W DENGAN
KATARAK DI RUANGAN POLIKLINIK MATA
RSUP PROF DR R.D KANDOU
MANADO
OLEH :
ANGGUN A. MAMONTO
1804030
A. DEFINISI
Katarak merupakan keadaan terjadi kekeruhan (opasitas) yang berangsur-
angsur pada lensa mata atau kapsula lentis (Kowalak, et al 2002). Katarak
dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein
lensa atau akibat kedua-duanya.
B. ETIOLOGI
Penyebab katarak: dapat disebabkan oleh usia lanjut dan bisa diturunkan.
Pembentukan katarak dipercepat oleh faktir lingkungan seperti merokok atau
bahan beracun lainnya. Katarak juga dapat disebabkan oleh: cedera
mata/grauma mata, penyakit metabolik (misalnya diabetes), obat-obatan
tertentu (misalnya: kortikosteroid)
KLASIFIKASI MENURUT PENYEBAB:
1. Katarak kongenitalis
Katarak yang ditemukan pada bayi ketika lahir (atau beberapa saat setelah
lahir). Katarak kongenitalis bisa merupakan penyakit keturunan
(diwariskan secara autosom dominan) atau bisa disebabkan oleh inspeksi
kongenital atau berhubungan dengan penyakit metabolik seperti
galaktosemia.
FAKTOR RESIKO TERJADINYA KATARAK KONGENITALIS
ADALAH:
- Penyakit metabolik yang diturunkan
- Riwayat katarak dalam keluarga
- Inspeksi virus pada ibu ketika bayi masih dalam kandungan
- Kelainan kromosom
2. Katarak Senil
Terjadi perubahan kimia di protein lensa pada pasien lansia
3. Katarak traumatik
Katarak akibat trauma, sering terjadi akibat masuknya benda asig yang
menyebabkan humor akuens atau vitreus masuk ke kapsul lensa
4. Katarak komplikasi
Katarak yang berkembang sebagai efek langsung dari adanya penyakit
intraokular sesuai fisiologilensa, biasanya dari penyakit lain seperti DM,
dermatitis atopik, glaukoma, pigmentasi retina
5. Katarak toksis
Katarak toksi jarang terjadi, biasanya diakibatkan toksinitas obat atau zat
kimia seperti dinitrofenol, naftalin, fenotiazin, obat steroid.
6. Katarak pada dewasa biasanya berhubungan dengan proses penuaan.
Katarak pada dewasa dikelompokkan menjadi:
- Katarak imatur: lem]nsa masih memiliki bagian yang jernih
- Katarak matur: lensa sudah seluruhnya keruh
- Katarak hipermatur: bagian permukaan lensa yang sudah memrembes
melalui kapsul lensa dan bisa menyebabkan peradangan pada struktur
mata lainnya.
C. MANIFESTASI KLINIS
1. Penglihatan yang kabur dan penurunan daya penglihatan yang terjadi
secara berangsur-angsur tanpa rasa nyeri akibat kekeruhan lensa
2. Kesulitan melihat dimalam hari
3. Pupil yang berwarna putih seperti susu akibat kekeruhan lensa
4. Penurunan penglihatan pada saat menabac akibat bayangan pada retina
kurang jelas
5. Membutuhkan pasokan cahaya yang cukup terang untuk membaca atau
beraktivitas lainnya
6. Penglihatan yang ganda ketika melihat suatu objek
D. PATOFISIOLOGI
Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan,
berbentuk seperti kancing baju dan mempunyai kekuatan refraksi yang besar.
Lensa mengandung tiga komponen anatomis. Pada zona sentral terdapat nukleus,
di perifer ada korteks, dan yang mengelilingi keduanya adalah kapsul anterior
dan posterior. Dengan bertambahnya usia, nucleus mengalami perubahan warna
menjadi coklat kekuningan. Disekitar opasitas terdapat densitas seperti duri di
anterior dan posterior nukleus. Opasitas pada kapsul posterior merupakan bentuk
katarak yang paling bermakna, nampak seperti kristal salju pada jendela.
Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparansi.
