputi:
Lingkungan o Pencatatan dan pelaporan K3.
o Pencatatan semua kegiatan K3.
o Pencaatan dan pelaporan KAK.
o Pencatatan dan pelaporan PAK.
2. Inspeksi dan pengujian, Inspeksi K3 merupakan suatu
kegiatan untuk menilai kegiatan K3 secara umum dan
tidak terlalu mendalam. Inspeksi K3 dilakukan secara
berkala, terutama oleh petugas K3 sehingga kejadian PAK
(penyakit akibat kerja) dan KAK (kecelakaan akibat
kerja) dapat dicegah sedini mungkin. Kegiatan lain
adalah pengujian baik terhadap lingkungan maupun
pemeriksaan terhadap pekerja beresiko seperti biological
monitoring (pemantauan secara biologis).
3. Melaksanakan audit K3, Audit K3 meliputi falsafah dan
tujuan, administrasi dan pengelolaan, karyawan dan
pimpinan, fasilitas dan peralatan, kebijakan dan
prosedur, pengembangan karyawan dan program
pendidikan, evaluasi dan pengendalian.

METODE PELAPORAN
Adapun dokumen-dokumen yang dihasilkan dalam Pengukuran Ulang (dibahas pada bagian
Mobilisasi) selanjutnya digunakan sebagai acuan dalam pembuatan Laporan Harian, Mingguan,
Bulanan, dan Kurva S.
Bagian ini kami memaparkan proses pelaporan pekerjaan dari awal hingga selesainya pekerjaan.
Laporan Harian
Laporan yang dibuat dari data prestasi pekerjaan harian yang dibuat oleh Pelaksana. Laporan ini
memuat sekurang-kurangnya:
1. Identitas Pekerjaan
2. Hari ke…. Minggu ke… dan Bulan ke….
3. Isi Laporan Harian:
 Laporan Utama
 Daftar Tenaga Kerja yang terlibat.
 Daftar Peralatan yang digunakan.
 Cuaca.
 Alasan Percepatan/Kelambatan Pekerjaan.
4. Laporan Utama:
 Acuan RAB Uitzet
 Dibuat Bobot Persentase per Item Pekerjaan.
 Bobot Prestasi Pekerjaan Hari Lalu, Hari Ini, dan Total Bobot Prestasi
 Sisa Bobot Pekerjaan setelah dikurangi Total Capaian Bobot Prestasi Pekerjaan sampai
dengan Hari ini.
Format Laporan Harian secara umum dapat dilihat pada tabel berikut:

* Prestasi Pekerjaan didapat dari input lapangan, **∑P = Total Nilai Paket Pekerjaan

Para pihak yang bertanda tangan di dalam laporan harian: Petugas Lapangan dari masing-masing
Pelaksana Pelaksana, Petugas Lapangan yang ditunjuk oleh Direksi Pekerjaan, dan Petugas Lapangan
Direksi Pekerjaan (bila ada).

Laporan Mingguan
Laporan Mingguan adalah rekapitulasi laporan harian selama 1 (satu) minggu. Hal-hal yang dimuat
dalam Laporan Mingguan antara lain:
1. Identitas Pekerjaan
2. Minggu ke…. Bulan ke…
3. Laporan Utama:
 Acuan Laporan Harian 7 hari dalam minggu yang bersangkutan.
 Dibuat Bobot Persentase per Item Pekerjaan.
 Bobot Prestasi Pekerjaan Minggu Lalu, Minggu Ini, dan Total Bobot Prestasi
 Sisa Bobot Pekerjaan setelah dikurangi Total Pencapaian Bobot Prestasi Pekerjaan sampai dengan
Minggu ini.
Format Laporan Mingguan dapat dilihat pada tabel berikut:

* Diambil dari Prestasi Pekerjaan Hari ke-7 tiap Minggu, **∑P = Total Nilai Paket Pekerjaan

