Materi Aswaja Dasar Untuk Ipnu
Materi Aswaja Dasar Untuk Ipnu
MATERI I
A. Pengertian dan Dalil Ahlussunnah Wal Jamaah
Secara bahasa ahlussunnah artinya penganut sunnah rosululloh. Sedangkan wal
jama’ah artinya penganut golongan para sahabat. Jadi pengertian ahli sunnah wal
jama’ah ialah golongan yang dalam mengamalkan agama sesuai dengan pengamalan
yang di lakukan oleh Rosululloh Saw. Dan para sahabatnya
Adapun hujjah (dasar) dari paham aqidah Ahlussunnah Wal Jamaah di antaranya
adalah sebagai berikut:
1. Hadits Musnad Ibnu Hajar
“Nabi bersabda umat yahudi berpecah belah menjadi 71 golongan, sedangkan
umatku akan berpecah belah menjadi 73 golongan yang selamat satu golongan
sedangkan yang lain celaka. Para sahabat bertanya siapa yang selamat. Nabi bersabda :
yang selamat golongan ahli sunnah wal jama’ah, sahabat bertanya : siapa ahli sunnah wal
jama’ah? Nabi bersabda : golongan yang mengikuti apa yang aku amalkan dan para
sahabatku.”
2. Hadits Riwayat Imam Abu Dawud
“Maka siapa yang hidup lama dari kalian. Maka ia akan melihat perbedaan –
perbedaan yang banyak. Maka tetkala demikian berpeganglah dengan sunnahku dan
sunnah sahabat khulafaurrosyidin. Berpegang teguhlah dengannya dan gigitlah dengan
gigi geraham”
Kesimpulannya: Ahlussunnah Wal Jamaah adalah ajaran yang shahih dari Nabi
Muhammad SAW sebagai utusan Allah SWT, yang disambungkan melalui para ulama
yang alim dan terpercaya.
B. Sejarah Berdirinya Ahlussunnah Wal Jamaah
Periode Rasululloh Muhammad SAW
Pada saat beliau Nabi masih hidup pengamalan agama oleh para sahabat tidak
terjadi masalah, karena di bawah pengawalan Rosululloh yang apabila terjadi masalah
bisa langsung tanya kepada Rosululloh yang sewaktu – waktu bisa turun wahyu dari Alloh
seiring problematika yang dialami para sahabat. Kemurnian syariat masih terjaga karena
di kawal oleh beliau Nabi, di samping itu ummat Islam belum berinteraksi banyak dengan
masyarakat luar, yang menyebabkan perubahan pola pikir. Perpecahan kelompok di
kalangan sahabat juga belum nampak terjadi, kecuali muncul beberapa golongan
munafiqin yang langsung di hadapi oleh Nabi
Periode Sahabat
Pada masa ini mulai timbul permasalahan – permasalahan di karenakan antara
lain:
o Banyaknya para sahabat yang hafal Al – Quran yang meninggal dunia
o Banyaknya para sahabat yang hafal hadist yang meninggal dunia
o Masuknya pengaruh – pengaruh baik budaya maupun ideology dari luar. Seiring
meluasnya wilayah – wilayah yang dikuasai umat Islam. Relasi dengan dunia luar
menyebabkan bergesernya nilai – nilai yang di anut oleh umat Islam.
Perbedaan - perbedaan pendapat tentang khilafah dan friksi-friksi tentang
kekuasaan juga terjadi, sehingga pada periode Sayyidina Ali sudah timbul 3 golongan.
Golongan Syiah, golongan Khawarij dan golongan tengah – tengah diantara mereka.
Sebagai tindakan untuk menjaga kemurnian agama pada saat itu, dilakukan upaya –
upaya antara lain : penulisan dan pembukuan Al – Qur’an yang dirintis oleh Kholifah Umar
dan terselesaikan oleh Kholifah Utsman Bin Affan.
Periode Tabi’in
Pada saat penyebaran agama Islam terjadi perluasan territorial yang sampai
merambah Eropa dan Afrika, maka tentu terjadi transformasi pemikiran dan budaya
dengan daerah – daerah yang dikuasai. Mula - mula menimbulkan golongan – golongan
politik tertentu, namun kemudian juga memunculkan faham – faham di bidang agama,
puncaknya pada abad ke III muncullah beberapa golongan antara lain : Mu’tazillah,
Jabariyah, Qodariyah, Syi’ah yang mana dari faham golongan – golongan ini ada
beberapa pemikiran yang sudah bergeser dan menyimpang dari akidah yang benar yang
diamalkan oleh Rosululloh dan para sahabat.