Perubahan pada serabut halus multipel (zunula) yang memanjang dari badan
silier ke sekitar daerah di luar lensa, misalnya dapat menyebabkan penglihatan
mengalami distorsi. Perubahan kimia dalam protein lensa dapat menyebabkan
koagulasi, sehingga mengabutkan pandangan dengan menghambat jalannya
cahaya ke retina. Salah satu teori menyebutkan terputusnya protein lensa normal
terjadi disertai influks air ke dalam lensa. Proses ini mematahkan serabut lensa
yang tegang dan mengganggu transmisi sinar. Teori lain mengatakan bahwa suatu
enzim mempunyai peran dalam melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah enzim
akan menurun dengan bertambahnya usia dan tidak ada pada kebanyakan pasien
yang menderita katarak.
Katarak biasanya terjadi bilateral, namun memiliki kecepatan yang berbeda.
Dapat disebabkan oleh kejadian trauma maupun sistemik, seperti diabetes.
Namun kebanyakan merupakan konsekuensi dari proses penuaan yang normal.
Kebanyakan katarak berkembang secara kronik ketika seseorang memasuki
dekade ketujuh. Katarak dapat bersifat kongenital dan harus diidentifikasi awal,
karena bila tidak terdiagnosa dapat menyebabkan ambliopia dan kehilangan
penglihatan permanen. Faktor yang paling sering berperan dalam terjadinya
katarak meliputi radiasi sinar ultraviolet B, obat-obatan, alkohol, merokok,
diabetes, dan asupan vitamin antioksidan yang kurang dalam jangka waktu lama
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Kartu mata snellen/mesin telebinokuler gangguan ppada kornea,
lensa, akueus/vireus humor, kesalahn refraksi, penyakit sistem saraf
dan penglihatan ke retina
2. Panag penglihatan: penurunan penglihatan yang dapat disebabkan
massa tumor, karotis dan glaukoma
3. Pengukuran tonografi: TIO (12025 mmHg)
4. Pengukuran gonioskopi: untuk membedakan sudut terbuka dan sudut
tertutup glukoma
5. Tes prosokatif: menentukan adanya/tipe glaukoma
6. Oftalmoskopi: menkaji struktur internal okuler, atrofi lempeng optik,
papil edema, dan perdarahan
7. Darah lengkap, LED: menunjukkan anemi sistemik/infeksi
8. EKG, kolesterol serum, lipid, tes toleransi glukosa: kontrol DM
F. PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan non-bedah
- Terapi penyebab katarak pengontrolan diabetes melitus,
menghentikan konsumsi obat-obatan yang bersifat kataraktogenik
seperti kortikosteroid, fenotiasin dan niotik kuat, menghindari radiasi
(inframerah atau sinar x) dapt memperlambat atau mencegah terjadinta
proses kataraktogenesis
- Memperlambat proresinitas
- Penilaian terhadap perkembangan visus pada katarak insipien dan
imatur
a. Refraksi, dapat berubah sangat cepat sehingga harus sering
dikoreksi
b. Pengaturan pencahayaan, pasien dengan kekeruhan dibagian
perofer lensa (area pupil masih jernih) dapat diinstruksikan
menggunakan pencahayaan yang terang. Berbeda dengan
kekeruhan pada bagian sentral lensa, cahaya remang yang
ditempatkan disamping dan sedikit dibelakang kepala pasien akan
memberikan hasil terbaik
c. Penggunaan kacamata gelap, pada pasien dengan kekeruhan lensa
dibagian sentral, hal ini akan memberikan hasil yang baik dan
nyaman apabila beraktivitas diluar ruangan
d. Midriatil, dilatasi pupil akan memberikan efek positif pada lateral
aksial ddengan kekeruuhan yang sedikit. Midriatil seperti fenilefrin
50% atau tropikamid 1 % dapat memberikan penglihatan yang
jelas.