Laporan Bulanan
Laporan Bulanan adalah rekapitulasi pekerjaan Mingguan. Hal-hal yang dimuat dalam Laporan
Bulanan adalah antara lain:
1. Identitas Pekerjaan
2. Minggu ke….
3. Laporan Utama:
 Acuan Laporan Mingguan (4 Minggu) dalam bulan yang bersangkutan.
 Dibuat Bobot Persentase per Item Pekerjaan.
 Bobot Prestasi Pekerjaan Bulan Lalu, Bulan Ini, dan Total Bobot Prestasi
 Sisa Bobot Pekerjaan setelah dikurangi Total Pencapaian Bobot Prestasi Pekerjaan sampai
dengan Bulan ini.
Format Laporan Bulanan dapat dilihat pada tabel berikut:
* Diambil dari Prestasi Pekerjaan Minggu tiap Bulan, **∑P = Total Nilai Paket Pekerjaan

Kurva S
Jadual Pelaksanaan Pekerjaan dapat dituangkan dalam berbagai cara, tapi yang paling umum
digunakan dalam pekerjaan pemerintah adalah Kurva S. Yang dimuat dalam Kurva S adalah
antara lain: Identitas Pekerjaan, Para Pihak yang bertanggung jawab dalam Pekerjaan; Direksi
Pekerjaan, Konsultan Supervisi (Pengawas), dan Pelaksana.

*Dibagi sesuai dengan kebutuhan waktu yang tersedia, **Input diambil dari Laporan Mingguan, Minggu terakhir

Kurva S dipakai untuk melihat progress pekerjaan harian, mingguan, dan bulan. Dengan melihat
deviasinya, dapat diketahui suatu pekerjaan terlambat atau mendahului dari target. Target yang
dimaksud adalah jadual sesuai dengan kurva Rencana Prestasi Pekerjaan. Direksi Pekerjaan,
Konsultan Supervisi, dan Pelaksana Pelaksana dapat mengetahui sejak dini tentang prestasi
pekerjaan agar dapat dikoordinasikan dengan para pihak untuk mencegah masalah-masalah.
Ciri suatu pekerjaan mengalami keterlambatan, apabila garis kurva realisasi prestasi pekerjaan
berada di bawah garis rencana. Sebaliknya, suatu pekerjaan mendahului (lebih cepat), apabila
garis realisasi berada di atas kurva S rencana. Deviasi yang diperbolehkan dalam pekerjaan
biasanya < -10%. Kalau keterlambatan (deviasi) sudah mencapai -10%, konsultan supervisi dan
PPK sudah memberi surat peringatan kepada Pihak Pelaksana Pekerjaan.
Opname Pekerjaan (Pemeriksaan Pekerjaan di Lapangan):
Kuantitatif
Opnam kuantitatif adalah opnam volume yang dikerjakan di lapangan (realisasi). Hal-hal yang
diperlukan dalam opnam kuantitatif adalah: Dokumen Kontrak, Dokumen Perubahan, RAB Awal,
RAB Perubahan, Gambar Rencana, Gambar Perubahan, dan Gambar As Built Drawing. Namun
yang utama dalam opnam kuantitatif adalah bahwa volume harus sesuai dengan RAB terakhir
yang telah disepakati.

Kualitatif
Opnam kualitatif adalah pemeriksaan mutu (kualitas) suatu pekerjaan. Hal-hal yang diperlukan
dalam opnam kualitatif adalah antara lain: Dokumen Kontrak, Dokumen Perubahan, Spesifikasi
Teknis, Rencana Mutu Kontrak, Sertifikasi-sertifikasi yang Dipakai sebagai Standarisasi, Uji
Laboratorium, Uji (test) Lapangan, Mutu Pekerjaan di lapangan, Estetika, dan hal-hal yang
terkait dengan kualitas pekerjaan.

Pembenahan (Revisi)
Hal-hal yang ditemukan baik berkaitan dengan kuantitas maupun kualitas pekerjaan,
dituangkan dalam Dokumen Pembenahan (Revisi). Dokumen Pembenahan harus dikerjakan
sesuai kesepakatan para pihak, karena hal ini terkait dengan Pengakuan suatu pekerjaan.

Pengakuan Pasca Pembenahan


Apabila pekerjaan sudah sesuai dengan kuantitas dan kualitas maka laporan-laporan harian,
mingguan, bulanan, dan dokumen-dokumen, perlu disetujui oleh para pihak sesuai tingkatan
jabatan di pekerjaan, yang dituangkan dalam tanda tangan dan stempel instansi.

