Anda di halaman 1dari 3

Ketika Perawatan Menjadi Bagian Dari

Desain Bangunan
Posted on 29 October 2011
Oleh Giri Narasoma

Proses desain dalam arsitektur pada umumnya melewati multifase sebelumnya akhirnya
mencapai hasil rancangan. Fase pertama diawali dengan proses programming, yakni sebuah
proses menganalisis kebutuhan ruang dan tindakan responsif terhadap lingkungan seperti
keadaan tanah, letak bangunan, iklim setempat dan sebagainya. Setelah melewati proses
programming (bersama klien), seorang arsitek masuk ke dalam proses sintesis, yakni proses
rancang bangunan berdasarkan atas proses analisis yang telah dilakukan sebelumnya. Pada
proses ini, arsitek mendesain sebuah bangunan sesuai dengan kebutuhan klien, diawali dari
sketsa kasar (gambar skematik) sampai ke gambar kerja. Fase konstruksi adalah fase yang
mewujudkan gambar-gambar 2D tersebut menjadi nyata, menjadi sebuah bangunan. Setelah
sebuah bangunan berdiri, timbul sebuah proses baru yakni proses operasional, sebuah proses
dimana bangunan tersebut digunakan dan diadakan perawatan guna menjaga eksistensi
keindahan bangunan.

Proses operasional, terutama proses perawatan, sering dianggap sebagai bagian yang terpisah
jauh dari desain arsitektur. Proses perawatan baru direspon setelah bangunan berdiri. Selama
proses sintesis (rancang bangunan), sebuah bangunan terkadang hanya dianggap sebagai sebuah
senyawa bentuk yang menampilkan keindahan. Seringkali pemberian elemen keindahan tersebut
tidak diimbangi dengan pemikiran ke depan, yakni bagaimana proses merawatnya kelak.

Tuntutan estetika dan ekonomi yang tidak diimbangi dengan pemikiran matang mengenai
perawatan akan mengakibatkan sebuah bangunan menjadi tidak sesuai dengan keinginan sang
pemilik. Pada awal bangunan berdiri, bangunan tersebut akan terasa sangat indah. Tetapi
perlahan, seiring waktu, bangunan tersebut akan kehilangan sense-nya jika proses perawatan
tidak dilakukan dengan cermat. Faktor sinar matahari , debu, kelembapan, dan curah hujan yang
tinggi jika tidak diimbangi dengan pemilihan material yang baik, pengolahan bentuk arsitektur
yang responsif dan desain bangunan yang sesuai, akan mengakibatkan sebuah bangunan menjadi
tidak indah, atau bahkan tidak nyaman. Kekurangpekaan terhadap perawatan dalam proses
desain dapat membuat sebuah bangunan murah menjadi ‘mahal’. Bangunan yang sejak awal
dibangun dengan budget yang minim, jika proses perawatannya membutuhkan biaya tinggi, akan
mengakibatkan bangunan tersebut menjadi mahal. Jika terjadi seperti itu, sia-sia sudah visi
membangun bangunan murah.
Jendela yang terletak di lantai atas menjadi kotor akibat kesulitan akses untuk membersihkannya.
Balok kantilever yang terletak di atas jendela berguna untuk mereduksi percikan air hujan, tetapi
tidak cukup membantu untuk tahap perawatan

Seringkali kita temukan dinding rumah-rumah yang lumutan atau terkelupas, jendela rumah yang
sudah menjadi ‘figura gambar debu’ akibat kesulitan akses untuk membersihkannya, dinding luar
rumah menjadi lumutan akibat percikan air, penempatan titik lampu yang susah sehingga
membutuhkan alat khusus untuk mengganti lampu yang mati. Sering juga kita jumpai proses
pembersihan/perawatan sebuah bangunan menggunakan alat khusus, yang pastinya
membutuhkan biaya yang besar. Selain hal-hal diatas, masih banyak lagi proses perawatan yang
ternyata tidak efektif. Itu merupakan konsekuensi dari desain bangunan yang tidak
memperhitungkan makna proses perawatan.
Sudah saatnya kita memandang perawatan sebagai sebuah bagian integral dari proses desain.
Perawatan adalah sebuah kebutuhan yang harus kita masukan ke dalam proses analisis
(programming) dan sintesis (desain). Proses perawatan memang timbul setelah sebuah bangunan
berdiri, tetapi kita harus bisa merespon kebutuhan perawatan sejak awal merancang. Salah satu
contoh bagian bangunan yang perlu mendapat perhatian dalam perawatan adalah jendela. Jendela
kaca adalah sebuah elemen fungsional dan estetika dalam sebuah bangunan. Ketika kaca tersebut
menjadi kotor akibat debu, berkuranglah keindahan dan kegunaan dari jendela kaca tersebut.
Sejak awal mendesain, sebaiknya kita sudah berfikir bagaimana cara untuk membersihkan
jendela ini kelak. Ada banyak sekali metode untuk merespon kebutuhan ini. Penggunaan jendela
putar (sehingga kita bisa membersihkan masing-masing sisi dengan hanya memutarnya), bukaan
jendela 2 arah ( bisa dibuka ke dalam dan keluar), pembuatan kantilever/teras di depan jendela
(sehingga kita bisa membersihkan jendela dari kantilever/teras) merupakan metode-metode
untuk menjawab kebutuhan perawatan.

Banyak lagi aspek yang perlu kita perhatikan dalam proses perawatan. Sejak awal, sebaiknya
kita mendesain bangunan yang tidak akan mempersusah proses perawatan. Kita harus aware
terhadap kebutuhan perawatan. Berfikirlah seolah-olah bangunan tersebut sudah berdiri dan kita
dapat memperkirakan apa saja masalah yang akan timbul pada tahap perawatan. Masalah
tersebut dapat kita atasi dengan penggunaan material yang tepat, pengolahan bentuk arsitektur
yang responsif, dan desain detail yang menunjang proses perawatan. Ada banyak jalan menuju
Roma. Dan banyak jalan pula untuk menciptakan bangunan yang indah, efektif dan efisien baik
dari segi bentuk, biaya, fungsi dan juga perawatan.

Anda mungkin juga menyukai