Munculnya Ahlussunnah Wal Jamaah
Pada saat pergeseran nilai-nilai agama sudah semakin jauh, utamanya yang
menyangkut akidah yang sudah banyak tereduksi dari substansi syariat, maka muncullah
ide agar ada reformulasi atau perumusan kembali Aqidah dan amaliah agama sesuai
dengan apa yang di fahami dan di amalkan oleh Rosulullah dan para sahabatnya, agar
tidak terjadi penyimpangan- penyimpangan di bidang agama. Dan muncullah tokoh
agama besar pada saat itu yaitu Syekh Abu Hasan Al-Asy’ari (wafat 324 H) dan Syeh Abu
Mansyur Al-Maturidzi (wafat 333 H), belliau melihat ada banyak keganjilan-keganjilan
dalam hal akidah dan keyakinan yang sudah keluar dari rel ideology agama yang benar
maka beliau merumuskan kembali Aqidah Islam sesuai dengan aqidah yang di yakini oleh
Rosulullah dan para sahabatnya.
C. Sikap Dan Pendirian Ahlussunnah Wal Jamaah
a. Di Bidang Aqidah (Keyakinan)
Dalam bidang aqidah, ASWAJA menganut pendapat-pendapat dari Imam Abu
Hasan Al-Asy’ari (260 H-324 H) dan Imam Abu Manshur Al-Maturidi (w 333H).
Adapun pokok-pokok akidah ASWAJA antara lain:
Allah mempunyai sifat dan sifat bukanlah Dzat-Nya
Adanya Qodlo Qodar Allah seiring kewajiban ikhtiyar manusia
Rukun iman ada 6 dan Nabi Muhammad adalah Nabi yang terakhir
Buruk baik di tentukan oleh Allah lewat Syari’at bukan oleh akal.
Al-Qur’an adalah kalamullah yang Qodim
Adanya hisab, Mahsar, shirothol mustaqim, syafaat dan karomah.
Adanya siksa kubur dan nikmat kubur serta sampainya do’a untuk orang yang telah
di alam kubur
Allah tidak bertempat dan tidak berjisim (bentuk)
Tawassul, istighotsah, dan ziarah qubur sunnah Nabi SAW
b. Di Bidang Fiqih
Perkembangan zaman menuntut adanya pengembangan secara terkendali dan
di lakukan oleh orang yang benar-benar ahli, agar syariat ini eksis di semua zaman
namun tidak meninggalkan prinsip-prinsip pokoknya. Maka dalam hal ini ASWAJA
mengikuti pendapat dari Imam Madzhab Empat yakni:
1. Imam Abu Hanifah ra. (80 H-150 H)
2. Imam Malik Ibn Anas ra.(93 H-179 H)
3. Imam Muhammad Ibn Idris Asy-Syafi’i ra.(150 H-204 H)
4. Imam Ahmad Ibn Hanbal ra. (164 H-241 H)
c. Di Bidang Tasawwuf
Pokok -pokok pikiran Islam dalam Islam ada 3 yaitu iman (Aqidah), Islam
(syariat) dan Ihsan (akhlaq). Dalam bidang Akhlak dan tasawuf aswaja mengikuti
pemikiran-pemikiran :
Imam Al-Ghozali, Syekh Junayd Al-Baghdadi, dan lain sebagainya
D. DASAR-DASAR HUKUM AHLUSSUNNAH WAL JAMAAH
1. Bayan Ilahi (Al-Qur’anul Karim)
2. Bayan Rasuli (Al-Hadits)
3. Bayan Ulama (Al-Ijma’)
4. Bayan Aqli (Qiyas dan Ijtihad)
E. SIKAP KEMASYARAKATAN AHLUSSUNNAH WAL JAMAAH
1. Tawasuth dan I’tidal
Yakni Sikap tengah-tengah yang menjunjung tinggi sikap lurus dan menghindari
segala bentuk Ekstrim
2. Tasamuh
Yakni Sikap toleran terhadap perbedaan terutama hal-hal yang furu’ dan masalah
khilafiyah disamping upaya-upaya ikhtiyar yang istiqomah.
3. Tawazun
Yakni Sikap seimbang dan selaras antara hubungan dengan Allah dan sesama
manusia, kepentingan bersama dan kepentingan pribadi.
MUHIMMAH.....................
Banyaknya aliranyang muncul akhir-akhir ini hendaknya disikapi dengan hati-hati, sebab
aliran-aliran tersebut merupakan firqoh yang telah diisyaratkan oleh Nabi kita Muhammad
SAW. Kita hendaknya mengambil inisiatif berpegang teguh kepada Ahlussunnah Wal
Jamaah di tengah maraknya aliran-aliran modern maupun aliran-aliran yang sesat dan
menyimpang.