Pembayaran Prestasi Pekerjaan:


Penagihan mengacu pada dokumen kontrak apakah menggunakan Termjn atau Monthly
Certificate (MC) dan atau sesuai yang tertuang dalam Kontrak Kerja.

Direksi Keet
Direksi Keet merupakan salah satu sarana yang berupa catatan-catatan para pihak terhadap
penyelesaian (proses) pekerjaan. Variasi direksi keet, disesuaikan dengan kualifikasi pekerjaan.
Catatan-catatan yang dituangkan dalam buku Direksi pekerjaan misalnya digunakan sebagai
catatan resmi yang harus ditindaklanjuti oleh para pihak.

Serah Terima Pekerjaan Awal (PHO)


Serah terima pekerjaan awal (PHO) adalah serah terima yang dilakukan oleh Pelaksana
Pelaksana ketika sudah selesai mengerjakan 100%. Syarat-syarat yang harus dilakukan adalah
Pelaksana Pelaksana mengajukan surat permohonan pemeriksaan pekerjaan 100% yang sudah
disetujui oleh Konsultan Supervisi dan Pejabat Teknis yang ditunjuk oleh Direksi Pekerjaan.
Pejabat Teknis akan membuat surat balasan untuk memeriksa pekerjaan baik di lapangan
maupun administrasi (dokumen-dokumen) pendukungnya dengan membentuk Tim Pemeriksa
tambahan atau cukup dengan petugas-petugas yang sudah ada. Setelah pekerjaan diperiksa, PPK
membuat surat hasil pemeriksaan pekerjaan yang biasa dituangkan dalam Berita Acara
Pemeriksaan dan Berita Acara Serah Terima Pekerjaan Awal (PHO). Setelah semuanya terpenuhi,
Pelaksana Pelaksana menagihkan pekerjaan 95%, sisanya 5% ditagihkan setelah masa
pemeliharaan selesai atau ditagihkan dengan mengganti jaminan pemeliharaan.

Pemeliharaan Pekerjaan
Pemeliharaan adalah tahap di mana Pelaksana Pekerjaan melaksanakan pemeliharaan terhadap
hasil pekerjaan selama waktu 180 (seratus delapan puluh) hari kalender sesuai yang ditetapkan
dalam Dokumen Kontrak. Pemeliharaan dimaksudkan untuk menjaga hasil pekerjaan agar
sesuai dengan spesifikasi, kualitas, dan menjamin hingga umur rencana tercapai dengan
memperkirakan hasil deteksi selama masa pemeliharaan. Tujuan pemeliharaan juga adalah
untuk mempertahankan kondisi struktur beton tetap baik sesuai dengan tingkat pelayanan dan
kemampuannya pada saat struktur beton tersebut selesai dibangun dan dioperasikan sampai
dengan tercapainya umur rencana yang telah ditentukan.
Suatu struktur beton sekuat apapun tanpa didukung oleh sistem pengaliran air yang baik akan
dengan mudah menurunkan kekuatan struktur tersebut sebagai akibat dari melemahnya
kepadatan struktur yang telah dibuat. Pemeliharaan terhadap aliran air pada bagian permukaan
harus senantiasa mengalir dengan lancar karena genangan air hujan dapat melemahkan
struktur secara menyeluruh.

Serah Terima Pekerjaan Akhir (FHO)


Tahapan serah terima pekerjaan akhir (FHO) dilaksanakan setelah Masa Pemeliharaan
Pekerjaan telah selesai dan diterima. Adapun proses pelaporannya hampir sama dengan PHO,
dimulai dari Surat Serah Terima Pemeriksaan Pekerjaan dari Pelaksana kepada Direksi
Pekerjaan. Lampiran-lampiran yang diserahkan antara lain berupa catatan-catatan, analisis, uji
lapangan, dan laboratorium paska pemeliharaan, dan prediksi hasil pekerjaan terhadap umur
rencana. Setelah diperiksa oleh para pihak, Direksi Pekerjaan membuat Berita Acara Serah
Terima Akhir (FHO).

Anda mungkin juga menyukai