2. Pembedahan katarak
- Indikasi penatalaksanaan bedah pada kasus katarak mencakup:
1. Indikasi visus: merupakan indikasi paling sering
2. Indikasi medis
3. indikasi kosmetik
- ekstraksi katarak ekstrakapsuler untuk mengangkat kapsul lentis
anterior serta bagian korteksnya dan memasang implan lensa
intraokuler dalam kamera okuli posterios (ECCE/ekstra capsuler
catarak extaction)
G. KOMPLIKASI
1. Kebutaan
2. Glaukoma
1. Dehisensi luka operasi akibat benang jahitan yang kendur dan kamera
okuli anterior yang rata atau prokapsue iris kedalam luka operasi
2. Hifema yang merupakan perdarahan dalam kamera okuli anterior
3. Glaukoma karena penyumbatan vitreus
4. Ablasno retina
5. infeksi
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. A.L DENGAN DIAGNOSA
KATARAK DI POLIKLINIK MATA RSUP PROF Dr.R.D KANDOU MANADO
A. Identitas Pasien
Nama : Ny. M.W
Tanggal lahir : 01/01/1947
Umur : 72 Tahun
Alamat : Liwas, Kairagi
Diagnosa medis : Katarak OS
No. medrec : 00.23.25.66
Agama : Kristen Protestan
Suku bangsa : Minahassa
Pekerjaan : IRT
Tanggal pengkajian : 18/06/2019
B. Riwayat Kesehatan
Keluhan Utama
Klien mengeluh mata kiri kabur
Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien mengatakan mata kiri kabur di alami penderita sejak kurang
lebih 4 bulan lalu. Klien rencana Operasi
Riwayat Kesehatan Dahulu
Operasi katarak mata kanan 4 bulan yang lalu
Riwayat Kesehatan Keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang memiliki gangguan penglihatan,
tidak ada riwayat DM dan hipertensi
Riwayat alergi
Tidak ada
Riwayat Psikososial
- Psikologis
Klien mengatakan cemas/takut dengan penurunan penglihatan yang
dialaminya
- Social
Klien masih bisa berinteraksi bersama dengan tetangga pada saat
sakit,
C. Data fokus
1. Data Subyektif:
3. Tanda-tanda vital
TD : 100/70 mmhg
N : 68 x/menit
R : 18 x/menit
S : 36°c
4. antropometri
Pengukuran Hasil
BB 63 kg
TB 167 cm
IMT 22,2 kg/m
II. Analisa Data
No Data Fokus Etiologi Masalah
1 Ds : Usia Lanjut Gangguan presepsi
- klien mengatakan mata sebelah kiri sensori : penglihatan
Lapisan Luar katarak
mengalami kekaburan saat melihat
mencair
Do :
- Pemeriksaan fisik dengan member
Membentuk cairan
cahaya pada mata dan terdapat
putih seperti susu
selaput putih keruh dimata bagian kiri
- Pemeriksaan Visus : OD : 6/12, OS : Penumpukan cairan
6/60
Kapsul lensa pecah
Pandangan Kabur
2 Ds : Menghalangi Cahaya Resiko Cidera
- Klien mengatakan pandangan kabur yang masuk ke kornea
dan kurang fokus
Bayangan semu yang
Do :
sampai ke retina
- Klien miliki Riwayat operasi katarak
pada mata sebelah kanan
Sensitivitas dan
- Klien sensitive terhadap cahaya ketajaman mata
menurun
Sensitive dengan
cahaya
Perencanaan
No Diagnosa keperawatan
Tujuan Intervensi Rasional
1 Gangguan sensori Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Kaji ketajaman penglihatan, 1. Untuk mengidentifikasi
(visual) berhubungan diharapkan klien dapat meningkatkan catat apakah satu atau dua seberapa penurunan
dengan gangguan ketajaman penglihatan dalam batas situasi mata terlibat penglihatan klien dan
penerimaan sensori/status individu, mengenal gangguan sensori dan 2. Menganjurkan untuk mata yang masih bisa
organ indra penglihatan berkompensasi terhadap perubahan dengan menggunakan pencahayaan dimaksimalkan
Kriteria Hasil : yang adekuat diseluruh 2. Membantu klien untuk
Klien dapat mengenal gangguan sensori rumah. melihat jelas dank lien
dan berkompensasi terhadap perubahan 3. Beritahu klien bentuk-bentuk dapat mengidentifikasi
Mengidentifikasi/memperbaiki rangsangan alternative lingkungan sekitar
potensial bahaya dalam lingkungan (Radio,TV dan percakapan) rumah.
3. Meningkatkan stimulasi
saat pandangan menjadi
terbatas
2 Resiko cidera Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Sediakan lingkungan yang 1. Lingkungan yang aman
berhubungan dengan diharapkan klien tidak mengalami cidera aman untuk pasien dapat membuat pasien
penurunan sensivitas dengan Kriteria Hasil : 2. Identifikasi kebutuhan aman
ketajaman mata Klien terbebas dari cedera keamanan pasien sesuai 2. Untuk meminimalkan
Klien mampu menjelaskan cara/metode dengan kondisi pasien resiko cidera
untuk mencegahan cidera 3. Mengganjurkan pasien untuk 3. Memudahkan pasien
Mampu mengenali perubahan status menggunakan alat bantu untuk melihat dengan
kesehatan penglihatan jelas
V. Implementasi