MATERI Ii
"لبأتين على أمتي ما أتى على بني:عن عبد هللا بن عمرو قال قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم
, اســــرائيل حذو النعل بالنعل حتى ان كان منهم من بأتي أمه عالنية لكان في أمتي من يصنع ذالك
وتفترق أمتي على ثالث وســبعين ملة كلهم فى,وان بني اســـرائيل تفرقت على ثنتين وســبعين ملة
( الترمذي و النار اال واحدة قالوا ومن هي يا رسول هللا." " مـــا أنا عليه وأصـــحابي: ؟ قال
) حـــسن بشــواهد كثيرة.اآلجري والال لكائي وغيرهم
Gambaran yang dipaparkan diatas sebenarnya sudah diprediksi (diperkirakan) oleh
Nabi Muhammad SAW bahwa pada suatu saat umatku akan terpecah menjadi 73 golongan
dan yang selamat dari kesesatan adalah Ahlussunah Wal Jama’ah tersebut dalam kitab
Thobroni bahwa nabi Muhammad SAW bersabda :
Artinya: Dari Abillah Bin ‘Amr berkata, Rasulullah SAW bersabda: “ Akan datang kepada
umatku sebagaimana yang terjadi kepada Bani Israil. Mereka meniru perilakuan
seseorang dengan sepadannya, walaupun diantara mereka ada yang menggauli ibunya
terang-terangan niscaya akan ada diantara umatku yang melakukan seperti mereka.
Sesungguhnya bani Israil berkelompok menjadi 72 golongan. Dan umatku akan
berkelompok menjadi 73 golongan, semua di neraka kecuali satu. Sahabat bertanya;
siapa mereka itu Rasulullah? Rasulullah menjawab: “ Apa yang ada padaku dan
sahabat-sahabatku “ ( HR. At-Tirmidzi, Al-Ajiri, Al-lalkai. Hadits hasan )
Sebagaimana hadits Nabi yang diriwayatkan Tabrani yang artinya :
Kaum Yahudi terpecah menjadi 71 firqoh (pecahan), kaum Nasrani menjadi 72 firqoh,
sedangkan umatku akan terpecah menjadi 73 firqoh. Yang selamat diantara mereka satu,
sedangkan sisanya binasa. Sahabat bertanya ; “Siapakah yang selamat itu ?” Nabi
menjawab : “Ahlussunnah wal Jamaah” sahabat yang bertanya lagi : “Apakah Ahlussunnah
wal Jamaah itu ?” Nabi menjawab : “Apa yang aku perbuat hari ini dan para sahabatku.”
Mengikuti jejak langkah Rasulullah SAW. merupakan kewajiban yang telah
diperintahkan Allah SWT., sebagaimana firman-Nya dalam Q.S. An Nisa’ ayat 115 yang
artinya :
Barangsiapa menentang Rasul setelah jelas baginya petunjuk, sedangkan meraka
mengikuti selain jalannya (mayoritas) kaum muslimin, maka kami palingkan dia dari jalan
yang ia ikuti dan akan Kami bakar dia ke dalam neraka jahannam dan neraka jahannam itu
sejelek-jelek tempat kembali.
Sedangkan mengikuti sunnah para sahabat Rasullah SAW. merupakan perintah Allah
SWT., sebagimana dalam Q.S. Al Hasyr ayat 7:
Apa yang disampaikan oleh Rasulullah SAW. kepadamu hendaklah kau ambil apa yang
Rasulullah SAW. melarangmu hendaklah kau hindari.
Ahlussunnah wal Jamaah juga disebut Assawadul A’dhom yakni golongan terbesar
umat Islam yang didalamnya terhimpun para ulama ahlul haq dari berbagai keahlian (bidang)
ilmu.
Ahlussunah Wal Jama’ah menurut bahasa:
Ahlun: Berarti kelompok, keluarga, golongan
Sunnah: Berarti ajaran nabi meliputi perkataan, perbuatan, ketetapan nabi Muhammad SAW.
Al Jama’ah: Berarti golongan mayoritas (umumnya umat islam)
Ahlussunah Wal Jama’ah menurut istilah artinya ajaran islam yang murni sebagaimana yang
diajarkan oleh Rasululloh SAW. Bersama para sahabat-sahabatnya pada zaman itu. Dari
pengertian diatas diambil kesimpulan bahwa Ahlussunah Wal Jama’ah adalah golongan
pengikut ajaran islam yang selalu berpegang teguh pada :
1. Al Qur’an dan Sunnah Nabi Muhammad SAW.
2. Sunnah para sahabat khususnya khulafaurrosyidin.
3. Ijma’ (kesepakatan para ‘‘Ulama terutama masalah khilafiyah memilah pendapat
Assawadul ‘Adhom) dan mengikuti madzab imam mujtahidin, terutama madzab empat
(Hanafi, Maliki, Hambali, Syafi’i).